KONSEP DIRI PENDERITA TUMOR TULANG (OSTEOSARCOMA) PASCA AMPUTASI

KONSEP DIRI PENDERITA TUMOR TULANG
(OSTEOSARCOMA) PASCA AMPUTASI

SKRIPSI

Oleh :
ARIKA ROSHANTI
NIM : 06810115

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2012

LEMBAR PERSETUJUAN

1. Judul Skripsi

: Konsep Diri Penderita Tumor Tulang (Osteosarcoma)

Pasca Amputasi
2. Nama Peneliti


: Arika Rosanti Widyaningrum

3. No.Induk Mahasiswa

: 06810115

4. Fakultas

: Psikologi

5. Perguruan Tinggi

: Universitas Muhammadiyah Malang

Disetujui,

Pembimbing I

Dra. Tri Dayakisni, M.Si


Pembimbing II

M. Shohib, M.Si

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi ini telah diuji oleh Dewan Penguji
Tanggal,

Dewan Penguji

Ketua Penguji

: Dra. Tri dayakisni, M.Si

…………………

Anggota Penguji


: 1. Ni’matuzahroh, M.Psi

…………………

2. Dra. Diantini Ida, M.si

…………………

Mengesahkan
Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Malang

Dra. Cahyaning Suryaningrum, M.Si

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama

: Arika Rosanti Widyaningrum


NIM

: 06810115

Fakultas

: Psikologi

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
Judul Skripsi

: Konsep Diri Penderita Tumor Tulang (Osteosarcoma)

Pasca Amputasi.

1. Adalah bukan karya orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali
penulisan dalam bentuk kutipan yang digunakan dalam naskah dan telah
disebutkan sumbernya.
2. Hasil tulisan karya ilmiah/skripsi dari penelitian yang saya lakukan merupakan

hak bebas royalty non-ekseklusif, apabila digunakan sebagai sumber pustaka.

Demikian Surat Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila
tidak benar, maka saya bersedia mendapatkan sanksi akademik sesuai dengan undangundang yang berlaku.
Malang,
Mengetahui
Ketua Program Studi

Yang menyatakan,

Ni’matuzahroh, S.Psi M.Psi

Arika Rosanti W

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas segala
rahmat, taufiq serta hidayah-Nya yang telah diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Konsep diri penderita osteosarcoma pasca

amputasi”.
Shalawat serta salam tetap terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Besar
Muhammad SAW, yang telah membimbing umatnya ke jalan yang diridhoi Allah SWT yakni
Agama Islam.
Penulis menyadari9 bahwa baik dalam perjalanan studi maupun dalam penyelesaian
skripsi ini, penulis banyak memperoleh bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak, oleh
karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih yang sedalam-dalamnya
kepada :
1. Dra. Cahyaning Suryaningrum, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Malang.
2. Dra. Tri dayakisni, M.Si sekalu dosen pembimbing I yang telah banyak meluangkan
waktu untuk memberikan bimbingan, masukan dan nasehat yang sangat berarti bagi
penulis dalam penyusunan skripsi ini.
3. M. Shohib, M.si selaku dosen pembimbing II yang telah bersedia untuk meluangkan
waktu untuk memberikan bimbingan, masukan nasehat yang sangat berarti bagi
penulis.
4. Seluruh staff pengajar Fakultas Psikologi UMM serta bagian Tata Usaha yang selalu
sabar dan teliti melayaniu keperluan akademis penulis.
5. Papa dan mama tercinta yang tiada henti mendoakan agar selalu mencapai
keberhasilan dan kesuksesan serta memberikan dorongan moril sehingga kuliah dan

skripsi ini bisa terselesaikan.
6. Adikku tercinta Risna yang selalu mendoakan dan memberi dukungan motivasi.
7. Terima kasih buat mas Angga Wahyu Dewaji, yang selalu menyemangatiku dan
memberikan motivasi untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

8. Subyek peneliti yang telah bersedia untuk merelakan rahasia pribadinya untuk penulis
untuk pengembangan keilmuan, permintaan maaf dan terima kasih saya haturkan.
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang telah banyak
memberikan bantuan pada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Allah SWT membalas segala amal dan kebaikannya. Penulis menyadari
bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna dengan segala keterbatasan yang ada,
sehingga kritik dan saran demi perbaikan karya skripsi ini sangat penulis harapkan, meski
demikian, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya
dan pembaca pada umumnya.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Malang,
Penulis


Arika Rosanti W

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………

i

INTISARI …………………………………………………………………………...

iii

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………..

iv

DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………………..

viii


BAB I

BAB II

BAB III

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Maslah ………………………………………....

1

B. Rumusan Masalah …………………………………………........

6

C. Tujuan Penelitian ……………………………………………….

6

D. Manfaat Penelitian ……………………………………………...


6

TINJAUAN PUSTAKA
A. Osteosarcoma ……………………………………………………

7

1. Pengertian Osteosarcoma ……………………………............

7

2. Definisi Osteosarcoma ………………………………............

7

3. Faktor-faktor penyebab Osteosarcoma ………………...........

8


B. Amputasi ………………………………………………………. .

9

1. Pengertian ……………………………………………………

9

2. Jenis-jenis Amputasi ………………………………………...

9

C. Konsep Diri ……………………………………………………...

11

1. Definisi Konsep Diri ………………………………………...

11

2. Aspek-aspek Konsep Diri …………………………………...

12

3. Faktor Konsep Diri ………………………………………….

13

METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian …………………………………………..

15

B. Batasan Istilah ………………………………………………….

15

C. Subyek Penelitian ………………………………………………

16

BAB IV

BAB V

D. Metode Penelitian Data …………………………………………

16

E. Instrument Penelitian ……………………………………………

17

F. Lokasi, waktu dan Pengorganisasian Penelitian ………………..

17

G. Analisis Data ……………………………………………………

18

H. Keabsahan Data ………………………………………………...

18

HASIL ANALISIS DATA
A. Deskripsi Subyek ………………………………………….........

20

B. Deskripsi Hasil Penelitian ……………………………………....

20

C. Hasil Analisis Penelitian ………………………………………..

29

D. Pembahasan …………………………………………………….

32

PENUTUP
A. Kesimpulan ……………………………………………………..

35

B. Saran ……………………………………………………………

35

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………...
LAMPIRAN ……………………………………………………………………….

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dewasa ini fenomena medis yang disebut dengan Tumor sudah tidak asing
lagi ditengah masyarakat, Tumor merupakan salah satu penyakit kronis dengan
tanda tumbuh adanya benjolan disekitar daerah yang keluhkan dan menyerang
organ tertentupada manusia. Tumor dikenal menjadi beberapa macam, salah satunya
yang akan dibahas oleh peneliti yaitu Tumor Tulang (Osteosarcoma). Tumor tulang
merupakan suatu penyakit ganas yang menyerang organ tulang pada manusia, yang
ditandai dengan adanya benjolan-benjolan tumbuh tak semestinya pada bagian
tubuh manusia seperti sendi-sendi yang menhubungkan tulang.
Menurut badan kesehatan dunia ( World Health Oganization ) setiap tahun
jumlah penderita kanker ± 6.25 juta orang. Di Indonesia diperkirakan terdapat 100
penderita kanker diantara 100.000 penduduk per tahun. Dengan jumlah penduduk
220 juta jiwa terdapat sekitar 11.000 anak yang menderita kanker per tahun. Di
Jakarta dan sekitarnya dengan jumlah penduduk 12 juta jiwa, diperkirakan terdapat
650 anak yang menderita kanker per tahun. Data yang dihimpun RS Cipto
Mangunkusumo Jakarta, dalam periode 5 tahun terakhir, terdapat 455 kasus tumor
baru, 118 atau 36 persen adalah tumor pada anak, 1,04 persen di antaranya tumor
tulang. Kasus tumor tulang memang tidak sebanyak tumor lain. Meski jumlahnya
relatif kecil, namun dampak yang ditimbulkannya sangatlah besar. Anak-anak dapat
kehilangan organ tubuhnya akibat operasi atau amputasi pada organ tertentu yang
terkena tumor ini. Oleh sebab itu tumor tulang (Osteosarcoma) ini juga perlu
mendapat perhatian serius. Penyakit tumor disebabkan oleh mutasi yang terjadi
dalam DNA sel. Agar tumor dapat muncul dibutuhkan kombinasi lebih dari satu
mutasi yang mengaktifkan oncogen (gen yang termodifikasi sehingga meningkatkan
keganasan sel tumor) atau menekan gen penahan tumor. Jenis tumor ini
berhubungan dengan periode kecepatan pertumbuhan pada masa remaja. Paling

sering ditemukan pada anak-anak, dan rata-rata terdiagnosis pada kisaran umur 1220 tahun (Reksoprodjo, S; dkk 1995).
Tumor (berasal dari bahasa Latin, secara harafiah berarti "bengkak,
pembengkakan"), merupakan salah satu dari lima karakteristik inflamasi (respon
pertama sistem kekebalan tubuh terhadap infeksi atau iritasi). Saat ini, istilah
‘tumor’ sering digunakan untuk menggambarkan pertumbuhan jaringan biologis
yang tidak normal. Tumor disebabkan oleh mutasi yang terjadi dalam DNA sel.
Agar tumor dapat muncul dibutuhkan kombinasi lebih dari satu mutasi yang
mengaktifkan oncogen (gen yang termodifikasi sehingga meningkatkan keganasan
sel tumor) atau menekan gen penahan tumor. Perlu diketahui bahwa sel sendiri
memiliki mekanisme untuk memperbaiki DNA dan juga mekanisme lain yang dapat
menyebabkan sel tersebut menghancurkan dirinya melalui apoptosis (jika DNA
rusak terlalu parah). Usia diketahui pula berpengaruh dalam mutasi DNA sel.
Semakin tua usia seseorang, semakin banyak pula mutasi yang mungkin terjadi
dalam DNA sel orang tersebut (Lonner, 1999).
Ada beberapa yang beranggapan tumor tulang merupakan penyakit yang
diturunkan. Tetapi ada pula masyarakat awam yang masih berfikiran bahwa tumor
tulang ini sebagai penyakit kutukan, mungkin karena kasusnya yang relative jarang
terjadi. Tetapi bagaimanapun, sangat lebih baik jika kita sedikit banyak mengetahui
perihal tumor tulang ini. Tumor tulang adalah tumor yang terjadi akibat adanya
kelainan sel yang membentuk tulang. Tumor yang dimulai di tulang jarang terjadi,
tapi tumor yang telah menyebar ke tulang dari bagian lain dari tubuh lebih umum
terjadi adalah tumor tulang ganas yang berhubungan dengan periode kecepatan
pertumbuhan pada masa remaja.
Menurut

(EGC.Smeltzer,

Suzane,

2001)

Osteosarkoma

(Sarcoma

osteogenetik) merupakan tumor tulang ganas primer, dimana tumor ganas ini
memproduksi tulang dan sel-selnya yang berasal dari sel mesenkimal primitive.
Yang paling sering dialami adalah nyeri pada bagian yang terinfeksi tumor tulang
ini. Sejalan dengan pertumbuhan tumor bisa juga mengalami pembengkakan dan
pergerakan yang terbatas. Tumor tungkai akan menyebabkan penderita berjalan
timpang. Sedangkan tumor pada lengan akan menyebabkan nyeri apabila lengan

dipakai untuk mengangkat sesuatu, pembengkakan pada tumor mungkin akan terasa
hangat dan terlihat agak memerah. Tanda awal penyakit ini bisa merupakan patah
tulang yang selanjutnya menjadi tumor. Patah tulang ditempat tumbuhnya tumor ini
biasanya disebut dengan frakthuphatologis dan sering terjadi setelah tulang
mengalami gerakan rutin.
Sejalan dengan pertumbuhan tumor juga bisa terjadi pembengkakan dan
pergerakan yang terbatas. Pada masa pengobatan, sebelum dilakukan pembedahan
maka tumor akan dikecilkan terlebih dulu dengan melakukan kemoterapi, pada
penderita tumor tulang ini biasanya penderita bertahan hidup sampai 5 tahun setelah
penyakitnya terdiagnosis. Selain dengan jalan kemoterapi, apabila terjadi adanya
perluasan dan penyebaran yang menjadi tidak terkendali maka salah satu
alternatifnya adalah dengan mengamputasi bagian tubuh yang terjangkit tumor
tulang jenis ini (Osteosarcoma).
Suatu alternative yang harus diambil ketika terjadi adanya perluasan
jaringan pada tumor tulang ini yaitu dengan amputasi, tentu saja setelah melewati
proses kemotheraphy terlebih dahulu. Amputasi yang dimaksudkan disini berasal
dari kata “amputare” yang kurang lebih diartikan “pancung”. Amputasi dapat
diartikan sebagai tindakan memisahkan bagian tubuh sebagian atau seluruh bagian
ekstremitas. Tindakan ini merupakan tindakan yang dilakukan dalam kondisi pilihan
terakhir manakala masalah organ yang terjadi pada ekstremitas sudah tidak mungkin
dapat diperbaiki dengan menggunakan teknik lain, atau dimana kondisi organ dapat
membahayakan keselamatan tubuh klien secara utuh atau merusak organ tubuh yang
lain seperti dapat menimbulkan komplikasi dan juga infeksi.
Menurut Engram dan Barbara (1999) Pada pemilihan keputusan ini harus
terus dilakukan pengawasan juga pengkajian oleh pihak-pihak yang telah
menangani dengan melakukan pengkajian pada gambaran diri klien dengan
memperhatikan tingkat persepsi klien terhadap dirinya, menilai gambaran ideal diri
klien dengan meninjau persepsi klien terhadap perilaku yang telah dilaksanakan dan
dibandingkan dengan standar yang dibuat oleh klien sendiri, pandangan klien
terhadap rendah diri antisipasif, gangguan penampilan peran dan gangguan

identitas. Adanya gangguan konsep diri antisipasif harus diperhatikan secara
seksama pada setiap pasien amputasi.
Berdasarkan hasil survey awal dengan salah satu subyek yang terserang
tumor tulang yang pada lutut kakinya terdapat benjolan keras hingga membesar dan
telah didiagnosis dokter sebagai tumor tulang. Kondisi ini telah sudah diderita
subyek sejak 3 tahun yang lalu. Kondisi ini mengharuskan subyek untuk menjalani
kemotherapi dan mengambil keputusan untuk amputasi sesuai dengan anjuran
dokter karena tumor yang diderita semakin mengancam kesehatan dan kelanjutan
hidup penderita. Pada masa setelah amputasi subyek mempunyai pandangan
terhadap dirinya seperti pada cuplikan wawancara antara peneliti dengan subyek
berikut, “saya sekarang cacat enggak seperti kemarin, kaki saya buntung, saya
minder dengan teman-teman saya juga semua orang, saya udah enggak bisa lagi
seperti yang diharapkan bapak, saya malu kalo musti kesekolah lagi, percuma juga
nerusin sekolah nantinya juga enggak bisa jadi polisi yang emang cita-cita saya
dari kecil”. Dari pernyataan subyek tersebut terlihat bahwa subyek mengalami
keadaan yang masih belum bisa subyek terima setelah menjalani operasi amputasi
kaki.
Melihat dari sebagian wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti, dalam
kasus ini terkait dengan bagaimana pembentukan konsep diri dari penderita tumor
tulang (osteosarcoma). Konsep diri merupakan suatu ukuran kualitas yang
memungkinkan seseorang dianggap dan dikenali sebagai individu yang berbeda
dengan individu lainnya. Kualitas yang membuat seseorang memiliki keunikan
sendiri sebagai manusia, tumbuh dan berkembang melalui interaksi sosial, yaitu
berkomunikasi dan menjalin hubungan dengan orang lain. Konsep diri berasal dari
bahasa inggris yaitu self concept, merupakan suatu konsep mengenai diri individu
itu sendiri yang meliputi bagaimana seseorang memandang, memikirkan dan
menilai dirinya sehingga tindakan-tindakannya sesuai dengan konsep tentang
dirinya tersebut.
Konsep diri tentang diri merupakan bagaimana individu bertindak dalam
berbagai situasi (Calhoun & Acoxcella 1990) penghargaan mangenai diri akan
menentukan bagaimana individu akan bertindak dalam hidup. Konsep diri berperan

dalam mempertahankan keselarasan batin, penafsiran pengalaman dan menentukan
harapan individu, disini diartikan bahwasannya konsep diri mempunyai peranan
dalam mempertahankan keselarasan batin karena apabila timbul perasaan atau
persepsi yang tidak seimbang atau saling bertentangan, maka akan terjadi situasi
psikologis yang tidak menyenangkan. Konsep diri merupakan bagian diri yang
mempengaruhi sikap aspek pengalaman baik itu pikiran, perasaan, persepsi dan
tingkah laku individu (Calhoun & Acocella 1990) mengartikan konsep diri sebagai
gambaran mental individu yang terdiri dari pengetahuan tentang diri sendiri,
penghargaan terhadap diri sendiri. Gambaran mental yang dimiliki oleh individu
memiliki 3 aspek yaitu pengetahuan, penghargaan, penilaian (Calhoun & Acocella
1990).
Konsep diri berperan dalam mempertahankan keselarasan batin, penafsiran
pengalaman dan menentukan harapan individu. Konsep diri mempunyai peranan
dalam mempertahankan keselarasan batin karena apabila timbul perasaan atau
persepsi yang tidak seimbang atau saling bertentangan, maka akan terjadi situasi
psikologis yang tidak menyenangkan. Untuk menghilangkan ketidakselarasan
tersebut, ia akan mengubah perilakunya sampai dirinya merasakan adanya
keseimbangan kembali dan situasinya menjadi menyenangkan lagi. Jika konsep diri
positif, anak akan mengembangkan sifat-sifat seperti kepercayaan diri, harga diri
dan kemampuan untuk melihat dirinya secara realitas, sehingga akan menumbuhkan
penyesuaian sosial yang baik. Sebaliknya apabila konsep diri negatif, anak akan
mengembangkan perasaan tidak mampu dan rendah diri. Mereka merasa ragu dan
kurang percaya diri, sehingga menumbuhkan penyesuaian pribadi dan sosial yang
buruk pula.
Sedangkan Konsep diri menurut beberapa ahli lain, contohnya Hurlock yaitu
merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya. Komponen utama
konsep diri menurut Hurlock (1994) yaitu komponen perceptual pada image
seseorang dalam penampilan fisik dan kesan yang ditampilkan kepada orang lain,
komponen konseptual mengenai karakteristik khusus yang dimiliki dan latar
belakang serta masa depannya, komponen sikap terhadap harga diri dan pandangan
diri yang dimilikinya.

Selain Hurlock, pengertian konsep diri dapat didefinisikan juga oleh
beberapa ahli lainnya. Menurut Jalaludin Rahmat (1996) yaitu “Konsep Diri adalah
pandangan dan perasaan kita, persepsi ini boleh bersifat psikologis, sosial dan
psikis. Konsep diri bukan hanya gambaran deskriptif, tetapi juga penilaian kita”.
Pengertian konsep diri dalam istilah umum mengacu pada persepsi seseorang
mengenai dirinya sendiri. Persepsi ini terbentuk melalui kesimpulan-kesimpulan
yang diambil berdasarkan pengalaman-pengalaman dan persepsi-persepsi terutama
dipengaruhi oleh reward dan punishment yang diberikan oleh seseorang yang berarti
dalam kehidupannya. Menurut Brooks bahwa pengertian konsep diri adalah
pandangan dan perasaan kita tentang diri kita (Rakhmat, 2005). Centi (1993)
mengemukakan konsep diri (self-concept) tidak lain tidak bukan adalah gagasan
tentang diri sendiri, konsep diri terdiri dari bagaimana kita melihat diri sendiri
sebagai pribadi, bagaimana kita merasa tentang diri sendiri, dan bagaimana kita
menginginkan diri sendiri menjadi manusia sebagaimana kita harapkan. Konsep diri
didefinisikan secara umum sebagai keyakinan, pandangan atau penilaian seseorang,
perasaan dan pemikiran individu terhadap dirinya yang meliputi kemampuan,
karakter, maupun sikap yang dimiliki individu. Konsep diri merupakan penentu
sikap individu dalam bertingkah laku, artinya apabila individu cenderung berpikir
akan berhasil, maka hal ini merupakan kekuatan atau dorongan yang akan membuat
individu menuju kesuksesan. Sebaliknya jika individu berpikir akan gagal, maka hal
ini sama saja mempersiapkan kegagalan bagi dirinya.
Menurut Harter (1991), pengaruh konsep diri yang paling besar itu pada
motivasi afeksi. Motivasi afeksi disini mengarah pada kondisi emosiseseorang.
Konsep diri positif akan berpengaruh atas munculnya emosi positif, seperti
kebahagiaan, kepuasan, dan lain sebagainya. Sebaliknya, konsep diri negative akan
berpengaruh pada munculnya emosi negative kerap menjadi sumber motif
perjuangan yang kuat. Sebaliknya, konsep diri negative kerap menjadi sumber
munculnya motif yang lemah.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan diatas, penulis tertarik untuk
memfokuskan penelitian tentang bagaimana konsep diri dan faktor-faktor yang
mempengaruhi terbentuknya konsep diri penderita tumor tulang (osteosarcoma)
pasca amputasi.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah :
1. Bagaimana gambaran konsep diri penderita tumor tulang pasca amputasi.
2. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya konsep diri penderita
tumor tulang pasca amputasi.

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang gambaran konsep diri
dan faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya konsep diri pasca amputasi.

D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dalam penelitian ini adalah:
1. Secara teoritis
Penelitian dapat bermanfaat dalam pengembangan-pengembangan teori
psikologi khususnya psikologi sosial dan psikologi klinis.
2. Secara Praktis
Memberi masukan kepada penderita tumor tulang dan keluarga penderita
mengenai konsep diri serta faktor-faktor yang mempengaruhi penderita
tumor tulang pasca amputasi.