Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian

BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

Penelitian ini berawal dari sebuah kegelisahan terhadap eksistensi pidana Islam, khususnya pidana sariqah pencurian yang terasa sulit diterapkan dalam masyarakat modern, seperti Indonesia. Kesulitan tersebut disebabkan oleh banyak faktor dan terutama terjadi pada dua aspek, yaitu aspek teoritis al- musykilah al-istinbathiyah dan aspek praktis al-musykilah al-tathbiqiyah Ismail, 2003: 81-84. Karena itu, penulis tertarik meneliti aspek pertama teori dan konsep pidana pencurian agar menjadi mungkin diterapkan dalam praktik masyarakat modern, khususnya Indonesia. Secara lebih khusus tujuan penelitian ini adalah: 1. Menganalisis definisi sariqah pencurian dan mengungkapkan kasus-kasus pidana saat ini yang termasuk dalam pidana sariqah pencurian tersebut. 2. Menyingkap konsep pidana sariqah yang sebenarnya ditunjukkan oleh al- Qur’an dan al-Hadits, dan mencari sebab-sebab mendasar serta latar belakang ditentukannya hukum potong tangan bagi pidana sariqah dalam al- Qur’an serta mendeskripsikan bentuk pidana sariqah pada praktik hukum pidana masyarakat Islam awal. Selain itu, juga pada kondisi apa dan tingkat bagaimana pidana potong tangan itu diterapkan. 3. Mencoba melihat sanksi tindak pidana pencurian dari perspektif hak asasi manusia. 4. Mencoba mencari bentuk pidana sariqah pencurian yang diinginkan ketentuan Islam dan dapat diterapkan dalam masyarakat masyarakat modern, khususnya di Indonesia.

B. Kegunaan Penelitian

Secara teoritis, penelitian ini akan memberikan kontribusi bagi para intelektual muslim untuk mencoba berani menganalisis salah satu bagian hukum pidana Islam, yaitu sariqah pencurian yang meliputi penunjukan teks al- Qur’an dan al-Hadits tentang ketentuan hukumnya dan ketentuan tersebut dilihat dari sudut pandang maqashid al- syari’ah. Dengan penelitian ini, umat Islam diharapkan lebih dewasa untuk menerima konsep yang berbeda dalam persoalan hukum pidana pencurian, karena persoalan tersebut tidak bisa dilepaskan dengan persoalan ijtihadiyah. Sedangkan secara substantif, penelitian ini akan menunjukkan kepada masyarakat Islam, bahwa hukum pidana sariqah pencurian yang diketengahkan al- Qur’an dan al-Hadits bukanlah “harga mati”. Dia akan selalu hidup yang tidak bisa dilepaskan dengan konteks sosio-historis yang melingkupinya. Karena itu, hukum yang dianggap mapan oleh umat Islam sebenarnya telah diperdebatkan pada awal pembentukannya, dan pada zaman modern, perdebatan semacam itu sangat wajar terjadi. Logikanya, kesenjangan masa kini dan masa kemunculan hukum pidana pencurian bisa dianggap mungkin dan tidak mustahil akan menimbulkan aspek-aspek yang berbeda dan mempengaruhi pembentukan hukum pencurian yang akan diterapkan, meskipun “hukum berbeda” itu bukan suatu keharusan. Dengan logika ini, berarti bahwa hukum pidana pencurian itu bersifat relatif. Hanya saja, relatifitas hukum pidana pencurian tetap harus memiliki pijakan yang bisa dipertanggungjawabkan secara moral, intelektual dan sosial.

BAB IV METODE PENELITIAN