BENTUK-BENTUK PENGENDALIAN PERILAKU DESTRUKTIF AUTIS

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Manusia dilahirkan dan kemudian melalui beberapa fase perkembangan dalam

kehidupannya, baik secara psikologis dan fisiologis. Melewati fase-fase perkembangan sedari
masih dalam kandungan hingga terlahir dan menjalani serta melewati beberapa tahap
perkembangan adalah proses yang dialami setiap manusia pada umumnya. Mengenai
perkembangan manusia, Santrock (2002:20) mendefinisikan perkembangan adalah pola gerakan
atau perubahan yang dimulai dari pembuahan dan terus berlanjut sepanjang siklus kehidupan.
Banyak hal yang bisa terjadi dalam proses perkembangan itu, mulai dari perkembangan dalam
kognitif, biologis dan sosiemosional. Ketiga proses ini saling berkaitan secara berbelit-belit
karena saling berhubungan dan dalam setiap perkembangannya antara satu dengan yang lain,
seperti adanya proses sosioemosional membentuk kognitif atau sebaliknya dan juga bagaimana
proses biologis mempengaruhi proses kognitif begitu seterusnya yang terjadi dalam kehidupan
manusia yang sehat secara jasmani dan rohani.
Dalam otak manusia terdapat sistem-sistem penting terkait dengan perkembangan
manusia, di mana proses sosioemosional, biologis dan kognitif itu terjadi di dalam otak, tapi otak
bukanlah satu-satunya tempat perkembangan. Jika sistem-sistem itu mengalami hambatan dalam

perkembangannya maka akan terjadi sesuatu berupa gangguan yang gejalanya tampak sedari usia
dini atau ketika tahap perkembangan selanjutnya, hingga muncul gejala atau simptom terkait
dengan gangguan perkembangan yang disadari oleh lingkungan sekitar ketika berinteraksi atau
mengenali perbedaaan melalui perilaku atau fisik yang terlihat dikarenakan gangguan
perkembangan.
Beberapa tahun terakhir ini perkembangan dunia anak-anak khususnya perkembangan
terhadap fisik dan psikologis yang mengalami gangguan atau disebut dengan gangguan
perkembangan, banyak dibicarakan kemudian dikembangkan akan pemahaman dan ilmu yang
mempelajarinya guna pengembangan ilmu pengetahuan dan mempermudah manusia dalam
mengatasi permasalahaanya, terkait gangguan perkembangan pada anak atau keluarga mereka.
Salah satu bentuk gangguan perkembangan itu adalah autisme, yaitu gangguan perkembangan

kemampuan yang terjadi ketika anak belum berusia tiga tahun. Autisme merupakan gangguan
perkembangan yang berat pada anak. Menurut Colman,M Andrew dalam Oxford Dictionary of
Psychology (2003 : 68) tentang autisme ini tertulis bahwa gangguan ini pertama kali di jelaskan
pada tahun 1943 oleh psikiater anak asal Austria yaitu Leo Kanner (1894-1981). Gangguan ini
juga dapat disebut autism, anak autism, dan Sindrome Kanner. Mengenai gejala-gejala yang
muncul dan menandakan seorang anak berpotensi menjadi penyandang autis, dipaparkan oleh
Maulana pada tahun 2008 yaitu gejalanya sudah tampak sebelum anak berusia tiga tahun.
Perkembangan mereka terganggu terutama dalam hal komunikasi, interaksi dan perilaku.

Keterbatasan yang dimiliki oleh penyandang autis menjadi salah satu masalah dalam penanganan
atau bagaimana bersikap dengan mereka. Kemampuan untuk berempati social adalah hal yang
lumrah pada diri orang nomal, tentang bagaimana kita memahami orang lain, baik dari segi
perilaku, emosi yang dimunculkan orang lain dan juga pendapat dari mereka. Namun hal ini
tidak pada anak penyandang autism, karena mereka memiliki kesulitan untuk berempati. Maka
dari itu lingkungan yaitu orang normal-lah yang berempati pada mereka.
Jumlah penderita laki-laki empat kali lebih besar dibanding penderita wanita. Gangguan
perkembangan mengalami peningkatan di beberapa tahun terakhir ini, diperjelas dengan data
statistik mengenai penyandang autisme, yaitu bila 10-20 tahun yang lalu jumlah penyandang
autism hanya 2-4 per 10.000 anak, tiga tahun belakangan jumlah tersebut meningkat menjadi 1520 anak atau 1 per 500 anak. Tiga tahun belakangan, di AS ditemukan 20-60 anak, kira-kira
1/200 atau 1/250 anak (Maulana,2008:18). Hal serupa juga dikemukakan oleh Budhiman (2000)
yaitu “Bila sepuluh tahun yang lalu jumlah penyandang autism dipekirakan satu per 5.000 anak,
saat ini meningkat menjadi satu per 500 anak” (www.kesos.unpad.ac.id).
Walaupun belum ada data resmi mengenai jumlah penyandang autistik di Indonesia,
namun lembaga sensus di Amerika Serikat melaporkan bahwa pada tahun 2004 di Indonesia
terdapat

475.000 anak dengan ciri

Autistik (Ramdhani, Thiomina, Prastowo, dan


Kusumawardhani,2009). Terdapat kemungkinan besar bahwa hingga pada tahun 2011 ini
semakin bertambah. Informasi mengenai perkembangan jumlah penyandang Autisme
kenyataannya meningkat pesat. Data terbaru dari Centre for Disease Control and Prevention
Amerika Serikat menyebutkan, kini 1 dari 110 anak di sana menderita autis. Angka ini naik 57

persen dari data tahun 2002 yang memperkirakan angkanya 1 dibanding 150 anak
(www.kompas.com).
Perilaku yang diberikan kepada anak Autisme tidak dapat disamaratakan dengan perilaku
yang diberikan kepada anak normal kebanyakan. Begitu juga perilaku yang anak Autisme
munculkan, misal dalam hal penyampaian emosi. Suryawati (2010) melakukan penelitian
mengenai autism dan mengatakan bahwa pada penyandang autis memilki kesulitan untuk
mengendalikan emosinya. Emosi menurut Aristoteles (seperti yang ditulis Lewis & Jones: 2000)
adalah suatu kondisi yang menyebabkan seseorang begitu berubah dan mempengaruhi
keputusannya, dimana kondisi itu dipengaruhi oleh suatu hal yang menyenangkan.
Kesulitan dalam penyampaian emosi ini terjadi sebagaimana pada beberapa anak autis di
SMP N 18 Malang, peneliti mendapatkan informasi dari salah satu Guru Pendamping Khusus
(shadow teacher), mengenai beberapa kejadian yang pernah terjadi oleh anak autis dikarenakan
kesulitan untuk menyampaikan perilaku atas emosi yang dirasakannya. Subjek pertama berinisial
RF usia 14 tahun, melakukan tindakan berupa tidur di jalan dikarenakan dirinya merasa

dibohongi. Subjek kedua dengan inisial BV duduk di kelas tiga SMP karena mengamuk di kelas
dan merasa kesal pada teman-temannya yang mengolok-olok dirinya sebagai Autis. Subjek
ketiga yaitu MA dengan perilaku memukul tembok kemudian memukul-mukul kepalanya
dikarenakan ia dimarahi oleh Shadownya.
Kesulitan untuk mengendalikan emosi pada autisme dan berdampak pada perilaku dari
emosi ini dijelaskan oleh Moetrasi (dalam Ramdhani,2008) bahwa sistem limbik adalah salah
satu bagian otak yang mengalami kelainan pada penyandang autis. Gangguan pada system limbic
yang merupakan pusat emosi mengakibatkan anak autis kesulitan mengendalikan perilaku dari
emosi tersebut.
Mengenai permasalahan pada penyandang autis mengenai perilaku emosi, telah
dilakukan beberapa penelitian salah satunya dilakukan oleh Ramdhani dan Thiomina pada tahun
2008. Dalam penelitian ini mengungkapkan tentang salah satu efek emosi negative yaitu dapat
menimbulkan perilaku yang membahayakan orang lain dan juga berpotensi membahayakan diri
sendiri yang berlebihan atau biasa disebut temper tantrum. Perilaku membahayakan diri sendiri
maupun orang lain itu merupakan perilaku destruktif. Disebut perilaku destruktif karena sifatnya

mengancam, merusak dan membahayakan. Setiap perilaku destuktif itu muncul, perlu dilakukan
pengendalian agar tidak berkelanjutan, karena dilakukan oleh penyadang autism yang pada
kenyataannya mengalami kesulitan dalam mengekspresikan emosi, maka orang terdekat perlu
mengendalikan perilaku dari emosi tersebut. Autisme tidak mengetahui bagaimana cara

mengeksperesikan emosi mereka secara tepat seperti manusia normal pada umumnya
dikarenakan adanya gangguan pada sistem kerja otaknya, sehingga ketika autisme melakukan
hal-hal yang di luar kewajaran terkait dengan emosi yang dirasakan dan keinginan untuk
mengungkapakannya maka bisa terjadi perilaku yang tidak diinginkan. Padahal dirinya sendiri
tidak tahu bagaimana hal yang seharusnya atau perilaku tepat untuk menunjukkan emosi tersebut
dikarenakan kurangnya fleksibilitas dalam berpikir dan bertingkah laku yang merupakan salah
satu dari tiga area kesulitan yang dialami seorang anak diawali sebelum usia tiga tahun. Contoh
kasus seperti yang diungkapkan oleh Chandler,Prevezer, Newson, dan Christie (2009 :13)
mengenai kesulitan kurangnya fleksibilitas dalam berpikir dan bertingkah laku adalah :
bahwa ketika seorang anak normal senang menirukan gerakan, tertarik pada pola tertentu,
menyusun mainan mereka dan pergi ke toko mainan dan aktifitas lainnya dalam
keseharian, tetapi anak autis mengalaminya lebih lama. Selain itu, tingkah laku tersebut
dapat menjadi alasan kepanikan dan kemarahan bagi seorang penderita autis, ketika dia
tidak mendapatkan sesuatu yang dia inginkan atau harapkan.
Dari beberapa penelitian terdahulu mengenai perilaku destruktif autis yaitu perilaku yang
hiperkenetis, agresif, menolak beraktifitas dengan alasan yang tidak jelas, membenturkan kepala,
menggigit, mencakar dan menarik rambut (Moetrasi dalam Ramdhani,2008) dan kenyataan yang
terjadi di lingkungan yang di temukan oleh peneliti seperti anak autis yang membanting-banting
dirinya, mencakar dan menggigit orang disekitarnya serta melempar hingga menghancurkan
barang disekitarnya disebabkan oleh berbagai alasan. Terkait perilaku yang muncul akibat

kesulitan memperoses emosi ini, maka dibutuhkan sosok pengendali atas perilaku yang tidak
diharapkan itu agar tidak mengarah kepada hal yang lebih membahayakan lagi dan mengancam
keselamatan autism atau lingkungan sekitar yang disebut perilaku destruktif. Sosok pengendali
perilaku ini bisa berasal dari keluarga atau orang terdekat penyandang autism, yang menyaksikan
atau berada di sekiar autism ketika perilaku itu muncul.
Pentingnya keberadaan pengendali perilaku destruktif autism ini sangat dibutuhkan,
terlebih dikarenakan kondisi autis kemungkinan tidak menyadari atas perilaku tidak tepat dari

pengungkapan emosi itu berbahaya bagi dirinya ataupun orang disekitarnya. Berdasarkan cerita
dari salah satu Shadow Teacher yang dipaparkan diatas, perilaku yang ditunjukkan oleh anak
autism itu, mereka (autisme) tidak mengeluhkan panasnya berbaring di jalan, atau sakitnya
memukul-mukul kepala. Mereka sekedar mengungkapkan atau mengekpresikan emosi yang
dirasa. Mengenai ketidaktahuan atau tidak adanya keluhan atas perilaku itu yang memang dirasa
tidak baik itu, juga diungkapkan oleh Soekadji (1983) yang menyebutkan perilaku destruktif ini
sebagai problema psikologis yaitu problema psikologis juga dapat dikenali meskipun klien tidak
mengeluh, tetapi orang-orang disekitarnya merasakan pengaruh tidak menyenangkan akibat
tindakan-tindakan klien; atau orang-orang sekitar menilai klien tidak efektif, destruktif
(merusak), tidak bahagia, mengganggu dan menjengkelkan.
Mengetahui bentuk-bentuk pengendalian perilaku destruktif ini baik bagi mereka yang
bergelut dengan para penyandang autis, karena dapat berguna untuk keluarga, guru pendamping

atau orang-orang yang disekitarnya terdapat penyandang autis, agar lebih memiliki keterampilan,
menambah pengetahuan dan memiliki kesiapan diri apabila autism yang berada disekitarnya
berperilaku yang membahayakan diri autis atau lingkungan sekitar, maka melalui penelitian ini
permasalahan itu dapat terbantu dan mengurangi keresahan akan perilaku dalam pengendalian
perilaku destruktif dari penyandang autis. Dan dari pengendalian ini juga bermanfaat bagi
penyandang autis karena dapat meminimalisir efek buruk dari perilaku destruktif yang dilakukan
pada dirinya sendiri, seperti yang biasanya terdapat luka atau memar akibat perbuatannya, maka
dengan adanya pengendalian ini maka perilaku yang menyebabkan memar itu dapat ditahan
hingga tidak terjadi dan akhirnya penyandang autis tidak lagi mengalami luka-luka ringan
sampai berat akibat perbuatannya sendiri.
Berdasarkan paparan di atas, mengenai autisme dan perilaku destruktif yang dilakukan
autisme serta pentingnya memahami bagaimana sikap yang seharusnya dan pengendalian yang
tepat ketika perilaku destruktif itu muncul oleh penyandang Autisme, agar dapat membantu dan
sedikit menambah referensi dan pemahaman akan bagaiamana perilaku atau sikap yang
dilakukan kepada penyandang autis ketika menunjukkan perilaku yang menagarah kepada
perilaku destruktif.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti mengajukan rumusan penelitian ini yaitu
bagaimana pengendalian terhadap perilaku destruktif yang muncul pada Autisme ?


C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk pengendalian dari Orang tua atas
perilaku destruktif yang dilakukan oleh penyandang Autisme.

D. Manfaat Penelitian :
1)

Secara teoritis
Suatu penelitian akan bemakna jika bermanfaat bagi kalangan yang bersangkutan dan
dapat menjadi ilmu pengetahuan tambahan dalam kajian ilmu Psikologi Klinis dan
Perkembangan.

2)

Secara Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan pemahaman baru kepada
para keluarga yang memilki anggota penyandang Autisme, untuk lebih memperdalam
lagi pengetahuannya bagaimana memperlakukan dan mengendalikan perilaku destruktif
yang muncul dari penyandang Autisme.


BENTUK-BENTUK PENGENDALIAN PERILAKU DESTRUKTIF AUTIS

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Muhammadiyah Malang
sebagai salah satu persyaratan memperoleh
gelar Sarjana Psikologi

Disusun Oleh:
MEYRITHA TRIFINA SARI
08810223

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2012

BENTUK-BENTUK PENGENDALIAN PERILAKU DESTRUKTIF AUTIS

SKRIPSI


Diajukan kepada Universitas Muhammadiyah Malang
sebagai salah satu persyaratan memperoleh
gelar Sarjana Psikologi

Disusun Oleh:
MEYRITHA TRIFINA SARI
08810223

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2012

BENTUK-BENTUK PENGENDALIAN PERILAKU DESTRUKTIF AUTIS

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang
Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi


Oleh:
MEYRITHA TRIFINA SARI
08810223

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2012

i

LEMBAR PERSETUJUAN

1.

Judul Skripsi

: Bentuk-bentuk pengendalian perilaku destruktif autis

2.

Nama Peneliti

: Meyritha Trifina Sari

3.

NIM

: 08810223

4.

Fakultas

: Psikologi

5.

Perguruan Tinggi

: Universitas Muhammadiyah Malang

6.

Waktu penelitian

: 8 Februari 2012 – 11 Maret 2012

7.

Tanggal Ujian

: 13 April 2012

Malang, 13 April 2012
Pembimbing I

Pembimbing II

Dr.Latipun, M.Kes

M. Salis Yuniardi, S.Psi.,M.Psi

ii

LEMBAR PENGESAHAN
BENTUK-BENTUK PENGEDALIAN PERILAKU DESTRUKTIF AUTIS

Yang disiapkan dan disusun oleh :
Nama

: Meyritha Trifina Sari

NIM

: 08810223

Fakultas

: Psikologi

Telah dipertahankan di depan penguji pada tanggal 13 April 2012 dan
dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima sebagai kelengkapan guna
memperoleh gelar sarjana Psikologi pada Universitas Muhammadiyah Malang.

Susunan Tim Penguji :
Penguji I

: 1. Latipun, Dr.,M.Kes

(

)

Penguji II

: 2. M.Salis Yuniardi, M.Psi.

(

)

Penguji III

: 3. RR Siti Suminarti F, Dra.,M.Si

(

)

Penguji IV

: 4. Adhyatman Prabowo, M.Psi

(

)

Mengesahkan,
Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Malang

Dra. Cahyaning Suryaningrum. M.Si

iii

SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama

: Meyritha Trifina Sari

NIM

: 08810223

Fakultas/Jurusan

: Psikologi

Universitas Muhammadiyah Malang
Menyatakan bahwa skripsi/karya ilmiah yang berjudul :
“ Bentuk-bentuk pengendalian perilaku Destruktif Autis “
Adalah bukan karya orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali
dalam bentuk kutipan yang digunakan dalam naskah ini dan telah disebutkan
sumbernya.
1. Hasil tulisan karya ilmiah/skripsi dari penelitian yang saya lakukan
merupakan Hak bebas Royalti non eksklusif, apabila digunakan sebagai
sumber pustaka.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan
apabila pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia mendapatkan sanksi sesuai
dengan undang-undang yang berlaku.

Mengetahui

Malang, April 2012

Ketua Program Studi

Yang Menyatakan,

M.Salis Yuniardi,M.Psi,Psi

Meyritha Trifina.S.

iv

Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan “ Bentuk-Bentuk Pengendalian Perilaku Destruktif Autis “
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana psikologi di Universitas
Muhammadiyah Malang.
Dalam proses peyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan
bimbingan dan petunjuk serta bantuan yang bermanfaat dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dra. Cahyaning Suryaningrum,M.Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Malang.
2. Dr.Latipun,M.Kes selaku dosen pembimbing I telah bersedia untuk
memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berguna, hingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
3. Muhammad Salis Yuniardi, M.Psi selaku dosen pembimbing II yang telah
banyak meluangkan waktu dan kesabaran untuk memberikan bimbingan dan
arahan yang sangat berguna, hingga penulis dapat meyelesaikan skripsi
dengan baik.
4. Mohammad Shohib,M.Si selaku dosen wali yang selama ini telah
membimbing dan memberikan pengarahan serta motivasi sejak awal
perkuliahan hingga selesainya skripsi ini,
5. Segenap dosen di Fakultas Psikologi. Terima kasih atas segala bimbingan dan
curahan ilmu-ilmunya selama masa perkuliahan.
6. Ayah dan Ibu tercinta yang selama ini tidak pernah berhenti dalam
memberikan kasih sayang dan dukungan serta do’a. Sehingga penulis
termotivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

v

7. Subyek dan Informan penelitian, yaitu kepada Bapak dan Ibu Rudi, serta
Bapak dan Ibu Serra. Terima kasih atas kesediaannya dalam memberikan
informasi.
8. Saudara-saudaraku Mba Cici, Mas Endar, Mba neti, Mas Dani dan
keponakan-keponakanku tersayang Kanaya, Kaylana dan Kenzie.
9. Teman-teman tercinta dan “gokil “ di kost Perum.Bukit Cemara Tujuh Kav.9.
10. Teman-teman Fakultas Psikologi, terutama teman-teman di Kelas D dan
khususnya Happak : Intan, Anis, Icha yang sudah bersama penulis dari awal
memasuki kuliah hingga akhir menyelesaikan dan kita lulus bersama.
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu disini, yang telah
banyak memberikan bantuan pada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari tiada satupun karya manusia yang sempurna, sehingga
kritik dan saran demi perbaikan karya skripsi ini sangat penulis harapkan. Meski
demikian, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti
khususnya dan pembaca pada umumnya.

Malang, April 2012
Penulis

Meyritha Trifina Sari

vi

INTISARI
Trifina, Sari Meyritha. (2012).Bentuk-bentuk pengendalian perilaku desturktif
autis. Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.
Pembimbing : (1) Dr.Latipun, M.Kes (2) Muhammad Salis Yuniardi,M.Psi
Kata kunci :Bentuk-bentuk pengendalian, Perilaku destruktif, dan Autis
Pada dasarnya individu membutuhkan pengendalian atas perilakunya yang
disebabkan oleh luapan emosi yang diungkapkan menjadi perilaku yang
berpotensi destruktif. Agar tidak semakin parah, maka dibutuhkan pengendalian.
Tidak terkecuali,pada penyandang autis yang memilki keterbatasan dalam
berperilaku yang sesuai, juga diperlukan pengendali untuk mengendalikannya
ketika menunjukkan perialku destruktif untuk menghindari dampak negative dari
perilaku tersebut .
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan 4 orang subjek. Teknik pengumpulan data yang digunakan
peneliti adalah menggunakan wawancara dan observasi. Adapun analsia data yang
digunakan adalah kualitatif deskriptif. Sedangkan keabsahan data yang digunakan
adalah menggunakan teknik triangulasi.
Dari hasil penelitian yang dilakukan, dapat diperoleh tentang bagaimana
bentuk pengendalian perilaku destruktif dari orang tua kepada anak autis mereka.
Berbagai cara, dari diet makanan, teguran, memeluk, mengusap-usap punggung
dan hukuman. Setiap perilaku yang muncul, kemudian dikendalikan dengan cara
atau metode yang dilakukan sehingga dihasilkan respon yang diharapkan yaitu
berkurangnya dan berhentinya perilaku destruktif.

vii

viii

DAFTAR ISI
Halaman Judul ........................................................................................

i

Lembar Persetujuan ................................................................................

ii

Lembar Pengesahan .................................................................................

iii

Surat Pernyataan .....................................................................................

iv

Kata Pengantar ........................................................................................

v

Intisari .......................................................................................................

vii

Daftar Isi ...................................................................................................

ix

Daftar Tabel .............................................................................................

xi

Daftar Lampiran ......................................................................................

xii

BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..........................................................................

1

B. Rumusan Masalah .....................................................................

6

C. Tujuan Penelitian.......................................................................

6

D. Manfaat Penelitian ....................................................................

6

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
A. Autis
1. Pengertian Autis ......................................................................

7

2. Gejala-gejala Autis ...................................................................

9

3. Faktor Penyebab Autis .............................................................

11

B. Pengendalian Perilaku Destruktif
1. Pengertian Perilaku Destruktif ...........................................

14

2. Definisi Bentuk Perilaku Destruktif ...................................

15

3. Pengendalian Periaku Destruktif........................................

16

4. Kerangka Pemikiran Penelitian

20

ix

………………………..

BAB III : METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian ...............................................................

21

B. Batasan Istilah .........................................................................

22

C. Subjek Penelitian .....................................................................

22

D. Konteks penelitian ...................................................................

22

E. Jenis data dan Instrumen Penelitian .........................................

23

F. Prosedur Penelitian .................................................................

25

G. Teknik Analisis Data ................................................................

28

H. Keabsahan Data........................................................................

29

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi subjek penelitian ......................................................

30

B. Hasil Penelitian
1. Perilaku Destruktif Autis ....................................................

30

a. perilaku destruktif yang merugikan diri autis.......... .......

31

b. perilaku destruktif yang merugikan lingkungan..... ........

31

2. Bentuk Pengendalian perilaku Destruktif......................... ..

32

C. Pembahasan ..............................................................................

38

BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ..............................................................................

45

B. Saran ........................................................................................

45

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................

47

LAMPIRAN..............................................................................................

48

x

DAFTAR TABEL
Nomor Tabel :
Tabel 4.1

Tabel Data Subyek Penelitian ..............................................

Tabel 4.2

Tabel perilaku, bentuk pengendalian dan dampak perilaku
destruktif ...............................................................................

xi

30

33

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Lampiran :
Lampiran 1

Pedoman Wawancara (Guide Interview) ...........................

50

Lampiran 2

Deskripsi data penelitian ...................................................

51

Lampiran 3

Dinamika Psikologis ..........................................................

62

Lampiran 4

Verbatim Subyek 1 ............................................................

71

Lampiran 5

Verbatim Subyek 2 ...........................................................

75

Lampiran 6

Verbatim Subyek 3 ............................................................

78

Lampiran 7

Verbatim Subyek 4……………………………………….

84

Lampiran 8

Verbatim informan lain ………………………………….

90

Lampiran 9

verbatim informan lain …………………………………...

93

Lampiran 10 observasi RD ………………………………………………

95

Lampiran 11 observasi SR……………………………………………….

96

Inform Concent subyek …………………………………………………..

95

xii

DAFTAR PUSTAKA
Christie,Phil.,Newson,Elizabeth.,Prevezer,Wendy.,Chandler,
Susie.
(2009).
Langkah Awal berinteraksi dengan Anak Autis.(terjemahan oleh
Manipuspika, Shanti Yana). Jakarta : Gramedia.
Chaplin,J.P. (2006). Kamus lengkap psikologi (cetakan ketujuh) Jakarta : Raja
Grafindo Persada.
Colman,M Andrew.(2003). Oxford dictionary of psychology. New York: Oxford
University Press.
Goode,W.J.(2004). Sosiologi Keluarga.Jakarta: Bumi Aksara
Hairiyah,N.(2005) Hubungan antara pengendalian diri dengan kecendrungan
perilaku mengambil resiko pada mahasiswa pecinta alam dengan
spesialisasi arung jeram. Skripsi. Fakultas Psikologi UMM Malang.
Jones-Haviland,J.M.,& Lewis,M. (Ed).(2000). Handbook of emotion.New York
London: The Guilford Press.
Kartono,L.I & Mar’at,S.(2006).Perilaku manusia (pengantar singkat tentang
psikologi). Bandung :Refika Aditama.
Khotimah,D.K. (2004 ) Hubungan frekuensi pelaksanaan shalat tahajud dengan
pengendalian emosi. Skripsi , Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Malang.
Koswara,E. 1996. Teori-teori kepribadian.Bandung : PT.Eresco Bandung.
Latipun, 2010. Pedoman penulisan skripsi. Malang: Fakultas Psikologi UMM.
Breton,Marlyn Le. 2004. Diet intervention and autism implementing the gluten
free and casein free diet for autistic children and adults a practical guide
for parents. London. Jessica Kingsley Publishers. Dari www.jkp.com
Martin, Nicole. 2009. Art as an early intervention tool for children with autism.
London. Jessica Kingsley Publishers. Dari www.jkp.com
Maulana, M.2009. Anak autis: mendidik anak autis dan gangguan mental lain
menuju anak cerdas dan sehat. Jogjakarta: Kata Hati.
Manz,C.Charles.2007. Emotional discipline (5 langkah menata emosi untuk
merasa lebih baik setiap hari).(Terj.Purwanta.A.R).Jakarta : Gramedia.

Moleong, L.J. 2007. Metodologi penelitian kualitatif (Ed.Revisi) Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Prasetyono,d.2008.Serba-serbi anak autis.Jogjakarata: Diva Press.
Ramdhani, N & Thiomina, R. (2008). Mengenali pola emosi anak-anak autistik.
www.neila.staff.ugm.ac.id. diakses tanggal januari 2012
Ramdhani,N.,Thiomina, Prastowo, B.N., & Kusumawardhani, S.S. (2009).
Advanced Help for mentoring autistic disorder ‘AHMAD’: development of
edutainment software for mentoring children with autism.
www.neila.staff.ugm.ac.id diakses tanggal januari 2012.
Santrock,W.John. (1995). Perkembangan Masa Hidup (jilid kesatu)(terjemahan
oleh Damanik,Juda dan Chusairi, Achmad) Jakarta : Erlangga.
Sari, P.A.(2006). Peran Keluarga dalam melakukan penanganan perilaku anak
Autis usia sekolah di sekolah Autis Universitas Negeri Malang. Skripsi,
Fakultas Keperawatan Universitas Muhammadiyah Malang.
Schustack & Friedman,2006. Kepribadian : Teori klasik dan riset modern.
Jakarta. Penerbit Erlangga.
Suryawati,A.I.,(2010).Model Komunikasi Penanganan Anak Autis Melalui Terapi
Bicara Metode Lovaas. Jurnal Ilmiah Faklutas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik,01,36.
Sugiyono (2009). Memahami penelitian kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Tavris, Carol. Wade,. (2008). Psikologi. Jilid 2. Jakarta: Erlangga
Wirawan,C.(2010). Faktor-faktor yang melatarbelakangi perilaku destruktif pada
remaja pelaku balap liar.Skripsi. Fakultas Psikologi UMM.
Yuwono.2009. Memahami anak autistic Kajian Teori dan Empirik. Bandung :
Alfabeta.
http://kesos.unpad.ac.id/?p=552 ( diakses tanggal 19 November 2011 )
http://psikologi-pendidikan/situs-belajar-psikologi.com.

(diakses

tanggal,2

November 2011)
http://nasional.kompas.com/read/2009/12/21/11102245/Jumlah.Anak.Autis.Menin
gkat (Diakses tanggal 28 November 2011)