PENGEMBANGAN NILAI-NILAI DEMOKRASI PANCASILA MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SMA SEKECAMATAN DEPOK.
PENGEMBANGAN NILAI-NILAI DEMOKRASI PANCASILA MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SMA
SE-KECAMATAN DEPOK Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta untuk
Memenuhi Sebagai Prasyarat guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh : Adisti Sulistyorini NIM. 09401241040
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN JURUSAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DAN HUKUM
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2014
(2)
(3)
(4)
(5)
Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan,
tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan.
(Amsal 1: 7)
Berjuang dan melakukan yang terbaik untuk semua
orang di sekitarmu. (penulis)
(6)
D engan mengucap syukur kepada T uhan Yesus Krist us
K arya yang sederhana ini kupersembahkan kepada :
A yahku (C at ur Joko Waluyo) dan I buku (I st ut i D wi Rahayu) yang t elah membesarkan aku dengan kasih sayang, selalu mengiringi langkahku dengan do’a,
dan selalu berjuang unt uk masa depan t erbaikku. K alian akan selalu ada di hat iku.
Keluarga besarku Keluarga Sast romihardjo dan Keluarga Sut risno t erima kasih at as do’anya. A ku sayang kalian.
Saudara-saudaraku t ercint a (M as A dit ya, A riska dan D ek A rdika) at as mot ivasi, canda dan t awa. Saat yang sangat ist imewa berkumpul dengan kalian, aku sayang
kalian.
Ku bingkiskan pula unt uk :
Sahabat -sahabat ku (Echa, Endah, Fit ri dan M ba Erni), senang dapat bert emu dan bersama dengan kalian, t ak ingin rasanya berpisah dari kalian.
Keluargaku di A part emen E31 (A rif f at onah, D eby, Yoshi, A rini, M ba Widhi, M ba Put ri, M ba Yant i, Widhi dan semua penghuni A part emen E31) t erima kasih at as
canda t awa, kebersamaan selama ini.
Keluarga cemaraku ( PKnh’09 Reguler), yang t elah memberikan unt aian kisah -kisah indah dan bewarna sert a persaudaraan kalian t ak akan pernah kulupakan.
(7)
Oleh Adisti Sulistyorini NIM.09401241040
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tujuan pengembangan nilai-nilai Demokrasi Pancasila, materi pengembangan nilai-nilai Demokrasi Pancasila, strategi pengembangan nilai-nilai Demokrasi Pancasila, media pengembangan nilai-nilai Demokrasi Pancasila, dan proses penilaian pengembangan nilai-nilai Demokrasi Pancasila di SMA se-Kecamatan Depok. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian terdiri dari lima guru Pendidikan Kewarganegaraan di SMA se-Kecamatan Depok, khususnya guru senior yang mengampu di masing-masing sekolah. Obyek penelitian ini berupa proses pengembangan nilai-nilai Demokrasi Pancasila dengan melihat tujuan pengembangan nilai-nilai Demokrasi Pancasila, materi pengembangan nilai-nilai Demokrasi Pancasila, strategi pengembangan nilai-nilai Demokrasi Pancasila, media pengembangan nilai-nilai Demokrasi Pancasila, dan proses penilaian pengembangan nilai-nilai Demokrasi Pancasila.
Tempat penelitian mengambil tempat di Sekolah Menengah Atas se-Kecamatan Depok, yaitu SMA N 1 Depok, SMA Angkasa Adisutjipto, SMA Gama, SMA Kolose De Britto, SMA Kolombo Sleman dan SMA Mandala Bhakti yang kemudian tidak dapat dilanjutkan karena keterbatasan siswa. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data ialah metode wawacara dilakukan pada setiap guru PKn di SMA, metode dokumentasi menggunakan RPP dari setiap guru, metode observasi ikut dalam observasi saat guru mengajar atau masuk kelas. Teknik analisis data yang digunakan ialah reduksi data, kategorisasi data, display data dan pengambilan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan nilai-nilai Demokrasi Pancasila sangat penting dengan melihat beberapa komponen, yaitu(1)tujuan pengembangan agar siswa dapat mengetahui dan melakukan nilai-nilai Demokrasi Pancasila dalam kehidupan sehari-hari,(2)materi pengembangan secara konseptual dan dilanjutkan secara fakta dalam metode pembelajaran,(3)strategi pengembangan lebih mengarah kepada ceramah dalam pengembangan nilai-nilai Demokrasi Pancasila,(4)guru lebih banyak menggunakan audio daripada membuat media dalam pengembangan nilai-nilai Demokrasi Pancasila,(5)proses penilaian menggunakan nilai akademik dan nilai perilaku. Nilai akademik diambil dari nilai ulangan harian, ulangan tengah semester dan ulangan semester sedangkan nilai perilaku diambil dari sikap dan tingkah laku anak saat proses pembelajaran.
(8)
Puji Tuhan, tiada hentinya penulis mengucapkan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang selalu melimpahkan berkatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Pengembangan Nilai-nilai Demokrasi Pancasila Melalui Pembelajaran Pendidikan di SMA se-Kecamatan Depok” ini dilaksanakan guna melengkapi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana pendidikan di fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa keberhasilan ini bukanlah keberhasilan individu semata, namun berkat bantuan dan bimbingan dari semua pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis bermaksud menghaturkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., MA Rektor Universitas Negeri Yogyakarta
2. Prof. Dr. Ajat Sudrajat, M.Ag Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta.
3. Dr. Samsuri, M.Ag Ketua Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum
4. Cholisin, M.Si pembimbing skripsi yang dengan penuh kesabaran dan keikhlasan membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Setiati Widihastuti, M.Hum Pembimbing Akademik, terima kasih atas perhatian, kasih sayang, dan motivasi kepada penulis.
6. Bapak/Ibu dosen Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum yang telah memberikan ilmu dan pengalaman selama perkuliahan sebagai bekal di masa sekarang dan masa yang akan datang.
7. Orangtuaku tercinta yang telah memberikan dukungan doa, dana serta semangat yang tiada hentinya dari dulu hingga sekarang.
(9)
data yang dibutuhkan.
9. Saudara-saudaraku di Prodi Pendidikan Kewarganegaraan angkatan 2009 terima kasih untuk dukungan dan kebersamaannya.
10.Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah membantu penyelesaian tugas akhir ini.
Penulis sadar sepenuhnya tidak mampu menutupi kekurangan dalam skripsi ini, maka penulis mohon saran dan kritik untuk penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat lebih bermanfaat bagi pembaca umumnya dan bagi penulis khususnya. Amin.
Yogyakarta,4 Februari 2014
Penulis,
(10)
Halaman Judul ……….. Halaman Persetujuan……… Surat Pernyataan……… Halaman Pengesahan………. Motto……… Persembahan……… Abstrak………. Kata Pengantar……… Daftar Isi ……….… Daftar Gambar……… Daftar Tabel... Daftar Lampiran………. BAB I PENDAHULUAN……….………...
A. Latar Belakang ………..………
B. Identifikasi Masalah ………
C. Batasan Masalah ……….
D. Rumusan Masalah ………
E. Tujuan Penelitian ………
F. Manfaat Penelitian ………
G. Batasan Istilah ………
BAB II KAJIAN TEORI ………
A. Demokrasi Pancasila ………
1. Pengertian Demokrasi Pancasila ……… 2. Prinsip-Prinsip Demokrasi Pancasila ………. 3. Nilai-nilai Demokrasi Pancasila ……… B. Pendidikan Kewarganegaraan ………
1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan ……… 2. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan ………
Hal i ii iii iv v vi vii ix xi xiii xiv xv 1 1 9 10 10 11 12 13 16 16 16 22 25 36 36 36
(11)
BAB III METODE PENELITIAN ………. A. Waktu dan Tempat Penelitian ……… B. Jenis dan Pendekatan Penelitian ……… C. Sumber Data/Subjek Penelitian ……….
D. Teknik Pengumpulan Data……….
1. Wawancara Terstruktur.……….
2. Dokumentasi ………..
3. Observasi ………
E. Instrumen Penelitian ………..
F. Teknik Pengujian Keabsahan Data ………
G. Teknik Analisa Data ………
1. Reduksi Data ………..
2. Kategorisasi Data ………
3. Display Data ………
4. Pengambilan Kesimpulan ……… BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …………..
A. Hasil Penelitian ………
Gambaran Umum dan Subyek Penelitian………
a. SMA Negeri 1 Depok………
b. SMA Angkasa Adisutjipto………
c. SMA Gama Yogyakarta………
d. SMA Kolose De Britto………
e. SMA Kolombo Sleman………..
f. SMA Mandala Bhakti………..
B. Pembahasan………
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ………..
A. Kesimpulan……….
B. Saran………..
Daftar pustaka ………
43 43 44 44 46 46 46 47 47 48 48 48 49 49 50 51 51 51 51 52 53 54 56 57 58 98 98 100 102
(12)
1. Metode diskusi di SMA Kolose De Britto……… 93 2. Metode ceramah bervariatif di SMA Angkasa Adisutjipto……….. 93
(13)
Halaman
Tabel 1. Perbandingan Demokrasi Sosial Pancasila dan
Demokrasi Sosial (Rakyat oleh Karl Marx)………. 33
Tabel 2. Daftar Nama Sekolah Menengah Atas di Kecamatan Depok 43 Tabel 3. Pengertian Demokrasi Pancasila ……….. 79 Tabel 4. Metode Pembelajaran ……… 92
(14)
2. Surat Keterangan Telah Menyelesaikan Penelitian 3. Daftar SMA dari Dinas Pendidikan
4. Transkrip Wawancara
(15)
Oleh Adisti Sulistyorini NIM.09401241040
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tujuan pengembangan nilai-nilai Demokrasi Pancasila, materi pengembangan nilai-nilai Demokrasi Pancasila, strategi pengembangan nilai-nilai Demokrasi Pancasila, media pengembangan nilai-nilai Demokrasi Pancasila, dan proses penilaian pengembangan nilai-nilai Demokrasi Pancasila di SMA se-Kecamatan Depok. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian terdiri dari lima guru Pendidikan Kewarganegaraan di SMA se-Kecamatan Depok, khususnya guru senior yang mengampu di masing-masing sekolah. Obyek penelitian ini berupa proses pengembangan nilai-nilai Demokrasi Pancasila dengan melihat tujuan pengembangan nilai-nilai Demokrasi Pancasila, materi pengembangan nilai-nilai Demokrasi Pancasila, strategi pengembangan nilai-nilai Demokrasi Pancasila, media pengembangan nilai-nilai Demokrasi Pancasila, dan proses penilaian pengembangan nilai-nilai Demokrasi Pancasila.
Tempat penelitian mengambil tempat di Sekolah Menengah Atas se-Kecamatan Depok, yaitu SMA N 1 Depok, SMA Angkasa Adisutjipto, SMA Gama, SMA Kolose De Britto, SMA Kolombo Sleman dan SMA Mandala Bhakti yang kemudian tidak dapat dilanjutkan karena keterbatasan siswa. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data ialah metode wawacara dilakukan pada setiap guru PKn di SMA, metode dokumentasi menggunakan RPP dari setiap guru, metode observasi ikut dalam observasi saat guru mengajar atau masuk kelas. Teknik analisis data yang digunakan ialah reduksi data, kategorisasi data, display data dan pengambilan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan nilai-nilai Demokrasi Pancasila sangat penting dengan melihat beberapa komponen, yaitu(1)tujuan pengembangan agar siswa dapat mengetahui dan melakukan nilai-nilai Demokrasi Pancasila dalam kehidupan sehari-hari,(2)materi pengembangan secara konseptual dan dilanjutkan secara fakta dalam metode pembelajaran,(3)strategi pengembangan lebih mengarah kepada ceramah dalam pengembangan nilai-nilai Demokrasi Pancasila,(4)guru lebih banyak menggunakan audio daripada membuat media dalam pengembangan nilai-nilai Demokrasi Pancasila,(5)proses penilaian menggunakan nilai akademik dan nilai perilaku. Nilai akademik diambil dari nilai ulangan harian, ulangan tengah semester dan ulangan semester sedangkan nilai perilaku diambil dari sikap dan tingkah laku anak saat proses pembelajaran.
(16)
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak munculnya reformasi pada tahun 1998 gebrakan dan
gerakan demokrasi mulai menjadi wacana di Indonesia. Demokrasi
dianggap menjadi suatu solusi yang mampu membebaskan mereka
dari tekanan yang ada. Hampir semua negara di dunia meyakini
demokrasi sebagai tolok ukur tak terbantah dari keabsahan politik.
Keyakinan bahwa kehendak rakyat adalah dasar utama kewenangan
pemerintah menjadi basis bagi tegak kokohnya sistem politik
demokrasi(Winarno,2007:89). Pada saat reformasi yang
membanggakan demokrasi, muncul juga pertanyaan yang merisaukan
sekaligus menyalahkan yaitu “Kenapa di era PKn ini kajian Pancasila
seolah lenyap ditelan gelombang reformasi?” Padahal pendidikan di
Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi
warga negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk
mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hakikat
negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara kebangsaan
modern(Latar Belakang BSNP).
Di bagian lain, kerisauan muncul bagi pegiat PKn yang
(17)
pun, maka lazimnya sebagai mata pelajaran yang bertanggung jawab
membentuk karakter warga negara yang baik, maka mustahil PKn
bertolak belakang dengan maksud dan tujuan nasional yang
berdasarkan Pancasila itu sendiri(Samsuri,2012:1). Bukan hanya hal
itu saja namun PKn yang juga sebagai bagian dari sistem politik yaitu
berfungsi dalam pendidikan politik dan sistem mentenen atau
pemelihara Pancasila. Hal inilah yang menyebabkan semakin
terpojoknya PKn dalam tugasnya mengemban Pancasila.
Pancasila pada negara Indonesia tidak hanya merupakan dasar
negara Indonesia melainkan juga berkedudukan sebagai ideologi
nasional negara Indonesia. Dalam ideologi yang digunakan oleh suatu
bangsa terkandung banyak nilai-nilai yang baik, luhur dan dianggap
menguntungkan bagi negara tersebut baik untuk masa kini dan masa
sekarang. Sesuai rumusan pertama yang disampaikan Ir.Soekarno
Pancasila menjadi ideologi yang komprehensif integral, ideologi
Pancasila menjadi ideologi yang khas yang berbeda dengan ideologi
lain(Winarno,2007:24).
Nilai-nilai Pancasila yang ideal ialah nilai-nilai Pancasila
menurut pandangan dari pendiri-pendiri negara. Buku Negara
Paripurna karangan Yudi Latif(2011:5) telah membahas nilai-nilai
ideal Pancasila mulai dari lahirnya hingga aktualisasi atau
penerapannya. Nilai-nilai tersebut ialah :
(18)
2. Kemanusiaan universal
3. Persatuan dalam kebhinekaan
4. Demokrasi permusyawaratan
5. Keadilan sosial
Dari kelima nilai tersebut merupakan gabungan dari nilai-nilai
Pancasila menurut pendiri-pendiri bangsa ini.
Dari kelima nilai-nilai Pancasila tersebut, nilai demokrasi telah
menjiwai pada sila keempat. Hal ini membuktikan lebih luasnya
Pancasila daripada demokrasi itu sendiri. Sila keempat ini merupakan
cita-cita kedaulatan rakyat dalam semangat kekeluargaan yang
memberi ruang bagi multikulturalisme ini bergema kuat dalam
sanubari bangsa Indonesia sebagai pantulan dari pengalaman pahit
penindasan kolonial dan gotong royong dalam masyarakat Indonesia
(Yudi Latif,2011:384).
Beberapa yang lainnya juga mengembangkan nilai-nilai
Pancasila agar menuju kepada nilai-nilai ideal yang diharapkan.
Materi pada tingkatan Sekolah Menengah Atas kelas X
mengembangkan Pancasila sebagai ideologi terbuka. Dimana
mewujudkan pandangan yang khas tentang pentingnya kerja sama
antar manusia, dalam hubungan manusia dengan kekuasaan, sumber
kekuasaan dari penguasa, dan tingkat kesederajatan
(19)
tuntutan pendidikan karakter dalam pembelajaran PKn menambah
keinginan untuk melahirkan PKn yang baru.
Pendidikan karakter di Indonesia diterapkan untuk menjaga
nilai luhur yang terkandung di dalam Pancasila. Dari pendidikan
karakter yang masuk ke dalam pembelajaran PKn diharapkan agar
nilai tersebut tidak hanya ada untuk sementara, melainkan dapat
mampu menjadi karakter bagi semua anak Indonesia. Karakter yang
diinginkan tentunya karakter Pancasila yang sesuai kepribadian
bangsa.
Konsep mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan menurut
standar isi 2006 merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada
pembentukan warganegara yang memahami dan mampu
melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara
Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan
oleh Pancasila dan UUD 1945.
Keyakinan itupun diyakini oleh negara Indonesia. Mereka
mulai menanamkan demokrasi sejak sedini mungkin. Mulai dari
pendidikan tingkat dasar sudah diperkenalkan dengan pengertian
demokrasi. Indonesia ingin berpartisipasi dalam perkembangan
demokrasi khususnya dalam hal pembentukan pribadi-pribadi yang
memiliki jiwa-jiwa demokrasi Pancasila. Sekolah memiliki peran
(20)
digunakan sebagai tonggak berdirinya negara yang menerapkan
demokrasi Pancasila.
Adapun landasan pelaksanaan Demokrasi Pancasila di
Indonesia yaitu Pembukaan UUD 1945 dan sila keempat pada
Pancasila. Dengan adanya landasan hukum tersebut maka pelaksanaan
Demokrasi Pancasila memiliki kepastian hukum di Indonesia.
Dengan berkembanganya pula demokrasi pada masa ini, maka
Indonesia diharapkan dapat menegakkan demokrasi yang berdasarkan
nilai-nilai Pancasila. Mewujudkan bangsa yang religius, manusiawi,
bersatu, demokratis, adil dan sejahtera pada dasarnya adalah upaya
menjadikan nilai-nilai Pancasila sebagai cita-cita bersama.
Nilai- nilai demokrasi lebih mudah dipahami ketika
dibandingkan dengan nilai-nilai otoriter. Misalnya saja nilai
egalitarian atau lebih dikenal dengan hak-hak kesetaraan akan sangat
terlihat berbeda jika dibandingkan nilai feudal atau hak-hak yang
hanya dimiliki oleh penguasa atau orang tertentu saja
(Cholisin,2012:2). Dalam dunia pendidikan khususnya dalam lingkup
kelas, orang yang dianggap penguasa ialah guru yang mengajar
sedangkan rakyat ialah siswa itu sendiri. Hak-hak kesetaraan yang ada
bukan hak yang membuat siswa tidak menghargai dan menghormati
guru karena dianggap setara sebagai teman, namun hak setara dalam
hal menyampaikan pendapat. Kelas yang hidup dan berhasil bukanlah
(21)
yang memberikan kesempatan bagi murid tersebut untuk
menyampaikan pendapat dan guru dapat menerima pendapat tersebut
walaupun ada perbedaan.
Sebagai tempat dimana tunas bangsa menerima pendidikan
baik pendidikan formal dan informal, sekolah diharapkan mampu
membentuk calon-calon pemimpin yang membawa negaranya kearah
demokrasi Pancasila yang sebenar-benarnya. Agar nantinya demokrasi
tidak dianggap hanya sebagai kebebasan semata namun juga sebagai
kebebasan yang bertanggung jawab berdasarkan Pancasila. Hal ini
juga di sesuaikan dengan tujuan dari mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan itu sendiri yakni agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut :
1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi
isu kewarganegaraan
2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan
bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi
3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk
diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar
dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya
4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan
(22)
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. (Tujuan
Pendidikan Kewarganegaraan BSNP)
Pentingnya demokrasi dalam negara yang memegang
pemerintahan di tangan rakyat, maka dari itu peneliti mengambil judul
pengembangan nilai-nilai Demokrasi Pancasila dalam penelitiannya.
Penelitian ini, yang berlokasi di SMA Se-kecamatan Depok
diharapkan peneliti dapat mendapatkan dan belajar dari pengalaman
masing-masing guru di masing-masing sekolah agar kelak saat peneliti
menjadi guru maka ia mampu menjadi sarana perkembangan
demokrasi yang baik. Bukan hanya dapat digunakan untuk peneliti
saja namun semua mahasiswa yang mengambil jurusan Pendidikan
Kewarganegaraan maupun mahasiswa yang lain.
Alasan pengambilan lokasi di kecamatan Depok karena
sebelumnya peneliti pernah mengadakan PPL di SMA Negeri 1
Depok dan melihat bagaimana guru kelas XI menggunakan metode
pembelajaran yang kreatif setiap pertemuannya, sehingga membuat
peneliti ingin mengetahui pengembangan nilai-nilai Demokrasi
Pancasila yang ada dan ingin menambah wawasan yang lebih lagi
dengan mengambil subyek penelitian se-Kecamatan Depok . Peneliti
ingin memberikan paparan tentang bagaimana masing-masing sekolah
mengembangkan nilai-nilai demokrasi Pancasila dalam pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan. Tidak hanya itu saja namun peneliti
(23)
lenyap dari mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Selain itu
alasan pemilihan pada siswa SMA, karena usia pada masa SMA
merupakan usia dimana seseorang beralih dari usia remaja menuju
usia dewasa. Usia tersebut sangat rentan dan selektif dalam menerima
ilmu maupun pendapat dari orang lain, maka akan bermacam-macam
hambatan yang akan dialami oleh guru Pendidikan Kewarganegaraan
dalam mengembangkan nilai-nilai demokrasi Pancasila bagi siswa
SMA.
Hambatan dalam pengembangan nilai-nilai demokrasi
Pancasila akan dapat memunculkan ide-ide dan metode dalam
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Metode tersebut dapat
berupa diskusi, game atau juga dengan belajar di luar kelas.
Penggunaan metode pembelajaran yang menarik dapat membuat siswa
tersebut paham akan materi yang disampaikan dan juga
menghilangkan rasa bosan dan kantuk dalam menerima pembelajaran.
Kreativitas dari guru sangat dituntut demi dapat menanamkan materi
namun juga secara tidak langsung merupakan pembelajaran yang
bersifat demokratis.
Melihat proses dan hambatan dalam mengembangkan
nilai-nilai demokrasi Pancasila maka akan muncul pula cara untuk
mengatasi berbagai hambatan yang didapat masing-masing guru.
Kemampuan guru dalam mengatasi hal ini dapat dijadikan
(24)
hambatan yang ada, maka dari itu judul yang tepat untuk mewakili
semuanya ialah Pengembangan Nilai-Nilai Demokrasi Pancasila
melalui Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMA
se-Kecamatan Depok. Judul tersebut telah mewakili semua alasan dari
keingin tahuan peneliti.
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang yang telah dikemukakan, maka peneliti
mengidentifikasi beberapa permasalahan yang dapat diteliti yaitu :
1. Peran Pendidikan Kewarganegaraan kurang dalam
Pancasila.
2. Demokrasi Pancasila merupakan demokrasi yang ideal
bagi Indonesia, namun belum dapat dilaksanakan sesuai
keinginan dari pendiri negara
3. Pengembangan nilai-nilai Demokrasi Pancasila dalam
lingkungan siswa Sekolah Menengah Atas masih sangat
terbatas
4. Belum adanya peran masing-masing guru Pendidikan
Kewarganegaraan dalam pengembangan nilai-nilai
Demokrasi Pancasila, dalam kelas pada siswa Sekolah
(25)
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan oleh
peneliti di atas maka peneliti memberikan batasan penelitian ini pada
beberapa permasalahan yaitu :
1. Masalah yang dihadapi Pendidikan Kewarganegaraan
dalam pengembangan Pancasila.
2. Dapat terwujudnya nilai-nilai Demokrasi Pancasila yang
ideal sesuai dengan tujuan pembelajaran dari
masing-masing guru
3. Cara masing-masing guru dalam mengembangkan
nilai-nilai Demokrasi Pancasila pada siswa Sekolah Menengah
Atas.
D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini ialah bagaimana
pengembangan nilai-nilai demokrasi Pancasila melalui pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan di SMA se-kecamatan Depok. Peneliti
membagi menjadi empat rumusan masalah tersebut yakni :
1. Apa tujuan yang ingin dicapai guru dalam pengembangan
nilai-nilai Demokrasi Pancasila melalui pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan di SMA Se-kecamatan
Depok?
2. Materi apa saja yang mampu mendukung dalam
(26)
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMA
Se-kecamatan Depok?
3. Strategi apa saja yang dapat digunakan dalam
pengembangan nilai-nilai Demokrasi Pancasila melalui
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMA
Se-kecamatan Depok?
4. Media apa saja yang dapat digunakan dalam
pengembangan nilai-nilai Demokrasi Pancasila melalui
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMA
Se-kecamatan Depok?
5. Bagaimana proses penilaian dalam mengembangkan
nilai-nilai Demokrasi Pancasila melalui pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan di SMA Se-kecamatan
Depok?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti dalam penelitian ini
ialah untuk mengetahui :
1. Tujuan guru dalam mengembangkan nilai-nilai demokrasi
Pancasila melalui pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di
SMA Se-kecamatan Depok.
2. Materi dalam pengembangan nilai-nilai demokrasi Pancasila
melalui pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMA
(27)
3. Strategi dalam pengembangan nilai-nilai demokrasi Pancasila
melalui pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMA
Se-kecamatan Depok.
4. Media dalam pengembangan nilai-nilai demokrasi Pancasila
melalui pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMA
Se-kecamatan Depok.
5. Proses penilaian dalam pengembangan nilai-nilai Demokrasi
Pancasila melalui pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di
SMA Se-kecamatan Depok.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dalam penelitian yang berjudul
“Pengembangan Nilai-Nilai Demokrasi Pancasila melalui
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMA se-Kecamatan
Depok” ialah :
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah
ilmu pengetahuan dan wawasan mengenai nilai-nilai demokrasi
Pancasila dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan
b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi
penelitian selanjutnya
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan
(28)
a. Peneliti
Penelitian ini diharapkan mampu menjadi sarana berfikir
ilmiah dan merupakan bentuk penerapan pengembangan
demokrasi Pancasila dalam kapasitas peneliti sebagai calon
tenaga pengajar Pendidikan Kewarganegaraan.
b. Guru/Tenaga Pengajar
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru atau
tenaga pengajar khusunya pengampu Pendidikan
Kewarganegaraan sebagai acuan dalam proses pengembangan
demokrasi Pancasila dalam pembelajan Pendidikan
Kewarganegaraan.
c. Masyarakat
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat
sebagai sumber pengetahuan khususnya bagi mahasiswa
Pendidikan Kewarganegaraan maupun mahasiswa jurusan
lainnya.
G. Batasan Istilah
Guna memberikan gambaran yang jelas dan menghindari
kesalahpahaman maupun perbedaan tafsir antar pembaca dan peneliti,
maka peneliti memberikan penjelasan tentang definisi secara
etimologis dan terminologis yaitu :
(29)
Pengembangan ialah proses, cara, perbuatan
mengembangkan (Kamus Besar Bahasa
Indonesia,1993:414). Proses yang dilakukan merupakan
proses agar menjadikan lebih besar maupun sempurna.
2. Nilai-nilai
Nilai-nilai merupakan sifat-sifat atau hal-hal yang berguna
atau penting bagi kemanusiaan (Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 1993:615).
3. Demokrasi Pancasila
Soekarno mengungkapkan bahwa “Demokrasi yang harus
kita jalankan adalah Demokrasi Indonesia, membawa
kepribadian Indonesia sendiri (Soekarno,1958 dalam Yudi
Latif,2011:475). Dalam buku lain penulis yang lain
menyatakan bahwa “Negeri dan masyarakat Indonesia bisa
dijadikan tempat mengembangkan demokrasi. Sebutlah
‘Demokrasi Indonesia’ atau ‘Demokrasi Pancasila” (Riza
Noer,1996:XI)
4. Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan Kewarganegaraan menurut standar isi 2006
merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada
pembentukan warganegara yang memahami dan mampu
melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi
(30)
berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD
(31)
A. Demokrasi Pancasila
1. Pengertian Demokrasi Pancasila
Demokrasi secara etimologis, berasal dari bahasa Yunani
“demos” yang berarti rakyat dan “kratos/cratein” yang berarti
pemerintahan. Khususnya di Athena, kata “demos” biasanya merujuk
pada seluruh rakyat tetapi kadangkala juga berarti orang-orang pada
umumnya atau hanya rakyat miskin, kata demokrasi pada mulanya
kadangkala digunakan oleh kalangan aristokrat sebagai sindiran untuk
merendahkan orang-orang kebanyakan(Dahl,1998:11-12 dalam Yudi
Latif,2011:395).
Dari pengertian mengenai demokrasi tersebut dapat ditarik
bahwa substansi demokrasi itu sendiri merupakan kekuasaan
Yudikatif,Eksekutif dan Legislatif berasal dari rakyat sebagai
pemegang kekuasaan tertinggi dalam pemerintahan. Substansi tersebut
membentuk struktur dalam demokrasi, yakni adanya infrastruktur dan
suprastruktur yang menhghasilkan keputusan dan kapabilitas.
Demokrasi merupakan pemusatan kekuasaan ditangan rakyat.
Menurut Cholisin demokrasi di Indonesia memegang prinsip
Teo-Demokratis dimana segala keputusan dan kebijakkan diatur
(32)
peraturan Tuhan. Inilah perbedaan mendasar dari demokrasi yang khas
di Indonesia dibandingkan dengan demokrasi di negara lainnya.
Prinsip Teo-demokratis merupakan hasil demokrasi yang
mendasarkan Pancasila terutama sila pertama yakni Ketuhanan yang
maha Esa.
Demokrasi bukan hanya suatu sistem yang ada dalam suatu
pemerintahan, namun juga suatu proses yang dilakukan untuk menuju
kepada kesejahteraan rakyat dalam negara tersebut. Demokrasi
Pancasila yang merupakan demokrasi yang khas dari bangsa Indonesia
sendiri merupakan hasil dari pendiri negara ini yang memiliki
keinginan mulia untuk melepaskan segala kesulitan masyarakat
Indonesia. Proses menuju kesejahteraan tersebutlah yang kadang
dalam perjalanannya ada beberapa negara yang mampu
melaksanakannya dengan baik namun tidak jarang juga banyak negara
yang tidak mampu untuk melakukannya.
Dengan adanya demokrasi ini, maka diharapkan akan terwujud
pemerintahan yang kuat mengingat karena pemerintahan ini diciptakan
oleh rakyat itu sendiri. Pemerintahan yang kuat bukaanlah
pemerintahan yang diciptakan daalam bentuk pemerintahan otoriter
yang mampu mengarahkan kehendaknya kepada rakyat, namun
pemerintahan yang kuat yang didukung sepenuhnya oleh rakyat dan
(33)
Menurut Georg Sorensen (2003:xiii) menyatakan ada beberapa
ciri pemerintahan yang kuat yakni:
a. Memiliki birokrasi yang effisien dan tidak korup
b. Memiliki birokrasi yang berkemauan dan mampu
memberikan prioritas pada pembangunan ekonomi
c. Memiliki kebijakan yang dirancang dengan baik untuk
mencapai tujuan pembangunan.
Menurut ketiga ciri yang diutarakan Sorensen, Indonesia belum
terlihat memiliki ketiganya. Padahal negara kita merupakan salah satu
negara yang menggunakan sistem demokrasi dalam pemerintahannya.
Demokrasi sendiri bukanlah sesuatu yang baru bagi Indonesia,
demokrasi sudah tumbuh sejak abad ke 14 sampai 16 pada kekuasaan
raja Minangkabau(Yudi Latif,2011:387). Dimana saat itu demokrasi
lebih dikenal dengan kedaulatan rakyat.
Demokrasi muncul bukan secara tiba-tiba, melainkan dengan
suatu proses yang panjang. Dalam proses tersebut terdapat faktor
pendukung yang mendukung tumbuhnya demokrasi. Faktor yang
mendukung pelaksanaan demokrasi di negara Indonesia antara lain:
a. Pendidikan politik/pendidikan kewarganegaraan untuk
membentuk sikap demokratis di kalangan warga negara,
sebagai basis sumber daya politik.
b. Ormas dan parpol, untuk menyosialisasikan demokrasi di
(34)
c. Pemilu yang luber dan jurdil, merupakan hasil untuk rakyat
dari demokrasi yang juga merupakan awal lahirnya keputusan
ideal bagi seluruh rakyat.
d. Perwakilan politik/DPR, MPR, secara tidak langsung
merupakan ujung tombak yang dilakukan oleh rakyat guna
mengaspirasikan pendapat mereka.
e. Pemerintah yang bertanggung jawab
f. Sistem peradilan yang independen
g. Pers dan media massa yang independen (Cholisin,2013:29)
Pendidikan politik sangat mendukung terciptanya demokrasi
karena dari pendidikan politik seseorang mengetahui tentang apa yang
dimaksud dengan demokrasi dan dapat melakukannya. Pendidikan
politik bisa juga disebut dengan sarana sosialisasi dari pemerintah
kepada masyarakat tentang demokrasi.
Ormas/Organisasi Masyarakat dan Parpol/Partai Politik
merupakan pelaku secara aktif yang melaksanakan demokrasi.
Organisasi masyarakat sering melakukan penyampaian aspirasi
apabila tidak setuju dengaan kebijakan yang diambil oleh pemerintah.
Walaupun terkadang penyampaian aspirasi yang dilakukan tidak
sesuai dengan etika yang seharusnya namun dengan cara seperti itu
aspirasi sering dipertimbangkan oleh pemerintah. Aspirasi parpol yang
bukan dari parpol penguasa atau oposisi sangat diharapkan di dalam
(35)
penguasa apabila mereka membuat kebijakan yang merugikan
kepentingan masyarakat. Kebebasan dalam penyampaian pendapat
inilah yang sering dilakukan dalam negara yang menganut demokrasi.
Hal ini perlu dilakukan, seringnya oleh ormas atau parpol agar tercipta
demokrasi sesuai yang diharapkan bersama. Pembatasan kebijakan
inilah tugas dari parpol atau ormas dalam hal pengawasan demokrasi.
Tugas lainnya dari ormas atau parpol dalam demokrasi ialah
menyosialisasikan hasil kebijakan yang dibuat oleh pemerintah
kepada masyarakat luas.
Adanya pemilu yang LUBER dan JURDIL merupakan indikasi
atau hasil dari terciptanya demokrasi dalam suatu negara. Hasil pemilu
seperti inilah yang diharapkan oleh masyarakat banyak, karena pemilu
ini memberikan kebebasan kepada masyarakat dalam memilih.
Kebebasan dalam memilih menjauhkan masyarakat dari tekanan baik
secara fisik (uang maupun kekerasan) maupun tekanan secara
emosional (hati nurani) dalam memilih pemimpin.
Perwakilan politik baik DPR maupun MPR merupakan ujung
tombak secara langsung maupun tidak langsung yang bertugas
menyampaikan aspirasi masyarakat. Anggota DPR merupakan hasil
dari pemilihan umum dari masyarakat sehingga diharapkan hasil
kebijakan yang menjadi keputusan bersama benar-benar dari
masyarakat, untuk masyarakat dan oleh masyarakat tanpa ada
(36)
Pemerintah yang bertanggung jawab dalam negara demokrasi
ialah dalam hal mengambil keputusan atau kebijakan untuk bersama,
pemerintah harus menimbang untung maupun ruginya. Apakah
keputusan tersebut lebih banyak merugikan bagi masyarakat atau lebih
banyak menguntungkan bagi masyarakat. Kerugian yang dihasilkan
dari suatu keputusan atau kebijakan harus dapat ditanggung oleh
masyarakat dan dapat dipertanggung jawabkan di depan masyarakat
secara luas.
Sistem peradilan merupakan salah satu hasil yang dapat dilihat
dalam pemerintahan yang demokrasi. Dalam pelaksanaannya sistem
peradilan harus dapat tajam tanpa memandang bulu bagi siapapun
yang salah. Selama ini di Indonesia sistem peradilan sangat tajam bagi
masyarakat di bawah dan tumpul bagi masyarakat atas. Sistem
peradilan yang seperti ini merupakan sistem peradilan yang kurang
adil dan dapat merugikan masyarakat. Padahal negara demokrasi salah
satu tujuannya harus dapat menyejahterakan masyarakatnya. Sistem
peradilan yang diharapkan ialah sistem peradilalan independen
dimana sistem ini bebas dari segala bentuk tekanan dan dapat bersifat
adil bagi semua masyarakat Indonesia.
Pers dan media massa sangat mendukung terciptanya demokrasi
dalam suatu negara. Pers dan media massa mempunyai tugas dalam
memberikan informasi kepada masyarakat berita terbaru sehingga
(37)
tugas yang diemban oleh pers atau media massa ini, maka diharapkan
mereka mampu membuat berita secara nyata apa adanya tanpa
dibuat-buat maupun dilebih-lebihkan.
Demokrasi Pancasila merupakan demokrasi konstitusional,
sebagaimana dinyatakan dalam pasal 1 ayat (2) UUD Negara
Republik Indonesia 1945 (Cholisin,2013:101). Nilai-nilai yang
terkandung dalam Demokrasi Pancasila merupakan nilai-nilai adat dan
kebudayaan dari masyarakat Indonesia secara umum.
2. Prinsip-prinsip Demokrasi Pancasila
a. Persamaan bagi seluruh rakyat Indonesia
Persamaan bagi seluruh rakyat Indonesia dimaksudkan bahwa hak
dan kewajiban yang dimiliki oleh rakyat Indonesia sama dan
sejajar. Persamaan hak dan kewajiban tersebut tidak hanya dalam
bidang politik saja melainkan bidang hukum, ekonomi dan sosial.
Maka dari itu Demokrasi Pancasila tidak hanya mencakup
Demokrasi Politik saja, melainkan Demokrasi Sosial dan
Demokrasi Ekonomi juga. Persamaan ini diharapkan mampu
memberikan keadilan bagi seliruh rakyat Indonesia.
b. Keseimbangan antara hak dan kewajiban
Prinsip keseimbangan antara hak dan kewajiban memberikan
pengertian bahwa warga negara dalam menerima hak yang
dimilikinya namun juga harus diseimbangkan dengan kewajiban
(38)
c. Pelaksanaan kebebasan yang bertanggung jawab secara moral
kepada Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, dan orang lain
Demokrasi Pancasila memberikan kebebasan kepada setiap
individu namun dengan batasan yang bertanggung jawab. Yang
dimaksud dengan kebebasan ini ialah kebebasan yang harus
memperhatikan hak dan kewajiban dari orang lain dan diri sendiri
bahkan, harus dapat dipertanggung jawabkan dengan Tuhan Yang
Maha Esa.
d. Mewujudkan rasa keadilan sosial
Demokrasi memiliki tujuan dalam mewujudkan rasa keadilan sosial
untuk semua warga negaranya. Keadilan sosial melingkupi sila
dalam Pancasila terutama sila kelima. Maka dari itu prinsip dalam
demokrasi Pancasila ingin mewujudkan rasa keadilan sosial dalam
setiap masyarakat.
e. Pengambilan keputusan dengan musyawarah
Landasan gotong royong dan kebersamaan merupakan dasar dari
pengambilan keputusan dengan musyawarah. Dalam pengambilan
keputusan ini mengilhami rasa keadilan bagi semua. Dimana tidak
hanya mementingkan kaum mayoritas saja, namun juga dapat
memperhatikan kaum minoritas.
f. Mengutamakan persatuan nasional dan kekeluargaan
Prinsip persatuan nasional terilhami dari sila ketiga dari Pancasila.
(39)
memunculkan persatuan nasional dalam setiap masyarakat.
Persatuan nasional juga sangat penting dalam pertahanan negara
agar negara dapat kuat saat ada gangguan baik dari dalam maupun
dari luar.
g. Menjunjung tinggi tujuan dan cita-cita nasional.
Tujuan dan cita-cita nasional Negara Indonesia tertuang dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia.
Diungkapkan bahwa Indonesia menyatakan kemerdekaannya dan
kemudian membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial. Dari tujuan dan cita-cita Negara Indonesia tersebut
terlihat Indonesia tidak hanya menciptakan kebaikan bagi
masyarakat Indonesia namun juga ingin mewujudkan perdamaian
dan ketertiban dunia (Cholisin,2012:11).
Selain prinsip dasar tersebut, ada juga beberapa keunikan yang
dimiliki Demokrasi Pancasila dibandingkan dengan demokrasi yang
lainnya. Beberapa keunikan tersebut ialah :
a. Pada cakupannya tidak terbatas dalam arti demokrasi
politik, tetapi juga mencakup demokrasi ekonomi dan demokrasi
(40)
b. Pada spirit yang dikandungnya yakni religius,
humanis,kolektivisme/kekeluargaan (Sutrisno,2006:12).
Dalam pelaksanaan Demokrasi Pancasila nilai-nilai religius
dalam sila pertama, humanis dalam sila dua, tiga dan lima dan
kolektivisme/kekeluargaan dalam sila keempat Pancasila, dapat
menjadi dasar dalam masyarakat hidup sehari-hari. sila-sila dalam
Pancasila inilah yang tidak dapat ditemukan dalam negara yang
menganut demokrasi di manapun.
Meskipun kelembagaan demokrasi modern yang digunakan
tetapi dalam pengambilan keputusan menggunakan mekanisme
budaya asli yakni permusyawatan(Yudi Latif,2011:387). Pengambilan
keputusan secara permusyawaratan menghasilkan hasil yang mufakat
untuk bersama. Hasil keputusan tersebut diharapkan dapat menjadi
keputusan yang adil untuk semua masyarakat dan tidak hanya
menguntungkan salah satu pihak saja.
3. Nilai-Nilai Demokrasi Pancasila
Ada beberapa nilai demokrasi yang menjadi kriteria dan standar
ideal yang merupakan tolok ukur dalam demokrasi(Riza
Noer,1996:3-15) yaitu:
a. Pemahaman yang tercerahkan, suatu hal dipandang baik
bagi rakyat atau dianggap sebagai kepentingan mereka
berdasarkan pilihan mereka sendiri, bukan pilihan pihak
(41)
dalam hal itu. Itulah alasan mengapa rakyat Indonesia harus
terdidik dan tercerahkan secara memadai agar mereka dapat
menentukan apa yang mereka inginkan atau pandang baik.
b. Partisipasi efektif, partisipasi warga negara ini sangat
krusial dalam kaitannya dengan upaya untuk memenuhi
kepentingan semua warga negara yang berkaitan dengan
keputusan yang akan dibuat.
c. Kontrol terhadap agenda, agenda dalam proses pengambilan
keputusan bisa saja sempit dan terbatas dengan skala
proritas yang ditentukan oleh kekuatan-kekuatan tertentu
dalam masyarakat.
d. Persamaan nilai suara dalam penentuan keputusan, hak
pilih dalam demokrasi bersifat universal, dalam suatu
proses pembuatan keputusan setiap warga negara yang telah
memenuhi kualifikasi tertentu mempunyai hak yang sama
untuk memilih.
e. Inklusivitas, kriteria inklusivitas berhubungan dengan siapa
saja yang menjadi anggota atau warga demos asosiasi
tertentu, termasuk negara, dalam hal ini demos harus
mencakup seluruh orang dewasa yang dikenai atau terikat
kepada keputusan-keputusan kolektif dan mengikat yang
(42)
Nilai-nilai demokrasi diatas merupakan bentuk nilai demokrasi
secara umum. Secara khusus nilai demokrasi merupakan kebalikan dari
nilai-nilai otoriter yang ada. Nilai demokrasi tersebut melahirkan suatu
bentuk budaya politik yang disebut budaya demokrasi, nilai-nilai
tersebut ialah:
a. Egalitarian yang dibandingkan dengan Feodal
b. Pluralisme yang dibandingkan dengan Homogin
c. Terbuka yang dibandingkan dengan Tertutup
d. Dialogis yang dibandingkan dengan Dogmatis
e. Persuasif yang dibandingkan dengan Represif
f. Distribusi Kekuasaan yang dibandingkan dengan
Akumulasi Kekuasaan
g. Sensor kuratif yang dibandingkan dengan Sensor Preventif
h. Pemilihan yang dibandingkan dengan Penunjukkan
(Cholisin,2012:2)
Nilai-nilai Pancasila yang ideal ialah nilai Pancasila yang
dirumuskan oleh founding father atau pendiri bangsa ini. nilai-nilai
tersebut yaitu :
a. Ketuhanan yang berkebudayaan/Ketuhanan yang maha Esa
Ketuhanan adalah kerangka Pancasila mencerminkan komitmen
etis bangsa Indonesia untuk menyelenggarakan kehidupan
publik-politis yang berlandaskan nilai-nilai moralitas dan budi
(43)
nilai-nilai Ketuhanan, Pancasila bisa memberikan landasan
moral dan filosofis bagi sistem demokrasi yang hendak kita
kembangkan(Yudi Latif,2011:116). Dengan adanya pernyataan
tersebut maka peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa
dengan nilai Ketuhanan yang ada dalam Pancasila maka dapat
menjadi dasar dan landasan dalam mengembangkan demokrasi
bangsa Indonesia, yakni Demokrasi Pancasila.
b. Kemanusiaan universal/Kemanusiaan yang adil dan beradab
Sila perikemanusiaan yang adil dan beradab, apabila digali
merupakan visi Bangsa Indonesia yang mengandung begitu
banyak nilai manusiawi yang bisa dijadikan pegangan dalam
mengantisipasi tantangan globalisasi (Yudi Latif,2011:244).
Dalam sila ini diharapkan Bangsa Indonesia dapat berkomitmen
untuk menegakkan nilai kemanusiaan, khususnya Hak Asasi
Manusia yang merupakan salah satu prinsip Demokrasi
Pancasila.
c. Persatuan dalam kebhinekaan/Persatuan Indonesia
Dalam sila ini banyak mempertaruhkan Indonesia sebagai
republik yang harusnya dapat mewakili berbagai etnis baik
minoritas maupun mayoritas. Berbagai upaya pun dilakukan
oleh negara guna memberikan keadilan demi terwujudnya
persatuan Indonesia. Upaya negara untuk member ruang bagi
(44)
etnis, budaya, dan agama juga tidak boleh dibayar oleh ongkos
yang mahal berupa fragmentasi masyarakat. Oleh karena itu
setiap kelompok dituntut untuk memiliki komitmen kebangsaan
dengan menjunjung tinggi consensus nasional seperti yang
tertuang dalam Pancasila dan konstitusi negara, serta
unsur-unsur pemersatu bangsa lainnya, seperti Bahasa Indonesia.
d. Demokrasi permusyawaratan/Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
Sila keempat merupakan sila dari Pancasila yang paling dekat
dan berpengaruh kepada demokrasi. Sila ini memberikan solusi
dalam mencapai tujuan bersama yakni dengan bermusyawarah.
Bermusyawarah tidak hanya dapat mewakili semua keinginan
masyarakat namun juga dapat menyeimbangkan antara
masyarakat minoritas dan masyarakat mayoritas. Berbeda
dengan proses voting yang memberikan kesempatan
sebesar-besarnya kepada masyarakat mayoritas namun menutup
kesempatan bagi masyarakat minoritas. Gagasan demokrasi
menurut pandangan Soekarno menyatakan dengan semangat
penuh kekeluargaan atau gotong royong. Gagasan Soekarno ini
didasarkan oleh kenyataan bahwa bangsa ini merupakan satu
keluarga di dalam Indonesia, bangsa yang memiliki tujuan dan
keinginan yang sama jadi selayaknyalah bangsa ini dapat saling
(45)
ada tiga sumber yang menghidupkan cita-cita demokrasi dalam
kalbu bangsa Indonesia yakni : stimulus demokrasi desa,
stimulus Islam dalam demokrasi, stimulus barat atas demokrasi.
Pandangan Hatta ini selaras dengan apa yang telah
dikemukakan oleh Soekarno tentang hal gotong royong,
keluarga dan perjuangan bersama. Maka dari itu masyarakat
Indonesia diharapkan mampu menerapkan sila ini dalam
kehidupan sehari-hari agar tercipta kerukunan antara setiap
warga negara.
e. Keadilan sosial/Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Keadilan sosial berarti keadilan yang berlaku dalam masyarakat
di segala bidang kehidupan, baik materiil maupun spiritual
(Syahrial Syarbaini,2011:42). Bagi seluruh rakyat Indonesia
berarti semua masyarakat dari lapisan manapun yang menjadi
warga negara Indonesia. Sosial yang dimaksud bukanlah sosial
yang sama artinya di negara komunis. Keadilan sosial
mengandung arti tercapainya keseimbangan antara kehidupan
pribadi atau individu dengan kehidupan kelompok/masyarakat.
Uraian demokrasi dan Pancasila tersebut dapat menjadi rumusan
dalam menguraikan nilai Demokrasi Pancasila. Demokrasi Pancasila
yang kita kenal di Indonesia tidak hanya mencakup demokrasi politik,
tetapi juga mencakup demokrasi ekonomi dan demokrasi sosial.
(46)
(Cholisin,2013:30). Sedangkan arti sekundernya ialah demokrasi
ekonomi dan sosial.
Demokrasi ekonomi sendiri merupakan suatu demokrasi yang
tujuan kebijaksanaan primernya ialah pembagian kembali kekayaan
dan pemerataan kesempatan ekonomi(Cholisin,2013:31). Pemerataan
kesempatan ekonomi tersebut dilihat dari kesempatan setiap rakyat
untuk meningkatkan ekonomi mereka. Berbeda jauh dengan konsep
Marxis yang menyatakan bahwa demokrasi ekonomi sebagai
pengganti demokrasi politik(Cholisin,2013:31).
Demokrasi sosial merupakan keadaan dimana masyarakat
mendapat perlakuan yang sama dan hormat terhadap setiap orang.
Pandangan ini berbeda dengan konsep demokrasi sosial(demokrasi
rakyat) dari Karl Marx(Cholisin,2013:30). Pada demokrasi sosial ala
Marx, memang tidak ada perbedaan antara kaya dan miskin namun
memunculkan kelas baru yaitu penguasa dan rakyat.
Nilai-nilai Demokrasi Pancasila secara khusus dapat dirumuskan
dari nilai-nilai demokrasi politik, demokrasi ekonomi dan demokrasi
sosial. Demokrasi politik dapat dilihat dalam nilai keterbukaan,
pendistribusian kekuasaan/pembagian hak dan kewajiban. Dalam
demokrasi ekonomi dapat dilihat dari pemerataan ekonomi di dalam
kelas/tidak terdapat kelas-kelas berdasarkan kemampuan ekonomi
yang ada. Dan nilai pada demokrasi sosial dapat dilihat dari
(47)
bertanggung jawab secara bersama dalam mengerjakan tugas
kelompok maupun tugas yang lain tanpa melihat tingkat sosial yang
ada. Nilai di atas merupakan beberapa nilai khusus yang dapat dilihat
dan diterapkan di dalam kelas. Dilihat dari rincian tersebut maka dapat
dapat disimpulkan beberapa nilai-nilai Demokrasi Pancasila yakni :
a. Religius,tidak sekuler apalagi ateis
b. Memiliki toleransi
c. Adil dalam arti tidak diskriminatif/humaninistis
d. Anti imperialism dan kolonialisme
e. Memiliki komitmen untuk mewujudkan kemakmuran
bersama
f. Memiliki solidaritas dan kesetiakawanan yang tinggi bagi
sesama anak bangsa
g. Menghargai pluralitas
h. Menyerasikan antara kepentingan pribadi dengan
kepentingan umum
i. Menolak liberalisme, kapitalisme, dan neoliberalisme
j. Mengedepankan musyawarah untuk mufakat
k. Komitmen terhadap konstitusi (Cholisin, 2013:120)
Demokrasi Pancasila yang merupakan demokrasi yang
didasarkan oleh asas kebersamaan dalam perbedaan. Demokrasi ini
(48)
Berbeda dengan demokrasi sosial (demokrasi rakyat) yang dicetuskan
oleh Karl Marx.
Perbedaan yang ada antara Demokrasi Sosial (Demokrasi
Pancasila) dan Demokrasi Sosial (Demokrasi Rakyat) milik Marx
dapat dilihat dari beberapa sudut pandang yaitu :
Tabel 1
Perbandingan Demokrasi Sosial Pancasila dan Demokrasi Sosial
(Rakyat oleh Marx)
Demokrasi
Sudut Pandang
Sosial (Pancasila) Sosial (Rakyat oleh Marx)
Hukum
Warga negara
menganut aturan sesuai
UUD 1945
Hukum kurang ketat
sehingga warga negara
kurang ada
batasan-batasan
Agama
Masalah agama adalah
hak pribadi(berhak
memilih kepercayaan
masing-masing)
Tidak percaya akan
Tuhan,kehidupan
manusia berdasarkan
suatu evolusi
Ekonomi
Perekonomian bersama
oleh pemerintah,
swasta, dan seluruh
golongan rakyat
Perekonomian
sentralistis atau
(49)
Praktek
Ketatanegaraan
Praktek dilaksanakan
berdasarkan UUD 1945
dan Pancasila
Politik berdasarkan
kekuasaan pemerintah
Penguasa
Kekuasan tertinggi
dipegang oleh
pemerintah
Kekuasaan tertinggi
oleh partai
(rani,2012).
Keunikan Demokrasi Pancasila dapat dilihat pada cakupannya
tidak terbatas dalam arti demokrasi politik tetapi juga mencakup
demokrasi ekonomi dan demokrasi sosial (Cholisin,2013:113). Dari
ketiga cakupan demokrasi tersebut menurut Kuntowijoyo (dalam
Cholisin 2013:113) menyatakan bahwa:
“Demokrasi politik terwujud bila dalam distribusi kekuasaan masyarakat berada di atas negara, demokrasi sosial terjadi jika jaminan kesejahteraan rakyat mendapat lokasi memadai, demokrasi ekonomi terwujud bila kekuasaan produktif berada di tangan bagian terbesar masyarakat”
Secara nyata demokrasi politik dapat dilihat dalam keluarga
yang merupakan masyarakat dalam lingkup kecil. Penentuan nasib
anak saat di keluarga seringkali ditentukan oleh orang dewasa atau
orang tua mereka. Dalam lingkup kelas atau sekolah nasib siswa
ditentukan oleh guru maupun kepala sekolah yang bersangkutan.
Kurangnya pendistribusian kekuasaan pada individu-individu inilah
yamg sering terjadi dalam demokrasi politik. Demokrasi politik yang
(50)
mencerminkan nilai Demokrasi Pancasila itu sendiri. Misalnya saja
pengakuan hak dan kewajiban yang ada. Demokrasi Pancasila
mengakui dan menghormati hak dan kewajiban dari masing-masing
individu khususnya dalam penentuan nasib individu itu sendiri.
Lingkup kecil seperti pada lembaga sekolah jaminan
kesejahteraan dapat dilihat dengan adanya sarana dan prasarana yang
dapat digunakan saat proses pembelajaran. Sarana dan prasarana dapat
menjamin kesejateraan siswa dalam proses pertumbuhannya.
Seringkali sekolah telah memberikan sarana dan prasarana kepada
siswa namun kurang memadai dalam lokasi yang ada. Misalnya dalam
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang seharusnya terdapat
laboratorium penunjang. Demokrasi Pancasila mempunyai tujuan kea
rah kesejahteraan rakyatnya. Demokrasi sosial merupakan bagian dari
Demokrasi Pancasila yang mengarahkan kepada kesejahteraan rakyat.
Demokrasi ekonomi terwujud bila kekuasaan produktif berada
di tangan bagian terbesar masyarakat. Dalam hal ini siswa merupakan
rakyat dan pihak sekolah sebagai pemerintah. Demokrasi ekonomi
terwujud bila kekuasaan produktif berada di tangan rakyat, kalimat
tersebut menyiratkan segala bentuk hasil cipta, karya dan karsa dari
rakyat memegang kendali penuh dalam mewujudkan demokrasi. Di
sekolah juga sama bahwa kreatifitas siswa diharapakan dapat
(51)
B. Pendidikan Kewarganegaraan
1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan yang
cakupannya lebih luas dari pendidikan demokrasi dan Pendidikan
HAM karena mencakup kajian dan pembahasan tentang banyak hal
seperti pemerintahan, konstitusi, rule of law, hak dan kewajiban
warganegara, proses demokrasi, dsb(Azyumardi Azra,2008:7).
Konsep mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan menurut standar
isi 2006 merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada
pembentukan warganegara yang memahami dan mampu
melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara
Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan
oleh Pancasila dan UUD 1945.
2. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
Tujuan pendidikan Kewarganegaraan yakni agar peserta didik
memiliki kemampuan sebagai berikut:
a. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu
kewarganegaraan
b. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak
secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan
(52)
c. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri
berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat
hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya
d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia
secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi. (Tujuan Pendidikan
Kewarganegaraan BSNP)
3. Teori Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Mengajar merupakan suatu kata kunci dalam mempengaruhi
materi yang ingin disampaikan. Mengajar dalam suatu proses
pendidikannya sering disebut dengan pembelajaran. Ada beberapa
teori pembelajaran yang sering kita lihat dan kita jumpai.
Model-model pembelajaran tersebut yakni :
a. Model pembelajaran pasif yakni guru menerangkan
sedangkan murid mendengarkan, guru mendiktekan
sedangkan murid mencatat, guru bertanya sedangkan murid
menjawab, dan seterusnya.
b. Pembelajaran dengan gaya bank yakni guru sebagai deposan
yang mendepositikan pengetahuan serta berbagai
pengalamannya kepada siswa, sedangkan siswa hanya
menerima dan memnyimpan semua yang diberikan
(53)
Kedua model diatas merupakan model pembelajaran yang sangat
menindas siswa karena dapat menghambat kreativitas dan
pengembangan potensi mereka.
Pendidikan Kewarganegaraan diharapkan mampu
mengembangkan model pembelajaran yang lebih dapat memanusiakan
manusia. Apabila seorang guru PKn mengajar menggunakan dua
contoh model pembelajaran di atas maka dapat dipastikan
pembelajaran yang dilakukan tidak akan tepat guna.
Pada masa sekarang ini guru PKn diharapkan dapat
mengembangkan pembelajaran yang kreatif dan mampu membangun
semangat siswanya. Model pembelajaran yang kreatif juga akan
menunjang munculnya potensi anak dan membangun kreativitasnya.
Selain sebagai sarana pembangun kreativitas pembelajaran yang
kreatif juga akan membuat siswa tidak jenuh dengan kegiatan
belajarnya.
Siswa amatlah berperan penting dalam menemukan ilmu baru
mereka. Kauchak (dalam Dede, 2007: 94) mengatakan terdapat aliran
yang disebut Contructivisme yaitu suatu aliran yang mengembangkan
pandangan tentang belajar yang menekankan pada empat komponen
kunci yaitu:
a. Siswa membangun pemahamannya sendiri dari hasil mereka
belajar bukan karena disampaikan pada mereka.
(54)
c. Belajar dapat ditingkatkan dengan interaksi sosial.
d. Penugasan-penugasan dalam belajar dapat meningkatkan
kebermaknaan proses pembelajaran.
Pembelajaran yang dianjurkan demi memenuhi empat komponen
tersebut, misalnya: permainan (game), diskusi, maupun belajar di luar
kelas. Proses pembelajaran yang baru akan mampu menyegarkan
pikiran siswa agar dapat lebih mengerti dalam menerima materi.
C. Demokrasi Pancasila dalam Pendidikan Kewarganegaraan
Salah satu cara untuk mengembangkan kultur demokratis
berkeadaban adalah melalui program Pendidikan Kewarganegaraan
(civic education) yang dilakukan melalui cara-cara demokratis oleh
pengajar yang demokratis untuk tujuan demokrasi(Azyumardi
Azra,2008:13). Pancasila adalah capaian demokrasi paling penting
yang dihasilkan oleh para pendiri bangsa(Azyumardi Azra,2008:22).
Pada standar isi Sekolah Menengah Atas kelas XI materi demokrasi
masuk dalam Standar Kompetensi Menganalisis budaya demokrasi
menuju masyarakat madani. Dari Standar Kompetensi tersebut dibagi
menjadi empat Kompetensi Dasar yaitu mendeskripsikan pengertian
dan prinsip-prinsip budaya demokrasi ,mengidentifikasi ciri-ciri
masyarakat madani ,menganalisis pelaksanaan demokrasi di Indonesia
sejak orde lama, orde baru, dan reformasi,menampilkan perilaku
budaya demokrasi dalam kehidupan sehari-hari. Dalam memunculkan
(55)
dan prinsip-prinsip budaya demokrasi, ciri-ciri masyarakat madani,
menganalisis pelaksanaan demokrasi di Indonesia dan baru
menampilkan perilaku demokrasi dalam kehidupan sehari-hari. Dalam
materi sebelumnya siswa telah diajarkan terlebih dahulu tentang
budaya politik agar mereka dapat memahami arti dari budaya dan
dapat membedakan budaya demokrasi dan budaya otoriter yang ada.
Dalam perkembangannya karena hubungan yang sangat dekat
antara demokrasi dan Pancasila maka munculah istilah Demokrasi
Pancasila. Demokrasi Pancasila ialah demokrasi yang khas dari
bangsa Indonesia. Karena kekhasan yang dimiliki, maka Pendidikan
Kewarganegaraan menjadi jembatan untuk menjadi tempat sosialisasi
dalam memperkenalkan Demokrasi Pancasila ini. Demokrasi
Pancasila secara garis besar menawarkan tiga komponen demokrasi,
yaitu :
a) Demokrasi dalam bidang politik pada hakikatnya menegakkan
kembali asas-asas negara hukum dan kepastian hukum
b) Demokrasi dalam bidang ekonomi pada hakikatnya adalah
kehidupan yang layak bagi semua warganegara
c) Demokrasi dalam bidang hukum pada hakikatnya bahwa
pengakuan dan perlindungan HAM, peradilan yang bebas dan tidak
memihak(Azyumardi Azra,2008:45).
Masyarakat demokratis akan tumbuh kokoh dalam masyarakat
(56)
1. Toleransi
2. Menghormati perbedaan pendapat
3. Memahami dan menyadari keanekaragaman masyarakat
4. Terbuka dalam komunikasi
5. Menjunjung tinggi nilai-nilai dan martabat manusia
6. Mampu mengekang diri
7. Saling menghargai (Zamroni,2003:81)
Nilai-nilai demokrasi tersebut merupakan implementasi yang
terkandung di dalam Pancasila terutama sila yang keempat. Dalam sila
tersebut menekankan keinginan bangsa Indonesia mewujudkan
kebijaksanaan melalui jalan musyawarah.
Dalam Demokrasi Pancasila, yang merupakan demokrasi paling
ideal di Indonesia segala nilai baik spiritual sampai material telah
terangkum di dalamnya. Penegakkan Demokrasi Pancasila dalam
dunia pendidikan khususnya PKn, akan mampu mendorong warga
negara yang seperti tercantum dalam tujuan Pendidikan
Kewarganegaraan itu sendiri. Warga negara akan lebih aktif baik
dalam penyampaian pendapat maupun dalam penentuan kebijakkan.
Nilai-nilai Demokrasi Pancasila dapat dilihat dari beberapa
demokrasi pembentuknya. Seperti nilai dari demokrasi politik,
demokrasi ekonomi dan demokrasi sosial. Kemampuan siswa dalam
bertoleransi, menghormati perbedaan, menghargai pluralisme, terbuka
(57)
menghargai maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran PKn telah
(58)
A.Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian tentang “pengembangan nilai-nilai Demokrasi Pancasila
dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMA
se-Kecamatan Depok” ini dilaksanakan pada bulan Mei 2013 sampai
November 2013. Tempat penelitian dilaksanakan di Sekolah Menengah
Atas baik swasta maupun negeri di Kecamatan Depok, Yogyakarta.
Adapun rinciannya sesuai dari daftar Dinas Pendidikan Kabupaten
Sleman sebagai berikut :
Tabel 2
Daftar Nama Sekolah Mengah Atas di Kecamatan Depok
No NAMA SEKOLAH ALAMAT
SEKOLAH
Keterangan
1 SMA NEGERI 1
DEPOK
Babarsari, Caturtunggal, Depok, Sleman
NEGERI
2 SMA ANGKASA
ADISUTJIPTO
Janti, Maguwoharjo, Depok, Sleman
SWASTA
3 SMA GAMA
YOGYAKARTA
Jalan Affandi Mrican no. 5 Catur Tunggal, Depok, Sleman
SWASTA
4 SMA KOLESE DE
BRITO
Laksda Adisutjipto 161 Catur Tunggal, Depok, Sleman
SWASTA
5 SMA KOLOMBO
SLEMAN
Jln Rajawali no.10 Komplek Kolombo, Catur Tunggal,
(59)
Depok, Sleman
6 SMA MANDALA
BHAKTI
Jln. Anggajaya I/3 Condongcatur, Depok, Sleman
SWASTA
Penelitian di SMA Mandala Bhakti tidak dapat diteruskan karena
ketiadaan murid yang ada disana.
B. Jenis dan Pendekatan
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan
kualitatif. Penelitian deskriptif ialah penelitian yang dimaksudkan untuk
mengungkap gambaran objektif mengenai keadaan yang terdapat pada
objek yang diteliti. Adapun penelitian kualitatif ini merupakan metode
penelitian yang digunakan untuk mengkaji suatu objek pada latar alamiah
tanpa ada manipulasi dan pengujian hipotesis(Andi Prastowo, 2012:24).
Penelitian kualitatif dari sisi definisi lainnya memaparkan bahwa
penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan pendekatan
naturalistik untuk mencari dan menemukan pengertian atau pemahaman
tentang fenomena dalam suatu latar yang berkonteks khusus(Lexy J
Moleong,2006:5).
Dilihat dari jenis dan metode penelitian tersebut maka penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui dan memaparkan proses pengembangan
nilai-nilai Demokrasi Pancasila melalui pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan di SMA Se-kecamatan Depok.
C. Sumber Data/Subyek Penelitian
Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan
(60)
lain-lain(Lexy J Moleong,2006:157). Dalam penelitian ini kata-kata dan
tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai merupakan
sumber data utama. Sumber data dapat dicatat melalui catatan tertulis
atau perekam video maupun pengambilan foto. Pencatatan sumber data
merupakan penggabungan dari mendengar, melihat dan bertanya yang
dilakukan oleh peneliti. Orang yang diamati atau diwawancarai oleh
peneliti ialah lima guru Pendidikan Kewarganegaraan dari
masing-masing sekolah di SMA Se-kecamatan Depok.
Teknik yang digunakan peneliti dalam menentukan subyek
penelitian dengan teknik purposive yakni dengan memilih subyek
berdasarkan pertimbangan, kriteria, ciri tertentu yang ditentukan
berdasarkan tujuan yang ingin dicapai. Subyek penelitian ialah
orang-orang yang dapat memberikan informasi dengan bertanggung jawab atas
apa yang dikatannya. Dalam penelitian ini kriteria yang digunakan dalam
menentukan subyek penelitian yakni : orang yang mempunyai
pengetahuan mengenai Demokrasi Pancasila, orang yang mempunyai
pengalaman dan berhubungan langsung dengan pengajaran Demokrasi
Pancasila dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Melihat
kriteria di atas maka yang merupakan subyek penelitian ialah guru-guru
Pendidikan Kewarganegaraan yang mengampu kelas XI dari
masing-masing SMA di Kecamatan Depok. Pengambilan kelas XI dikarenakan
materi pada kelas tersebut mengarah kepada nilai Demokrasi khususnya
(61)
D. Teknik Pengumpulan Data
Guna memperoleh data yang akan digunakan, maka peneliti
menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu :
1. Wawancara Terstruktur
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data sekunder
apabila peneliti telah melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin
mengetahui hal-hal kecil dari responden yang lebih mendalam dan
jumlah respondennya sedikit/kecil (Sugiyono, 2012: 188). Wawancara
ini dilakukan untuk memperoleh data secara langsung dari narasumber
(guru mapel PKn) tentang usaha yang dilakukan agar nilai-nilai
demokrasi dapat berkembang melalui pembelajaran Pendidikan
Kewarganeraan dari masing-msing sekolah
2. Dokumentasi
Dokumentasi ini dilakukan dengan mengumpulkan
dokumen-dokumen atau foto-foto serta catatan tertulis/lampiran yang berguna
sebagai informasi dalam penelitian ini. Dokumen-dokumen tertulis yang
dapat digunakan sebagai alat untuk memperkuat observasi dan
wawancara ialah dokumen dari masing-masing guru yang berupa
Rencana Program Pembelajaran. Dokumentasi juga dapat dijadikan
sebagai bukti bahwa peneliti benar-benar melakukan penelitian di tempat
(62)
3. Observasi
Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses
yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis. Observasi
digunakan bila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses
kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati terlalu besar
(Sugiyono, 2012: 196). Penulis melakukan observasi terhadap
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan kelas XI masing-masing
sekolah dalam proses pengembangan nilai-nilai Demokrasi Pancasila di
SMA se-kecamatan Depok.
E. Instumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang dapat mendukung
dalam melaksanakan tehnik pengumpulan data, agar mendapatkan data
yang sesuai dengan kebutuhan peneliti. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan dua instrumen yaitu pedoman wawancara dan lembar
observasi. Pedoman wawancara merupakan instrumen dalam wawacara
terstruktur yang berisi daftar pertanyaan yang terinci secara tertulis dalam
lembar pedoman wawancara. Sedangkan lembar observasi ialah lembar
yang berisi proses-proses pembelajaran yang baik dalam melaksanakan
pengamatan pembelajaran di sekolah. lembar observasi yang akan
digunakan dalam penelitian adalah lembar observasi untuk
mengumpulkan data mengenai suasana demokrasi yang dibangun guru
(63)
F. Teknik Pengujian Keabsahan Data
Pengujian keabsahan data pada dasarnya digunakan untuk
menyanggah balik apa yang dituduhkan kepada penelitian kualitatif yang
mengatakan tidak ilmiah. Peneliti yang mengggunakan pengujian
keabsahan data secara cermat sesuai dengan teknik maka jelas
penelitiannya benar-benar dapat dipertanggungjawabkan dari segala
segi(Lexy J Moleong,2006:320).
Penelitian ini menggunakan teknik triangulasi data. Triangulasi
adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu
yang lain. Di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data itu (Lexy J Moleong,2006:330). Penelitian ini
membandingkan antara dokumen dari masing-masing guru yang berupa
RPP atau Rancangan Program Pembelajaran dengan cara saat guru
tersebut melakukan kegiatan belajar mengajar serta tujuan yang ingin di
capai.
G. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan
mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar
sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja
seperti yang disarankan oleh data(Lexy J Moleong,2006:280).
(64)
1. Reduksi data
Reduksi data ialah identifikasi satuan(unit). Pada mulanya
diidentifikasikan adanya satuan yaitu bagian terkecil yang
ditemukan dalam data yang memiliki makna bila dikaitkan
dengan fokus dan masalah penelitian. Reduksi berfungsi untuk
menajamkan, menggolongkan, dan mengarahkan.
Dalam penelitian ini pemilihan, menggolongkan dan
mengarahkan data agar mendapatkan data yang relevan dan
mendukung peneliti dalam permasalahan pengembangan
nilai-nilai Demokrasi Pancasila melalui pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan di SMA Se-kecamatan Depok.
2. Kategorisasi data
Kategorisasi ialah upaya memilah-milah setiap satuan ke
dalam bagian-bagian yang memiliki kesamaan(Lexy J
Moleong,2006:288). Data yang diperoleh dari hasil wawancara
dan dari dokumen-dokumen yang ada akan dipilah-pilah sesuai
dengan sifat masing-masing data. Tujuannya untuk memilih data
yang sifatnya penting dan data yang sifatnya pokok dan dapat
mengarahkan pada permasalahan pengembangan nilai-nilai
Demokrasi Pancasila melalui pembelajaran Pendidikan
(65)
3. Display Data
Display data merupakan penyajian data ke dalam sejumlah
matriks yang sesuai. Tahap ini mempunyai tujuan untuk memberi
kemudahan dalam mengkonstruksikan, menginterprestasikan dan
menyimpulkan data yang telah dipilih. Bentuk penyajian
laporannya adalah deskriptif analitik dan logis karena penyajian
laporan ini berusaha mengarah kepada suatu kesimpulan.
Data yang dihasilkan berbentuk narasi berupa informasi
tentang pengembangan nilai-nilai Demokrasi Pancasila melalui
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMA
Se-kecamatan Depok.
4. Pengambilan kesimpulan
Data yang sudah diperoleh dan dikumpulkan selanjutnya
dibuat kesimpulan. Pengambilan kesimpulan dapat berdasarkan
pada rumusan masalah dan tujuan penelitian kemudian diperiksa
keabsahannya.
Langkah-langkah tersebut dilaksanakan dan dapat menjadi
acuan dalam menganalisis data sehingga dapat membentuk suatu
uraian yang sistematik, akurat dan jelas. Pengambilan kesimpulan
dapat dilakukan secara induktif dengan mengarahkan hal-hal yang
khusus menuju hal-hal yang bersifat umum untuk menjawab
(66)
A. Hasil Penelitian
Gambaran Umum dan Subyek Penelitian a. SMA Negeri 1 Depok
SMA Negeri 1 Depok merupakan satu-satunya Sekolah Menengah
Atas negeri di Kecamatan Depok. Sekolah ini terletak di
Babarsari, Depok, Sleman, Yogyakarta. Pemberian nama SMA
Negeri 1 Depok sendiri,menurut Bapak Bawa selaku Kepala
Bagian Humas Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman merupakan
nama nomeklatur dimana diharapkan kelak akan muncul SMA
selanjutnya dan nama sekolah yang sudah ada tidak perlu
mengalami perubahan. Dalam pelaksanaannya SMA Negeri 1
Depok mempunyai visi dan misi sebagai berikut :
Visi : SMA N 1 Depok adalah berpartisipasi tinggi,
berkeperibadian dan kreatif. Misi :
1) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara aktif,
sehingga konsep materi kurikulum terkuasai 100%.
2) Mengoptimalkan penerapan program sekolah efektif
yakni efektivitas dalam setiap kegiatan yang berorientasi
(67)
3) Mendorong dan membantu siswa untuk mengenal
potensi dirinya, sehingga dapat dikembangkan secara
optimal.
4) Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama yang
dianut siswa sehingga menjadi sumber terbentuknya
kepribadian yang mantap, arif, dan bijaksana dalam
berperilaku.
Pengambilan data berupa wawancara dilakukan dengan
narasumber Ibu Laksmi Widihati sebagai pengampu pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan. Ibu Laksmi telah menjadi guru di
SMA Negeri 1 Depok selama 24 tahun.
b. SMA Angkasa Adisutjipto
SMA Angkasa merupakan SMA di bawah yayasan Ardya Garini
bekerjasama dengan TNI AU dengan pelindung Komandan Lanud
Adisutjipto. SMA ini beralamatkan di Jalan Raya Janti, kompleks
Lanud Adisutjipto, Yogyakarta. Dalam proses pelaksanaan
pembelajarannya SMA Angkasa memiliki visi dan misi sebagai
berikut :
Visi : Disiplin, Bermutu, dan Berbudaya berdasarkan Iman dan
Taqwa.
Misi :
1) Menegakkan tata tertib sekolah dalam menjunjung
(68)
2) Menumbuhkembangkan iklim kekeluargaan yang sinergis
antara sekolah dengan orang tua siswa
3) Memberikan pelayanan yang prima kepada peserta didik
dalam pengembangan diri
4) Menumbuhkan semangat keunggulan
5) Meningkatkan mutu pendidikan sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
berlandaskan keimanan dan ketaqwaan.
Wawancara dilakukan dengan narasumber Ibu Siti Rahayu yang
merupakan guru pengampu Pendidikan Kewarganegaraan. Ibu
Siti Rahayu merupakan satu-satunya guru PKn di SMA Angkasa.
Beliau sudah berprofesi sebagai guru di SMA tersebut selama 34
tahun.
c. SMA Gama Yogyakarta
SMA Tiga Maret atau yang sering disebut dengan SMA Gama,
terletak di Jalan Affandi nomor 5 Mrican, Sleman, Yogyakarta.
Dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajarnya SMA Gama
memiliki visi dan misi sebagai berikut:
Visi : Berdisiplin tinggi, berprestasi, terampil, kreatif dan
berakhlak mulia dan berwawasan global.
Misi :
1) Pembekalan kedisiplinan dalam menaati peraturan dan
(69)
2) Melaksanakan pembimbingan, pembelajaran, dan
pengembangangan potensi akademik maupun non
akademik secara optimal sehingga menghasilkan peserta
didik yang berprestasi
3) Pembekalan keterampilan supaya mandiri
4) Melaksanakan pembelajaran yang efektif dan efisien
5) Melaksanakan KTSP yang efektif dan sesuai dengan
kondisi sekolah
6) Pembekalan kepribadian yang beriman dan bertakwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa
7) Pembekalan pembelajaran dalam upaya meningkatkan
penguasaan terhadap internet dan bahasa asing yang bisa
digunakan pada jenjang pendidikan lainnya.
Guru pengampu Pendidikan Kewarganegaraan yang menjadi
narasumber dalam pengambilan data melalui wawancara di SMA
Gama yaitu Ibu Wijiyati. Ibu Wijiyati merupakan guru pengampu
mata pelajaran yang baru karena sebelumnya diisi oleh Bapak
Untung. Ibu Wiji baru enam bulan menjadi guru pengampu di
SMA Gama, selain di SMA Gama beliau juga salah satu guru
pengampu PKn di SMA Negeri 1 Depok.
d. SMA Kolese De Britto
SMA Kolose De Brito merupakan sekolah swasta di bawah
(70)
Marwata, S.J sebagai rektor kolese. Sekolah ini terletak di Jalan
Laksda Adisutjipto 161, Yogyakarta. Dalam melaksanakan
kegiatan belajar mengajarnya SMA Kolose De Britto memiliki
visi dan misi sebagai berikut :
Visi : Kolese De Britto sebagai komunitas pendidikan berjuang
untuk membantu proses pembentukan pribadi siswa menjadi
pemimpin-pemimpin pelayanan yang kompeten, berhati nurani
benar, dan berkepedulian pada sesama demi kemuliaan Allah
yang lebih besar.
Misi :
1) Membentuk siswa menjadi pemimpin yang humanis,
melayani, dan berani berjuang bagi sesama dan
berwawasan kebangsaan serta menghayati nilai-nilai luhur
bangsa Indonesia
2) Membantu siswa menjadi pribadi yang berkembang secara
utuh, optimal, dan seimbang
3) Mengembangkan siswa menjadi pribadi yang jujur,
disiplin, mandiri, kreatif, dan mau bekerja keras.
Narasumber wawancara yang juga merupakan guru pengampu
Pendidikan Kewarganegaraan di SMA Kolose De Britto ialah
Bapak Samino. Beliau telah menjadi guru PKN di SMA tersebut
selama 30 tahun lamanya.
(1)
131
8 302040205055 20401170 SM A ISLAM I GAM PING
JL.WATES K.3
PELEM GURIH BANYURADEN Gamping Sw ast a
9 304040203999 20401167 SM A PROKLAM ASI '45
PROKLAM ASI '45 RINGROAD
UTARA TRIHANGGO Gamping Sw ast a
10 302040215043 20400870 SM A IM M ANUEL KALASAN Jl. Solo Km 15 Tam anm art ani Kalasan Sw ast a
11 304040215033 20401147
SM A M UHAM M ADIYAH
KALASAN DHURI TIRTOM ARTANI Kalasan Sw ast a
12 302040206076 20400875 SM A BUDI M ULIA M INGGIR
Jln. Kebonagung
Km.24 Sendangagung M inggir Sw ast a
13 302040202021 20401157
SM A M UHAM M ADIYAH
M INGGIR SIDOREJO SENDANGREJO M inggir Sw ast a
14 302040206013 20400876 SM A BINATAM A SLEM AN
M ONUM EN YOGYA KEM BALI NO.134
YOGYAKARTA SINDUADI M lat i Sw ast a
15 304040202062 20400873 SM A Dr. WAHIDIN M LATI
Jln. M agelang
Km ,5 Sinduadi M lat i Sw ast a
16 304040402042 20401158 SM A M UHAM M ADIYAH M LATI
JALAN
M AGELANG KM 7
JOM BOR SINDUADI M lat i Sw ast a
17 304040202063 20401165 SM A SANTO M IKAEL SLEM AN JL. PURBOYO SUM BERADI M lat i Sw ast a
18 304040205999 20407372
SM A ISLAM TERPADU BINA
UM AT SETRAN SUM BERARUM M oyudan Sw ast a
19 302040212057 20400871 SM A IKIP VETERAN NGEM PLAK
CANGKRINGAN
KM 8.2 BIM OM ARTANI Ngemplak Sw ast a
20 304040210050 20400853 SM A ISLAM 3 SLEM AN Jl. TURI PAKEM BINANGUN Pakem Sw ast a
21 302040210025 20401169 SM A M UHAM M ADIYAH PAKEM
KALIURANG KM 17 PAKEM
YOGYAKARTA PAKEM BINANGUN Pakem Sw ast a
22 302040210501 20400874 SM A TERPADU DARUL-HIKM AH
PALAGAN TENTARA
PELAJAR KM 15 PURWOBINANGUN Pakem Sw ast a
23 302040209065 20400868 SM A ISLAM PRAM BANAN
Pram banan - Piyungan
Klurak Baru
Bokoharjo Pram banan Sw ast a
24 303040217008 20401152
SM A M UHAM M ADIYAH 1
PRAM BANAN GATAK BOKOHARJO Pram banan Sw ast a
25 304040201011 20401151
SM A M UHAM M ADIYAH 1 SLEM AN
M AGELANG KM 13
KRAPYAK
TRIHARJO Slem an Sw ast a
26 302040213052 20401164 SM A SULAIM AN SLEM AN
JL. RAYA KM .12
SLEM AN KOTA TRIDADI Slem an Sw ast a
27 302040214076 20401153 SM A M A'ARIF 1 SLEM AN
TURI KM . 1
M ERDIKOREJO M ERDIKOREJO Tem pel Sw ast a
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)