Pengelolaan harta wakaf pada Perguruan Islam Al-Syukro Universal di wilayah Ciputat – Tangerang Selatan

PENGELOLAAN HARTA WAKAF PADA
PERGURUAN ISLAM AL-SYUKRO UNIVERSAL
DI WILAYAH CIPUTAT – TANGERANG SELATAN

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh :
HENDRIANSYAH
NIM : 1111046300002

KONSENTRASI MANAJEMEN ZAKAT DAN WAKAF
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H / 2015 M

ABSTRAK


Hendriansyah, NIM 1111046300002. Pengelolaan Harta Wakaf Pada
Perguruan Islam Al-Syukro Universal Di Wilayah Ciputat – Tangerang Selatan.
Konsentrasi Manajemen Zakat dan Wakaf (ZISWAF), Program Studi Muamalat
(Ekonomi Islam), Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta, 1436 H / 2015 M.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengelolaan dan sistem
pengembangan harta wakaf di Perguruan Islam Al-Syukro Universal serta kendala
yang dihadapi dalam pengelolaan dan pengembangan harta wakaf di Perguruan
Islam Al-Syukro Universal. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh
dari hasil observasi ketempat penelitian, wawancara langsung kepada narasumber
terkait, serta pengumpulan dokumentasi sebagai teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Dengan teknik
pengumpulan data bersifat deskriptif analisis dengan jenis penelitian deskriptif
studi kasus yaitu melakukan penelitian yang terinci selama kurun waktu tertentu.
Dan dengan menggunakan dua jenis sumber data yaitu data primer dan data
skunder yang diperoleh langsung dari Perguruan Islam Al-Syukro Universal.
Hasil penelitian ini menunjukan: pertama, pengelolaan harta wakaf di
Perguruan Islam Al-Syukro Universal dengan cara menerapkan sistem manajemen
struktural secara produktif dan profesional. Kedua, sistem pengembangan wakaf

di Perguruan Islam Al-Syukro Universal dengan memperbaiki gedung yang tidak
berfungsi menjadi gedung yang berfungsi, memenej lokasi parkir,
memproduktifkan sewa kantin serta mobil antar jemput. Ketiga, kendala yang
dihadapi Perguruan Islam Al-Syukro Universal dalam pengelolaan dan
pengembangan adalah terjadinya pro dan kontra antara pengelola dan
guru/karyawan pasca di wakafkan kepada Yayasan Dompet Dhuafa Republika
dan proses perizinan kepada pemerintah dalam pembangunan gedung baru SMP.

Kata kunci

: Pengelolaan Harta Wakaf, Deskriptif Analisis

Pembimbing : 1. Dr. Abd. Aziz Hsb, M.Pd
2. Kushardanta, S.E., M.M
Daftar Pustaka : Tahun 2001 s.d. 2014

KATA PENGANTAR

Tak ada kata yang pantas untuk penulis ucapkan melainkan rasa syukur
alhamdulillah yang amat mendalam, atas izin Allah SWT penulis diberikan

kesehatan dan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam
semoga selalu tercurahkan kepada Baginda Rosulullah Habibana Muhammad
SAW, kepada sahabat serta pengikutnya yang selalu istiqomah mengikuti
ajarannya.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak sedikit
hambatan serta kesulitan yang dihadapi. Namun berkat kesungguhan hati dan
kerja keras, serta support dan bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung
maupun tidak langsung, sehingga membuat penulis tetap bersemangat dalam
menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu, sudah sepantasnya penulis mengucapkan
ribuan terimakasih kepada:
1.

Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, MA selaku Dekan Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2.

Bapak H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, MH. selaku Ketua Program Studi
Muamalat dan Bapak Abdurrauf, LC, MA. selaku Sekretaris Pogram Studi
Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

vi

3.

Bapak Mohamad Mujibur Rohman, M.A. selaku Dosen Pembimbing
Akademik yang telah memberikan nasehat, saran, dan masukan selama
penulis mengikuti perkuliahan hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini.

4.

Bapak Dr. Abd. Aziz Hsb, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Skripsi 1 dan
Bapak Kushardanta, S.E, M.M. selaku Dosen Pembimbing 2, yang telah
meluangkan waktunya, pikirannya, tenaganya dan dengan sabar telah
memberikan banyak masukan, arahan, saran-saran, serta motivasi kepada
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

5.


Kepada Bapak Miza Elman, S.E serta seluruh Guru/Staf Perguruan Islam AlSyukro Universal yang telah mengizinkan dan membantu penulis untuk dapat
melakukan penelitian skripsi ini.

6.

Segenap Bapak/Ibu Dosen dan Karyawan Akademik Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yang
telah memberikan banyak ilmu dan bantuan kepada penulis selama penulis
mengikuti perkuliahan hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

7.

Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Pendi Ahmad dan Ibunda Ernawati yang
dengan tulus selalu mendoakan, memberi kasih sayang, motivasi serta
dukungan baik moril maupun materil. Semoga Allah selalu memberikan
keberkahan, rahmat, dan perlindungan untuk Mama dan Ayah.

8.


Untuk adik ku tercinta Fikri Azis dan Aisyatul Mumtazah, ambil dari seluruh
segi baik kakak mu ini, dan jangan pernah kamu mengambil sedikitpun dari
seluruh segi buruk kakak mu ini. Mudah-mudahan kalian berdua bisa lebih

vii

baik dari kakak, bahkan amat baik.
9.

Kepada seluruh keluarga almarhum Babeh Tadih bin Rimun dan Niban bin
Ijo yang selalu memberikan kasih sayangnya kepada penulis. Barokumullah.

10. Kepada sahabat tersayang ZISWAF angkatan 2011, rama, udin, moyo, doni,
rendi, ali, rini, mitra, eva, tia, dini, oliv, linda, putri dan ocha. Terima kasih
untuk tetap saling memotivasi meski akhirnya tidak bisa lulus dalam waktu
yang bersamaan.
11. Kepada keluarga besar Hajir Marawis El-Hikmah, yang selalu memberikan
motivasi kepada penulis, dan selalu mengisi hari-hari penulis dengan
senyuman.
12. Kepada keluarga besar Team Hadroh Ikromah, yang selalu memberikan

banyak masukan kepada penulis akan kejamnya dunia.

Besar harapan penulis agar skripsi ini dapat menambah khazanah keilmuan
dan bermanfaat bagi banyak pihak. Penulis sadar bahwa masih banyak
kekurangan dalam penulisan skripsi ini, sehingga penulis berharap penelitipeneliti selanjutnya dapat menyempurnakan dan melakukan perbaikan.

Jakarta, 26 Mei 2015 M
8 Sya’ban 1436 H

Penulis

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ........................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................. iv
ABSTRAK ........................................................................................................ v

KATA PENGANTAR ...................................................................................... vi
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ix

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ..................................................................... 7
C. Batasan dan Rumusan Masalah .................................................... 8
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................... 8
E. Tinjauan (review) Kajian Terdahulu ............................................ 9
F. Metode Penelitian......................................................................... 12
G. Pedoman Penulisan Skripsi .......................................................... 15
H. Sistematika Penulisan................................................................... 15

BAB II

SEKITAR MASALAH WAKAF
A. Tinjauan Terhadap Wakaf
1. Pengertian Wakaf ................................................................... 18


ix

2. Dasar Hukum Wakaf .............................................................. 20
3. Unsur dan Syarat Wakaf ........................................................ 22
4. Nazhir ..................................................................................... 24
5. Macam-macam Wakaf ........................................................... 24
B. Kedudukan dan Perubahan Wakaf
1. Kedudukan Wakaf ................................................................. 25
2. Perubahan Wakaf ................................................................... 25
C. Perwakafan di Indonesia
1. Periode Tradisional ................................................................ 27
2. Periode Semi Profesional ....................................................... 27
3. Periode Profesional ................................................................ 29
D. Pedoman Pengelolaan Wakaf Produktif
1. Aspek Kelembagaan dan Manajemen Wakaf ........................ 33
2. Aspek Akuntansi dan Auditing Lembaga Wakaf................... 33

BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG PERGURUAN ISLAM ALSYUKRO UNIVERSAL
A. Sejarah dan Perkembangan .......................................................... 35

B. Visi dan Misi ................................................................................ 38
C. Struktur Organisasi ...................................................................... 39
D. Unit Pendidikan............................................................................ 40
E. Dasar Hukum Wakaf .................................................................... 41

x

BAB IV PENGELOLAAN HARTA WAKAF PADA PERGURUAN ISLAM
AL-SYUKRO UNIVERSAL
A. Pengelolaan Harta Wakaf ............................................................. 43
B. Sistem Pengembangan Harta Wakaf ............................................ 51
C. Kendala dalam Pengelolaan dan
Pengembangan Wakaf .................................................................. 57

BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................. 59
B. Saran-saran ................................................................................... 61


DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 62
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... 65

xi

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di tengah problem sosial masyarakat Indonesia dan tuntutan akan
kesejahteraan ekonomi akhir-akhir ini, keberadaan lembaga wakaf menjadi
sangat strategis. Disamping sebagai salah satu aspek ajaran Islam yang
berdimensial spiritual, wakaf juga merupakan ajaran yang menekankan
pentingnya kesejahteraan ekonomi (dimensi sosial). Karena itu, pendefinisian
ulang terhadap wakaf agar memiliki makna yang lebih relevan dengan kondisi
riil persoalan kesejahteraan menjadi sangat penting.1
Ruang lingkup jenis harta benda wakaf tidak terbatas kepada wakaf benda
tidak bergerak seperti tanah dan bangunan, tetapi dapat pula mewakafkan
benda bergerak baik yang berwujud maupun tidak berwujud dan benda
bergerak lainnya. Ruang lingkup jenis harta benda wakaf ini diselaraskan
dengan kategori benda yang lazim dikonsepsikan dalam hukum perdata dan
peraturan perundang-undangan lain yang terkait.2

1

Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf, Paradigma Baru Wakaf di Indonesia,
(Jakarta: Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, 2004), h. 1.
2
Rachmadi Usman, Hukum Perwakafan Di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009) ,
h. 127.

1

2

Pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf dalam undang-undang
nomor 41 pasal 42 tahun 2004 berbunyi : Nazhir wajib mengelola dan
mengembangkan harta benda wakaf sesuai dengan tujuan, fungsi dan
peruntukannya. Dalam pasal 43 tahun 2004 berbunyi (1) pengelolaan dan
pengembangan harta benda wakaf oleh nazhir sebagaimana yang dimaksud
dalam pasal 42 dilaksanakan sesuai dengan prinsip syariah. (2) pengelolaan
dan pengembangan harta benda wakaf sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan secara produktif. (3) dalam hal pengelolaan dan pengembangan
harta benda wakaf yang dimaksud pada ayat (1) diperlukan penjamin, maka
digunakan lembaga penjamin syariah.3
Dalam pengelolaan harta wakaf produktif, pihak yang paling berperan
berhasil tidaknya dalam pemanfaatan harta wakaf adalah nadzir wakaf, yaitu
seseorang atau sekelompok orang dan badan hukum yang diserahi tugas oleh
wakif (orang yang mewakafkan harta) untuk mengelola wakaf.4
Posisi Nazhir sebagai pihak yang bertugas untuk memelihara dan
mengurusi harta wakaf mempunyai kedudukan yang penting dalam
perwakafan. Sedemikian pentingnya kedudukan nazhir dalam perwakafan,
sehingga berfungsi tidaknya wakaf bagai mauquf „alaih sangat bergantung

3

Undang-Undang No 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf, h. 19.
Direktorat Pemberdayaan wakaf, Panduan Pemberdayaan Tanah Wakaf Produktif
Strategis di Indonesia, (Jakarta: Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen
Agama RI, 2006), h. 39.
4

3

pada nazhir wakaf. Meskipun demikian tidak berarti bahwa nazhir mempunyai
kekuasaan mutlak terhadap harta yang diamanahkan terhadapnya.5
Sistem manajemen pengelolaan wakaf merupakan salah satu aspek penting
dalam pengembangan paradigma baru wakaf di Indonesia. Kalau dalam
paradigma lama wakaf selama ini lebih menekankan pentinnya pelestarian dan
keabdian benda wakaf, maka dalam pengembangan paradigma baru wakaf
lebih menitikberatkan pada aspek pemanfaatan yang lebih nyata tanpa
kehilangan eksistensi benda wakaf itu sendiri. Untuk meningkatkan dan
mengembangkan aspek kemanfaatannya, tentu yang sangat berperan sentral
adalah sistem manajemen pengelolaan yang diterapkan.6
Sepanjang sejarah Islam, salah satu hal yang menonjol dari wakaf adalah
peranannya yang signifikan dalam upaya membiayai berbagai pendidikan
Islam. Tidak diragukan, pembangunan dan penyediaan berbagai sarana
pendidikan didunia Islam, seperti di Mekah dan Madinah, dibiayai dengan
dana wakaf.7
Keterlibatan negara dalam mengelola wakaf pada umumnya dapat
dipahami mengingat besarnya harta wakaf yang ada diberbagai negara
muslim, saat terjadi pengambilalihan wakaf oleh negara diawal abad ke-20 M.
Di Turki (tahun 1924) misalnya, 75 % dari tanah pertanian adalah tanah

5

Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Fiqih Wakaf (Jakarta: Direktorat Jenderal Bimbingan
Masyarakat Islam Departemen Agama RI, 2006), h. 69.
6
Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf, Paradigma Baru Wakaf di Indonesia,
(Jakarta: Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggara Haji, 2005), h. 105.
7
Center for the Study of Religion and Culture (CSRC) UIN Syarif Hidayatullah, Wakaf,
Tuhan, dan Agenda Kemanusiaan, (Jakarta: The Ford Foundation, 2006), h. 1.

4

wakaf. Demikian pula di Aljazair pada senja abad ke-19 (50 %), di Tunisia
(33 %), dan di Mesir (12,5 %). Namun, besarnya jumlah wakaf bukanlah satusatunya alasan untuk mengundang intervensi negara. Kebanyakan wakaf
dikelola dengan manajemen yang buruk. Selain itu, penyalahgunaan wakaf
oleh tangan-tangan para nadzir yang tidak kompeten menyebabkan wakaf
gagal menopang pertumbuhan dan pembangunan ekonomi nasional yang
sehat. Berdasarkan realitas ini, diberbagai belahan dunia muslim terdapat
kecenderungan umum dimana kontrol negara terhadap wakaf semakin
menguat.8
Dalam sejarah Indonesia, wakaf telah dikenal dan dilaksanakan oleh umat
Islam sejak agama Islam masuk di Indonesia. Sebagai suatu lembaga Islam,
wakaf telah menjadi salah satu penunjang perkembangan masyarakat Islam.
Jumlah tanah wakaf di Indonesia sangat banyak menurut data Departemen
Agama Republik Indonesia terakhir terdapat 403.845 lokasi tanah wakaf
dengan luas 1.566.672.406 M2. Dari total jumlah tersebut 75% diantaranya
sudah bersertifikat wakaf dan sekitar 10% memiliki potensi ekonomi tinggi,
dan masih banyak lagi yang belum terdata.9
Di Provinsi Banten khususnya Kota Serang jumlah lokasi tanah wakaf
cukup banyak yang dapat dikelola dan dikembangkan. Namun, demikian
sampai saat ini kita belum dapat menggali segala potensi tersebut secara

8

Center for the Study of Religion and Culture (CSRC) UIN Syarif Hidayatullah, Wakaf,
Tuhan, dan Agenda Kemanusiaan, h. 3.
9
Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Perkembangan Pengelolaan Wakaf di Indonesia,
(Jakarta: Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, 2006), h. 1.

5

optimal dikarenakan banyaknya kendala. Dengan hadirnya Undang-undang
Nomor 41 tahun 2004 tentang Wakaf, sesungguhnya dapat memberikan
harapan yang cukup cerah dalam upaya penyelamatan dan pemberdayaan serta
pengembangan wakaf untuk kesejahteraan masyarakat secara umum.10
Berdasarkan surat keputusan Walikota Tangerang Selatan nomor:
590/Kep.65-Huk/2014 tentang pembentukan tim penilai penukaran harta
benda wakaf dalam rangka pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan
untuk kepentingan umum, maka Pemerintah Kota Tangerang Selatan
memperluas Jalan Tol Kunciran – Serpong Wilayah Tangerang Selatan yang
disahkan pada tanggal 7 Mei 2014 yang bertujuan untuk kesejahteraan
umum.11
Upaya untuk mecapai kesejahteraan dari tujuan perwakafan tersebut, salah
satu dari sekian banyak lembaga atau Yayasan di Indonesia adalah Dompet
Dhuafa yang memiliki salah satu aset tanah wakaf, yaitu Perguruan Islam AlSyukro Universal, yang telah mengelola harta wakaf sebagai wahana
pengembangan umat, baik dengan cara pengembangan tempat-tempat
peribadatan

ataupun

pengembangan

pendidikan

pengembangan berbagai usaha ekonomi.

“Kemenag Banten” artikel diakses pada 14 november 2014 dari
http://banten.kemenag.go.id/index.php?a=berita&id=77876
10

“Kemenag Banten” artikel diakses pada 14 november 2014 dari
http://banten.kemenag.go.id/index.php?a=berita&id=77876
11

keagamaan

dan

6

Melihat

potensi

Perguruan

Islam

Al-Syukro

Universal

dalam

penghimpunannya Perguruan Islam Al-Syukro Universal telah menghimpun
harta wakaf yaitu dengan Luas Tanah : 27.523 m2 Luas Bangunan : 5.373
m2 Estimasi Nilai Aset : Rp. 34.555.000.00012 yang besar khususnya dalam
persoalan wakaf.
Maka penyusun tertarik untuk meneliti lebih jauh, terutama mengenai
pengelolaan harta benda wakaf. Wakaf merupakan ajaran yang harus
dikembangkan dan pelaksanaanya harus sesuai dengan ajaran agama Islam
dan Undang-undang yang berlaku di Indonesia. Mengingat sangat pentingnya
harta benda wakaf untuk dikelola dan dikembangkan secara profesional yang
dikarenakan wakaf adalah sumber dana yang potensial bagi umat, maka
penyusun memberi judul skripsi ini :
“PENGELOLAAN HARTA WAKAF PADA PERGURUAN ISLAM
AL-SYUKRO UNIVERSAL DI WILAYAH CIPUTAT – TANGERANG
SELATAN”.

“Tabung Wakaf Indonesia” artikel diakses pada 15 september 2014 dari
http://tabungwakaf.com/portfolio/all/sekolah-tk-sd-smp-al-syukro-universal-ciputat/
12

7

B. Identifikasi Masalah
Wakaf adalah salah satu sumber dana yang memiliki potensi yang sangat
besar untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di tanah air. Berbeda
dengan zakat yang hingga kini masih terjebak dalam orientasi pemanfaatan
berdasarkan delapan asnaf yang cenderung dipahami secara harfiah, wakaf
dapat ditumbuhkembangkan menjadi pillar ekonomi masyarakat melalui
berbagai usaha produktif yang dikelola secara modern.13
Bangsa Indonesia yang mayoritas penduduknya adalah muslim merupakan
sumber yang berpotensi dalam memecahkan krisis tersebut, yakni melalui
pengelolaan harta wakaf. Dimana wakaf adalah sumber dana yang memiliki
potensi yang sangat besar.
Untuk itu para nadzir wajib mengelola dan mengembangkan harta benda
wakaf sesuai dengan peruntukan yang tercantum dalam AIW. Sebagaimana
telah disebutkan dalam undang-undang wakaf nomor 41 pasal 45 tahun 2004
tentang pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf. Berdasarkan
analisa diatas penulis ingin mengetahui pengelolaan harta wakaf di Perguruan
Islam Al-Syukro Universal yang merupakan salah satu aset tanah wakaf
Dompet Dhuafa.

13

Center for the Study of Religion and Culture (CSRC) UIN Syarif Hidayatullah, Wakaf,
Tuhan, dan Agenda Kemanusiaan, h. 5.

8

C. Batasan dan Rumusan Masalah
Pembahasan permasalahan dalam skripsi ini dibatasi hanya pada
pengelolaan harta wakaf pada Perguruan Islam Al-Syukro Universal yang
berada di Wilayah Ciputat – Tangerang Selatan.
Adapun pokok masalah yang dapat diidentifikasikan agar mempermudah
dalam menyusun skripsi ini adalah :
1. Bagaimana pengelolaan harta wakaf di Perguruan Islam Al-Syukro
Universal ?
2. Bagaimana sistem pengembangan wakaf di Perguruan Islam AlSyukro Universal ?
3. Apa kendala dalam pengelolaan dan pengembangan wakaf di
Perguruan Islam Al-Syukro Universal ?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Setelah memperhatikan judul serta latar belakang masalah diatas, maka
penelitian ini bertujuan untuk :
1. Untuk mendeskripsikan bagaimana pengelolaan harta wakaf di
Perguruan Islam Al-Syukro Universal.
2. Untuk mendeskripsikan bagaimana sistem pengembangan wakaf di
Perguruan Islam Al-Syukro Universal.
3. Untuk

mendeskripsikan

apa

kendala

dalam

pengelolaan

pengembangan wakaf di Perguruan Islam Al-Syukro Universal

dan

9

Adapun tujuan akhir dan manfaat dari penelitian ini diharapkan akan
berguna :
1. Sebagai aset pustaka yang diharapkan dapat dimanfaatkan oleh seluruh
kalangan akademisi, baik itu dosen maupun mahasiswa, dalam upaya
memberikan pengetahuan, informasi, dan sebagai proses pembelajaran
mengenai pengelolaan harta wakaf.
2. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah agar para nadzir di
Perguruan Islam Al-Syukro dapat termotivasi dengan mengembangkan
ide-ide yang cemerlang agar tanah wakaf di Perguruan Islam AlSyukro Universal selalu produktif.
3. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang apa dan
bagaimana sebenernya wakaf itu, serta langkah kreatif dan apa strategi
yang harus digunakan dalam pengelolaan harta wakaf agar dapat
maksimal.

E. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu
Berdasarkan telaah yang telah dilakukan terhadap beberapa sumber
kepustakaan, penelitian melihat bahwa masalah pokok dalam penelitian ini
tampaknya masih kurang dapat perhatian dari para peneliti, untuk itu tidak
mengatakan belum pernah diteliti sama sekali, adapun penelitian yang sudah
dibahas antara lain:

10

No

Aspek Perbandingan

1.

a. Judul

b. Pendekatan Teori

c. Fokus

d. Metode Penelitian

e. Waktu dan Tempat

2.

a. Judul

Studi Terdahulu
Didin Najmudin,
Strategi
pengelolaan tanah
wakaf di desa
Babakan Ciseeng –
Bogor.
Menggunakan teori
tinjauan pustaka
Strategi
pengelolaan tanah
wakaf.
Pembahasan
terfokus pada
Strategi
pengelolaan tanah
wakaf di Desa
Babakan – Ciseeng
Bogor.
Menggunakan
metode penelitian
kualitatif
pengambilan data
penelitian
kepustakaan dan
lapangan.
Penelitian
dilakukan pada
tahun 2011 pada
Desa Babakan –
Ciseeng Bogor.
Samsudin, Peranan
Nadzir Dalam
Pengelolaan dan
Pengembangan
Tanah Wakaf Pada
Yayasan
Pendidikan Islam
At-Taqwa.

Skripsi
Pengelolaan harta
wakaf pada
Perguruan Islam AlSyukro Universal
Ciputat – Tangerang
Selatan.
Menggunakan teori
tinjauan pustaka
pengelolaan harta
wakaf.
Pembahasan terfokus
pada pengelolaan
harta wakaf di
Perguruan Islam ALSyukro Universal
Ciputat – Tangerang
Selatan.
Menggunakan
metode penelitian
kualitatif dan
penelitian lapangan
(Field Research)
Penelitian dilakukan
di Perguruan Islam
Al-Syukro Universal
Ciputat – Tangerang
Selatan.
Pengelolaan harta
wakaf pada
Perguruan Islam AlSyukro Universal
Ciputat – Tangerang
Selatan.

11

b. Pendekatan Teori

c. Fokus

d. Metode Penelitian

e. Waktu dan Tempat

3.

a. Judul

b. Pendekatan Teori

Menggunakan teori
tinjauan pustaka
Pengelolaan dan
Pengembangan
Tanah Wakaf.
Pembahasan
terfokus pada
Pengelolaan dan
Pengembangan
Tanah Wakaf di
Yayasan
Pendidikan Islam
At-Taqwa.
Menggunakan
metode penelitian
kualitatif
pengambilan data
penelitian
kepustakaan dan
lapangan.
Penelitian
dilakukan pada
tahun 2011 pada
Yayasan
Pendidikan Islam
At-Taqwa.
Sadar Rukmana,
Profesionalisme
Nadzir dalam
Pemeliharaan dan
Pengembangan
Aset-Aset Wakaf
Produktif.
Menggunakan teori
tinjauan pustaka
tentang
Pemeliharaan dan
Pengembangan
Aset-Aset Wakaf
Produktif.

Menggunakan teori
tinjauan pustaka
pengelolaan harta
wakaf.
Pembahasan terfokus
pada pengelolaan
harta wakaf di
Perguruan Islam ALSyukro Universal
Ciputat – Tangerang
Selatan.
Menggunakan
metode penelitian
kualitatif dan
penelitian lapangan
(Field Research)
Penelitian dilakukan
di Perguruan Islam
Al-Syukro Universal
Ciputat – Tangerang
Selatan.
Pengelolaan harta
wakaf pada
Perguruan Islam AlSyukro Universal
Ciputat – Tangerang
Selatan.

Menggunakan teori
tinjauan pustaka
pengelolaan harta
wakaf.

12

c. Fokus

d. Metode Penelitian

e. Waktu dan Tempat

Pembahasan
terfokus pada
Profesionalisme
Nadzir dalam
Pemeliharaan dan
Pengembangan
Aset-Aset Wakaf
Produktif.
Menggunakan
metode penelitian
kualitatif dan
penelitian yang
menghasilkan data
deskriptif analisis.
Penelitian
dilakukan pada
tahun 2010 Pada
Tabung Wakaf
Indonesia

Pembahasan terfokus
pada pengelolaan
harta wakaf di
Perguruan Islam ALSyukro Universal
Ciputat – Tangerang
Selatan. Ciputat –
Tangerang Selatan.
Menggunakan
metode penelitian
kualitatif dan
penelitian lapangan
(Field Research).
Penelitian dilakukan
di Perguruan Islam
Al-Syukro Universal
Ciputat - Tangerang
Selatan.

F. Metode Penelitian
Metode yang digunakan oleh penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
adalah menggunakan metode-metode yang umumnya berlaku dalam penelitian
yaitu :
1. Pengumpulan Data
a. Pendekatan
Pendekatan ini menggunakan pendekatan yang bersifat kualitatif,
yakni sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
analisis berupa kata-kata tertulis atau lisan dari para tokoh dan perilaku
yang diamati.

13

b. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan atau dengan
kata lain adalah (Field Research) untuk mengetahui secara langsung
responden atau tanggapan dari responden. Karena melakukan
penelitian langsung guna mendapatkan data yang jelas atau kesesuaian
antara teori dan praktek perwakafan dan peranan Nadzir di Perguruan
Islam AL-Syukro Universal dalam masalah pengelolaan harta wakaf di
wilayah tersebut.
2. Sumber Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua jenis sumber data
yaitu:
a. Data primer
Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama
baik dari individu atau perseorangan seperti hasil dari wawancara atau
hasil pengisian kuesioner yang biasa dilakukan oleh peneliti.14 Data
primer yang digunakan dalam penulisan ini ialah : pertama, ayat-ayat
Al-Quran yang berhubungan dengan pembahasan judul skripsi. Kedua,
Hadits yang berhubungan dengan permasalahan yang penulis teliti.
Ketiga, tentang pengelolaan harta benda wakaf.

14

Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis (Jakarta, PT Raja
Grafindo Persada, 2004), h. 42.

14

b. Data sekunder
Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih
lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh
pihak lain misalnya dalam bentuk tabel-tabel atau diagram-diagram.15
3. Teknik pengumpulan data
a. Observasi
Observasi merupakan metode mengumpulkan data dengan
mengamati langsung dilapangan. Dalam hal ini penulis mengadakan
pengamatan secara langsung ke lokasi penelitian yaitu untuk
mengetahui pengelolaan harta wakaf di Perguruan Islam Al-Syukro
Universal.
b. Wawancara
Wawancara adalah salah satu bagian yang terpenting dari setiap
survei. Wawancara juga merupakan suatu proses interaksi dan
komunikasi.
c. Dokumentasi
Pengumpulan data-data yang diperlukan dengan cara memperoleh
data dokumentasi tentang Perguruan Islam Al-Syukro Universal dari
lokasi penelitian serta mencari bahan pustaka/buku rujukan yang
berkaitan dengan judul skripsi yang sedang dibuat ini.
15

Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, h. 42.

15

G. Pedoman Penulisan Skripsi
Penulisan dan penyusunan skripsi ini berpedoman pada buku “Pedoman
Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012).”

H. Sistematika Penulisan
Didalam pembuatan penelitian ini, penulis akan memberikan gambaran
mengenai hal apa saja yang dilakukan, maka secara garis besar gambaran
tersebut dapat dilihat dalam sistematika skripsi dibawah ini :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan dan
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan (review) kajian
terdahulu. Metode penelitian, yaitu yang terdiri dari pengumpulan data, yang
meliputi pendekatan dan jenis penelitian. Sumber data, yang meliputi data
primer dan sekunder, kemudian teknik pengumpulan data, yang terdiri dari
observasi, wawancara, dokumentasi. Pedoman penulisan skripsi, dan
sistematika penulisan.

16

BAB II : TINJAUAN TEORI
Bab ini menguraikan tentang teori-teori yang berkaitan dengan pembahasan
penulisan skripsi ini antara lain : sekitar masalah wakaf, yang terdiri dari
pengertian wakaf, dasar hukum wakaf, unsur dan syarat wakaf, nazhir,
macam-macam wakaf, kedudukan dan perubahan wakaf, perwakafan di
Indonesia dan pedoman pengelolaan wakaf produktif.
BAB III : GAMBARAN UMUM TENTANG PERGURUAN ISLAM ALSYUKRO UNIVERSAL
Bab ini membahas sekilas tentang Perguruan Islam Al-Syukro Universal yang
meliputi: Sejarah dan perkembanagn wakaf di Perguruan Islam Al-Syukro
Universal, Visi dan Misi, Struktur Organisasi, Unit Pendidikan dan Landasan
Hukum Wakaf.
BAB IV : PENGELOLAAN HARTA WAKAF DI PERGURUAN ISLAM
AL-SYUKRO UNIVERSAL
Bab ini merupakan inti pembahasan mengenai bagaimana pengelolaan harta
wakaf di Perguruan Islam Al-Syukro Universal, bagaimana sistem
pengembangan wakaf di Perguruan Islam Al-Syukro Universal dan apa
kendala dalam pengelolaan dan pengembangan wakaf di Perguruan Islam AlSyukro Universal.

17

BAB V :
Penutup yang didalamnya terdapat kesimpulan, saran-saran yang dilengkapi
dengan daftar pustaka dan lampiran-lampiran lainnya.

BAB II
SEKITAR MASALAH WAKAF

A. Tinjauan Terhadap Wakaf
1. Pengertian Wakaf
Wakaf merupakan bentuk muamalah maliyah (harta benda) yang
sangat lama dan sudah dikenal oleh masyarakat sejak dahulu kala. Hal ini
tidak lain karena Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan manusia untuk
mencintai kebaikan dan melakukannya sejak ia dilahirkan hingga hidup
ditengah-tengah masyarakat. Demikian juga Allah Subhana wa Ta’ala
telah menciptakan dua sifat yang berlawanan dalam diri manusia agar
mereka mencintai yang lain, bekerjasama dan berkorban untuk mereka,
tanpa harus menghilangkan kecintaan pada dirinya sendiri.16
Wakaf menurut bahasa Arab berarti “al-habsu”, yang berasal dari kata
kerja habasa-yahbisu-habsan, menjauhkan orang dari sesuatu atau
memenjarakan. Kemudian kata ini berkembang menjadi “habbasa” dan
berarti mewakafkan harta karena Allah.17
Sedangkan secara harfiah wakaf bermakna “pembatasan” atau
“larangan”. Sehingga kata Waqf (jama’ : auqaf) digunakan dalam Islam
untuk maksud “pemilikan dan pemeliharaan” harta benda tertentu untuk
16

Mundzir Qahar, Manajemen Wakaf Produktif, (Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar
Group, 2005), h. xvii.
17
Adijani al-Alabij, Perwakafan Tanah Di Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2004), h. 25.

18

19

kemanfaatan sosial tertentu yang ditetapkan dengan maksud mencegah
penggunaan harta wakaf tersebut diluar tujuan khusus yang telah
ditetapkan tersebut.18
Mazhab maliki berpendapat bahwa wakaf itu tidak melepaskan harta
yang diwakafkan dari kepemilikan wakif, namun wakaf tersebut mencegah
wakif melakukan tindakan yang dapat melepaskan kepemilikannya atas
harta tersebut kepada yang lain dan wakif berkewajiban menyederhanakan
manfaatnya serta tidak boleh menarik kembali wakafnya.19
Dalam Undang-undang Republik Indonesia nomor 41 pasal 1 tahun
2004 Wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan/atau
menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan
selamannya

atau

untuk

jangka

waktu

tertentu

sesuai

dengan

kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum
menurut syariah.20
Waqaf itu suatu ibadat yang disyariatkan dan telah berlaku dengan
sebutan lafad, walaupun tidak ditetapkan (diakui) oleh hakim, dan hilang
hak pemilikan si wakif dari padanya walaupun barang itu masih berada
ditangannya.21

18

Farid Wadjdy, Wakaf & Kesejahteraan Umat, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007),

h. 29.
19

Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Fiqih Wakaf, h. 2.
Undang-Undang No 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf, h. 3.
21
Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Hukum-Hukum Fiqh Islam, (Semarang:
PT. Pustaka Rizki Putra, 2001, h. 146
20

20

Dalam ekonomi Islam, wakaf merupakan satu instrumen ekonomi
Islam yang belum diberdayakan secara optimal di Indonesia. Padahal
disejumlah negara lain, seperti Mesir dan Bangladesh, wakaf telah
dikembangkan sedemikian rupa, sehingga menjadi sumber pendanaan
yang tiada habis-habisnya bagi pengembangan ekonomi umat. Dalam
kondisi keterpurukan ekonomi seperti yang tengah dialami Indonesia saat
ini, alangkah baiknya bila kita mempertimbangkan pengembangan
instrumen wakaf ini (Masyita, 2003).22
Dari pengertian-pengertian tersebut diatas, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa wakaf adalah benda yang kekal zatnya (tahan lama
wujudnya), tidak cepat musnah setelah dimanfaatkan, lepas dari kekuasaan
orang-orang yang berwakaf, tidak dapat dijual-beli, dihibahkan ataupun
diwariskan, untuk keperluan amal kebajikan sesuai dengan ajaran Syariat
Islam.

2. Dasar Hukum Wakaf
Secara teks dan jelas wakaf tidak terdapat dalam al-Quran dan asSunnah, namun makna dan kandungannya wakaf terdapat dalam dua
sumber hukum Islam tersebut. Didalam Al-Quran sering menyatakan
wakaf dengan ungkapan yang menyatakan tentang derma harta (infaq)
demi kepentingan umum. Sedangkan dalam hadits sering kita temui
ungkapan “tahan” (habs). Semua ungkapan yang ada didalam al-Quran
22

Mustafa Edwin Nasution, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, (Jakarta: Kencana,
2007), h. 214.

21

dan hadits senada dengan arti wakaf ialah penahanan harta yang dapat
diambil manfaatnya tanpa musnah seketika dan untuk penggunaan yang
mubah serta dimaksudkan untuk mendapatkan keridhaan Allah SWT.
(BasyirAzhari, 1977: 55) benda yang diwakafkan harus tahan lama dan
tidak mudah musnah. Harta yang diwakafkan kemudian menjadi milik
Allah, dan berhenti dari perederan (transaksi) dengan tidak boleh diperjual
belikan, tidak boleh diwariskan dan tidak boleh dihibahkan.23
Landasan hukum yang menganjurkan wakaf ialah firman Allah SWT.
Surat Ali Imran ayat 92 :

Artinya : Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang
sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. Dan
apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya. (Q.S.
Al-Imran ayat 92).
Ayat lain yang mengajurkan syari‟at wakaf :

23

Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggara Haji, Pedoman
Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf, (Jakarta: Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat
Islam dan Penyelenggara Haji, 2003), h. 25.

22

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, ruku'lahkamu, sujudlah kamu,
sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat
kemenangan. (Q.S. Al-Hajj ayat 77).
Disyariatkan pula dalam hadits :

‫ع اى ريرة ا رسول اه‬
‫ ادا‬: ‫قال‬
‫ص ى ع ي و س‬
‫اا‬
‫ا اب اد ا قطع ع‬
‫او ع‬
‫ث ث صدق جاري‬
‫ي تفع ب او ولد صاح‬
)
‫س‬
‫(روا‬
‫يدعول‬
Dari Abu Hurairah ra. Sesungguhnya Rasulullah Saw bersabda :
“Apabila anak Adam (manusia meninggal dunia, maka putuslah amalnya, kecuali
tiga perkara: Shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shaleh yang
mendoakan orang tuanya”. (HR. Muslim)24

3. Unsur dan Syarat Wakaf
Unsur-unsur wakaf (rukun-rukun wakaf) ada empat, yaitu :
a. Orang yang berwakaf (wakif)
b. Sesuatu atau harta yang diwakafkan (mauquf)

24

702

Muhammad Nashirudin, Ringkasan Shahih Muslim, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2003), h.

23

c. Tempat

berwakaf

(mauquf

„alaih),

yaitu

tempat

kemana

diwakafkannya harta wakaf itu, dan
d. Aqad. Yaitu sesuatu pernyataan timbang terima harta wakaf dari si
wakif kepada mauquf „alaih. Kalau kepada orang tertentu
hendaklah ada qobul, tetapi kalau wakaf untuk umum tidak
disyaratkan qobul.25
Untuk sahnya suatu wakaf, harus dipenuhi beberapa syarat dari
unsur-unsur wakaf diatas, yaitu :
a. Orang yang mewakafkan harus orang yang sepenuhnya berhak
untuk menguasai benda yang akan diwakafkan. Si wakif harus
mukallaf (akil baligh) dan atas kehendak sendiri, tidak dipaksa
orang lain.
b. Benda yang akan diwakafkan harus kekal zatnya. Berarti ketika
timbul manfaatnya, zat barang tidak rusak. Hendaklah wakaf itu
disebutkan dengan terang dan jelas kepada siapa diwakafkan.
c. Hendaklah penerima wakaf tersebut orang yang hendak memiliki
sesuatu, maka tidak sah wakaf kepada hamba sahaya.
d. Ikrar wakaf dinyatakan dengan jelas baik dengan tulisan atau lisan.
e. Tunai dan tidak ada khiyar, karena wakaf berarti memindahkan
milik waktu itu.26

25

Suparman Usman, Hukum Perwakafan Di Indonesia, (Jakarta: Darul Ulum Press,
1999), h. 32.
26
Suparman Usman, Hukum Perwakafan Di Indonesia, h. 32.

24

4. Nazhir
Nadzir wakaf adalah orang atau badan yang memegang amanat untuk
memelihara dan mengurus harta wakaf sesuai dengan wujud dan tujuan
wakaf tersebut. Pada dasarnya siapa saja dapat menjadi nazhir selama ia
mempunyai hak melakukan tindakan hukum.27

5. Macam-macam Wakaf
Bila ditinjau dari segi peruntukan ditujukan kepada siapa wakaf itu,
maka wakaf dapat dibagi menjadi dua (2) macam :
a. Wakaf Ahli
Yaitu wakaf yang ditujukan kepada orang-orang tertentu, seorang
atau lebih, keluarga si wakif atau bukan. Wakaf seperti ini juga disebut
wakaf Dzurri.28
b. Wakaf Khairi
Yaitu wakaf yang secara tegas untuk kepentingan agama
(keagamaan) atau kemasyarakatan (kebajikan umum). Seperti wakaf
27
28

Suparman Usman, Hukum Perwakafan Di Indonesia, h. 33.
Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Fiqih Wakaf, h. 14.

25

yang diserahkan untuk keperluan pembangunan masjid, sekolah,
jembatan, rumah sakit, panti asuhan anak yatim dan lain sebagainya.29

B. Kedudukan dan Perubahan Wakaf
1. Kedudukan Wakaf
Sebagaimana dikemukakan diatas, bahwa yang dimaksud dengan
shodaqoh jariyah dalam hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dari Abi
Hurairah r.a. – menurut para ulama (Imam Muhammad Ismail Al-Kahlani, t.t.
: 87; Asy-Syaukani, 1374 ; 127, Sayid Sabiq, 1971 : 378; Imam Taqiyudin Abi
Bakr, t.t. : 319) – adalah wakaf. konsekuensi logis dari pernyataan tersebut,
jelaslah bahwa kedudukan wakaf adalah sebagai salah satu macam
shodaqoh.30
Sejalan dengan kedudukannya, maka harta wakaf terlepas dari hak milik
wakif, dan tidak pula pindah menjadi milik orang-orang atau badan-badan
yang menjadi tujuan wakaf. Harta wakaf terlepas dari hak milik wakif sejak
wakaf diikrarkan dan menjadi hak Allah yang kemanfaatannya menjadi hak
penerima wakaf (Imam Suhadi, 1985 : 27 : 28; Ahmad Azhar Basyri, 1987 :
16). 31
2. Perubahan Wakaf

29

Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Fiqih Wakaf, h. 16.
Suparman Usman, Hukum Perwakafan Di Indonesia, h. 37.
31
Suparman Usman, Hukum Perwakafan Di Indonesia, h. 38.
30

26

Memanfaatkan benda wakaf berarti menggunakan benda wakaf
tersebut. Sedangkan benda asalnya/pokoknya tetap tidak boleh dijual,
tidak boleh diberikan/dihibahkan, dan tidak boleh diwariskan.32

Sebagian ulama berpendapat bahwa kalau benda wakaf sudah tidak
berfungsi (tidak dapat dipergunakan) atau kurang berfungsi, maka benda
tersebut tidak boleh dijual, tidak boleh diganti/ditukar, tidak dipindahkan,
tapi benda tersebut dibiarkan tetap dalam keadaannya. Pendapat ini adalah
pendapat yang dikemukakan oleh Syafi‟i dan Malik.33
Imam ahmad berpendapat bahwa boleh menjual benda wakaf, atau
menukarnya, menggantinya, memindahkannya, dan menggunakan hasil
penjualan tersebut untuk kemudian digunakan lagi bagi kepentingan
wakaf.34
Dengan demikian wakaf tersebut boleh dijual, dipindahkan, dirobah
atau diganti untuk kemudian diatur kembali pemanfaatannya bagi
kepentingan umum, sesuai dengan tujuan wakaf.

C. Perwakafan di Indonesia

32

Suparman Usman, Hukum Perwakafan Di Indonesia, h. 38.
Suparman Usman, Hukum Perwakafan Di Indonesia, h. 39.
34
Suparman Usman, Hukum Perwakafan Di Indonesia, h. 39.
33

27

Berbicara mengenai pengelolaan wakaf di

Indonesia, khususnya

pengembangan konsep wakaf tunai yang terhitung masih sangat baru, tidak
bisa lepas dari periodesasi pengelolaan wakaf secara umum. Paling tidak ada
tiga periode besar pengelolaan wakaf di Indonesia35 :

1. Periode Tradisional.

Pada periode ini, wakaf masih ditempatkan sebagai ajaran yang
murni dimasukkan dalam kategori ibadah mahdhah (pokok). Yaitu
Kebanyakan benda wakaf diperuntukkan untuk pembangunan fisik,
seperti masjid, mushola, pesantren, kuburan, yayasan, dan sebagainya.
Sehingga keberadaan wakaf belum memberikan kontribusi social yang
lebih luas karena hanya untuk kepentingan konsumtif. Kondisi tersebut
disebabkan oleh beberapa aspek, diantaranya36 :


Kebekuan paham terhadap wakaf



Nazhir wakaf yang masih tradisional



Peraturan perundangan yang belum memadai

2. Periode Semi Professional.

35

Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Srategi Pengembangan Wakaf Tunai Di Indonesia,
(Jakarta: Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, 2006), h. 1.
36
Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Srategi Pengembangan Wakaf Tunai Di Indonesia,
h. 1.

28

Periode semi-profesional merupakan pola pengelolaan wakaf yang
kondisinya relatif sama dengan periode tradisional, namun pada masa
ini sudah mulai dikembangkan pola pemberdayaan wakaf secara
produktif,

meski

pembangunan

belum

maksimal.

masjid-masjid

yang

Sebagai
letaknya

contoh

adalah

strategis

dengan

menambah bangunan gedung untuk pertemuan, pernikahan, seminar
dan acara lainnya seperti masjid sunda kelapa, masjid pondok indah,
masjid at-taqwa Pasar Minggu, Masjid Ni‟matul Ittihad Pondok Pinang
(semua terletak dijakarta) dan lain-lain.37
Selain hal tersebut juga sudah mulai dikembangkan pemberdayaan
tanah-tanah wakaf untuk bidang pertanian, pendirian usaha kecil
seperti toko ritel, koerasi, penggilingan padi, usaha bengkel, dan
sebagainya yang hasilnya untuk kepentingan pengembangan di bidang
pendidikan (pondok pesantren), meskipun pola pengelolaannya masih
dikatakakan tradisional. Pola pemberdayaan seperti ini sudah
dilakukan oleh Pondok Pesantren Modern As-Salam Gontor,
Ponorogo. Yang secara khusus mengembangkan wakaf untuk
kesehatan dan pendidikan seperti yang dilakukan oleh Yayasan Wakaf
Sultan Agung, Semarang. Ada lagi yang memberdayakan wakaf
dengan pola pengkajian dan penelitian secara intensif terhadap

37

h. 4.

Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Srategi Pengembangan Wakaf Tunai Di Indonesia,

29

pengembangan wacana pemikiran Islam modern seperti yang
dilakukan oleh Yayasan wakaf Paramadina, dan seterusya.38
Namun, karena kebanyakan kendala dalam pemberdayaan wakaf
secara lebih agresif, pada periode ini, dimana kita sekarang masih
berada dalam periode ini, pemberdayaan wakaf terlihat belum dinamis.

3. Periode Professional.

Yaitu sebuah kondisi dimana daya tarik wakaf sudah mulai dilirik
untuk diberdayakan secara profesional produktif. Keprofesionalan
yang dilakukan meliputi aspek: manajemen, SDM keNazhiran, pola
kemitraan usaha, bentuk benda wakaf yang tidak hanya berupa harta
tidak bergerak seperti uang, saham dan surat berharga lainnya,
dukungan political will pemerintah secara penuh, seperti lahirnya
Undang-undang No.41 Tahun 2004 tentang Wakaf.39
Dalam periode ini, isu yang paling menonjol untuk bisa mencapai
pengelolaan wakaf secara profesional adalah munculnya gagasan
wakaf uang yang digulirkan oleh tokoh ekonomi asal Bangladesh,
Prof. M.A Manna. Kemudian muncul pula gagasan wakaf investasi,
38

Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Srategi Pengembangan Wakaf Tunai Di Indonesia,

39

Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Srategi Pengembangan Wakaf Tunai Di Indonesia,

h. 5.
h. 6.

30

yang di Indonesia sudah dimulai oleh Dompet dhuafa Republika
bekerja sama dengan Batasa (BTS) Capital beberapa waktu yang
lalu.40
Semangat pemberdayaan potensi wakaf secara profesional
produktif tersebut semata-mata untuk kepentingan kesejahteraan umat
manusia, khususnya muslim Indonesia yang sampai saat ini masih
dalam keterpurukan ekonomi yang sangat menyedihkan, baik dibidang
pendidikan, kesehatan, teknologi maupun bidang sosial lainnya. Pada
masa ini, kita mulai menepaki jenjang periodesasi pemberdayaan
wakaf secara total melibatkan seluruh potensi keummatan dengan
dukungan penuh, seperti lahirnya UU wakaf baru, peran UU Otonomi
daerah, peran Perda, Kebijakan Moneter Nasional, UU Perpajakan dan
lain sebagainya.41
Tidak hanya di Indonesia, Perkembangan wakaf di Malaysia sejak
tahun 1800-an tidak mengalami perubahan secara signifikan dan
bernilai ekonomi. Sebab perundang-undangan Malaysia sampai
sekarang hanya terbatas kepada tanah. Itupun mayoritas masih berupa
wakaf khas yang dalam pengelolaannya terikat dengan ketentuanketentuan yang disyariatkan oleh wakif. Disamping itu, masih banyak
tanah wakaf yang dikelola oleh luar majelis agama, nazhirnya bukan

40

Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Srategi Pengembangan Wakaf Tunai Di Indonesia,

41

Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Srategi Pengembangan Wakaf Tunai Di Indonesia,

h. 6.
h. 6.

31

ahli ekonomi dan tidak punya latar belakang manajemen, sehingga
perwakafan di Malaysia kurang produktif dan kurang bernilai
ekonomi.42
Jenis wakaf Malaysia dapat dikategorikan menjadi dua model,
yaitu wakaf „am dan wakaf khash. Wakaf „am adalah harta yang
diwakafkan untuk kepentingan umat Islam dan untuk pengembangan
sosio-ekonomi umat Islam. Wakaf khash adalah harta yang
diwakafkan

disertai

dengan

syarat-syarat

tertentu

oleh

yang

mewakafkan (waqif).43
Wakaf di Arab Saudi, ketetapan No. 574 tanggal 16 Rajab 1386
H. Sesuai dengan surat keputusan kerajaan No. M/35, tanggal 18 Rajab
1386 H. Departemen wakaf resmi dibentuk oleh kerajaan Arab Saudi.
Dimana departemen ini bertugas untuk mengurus aset-aset wakaf dan
dikelola secara produktif. Akan tetapi ada pengelolaan khusus terhadap
harta wakaf yang ada di Mekkah dan Masjid Nabawi dibangun hotel,
pertokohan dan rumah yang dikembangkan secara ekonomi yang
hasilnya untuk perawatan aset-aset dua kota tersebut dan membantu
masyarakat yang membutuhkan uluran tangan kerajaan.44

42

Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggara Haji. Pedoman
Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf , h. 16.
43
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggara Haji. Pedoman
Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf , h. 16
44
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggara Haji. Pedoman
Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf , h. 18.

32

Dalam pengelolaan wakaf di Arab Saudi tentu dengan menunjukan
pengelola (nazhir). Dimana nazhir tersebut bertugas untuk membuat
perencanaan dalam pengembangan harta wakaf, mensosialisasikan
program

yang

telah

disepakati,

melaksanakan

tugas

dalam

mendistribusikan hasil wakaf kepada yang membutuhkan, memelihara
dan mengawasi untuk kelanggengan aset wakaf dan membuat laporan
kepada kerajaan (mamlakah) dalam pelaksanaan dan pengelolaan
wakaf. 45
Wakaf di Turki, pada tahun 1928 di Turki terdapat tanah wakaf
yang jumlahnya hampir separoh dari seluruh tanah-tanah subur yang
ada di negeri tersebut. Pada tahun itu penghasilan harta wakaf tercatat
meliputi sebesar T.k. 3.489.000,00 (tiga juta empat ratus delapan puluh
sembilan ribu ringgit mas turki). Kesemuanya berasal dari hasil sawah,
kebun anggur, rumah-rumah gedung yang disewakan, dan lain
sebagainya.46
Di Turki ada dua jenis wakaf, yaitu: Wakaf Sholih dan Wakaf
Ghair Sholih. Wakaf Shohih yaitu wakaf yang berasal dari tanah milik,
dan wakaf ghair Shohih adalah wakaf yang bukan dari tanah milik
(dari tanah negara). Disamping itu pengurusnya ada tanah-tanah wakaf
yang langsung diurus negara, ada pula tanah-tanah wakaf yang diurus

45

Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggara Haji. Pedoman
Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf , h. 18.
46
Rachmadi Usman, Hukum Perwakafan di Indonesia, h. 98.

33

masing-masing badan hukum/masyarakat, sedang negara hanya
mengawasi saja.47

D. Pedoman Pengelolaan Wakaf Produktif.
1. Aspek kelembagaan dan Manajemen Wakaf
Untuk mengelola wakaf produktif di Indonesia, yang pertama-tama
harus dilakukan adalah perlunya pembentukan suatu badan atau lembaga
yang khusus mengelola wakaf yang ada yang bersifat nasional.48
2. Aspek Akuntansi dan Auditing Lembaga Wakaf
a. Aspek Akuntansi
Akuntansi bukanlah “ilmu baru” dalam kehidupan umat manusia.
Sejarah mencatat, bahwa akuntansi sudah ada dan dipraktikan sejak
sekitar 8000 tahun sebelum masehi. Dalam pengertian yang paling
sederhana, akuntansi dapat dipahami sebagai kegiatan pencatatan

47

Rachmadi Usman, Hukum Perwakafan di Indonesia, h. 98.
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggara Haji. Pedoman
Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf, h. 89.
48

34

kegiatan usaha bisnis, baik komersial ataupun bukan, untuk tujuan
tertentu. Maha suci dan Maha Agung Allah SWT yang secara jelas
menegaskan pentingnya akuntansi bagi kegiatan manusia, sebagaiman
yang dilansir didalam ayat al-Quran surat al-Baqarah ayat 282.49
b. Aspek Auditing
Auditing dalam bahasa Indonesia biasanya diartikan sebagai
pemeriksaan. Padahal, secara harfiah istilah auditing ini konon berasal
dari istilah audire yang berarti to hear atau to listen (Mathews, 1996).
Yang dimaksud adalah bahwa pihak tertentu melaporkan secara
terbuka tugas ayau amanah yang diberi kepadanya, dan pihak yang
memberikan amanah mendengarkan. Jadi ini merupakan manifestasi
pertanggungjawaban pihak tertetu yang diberi tanggungjawab kepada
pihak yang memberi amanah.50

49

Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggara Haji. Pedoman
Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf, h. 92.
50
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggara Haji. Pedoman
Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf,h. 94.

BAB III
GAMBARAN UMUM TENTANG PERGURUAN
ISLAM AL-SYUKRO UNIVERSAL

A. Sejarah dan Perkembangan Perguruan Islam Al-Syukro Universal
"Belanjakanlah sebagian hartamu di jalan Allah", amanah yang
disampaika