ZAKAT DALAM HPT DAN AL-AMWAL FIL-ISLAM

ZAKAT DALAM HPT DAN AL-AMWAL FIL ISLAM
Pertanyaan dari: Soedjarwo, Wakil Ketua PCM Subah, Batang
(disidangkan pada hari Jum'at, 21 Muharram 1428 H / 9 Februari 2007 M)
Pertanyaan:
Di daerah kami akan dilaksanakan zakat dengan menggunakan rumus:
1.
2.
3.

K – H = + (wajib mengeluarkan zakat)
K – H = 0 (belum sampai nishab)
K – H = - (dlu’afa).

Keterangan:

K adalah kekayaan terpadu, H adalah hutang terpadu.

Yang kami tanyakan adalah : Apakah Muhammadiyah Cabang Subah Daerah Batang boleh
mengikuti model penetapan zakat seperti di atas yang bertentangan dengan HPT dan al Amwal
fil Islam?
Jawaban:

Putusan Tarjih –baik yang sudah dimuat dalam buku Himpunan Putusan Tajih (HPT) atau
yang belum dibukukan- adalah putusan yang dihasilkan oleh Muktamar Tarjih atau Muktamar
Khususi yang diselenggarakan pada masa-masa periode terdahulu dan yang akhir-akhir ini
diputuskan oleh Musyawarah Nasional Tarjih.
Muktamar Tarjih atau Muktamar Khususi atau Musyawarah Nasional Tarjih adalah
lembaga tertinggi dalam persyarikatan Muhammadiyah yang berwenang untuk memutuskan
permasalahan-permasalahan keagamaan. Putusan Tarjih setelah ditanfidz oleh Pimpinan Pusat
Muhammadiyah berlaku mengikat bagi segenap jajaran persyarikatan Muhammdiyah pada
semua tingkatan. Pimpinan Wilayah Muhammadiyah, Pimpinan Daerah Muhammadiyah,
Pimpinan Cabang Muhammdiyah dan Pimpinan Ranting Muhammadiyah bertugas memimpin
dan mengendalikan pelaksanaan kebijakan/instruksi Pimpinan Pusat dan Unsur Pembantu
Pimpinan Pusat.
Untuk lebih jelasnya kami kutipkan:
1. Anggaran Dasar Muhammadiyah pasal 34:
(1) Tanfidz adalah pernyataan berlakunya keputusan Muktamar, Tanwir, Musyawarah, dan Rapat
yang dilakukan oleh Muhammadiyah masing-masing tingkat.
(2) Keputusan Muktamar, Tanwir, Musyawarah, dan Rapat berlaku sejak ditanfidzkan oleh
Pimpinan Muhammadiyah masing-masing tingkat.
2. Anggaran Rumah Tangga Muhammadiyah:
a. Pasal 11 ayat (1) huruf b: Pimpinan Wilayah bertugas: memimpin dan mengendalikan

pelaksanaan kebijakan/instruksi Pimpinan Pusat dan Unsur Pembantu Pimpinan.
b. Pasal 12 ayat (1) huruf b: Pimpinan Daerah bertugas: memimpin dan mengendalikan pelaksanaan
kebijakan/instruksi Pimpinan Pusat, Pimpinan Wilayah, serta Unsur Pembantu Pimpinannya.

c. Pasal 13 ayat (1) huruf b: Pimpinan Cabang bertugas: memimpin dan mengendalikan pelaksanaan
kebijakan/instruksi Pimpinan Pusat, Pimpinan Wilayah, Pimpinan Daerah serta Unsur Pembantu
Pimpinannya.
d. Pasal 14 ayat (1) huruf b: Pimpinan Ranting bertugas: memimpin dan mengendalikan
pelaksanaan kebijakan/instruksi Pimpinan Pusat, Pimpinan Wilayah, Pimpinan Daerah,
Pimpinan Cabang serta Unsur Pembantu Pimpinannya.
Berdasarkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang telah disebutkan, dapat
disimpulkan bahwa Pimpinan Wilayah, Pimpinan Daerah, Pimpinan Cabang dan Pimpinan
Ranting, harus melaksanakan segala keputusan Pimpinan Pusat termasuk Putusan Tarjih.
Berkaitan dengan pertanyaan saudara, maka secara organisatoris segenap jajaran
Muhammadiyah harus melaksanakan pelaksanaan zakat sesuai dengan keputusan resmi
Muhammadiyah seperti yang termaktub di dalam HPT dan al-Amwal fil-Islam, tidak terkecuali
pada tingkat wilayah, daerah, cabang dan ranting manapun.
Wallahu a‘lam bish-shawab. *dw)
Tim Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid
Pimpinan Pusat Muhammadiyah

E-mail: tarjih_ppmuh@yahoo.com dan ppmuh_tarjih@yahoo.com