MODEL SOSIALISASI NILAI KEBANGSAAN MELALUI PELAJARAN KEWARGANEGARAAN DI SMA MUHAMMADIYAH 1 GRESIK

TESIS

MODEL SOSIALISASI NILAI KEBANGSAAN
MELALUI PELAJARAN KEWARGANEGARAAN
DI SMA MUHAMMADIYAH 1 GRESIK
DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN
GELAR MAGISTER SOSIOLOGI

OLEH SUJUD
NIM: 201110270211038

PROGRAM STUDI MAGISTER SOSIOLOGI
DIREKTORAT PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2013

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:
Nama


: Sujud

NIM

: 201110270211038

Program Studi

: Magister Sosiologi

Dengan ini menyatakan dengan sebenar-benarnya, bahwa:
1. Tesis dengan judul:
MODEL SOSIALISASI NILAI KEBANGSAAN MELALUI
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SMA
MUHAMMADIYAH 1 GRESIK,
Adalah hasil karya saya sendiri dan dalam naskah tesis ini tidak
terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk
memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi dan tidak
terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis dan atau diterbitkan
oleh orang lain, baik sebagian ataupun keseluruhan, kecuali yang

secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam
sumber kutipan dan daftar pustaka.
2. Apabila ternyata di dalam naskah tesis ini dapat dibuktikan terdapat
unsur-unsur PLAGIASI, saya besedia TESIS ini digugurkan dan GELAR
AKADEMIK YANG TELAH SAYA PEROLEH DIBATALKAN, sesuai
dengan ketentuan hukum yang berlaku.
3. Tesis ini dapat dijadikan sumnber pustaka yang merupakan HAK BEBAS
ROYALTY NON EKSKLUSIF.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dipergunakan
sebagaimana mestinya.
Malang, 31 Oktober 2013
Yang menyatakan

S u

j u

d

1. Pendekatan Dan Jenis

Penelitian..................................................................

41

2. Lokasi Penelitian
…………………………...............................................

42

3. Subyek Penelitian
.....................................................................................

42

4. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan
Data............................................... 42
5. Analisa Data
…….......................................................................................... 44
…...


6. Fokus Penelitian ……..….....................................................................
47

7. Keabsahan Data
……………………………………………………………..47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
………………………….49
.A. Gambaran Umum Obyek
Penelitian...........................................................49
1. Gambaran Umum Gresik
………..............................................................49
2. Gambaran Sosiologi Kegiatan Muhammadiyah Gresik Dibidang
Pendi
dikan
…………………………………………………………………….54
4. Sejarah SMA Muhammadiyah
Gresik………………………………… 70
5. Kurikulum SMA Muhammadiyah 1 Gresik
……………………………73

B. Hasil Penelitian
………………………………………………………………...79
1. Proses Sosialisasi …….
..............................................................................79
2. Pembelajaran Nilai Kebangsaan Di
Sekolah................................................81
3. Pengetahuan Nilai Kebangsaan Di Sekolah
……………………………....84

Bisri, Mustofa & Vindi, Elisa, 2008, Kamus Lengkap Sosiologi,Yogyakarta: Panji
Pustaka
Budiyanto (2006). Kewarganegaraan: Menumbuhkan Nasionalisme dan Patriotisme.
Jakarta: Erlangga Beilharz, Raho, 2005, Teori-Teori Sosial; Yogyakarta:
Prestasi Pelajar
Budiarjo, Miriam (1982). Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka
Departemen Pendidikan Nasional (2006). Kurikulum Kewarganegaraan. Jakarta:
Pusat Kurikulum.
Description: Hakikat Pancasila Sebagai Dasar Negara Rating: 4.5 Reviewer
Fadly, A. (2011). Teori Fungsional Struktural. Tersedia di [3 November2012].
Gatara, Sahid AA dan Dzulkiah Said (2007). Sosiologi Politik. Bandung: CV.

Pustaka Setia
Hamid, Said dkk. 2010. Bahan Pelatihan Penguatan Metodologi Pembelajaran
Berdasarkan Nilai-Nilai Budaya Untuk Membentuk Daya Saing dan
Johnson, D.P. (Tanpa Tahun). Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jakarta:
Gramedia.
Kalijernih, Freddy K, 2009. Puspa Ragam Konsep dan Isu Kewarganegaraan, Bandung,
Widya Aksara Press.

Kementrian Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat
Kurikulum.Karakter Bangsa. Jakarta:
Huntington, Samuel dan Nelson, Juan M dalam Damsar (2010). Pengantar Sosiologi
Politik. Jakarta: Kencana

Muhibbun, Syah,2010: Psikologi Belajar, Raja Wali pers, Jakarta :
Mustakim (2011): Matahari Terbit di Kota Wali. Gresik MUHI Press.
Nasikun, 1988, Sistem Sosial Indonesia, Jakarta, Rajawali
Nazir, Muhammad, 2011: Metode Penelitian, Ghalia Indonesia
Nursa, Adman l, 2004: Strategi Memenangkan Pemilu: Sebuah Pendekatan Baru
Kampanye Pemilihan DPR, DPD, Presiden. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.

Paul Johnson, Doyle. 1986. Teori Klasik dan Modern Jilid II. Jakarta: PT Gramedia
Ritzer, George dan Douglas J Goodman. 2010. Teori Sosiologi Klasik Sampai
Perkembangan Mutakhir Teori Social Post Modern. Bantul: Kreasi Wacana
Ritzer, G. dan Goodman, D. (2004). Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prenada
Media.
Ritzer, George, 1980, Sosiologi, Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda, (Judul
Asli: Sociology A Multiple Paradigm Science), Boston: Allyn and Bacon
Ritzer, George & J. Goodman, Douglas, 2009, Teori Sosiologi, Yogyakarta: Kreasi
Wacana
Ritzer, George dan Goodman, Douglas J (2008). Teori Sosiologi Modern. Jakarta
Kencana
S. Suriasumantri, Jujun,1998: Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta.
Pustakan Sinarharapan
Sanit, Arbi (1997). Partai, Pemilu, dan Demokrasi. Jogjakarta: Pustaka Pelajar.

http : // jalius12.wordpress.com / 2010 / 06 / 17/ pengertian-sosialisasi /
http : / / harrisanggara.blogspot.com / 2010 / 11 / pengertian sosialisasi html
http://adikke3ku.wordpress.com/2008/05/1…
http://dedihendriana.wordpress.com/2007/…
http:/ / sosbud.kompasiana.com/ 2011/ 01/ 04/ teori-fungsional-struktural/


BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah
Bangsa Indonesia begitu lama berjuang untuk suku atau daerahnya

masing-masing. Mereka belum terbuka, bahwa perjuangan melawan cengkeraman
penjajah asing selama berpuluh bahkan beratus tahun. Jika dianalisis secara
mendalam, maka penyebab utama dari kelemahan bangsa Indonesia,

adalah

bersumber pada rendahnya tingkat pendidikan bangsa Indonesia pada masa itu.
Pendidikan yang rendah menyebabkan kemampuan mengembangkan
teknologi persenjataan pun lemah, sehingga kalah jauh dari persenjataan
milik penjajah. Pendidikan yang rendah, juga menyebabkan kepemimpinan
perjuangan hanya bergantung pada kharisma seorang pemimpin,


yang

ketika ia meninggal perjuangan pun terputus karena tidak ada kader yang
melanjutkan

perjuangannya.

Pendidikan yang

rendah,

menyebabkan

wawasan berfikir pun menjadi sempit. Wawasan yang sempit menjadi
penyebab para pejuang hanya berfikir dapat dilakukan secara bersama-sama.
Rasa kebangsaan atau nasionalisme sampai akhir abad ke-19 masih belum tumbuh.
Ketika sebagian kecil bangsa Indonesia sudah mulai bersentuhan dengan
pendidikan modern pada pertengahan abad ke-19, sedikit demi sedikit, terbuka
wawasan berfikir bangsa Indonesia. Dari kalangan rakyat Indonesia terdidik yang

1

jumlahnya masih

terbatas

itu

rasa

kebangsaan

atau nasionalisme

dankesadaran untuk bersatu dalam perjuangan mulai muncul dandisebarluaskan.
Pendidikan ternyata begitu besar pengaruhnya untuk membuka fikiran dan
kesadaran akan rasa persatuan, rasa kebangsaan, dan rasa kecintaan pada tanah
air. Kalangan terdidiklah yang mampu merintis rasa kebangsaan atau nasionalisme
ini pada masa Kebangkitan Nasional 1908. Di awal abad ke-20, dapat dikatakan
fase pertama tumbuhnya nasionalisme bangsa Indonesia, kaum terdidik lebih

menegaskan rasa nasionalisme itu pada Sumpah Pemuda 1928, serta semakin
mengukuhkannya melalui Proklamasi Kemerdekaan 1945. Saat-saat yang sangat
penting di sekitar Proklamasi Kemerdekaan, adalah ditetapkannya Pancasila
sebagai dasar negara bagi negara kebangsaan Republik Indonesia. Pancasila
yang saat itu merupakan kesepakatan politik yang luhur dari berbagai
komponen bangsa mampu mewadahi nilai-nilai kebangsaan atau nasionalisme
dan nilai-nilai dasar lainnya.
Di

era

global

sekarang

ini, ketika

kita sekarang

sudah

memasuki seratus tahun Kebangkitan Nasional dan enam puluh delapan tahun
merdeka, beberapa pertanyaan pun muncul, apakah pendidikan masih relevan
untuk menjaga perannya

dalam

mengaktualisasikan nilai-nilai dasar

Pancasila? Apakah Pancasila dapat menumbuhkan,

memelihara,

dan

meningkatkan rasa kebangsaan atau nasionalisme? Dan strategi apakah yang tepat
untuk menginternalisasikan nilai-nilai dasar Pancasila dan nasionalisme pada
masa sekarang ini?
Setelah

enam

puluh delapan tahun

merdeka dan seratus tahun

kebangkitan nasional saat ini, kita masih menghadapi berbagai tantangan yang
2

berkaitan dengan upaya

implementasi nilai-nilai dasar Pancasila dan

nasionalisme pada bangsa Indonesia.
Pertama, nilai-nilai Pancasila sepertinya masih belum membumi, masih belum
diamalkan secara baik oleh bangsa Indonesia. Pancasila seakan

hanya

menjadi simbol saja, tanpa terimplementasi secara nyata baik pada tataran
kehidupan kenegaraan maupun pada tataran kehidupan masyarakat. Kedua,
kehidupan masyarakat Indonesia, khususnya generasi muda pada era globalisasi
ini mendapat pengaruh yang sangat kuat dari nilai-nilai budaya luar, sehingga
mulai banyak sikap dan perilaku yang tidak sejalan dengan nilai-nilai Pancasila.
Ketiga,

nilai-nilai

nasionalisme

pun

oleh sebagian pihak dipandang

mengalami erosi pada saat ini, terutama di kalangan generasi muda (Triantoro,
2008). Keempat, berkembangnya paham keagamaan yang

tidak

memandang

penting nasionalisme
Dalam

pertimbangan

tentang

perlunya

kebijakan

nasional

pembangunan karakter bangsa didasarkan adanya permasalahan yang sedang
dihadapi bangsa saat ini yaitu : (1) disorientasi dan belum dihayatinya nilai-nilai
Pancasila sebagai filosofi dan ideologi bangsa,(2) Keterbatasan perangkat kebijakan
terpadu dalam mewujudkan nilai-nilai esensi Pancasila. (3) Bergesernya nilai-nilai
etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara (4) Memudarnya kesadaran
terhadap nilai-nilai budaya bangsa. (5) Ancaman disintegrasi bangsa. (6)
Melemahnya kemandirian bangsa. Dengan kata lain seperti dikatakan Gumilar
Rusliwa Somantri, kita sedang tengah mengalami anomie atau “kekosongan”
Grundnorm yang menjadi rujukan berdirinya negara bangsa yang tunggal dan
sumber dari berbagai tata aturan. Anomie terjadi karena Pancasila yang sejak
3

kemerdekaan menjadi norma dasar, ikut terpuruk bersama jatuhnya rezim Orde
Baru”
PKn Sebagai Pendidikan Karakter
Masalah di atas yang belum terpecahkan. Koentjaraningrat (1974)
dalam Kebudayaan, Mentalitet dan Pembangunan, menyatakan sedikitnya ada
lima mentalitas negatif bangsa Indonesia: (1) meremehkan mutu; (2) cenderung
mencari jalan pintas (menerabas) (misalnya. : main belakang, orang dalam, semua
bisa diatur, satu meja satu amplop, urusan diselesaikan dengan damai,pen.); (3) tidak
percaya diri; (4) tidak berdisiplin (misalnya.: jam karet, vonis dapat ditentukan di
belakang meja, membuang sampah sembarangan, lebih takut kepada polisi
daripada kepada peraturan, terlambat dalam mengerjakan banyak hal,
tawuran, sidang pleno di DPR tak pernah lengkap,pen.); dan (5) mengabaikan
tanggung jawab (misalnya. : tidak amanah, khianat, korupsi
penyalahgunaan kekuasaan).

massal,

Sedangkan Muchtar Lubis (1986) menyatakan

bahwa ciri negatif manusia Indonesia: (1) hipokritis alias munafik; (2) segan dan
enggan bertanggung jawab; (3) berjiwa feodal; (4) masih percaya takhyul; (5) artistik;
(6) memiliki watak yang lemah; (7) bukan economic animal.
Belum terpecahkannya masalah karakter, menjadikan

Indonesia

belum beranjak mencapai kemajuan yang mensejahterakan rakyat. Sebagai
bangsa yang pernah dijajah negara kapitalis-imperialis yang menindas dan
menyengsarakan justru Indonesia

tidak mampu keluar dari sistem ekonomi

kapitalis yang tidak berkeadilan ini. Ekonomi Pancasila (Ekonomi Kerakyatan)
yang memiliki komitmen kuat untuk mewujudkan keadilan sosial yang secara

4

tegas ditentukan pasal 33 UUD 1945, justru tidak dijalankan. Ini menunjukkan
adanya krisis

kepercayaan diri, kemandirian dan nasionalisme yang sangat

rendah. Kesalahan inilah yang dapat menjerumuskan Indonesia, seperti yang
ditakutkan Sukarno, “menjadi bangsa kuli dan kuli di antara bangsa-bangsa.”
Bahkan, mungkin yang lebih buruk lagi dari kekuatiran Sukarno, “menjadi bangsa
pengemis dan pengemis di antara bangsa-bangsa”.
Sistem ekonomi kapitalis (neo-liberalisme) memberikan lahan yang
subur bagi berkembangnya pragmatisme, individualisme dan materialisme. Hal
ini berdampak pada berkembangnya sikap dan perilaku politik transaksional dan
kartel. Sikap dan perilaku politik yang demikian, politik dijadikan komoditas untuk
memperoleh keuntungan kekuasaan dan material yang sebesar-besarnya bagi diri
dan

kelompoknya.

Kemudian

ketika

ada penyimpangan yang dialakukan

diantara mereka, diatasi dengan cara saling menutupi.
Karakter

adalah nilai-nilai

yang melandasi perilaku

manusia

berdasarkan norma agama, kebudayaan, hukum/konstitusi, adat istiadat, dan
estetika. Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai perilaku
(karakter) kepada warga sekolah yang meliputi pengetahuan, kesadaran atau
kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai, baik terhadap Tuhan Yang
Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan
sehingga menjadi insan kamil.

Karakter Bangsa adalah

kualitas perilaku

kolektif kebangsaan yang khas-baik yang tecermin dalam kesadaran, pemahaman,
rasa, karsa, dan perilaku berbangsa dan bernegara sebagai hasil olah pikir, olah hati,
olah rasa dan karsa, serta olah raga seseorang atau sekelompok orang.
Karakter bangsa

Indonesia akan menentukan perilaku kolektif kebangsaan
5

Indonesia yang khas-baik yang tecermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa,
karsa, dan perilaku

berbangsa dan bernegara Indonesia yang berdasarkan nilai-

nilai Pancasila, norma UUD 1945, keberagaman dengan prinsip Bhinneka Tunggal
Ika, dan komitmen terhadap NKRI.7 Pendidikan karakter rakyat menurut Bung
Hatta, adalah: mandiri, tahu hak dan kewajiban, mau mengambil tanggung jawab.
PKn sebagai pendidikan karakter merupakan salah satu misi yang
harus diemban. Misi lain adalah sebagai pendidikan politik/pendidikan
demokrasi, pendidikan hukum, pendidikan HAM, dan

bahkan sebagai

pendidikan anti korupsi. Dibandingkan dengan mata pelajaran lain, mata pelajaran
PKn dan Agama memiliki posisi sebagai ujung tombak dalam pendidikan karakter.
Maksudnya dalam kedua mata pelajaran tersebut pendidikan karakter harus
menjadi tujuan pembelajaran. Perubahan karakter peserta didik merupakan usaha
yang disengaja/direncakan (instructional

effect),

bukan

sekedar

dampak

ikutan/pengiring (nurturant effect). Hal ini dapat ditunjukkan bahwa komponen
PKn adalah pengetahuan, ketrampilan dan karakter kewarganegaraan. Dengan kata
lain tanpa ada kebijakan pengintegrasian pendidikan karakter ke dalam berbagai
mata pelajaran, PKn harus mengembangkan pendidikan karakter. Lebih-lebih
dengan

adanya

kebijakan

pengembangan

pendidikan

karakter

yang

terintegrasi, ini merupakan tantangan untuk menunjukan bahwa PKn sebagai ujung
tombak yang tajam pendidikan karakter.
PKn sebagai pendidikan karakter dapat dikenali dari konsep, tujuan,
fungsi, tuntutan kualifikasi dan keunikan PKn.. PKn (Civic Education) adalah
pembelajaran yang mengugah rasa ingin tahu dan kepercayaan (trust) terhadap
norma-norma sosial yang mengatur hubungan personal dalam masyarakat
6

sebagaimana mengatur partisipasi politik. PKn “merupakan mata pelajaran
yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan
mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga
Negara yang memiliki karakter berbangsa dan bernegara.
Bidang pendidikan kewarganegaraan (pkn) memiliki kaitan dengan
Pancasila dalam hal tujuan dari pendidikan kewarganegaraan Indonesia. Secara
umum tujuan pendidikan kewarganegaraan adalah terbentuknya warga negara
yang baik (good citizen) yang tentu saja berbeda menurut konteks negara yang
bersangkutan, warga negara yang baik di Indonesia adalah warga negara yang
patriotik,

toleren,

setia

terhadap

bangsa

dan

negara,

beragama,

demokratis, ... Pancasila sejati. Tujuan pendidikan kewarganegaraan menurut
Keputusan Presiden RI No. 145 tahun 1965, adalah “…melahirkan
warganegara sosialis, yang bertanggung jawab atas terselenggaranya
Masyarakat Sosialis Indonesia, adil dan makmur baik spirituil maupun materiil
dan yang berjiwa Pancasila Pendidikan kewarganegaraan dalam wujud mata
pelajaran

PMP

bertujuan membentuk

manusia

Pancasilais,

sedangkan

dalam wujud mata pelajaran PPKn bertujuan membentuk manusia Indonesia
seutuhnya yaitu yang sesuai dengan jiwa Pancasila dan UUD NRI 1945.
Pemetaan yang dilakukan Freddy Kalidjernih (2007: 12) juga menunjukkan
bahwa fokus pendidikan kewarganegaraan di Indonesia pada tahun 1964, 1968,
1975, 1984, dan 1994 adalah pembentukan manusia Pancasila. Pendidikan
kewarganegaraan dalam wujudnya yang sekarang yaitu mata pelajaran PKn
bertujuan terbentuknya warga negara yang cerdas, berkarakter dan trampil sesuai

7

yang diamanatkan Pancasila dan UUD NRI 1945 (Permendiknas No 22 tahun
2006).
Berdasarkan latar belakang permasalahan dan pemahaman tersebut di
atas, maka proses sosialisasi nilai kebangsaan melalui pelajaran PKn di SMA
Muhammadiyah 1 Gresik sangat menarik untuk diteliti, karena itu penulis
menyusun tesis dengan judul Model Sosialisasi Nilai Kebangsaan di SMA
Muhammadiyah1 Gresik dijadikan

Pembelajaran penanaman nilai melalui

Standar Kompetensi Budaya Politik dan Budaya Demokrasi Indonesia
memberikan pengalaman dan wawasan yang sangat luas dan sangat berharga
terhadap siswa tentang niali-nilai kebangsaan.

Hal ini sangat berpengaruh

terhadap perilaku siswa tentang pemahaman nilai-nilai kebangsaan dan
nasionalisme.
B. Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah yang didapat diuraian adalah Bagaimana
model sosialisasi nilai-nilai kebangsaan di SMA Muhammadiyah 1 Gresik?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui model
sosialisasi niali-nilai kebangsaan di SMA Muhammadiyah 1 Gresik?
D. Manfaat Penelitian
1. Kegunaan Teoritis

8

Penelitian ini dapat berguna sebagai salah satu khasana kajian
Sosiologi, khususnya Pendidikan Kewarganegaraan terutama Sosialisasi nilainilai kebangsaan di sekolah yang merupakan salah satu agen perubahan .
2. Kegunaan Praktis
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu
usaha untuk mengetahui lebih jauh dan mendalam tentang praktik sosialisasi nilainilai kebangsaan kepada generasi muda sehingga pola pemebelajaran para siswa
didasarkan pada pendidikan karakter berbangsa yang cerdas, rasional dan tidak
menyesatkan dapat dikembangkan. Wal hasil penanaman sikap integritas terhadap
generasi muda dapat dialakukan dan demokrasi akan berkembang sesuai dengan
cita-cita proklamasi, ideology pancasila dan UUD NRI 1945.

9

10

Dokumen yang terkait

PENGGUNAAN SISTEM PENILAIAN PORTOFOLIO DALAM MENINGKATKAN PRESTASI PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X DI SMA MUHAMMADIYAH 1 GRESIK KABUPATEN GRESIK

0 3 1

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN NILAI KEBANGSAAN MELALUI EKSTRAKURIKULER HIZBUL WATHAN DI SD MUHAMMADIYAH 2 Implementasi Pendidikan Nilai Kebangsaan Melalui Ekstrakurikuler Hizbul Wathan Di SD Muhammadiyah 2 Kauman Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016.

0 3 16

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN NILAI KEBANGSAAN MELALUI EKSTRAKURIKULER HIZBUL WATHAN DI SD MUHAMMADIYAH 2 Implementasi Pendidikan Nilai Kebangsaan Melalui Ekstrakurikuler Hizbul Wathan Di SD Muhammadiyah 2 Kauman Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016.

0 5 17

PELAKSANAAN PENDIDIKAN NILAI KEBANGSAAN MELALUI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER KEPRAMUKAAN Pelaksanaan Pendidikan Nilai Kebangsaan Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Kepramukaan (Studi Kasus di SD Negeri 01 Blulukan Tahun Pelajaran 2014/2015).

0 3 12

PELAKSANAAN PENDIDIKAN NILAI KEBANGSAAN MELALUI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER KEPRAMUKAAN Pelaksanaan Pendidikan Nilai Kebangsaan Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Kepramukaan (Studi Kasus di SD Negeri 01 Blulukan Tahun Pelajaran 2014/2015).

0 3 15

PENGEMBANGAN NILAI-NILAI DEMOKRASI PANCASILA MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SMA SEKECAMATAN DEPOK.

0 0 166

Strategi Pembelajaran Nilai-Nilai Kebangsaan Dengan Model Insert pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di Sekolah Dasar Kota Padang-Sumatera Barat - Universitas Negeri Padang Repository

0 3 63

Model Insert Pembelajaran Nilai-Nilai Kebangsaan Dalam Mata Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Dasar - Universitas Negeri Padang Repository

0 0 26

KAJIAN PENGEMBANGAN NILAI-NILAI KEWARGANEGARAAN DALAM KEGIATAN BERORGANISASI DI SMA MUHAMMADIYAH 1 PURWOKERTO

0 0 14

PENANAMAN NILAI-NILAI PANCASILA DI ERA GLOBALISASI MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (Studi Deskriptif di SMA Negeri 1 Baturraden)

0 0 16