PENERAPAN JURNALISME PRESISI DI HARIAN RADAR MALANG Newsroom Study pada Proses Produksi Rubrik The Youth Edisi 9 Juli – 8 Oktober 2014

(1)

PENERAPAN JURNALISME PRESISI DI HARIAN RADAR MALANG Newsroom Study pada Proses Produksi Rubrik The Youth

Edisi 9 Juli – 8 Oktober 2014

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

Sebagai Persyaratan untuk Mendapatkan Gelar Sarjana (S-1)

MUHAMMAD IDRIS MUADINNULLAH 09220089

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(2)

LEMBAR PENGESAHAN Nama : Muhammad Idris Muadinnullah

NIM : 09220089

Konsentrasi : Jurnalistik dan Studi Media Judul skripsi :

PENERAPAN JURNALISME PRESISI DI HARIAN RADAR MALANG (Newsroom Study pada Proses Produksi Rubrik The Youth

Edisi 9 Juli – 8 Oktober 2014)

Telah dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

dan dinyatakan LULUS Pada hari : Sabtu

Tanggal : I November 2014 Tempat : Ruang 609

Mengesahkan, Dekan Fisip UMM

Dr. Asep Nurjaman, M.Si

Dewan Penguji:

1. Muslimin Machmud, Dr. M.Si Penguji I ( ) 2. Arum Martikasari, M.Med.Kom Penguji II ( ) 3. M. Himawan Sutanto, M.Si Penguji III ( ) 4. Widiya Yutanti, MA Penguji IV ( )


(3)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Dengan selalu mengucap Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atasanugerah pikiran dan berkah ilmu yang telah Ia berikan,sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi, pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang. Adapun skripsi iniberjudul:

PENERAPAN JURNALISME PRESISI DI HARIAN RADAR MALANG (Newsroom Study pada Proses Produksi Rubrik The Youth

Edisi 9 Juli – 8 Oktober 2014)

Penulisan skripsi yang mengangkat tema jurnalisme presisi ini berawal dari pemahaman peneliti mengenai berita polling (produk dari jurnalisme presisi) yang didapat selama aktif di koran kampus BESTARI. Jurnalisme presisi menekankan pada proses pencarian data dengan metode-metode sebagaimana penelitian sosial dilakukan.

Genre jurnalisme presisi sebenarnya mulai berkembang di Amerika Serikat sejak tahun 1960-an. Di Indonesia, kita mengenal beberapa media besar seperti harian Kompas dan Republika yang mengembangkan genre jurnalisme ini. Peneliti, selanjutnya tertarik untuk melakukan penelitian pada proses produksi rubrik The Youth harian Radar Malang. Rubrik ini merupakan satu-satunya rubrik


(4)

dengan segmen remaja di Malang Raya, yang berita utamanya diolah berdasarkan hasil polling.

Peneliti berharap skripsi ini dapat menjadi sumbangsih langsung pada studi ilmu komunikasi. Semoga skripsi ini tidak hanya bermanfaat bagi peneliti, namun bagi siapa saja yang berminat untuk mendalami jurnalistik, terutama jurnalisme presisi.

Tidak sedikit kesulitan dan rintangan yang peneliti hadapi dalam penyusunan skripsi ini, sehingga tidak dapat terwujud tanpa bantuan serta dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih atas semua bantuan dan dorongan baik secara moral maupun materiil sehingga peneliti mampu menyelesaikan skripsi ini, kepada:

1. Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW.

2. Kedua orang tua saya tercinta ayahanda Abdul Azis dan ibunda Titin Sunarti, kakak-kakak saya: mbak Ayu, mas Bambang, mbak Lilis, serta adik saya Agung. Serta juga keponakan-keponakan.

3. Kakek, nenek, paman, bibi, keponakan-keponakan, serta juga sepupu-sepupu, keluarga besar di Malang dan juga di Lampung, terima kasih atas segala doa dan dukungannya.

4. Bapak M. Himawan Sutanto, M.Si selaku dosen pembimbing I dan ibu Widiya Yutanti, MA selaku pembimbing II, yang telah sabar dalam menyampaikan ilmu, memberikan pencerahan, bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat segera terselesaikan.


(5)

5. Bapak Muslimin Machmud, Dr. M.Si selaku dosen penguji I serta ibu Arum Martikasari, M.Med.Kom selaku dosen penguji II atas saran-saran perbaikan yang telah diberikan pada penelitian ini.

6. Seluruh dosen jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang yang telah membantu dalam bentuk sumbangan pemikiran tentang hal-hal yang terkait dalam skripsi ini, serta telah memberikan motivasi sehingga skripsi ini dapat segera terselesaikan.

7. Seluruh penulis buku yang telah menjadi sumber inspirasi dan membantu dalam memberikan ilmu pengetahuan, wawasan, serta pemahaman tentang segala hal yang terkandung dalam skripsi ini.

8. Seluruh teman-teman Ilmu Komunikasi angkatan 2009, serta juga kawan-kawan jurnalis di koran kampus BESTARI.

9. Teman-teman seperjuangan di kampus, Riksan, Heru, Dikha, Indra, serta juga Rozaq, kawan karib semenjak sekolah di Lampung.

10.Seluruh keluarga besar dW Coffee Shop, tempat dimana peneliti bekerja selama hampir dua tahun terakhir. Terimakasih sudah menjadi sahabat dan teman dimana peneliti bisa belajar banyak hal tentang manajemen dan kemampuan komunikasi interpersonal.

11.Para subyek penelitian, yakni redaktur dan tim rubrik The Youth harian Radar Malang, terima kasih atas kesempatan dan bantuannya, sehingga peneliti bisa menyelesaikan skripsi ini.


(6)

12.Serta kepada seluruh sahabat-sahabatku dan pihak-pihak lain yang juga turut memberikan bantuan dan belum saya sebutkan satu-persatu., semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan dengan pahala yang berlipat. Akhir kata, dengan segala kekurangan dan keterbatasan dalam penyusunan skripsi ini, peneliti menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya serta mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna memperbaiki penulisan skripsi ini. Semoga dapat berguna dan bermanfaat bagi pihak-pihak yang berminat mengkaji jurnalistik.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Malang, 30 Oktober 2014


(7)

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN ORISINALITAS ... iv

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABTRAKSI ... vii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian... 5

1. Kegunaan akademis ... 5

2. Kegunaan praktis ... 6

E. Tinjauan Pustaka ... 6

1. Jurnalisme... 6

2. Bentuk-bentuk jurnalisme ... 7

3. Produk jurnalisme ... 9

4. Sekilas perkembangan jurnalisme ... 9

5. Jurnalisme baru ... 11

6. Jurnalisme presisi... 12

7. Proses produksi berita ... 26


(8)

F. Fokus Penelitian ... 28

G. Metode Penelitian ... 28

1. Pendekatan penelitian ... 28

2. Teknik pemilihan subyek penelitian ... 28

3. Tempat penelitian ... 30

4. Teknik pengumpulan data ... 30

5. Teknik analisis data ... 31

6. Uji keabsahan data ... 34

BAB II GAMBARAN OBYEK PENELITIAN ... 35

A. Gambaran Umum Rubrik The Youth ... 35

1. Awal terbentuknya The Youth ... 35

2. Segmentasi pembaca ... 36

3. Karakter rubrik The Youth ... 36

4. Bagian-bagian rubrik The Youth ... 37

B. Harian Radar Malang ... 39

1. Visi dan misi ... 41

2. Sasaran ... 41

3. Peran perusahaan dalam pembangunan ... 41

4. Struktur organisasi dan pendelegasian tugas ... 41

5. Peningkatan SDM ... 45

6. Deskripsi isi surat kabar Radar Malang ... 46

7. Bagan alur pemberitaan surat kabar Radar Malang ... 48

BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA ... 49

A. Jurnalisme Presisi dalam Rubrik The Youth ... 50

1. Penetapan tujuan riset ... 50

2. Penentuan responden ... 56

3. Menyusun pertanyaan-pertanyaan ... 76

4. Metode pengumpulan data ... 83

5. Interpretasi data ... 85

B. Proses Produksi Rubrik The Youth ... 89


(9)

C. Ruang Redaksi (Newsroom) Rubrik The Youth ... 94

1. Struktur Dalam Ruang Redaksi ... 95

2. Rapat Redaksi ... 98

BAB IV PENUTUP ... 102

A. Kesimpulan ... 102

B. Saran ... 103

1. Saran praktis ... 103


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Subyek Penelitian ... 29

Tabel 2.1 Struktur Organisasi Harian Radar Malang ... 43

Tabel 2.2 Deskripsi Tugas dalam Strktur Organisasi Harian Radar Malang ... 44

Tabel 3.1 Tema Beberapa Edisi Rubrik The Youth ... 54

Tabel 3.2 Job Describtion dalam Redaksional Rubrik The Youth ... 95

DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Analisis Data Model Interaktif dari Miles dan Huberman ... 34

Gambar 2.1 Kuisioner The Youth Edisi 8 Oktober 2014 ... 62

Gambar 2.2 Buram Perhitungan Hasil Polling The Youth Edisi 8 Oktober 2014 63 Gambar 2.3 Diagram Pie Hasil Polling The Youth Edisi 8 Oktober 2014 ... 63

Gambar 2.4 Tampilan Kuisioner The Youth di Situs Www.surveymonkey.com ... 67

Gambar 2.5 Tampilan Twitter The Youth ... 68

Gambar 2.6 Tampilan Hasil Polling di Situs www.surveymonkey.com ... 69

Gambar 2.7 Tampilan Hasil Polling di Situs www.surveymonkey.com ... 70

Gambar 2.8 Tampilan Hasil Polling di Situs www.surveymonkey.com ... 71

Gambar 2.9 Tampilan Hasil Polling di Situs www.surveymonkey.com ... 72

Gambar 2.10 Tampilan Hasil Polling di Situs www.surveymonkey.com ... 73

Gambar 2.11 Tampilan Hasil Polling The Youth Edisi 16 Juli 2014 ... 74

Gambar 2.12 Suasana Rapat Rubrik The Youth ... 81


(11)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Hasil Wawancara

Lampiran 2 Sampel Percakapan Koordinasi Tim The Youth di Grup Line Lampiran 3 Tampilan Rubrik The Youth


(12)

DAFTAR PUSTAKA

Barus, Sedia Willing. 2010. Jurnalistik: Petunjuk Teknis Menulis Berita. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Boyd-Barret, Oliver and Chris Newbold. 1995. Approach to Media: A Reader. London: Bloomsbury Academic.

Bungin, Burhan. 2005. Analisis Data Penelitian Kualitatif: Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Bungin, Burhan. 2010. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana.

Ghony, M. Djunaidi dan Fauzan Almanshur. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Hamidi. 2007. Metode Penelitian dan Teori Komunikasi: Pendekatan Praktis Penulisan Proposal dan Laporan Penelitian. Malang: UMM Press. Itule, Bruce D. and Douglas A. Anderson. 2003. News Writing and Reporting for

Today’s Media. New York: McGraw-Hill.

McQuail, Dennis. 2011. Teori Komunikasi Massa McQuail/Dennis McQuail. Jakarta: Salemba Humanika.

Meyer, Philip. 2002. Precision Journalism: A Reporter’s Introduction to Social Science Methods. Boston: Rowman and Littlefield Publisher.

Muslimin M. 2011. Komunikasi Tradisional: Pesan Kearifan Lokal Masyarakat Sulawesi Selatan Melalui Berbagai Media Warisan. Yogyakarta: Buku Litera.

Rakhmat, Jalaluddin. 2009. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Rolnicki, Tom E. 2008. Pengantar Dasar Jurnalisme (Scolastic Journalism). Jakarta: Kencana.

Romli, Asep Syamsul M. 2001. Jurnalistik Praktis untuk Pemula. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Santana K., Septiawan. 2003. Jurnalisme Investigasi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.


(13)

Setiati, Eni. 2005. RagamJurnalisme Baru dalam Pemberitaan. Yogyakarta: ANDI.

Sumadiria, AS Haris. 2005. Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature, Panduan Praktis Jurnalis Profesional. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Supranto, J. 2000. Statistik: Teori dan Praktek. Jakarta: Erlangga. Sumber Non-Buku:

Harian Radar Malang, Senin, 10 Februari 2014. Penelitian Terdahulu:

Mardiani, Ana Nur Metania. 2012. Manajemen Redaksi Tabloid Mingguan: Studi Newsroom pada Redaksi Koran Pendidikan Malang. Malang: UMM. Sumber Online:

http://www.wikimu.com/news/DisplayNews.aspx?id=19515, Mengenal Jurnalisme Presisi (Precision Journalism), tahun 2011 oleh Satrio Arismunandar, diakses pada 11 November 2013, pukul 08.00 WIB.


(14)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Fenomena jurnalisme baru lahir dan berkembang di Amerika Serikat pada era 1970—an. Jurnalisme baru lahir karena kebosanan para wartawan atas mekanisme kerja jurnalisme lama yang dinilai kaku dan memberi batasan dalam beberapa hal seperti; ruang gerak wartawan, teknik penulisan berita, dan bentuk laporan berita. Fokus kerja wartawan ketika itu hanya berkutat pada pencatatan peristiwa berdasarkan fakta, kemudian memuat pemberitaannya di media massa. Penyajian berita pada era jurnalisme lama cenderung bersifat realtime terhadap fakta peristiwa dalam gaya penulisan straight news.

Selanjutnya, para wartawan ketika itu melakukan inovasi dan mengembangkan berbagai bentuk teknik jurnalisme baru dalam hal peliputan dan pelaporan berita. Wartawan dapat melakukan berbagai bentuk pencarian berita sesuai dengan prinsip-prinsip jurnalistik, dengan gaya dan kreasi masing-masing individu sehingga berita yang dihasilkan menjadi lebih luwes. Gaya jurnalisme baru tersebut memberikan semangat dalam peliputan, serta juga memberikan pengetahuan kepada pembaca untuk ikut berperan aktif dalam menganalisa berita. Fedler, di dalam bukunya An Introduction to the Mass Media merumuskan empat macam jurnalisme baru, yaitu advocacy journalism, alternative journalism, precision journalism dan literary journalism (Setiati, 2005:44).

Salah satu genre jurnalisme baru yaitu jurnalisme presisi. Prinsip jurnalisme presisi lebih menekankan pada usaha pencarian data serta ketepatan


(15)

2 informasi yang empirik, dengan tujuan agar hasil laporan lebih representatif. Hasil liputan wartawan dengan model ini juga harus memiliki kredibilitas akademis, sehingga diharapkan mampu menghasilkan tulisan bergaya ilmiah yang mudah diterima oleh pembaca. Proses peliputan jurnalisme presisi menggunakan metode penelitian yang sistematis dan terencana.

Seiring dengan berkembangnya dinamika masyarakat yang semakin bersifat urban, metropolis dan kompetitif, kebutuhan masyarakat kini akan informasi juga semakin kompleks. Para konsumen informasi kini memerlukan informasi yang lebih mendalam, tak lagi hanya sekedar sepenggal kejadian atau peristiwa straight news. Berita dengan format 5W+1H dinilai kurang mencerminkan fenomena peristiwa yang ada dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Permasalahan masyarakat kian kompleks, keputusan yang rasional pun menjadi semakin penting. Kelengkapan dan keluasan informasi pers dapat menjadi sarana untuk audiens menganalisis situasi lingkungan. Disinilah kehadiran jurnalisme presisi mampu menjawab kebutuhan masyarakat informasi.

Jurnalisme presisi yang terfokus pada kerja pencarian data berupaya membuat laporan jurnalistik yang memiliki ketepatan informasi empirik. Wartawan menggunakan metode riset untuk meng-cover suatu isu masalah sosial. Hasil liputan ditargetkan berupa informasi yang terukur. Ukuran ditetapkan melalui cara kerja peliputan yang menggunakan metode ilmiah, agar representatif jika dijadikan parameter masyarakat dalam mempersepsi fenomena sosial.

Jurnalisme presisi memiliki dua tahapan kerja liputan. Tahap pertama adalah tahap proses riset, mulai dari pendefinisian isu, pengerangkaan rencana


(16)

3 peliputan, pencarian fakta hingga pengolahannya. Sedang tahap kedua yaitu pelaksanaan kerja penulisan jurnalistik (Santana, 2003:200).

Di Indonesia, tercatat sejumlah media seperti harian Kompas, Republika, Media Indonesia, serta Tempo yang kerap mengangkat berita atau analisis berita, yang dibuat berdasarkan hasil survei atau jajak pendapat. Pemberitaan oleh harian tersebut lebih menyoroti pada isu-isu sosial, politik, dan ekonomi tertentu. Badan litbang Kompas misalnya, menggunakan metode wawancara lewat telepon kepada sejumlah responden di berbagai kota, untuk mengetahui apa pandangan masyarakat terhadap isu-isu tertentu.

Selain itu, ada pula rubrik yang manyajikan analisis berita berdasarkan hasil survei (polling), tetapi memiliki segmentasi remaja sebagai pembacanya, diantaranya adalah rubrik Deteksi Jawa Pos serta rubrik The Youth Radar Malang.

Rubrik Deteksi Jawa Pos adalah rubrik dengan target pembaca usia 13 hingga 24 tahun. Setiap harinya, tim Deteksi (yang terdiri atas 50-an tenaga paruh waktu) mengunjungi beberapa sekolah dan universitas berbeda untuk melakukan survei dengan wawancara kepada para pelajar maupun mahasiswanya. Para responden dimintai pendapat mengenai topik yang berbeda beda, mulai dari isu-isu seputar dunia pendidikan, tentang orang tua, kegemaran, olahraga, musik, politik, pacaran, maupun kehidupan seksual. Hasil survei tersebut diolah dalam bentuk data dan artikel, kemudian ditampilkan di halaman utama rubrik Deteksi Jawa Pos.


(17)

4 Harian Radar Malang juga memiliki rubrik The Youth yang hadir mingguan dan menyajikan analisis hasil polling kepada pembaca dengan segmentasi anak muda atau remaja. Rubrik The Youth yang terbentuk sejak November 2012 memiliki tim yang meliputi reporter, analis data, serta fotografer yang kesemuanya merupakan mahasiswa-mahasiswi dari beberapa perguruan tinggi di kota Malang. Berita rubrik tersebut diolah dengan melakukan serangkaian polling, wawancara responden, pengolahan data, hingga penulisan berita.

Prestasi membanggakan baru saja diraih oleh rubrik The Youth dalam ajang IYRA (Indonesia Young Readers Award) di Bengkulu, pada 8 Februari lalu. IYRA adalah penghargaan desain wajah rubrik anak muda kategori surat kabar harian se-Indonesia yang diselenggarakan oleh SPS (Serikat Penerbit Suratkabar) Indonesia. The Youth mendapatkan dua penghargaan sekaligus, yaitu Silver Winner dan Bronze Winner The Best of Java Newspaper IYRA 2014 (Radar Malang, 10 Februari 2014).

Para reporter dalam tim rubrik The Youth merupakan mahasiswa-mahasiswi dari berbagai universitas yang ada di kota Malang, dimana tidak semua dari mereka mengambil jurusan ilmu jurnalistik, sehingga rawan terjadi bias saat pengambilan data survei. Metode penulisan berita dalam rubrik tersebut menggunakan data hasil survei, yang masih jarang ada di beberapa harian di kota Malang. The Youth yang memiliki segmen remaja sekolah menengah hingga mahasiswa, terbit mingguan dengan tema berbeda setiap minggunya, dimana hal tersebut akan menuntut para reporter menyajikan berita tepat waktu dengan tidak


(18)

5 mengesampingkan keakuratan data survei yang diperoleh. Beberapa hal inilah yang mendasari peneliti untuk mengambil rubrik The Youth sebagai kajian penelitian.

Bertolak dari sedikit pemaparan di atas, maka peneliti akan mengambil judul: Penerapan Jurnalisme Presisi di Harian Radar Malang (Newsroom Study pada Proses Produksi Rubrik The Youth edisi 9 Juli – 8 Oktober 2014).

B.Rumusan Masalah

Dari penjelasan di atas, maka permasalahan yang akan dikaji oleh peneliti adalah; ―Bagaimana penerapan jurnalisme presisi dalam proses produksi berita rubrik The Youth harian Radar Malang?‖

C.Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini ialah untuk mengetahui dan mendeskripsikan bagaimana praktik-praktik jurnalisme presisi dilakukan dalam proses produksi berita rubrik The Youth harian Radar Malang.

D.Manfaat Penelitian

1. Kegunaan Akademis

Penelitian ini diharapkan mampu melengkapi penelitian-penelitian sebelumnya tentang komunikasi massa, dan dapat pula dijadikan rujukan bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian mengenai aliran jurnalisme baru, khususnya jurnalisme presisi.


(19)

6 2. Kegunaan Praktis

a. Dapat menjadi referensi bagi mahasiswa Ilmu Komunikasi terkait penelitian tentang penerapan jurnalisme presisi dalam proses produksi berita.

b. Dapat menjadi referensi bagi mahasiswa maupun siswa sekolah menengah jika ingin mengelola rubrik mading yang berisi berita analisis hasil survei (yang bertolak pada prinsip Jurnalisme Presisi).

c. Dapat menjadi masukan serta evaluasi bagi para wartawan, khususnya yang bergerak dalam peliputan jurnalisme presisi. E.Tinjauan Pustaka

1. Jurnalisme

Jurnalisme (journalism) atau jurnalistik secara etimologis berasal dari kata journal (Inggris) atau du jour (Prancis) yang berarti catatan harian atau catatan mengenai kegiatan sehari-hari atau bisa juga diartikan sebagai surat kabar harian. Kata journal atau du jour itu sendiri berasal dari bahasa Latin, yaitu diunalis yang artinya ‗harian‘ atau ‗tiap hari‘.

Para pakar telah banyak memberikan definisi jurnalistik. Meski muncul perbedaan pendapat, semuanya memiliki maksud dan makna yang sama. Berdasarkan perkembangan yang ada hingga saat ini, jurnalistik dapat diartikan sebagai seluk-beluk mengenai kegiatan penyampaian pesan atau gagasan kepada khalayak atau media massa melalui media komunikasi yang


(20)

7 terorganisasi seperti surat kabar/majalah (media cetak), radio, televisi, internet (media elektronik), dan film (news-reel) (Barus, 2010:2).

MacDougall menyebutkan bahwa journalisme adalah kegiatan menghimpun berita, mencari fakta, dan melaporkan peristiwa. Jurnalisme sangat penting dimana pun dan kapan pun. Jurnalisme juga sangat diperlukan dalam sebuah negara demokratis. Tak peduli apa pun perubahan-perubahan yang terjadi di masa depan, baik itu perubahan-perubahan sosial, ekonomi, politik, maupun yang lainnya (Kusumaningrat, 2009:15).

2. Bentuk-Bentuk Jurnalisme

Dilihat dari segi bentuk dan pengelolaannya, jurnalistik dibagi dalam tiga bagian besar, yaitu jurnalistik media cetak (newspaper and magazine journalism), jurnalistik media elektronik auditif (radio broadcast journalism), jurnalistik media audiovisual (television journalism).

Jurnalistik media cetak meliputi jurnalistik surat kabar harian, jurnalistik surat kabar mingguan, jurnalistik tabloid harian, jurnalistik tabloid mingguan, dan jurnalistik majalah. Jurnalistik media elektronik auditif adalah jurnalistik radio siaran. Sedangkan jurnalistik media elektronik audiovisual adalah jurnalistik televisi siaran dan jurnalistik media on line (internet).

Setiap bentuk jurnalistik memiliki ciri dan kekhasannya masing-masing. Ciri dan kekhasannya itu antara lain terletak pada aspek filosofi penerbitan, dinamika teknis persiapan dan pengelolaan, serta asumsi dampak yang ditimbulkan terhadap khalayak pembaca, pendengar, atau


(21)

8 pemirsa. Sebagai contoh, filosofi surat kabar harian menekankan pada segi keunggulan dan kecepatan dalam perolehan dan penyebaran informasi. Sedangkan filosofi penerbitan majalah berita mingguan lebih banyak menekankan segi kelengkapan dan kedalaman informasi serta ketajaman daya analisisnya (Sumadiria, 2005:4).

Jurnalistik media cetak dipengaruhi oleh dua faktor, yakni faktor verbal dan visual. Verbal, sangat pada kemampuan kita memilih dan menyusun kata dalam rangkaian kalimat dan paragraf yang efektif dan komunikatif. Visual, menunjuk pada kemampuan kita dalam menata, menempatkan, mendesain tata letak atau hal-hal yang menyangkut segi perwajahan. Materi berita yang ingin kita sampaikan kepada pembaca memang merupakan hal yang sangat penting.namun bila berita tersebut tidak ditempatkan dengan baik, dampaknya akan kurang berarti. Hal inilah yang harus diperhatikan oleh bagian desain visual, tata letak, atau perwajahan.

Dalam perspektif jurnalistik, setiap informasi yang disajikan kepada khalayak, bukan saja harus benar, jelas dan akurat, melainkan juga harus menarik membangkitkan minat dan selera baca (surat kabar, majalah), selera dengar (radio siaran), dan selera menonton (televisi). Inilah antara lain yang membedakan karya jurnalistik dengan karya lainnya sepeti karya ilmiah. Karya jurnalistik harus benar dan dikemas dalam bahasa dan penyajian yang menarik.


(22)

9 3. Produk Jurnalisme

Produk jurnalistik adalah surat kabar, tabloid, majalah, buletin, pun juga radio, televisi, dan media online internet. Namun tidak setiap surat kabar dapat disebut produk jurnalistik. Komponen ataupun isi dalam surat kabar, tabloid, majalah, dan buletin secara umum dapat digolongkan dalam tiga kelompok besar, yaitu: berita (news), opini (views) dan iklan (advertising). Dari tiga kelompok besar itu, hanya berita dan opini saja yang disebut produk jurnalistik. Iklan bukan produk jurnalistik, walaupun teknik yang digunakannya merujuk pada teknik jurnalistik (Sumadiria, 2005:6).

Kelompok berita meliputi antara lain berita langsung (straight news), berita menyeluruh (comprehensive news), berita mendalam (depth news), pelaporan mendalam (depth reporting), berita penyelidikan (investigative news), berita khas bercerita (feature news), serta berita gambar (photo news). Kelompok opini meliputi tajuk rencana, karikatur, pojok, artikel, kolom, esai, dan surat pembaca.

4. Sekilas Perkembangan Jurnalisme

Sejarah jurnalistik, sebagaimana dijelasakan dalam buku Jurnalistik: Teori dan Praktek, dimulai sekitar tiga ribu tahun yang lalu. Amenhotep III, penguasa Mesir kala itu mengirimkan ratusan pesan kepada para perwiranya di provinsi-provinsi untuk memberitahukan apa saja yang terjadi di ibukota. Di Roma sekitar 2000 tahun yang lalu, Acta Diurna (―tindakan-tindakan harian‖) seperti tindakan-tindakan senat, peraturan-peraturan pemerintah, berita kelahiran dan kematian, ditempelkan di tempat-tempat umum.


(23)

10 Sedangkan di Eropa sendiri, selama Abad Pertengahan, siaran berita yang ditulis tangan merupakan media informasi yang penting bagi para usahawan.

Keperluan untuk mengetahui apa yang terjadi merupakan kunci lahirnya jurnalisme selama berabad-abad. Tetapi, jurnalisme itu sendiri baru benar-benar dimulai ketika huruf-huruf lepas untuk percetakan mulai digunakan di Eropa sekitar tahun 1440. Dengan mesin cetak, lembaran-lembaran berita dan pamflet-pamflet dapat dicetak dengan kecepatan yang lebih tinggi, dalam jumlah yang lebih banyak, dan dengan ongkos yang lebih rendah (Kusumaningrat, 2009:16).

Surat kabar pertama yang terbit di Eropa secara teratur dimulai di Jerman pada tahun 1609: Aviso di Wolfenbuttel dan Relation di Strasbourg. Tak lama setelahnya, suratkabar-suratkabar lainnya muncul di Belanda (1618), Prancis (1620), Inggris (1620), dan Italia (1636). Suratkabar-suratkabar abad ke-17 ini dicetak sekitar 100 sampai 200 eksemplar sekali terbit, meskipun Frankfurter Journal pada tahun 1680 sudah memiliki tiras 1.500 sekali terbit.

Suratkabar pertama yang terbit sebagai harian adalah Eikommende Zeitung di Leipzig, Jerman, tahun 1650. Menyusul kemudian Daily Courant di London yang menjadi harian pertama di Inggris yang berhasil diterbitkan, tahun 1702. Ketika lebih banyak penduduk memperoleh pendapatan lebih besar dan lebih banyak diantara mereka yang belajar membaca, maka semakin besarlah permintaan akan suratkabar. Bersamaan dengan itu, mulai


(24)

11 ditemukan mesin-mesin yang lebih baik dalam mempercepat produksi koran dan memperkecil ongkos.

Pada tahun 1833, di New York, Benjamin H. Day menerbitkan untuk pertama kalinya apa yang disebut penny newspaper (suratkabar murah yang harganya satu penny). Ia memuat berita-berita pendek yang ditulis dengan hidup, termasuk peliputan secara rinci tentang berita-berita kepolisian untuk pertama kalinya. Berita-berita human interest dengan ongkos lebih murah ini menyebabkan bertambahnya secara cepat sirkulasi suratkabar tersebut. Kini di Amerika Serikat beredar 60.000.000 eksemplar harian setiap harinya.

Jurnalisme kini telah tumbuh jauh melampaui suratkabar pada awal kelahirannya. Majalah mulai berkembang sekitar dua abad lalu. Pada tahun 1920, radio komersial dan majalah-majalah berita muncul ke atas panggung. Televisi komersial mulai menjamur setelah Perang Dunia II.

5. Jurnalisme Baru

Fedler, dalam bukunya An Introduction to the Mass Media merumuskan jurnalistime baru dalam empat fase, yaitu advocacy jornalism, alternative journalism, precision journalism, dan literary journalism (Setiati, 2005:44-45).

Adapun Everette Dennis dalam buku Magic Writing Machine membagi jurnalisme baru menjadi lima jenis, yaitu jurnalisme nonfiksi baru (berupa reportase para jurnalis), jurnalisme alternatif, jurnalisme advokasi, jurnalisme bawah tanah jurnalisme presisi.


(25)

12 Bentuk jurnalisme nonfiksi baru lebih memusatkan perhatian wartawan pada penggunaan teknik penulisan karya fiksi yang menekankan pada fakta obyektif. Jurnalisme alternatif, jurnalisme advokasi dan jurnalisme bawah tanah ini telah menambah khasanah ragam jurnalisme baru dan gaya peliputan serta pelaporan jurnalistik.

Kemudian muncul istilah jurnalisme empati, jurnalisme perang/kekerasan dan jurnalisme damai yang diucapkan oleh wartawan senior seperti Jacob Oetama dan Atmakusumah. Penambahan jurnalisme baru ini tidak saja memberi warna baru bagi para wartawan dalam teknik peliputan berita masa kini sehingga menjadi lebih luwes dan membuka ruang gerak yang lebih besar bagi masuknya istilah lain dalam era jurnalisme baru.

6. Jurnalisme Presisi

Jurnalisme presisi berkembang seiring munculnya jurnalisme baru di Amerika, pada pertengahan 1970-an. Fred Fedler, seorang komunikolog yang mencatat fenomena jurnalisme presisi ini, dalam pengamatannya menjelaskan:

―.. precision journalism adalah kegiatan jurnalistik yang menekankan ketepatan memaknakan informasi, yakni sebuah pola kerja pencarian data yang tertuju pada target membentuk ukuran ketepatan informasi empirik (Santana, 2003:198).‖

Dalam sejarah jurnalistik, seringkali dijumpai cerita tentang permasalahan sosial yang kompleks seperti kriminalitas, kemiskinan, perpajakan, ataupun kebijakan-kebijakan di bidang pendidikan yang banyak ditulis ketika seorang ahli atau pengambil kebijakan (seperti departemen


(26)

13 dalam pemerintahan, profesor, ataupun para ahli di bidang tertertu) melakukan sebuah kajian studi penelitian. Ketika penelitian telah selesai, maka konferensi pers pun dilakukan. Reporter yang meliput akan diberikan sepaket jurnal informasi, para ahli akan menjawab beberapa pertanyaan, dan berita pun akan ditulis dengan mengutip keterangan para ahli.

Genre jurnalisme di atas adalah serangkaian proses jurnalistik yang ―mudah dan aman‖, dimana reporter hanya sekedar melaporkan apa yang dikatakan oleh para ahli atau stake holder tentang temuan mereka. Sejumlah reporter yang ―kritis‖, merasa tidak puas jika hanya menunggu seseorang yang lain melakukan kajian penelitian. Mereka ingin menangkap cerita yang belum pernah dikaji, serta melontarkan sejumlah pertanyaan yang juga belum pernah disampaikan pada para ahli (Itule, 2003:156).

Para reporter ini pun mulai belajar untuk menguji sejumlah permasalahan sosial dengan pendekatan yang bersifat anekdot (anecdotal approach). Mereka akan berbicara pada beberapa sumber, mencari data-data rekam jejak tentang permasalahan yang ingin mereka tulis, seperti kasus pengendara yang mabuk, kekerasan di sekolah, atau peristiwa tanah longsor. Mereka akan menggunakan contoh-contoh tersebut untuk menggambarkan suatu permasalahan, lalu menyiratkan bahwa kasus-kasus tersebut hanyalah sedikit kasus yang tampak dari sebuah fenomena gunung es. Tetapi, muncul permasalahan dalam anecdotal approach ini, dimana para reporter dan pembaca menjadi terlalu mudah melakukan generalisasi atas berita yang dilaporkan. Itu sebabnya, pada beberapa kasus muncul kepercayaan umum


(27)

14 bahwa misalnya, tidak ada politikus maupun pejabat yang dapat dipercaya karena identik dengan kasus korupsi (Itule, 2003:156).

Maka, sebuah metode baru untuk meng-cover pemberitaan semacam ini pun muncul. Metode yang disebut ―Precision Journalism‖ ditulis oleh reporter Philip Meyer dalam bukunya Precision Journalism: A Reporter’s Introduction to Social Science Methods, terbit pertama kali tahun 1973. Meyer adalah profesor di bidang jurnalistik yang berada di tengah-tengah para reporter pioneer, dalam serangkaian eksperimen yang menggunakan metode-metode ilmu sosial sebagai ―alat‖ survei opini publik, serta analisis statistik untuk mengetahui permasalahan sosial pada tahun 1960-an.

Konsep jurnalisme presisi disebutkan oleh Meyer sebagai: The application of social and behavioral science research methods to the practice of journalism. Jurnalisme presisi adalah penerapan metode-metode penelitian sosial dalam praktik kerja jurnalistik (Meyer, 2002:2). Meyer menekankan penggunaan metode-metode kuantitatif dalam desain risetnya, yakni penggunaan angka-angka sebagai alat ukur dan evaluasi. Metode kuantitatif digunakan untuk mengukur opini khalayak melalui survei, hal ini terkait dengan upaya simplikasi pengukuran aspek sosial kemasyarakatan agar tidak bertele-tele dan rumit. Laporan berita akan menonjolkan angka-angka statistik sosial yang lebih mudah dipahami. Berbagai dimensi peristiwa kemanusiaan pun akan terkalkulasi ke dalam hitungan kuantitatif sosial (Santana, 2003:199).


(28)

15 Para reporter tidak diharapkan menjadi ahli-ahli di bidang desain riset ataupun prosedural pelaksanaan survei, tetapi memiliki pengetahuan tentang langkah-langkah kerja riset ini akan sangat membantu dalam proses peliputan. Metode yang paling banyak digunakan dalam jurnalisme presisi adalah riset survei, atau lebih dikenal sebagai polling opini publik (meski pada beberapa penerapannya hanya mengikutsertakan sejumlah populasi khusus ketimbang publik secara umum). Sebuah survey memiliki elemen-elemen sebagai berikut:

a. Penetapan tujuan riset

Beberapa surat kabar di Amerika Serikat menggunakan metode jajak pendapat untuk memprediksi hasil pemilihan umum, pada pertengahan abad 19. Memasuki pertengahan abad 20, jumlah surat kabar yang mempublikasikan hasil polling pun meningkat. Saat ini, dengan melihat apa yang berkembang di Amerika Serikat, proses survei semakin up-to-date. Hasil polling nasional yang diselenggarakan oleh lembaga penyelenggara survei seperti Gallup, Harris, dan Roper sering digunakan sebagai media rujukan pemberitaan. Bahkan surat kabar milik perseorangan dan media elektronik pun melakukan polling terhadap audiens mereka tentang isu-isu lokal (Itule, 2003:172).

Jurnalisme presisi adalah jurnalisme dengan prinsip-prinsip keilmuan, yang berarti memperlakukan jurnalisme dengan sepenuhnya sebagaimana ilmu pengetahuan, yakni dengan mengadopsi


(29)

metode-16 metode ilmiah, obyektivitas ilmiah, dan (teori) ideal yang ilmiah ke dalam proses komunikasi massa. Pengetahuan mengenai bagaimana ―memperlakukan‖ data adalah esensi dari jurnalisme presisi. Perihal data ini terdapat dua tahapan. Pertama tahap input data, dimana data dikumpulkan dan dianalisis. Kedua, tahap output data, dimana data dipersiapkan untuk bisa diakses oleh pembaca (Meyer, 1991:5).

Sebuah data mentah yang didapat reporter harus diabstraksikan dalam struktur tertentu agar berguna dan dapat dipahami. Reporter harus meletakkan materi data ke dalam sebuah kerangka kerja yang akan membantu proses penginterpretasian dan pemahaman. Oleh karena itu, reporter memerlukan sebuah kerangka kerja persepsi, yang pada bidang-bidang juga disebut sebagai: skema, konstruksi, hipotesis, perkiraan, prinsip-prinsip pengorganisasian, dan berbagai penyebutan lain.

Pada kajian yang lebih tinggi, skema, konstruksi, atau stereotip menjadi sebuah model teori. Model teori ilmiah mendeskripsikan bagian-bagian paling esensial dari suatu proses (baik natural maupun dengan campur-tangan manusia). Pendeskripsian dibuat sedemikian rupa sehingga memungkinkan dilakukan penarikan kesimpulan dari model tersebut, melalui pengujian dengan eksperimen maupun observasi.

Keuntungan mengadopsi sebuah model teoritis bagi jurnalistik adalah, fokus reporter serta pembaca akan tetap terjaga pada isu


(30)

17 permasalahan yang relevan. Hal ini mengingat banyaknya informasi peristiwa-peristiwa yang kompleks yang terjadi dalam masyarakat. Sebuah model teoritis yang dapat dioperasionalkan akan dibutuhkan untuk memahami sebuah situasi. Meyer dalam salah satu riestnya sebuah logika dasar, yang menggiring pada hipotesis, melalui beberapa kalimat proposisi. Tiap proposisi harus bersifat sederhana dan dapat dioperasionalkan.

Referensi teori, dapat berasal dari mana saja. Sumber teori sangatlah luas, mulai dari folklore (kisah dongeng dalam masyarakat), hingga teori-teori dari produk keilmuan yang lebih ilmiah. Teori yang baik adalah teori yang dapat dilakukan pengujian, serta dapat digunakan sebagai pondasi dasar bagi temuan-temuan lain. Dengan merujuk pada pemaparan di atas, maka telihat bahwa para reporter, pada dasarnya sama dengan para peneliti. Mereka berurusan dalam hal pengujian realitas di lapangan, pengujian teori, mempertimbangkan sejumlah konsekuensi atas teori model yang dipilih, menyusun hipotesis terkait yang bisa dioperasionalkan, dan meletakkan mereka dalam pengujian (Meyer, 2002:14).

Meyer dalam bukunya memberikan contoh pelaporan survei dari kasus kerusuhan rasial berikut:

Era pergolakan sosial telah memberikan kesempatan yang sangat baik untuk pengujian suatu teori. Ketika kerusuhan rasial tahun 1960-an dimulai, bermula di daerah Watts (Los Angeles), kemudian berlanjut di Newark dan Detroit, ada beberapa teori populer untuk menjelaskan penyebabnya. Salah satu teori menyebutkan bahwa: para perusuh ialah pihak yang


(31)

18

paling frustrasi dan putus asa (yang secara tingkat ekonomi berada di bagian bawah). Mereka membuat kerusuhan karena merasa tak berdaya untuk mengembangkan diri maupun

berekspresi. Teori ini dapat diuji dengan penelitian survei. Jika

Anda dapat mengidentifikasi para perusuh dan membandingkannya dengan non-perusuh, Anda akan menemukan, jika teori itu benar, bahwa orang-orang dengan tingkat pendidikan minimum lebih cenderung ikut berpastisipasi dalam kerusuhan.

Detroit Free Press melakukan survei semacam itu pada tahun

1967, dan menemukan bahwa orang-orang yang telah melewati bangku kuliah pun memiliki kemungkinan yang sama untuk turut berpartisipasi dalam kerusuhan, sebagaimana mereka yang tidak menyelesaikan sekolah menengahnya. Teori tersebut ternyata tidak didukung oleh data hasil survei.

PENDIDIKAN Tinggal sekolah Sekolah menengah Perguruan tinggi

Perusuh 18% 15% 18%

Non-perusuh

82% 85% 82%

Total 100 100 100

Teori lain yang juga populer adalah mengenai akar penyebab kerusuhan, yang menyebutkan bahwa: ada kesulitan yang dialami oleh warga kulit hitam dari wilayah selatan dalam

proses asimilasi ke dalam budaya di wilayah utara.

Penindasan dan efek dari perbudakan di wilayah selatan membuat mereka hijrah meninggalkan wilayah selatan, tetapi mereka justru mengalami tekanan yang lebih agresif dan

panjang di wilayah utara. Teori ini juga mudah

dioperasionalkan. Jika benar, kerusuhan akan menjadi perilaku yang lebih sering terjadi karena peran imigran dari selatan daripada orang-orang kulit hitam yang dibesarkan di utara.

Survei Free Press kemudian, ternyata melaporkan hasil

penelitian yang berbeda. Maka, teori lain pun dibutuhkan untuk menguji realitas yang dicari.


(32)

19 Dimana Anda menghabiskan masa kanak-kanak?

Wilayah Selatan Wilayah Utara

Perusuh 8% 25%

Non-perusuh 92% 75%

Total 100 100

Kesempatan lain datang setelah peristiwa pembunuhan Martin Luther King (warga kulit hitam, aktivis gerakan anti-kekerasan) pada tahun 1968. Teori populer yang muncul pada saat itu menyebutkan bahwa: gerakan anti-kekerasan turut mati bersamaan dengan tewasnya King, serta warga kulit hitam akan berubah menjadi para pemimpin pendukung

kekerasan. The Miami Herald, yang telah melakukan survei

mengenai sikap di kalangan penduduk kulit hitam sebelum pembunuhan itu, kembali ke responden yang sama dan menemukan bahwa model teori King ini lebih kuat dari beberapa teori sebelumnya.

Kasus-kasus yang terkait dengan isu rasial telah terbukti menjadi lahan subur untuk pengujian realitas dalam jurnalistik belakangan ini. Penghargaan Pulitzer dimenangkan untuk kisah yang diterbitkan dalam Dallas Morning News pada tahun 1985 dan Atlanta Constitution pada tahun 1988, yang menunjukkan bagaimana program pemerintah federal digunakan untuk melanggengkan diskriminasi rasial. Kasus Texas melibatkan adanya upaya pemisahan warga berbeda ras di perumahan publik. The Atlanta Story mendokumentasikan diskriminasi yang terjadi dalam proses pengajuan pinjaman pada pemerintah. Kedua proyek tersebut mengandalkan analisis komputer dari database pemerintah yang cukup besar. Keduanya diawali dengan kerangka teoritis: kebijakan pemerintah dengan komitmen untuk kesetaraan ras harus menghasilkan standar yang terukur, yang akan mencerminkan kesetaraan itu.

Pada kenyataannya, pengukuran dan analisis data menunjukkan bahwa, hasil program pemerintah itu sendiri tidak mencerminkan kesetaraan. Untuk memutuskan apa yang harus diukur, para wartawan harus memiliki teori dan hipotesis operasional. Dengan kata lain, mereka berpikir seperti layaknya ilmuwan (Meyer, 2002:19).


(33)

20 b. Penentuan sampel

Prinsip penentuan sampel secara umum bergantung pada metode pengambilan data. Pengumpulan data sendiri dapat dilakukan melalui wawancara langsung, wawancara melalui telepon, atau melalui kuisioner. Terlepas dari metode yang dipilih, aturan statistik dasar dalam pengambilan sampel tetap berlaku, sebagaimana ditulis oleh Meyer: Each member of the population to which you wish to generalize must have a known chance of being included in the sample. Setiap anggota populasi yang akan digeneralisasi harus memiliki kesempatan yang sama untuk diikutsertakan sebagai sampel (Meyer, 2002:100).

Pengambilan sampel dari suatu populasi yang luas bertujuan untuk memastikan bahwa reporter telah melaksanakan pengambilan sampel sesuai prosedur, sehingga cukup kuat untuk melakukan generalisasi. Meski begitu, Meyer dalam bukunya menyarankan penggunaan metode probability sampling, yang menurutnya akan mudah diselaraskan dengan teori.

Setiap riset tunduk pada hukum utama dari prinsip ekonomi, sebagai contoh bahwa: nobody has enough anything to do everything, tidak ada seorang pun yang cukup punya segalanya untuk melakukan segala hal. Oleh karena itu, dalam desain risetnya reporter pun harus mempertimbangkan antara ukuran sampel dengan kelengkapan sampel. Maka ada aturan umum yang sebaiknya diikuti, yaitu: A small


(34)

21 sample with a good completion rate is better than a large sample with a bad completion rate. Sampel kecil dengan tingkat penyelesaian yang baik (pengambilan sampel secara proporsional), lebih baik dari sampel besar dengan tingkat penyelesaian yang buruk. Aturan di atas dimaksudkan agar reporter sebagai peneliti memiliki sikap kehati-hatian atas faktor-faktor lain dalam riset, semisal bahwa, menyusutnya jumlah sampel akan mempengaruhi taraf margin kesalahan.

Setiap proses operasional polling harus memiliki daftar standar kategori-kategori demografi dari sampel yang diambil. Komposisi demografi ini dapat digunakan untuk membuat perbandingan lintas waktu, suatu cara yang penting untuk memperkaya data. Reporter juga harus konsisten dengan kategori demografi yang digunakan. Demografi sampel menurut Meyer, setidaknya meliputi: (1) jenis kelamin, (2) ras, (3) usia, (4) tingkat pendidikan, (5) pendapatan, (6) agama, (7) jenis pekerjaan, (8) status pernikahan, hingga (9) daerah domisili (Meyer, 2002:122).

c. Menyusun pertanyaan-pertanyaan

Tujuan dari langkah ini adalah untuk mengembangkan focal question, yakni suatu pertanyaan yang langsung menyentuh isu utama untuk dieksplorasi. Maka, pertama kali reporter harus membuat sebuah keterangan singkat sebagai pengantar sebelum membuat pertanyaan yang bersifat focal. Pertanyaan yang bersifat focal biasanya dibuat menggunakan jenis pertanyaan tertutup (close-ended


(35)

22 question), sebuah cara untuk membangun jawaban ke dalam pertanyaan itu sendiri. Pertanyaan-pertanyaan tertutup selanjutnya akan lebih mudah dikoding dan ditabulasikan, karena jawaban-jawabannya telah dikonstruksi sebelumnya. Contoh pertanyaan tertutup misalnya, ―Apakah Anda lebih menyukai sistem belajar dengan modul, atau sistem belajar tradisional?‖

Pertanyaan-pertanyaan yang disusun reporter bukan hanya itu. Reporter juga harus menyusun pertanyaan-pertanyaan yang didesain sedemikian rupa agar mudah dipahami para responden. Reporter wajib menyusun pertanyaan senetral mungkin. Berbagai bentuk pertanyaan yang bersifat mengarahkan harus dihindari. Karenanya pada konteks tertentu, pertanyaan terbuka (open-ended questions) juga diperlukan, sehingga responen memilik kesempatan yang cukup untuk memberikan keterangan lebih. Pertanyaan terbuka misalnya, ―Sistem belajar seperti apa yang lebih Anda sukai untuk putra-putri Anda di sekolah?‖

Meski begitu, jika responden tidak akrab dengan tema atau isu utama yang diangkat, biasanya mereka tidak akan menjawab pertanyaan dengan tepat. Jawaban-jawaban seperti ini yang selanjutnya akan sulit ditabulasikan. Kedua jenis pertanyaan tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Sehingga dalam penyusunan pertanyaan riset, kedua jenis pertanyaan tersebut harus ada. Reporter harus menstrukturkan kedua jenis pertanyaan tersebut,


(36)

23 diawali dengan pertanyaan-pertanyaan umum. Selanjutnya dapat disodorkan pertanyaan-pertanyaan yang secara spesifik berorientasi kepada isu utama.

Setelah pertanyaan-pertanyaan selesai dibuat, reporter perlu melakukan pengujian. Sejumlah pertanyaan tersebut diberikan kepada beberapa pihak seperti para editor, pekerja editorial ataupun non-editorial di koran dimana reporter bekerja, untuk diperiksa serta mendapatkan saran-saran perbaikan. Hal ini bisa mengurangi kemungkinan kekeliruan pengertian ataupun pertanyaan yang tidak jelas (Santana, 2003:213).

d. Metode pengumpulan data

Setelah menyusun pertanyaan-pertanyaan, reporter harus menentukan metode pengumpulan data yang dinilai paling sesuai dengan tujuan riset. Pada dasarnya ada beberapa metode yang bisa digunakan untuk mengumpulkan data seperti: wawancara langsung, wawancara melalui telepon, maupun dengan kuisioner melalui surat elektronik (email). Prinsip-prinsip dalam random sampling dapat digunakan untuk menentukan sampel dari setiap metode pengambilan data tersebut. Sampel dapat dipilih dengan cara pengundian, pengacakan sistematis dengan bilangan ordinal, atau juga dengan menggunakan tabel bilangan random.


(37)

24 e. Analisis dan interpretasi data

Data hasil survei dapat disajikan dalam bentuk tabel. Sebagai contoh, pada sebuah survei yang ingin mengetahui preferensi orang tua murid terhadap model belajar modular atau tradisional, sajian data dapat memperlihatkan persentase responden (frekuensi) yang memilih sistem modular, responden yang memilih sistem tradisional, responden yang tidak menjawab, serta demografi usia responden. Meyer menekankan, bahwa jumlah responden yang tidak menjawab atau menyatakan ―tidak tahu‖ adalah juga merupakan data yang harus ikut diperhitungkan dalam rangkaian riset.

Selanjutnya, dalam proses menyajikan laporan berita yang berbasis pada hasil survei, perlu dipertimbangkan beberapa hal berikut sebagai pedoman (Itule, 2003:180):

1) Dalam analisis data, reporter harus menentukan, temuan-temuan mana saja dari hasil polling yang akan menarik bagi audiens.

2) Reporter harus yakin dalam menginterpretasikan data-data statistik, jika perlu ia harus berdiskusi dengan editor ataupun supervisor. Reporter harus menuturkan data-data statistik dalam bahasa bercerita yang ringan, dengan tetap fokus pada apa yang dikatakan data statistik tentang fenomena dalam kehidupan sosial masyarakat. 3) Mengorganisasikan cerita sedemikian rupa sehingga pembaca dapat

menyelami temuan informasi yang benar-benar signifikan. Jika diperlukan, diberikan penomoran pada kata-kata yang menjadi


(38)

25 kunci temuan statistik, sehingga cerita tetap bisa mengalir meski banyak informasi yang disampaikan.

4) Gunakan beberapa kalimat opini langsung dari para responden, dengan begitu, angka-angka statistik akan tampak lebih ―hidup.‖ 5) Lengkapi berita dengan sajian diagram hasil polling, sehingga

penyampaian informasi akan lebih efisien dan lebih dipahami audiens.

Target dalam riset jurnalisme dicapai untuk sekedar menjelaskan realitas yang tengah menjadi fenomena dalam masyarakat. Pada pelaporan beritanya, teknik penulisan berita feature sering digunakan. Laporan hasil riset dalam koran harian biasanya diklasifikasikan ke dalam beberapa feature artikel, ditambah satu-dua feature news (Santana, 2003:201)

Reporter, dalam penulisan laporannya harus menyertakan beberapa poin keterangan terkait dengan survei yang dilaksanakan. Berikut pedoman informasi yang harus disampaikan pada para pembaca, sebagaimana dibahas dalam artikel Washington Journalism Review oleh Evan Witt: (1) siapa pihak yang mensponsori survei, (2) kapan wawancara berlangsung, (3) metode wawancara yang digunakan, (4) deskripsi populasi yang diwawancara, (5) informasi tentang ukuran atau jumlah sampel, (6) deskripsi serta ukuran sub-sampel yang digunakan dalam analisis data, (7) keterangan poin-poin


(39)

26 dari seluruh pertanyaan, (8) hasil keseluruhan dari pertanyaan-pertanyaan yang menjadi dasar kesimpulan (Itule, 2003:179).

7. Proses Produksi Berita

Proses menghimpun berita, secara garis besar diawali dengan intruksi penugasan dari redaktur kepada reporter untuk melakukan peliputan. Reporter selanjutnya mencari dan mengumpulkan bahan-bahan yang diperlukan, serta membuat abstraksi (kerangka) dari peristiwa atau obyek liputan. Jika diperlukan, reporter juga melakukan riset dokumentasi dan merancang bahan lain untuk penulisan, misalnya foto dan grafik. Ketika tulisan reporter telah sampai di meja redaktur, maka dilakukan penilaian layak atau kurang layaknya suatu berita untuk dimuat. Jika ternyata layak, selanjutnya dipilah, informasi mana saja yang perlu ditonjolkan untuk menarik minat pembaca (Kusumaningrat, 2009: 72).

8. Newsroom Study

Newsroom study adalah studi tentang peran jurnalisme dalam ruang redaksi, baik media cetak maupun televisi membangun ruang publiknya dalam mempelajari dan menganalisa semua berita yang masuk ke dalam ruang redaksi, yaitu suatu berita yang potensial yang layak untuk disiarkan ke seluruh penjuru dunia, baik lokal maupun nasional (Gaye Tuchmann dalam Oliver Boyd 1995:294).

Dalam buku News Writing and Reporting for Today’s Media (Itule 2003:6) dijelaskan, sebagian besar ruang redaksi sebuah koran memiliki struktur yang hampir sama. Pada bagian atas terdapat redaktur, yang


(40)

27 perannya dapat berubah tergantung pada ―besar-kecilnya‖ koran. Pada koran komunitas redaktur dapat pula merangkap sebagai seorang penerbit, manager bisnis, reporter, fotografer, ataupun bagian periklanan. Pada koran ibukota (yang lebih besar) redaktur bisa jadi tidak perlu turun tangan dengan proses editorial harian, sebab redaktur pelaksana yang akan mengambil alih tugas tersebut. Masih mungkin pula ada redaktur eksekutif di atas redaktur pelaksana, tetapi memiliki tanggung jawab yang lebih dari sekedar ruang redaksi.

Struktur berikutnya diisi oleh para reporter pemula, yang berusaha membuat rekam jejak dengan baik pada profesi ini sembari berharap bisa mendapati inisial nama mereka muncul di halaman depan sebagai penulis berita. Jumlah personil ruang redaksi antara reporter pemula dengan para redaktur ditentukan oleh tingkat sirkulasi koran dan anggaran koran itu sendiri.

Beberapa macam redaktur diantaranya; redaktur pelaksana, redaktur berita, redaktur kota atau redaktur metropolitan, redaktur area, redaktur nasional dan luar negeri, redaktur foto, redaktur grafis, redaktur olahraga, redaktur gaya hidup, serta redaktur keuangan.

Sekurang-kurangnya sekali dalam sehari para redaktur berkumpul dalam sidang redaksi, atau disebut pula rapat redaksi. Pada pertemuan tersebut mereka mendiskusikan isu-isu internasional, nasional, regional, hingga isu lokal beserta foto-foto pendukung. Mereka memutuskan berita


(41)

28 mana saja yang akan dimuat di koran, serta berita mana yang akan muncul di halaman depan.

F. Fokus Penelitian

Fokus penelitian adalah pada bagaimana penerapan jurnalisme presisi dalam proses produksi rubrik The Youth. Secara konseptual, jurnalisme presisi adalah penerapan metode-metode penelitian sosial dalam praktik kerja jurnalistik (Meyer, 2002:2). Dalam jurnalisme presisi, metode kuantitatif digunakan untuk mengukur opini khalayak melalui survei, yang mencakup tahapan-tahapan: (1) penetapan tujuan riset, (2) penentuan sampel, (3) menyusun pertanyaan, (4) metodologi pengumpulan data, (5) serta analisis dan interpretasi data.

G.Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Metode penelitian deskriptif bertujuan mendeskripsikan dan menganalisis suatu fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, persepsi dan pemikiran orang secara individu ataupun kelompok. Beberapa deskripsi digunakan untuk menemukan prinsip-prinsip dan penjelasan yang mengarah pada kesimpulan (Ghony, 2012:89).

2. Teknik Pemilihan Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian adalah orang yang memahami informasi mengenasi obyek penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami obyek penelitian (Bungin, 2010:76). Subyek dalam penelitian ini ditentukan dengan teknik purposive sampling, yaitu dengan cara memilih


(42)

29 sampel berdasarkan kelompok, wilayah, atau sekelompok individu berdasarkan pertimbangan tertentu yang diyakini mewakili semua unit analisis yang ada.

Adapun peneliti telah menentukan kriteria-kriteria tertentu untuk subyek penelitian, diantaranya:

a. Telah aktif dalam kegiatan produksi rubrik The Youth minimal selama 4 bulan.

b. Masih terlibat secara aktif dalam rubrik yang akan diteliti.

c. Dapat memberikan informasi ataupun keterangan-keterangan terkait proses produksi rubrik The Youth sesuai bidangnya (job describtion).

Berdasarkan sejumlah kriteria tersebut, maka peneliti menetapkan tujuh orang berikut sebagai subyek penelitian:

Tabel 1.1 Subyek Penelitian

No. Nama Posisi dalam rubrik

Job describtion Lama aktif di

rubrik 1. Neny Fitrin Penanggung

Jawab (Redaktur rubrik The Youth)

Mengkoordinir tim, editing berita

2 tahun

2. Diyo Ahmad Bayaqy

Reporter menulis artikel, wawancara untuk rubrik Let’s Say dan menentukan tema

± 8 bulan

3. Zhavirra Noor Rivdha

Reporter membuat artikel rubrik The Youth


(43)

30 4. Novia

Prima Ratnasari

Reporter menulis artikel-artikel untuk rubrik The Youth, make up untuk model pemotretan The Youth

± 8 bulan

5. Cindy Claudia Handoko

Analis Data membuat dan menghitung polling

± 8 bulan

6. Adisthia Faradina

Fotografer mencari model, pembuatan konsep, pengambilan gambar untuk model

± 8 bulan

7. Khalifa Ardy Sidqi

Analis Data membuat, menyebarkan, dan menganalisis hasil kuisioner

± 8 bulan Sumber: Data Primer yang diolah peneliti.

3. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di kantor harian Radar Malang, Jl. Arjuno no. 23 kota Malang. Di kantor tersebut aktivitas produksi rubrik The Youth berlangsung. Observasi juga dilakukan di sejumlah sekolah dimana kru rubrik The Youth melakukan pengambilan data sampel (reponden) polling. 4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini mencakup wawancara mendalam, observasi, serta penelusuran dokumentasi. Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara mendalam (in-depth interview) dengan tujuh orang subyek, yang telah dipilih sebelumnya dengan teknik purposive sampling. Peneliti menggunakan struktur pertanyaan yang dibuat sebagai pedoman wawancara. Peneliti berusaha mendapatkan informasi secara lengkap, mendalam, dan komprehensif sesuai dengan tujuan penelitian. Pengambilan data secara langsung ini juga


(44)

31 menggunakan alat perekam (recorder) saat wawancara berlangsung, sehingga dapat meminimalisir kesalahan dalam pembuatan transkrip setelah wawancara.

Disamping melakukan wawancara, peneliti juga melakukan observasi terhadap subyek penelitian. Observasi dilakukan pada saat wawancara mendalam berlangsung. Selain itu, observasi juga dilakukan pada saat tim rubrik The Youth melakukan proses produksi berita.

Penelusuran dokumentasi juga dilakukan oleh peneliti. Catatan-catatan penyusunan kuisioner, perhitungan hasil polling, serta dokumentasi rubrik The Youth di harian Radar Malang, digunakan sebagai data sekunder dalam penelitian.

5. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif dapat didefinisikan sebagai proses pelacakan dan pengaturan secara sistematis transkip wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain yang dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman terhadap bahan-bahan tersebut agar dapat diinterpretasikan hasil temuannya kepada orang lain (Zuriah, 2006:217).

Penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif model Miles dan Huberman. Analisis data kualitatif menggunakan kata-kata yang selalu disusun dalam sebuah teks yang diperluas atau dideskripsikan (Miles dan Huberman dalam Ghony, 2012:307). Pada saat memberikan makna pada data yang dikumpulkan, data tersebut dianalisis dan diinterpretasikan. Pertama, data dikumpulkan hingga penelitian itu berakhir secara simultan


(45)

32 dan terus-menerus. Selanjutnya, interpretasi dan penafsiran data dilakukan dengan mengacu pada rujukan kerangka konseptual yang berhubungan atau yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.

Analisis data ini selanjutnya meliputi tiga tahapan berikut. a. Proses reduksi data

Reduksi data merupakan suatu proses pemilihan, penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data ―kasar‖ yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lokasi penelitian. Reduksi data ini berlangsung secara terus-menerus selama kegiatan penelitian yang berorientasi kualitatif berlangsung.

Pada tahap ini peneliti berupaya meringkas data, menyusun catatan-catatan mengenai berbagai hal yang menyangkut proses-proses, kemudian menyusun rancangan konsep dan penjelasan yang terkait dengan tema.

b. Proses penyajian data

Pada tahap penyajian data, peneliti berupaya mengelompokkan data-data yang terkumpul. Kemudian peneliti mengkaji hubungan antara kelompok yang satu dengan yang lainnnya. Peneliti melakukan kategorisasi dari data yang terkumpul, berdasarkan kerangka konseptual yang telah ditetapkan sebelumnya.

Kategorisasi yang telah ditetapkan yang merujuk pada konsep jurnalisme presisi adalah: (1) penetapan tujuan riset, (2) penentuan sampel, (3) menyusun pertanyaan-pertanyaan, (4) metode


(46)

33 pengumpulan data, serta (5) analisis dan interpretasi data. Kategori selanjutnya yakni (6) proses produksi rubrik The Youth serta merujuk pada kajian newsroom study adalah: (7) struktur dalam ruang redaksi dan (8) rapat redaksi.

Penyajian data dibuat dalam bentuk tabel dan bagan. Dengan demikian, peneliti sekaligus sebagai penganalisis dapat melihat apa yang sedang terjadi dan menentukan, apakah menarik kesimpulan yang benar ataukah terus melangkah melakukan analisis yang berguna.

c. Proses menarik kesimpulan

Pada tahap ketiga ini peneliti mempertimbangkan berbagai pola data yang ada serta kecenderungan dari penyajian data yang telah dibuat, hingga melakukan penarikan kesimpulan.

Gambar 1.1 Analisis Data Model Interaktif dari Miles dan Huberman Sumber: Muslimin, 2011: 26

Pengumpulan Data

Penyajian Data

Reduksi Data

Penarikan/Pengujia n Kesimpulan


(47)

34 6. Uji Keabsahan Data

Untuk menguji validitas dan reliabilitas data, maka peneliti menggunakan teknik triangulasi sumber. Triangulasi sumber atau sering juga disebut triangulasi data, adalah upaya untuk mengakses dari sumber-sumber yang bervariasi untuk memperoleh data yang berkaitan dengan persoalan yang serupa (data diperoleh dari sejumlah subyek). Peneliti melakukan perbandingan data yang diperoleh dari satu subyek dengan subyek yang lainnya. Dengan penelusuran dan perbandingan tersebut, maka peneliti sampai pada salah satu kemungkinan apakah data yang diperoleh konsisten atau malah berlawanan (Muslimin, 2011:28).


(1)

29 sampel berdasarkan kelompok, wilayah, atau sekelompok individu berdasarkan pertimbangan tertentu yang diyakini mewakili semua unit analisis yang ada.

Adapun peneliti telah menentukan kriteria-kriteria tertentu untuk subyek penelitian, diantaranya:

a. Telah aktif dalam kegiatan produksi rubrik The Youth minimal selama 4 bulan.

b. Masih terlibat secara aktif dalam rubrik yang akan diteliti.

c. Dapat memberikan informasi ataupun keterangan-keterangan terkait proses produksi rubrik The Youth sesuai bidangnya (job describtion).

Berdasarkan sejumlah kriteria tersebut, maka peneliti menetapkan tujuh orang berikut sebagai subyek penelitian:

Tabel 1.1 Subyek Penelitian No. Nama Posisi dalam

rubrik

Job describtion Lama aktif di

rubrik 1. Neny Fitrin Penanggung

Jawab (Redaktur rubrik The Youth)

Mengkoordinir tim, editing berita

2 tahun

2. Diyo Ahmad Bayaqy

Reporter menulis artikel, wawancara untuk rubrik Let’s Say dan menentukan tema

± 8 bulan

3. Zhavirra Noor Rivdha

Reporter membuat artikel rubrik The Youth


(2)

30 4. Novia

Prima Ratnasari

Reporter menulis artikel-artikel untuk rubrik The Youth, make up untuk model pemotretan The Youth

± 8 bulan

5. Cindy Claudia Handoko

Analis Data membuat dan menghitung polling

± 8 bulan

6. Adisthia Faradina

Fotografer mencari model, pembuatan konsep, pengambilan gambar untuk model

± 8 bulan

7. Khalifa Ardy Sidqi

Analis Data membuat, menyebarkan, dan menganalisis hasil kuisioner

± 8 bulan Sumber: Data Primer yang diolah peneliti.

3. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di kantor harian Radar Malang, Jl. Arjuno no. 23 kota Malang. Di kantor tersebut aktivitas produksi rubrik The Youth berlangsung. Observasi juga dilakukan di sejumlah sekolah dimana kru rubrik The Youth melakukan pengambilan data sampel (reponden) polling. 4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini mencakup wawancara mendalam, observasi, serta penelusuran dokumentasi. Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara mendalam (in-depth interview) dengan tujuh orang subyek, yang telah dipilih sebelumnya dengan teknik purposive sampling. Peneliti menggunakan struktur pertanyaan yang dibuat sebagai pedoman wawancara. Peneliti berusaha mendapatkan informasi secara lengkap, mendalam, dan komprehensif sesuai dengan tujuan penelitian. Pengambilan data secara langsung ini juga


(3)

31 menggunakan alat perekam (recorder) saat wawancara berlangsung, sehingga dapat meminimalisir kesalahan dalam pembuatan transkrip setelah wawancara.

Disamping melakukan wawancara, peneliti juga melakukan observasi terhadap subyek penelitian. Observasi dilakukan pada saat wawancara mendalam berlangsung. Selain itu, observasi juga dilakukan pada saat tim rubrik The Youth melakukan proses produksi berita.

Penelusuran dokumentasi juga dilakukan oleh peneliti. Catatan-catatan penyusunan kuisioner, perhitungan hasil polling, serta dokumentasi rubrik The Youth di harian Radar Malang, digunakan sebagai data sekunder dalam penelitian.

5. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif dapat didefinisikan sebagai proses pelacakan dan pengaturan secara sistematis transkip wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain yang dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman terhadap bahan-bahan tersebut agar dapat diinterpretasikan hasil temuannya kepada orang lain (Zuriah, 2006:217).

Penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif model Miles dan Huberman. Analisis data kualitatif menggunakan kata-kata yang selalu disusun dalam sebuah teks yang diperluas atau dideskripsikan (Miles dan Huberman dalam Ghony, 2012:307). Pada saat memberikan makna pada data yang dikumpulkan, data tersebut dianalisis dan diinterpretasikan. Pertama, data dikumpulkan hingga penelitian itu berakhir secara simultan


(4)

32 dan terus-menerus. Selanjutnya, interpretasi dan penafsiran data dilakukan dengan mengacu pada rujukan kerangka konseptual yang berhubungan atau yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.

Analisis data ini selanjutnya meliputi tiga tahapan berikut. a. Proses reduksi data

Reduksi data merupakan suatu proses pemilihan, penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data ―kasar‖ yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lokasi penelitian. Reduksi data ini berlangsung secara terus-menerus selama kegiatan penelitian yang berorientasi kualitatif berlangsung.

Pada tahap ini peneliti berupaya meringkas data, menyusun catatan-catatan mengenai berbagai hal yang menyangkut proses-proses, kemudian menyusun rancangan konsep dan penjelasan yang terkait dengan tema.

b. Proses penyajian data

Pada tahap penyajian data, peneliti berupaya mengelompokkan data-data yang terkumpul. Kemudian peneliti mengkaji hubungan antara kelompok yang satu dengan yang lainnnya. Peneliti melakukan kategorisasi dari data yang terkumpul, berdasarkan kerangka konseptual yang telah ditetapkan sebelumnya.

Kategorisasi yang telah ditetapkan yang merujuk pada konsep jurnalisme presisi adalah: (1) penetapan tujuan riset, (2) penentuan sampel, (3) menyusun pertanyaan-pertanyaan, (4) metode


(5)

33 pengumpulan data, serta (5) analisis dan interpretasi data. Kategori selanjutnya yakni (6) proses produksi rubrik The Youth serta merujuk pada kajian newsroom study adalah: (7) struktur dalam ruang redaksi dan (8) rapat redaksi.

Penyajian data dibuat dalam bentuk tabel dan bagan. Dengan demikian, peneliti sekaligus sebagai penganalisis dapat melihat apa yang sedang terjadi dan menentukan, apakah menarik kesimpulan yang benar ataukah terus melangkah melakukan analisis yang berguna.

c. Proses menarik kesimpulan

Pada tahap ketiga ini peneliti mempertimbangkan berbagai pola data yang ada serta kecenderungan dari penyajian data yang telah dibuat, hingga melakukan penarikan kesimpulan.

Gambar 1.1 Analisis Data Model Interaktif dari Miles dan Huberman Sumber: Muslimin, 2011: 26

Pengumpulan Data

Penyajian Data

Reduksi Data

Penarikan/Pengujia n Kesimpulan


(6)

34 6. Uji Keabsahan Data

Untuk menguji validitas dan reliabilitas data, maka peneliti menggunakan teknik triangulasi sumber. Triangulasi sumber atau sering juga disebut triangulasi data, adalah upaya untuk mengakses dari sumber-sumber yang bervariasi untuk memperoleh data yang berkaitan dengan persoalan yang serupa (data diperoleh dari sejumlah subyek). Peneliti melakukan perbandingan data yang diperoleh dari satu subyek dengan subyek yang lainnya. Dengan penelusuran dan perbandingan tersebut, maka peneliti sampai pada salah satu kemungkinan apakah data yang diperoleh konsisten atau malah berlawanan (Muslimin, 2011:28).