Simbol dalam Budaya Jawa.

xlix Dalam hal ini pengalaman dan tingkat pengetahuan secara tidak langsung turut berpengaruh terhadap diri seniman dalam mengaktualisasikan segala ide dalam karyanya. Pengalaman dan tingkat pengetahuan dapat mempengaruhi pola pikir seseorang. Sementara itu pola pikir dapat berpengaruh terhadap kreatifitas seniman dalam menghadirkan karya-karya baru yang orisinil. Kembali kepada bahasan awal tentang simbol dalam seni, simbol yang merupakan tanda implisit maupun eksplisit, dapat digunakan dalam memahami maksud seorang seniman yang diterjemahkan ke dalam karya- karyanya yang merupakan wujud visual. Melalui simbol-simbol yang dihadirkan oleh seniman ini, seorang penikmat diharapkan dapat turut merasakan apa maksud sebenarnya yang diangkat seniman dalam karyanya itu. Jadi simbol ini dapat memberikan arti tersendiri yang dapat diterjemahkan secara tersendiri pula.

3. Simbol dalam Budaya Jawa.

Penggunaan simbol juga terdapat dalam budaya Jawa. Dalam kalangan masyarakat Jawa, hal-hal yang tidak bisa diungkapkan lewat bahasa lisan digantikan dengan bahasa kias symbolism, seperti yang digambarkan oleh E. Underhill dalam Mystiscm: Over and again the great mystics tell us, not how they speculated, but how they acted. To them, the transition from the life of sense to the life of spirit is a formidable undertaking that demands effort and constancy. The paradoxical quiet of the conteplative is but the outward stilliness essential to inward work. Their favorite symbols are those of action: bettle, search and pilgrimage Underhill, 1960. 38 38 E. Underhill, Mysticism, University Paperback, Methuen, London, 1960 1910 seperti yang dikutip oleh Abdullah Ciptoprawiro, 1992, Filsafat Jawa, Jakarta: Balai Pustaka. hal. 30. l Seringkali mistik-mistik besar yang kita kenal mengatakan kepada kita, bukan bagaimana mistik-mistik berspekulasi, namun bagaimana mistik-mistik itu berlaku. Bagaimana mereka, perpindahan atau transisi dari kehidupan inderawi kepada kehidupan spiritual adalah usaha yang berat yang membutuhkan usaha dan ketetapan. Lawan diam ketenangan atau perenungan adalah hanya ketetapan hal-hal yang perlu yang tampak luar pada hasil yang mendalam. Simbol- simbol yang digemari adalah tindakan-tindakan seperti: peperangan, pencarian diri dan perjalan ziarah. Dalam masyarakat Jawa dikenal adanya seni pewayangan. Di dalam seni pewayangan, masyarakat Jawa menggangap wayang sebenarnya merupakan penggambaran diri manusia, hal ini telah dibahas dalam sikap sumarah atau fatalistik masyarakat Jawa di depan. Menurut Ciptoprawiro, dalam pewayangan dapat diketemukan bahasa kias antara lain: 1. Tingkat kedewasaan manusia yang berturut-turut dalam tahap Karma, Darma, Bakti dan Moksa. 2. Watak manusia yang menunjukkan peri kelakuannya dalam lakon, seperti watak ksatria, raksasa diyu, dur angkara. 3. Penggambaran watak dalam tiap-tiap peraga wayang, antara lain dalam bentuk dan warna. 4. Penyusunan pagelaran wayang semalam suntuk dalam adegan tertentu. 5. Iringan kerawitan dengan pathet dan gendhing-gendhing yang berisikan kias Ciptoprawiro, 1992:30. 39 Simbol dalam budaya Jawa merupakan hasil olah dari aktivitas cipta, rasa dan karsa manusia Jawa, yang dicitrakan lewat seni wayangnya. Dalam seni pewayangan mencakup beberapa bidang seni, antara lain: seni rupa dalam unsur rupa dan warna, yang dalam hal ini adalan seni lukis dan pahat, seni musik kerawitan dan gendhing, dan sastra ceritera atau lakon. Dapat 39 Ibid, Ciptoprawiro, hal. 30. li dilihat di sini betapa banyak cakupan bidang-bidang seni yang terdapat dalam seni pewayangan yang merupakan kreasi budaya masyarakat Jawa.

E. Seni Sebagai Ekspresi.