IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4. 1 Hasil Analisis Karakterisasi Arang Aktif
Hasil analisis karakterisasi arang dan arang aktif berdasarkan SNI 06-3730-1995 dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Hasil Analisis Karakterisasi Arang Aktif
Contoh Rendemen
Kadar Air
Kadar Zat
Terbang Kadar
Abu Kadar
Karbon Terikat
Daya Adsorb
thd Iodium
mgg Daya
Adsorb thd MB
mgg AB
- 6,16
16,56 6,53
76,91 256
3,89 B1
79,04 1,59
10,90 6,86
82,24 446
18,70 B2
74,64 2,14
8,95 5,67
85,38 734
21,99 ATK
- 7,27
23,69 7,34
68,97 466
23,26 T1
85,22 2,12
14,26 2,04
83,70 648
24,94 T2
81,33 1,62
13,78 3,22
83,00 760
49,63 SNI 06-
3730-1995 tdk
dipersyaratkan max. 5 max. 25
max. 10
min. 65 min.
750 min.
120 Keterangan:
AB = Arang bambu B1 = Arang aktif bambu aktivasi 600
o
C dengan uap air 90 menit B2 = Arang aktif bambu aktivasi 700
o
C dengan uap air 90 menit ATK = Arang tempurung kelapa
T1 = Arang aktif tempurung kelapa aktivasi 600
o
C dengan uap air 90 menit T2 = Arang aktif tempurung kelapa aktivasi 700
o
C dengan uap air 90 menit
Berdasarkan data pada Tabel 7, diketahui bahwa rendemen arang menjadi arang aktif, baik pada bambu maupun tempurung kelapa, menurun dengan
meningkatnya suhu aktivasi. Rendahnya rendemen pada pembuatan arang aktif disebabkan oleh senyawa karbon yang terbentuk dari hasil penguraian selulosa
dan lignin mengalami reaksi pemurnian dengan uap air yang bertujuan untuk menghilangkan senyawa yang melekat pada permukaan arang. Sejalan dengan
meningkatnya suhu aktivasi, maka karbon yang bereaksi menjadi CO
2
dan H
2
O juga semakin banyak dan sebaliknya C yang dihasilkan semakin sedikit, sehingga
rendemen arang aktif yang dihasilkan menjadi lebih rendah. Kadar air mengalami penurunan setelah proses aktivasi. Akan tetapi pada
arang aktif bambu, hasil aktivasi dengan suhu yang lebih tinggi memiliki kadar air yang lebih tinggi, sedangkan hal sebaliknya terjadi pada arang aktif tempurung
kelapa. Menurut Hendaway 2003, kadar air arang aktif dipengaruhi oleh sifat higroskopis arang aktif, jumlah uap air di udara, lama proses pendinginan,
penggilingan dan pengayakan karena preparasi sampel arang aktif dilakukan di ruang terbuka.
Kadar zat terbang arang mengalami penurunan setelah proses aktivasi dan menurun dengan meningkatnya suhu aktivasi. Hal ini terjadi karena pada suhu
tinggi, penguraian senyawa non karbon seperti CO
2,
CO, CH
4
dan H
2
dapat berlangsung sempurna Kuriyama 1961 dalam Sudrajat et al., 2005.
Kadar abu pada arang bambu dan arang bambu yang telah diaktivasi tidak berbeda secara signifikan, sedangkan pada arang tempurung kelapa, kadar abu
menurun setelah proses aktivasi. Kadar abu dalam arang aktif dapat mempengaruhi daya adsorb karena pori arang aktif akan terisi oleh kation-kation
seperti K, Na, Ca dan Mg. Kadar karbon terikat pada arang aktif lebih tinggi dibandingkan dengan
arang. Kadar karbon terikat sangat dipengaruhi oleh kadar zat terbang dan kadar abu. Semakin tinggi nilai kadar zat terbang dan abu, maka kadar karbon terikat
semakin rendah. Nilai kadar karbon terikat berbanding lurus dengan daya adsorb arang aktif tersebut, sehingga semakin besar kadar karbon terikat, maka
kemampuan arang aktif untuk mengadsorb gas atau larutan akan menjadi lebih besar pula Sudrajat et al., 2005. Hal ini terlihat dari daya adsorb arang aktif
terhadap iodium dan metilena biru. Arang aktif memiliki daya adsorb terhadap iodium yang lebih tinggi
dibandingkan dengan arang. Daya adsorb arang bambu terhadap iodium yaitu 256 mgg, sedangkan daya adsorb arang aktif bambu yaitu 446 mgg pada suhu
aktivasi 600
o
C dan 734 mgg dengan suhu aktivasi 700
o
C. Daya adsorb arang tempurung kelapa terhadap iodium yaitu 466 mgg, sedangkan daya adsorb arang
aktif tempurung kelapa yaitu 648 mgg pada suhu aktivasi 600
o
C dan 760 mgg pada suhu aktivasi 700
o
C. Peningkatan daya adsorb ini memperlihatkan bahwa atom karbon yang membentuk kristalit heksagonal semakin banyak sehingga
celah atau pori yang terbentuk di antara lapisan kristalit juga semakin besar. Daya adsorb arang aktif terhadap metilena biru lebih tinggi dibandingkan dengan arang.
Tingginya daya adsorb arang aktif terhadap metilena biru menunjukkan bahwa senyawa hidrokarbon yang terdapat pada permukaan arang yang diaktivasi telah
banyak menjadi aktif dan ikatan antara hidrogen dan karbon terlepas dengan
sempurna, sehingga semakin luas permukaan yang aktif Pari et al. 2006. Akan tetapi daya adsorb yang dihasilkan masih di bawah SNI, kecuali daya adsorb T2
terhadap iodium. Rendahnya daya adsorb terhadap iodium dan metilena biru menunjukkan bahwa perlakuan aktivasi terhadap bahan belum cukup untuk
membuka pori-pori bahan. Daya adsorb arang aktif dapat ditingkatkan dengan meningkatkan suhu atau waktu aktivasi.
4. 2 Hasil Analisis Pupuk Lambat Tersedia