S elagi revolusi industri berlangsung di Inggris selama paruh kedua

S elagi revolusi industri berlangsung di Inggris selama paruh kedua

abad XVIII, suatu perjuangan sengit berlansung antara golongan ketiga (third estate) dan rezim lama di Perancis. Menurut suatu pendapat yang sangat terkenal, yang disebut terdahulu terdiri atas seluruh rakyat Perancis kecuali kaum berhak-istimewa, perjuangan terhadapnya adalah berwatak politis. Ketika kekuasaan politik direnggut dari kaum berhak-istimewa oleh golongan ketiga, yang tersebut belakangan itu dengan sendirinya memanfaatkan itu untuk menghapuskan lembaga-lembaga ekonomi dan sosial, yang jumlah totalnya merupakan fundasi tatanan politik lama. Unsur-unsur yang sangat beragam, yang merupakan golongan ketiga itu, kesemuanya sangat berkepentingan dalam perjuangan terhadap kelembagaan-kelembagaan seperti itu, yang adalah sebabnya mengapa semua penulis progresif di Perancis abad XVIII tanpa kecuali mengutuk tatanan sosial dan politik lama.Tetapi ini belum semuanya. Bersatu dalam mengutuk tatanan itu, mereka juga sangat sedikit sekali perbedaan mereka dalam pandangan mereka mengenai jenis tatanan sosial baru yang mereka inginkan. Sudah tentu tidak bisa lain kecuali terdapatnya nuansa-nuansa tertentu dalam pendapat kubu progresif itu, tetapi walaupun adanya nuansa-nuansa itu, kubu itu bersatu dalam usaha-usahanya untuk mendirikan tatanan sosial yang kini kita sebut burjuis itu. Begitu perkasa kebulatan itu sehingga bahkan orang-orang yang tidak bersimpati dengan ideal burjuis itu harus menghormatinya pada waktu itu. Di sini ada sebuah contoh.

Dalam polemiknya dengan kaum Fisiokrat, 22 Abbé de Mably, yang sangat terkenal pada waktu itu, menyuarakan tentangannya terhadap azas hak-milik perseorangan dan ketidak-adilan sosial yang ditimbulkannya. Sebagaimana ia sendiri mengatakannya, ia tidak bisa melepaskan ide menyenangkan mengenai kebersamaan Dalam polemiknya dengan kaum Fisiokrat, 22 Abbé de Mably, yang sangat terkenal pada waktu itu, menyuarakan tentangannya terhadap azas hak-milik perseorangan dan ketidak-adilan sosial yang ditimbulkannya. Sebagaimana ia sendiri mengatakannya, ia tidak bisa melepaskan ide menyenangkan mengenai kebersamaan

Ketika revolusi telah melantik tatanan burjuis, tersulut suatu pergulatan antara semua dan berbagai unsur yang merupakan golongan ketiga itu. Lapisan sosial yang kemudian membentuk janin proletariat dewasa ini memulai suatu perang terhadap kaum kaya, yang mereka golongkan dengan kaum bangsawan. Sekalipun gagasan-gagasan komunis sepenuhnya asing bagi para wakil yang paling terkemuka lapisan sosial ini, seperti Robespierre dan Saint- Just, komunisme muncul di mimbar sejarah dalam sosok Gracchus Babeuf, yang memainkan suatu peran dalam adeganakhir drama historis besar itu. Diorganisasi oleh Babeuf dan pengikutnya, dalam persekongkelan yang dikenal sebagai la conjuration des égaux 23 adalah semacam prolog pada perjuangan yang belum selesai antara proletariat dan burjuasi, yang merupakan salah-satu ciri paling karakteristik dari sejarah dalam negeri Perancis abad XIX. Jika diingat kembali, conjuration des égaux mungkin lebih tepat jika disebut sebuah prolog pada prolog pada perjuangan ini. Argumen- argumen yang dikemukakan oleh Babeuf dan para pengikurnya hanya menyarankan secara samar-samar bahwa mereka mempunyai suatu pemahaman mengenai intisari historis dari tatanan sosial baru yang mereka takdirkan kemusnahannya. Mereka mengenal satu kebenaran tunggal yang mereka kukuhi dengan kuat sekali: “Dalam suatu masyarakat sesungguhnya semestinya tiada kaum kaya maupun kaum miskin.” Karena masyarakat yang dihasilkan revolusi mengandung kaum kaya maupun kaum miskin, maka revolusi itu tidak dapat dianggap selesai sampai masyarakat itu

* Doutes proposé aus philosophes économistes sur l’ordre naturel et essentiel des sociétés politiques. Oleh Monsieur l’Abbé de Mably. A la Haye MDCCL XVIII,

hal. 15.

memberikan tempat bagi suatu masyarakat sejati. * Seberapa jauh gagasan-gagasan golongan Babeuf terpisah dari yang

kita jumpai dalam diskusi kita tentang sosialisme Utopian Inggris, dapat dilihat dari yang berikut ini.

Kaum sosialis Inggris mengaitkan arti-penting luar-biasa pada pemilikan tenaga-tenaga produksi yang perkasa oleh masyarakat modern. Dalam pendapat mereka keberadaan tenaga-tenaga seperti itu memungkinkan, untuk pertama kalinya, perombakan kembali masyarakat sedemikian rupa sehingga ia tidak mengandung kaum kaya maupun kaum miskin. Berbeda dengan ini, sejumlah kaum Babeuf sepenuhnya berdamai dengan kemungkinan bahwa semua seni, termasuk yang teknis, dapat musnah ketika ideal komunis mereka tercapai. Manifesto kaum persamaan (égaux) dengan gamblang menyatakan “Biar semua seni musnah jika perlu, selama kita mendapatkan persamaaan yang sesungguhnya.” ** Memang benar bahwa manifesto buah tulisan Silvain Maréchal ini tidak disukai oleh banyak kaum Babeuf, yang bahkan tidak membantu untuk mengedarkannya. Buonarroti sendiri, namun, menulis bahwa ketika dirinya, bersama dengan Debon, Darthé dan Lepelletier tampil membela rencana bagi suatu revolusi komunis, ia berargumentasi sebagai berikut: “Telah dikatakan bahwa ketidak- adilan/ketidak-samaaan telah mempercepat kemajuan seni yang sungguh-sungguh berguna; bahkan jika itu benar, ia kini mesti dihentikan, karena kemajuan baru sama-sekali tidak akan mampu menambahkan apapun pada kebahagiaan sesungguhnya.” *** Itu berarti bahwa umat-manusia tidak berada dalam kebutuhaan yang sangat akan perkembangan teknis. Sangat boleh jadi Marx dan Engels memikirkan, antara lain, penalaran Babeuvis seperti itu ketika mereka mengatakan di dalam Manifesto Partai Komunis mereka, bahwa literatur revolusioner yang menyertai gerakan- gerakan proletarian awal adalah reaksioner karena itu

* Lihat Analuse de la doctrine de Babeuf, tribun du peuple, proscrit pa le directoire exécutif pour avoir dit le vérité, diterbitkan dalam suplemen buku terkenal

Phillippe Buonarroti Gracchus Babeuf et la conjuration des égaux. Saya memiliki edisi Paris dari tahun 1869, yang agak diringkaskan ** Gracchus Babeuf, etc., hal. 70.

*** Ph. Buonarroti, Gracchus Babeuf et la conjuration des égaux, Paris, 1869, hal. 49, 50.

mengkhotbahkan asketisme umum dan penyelenggaraan suatu persamaan primitif. 24

Ciri asketisme ini tidak ada dalam tulisana-tulisan kaum sosialis Perancis abad XIX yang, sebaliknya, sangat bersimpati pada kemajuan teknis.

Dengan aman dapat dikatakan bahwa bahkan visi Fourier yang anti-singa, anti-ikan hiu, anti hippopotamus dan binatang-binatang sejenis itu, yang aneh dan, mesti dinyatakan secara terus terang, ganjil tak-masuk akal, akan tampak seperti berguna bagi manusia dan untuk keperluan kemudahannya, tidak lain dan tidak bukan adalah suatu pengakuan–dibungkus dalam ornamen-ornamen fantastik–akan arti-penting dan ketidak-terbatasan kemajuan teknis di masa depan. Serta-merta dengan itu–dan ini mempunyai arti- penting paling besar bagi sejarah teori–mayoritas terbesar dari kaum sosialis Utopian Perancis tertinggal sangat jauh di belakang rekan- rekan Inggris mereka dalam pemahaman mengenai sifat sebenarnya dari konsekuensi-konsekuensi sosial dan ekonomi dari kemajuan teknik masa-kini.