Perancangan Informasi Alat Eksekusi Mati Pada Abad Pertengahan Melalui Media Card Game

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

Laporan Pengantar Tugas Akhir

PER ANCANGAN INFORMASI ALAT EKSEKUSI MATI PADA ABAD PER TENGAHAN DI EROPA

MELALUI MEDIA CARD GAME

DK 38315 / Tugas Akhir Semester II 2015-2016

oleh:

Adhitya D wi Resbayu NIM. 51912213

Program Studi Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG


(6)

KATA PENGAN TAR

Assalamualaikuum Wr. Wb.

Alhamdulillahirabbil’alamin penulis ucapkan syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan bimbingannya penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir dengan judul “Perancangan Informasi Alat Eksekusi Mati pada Abad Pertengahan Melalui Media Card Game”.

Laporan Pengantar Tugas Akhir ini diajukan untuk memenuhi persyaratan akademis dalam menempuh Strata Satu Program Studi Desain Komunikasi Visual, Universitas Komputer Indonesia, Bandung.

Selama proses penyusunan Laporan Pengantar Tugas Akhir, penulis telah mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Dengan demikian, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada Allah SWT yang telah memberikan ridho-Nya, orang tua yang selalu mendukung baik moril dan materil, M. Syahril Iskandar, M.Ds. selaku dosen pembimbing Tugas Akhir, Irwan Tarmawan, M. Ds. selaku koordinator matakuliah Tugas Akhir serta pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

Jika terdapat kesalahan pada penulisan Laporan Pengantar Tugas Akhir, Penulis menerima saran dan kritik dari para pembaca dalam hal yang berhubungan dengan laporan dan memohon maaf sebesar-besarnya. Semoga Laporan Pengantar Tugas Akhir ini bermanfaat bagi penulis pribadi juga bagi pihak lain yang memerlukan.

Bandung, 10 April 2016 Penulis,


(7)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN... i

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS... ii

KATA PENGANTAR... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

I.1 Latar Belakang Permasalahan ... 1

I.2 Identifikasi Masalah ... 3

I.3 Rumusan Masalah ... 3

I.4 Batasan Masalah ... 3

I.5 Tujuan dan Manfaat ... 4

BAB II. ALAT EKSEKUSI MATI PADA ABAD PERTENGAHAN ... 5

II.1 Landasan Teori ... 5

II.1.1 Abad Pertengahan ... 5

II.1.1.1 Abad Pertengahan Awal ... 5

II.1.1.2 Abad Pertengahan Tinggi ... 5

II.1.1.3 Abad Pertengahan Akhir ... 7

II.1.2 Eksekusi Mati pada Abad Pertengahan ... 8

II.2 Objek Penelitian ... 8

II.2.1 Alat Eksekusi Mati pada Abad Pertengahan ... 8

II.2.1.1 Hanged, Drawn and Quartered ... 8

II.2.1.2 Quartered by Horses ... 10

II.2.1.3 Impalement ... 12

II.2.1.4 Crushing by Animal... 13


(8)

II.2.1.6 Garrote ... 17

II.2.1.7 Iron Maiden ... 18

II.2.1.8 Guillotine ... 20

II.3 Analisa ... 22

II.3.1 Material pada Alat Eksekusi Mati Abad Pertengahan... 22

II.3.2 Dampak Psikologi Hukuman Mati ... 23

II.3.3 Penerapan Eksekusi Mati Sebagai Penegakan Hukum... 23

II.3.3.1 Hukum pada Abad Pertengahan ... 24

II.3.3.2 Manfaat Penegakan Hukum... 25

II.3.3.3 Eksekusi Mati Abad Pertengahan... 25

II.3.4 Analisis SWOT ... 27

II.3.4.1 Strength... 27

II.3.4.2 Weakness ... 27

II.3.4.3 Opportunity... 27

II.3.4.4 Threads ... 27

II.4 Kondisi Khalayak Saat Ini ... 28

II.4.1 Perubahan Pandangan Terkait Eksekusi Mati ... 28

II.4.2 Pro dan Kontra Hukuman Eksekusi Mati ... 28

II.5 Resume yang Mengarah pada Solusi Perancangan ... 29

BAB III. STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP DESAIN ... 30

III.1 Strategi Perancangan ... 30

III.1.1 Tujuan Komunikasi ... 30

III.1.2 Target Audiens ... 31

III.1.2.1 Demografis ... 31

III.1.2.2 Geografis ... 31

III.1.2.3 Psikografis ... 31

III.1.3 Pendekatan Komunikasi ... 32

III.1.3.1 Pendekatan Visual ... 32

III.1.3.2 Pendekatan Verbal... 33

III.1.4 Materi Pesan ... 33


(9)

III.1.6 Khalayak Sasaran Perancangan... 34

III.1.6.1 Consumer Insight ... 34

III.1.6.2 Consumer Journey... 35

III.1.6.3 Indikator Konsumen ... 35

III.1.7 Strategi Kreatif ... 36

III.1.8 Strategi Media ... 37

III.1.8.1 Media Utama ... 38

III.1.8.2 Navigasi Media Utama ... 40

III.1.8.3 Media Pendukung... 40

III.1.9 Strategi Distribusi dan Waktu Penyebaran Media ... 43

III.1.10. Mandatory ... 43

III.2 Konsep Visual ... 44

III.2.1 Format Desain ... 44

III.2.2 Tata Letak... 44

III.2.3 Tipografi (Huruf)... 45

III.2.4 Ilustrasi ... 46

III.2.5 Warna ... 48

BAB IV. TEKNIS PRODUKSI MEDIA ... 50

IV.1 Teknis Produksi... 50

IV.1.1 Media Utama ... 50

IV.1.2 Media Pendukung ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 57


(10)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku

Musfiqon. 2012. Pengembangan Media dan Sumber Pembelajaran. Jakarta: PT. Prestasi Pustakarya.

R, Suroso, (2014). Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta : Sinar Grafika

R. Surianto, (2008). Layout, Dasar dan Penerapannya. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Suwarno, Wiji. (2011). Perpustakaan & Buku: Wacana Penulisan & Penerbitan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media

Sumobroto, Sugihardjo. (1993). Sejarah Peradaban Abad Pertengahan. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya

Yusuf, Syamsu. (2011). Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung : Remaja Rosdakarya

Sumber Jurnal Internet

Burhanuddin, Afid.2013. Abad Pertengahan dan Perkembangan Keilmuan. https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/09/23/abad-pertengahan-dan-perkembangan-keilmuan/. [ 24 Oktober 2015]

Gugun, Ridwan dan Enjang. 2012. Stiker Adalah?. Tersedia di :

https://smsrbandung.wordpress.com/2012/01/26/stiker-adalah-b/ [11 Juni 2016]

Hariansah, Firdi. 2014. Fungsi Hukum. Tersedia di :

http://pengertianhukumfirdi.blogspot.co.id/2014/12/fungsi- hukum.html [10 Juni 2016]

Hasin, Nashrullah. 2016. Kreatifitas Desain Kemasan. Tersedia di : https://kemasanukm.id/blog/712-2/ [ 15 Agustus 2016]

Jayasakti, Winaya. 2013 (4 September). Sejarah Permainan Kartu Yu-Gi-OH. Tersedia di : http://wjsexpose.blogspot.co.id/2013/09/sejarah-permainan-kartu-yu- gi-oh.html [11 Juni 2016]


(11)

Kamarasta. 2011. Hukuman Mati Paling Mengerikan. (Online)

http://www.kamarasta.com/2011/05/20/10- hukuman- mati-paling-mengerikan.html [24 Oktober 2015]

Kreasindo, Kamajaya. 2016. Pengertian dan Istilah Flyer. Tersedia di :

http://percetakanundangan.web.id/percetakan/kamus-percetakan/pengertian-dan- istilah-flyer/ [11 Juni 2016]

Kreasindo, Kamajaya. 2016. Pengertian dan Definisi Booklet. Tersedia di : http://percetakanundangan.web.id/percetakan/kamus-percetakan/pengertian-dan-defenisi-booklet/ [15 Agustus 2016]

Mahendra, Suluh. 2010. Pengertian Ilustrasi Gambar. Tersedia di:

http://5martconsultingbandung.blogspot.co.id/2010/10/pengertian- ilustrasi-gambar.html [16 Agustus 2016]

Maulana, Amalia. 2009. Book Review : Consumer Insight Via Ethnography. Tersedia di : http://amaliamaulana.com/tag/book-review/ [29 Juli 2016] Nafisah, Syifaun. 2003. Definisi Perancangan. Tersedia di :

http://duniapengetahuan2627.blogspot.co.id/2013/02/definisi-perancangan-adalah.html [24 Oktober 2015]

Nasution, Jan. 2012. Teori & Tutorial. Tersedia di :

http://teoridantutorial.blogspot.co.id/2012/04/tutorial.html [16 Agustus 2016]

Oksidelfa, Yanto. 2007. Hukuman Mati dan Efek Jera. Tersedia di :

https://danielpinem.wordpress.com/perpustakaan/hukum/hukuman- mati-dan-efek-jera/[25 Oktober 2015]

Pohan, Anggun. 2015 (5 Mei). Merasakan Dampak Psikologi Hukuman Mati dari Kacamata Narapidana. Tersedia di :

http://www.tribunnews.com/nasional/2015/05/05/merasakan-dampak-psikologi- hukuman- mati-dari-kacamata-para-terpidana [2 April 2016] Pramono, Yuda. 2012. Pengertian Segmentasi, Targeting, Positioning(STP) dan

Diferensiasi. Tersedia di :

http://ilmumarketingdesain.blogspot.co.id/2012/09/pengertian-segmentasitargetingpositioni.html [15 Agustus 2016]


(12)

Rachmus, Jack. 2011. Pengertian Permainan Menurut Para Ahli. Tersedia di: http://dominique122.blogspot.co.id/2015/04/pengertian-permainan- games-menurut-para.html [16 Juni 2016]

Roli, Rizal. 2015. Pengertian Visualisasi Informasi. Tersedia di :

http://rolirizal.blogspot.co.id/2015/01/pengertian-visualisasi- informasi.html [29 Juli 2016]

Sinai, Athur. 2012. Tipografi, Arti dan Fungsinya. Tersedia di : http://helliumworks.blogspot.co.id/2010/12/tipografi-arti-dan-fungsinya.html [12 Juni 2016]

Sumiati, Dewi. 2013. Ringkasan Buku Kedua “Advertising Edisi Kedelapan”. Tersedia di : http://dunia-fikom.blogspot.co.id/2013/11/ringkasan-buku-kedua-advertising-edisi.html [14 Juni 2016]

Syahrul, Muh. 2013. Pengertian Media Pendidikan Menurut Ahli. Tersedia di : http://www.wawasanpendidikan.com/2015/10/pengertian-

media-pendidikan- menurut-ahli.html [11 Juni 2016]

Syambodo, Rifan. 2010. Sejarah Sir William Wallace. Tersedia di :

http://warofweekly.blogspot.co.id/2011/07/sejarah-sir-william- wallace.html [24 Oktober 2015]

Wisesa, Fajar. 2010. Cerita Asli Sir William Wallace (Bravehearth). Tersedia di : https://matgembul.wordpress.com/2010/03/12/cerita-asli-

tentang-sir-william- wallace-brave-heart/ [11 Juni 2016]

Wulandari, Dina. 2013. Pengertian Brosur, Pamflet dan Poster. Tersedia di : http://dinawulandaricatatan.blogspot.co.id/2013/12/pengertian-brosur-pamflet-dan-poster.html [2 April 2016]


(13)

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Permasalahan

Setiap negara memiliki peraturan yang disebut hukum. Fungsi hukum secara umum adalah sebagai acuan untuk menertibkan dan mengatur pergaulan dalam masyarakat serta menyelesaikan masalah- masalah yang timbul dari kehidupan sosial. Fungsi hukum (seperti dikutip Firdi Hariansah, 2014) menurut Dr. Theo Huijbers adalah untuk “memelihara kepentingan umum didalam masyarakat, menjaga hak- hak manusia, mewujudkan keadilan dalam hidup bersama dan sarana rekayasa sosial”. Fungsi penegakan hukum juga untuk menjaga keseimbangan di masyarakat dan menciptakan rasa aman dan nyaman bagi masyarakat.

Hukum dibagi dalam beberapa jenis, salah satunya adalah hukum pidana. Proses hukum pidana antara lain : laporan pengaduan atau tertangkap tangan, penyelidikan, penyidikan, penangkapan, penahanan, penggeledahan, penyitaan, bantuan hukum, prapenuntutan dan penuntutan, praperadilan dan yang terakhir adalah sidang pengadilan yang menentukan vonis hukuman sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku. Hukuman pidana yang diberlakukan antara lain berupa hukuman kurungan penjara dan denda untuk menimbulkan efek jera kepada pelaku pelanggaran hukum. Tetapi ada juga beberapa negara yang masih melakukan hukuman mati bagi para pelanggar hukum pidana yang dianggap melakukan kejahatan luar biasa.

Hukuman mati adalah suatu hukuman atau vonis yang dijatuhkan pengadilan sebagai bentuk hukuman terberat yang dijatuhkan kepada seseorang terpidana akibat perbuatan kejahatan tingkat tinggi seperti aksi terorisme (UU No.15/2003), pengerdaran narkotika dan obat-obatan terlarang golongan I (UU No.22/1997 tentang narkotika), pembunuhan berencana (KUHP pasal 340), berzina bagi yang telah menikah (di negara-negara Timur Tengah) dan lainnya.

Cara eksekusi hukuman mati yang masih dilakukan di dunia adalah tembak mati, kursi listrik, digantung, suntik mati, guillotine atau pancung kepala dan rajam atau


(14)

dilempar menggunakan batu hingga tewas. Beberapa kalangan masyarakat tidak menyetujui pelaksanaan hukuman mati karena melanggar hak manusia untuk hidup dan cara eksekusinya cenderung mengerikan meskipun eksekusi ini tidak dilakukan didepan publik. Hal ini dikarenakan pada masa sekarang masyarakat telah terbiasa hidup damai dan jarang melihat kekejaman. Namun, pada zaman pertengahan antara tahun 500 sampai tahun 1500, terdapat hukuman yang lebih kejam dan sadis untuk dilakukan.

Pada abad pertengahan masyarakat terbiasa dengan adanya perang dan melihat kekejaman. Hukuman yang dilakukan oleh pelaku kejahatan besar pada saat itu seperti pengkhianatan, pembunuhan, pemberi kesaksian palsu, penistaan agama dan tahanan perang akan dieksekusi dihadapan publik dengan cara yang sesuai dengan peraturan hukum yang berlaku pada masa itu. Seperti yang dikemukakan oleh Saint A. Agustinus, hukum yang berlaku pada abad pertengahan cenderung mengarah kepada hukum yang diadopsi dari aturan agama atau hukum Ilahiah (lex aeterna) khususnya agama Kristen yang pada saat itu dianggap sebagai hukum positif.

Hukum yang berlaku pada abad pertengahan sangat berkaitan dengan agama atau lembaga organisasi hukum pada saat itu yang mengadopsi hukum- hukum agama kemudian ditetapkan menjadi hukum yang berlaku. Hukum abad pertengahan (seperti dikutip Firdi Hariansah, 2014) menurut Dr. Theo Huijbers dalam bukunya yang berjudul “Filsafat Hukum dalam Lintasan Sejarah”, halaman 17, mengungkapkan bahwa “hukum abad pertengahan selalu ditanggapi dalam hubungan erat dengan Allah dan agama (abad V - abad XV)”. Hukuman ini dilakukan didepan publik agar masyarakat dapat melihat secara langsung dengan fungsi sebagai faktor pendorong agar menimbulkan efek takut untuk melakukan kejahatan serupa kepada publik.

Penegakan hukum dianggap penting karena sebagai penyeimbang keadilan atas perbuatan yang dilakukan dan untuk menciptakan keamanan dan rasa nyaman pada masyarakat. Namun pada abad pertengahan, penegakan hukum memiliki


(15)

fungsi tidak hanya seperti yang telah disebutkan diatas, tetapi sebagai bentuk penegakan hukum yang telah ditetapkan oleh Tuhan dan agama pada masa itu.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, masalah yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut :

 Terdapat beberapa alat yang pernah digunakan untuk mengeksekusi pelaku kejahatan pada abad pertengahan.

 Beberapa eksekusi mati pada abad pertengahan harus me lalui proses yang panjang sebelum eksekusi mati dilaksanakan dan ada pula yang tidak mengalami proses yang terlalu panjang.

 Terdapat beberapa alasan mengapa hukuman eksekusi mati ini diberlakukan.

 Belum banyak masyarakat yang mengetahui mengapa alat eksekusi mati diciptakan.

 Adanya hukum agama yang memerintahkan eksekusi mati bagi para pelanggar hukum agama.

 Terdapat beberapa tokoh besar yang mengalami eksekusi mati pada akhir hidupnya.

 Belum terdapat informasi alat, proses, cara dan tokoh dalam satu sumber.  Belum banyak masyarakat yang mengetahui tentang alat, proses, cara dan

tokoh eksekusi mati yang pernah dilakukan di Eropa.

1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dikemukakan diatas, maka penulis dapat merumuskan masalah yang akan diteliti adalah, “ Bagaimana merancang informasi yang dapat mewadahi permasalahan yang ada pada pembahasan alat, cara, proses, motif dan tokoh yang mencakup alat eksekusi mati pada abad pertengahan?”.


(16)

1.4. Batasan Masalah

Agar penelitian lebih fokus dan tidak meluas dari pembahasan yang dimaksud, dalam penulisan Laporan Tugas Akhir ini penulis membatasi pada ruang lingkup alat eksekusi, cara eksekusi, proses eksekusi dan tokoh yang pernah dieksekusi yang berasal hanya dari benua Eropa saja.

1.5. Tujuan dan Manfaat Perancangan 1.5.1. Tujuan

Selain untuk memenuhi syarat pengerjaan Tugas Akhir, berdasarkan rumusan masalah yang telah disampaikan diatas, tujuan penulisan laporan ini adalah:

 Memberikan informasi tentang adanya alat dan proses eksekusi mati yang pernah dilakukan pada abad pertengahan di Eropa.

 Memberikan informasi tentang pentingnya penegakan hukum dengan cara eksekusi mati dilakukan pada abad pertengahan.

 Memberikan informasi tentang perkembangan penegakan hukum yang ada di benua Eropa.

1.5.2. Manfaat

 Mendapatkan gambaran umum tentang alat eksekusi mati pada abad pertengahan.

 Menjadi pengetahuan tambahan untuk target audiens mengenai alat, cara, proses dan tokoh yang mengalami eksekusi mati pada abad pertengahan.

 Mendapatkan gambaran perubahan hukum pidana yang terjadi pada abad pertengahan dibandingkan dengan sekarang.

 Dapat memberikan pengetahuan bagi penulis maupun bagi audiens yang membaca Laporan Tugas Akhir ini.

 Penulis dapat mengembangkan ilmu desain yang telat didapat pada kegiatan perkuliahan untuk dijadikan sebuah karya.


(17)

BAB II. ALAT EKSEKUSI MATI PADA ABAD PERTENGAHAN DI EROPA

II.1 Landasan Teori II.1.1 Abad Pertengahan

Pada masa awal runtuhnya kekaisaran Romawi Kuno akibat penyerangan yang dilakukan oleh kaum Barbar dari barat, tibalah era yang disebut abad pertengahan. Abad pertengahan ditandai dengan berkurangnya populasi manusia di Eropa karena urbanisasi. Menurut Sumobroto dan Sugihardjo, dalam bukunya yang berjudul “Sejarah Peradaban Abad Pertengahan”(1993), Abad pertengahan adalah periode sejarah di Eropa sejak bersatunya kembali daerah bekas kerkuasaan kekaisaran Romawi Barat dibawah pimpinan kaisar Charlemagne pada abad 5 hingga munculnya monarki- monarki nasional, dimulainya penjelajahan samudra, kebangkitan humanisme, serta Reformasi Protestan hingga dimulainya renaisans pada tahun 1517. Abad pertengahan dibagi menjadi tiga periode waktu, yaitu :

II.1.1.1 Abad Pertengahan Awal

Abad Pertengahan Awal berlangsung dari abad ke-5 hingga abad ke-10. Periode ini dimulai setelah kemunduran Kekaisaran Romawi dan digantikan oleh Abad Pertengahan Tinggi (1001–1300). Pada periode ini, tren-tren yang dimulai pada masa klasik berlanjut, seperti berkurangnya jumlah penduduk (terutama di wilayah perkotaan), penurunan perdagangan, dan meningkatnya imigrasi. Periode ini diberi label "zaman kegelapan" karena sedikitnya karya sastra dan budaya yang dihasilkan di Eropa Barat pada masa itu. Namun, Kekaisaran Romawi Timur berhasil bertahan, walaupun pada abad ke-7 kekhalifahan Islam menaklukan banyak wilayah Romawi. Istilah "zaman kegelapan" tidak tepat bila diaplikasikan di Semenanjung Liberia karena pada masa itu seni, budaya, dan ilmu pengetahuan berkembang pesat di Kekhalifahan Kordoba.

II.1.1.2 Abad Pertengahan Tinggi

Abad Pertengahan Tinggi adalah periode dalam sejarah Eropa untuk masa sekitar abad ke-11, 12, dan 13 M (sekitar tahun 1000–1300). Abad Pertengahan Tinggi


(18)

didahului oleh Abad Pertengahan Awal dan dilanjutkan oleh Abad Pertengahan Akhir, yang berakhir sekitar tahun 1500-an.

Hal penting pada Abad Pertengahan Tinggi adalah peningkatan jumlah penduduk yang sangat cepat di Eropa, yang membawa perubahan sosial dan politik yang besar dari masa sebelumnya. Pada tahun 1250, peningkatan jumlah penduduk berdampak baik bagi ekonomi, mencapai suatu tingkat yang baru dapat dicapai di daerah tersebut sekitar abad ke-19. Hal ini diakhiri pada Abad Pertengahan Akhir oleh adanya serangkaian bencana, yang paling terkenal adalah Kematian Hitam namun selain itu juga oleh banyaknya perang dan tersendatnya ekonomi.

Sejak tahun 1000, Eropa Barat mengalami invasi barbar terakhir dan menjadi lebih terorganisir secara politik. Bangsa Viking bermukim di Kepulauan Britania, Prancis, dan banyak tempat lainnya, sedangkan kerajaan-kerajaan Kristen Nordik berkembang di tanah asal mereka di Skandinavia. Bangsa Magyar telah meghentikan perluasan mereka pada abad ke-10, dan pada tahun 1000, Kerajaan Kristen HUngaria didirikan di Eropa Tengah. Tidak ada serangan besar-besaran dari luar Eropa, kecuali invasi singkat oleh bangsa Mongol.

Pada abad ke-11, penduduk di sebelah utara Alpen mulai mencari tanah baru untuk bermukim, beberapa di antara mereka kembali ke hutan belantara setelah runtuhnya Kekaisaran Romawi. Dalam peristiwa yang kini dikenal sebagai "pembukaan besar", hutan- hutan dan rawa luas di Eropa dibuka dan diolah. Pada saat yang sama pemukiman bergerak keluar dari perbatasan tradisional Kerajaan Frank menuju perbatasan baru di Eropa timur, di seberang Sungai Elbe, meningkatkan wilayah Jerman sampai tiga kali lipat dalam prosesnya. Gereja Katolik yang masih kuat memanggil pasukan-pasukan dari seluruh Eropa untuk melakukan serangkaian Perang Salib melawan Turki Seljuk, yang menduduki Tanah Suci, yang dalam prosesnya orang Eropa mendirikan negara-negara Salib di Levant. Peperangan lainnya berujung pada kolonisasi Baltik, sementara kerajaan-kerajaan Kristen merebut Semenanjung Iberia dari kekuasaan Moor, dan bangsa Norman mengolonisasi Italia selatan.Abad Pertengahan Tinggi


(19)

menghasilkan banyak karya intelektual, spiritual, dan seni. Masa ini ditandai dengan kebangkitan negara bangsa modern di Eropa Barat dan berkembangnya negara kota-negara kota di Italia. Penemuan kembali karya-karya Aristoteles membuat Thomas Aquinas dan para pemikir lainnya mengembangkan filsafat Skolastisisme. Dalam bidang arsitektur, banyak katedral Goth yang dibangun atau diselesaikan pada masa ini.

II.1.1.3 Abad Pertengahan Akhir

Abad Pertengahan Akhir atau Zaman Pertengahan Akhir adalah sebuah zaman dari sejarah Eropa yang utamanya meliputi abad ke-14 sampai ke-15 (sekitar 1301–1500). Abad Pertengahan Akhir menggantikan Abad Pertengahan Tinggi dan digantikan oleh zaman modern awal.

Serangkaian bencana kelaparan dan wabah penyakit, seperti Bencana Kelaparan Besar 1315–1317 dan Wabah Hitam, membuat jumlah penduduk berkurang menjadi setengah.[1] Selain berkurangnya populasi, terjadi pula ketegangan sosial dan peperangan endemik. Perancis dan Inggris mengalami kebangkitan-kebangkitan yang serius dari kalangan petani: Jacquerie, Pemberontakan Petani, serta konflik selama lebih dari seabad dalam Perang Seratus Tahun. Selain beberapa masalah tersebut, persatuan Gereja Katolik digoncangkan dengan Skisma Barat. Secara kolektif, peristiwa-peristiwa tersebut terkadang disebut sebagai Krisis Abad Pertengahan Akhir.

Selain krisis tersebut, abad ke-14 juga merupakan zaman perkembangan besar dalam bidang ilmu pengetahuan dan seni rupa. Setelah pemahaman yang diperbaharukan dalam teks-teks Romawi dan Yunani kuno mulai berakar pada Zaman Pertengahan Tinggi, Renaisans Italia dimulai. Pemakaian teks-teks Latin dimulai sebelum Renaisans pada abad ke-12 melalui kontak dengan bangsa Arab pada masa Perang Salib, namun ketersediaan teks-teks Yunani berpengaruh dipakai saat penaklukan Konstantinopel oleh Turki Ottoman, ketika beberapa sarjana Bizantium mengungsi ke wilayah Barat, utamanya Italia.


(20)

II.1.2 Eksekusi Mati pada Abad Pertengahan

Pada era abad pertengahan, terdapat banyak jenis hukuman yang berlaku pada setiap kerajaan termasuk eksekusi mati. Eksekusi mati adalah hukuman atau vonis yang dijatuhkan pengadilan atau tanpa pengadilan sebagai bentuk hukuman terberat yang dijatuhkan kepada seseorang akibat perbuatan yang dilakukannya.Banyak cara untuk menghukum mati seseorang. Pada masanya berbagai macam cara dan alat diperkenalkan kepada publik, untuk menghukum mati terdakwa atau tervonis mati. Maka tak heran eksekusi mati, dipertontonkan tua muda, anak dan dewasa. Harapannya, agar ada efek jera bagi para calon penjahat untuk berfikir ulang mengenai kejahatan yang akan dilakukannya.

II.2 Objek Penelitian

II.2.1 Alat Eksekusi Mati pada Abad Pertengahan

Pada abad pertengahan, terdapat banyak pelanggaran hukum baik yang bersifat pelanggaran oleh masyarakat sipil ataupun pelanggaran yang disebabkan kejahatan perang, seperti mata-mata, pembunuhan anggota kerajaan dan pemberontakan.Dari pelanggaran tersebut, banyak muncul berbagai macam alat eksekusi. Kebanyakan hukuman yang menggunakan alat eksekusi mati ini dilakukan dihadapan umum untuk menimbulkan efek takut kepada masyarakat lain agar tidak melakukan pelanggaran. Alat eksekusi adalah perangkat atau metode untuk mengeksekusi seseorang yang telah mendapat vonis mati dari pengadilan. Pada masa kini, banyak negara yang telah menghapuskan hukuman ini, baik secara sebagian maupun secara total. Namun, pada abad pertengahan sangat banyak alat dan metode yang perna h ada untuk menghukum semua pelaku kejahatan berat pada masa itu. Semua itu dilakukan untuk menimbulkan efek jera kepada para calon pelaku yang akan melakukan kejahatan serupa. Berikut beberapa alat dan metode yang pernah ada di Eropa :

II.2.1.1 Hanged, D rawn and Quartered

Korban yang paling terkenal dari metode ini adalah Sir William Wallace. Sir William (seperti ditulis oleh Ivan, 2013) digantung, ditarik dan dipotong-potong pada 23 Agustus 1305. Digantung, diseret dan dipotong-potong adalah salah satu


(21)

hukuman di Inggris. Hukuman ini akan dilakukan untuk kejahatan atau pengkhianatan tingkat tinggi. Hal ini dianggap oleh banyak orang sebagai simbol hukuman kejam dan hanya diperuntukkan bagi kejahatan yang paling serius yang dianggap lebih kejam dari pembunuhan dan pelanggaran-pelanggaran berat lainnya. Hukuman seperti ini hanya diterapkan bagi penjahat laki- laki. Meskipun dihapus pada tahun 1814, bentuk eksekusi ini bertanggung jawab atas ratusan, bahkan mungkin ribuan kematian. Hukuman ini dijatuhkan kepada Sir William Wallace yang diperintahkan oleh Raja Edward I atas tuduhan kejahatan tingkat tinggi yaitu pemberontakan terhadap kerajaan.

Proses

Prosesnya adalah sebagai berikut, Pertama, korban diseret pada bingkai kayu, yang disebut rintangan, ke tempat eksekusi. Kedua, korban digantung dengan leher untuk waktu yang singkat sampai hampir mati. Ketiga, pengebirian terjadi, di mana setelah itu, isi perut dan alat kelamin dibakar d i depan korbannya. Akhirnya, tubuh terbagi menjadi empat bagian yang terpisah dan dipenggal kepalanya.

Gambar II. 1. Eksekusi Gantung, Seret dan Potong Sumber :

https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/0/03/D rawn_quartered2.jpg/300px-Drawn_quartered2.jpg


(22)

Sejarah Sir William Wallace (Seperti ditulis oleh Rifan Syambodo, 2010) Sir William Wallace adalah seorang patriot pada abad ke-13 di Skotlandia. Kisah kepahlawanannya telah difilmkan dengan judul "The Braveheart" yang dibintangi aktor asal Australia Mel Gibson. Ada rumor yang menyatakan bahwa keluarga Kerajaan Inggris saat ini merupakan keturunan dari Sir William Wallace.

II.2.1.2 Quartered by Horses

Hukuman quartered by horses (seperti dikutip Kamarasta, 2011) dilakukan dengan cara mengikat tubuh tereksekusi dengan rantai ke empat arah berlawanan yang masing- masing ujung rantainya tersambung dengan kendaraan lalu kedua kendaraan tersebut bergerak berlawanan arah sehingga tubuh tereksekusi terlepas dengan paksa karena kekuatan tarikan dari kuda yang berlari kearah yang berlawanan. Tokoh yang pernah dieksekusi dengan cara ini adalah Jose Gabriel

Gambar II. 2. Sir William Wallace Sumber : http://uagenealogies.as.ua.edu/wp-content/uploads/2015/04/portrait_sir_william.jpg


(23)

Tupac Amaru atau Tupac Amaru II. Tupac Amaru II lahir pada 19 Maret 1738 di Surimana, Peru. Tupac adalah pemimpin gerakan pemberontakan Indigenous ketika Peru dijajah oleh Spanyol. Pemberontakan penjajahan Spanyol dilakukan karena pengeksploitasian penduduk asli Peru yang dijadikan budak, diperkosa dan tidak diberikan pendidikan. Tupac Amaru II menjadi orang yang paling dicari ketika itu. Kemudian dieksekusi dengan Quartered by Horse didepan, anak, istri, paman dan kakaknya.

Gambar II. 3. Ilustrasi Quartered by Horses Sumber :

https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/2/2 4/Tupac_amaru_execution.jpg

(Diakses pada 02/12/2015)

Gambar II. 4. Foto Lukisan Tupac Amaru II Sumber :

https://upload.wikimedia.org/wikipedia/com mons/2/24/Tupac_amaru_execution.jpg


(24)

Proses

Proses eksekusi ini adalah sebagai berikut, pertama masing- masing kaki dan tangan orang yang tereksekusi diikatkan pada alat penarik yang terpasang di tubuh kuda. Posisi setiap kuda diarahkan kearah yang berlawanan, kemudian algojo memecut kuda agar berlari kearah berlawanan sehingga masing- masing kaki dan tangan tereksekusi lepas dari tubuh dengan terpaksa. Tereksekusi tidak akan langsung mati dan akan merasakan sakit sampai mati kehabisan darah.

II.2.1.3 Impale ment

Impalement (seperti dikutip oleh Kamarasta, 2011) dilakukan dengan cara menancapkan seseorang ke tiang sula yang berujung tajam. Penusukan bisa dimulai dari sisi, melalui anus, melalui vagina, atau melalui mulut. Metode ini mengarah kepada kematian menyakitkan yang terkadang berlangsung berhari-hari. Kayu sula untuk eksekusi Impalement biasanya ditanam di tanah, meninggalkan orang tertusuk mati secara perlahan- lahan. Tidak banyak data

Gambar II. 5. Ilustrasi Eksekusi Impalement Sumber :

https://upload.wikimedia.org/wikipedia/com mons/7/7c/Empalement.jpg


(25)

tentang siapa saja tokoh yang pernah dieksekusi dengan cara ini. Namun, seorang pangeran bernama Vlad III dari kerajaan Hungaria sangat suka menghukum para kriminal pada masa kekuasaannya dengan cara ini. Karena ia sangat sering menghukum dengan cara ini, Vlad III mendapat julukan sebagai “Vlad The Impaler”. Biasanya Vlad menyaksikan hukuman ini sambil menyantap makan siangnya.

Proses

Prosesnya adalah sebagai berikut, pertama kayu sula disiapkan dengan cara ditancapkan di tanah, kemudian tangan tereksekusi diikat sehingga tidak melakukan perlawanan. Kemudian algojo secara paksa menusuk tereksekusi melalui anus atau vagina sampai menembus ke mulut. Tereksekusi tidak akan mati secara cepat, sehingga akan merasakan sakit sampai mati.

II.2.1.4 Crushing by Animal

Bahkan hewan tidak luput dalam melaksanakan hukuman untuk para penjahat. Di masa lalu, hewan telah dilatih membunuh orang. Eksekusi mati dengan meremukkan (seperti dikutip Kamarasta, 2011) adalah metode eksekusi yang

Gambar II. 6. Vlad III “The Impaler” Sumber : http://touristinromania.net/wp-content/uploads/2014/01/IMG_0042.jpg


(26)

memiliki sejarah panjang di mana teknik yang digunakan sangat bervariasi dari satu tempat ke tempat lain. Bentuk eksekusi ini tidak lagi didukung oleh badan pemerintahan manapun. Metode ini adalah metode umum hukuman mati yang diterapkan di seluruh Asia Selatan dan Tenggara selama lebih dari 4.000, atau barangkali lebih lama lagi. Orang-orang Chartaragian dan orang-orang. Kekaisaran Romawi juga pernah melakukan eksekusi dengan cara ini.

Proses

Prosesnya adalah sebagai berikut. Pertama, bagian kepala tereksekusi akan ditempatkan kepada sebuah meja batu atau besi. Kemudian kedua tangan akan diikat dan gajah akan diarahkan oleh algojo untuk menginjak kepala tereksekusi. Jika dalam sekali injak kepala tidak hancur, maka gajah akan diperintahkan untuk menginjak terus-menerus sampai hancur.

Tokoh yang pernah dieksekusi dengan cara ini adalah Jenderal Naaman yang merupakan panglima tertinggi pada masa kekuasaan raja Ben-Hadad dan raja Damsyik dari Suriah. Jenderal Naaman dieksekusi karena menolak permintaan kaisar Sassanid bernama Khosrau II asal Bizantium (Turki) yang ingin menikahi anak perempuan dari Jenderal Naaman yang bernama Haqidah.

Gambar II. 7. “Crushing by Animal” Sumber :

http://www.strangehistory.net/blog/wp-


(27)

II.2.1.5 Disembowlment

Metode ini adalah salah satu hukuman yang paling menyiksa. Disembowelment (seperti dikutip Kamarasta, 2011) adalah menghilangkan sebagian atau seluruh organ-organ vital, biasanya dari perut. Organ terakhir yang dikeluarkan selalu jantung dan paru-paru sehingga dapat menjaga tereksekusi tetap hidup dan merasakan kesakitan selama mungkin.

Gambar II. 9. “Disembowlment” Sumber :

http://www.afterfeed.com/story/detail/5261/1 0-of-the-history39s-most-brutal-

methods-of-execution

Diakses pada 08/12/2015 Gambar II. 8. “Jenderal Naaman” Sumber : http://ubdavid.org/bible/know-your-bible4/graphics/8_general- naaman.jpg


(28)

Proses

Prosesnya adalah sebagai berikut. Pertama, tubuh tereksekusi akan dibaringkan pada meja kayu secara telentang agar bagian perut mengarah keatas. Kemudian kedua tangan akan diikat agar tidak ada perlawanan ketika dieksekusi. Ketiga, algojo akan mulai menyayat perut dan dada tereksekusi dan mengeluarkan semua organ yang ada didalam perut dan dada.

Tokoh yang pernah dieksekusi dengan disembowlment adalah William I of Orange atau yang memiliki julukan William The Silent. William adalah pemimpin dari gerakan pemberontakan Belanda melawan Spanyol Habsburg yang memicu Perang Delapan Puluh Tahun. William dieksekusi oleh pembunuh bayaran bernama Balthasar Gerard atas perintah raja Philip II dengan cara ditembak dua kali dengan pistol dan mayatnya dimutilasi dan dikeluarkan isi perutnya.

Gambar II. 10. “William I of Orange” Sumber :

http://america.pink/images/3/5/8/5/5/1/4/en/1 -prince-orange.jpg


(29)

II.2.1.6 Garrote

Cara eksekusi Garrote (seperti dikutip Kamarasta, 2011) sebenarnya berasal dari Spanyol. Tetapi eksekusi paling banyak dilakukan terhadap patriot-patriot Filipina telah dilaksanakan oleh pemerintah Spanyol selama mereka menjajah Filipina lebih dari 300 tahun. Korban paling terkenal adalah Jose Burgos yang merupakan pemberontak penjajahan Spanyol.

Gambar II. 11. Foto Eksekusi Garrote Sumber :

http://2.bp.blogspot.com/-kQoFb6bO7WQ/UK25dwfgQkI/AAAAAAAAAIs/aX_MoY1vSNQ/s 640/Pelaksanaan+Eksekusi+Hukuman+Mati++dengan+Metode+Garro

te.jpg

Diakses pada 08/12/2015

Gambar II. 12. Jose Burgos

Sumber : http://kahimyang.info/resources/xpadre-jose-burgos-t.jpg.pagespeed.ic.w7KNC2-XrE.jpg


(30)

Sebuah garrote atau Garrote Vil adalah senjata genggam, biasanya mengacu pada rantai pengikat, tali, syal, dan kawat atau tali pancing yang digunakan untuk mencekik seseorang sampai mati. Istilah eksekusi ini utamanya mengacu pada alat eksekusi itu sendiri yaitu garrote tetapi tali yang digunakan untuk mengeksekusi terbuat dari berbagai bahan, termasuk tali, dasi, tali pancing, nilon, dan bahkan senar gitar dan piano.

Proses

Prosesnya adalah sebagai berikut. Pertama, tangan dan kaki korban diikat dengan borgol dan rantai. Kedua, tereksekusi akan ditempatkan pada alat garrote dengan posisi duduk. Ketiga, bagian leher tereksekusi akan diikatkan pada garrote vil, kemudian garrote vil akan diputar agar leher tercekik sampai kehabisan nafas.

II.2.1.7 Iron Maiden (Gadis Besi)

Cara eksekusi kematian lain yang menakutkan adalah Iron Maiden. Iron Maiden (seperti dikutip Kamarasta, 2011) adalah perangkat penyiksaan. Biasanya memiliki lubang kecil yang bisa dibuka tutup sehingga dapat penyiksa dapat melakukan interogasi terhadap terhukum atau membunuh terhukum dengan cara

Gambar II. 13. Alat Eksekusi Iron Maiden (Gadis Besi)

Sumber : http://www.wonderslist.com/wp-content/uploads/2015/02/Iron-Maiden.jpg


(31)

menusuk tubuhnya dengan benda tajam, sementara terhuk um dipaksa untuk tetap berdiri dan selama dihukum, tereksekusi akan diinterogasi tentang pengkhianatan atau kejahatan yang dilakukannya.

Proses

Prosesnya adalah sebagai berikut. Pertama, tereksekusi akan diletakkan pada Iron Maiden. Kedua, Penutup Iron Maiden akan ditutup, sehingga duri-duri besi akan menusuk tereksekusi. Ketiga, pendarahan terus-menerus yang dialami terhukum membuatnya melemah dan akhirnya mati karena kehilangan darah atau sesak napas. Kebanyakan Iron Maiden itu dibuat dengan bagian-bagiannya yang tajam tidak menusuk organ-organ vital, sehingga tidak membunuh dengan cepat. Proses terakhirnya adalah tereksekusi akan dikunci dengan gembok di dalam Iron Maiden tersebut dan diperiksa tiap beberapa jam untuk melihat apakah korban sudah meninggal.

Korban yang paling terkenal yang pernah dieksekusi dengan cara ini adalah Marcus Atilius Regulus yang merupakan konsul kekaisaran Romawi pada tahun 267 dan hanya menjabat selama satu tahun sebelum dieksekusi karena diduga menjadi pengkhianat pada perang Bagradas.

Gambar II. 14. Marcus Atilius Regulus Sumber :

https://ehistory.osu.edu/sites/ehistory.osu.edu/files/reg ulus-arcus-atilius.jpg


(32)

II.2.1.8 Guillotine

Guillotine (seperti dikutip Kamarasta, 2011) menjadi terkenal pada Revolusi Perancis, tetapi sebenarnya sebelumnya sudah ada alat seperti ini. Guillotine dinamakan menurut Joseph Ignace Guillotin (1738 - 1814), yang menyarankan agar memakai alat ini sebagai alat eksekusi. Ironisnya Dr. Guillotin sendiri sebenarnya tidak setuju dengan hukuman mati dan berharap bahwa alat yang diusulkannya akan menghapuskan hukuman mati yang terlalu kejam. Pada Revolusi Perancis, dibutuhkan sebuah alat yang mampu mengeksusi para terdakwa secara cepat. Guillotine ini mencukupi persyaratan ini, maka di setiap desa di Perancis di tengah pasar lalu ditempatkan.

Pada tanggal 25 April 1792, Nicolas Jacques Pelletier adalah korban pertama guillotine. Secara total pada Revolusi Perancis puluhan ribu orang dieksekusi menggunakan alat ini. Di Paris sendiri saja diperkirakan 40.000 orang dibunuh dengan guillotine, antara lain Raja Louis XVI dan istrinya Marie Antoinette.

Proses

Proses Guillotine dirancang untuk membuat sebuah eksekusi semanusiawi mungkin dengan mengurangi sakit sebanyak mungkin. Terdakwa diposisikan tidur tengkurap dan leher ditaruh diantara dua balok kayu di mana di tengah terdapat lubang tempat jatuhnya pisau. Pada ketinggian tujuh meter, pisau dijatuhkan oleh algojo dan kepala terdakwa jatuh di sebuah keranjang di depannya sebagai tempat untuk kepala yang dipenggal. Pemenggalan kepala dengan Guillotine hanya berlangsung beberapa detik saja. Pendapat para dokter pada awal yang katanya orang baru kehilangan kesadarannya setelah 30 detik dihiraukan. Menurut pendapat para dokter modern, otak seseorang maksimal hanya bisa sadar selama 10 detik saja.

Eksekusi dengan guillotine pada saat itu dilaksanakan didepan umum, tetapi kemudian eksekusi guillotine dilaksanakan di dalam penjara karena dianggap sangat kejam.


(33)

Gambar II. 15. Eksekusi Guillotine Sumber : http://listverse.com/wp-content/uploads/2007/09/scaryweidmann-1.jpg

Diakses pada 22/12/2015

Gambar II. 16. Marie Antoinette Sumber :

https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/7/7d/Mari e_Antoinette_by_Joseph_Ducreux.jpg


(34)

II.3 Analisa

II.3.1 Material pada Alat Eksekusi Mati Abad Pertengahan

Pada setiap alat eksekusi mati terdapat material yang berbeda. Unsur material yang digunakan dapat dikelompokkan sebagai berikut:

Kayu

Unsur kayu yang digunakan pada alat eksekusi mati lebih memiliki fungsi sebagai penyangga dan alas. Contohnya pada alat Guillotine, kayu dipakai sebagai penyangga alat agar dapat berdiri tegak. Pada alat Garrote, unsure kayu digunakan sebagai penyangga Garrote Vil dan alas tempat duduk.

Besi dan Baja

Unsur besi dan baja yang digunakan pada alat eksekusi mati memliki fungsi utama yaitu untuk menyiksa dan mengeksekusi sampai mati. Pada Guillotine, baja digunakan sebagai pisau besar untuk memotong kepala tereksekusi mati. Pada alat Iron Maiden, besi digunakan sebagai peti untuk mengurung tereksekusi dan baja digunakan sebagai duri tajam yang menusuk bagian tubuh tereksekusi.

Tali

Unsur Tali yang digunakan pada alat eksekusi berfungsi untuk mengikat tereksekusi agar tidak dapat melawan atau tidak banyak bergerak selama proses eksekusi dilakukan. Sedangkan pada alat Garrote, selain untuk mengikat bagian tangan dan kaki tereksekusi, tali juga digunakan untuk mencekik tereksekusi sampai kehabisan nafas.

Binatang

Beberapa binatang sering digunakan sebagai a lat untuk mengeksekusi mati. Contohnya pada eksekusi quartered by horse, kuda digunakan untuk menarik bagian tangan dan kaki tereksekusi. Sedangkan pada eksekusi crushing, bobot gajah digunakan untuk menghancurkan tubuh tereksekusi dengan cara diinjak.


(35)

Manusia

Pada setiap alat eksekusi mati, fungsi manusia lebih kepada eksekutor atau algojo yang mengoperasikan alat atau mengendalikan binatang yang digunakan sebagai alat eksekusi mati.

II.3.2 Dampak Psikologi Hukuman Mati

Pada saat vonis hukuman mati diberikan kepada terpidana mati, terjadi perubahan-perubahan psikologis yang dialami oleh tereksekusi mati. Menurut Anggun Meylani Pohan, selaku psikolog yang pernah menjadi konselor Lembaga Pemasyarakatan Wanita Tangerang, pada saat live chat di kantor Tribun News, 5 Mei 2015 mengatakan, “dampak psikologis sangat terlihat terutama saat jatuhnya vonis dan mulai tinggal di lapas”. Menurut Anggun, berikut dampak psikologis yang dialami dari sudut pandang tereksekusi mati:

 Lebih mudah marah  Mengalami stress berat  Berdelusi

 Merasa Ketakutan  Tidak Berdaya  Kesepian

II.3.3 Penerapan Eksekusi Mati Sebagai Penegakan Hukum

Penegakan hukum adalah suatu rangkaian kegiatan dalam rangka usaha pelaksanaan ketentuan-ketentuan hukum baik yang bersifat penindakan maupun pencegahan yang mencakup seluruh kegiatan baik teknis maupun administratif yang dilaksanakan oleh aparat penegak hukum sehingga dapat melahirkan suasana aman, damai dan tertib untuk mendapatkan kepastian hukum dalam masyarakat, dalam rangka menciptakan kondisi agar pembangunan disegala sektor itu dapat dilaksanakan oleh pemerintah. Menurut Satjipto Rahardjo, penegakan hukum diartikan sebagai suatu proses untuk mewujudkan keinginan-keinginan hukum, yaitu pikiran-pikiran dari badan-badan pembuat undang-undang yang dirumuskan dan ditetapkan dalam peraturan-peraturan hukum yang kemudian menjadi kenyataan.


(36)

II.3.3.1 Hukum pada Abad Pertengahan

Abad pertengahan digambarkan dimana hampir seluruh benua Eropa mengalami masa suram. Berbagai kegiatan sangat diatur oleh gereja. Dominasi gereja sangat kuat dalam berbagai aspek kehidupan termasuk pemerintahan dan hukum. Segala hukum yang berlaku pada masa ini bersifat mutlak. Tidak ada yang berani menentang bahkan untuk sekedar memprotes karena hukum yang diterapkan pada masa itu dianggap berasal dari Tuhan. Teori ini dikemukakan oleh Santo Agustinus yang mengatakan bahwa “kepercayaan adalah jalan pengetahuan”. Teori inilah yang diterapkan di gereja yang pada saat itu menguasai pemerintahan dan hukum. Berbeda dengan hukum yang berlangsung pada saat ini di mayoritas negara. Ketika proses hukum yang dilakukan tidak sesuai dengan anggapan masyarakat di negara tersebut, maka hukum tersebut akan mudah sekali ditentang.

Kelemahan yang dimiliki hukum pada abad pertengahan, yaitu orang yang akan dieksekusi tidak dapat membela diri setelah vonis hukum telah disetujui pihak gereja meskipun perbuatan pelanggaran hukum tersebut tidak dilakukan oleh tereksekusi, sehingga mudah sekali untuk oknum tertentu untuk melakukan fitnah terhadap orang lain.

Gambar II. 17. Lukisan Saint Agustinus Sumber :

https://elvindeskapitsa.files.wordpress.com/201 3/08/st-agustinus.jpg


(37)

II.3.3.2 Manfaat Penegakan Hukum Abad Pertengahan

Menurut Gustav Radbruch, penegakan hukum yang dilakukan pada abad pertengahan memiliki beberapa manfaat, diantaranya:

 Pengemban nilai keadilan sesuai dengan pelanggaran yang diperbuat.  Pelaksanaan kepastian hukum yang telah dirumuskan oleh gereja.  Memiliki manfaat untuk masyarakat luas, seperti efek jera dan takut

untuk melakukan pelanggaran.

II.3.3.3 Eksekusi Mati Abad Pertengahan

Eksekusi mati pada abad pertengahan hanya dilakukan untuk pelanggaran berat seperti pemberontakan, pengkhianatan, pembunuhan, mata- mata dan dianggap melakukan kesesatan oleh gereja. Hukuman mati yang dilakukan oleh gereja bukan tanpa dasar, melainkan ada beberapa perintah untuk membunuh yang terdapat pada ayat Alkitab. Berikut beberapa ayat yang memerintahkan untuk mengeksekusi yang ada pada Alkitab :

Bunuhlah pengikut agama lain ( Ulangan 13 : 6-11)

“Apabila saudaramu laki-laki, anak ibumu, atau anakmu laki-laki atau anakmu perempuan atau isterimu sendiri atau sahabat karibmu membujuk engkau diam-diam, katanya: Mari kita berbakti kepada allah lain yang tidak dikenal olehmu ataupun oleh nenek moyangmu, salah satu allah bangsa-bangsa sekelilingmu, baik yang dekat kepadamu maupun yang jauh dari padamu, dari ujung bumi ke ujung bumi, maka janganlah engkau mengalah kepadanya dan janganlah mendengarkan dia. Janganlah engkau merasa sayang kepadanya, janganlah engkau mengasihi dia dan janganlah menutupi salahnya, Tetapi bunuhlah dia! Pertama-tama tanganmu sendirilah yang bergerak untuk membunuh dia, kemudian seluruh rakyat. Engkau harus melempari dia dengan batu, sehingga mati, karena ia telah berikhtiar menyesatkan engkau dari pada Tuhan, Allahmu, yang telah membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari rumah perbudakan. Maka seluruh orang Israel akan mendengar dan menjadi takut, sehingga mereka tidak akan melakukan lagi perbuatan jahat seperti itu di tengah-tengahmu”.


(38)

Bunuhlah para waria (Imamat 20:13)

"Bila seorang laki-laki tidur dengan laki-laki secara orang bersetubuh dengan perempuan, jadi keduanya melakukan suatu kek ejian, pastilah mereka dihukum mati dan darah mereka tertimpa kepada mereka sendiri."

Bunuhlah istrimu jika dimalam pernikahan dia tidak perawan (Ulangan 22: 20-21)

"Tetapi jika tuduhan itu benar dan tidak didapati tanda-tanda keperawanan pada si gadis pada malam pernikahan, maka haruslah si gadis dibawa ke luar ke depan pintu rumah ayahnya, dan orang-orang sekotanya haruslah melempari dia dengan batu, sehingga mati -- sebab dia telah menodai orang Israel dengan bersundal di rumah ayahnya. Demikianlah harus kauhapuskan yang jahat itu dari tengah-tengahmu."

Ajaran untuk me mbantai (Yesaya 14: 21)

“Dirikanlah bagi anak-anak tempat pembantaian, oleh karena kesalahan nenek moyang mereka, supaya mereka jangan bangun dan menduduki bumi dan memenuhi dunia dengan kota-kota."

Ajaran mutilasi (Hakim-Hakim 19: 29)

"Sesampai di rumah, diambilnyalah pisau, dipegangnyalah mayat gundiknya, dipotong-potongnya menurut tulang-tulangnya menjadi dua belas potongan, lalu dikirimnya ke seluruh daerah orang Israel”.

Ajaran me mbunuh pe mbe rontak Raja (Lukas 19: 27)

"Akan tetapi semua seteruku ini, yang tidak suka aku menjadi rajanya, bawalah mereka ke mari dan bunuhlah mereka di depan mataku"


(39)

II.3.4 Analisis SWOT II.3.4.1 Strength

Kekuatan dari penelitian alat eksekusi ini terletak pada kisah tokoh yang dieksekusi pada setiap alat eksekusinya. Karena terdapat kisah menarik yang terjadi pada tokoh sebelum, saat dan sesudah dieksekusi. Terdapat banyak kejadian yang unik pada setiap kejadian eksekusi mati seperti Tupac Amaru yang saat eksekusi matinya berlangsung, seluruh keluarga dekatnya dipaksa untuk melihat seluruh proses eksekusi dari barisan paling depan.

II.3.4.2 Weakness

Kelemahannya terdapat pada kurangnya sumber referensi gambar yang menunjukkan cara eksekusi dalam bentuk gambar bergerak. Sehingga audiens hanya dapat melihat gambar dalam bentuk foto dan lukisan tokoh yang dieksekusi. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti semua jenis eksekusi mati yang dilakukan pada abad pertengahan dianggap terlalu kejam untuk dipublikasi dan belum adanya alat perekam yang dapat mendokumentasikan proses eksekusi tersebut.

II.3.4.3 Opportunity

Terdapat banyak tokoh yang pernah dieksekusi menggunakan setiap alat eksekusi tersebut. Namun kisah tokoh yang diambil disini merupakan tokoh yang paling terkenal atau sering dibahas atau dijadikan sebuah film berdasarkan kisah tokoh tersebut. Sehingga akan lebih menarik perhatian audiens.

II.3.4.4 Threads

Terdapat film atau cerita yang tidak sesuai dengan kisah nyata pada saat dilakukannya eksekusi atau pada sosok tokoh yang mengalami eksekusi. Seperti Sir William Wallace (seperti ditulis Fajar Wisesa, 2010) pada film “Bravehearth” yang digambarkan memakai cat berwarna biru pada wajahya saat berperang. Pada kejadian nyata ternyata Sir William Wallace tidak pernah memakai cat pada wajahnya ketika sedang berperang. Meski hanya untuk kebutuhan film sehingga


(40)

mewakili ciri bangsa Skotlandia ketika berperang, hal ini dapat membingungkan bagi audiens yang melihat atau membaca sejarah tentang Sir William Wallace.

II.4 Kondisi Khalayak Saat Ini

II.4.1 Perubahan Pandangan Masyarakat Terkait Eksekusi Mati

Perubahan pandangan di masyarakat terhadap eksekusi mati telah berubah. Pada abad pertengahan, eksekusi mati dilakukan untuk kejahatan yang dianggap luar biasa, seperti penistaan agama, penghinaan terhadap raja, kejahatan perang, pemberontakan dan lain- lain. Vonis eksekusi mati pada abad pertengahan dapat dilakukan oleh raja, panglima perang, pemimpin agama atau hakim yang ditunjuk oleh raja. Namun saat ini dengan perkembangan pandangan dan munculnya Hak Asasi Manusia sebagai hak yang diberikan oleh Tuhan dan tidak bisa dirampas oleh siapapun termasuk negara. Menurut hasil wawancara penulis dengan Eka Karyawan, S.H., perubahan pelaksanaan eksekusi mati dipengaruhi oleh Hak Asasi Manusia, sehingga pelaksanaan eksekusi mati diperlunak dan bisa saja akan dihilangkan.

II.4.2 Pro dan Kontra Hukuman Eksekusi Mati

Setiap kebijakan yang telah ditetapkan pasti memiliki dukungan dan penolakan, tidak terlepas pada kebijakan hukuman mati.(Seperti ditulis oleh Oksidelfa Yanto,2007) Pada awal berakhirnya abad pertengahan, eksekusi mati masih sangat sering dilaksanakan. Hingga pada tahun 1764 penolakan terhadap eksekusi mati pertama kali dilakukan. Kemudian beberapa tokoh hukum muncul untuk menolak semua bentuk eksekusi mati seperti Leo Polak dan Rolling. Beberapa negarawan seperti Raja Lois dari Portugal dan Raja Oscar dari Swedia mendukung penghapusan terhadap eksekusi mati. Hingga beberapa negara seperti Italia pada 1890 dan Selandia Baru pada 1941 secara resmi menghapuskan hukuman mati. Pada saat ini, tercatat 118 negara yang telah menghapuskan hukuman mati secara total. Meskipun telah ba nyak negara yang menghapuskan eksekusi mati, masih terdapat beberapa negara yang masih menerapkan hukuman mati untuk setiap pelanggaran berat, diantaranya:


(41)

 Iran  Irak

 Amerika Serikat  Arab Saudi  Indonesia

Pada abad pertengahan, terdapat dua sudut pandang mengenai tokoh yang dieksekusi mati. Dalam sudut pandang pihak yang mengeksekusi, tokoh-tokoh yang mengalami eksekusi mati dianggap sebagai pemberontak atau pelaku tindak kejahatan. Dari sisi lain, ada masyarakat yang menganggap tokoh-tokoh yang dieksekusi adalah seorang pahlawan yang memperjuangkan keinginan masyarakat terhadap kerajaan atau pemerintah.

II.5 Resume yang Mengarah pada Solusi Pe rancangan

Untuk menyampaikan informasi tersebut kepada target audiens, maka dibutuhkan media penyampaian informasi yang dapat menjadi wadah seluruh informasi yang ingin disampaikan. Media yang akan dipilih diharapkan tidak hanya memberikan informasi saja, tetapi juga dapat memberikan hiburan sekaligus memberikan edukasi kepada target audiens. Sesuai permasalahan yang ingin disampaikan kepada target audiens, penulis memilih media card game. Card game dapat menghibur target audiens dan secara bersamaan dapat memberikan informasi yang ingin disampaikan kepada target audiens.


(42)

BAB III. STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP DESAIN

III.1 Strategi Perancangan

Untuk mencapai tujuan yang diinginkan, dibutuhkan strategi atau perencanaan yang harus ditentukan terlebih dahulu. Strategi adalah suatu teknik yang disusun untuk mencapai sebuah kemenangan atau tujuan tertentu. Menurut Stephanie K. Marrus, strategi adalah “suatu proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai”. Perancangan adalah penggambaran, perencanaan dan pembuatan sketsa atau pengaturan dari beberapa elemen yang terpisah ke dalam satu kesatuan yang utuh dan berfungsi. Menurut Syifaun Nafisah, perancangan sistem dapat dirancang dalam bentuk bagan alir sistem (system flowchart), yang merupakan alat bentuk grafik yang dapat digunakan untuk menunjukan urutan-urutan proses dari sistem. Dari pengertian tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa strategi perancangan adalah tata cara yang telah disusun dan ditetapkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Agar perancangan informasi mengenai Alat Eksekusi Mati pada Abad Pertengahan ini menjadi efektif dan mencapai tujuan, maka dibutuhkan strategi perancangan yang terkonsep dengan baik. Berikut ini merupakan tahapan strategi perancangan dalam pembuatan informasi Alat Eksekusi Mati pada Abad Pertengahan:

III.1.1 Tujuan Komunikasi

Tujuan dari perancangan ini adalah untuk memberikan informasi agar audiens mengetahui hukuman seperti ini pernah ada di dunia masyarakat. Pada abad pertengahan terdapat beberapa faktor lain yang mempengaruhi jenis hukuman yang diberlakukan, seperti faktor agama, budaya, lingkungan dan kurun waktu yang berbeda. Tetapi penegakan hukum memiliki fungsi yang tetap sama, yaitu menjaga ketertiban, rasa aman dan nyaman pada masyarakat dan memberikan rasa takut kepada masyarakat agar tidak melakukan kejahatan serupa. Tujuan perancangan informasi ini agar target audiens lebih mengetahui fungsi hukum yang berlaku.


(43)

III.1.2 Target Audiens

Target audiens adalah kelompok sasaran maupun segmen pasar yang dituju secara khusus.Audiens juga dapat disebut sebagai pendengar, pemirsa, hadirin, penonton atau pembaca suatu media yang menjadi sasaran. Target audiens (seperti dikutip Ari Yuda Pramono, 2012) menurut Kotler dan Armstrong (2008) adalah sekelompok pembeli atau buyer yang memiliki kebutuhan dan karakteristik yang sama menjadi tujuan promosi perusahaan.

Untuk target audiens Tugas Akhir ini, penulis telah mengklasifikasikan target audiens sebagai berikut:

III.1.2.1. Demografis

 Gender : Laki- laki dan perempuan  Usia : 16 tahun sampai 17 tahun  Pekerjaan : Siswa

 Pendidikan : SMA III.1.2.2. Geografis Wilayah Kota Bandung.

III.1.2.3. Psikografis

Menurut Syamsu Yusuf dalam bukunya yang berjudul “Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, 2011, perkembangan psikologi pada remaja dibagi menjadi dua bagian, yaitu :

Perkembangan Kognitif (ke mampuan berpikir)

 Secara intelektual, remaja mulai dapat berpikir logis tentang gagasan abstrak

 Berfungsinya kegiatan kognitif tingkat tinggi, yaitu membuat strategi, membuat keputusan serta memecahkan masalah.

 Sudah mampu membedakan yang konkrit dengan yang abstrak.

 Munculnya kemampuan nalar secara ilmiah, belajar menguji hipotesis.  Mulai menyadari proses berpikir efisien dan belajar berintrospeksi.


(44)

 Wawasan berpikir semakin luas.  Perkembangan Emosi

Remaja mengalami puncak emosionalitasnya, yaitu perkembangan emosi tingkat tinggi. Berikut ciri-ciri emosi pada remaja :

 Menunjukkan sifat sensitif, reaktif yang kuat, emosinya bersifat negatif dan tempramental (mudah tersinggung, marah, sedih dan murung)  Agresif (melawan, keras kepala, berkelahi dan suka mengganggu.  Regresif atau lari dari kenyataan

 Menyukai tantangan yang datang dari luar maupun dari dalam dirinya. III.1.3 Pendekatan Komunikasi

Pendekatan komunikasi juga perlu dilakukan agar target audiens lebih mudah memahami isi dari informasi yang ingin disampaikan. Komunikasi (seperti dikutip Mu’alif Lihawa, 2012) adalah penyampaian pikiran atas perasaan oleh seseorang kepada orang lain dengan mengunakan lambang lambang yang bermakna bagi kedua bela pihak. Untuk memperkenalkan informasi tentang alat eksekusi mati pada abad pertengahan, diperlukan pendekatan kepada target audiens. Hal ini bertujuan agar target audiens dapat merasakan suasana seperti pada abad pertengahan. Pendekatan komunikasi dibagi menjadi dua bagian, yaitu pendekata n visual dan pendekatan verbal.

III.1.3.1 Pendekatan Visual

Pendekatan visual yang akan digunakan dalam perancangan informasi ini akan menggunakan gaya visual terkait latar, karakter dan pakaian sesuai dengan gaya masyarakat dan bangunan pada abad pertengahan. Hal ini digunakan agar target audiens mendapatkan suasana pada abad pertengahan. Berikut refrensi visual yang akan digunakan dalam perancangan informasi ini adalah :

Untuk refrensi pakaian yang akan digunakan pada rancangan informasi ini mengacu pada gaya seperti gambar dibawah ini.


(45)

III.1.3.2 Pendekatan Verbal

Pendekatan verbal untuk perancangan informasi ini adalah menggunakan bahasa Indonesia. Pendekatan verbal ini dilakukan karena diasumsikan semua remaja yang memiliki pendidikan pada jenjang telah bisa berbahasa Indonesia. Dalam perancangan informasi ini tidak akan menggunakan banyak istilah yang sulit dimengerti.

III.1.4 Materi Pesan

Pesan yang ingin disampaikan pada perancangan ini adalah memperkenalkan tentang alat eksekusi mati pada abad pertengahan di Eropa dan tokoh-tokoh yang berkaitan dengan eksekusi mati tersebut.

III.1.5 Gaya Bahasa

Gaya bahasa adalah susunan bahasa yang dapat mempengaruhi target audiens. Gaya bahasa yang akan digunakan pada informasi ini akan menggunakan pendekatan emosional.

Gambar III.1. Pakaian Abad Pertengahan Sumber :

http://i1057.photobucket.com/albums/t398/ dboy19941/Medieval11_zps8f81d0a0.jpg


(46)

Remaja cenderung menyukai tantangan, maka informasi ini akan menggunakan gaya bahasa untuk menantang remaja untuk berani atau tidak melihat ilustrasi proses eksekusi mati. Pendekatan emosional juga akan digunakan pada kisah tokoh yang pernah dieksekusi mati. Seperti Tupac Amaru II yang dieksekusi didepan keluarganya, sehingga audiens dapat membayangkan pe rasaan keluarga dari Tupac Amaru II.

III.1.6 Khalayak Sasaran Pe rancangan

Khalayak sasaran perancangan juga perlu direncanakan sesuai dengan kebiasaan, aktifitas, tempat yang dituju oleh target audiens pada kegiatan sehari- hari. Hal ini dilakukan agar lebih efisien dan tepat sasaran sesuai dengan kegiatan yang dilakukan dan pola pikir target audiens.

III.1.6.1 Consumer Insight

Perancangan consumer insight perlu dilakukan agar mengetahui target audiens untuk mendekati secara perilaku atau kebiasaan. Consumer insight (seperti ditulis Amalia E. Maulana, 2009) adalah “Proses mencari tahu secara lebih mendalam dan holistic, tentang latar belakang perbuatan, pemikiran dan perilaku seorang konsumen yang berhubungan dengan produk dan komunikasi iklannya”.

Perancangan informasi ini memilih remaja sebagai target audiens. Dalam kehidupan sehari- harinya, remaja memiliki perilaku sebagai berikut:

 Remaja akan melakukan apapun agar diaggap pemberani oleh teman remaja lainnya.

 Semakin ditantang, remaja akan semakin ingin melakukan tantangan tersebut.  Remaja akan menantang balik teman remaja dalam pergaulannya sebagai


(47)

III.1.6.2 Consumer Journey

Perencanaan consumer journey perlu dilakukan agar mengetahui tempat-tempat yang biasa dituju oleh target audiens pada kegiatan sehari- hari dengan tujuan untuk menjangkau setiap tempat yang memungkinkan untuk dikunjungi oleh target audiens. Consumer Journey (seperti dikutip Abraham Ryan, 2015) menurut Italo Gani adalah tahapan yang dilakukan oleh konsumen sebelum mencapai goal atau tujuan dari kampanye digital marketing.

III.1.6.3 Indikator Konsumen

Indikator konsumen menjelaskan bagaimana ciri-ciri tampilan fisik tampilan konsumen atau target audiens secara garis besar. Berikut ini adalah tampilan fisik sebagian besar remaja yang bersekolah di perkotaan Kota Bandung.

No Kegiatan Tempat Point of Contact

1 Bangun Tidur Rumah, melalui media sosial

facebook, instagram, iklan majalah

2 Perjalanan ke Sekolah

Jalan, Lingkungan

Sekitar Sekolah Poster, Stiker 3 Sekolah Majalah Dinding Poster, Stiker

4 Istirahat Kantin Poster, Stiker,

5 Jam pulang sekolah

Sekitar lingkungan sekolah, warung, kafe

Flyer, Stiker, Poster, Gantungan Kunci

6 Pulang ke Rumah

Jalan, Lingkungan

Sekitar Sekolah Poster, Stiker 7 Libur - Rumah Melalui media sosial facebook, instagram

8 Libur - Car

Free Day Sekitar car free day

Poster, Stiker, X-Banner

9 Belanja Distro, toko baju Poster Gantungan Kunci, Flyer Tabel 3.1. Consumer Journey


(48)

III.1.7 Strategi Kreatif

Perancangan card game ini berisi tentang informasi yang dapat menambah wawasan tentang hukuman eksekusi mati yang terjadi pada abad pertengahan. Card game ini berisi tentang informasi alat, proses dan cara eksekusi mati juga tokoh yang berkaitan dengan masing- masing eksekusi mati tersebut. Card game ini dirancang dengan bahasa yang tidak sulit untuk dimengerti, agar target audiens dapat mengerti seluruh informasi yang terdapat dalam card game ini. Selain itu, card game ini dilengkapi dengan buklet yang berisi sejarah tokoh dan alat eksekusi yang belum terdapat pada konten informasi yang berada didalam kartu, sehingga target audiens mendapatkan informasi tambahan. Dalam card game tokoh, terdapat sistem attack point dan health point, sehingga target audiens tidak

Gambar III.2. Garis Besar Tampilan Fisik Target Audiens

Sumber :

http://www.jurnalbandung.com/wp-

content/uploads/2015/09/siswa-sma-bandung.jpg Diakses pada 12 Mei 2016


(49)

hanya mendapatkan informasi dan edukasi saja, tetapi bisa mendapatkan hiburan berupa permainan pertarungan kartu.

Copywriting

Untuk menghubungkan produk atau jasa dengan target audiens, diperlukan copywriting untuk lebih menarik perhatian target audiens. Copy (seperti dikutip Dewi, 2013) menurut Sandra Moirarty adalah teks dari suatu iklan atau kata-kata yang diucapkan orang dalam iklan. Jadi dapat diartikan, copywriting adalah proses atau cara untuk menciptakan teks iklan tersebut.

Dalam perancangan informasi ini, penulis memilih kalimat Play It If You

Dare” atau “Coba Mainkan Kalo Berani”, karena sesuai dengan pola pikir remaja yang menyukai tantangan dan akan sengaja melakukan jika ada kata-kata tantangan.

Visualisasi

Setelah seluruh proses strategi kreatif telah ditetapkan, proses selanjutnya adalah visualisasi. Visualisasi (seperti dikutip Rizal Roli, 2015) menurut Schneiderman adalah penggunaan komputer pendukung, penggambaran data visual interaktif untuk memperkuat pengama tan. Visual tokoh yang digunakan pada card game ini berupa ilustrasi manual mengacu kepada gaya visual lukisan abad Victorian. Hal ini dilakukan agar target audiens dapat merasakan suasana abad pertengahan dan wajah tokoh lebih mudah dikenali. Pada kartu alat dan proses eksekusi, ilustrasi dibuat menjadi ikonik untuk meminimalisir gambar yang dapat menimbulkan kesan kejam dan sadis.

III.1.8 Strategi Media

Media adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan informasi atau pesan. Kata media berasal dari kata latin, merupakan bentuk jamak dari kata “medium”.Media (seperti dikutip Syahrul, 2013) menurut Wilbur Schramm, 1973, media adalah “teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran”.


(50)

III.1.8.1 Media Utama

Media utama yang akan digunakan untuk menyampaikan informasi tentang Alat Eksekusi Mati pada Abad Pertengahan ini adalah Game Card. Berikut penjelasan mengenai Card Game yang akan dibuat :

Sejarah

Permainan jenis card game pada awalnya menjadi terkenal karena populernya permainan kartu koleksi dari Jepang yang dibuat dan dipublikasikan oleh Konami yaitu permainan Yu-Gi-Oh : Trading Card Game. Permainan Yu-Gi-Oh : Trading Card Game pertama kali dimunculkan pada tahun 1999 kemudian tercatat sebagai Top Selling Trading Card pada tanggal 7 Juli 2009, karena telah menjual lebih dari 25 miliar kartu diseluruh dunia. Permainan Trading Card ini terus mengalami peningkatan popularitas hingga muncul beberapa permainan serupa seperti Digimon Card Battle dan Monster Rancher Card Battle.

Peraturan

Pada setiap jenis permainan papan terdapat peraturan yang harus dipatuhin oleh setiap pemain, pada card game ini terdapat peraturan sebagai berikut :

Persiapan

Pemain diperbolehkan membawa kartu paling banyak 20 buah. Jenis kartu yang dibawa oleh pemain dibebaskan. Kemudian kartu tersebut diacak terlebih dahulu sebelum permainan dimulai untuk menghindari kecurangan susunan kartu yang keluar terlebih dahulu. Kartu yang sama persis hanya boleh dibawa maksimal 6 buah.

Area Permainan

Area permainan adalah tempat meletakkan masing- masing jenis kartu yang akan digunakan ketika bermain. Berikut adalah aturan peletakan jenis kartu:


(51)

Area Dek Kartu

Area dek kartu adalah tempat meletakkan dek kartu yang dibawa oleh pemain.

Area Kartu yang Keluar

Area Kartu yang Keluar adalah tempat meletakkan 4 kartu teratas dalam dari susunan dek kartu.

Graveyard

Graveyard adalah tempat meletakkan kartu yang telah dipakai dan tidak dapat digunakan kembali oleh pemain.

Area Hero Card

Area Hero Card adalah tempat meletakkan Hero Card yang akan digunakan untuk melawan pemain lain.

Gambar III.3. Area Permainan Dokumentasi Pribadi


(52)

Area Death Card

Area Death Card adalah tempat meletakkan kartu Death Card yang digunakan untuk mengeksekusi Hero Card Jika Health Point Hero Card lawan telah habis.

III.1.8.2 Navigasi Media Utama

Permainan kartu ini hanya dimainkan oleh dua orang pemain. Setiap pemain hanya diperbolehkan membawa paling banyak 20 buah kartu. Seluruh kartu yang dibawa wajib diacak terlebih dahulu agar susunan kartu yang dibawa bertanding benar-benar acak. Seluruh kartu tersebut disimpan dengan posisi menutup. Lalu setiap pemain diperbolehkan mengambil 4 kartu dari posisi paling atas dari tumpukan kartu. Jika dari keempat kartu tersebut tidak ada Hero Card, maka 4 kartu tersebut dibuang kedalam graveyard dan tidak bisa digunakan kembali kemudian diganti dengan 4 kartu yang baru. Kedua pemain memilih Hero Card sebagai kartu utama yang akan ditandingkan. Jika poin pertahanan dari Hero Card habis, maka pemain dapat menggunakan kartu Death Card untuk mengeksekusi Hero Card. Namun jika pada dek terbuka pemain tidak memiliki Death Card, pemain dapat mengganti Hero Card dengan Hero Card yang terdapat pada dek terbuka. Jika Death Card berhasil dikeluarkan, maka Hero Card tersebut dinyatakan gugur dan pemain mendapatkan 1 poin kemenangan dan pemain yang gugur harus mengganti Hero Card yang baru. Pemain yang lebih dahulu mengumpulkan 3 poin kemenangan dinyatakan sebagai pemenang.

III.1.8.3 Media Pendukung

Media pendukung adalah media lain yang digunakan untuk menunjang media utama. Media pendukung juga dapat dimanfaatkan untuk mempromosikan media utama. Berikut adalah media pendukung yang akan digunakan :

Lembar Tutorial

Tutorial (seperti ditulis Jan Nasution, 2012) adalah “salah satu metode untuk mentransfer pengetahuan dan dapat digunakan sebagai bagian dari proses belajar”. Lembar tutorial berisikan tentang cara bermain dan peraturan card game ini.


(53)

Poster

Poster (Seperti ditulis Dina Wulandari, 2013) adalah selembar kertas berukuran cukup besar yang dipasang pada dinding atau permukaan lain. Fungsi poster adalah untuk mempromosikan atau menginformasikan suatu pesan.

Buklet Kartu

Buklet (seperti ditulis Kreasindo, 2016) adalah “buku kecil yang terutama digunakan untuk mewakili perusahaan dan rincian produk”. Buklet kartu berisikan informasi secara lengkap tentang masing- masing kartu, baik Hero Card maupun Death Card.

Flyer

Flyer (seperti dikutip Kreasindo, 2016) juga disebut surat edaran atau leaflet, merupakan bentuk uklan kertas yang ditujukan untuk distribusi yang luas dan biasanya dipasang atau didistribusikan di tempat umum. Flyer berisikan informasi mengenai tahun terbit kartu, lokasi kartu ini bisa didapatkan, dan nama akun sosial media agar ketika target audiens ingin mengetahui informasi lebih lanjut tentang kartu ini. Flyer akan dicetak dengan ukuran A5(21 cm x 14,8 cm). Hal ini bertujuan agar mudah dibagikan kepada target audiens.

X Banner

X banner atau bisa juga disebut dengan standing banner (seperti ditulis Aryo Widiantoko, 2016) adalah media yang digunakan untuk menyampaikan informasi, berbentuk banner dengan konstruksi penyangga berbentuk "X" sehingga banner bisa berdiri sendiri. berisikan informasi mengenai mandatory, lokasi untuk mendapatkan kartu ini, tagline, nama akun sosial media dan testimoni dari konsumen yang telah membeli card game ini.


(54)

Poster Instagram

Poster Instagram dapat menjadi media informasi dan pengingat untuk menjangkau target audiens yang aktif dalam sosial media Instagram.

Poster Facebook

Poster Facebook dapat menjadi media informasi dan pengingat untuk menjangkau target audiens yang aktif dalam sosial media Facebook.

Gantungan Kunci

Gantungan kunci dipilih sebagai media pengingat karena mudah dibawa dan dapat digunakan sebagai gantungan kunci motor bagi remaja yang memiliki motor atau sebagai gantungan kunci kamar.

Stiker

Stiker (seperti dikutip Gugun, 2012) adalah bahan yang dapat menempel sendiri atau dengan kata lain memiliki bahan perekat sehingga dapat ditempelkan di benda.. Stiker berisi pengingat tahun dikeluarkannya card game ini.

Kemasan Kartu

Kemasan (seperti dikutip Nashrullah Hasin, 2016) Menurut Kotler, 1995, pengemasan adalah kegiatan merancang dan memproduksi wadah atau bungkus sebagai sebuah produk. Kemasan kartu dibuat untuk melindungi kartu selama proses pendistribusian dan sebagai identitas produk untuk berkomunikasi kepada target audiens.

Iklan Majalah Game

Iklan majalah game dapat menjangkau target audiens yang sering membeli majalah game atau telah berlangganan majalah khusus game.


(55)

III.1.9 Strategi Distribusi dan Waktu Penyebaran Media

Untuk penyebaran media, dibutuhkan perencanaan distribusi agar lebih mudah dalam melakukan kegiatan promosi. Menurut Kotler (1997), distribusi adalah sekumpulan organisasi yang membuat sebuah proses kegiatan penyaluran suatu barang dan jasa sehingga siap untuk dipakai atau dikonsumsi oleh para konsumen (pembeli). Berikut waktu yang telah ditentukan untuk penyebaran media :

III.1.10 Mandatory

Untuk menyampaikan informasi Alat Eksekusi Mati pada Abad Pertengahan, diperlukan mandatory sebagai pihak yang menjadi penanggung jawab dalam media kartu. Mandatory yang akan menjadi pihak yang bertanggung jawab atas seluruh produksi Kartu Alat Eksekusi Mati pada Abad Pertengahan ini adalah Gunung Kelud.

Tabel 3.2. Timeline Penyebaran Media Utama Sumber : Dokumentasi Pribadi

Tabel 3.3. Timeline Penyebaran Media Pendukung Sumber : Dokumentasi Pribadi

LOKASI Toko Buku NO 1. 2. 3.

Juli Agustus September

Gramedia Tisera Gunung Agung LOKASI Media Pendukung NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Juli Agustus September

Poster Cetak Poster Instagram Poster Facebook Gantungan Kunci Flyer Buklet Tutorial Stiker X-Banner


(56)

III.2 Konsep Visual

Untuk mengklasifikasikan ide- ide visual yang akan digunakan untuk pembuatan rancangan informasi ini, dibutuhkan pembuatan konsep agar seluruh penerapan objek visual lebih mudah ditentukan. Konsep Visual yang digunakan pada perancangan informasi Alat Eksekusi Mati pada Abad Pertengahan adalah:

III.2.1 Format Desain

Format desain card game dibuat dengan ukuran 6,5 cm x 9 cm, bertujuan agar kartu tidak terlalu besar namun informasi visual dan teks dapat terbaca dengan jelas. Ukuran ini juga bertujuan agar kartu nyaman pada saat dimainkan, tidak terlalu besar ataupun kecil. Kartu ini akan dicetak pada kertas Art Paper 260 gram agar kartu tidak mudak berubah bentuk ketika dimainkan atau dipegang.

III.2.2 Tata Letak (layout)

Penyusunan tata letak (layout) diperlukan untuk menentukan komponen-komponen yang akan ditampilkan dalam sebuah format. Layout adalah tata letak elemen-elemen desain terhadap suatu bidang dalam media tertentu untuk mendukung konsep atau pesan yang dibawanya. (Surianto Rustan, 2008). Untuk perancangan card game adalah sebagai berikut :

Gambar III.4. Layout Depan dan Belakang Kartu Sumber : Dokumentasi Pribadi


(57)

III.2.3 Tipografi (Huruf)

Untuk penulisan informasi berupa teks, dibutuhkan pemilihan ukuran, peletakan dan jenis huruf agar informasi berupa teks dapat diterima dengan baik oleh target audiens. Tipografi (seperti dikutip Athur Sinai, 2012) menurut Roy Brewer, 1971, dapat memiliki pengertian luas yang meliputi penataan dan pola halaman, atau setiap barang cetak. Atau dalam pengertian lebih sempit hanya meliputi pemilihan, penataan dan berbagai hal bertalian perngaturan baris-baris susun huruf (typeset), tidak termasuk ilustrasi dan unsur-unsur lain bukan susun huruf pada halaman cetak. Pada perancangan informasi ini akan menggunakan jenis font sebagai berikut :

Cyrodill

Jenis font Cyrodill adalah font yang digunakan dalam buku teks salah satu video game yang berlatar abad pertengahan yaitu Elder Scroll V : Skyrim. Pemilihan jenis font ini bertujuan agar suasana abad pertengahan dapat dirasakan melalui jenis font yang telah digunakan dalam media lain yang memiliki latar abad pertengahan. Font ini digunakan pada nama kartu, informasi kartu dan judul packaging yang bertuliskan teks “MEDIEVAL EXECUTION”.


(58)

Times New Roman

Sedangkan pada teks yang bertuliskan “CARD GAME” font yang digunakan adalah “Times New Roman (Regular)” agar informasi jenis media lebih mudah ditangkap oleh target audiens.

III.2.4 Ilustrasi

Ilustrasi (seperti dikutip Suluh Marhendra, 2010) menurut Kusmiyati adalah gambaran singkat aur cerita suatu cerita guna lebih menjelaskan slah satu adegan. Ilustrasi yang akan digunakan pada perancangan informasi ini adalah menggunakan gaya ilustrasi manual menggunakan pensil warna kemudian di retouch pewarnaanya dengan aplikasi Adobe Photoshop.

Ilustrasi Tokoh

Sebelum proses Retouch Setelah proses Retouch

Gambar III.5. Ilustrasi Tokoh Sebelum dan Sesudah Proses Retouch


(59)

Ilustrasi yang digunakan pada tokoh menggunakan gaya ilustrasi seperti lukisan pada era Victorian. Karakter wajah tokoh dibuat secara lebih terperinci dengan tujuan agar wajah setiap tokoh lebih mudah dikenali.

Ilustrasi Alat Eksekusi Mati

Sedangkan ilustrasi pada alat eksekusi mati dipilih tidak dibuat secara terperinci melainkan menggunakan gaya ilustrasi ikonik. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir gambar yang memiliki kesan kejam dan sadis.

Simbol pada Orname n Kartu

Simbol-simbol yang digunakan pada elemen kartu diambil dari ketiga unsur trinitas yaitu unsur langit, unsur air dan unsur bumi.

Sebelum proses Retouch Setelah proses Retouch

Gambar III.6. Ilustrasi Alat Eksekusi Mati Sebelum dan Sesudah Proses Retouch

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Gambar III.7. Simbol-Simbol yang Digunakan pada Ornamen Kartu


(60)

Simbol Bunga Matahari

Bunga matahari diambil salah satu unsur yang ada dalam trinitas yaitu unsur bumi.

Simbol Trinitas

Trinitas adalah salah satu simbol yang banyak digunakan oleh agama Katolik. Trinitas memiliki 3 unsur dalah ke hidupan yaitu bumi, langit dan air.

Simbol Matahari

Matahari juga diambil dari salah satu unsur trinitas yaitu langit. Jumlah sinar yang keluar berjumlah 16 sinar mewakili 16 kartu yang dibuat dalah card game ini.

Simbol Fleur de Lis

Fleur de Lis atau bunga lili sungai diambil dari dua unsur trinitas yaitu air dan bumi.

Simbol Sayap Burung

Sayap burung diambil dari unsur langit pada trinitas, karena fungsi sayap adalah untuk terbang maka dapat mewaliki unsur langit pada trinitas.

Simbol Tumbuhan Merambat

Tumbuhan merambat juga diambil dari salah satu unsur trinitas yaitu bumi.

Simbol Hati

Simbol hati diambil dari inti ajaran Nabi Isa A.S yang diterapkan pada agama Katolik yaitu melambangkan cinta kasih.


(61)

III.2.5 Warna

Warna adalah elemen yang cukup penting untuk membedakan identitas produk dengan produk lain. Warna (seperti dikutip Wirawan Nugroho, 2011) menurut Albert Munsell merupakan elemen penting dalam semua lingkup disiplin seni rupa, bahkan secara umum warna merupakan bagian penting dari segala aspek kehidupan manusia.

Warna dominan yang akan digunakan pada perancangan informasi ini adalah sebagai berikut.

Hitam

Warna hitam adalah warna yang akan memberi kesan suram, gelap dan menakutkan namun juga elegan. Karena itu elemen apapun jika dikombinasikan dengan warna hitam akan terlihat menarik. Warna hitam dipilih untuk mewakili suramnya abad pertengahan karena tidak banyak sejarah penting yang tercatat pada zaman itu.

Emas

Warna emas memberi kesan kemakmuran, aktif, dan dinamis. Warna emas dipilih untuk mewakili pandangan yang terjadi pada abad pertengahan. Jika masyarakat mengikuti peraturan hukum yang berlaku yang telah ditetapkan oleh agama Katolik, maka masyarakat tersebut akan aman, makmur dan tidak akan terkena sanksi apapun.


(62)

BAB IV. TEKNIS PRODUKSI MEDIA

IV.1 Teknis Produksi

Teknis produksi adalah proses tahap selanjutnya dari proses strategi perencanaan. Proses teknis produksi media berisi seluruh gagasan dan materi yang telah dibuat sebelumnya hingga menjadi sebuah tampilan yang diinginkan.

IV.1.1 Media Utama

Permainan (game) adalah setiap kontes antara pemain yang berinteraksi satu sama lain dengan mengikuti aturan-aturan tertentu untuk mencapai tujuan tertentu pula (Sadiman, 1993:75). Jadi permainan adalah cara bermain dengan mengikuti aturan-aturan tertentu yang dapat dilakukan secara individu maupun berkelompok untuk mencapai tujuan tertentu. Kartu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kertas tebal berbentu persegi panjang yang digunakan untuk berbagai keperluan tertentu. Kartu juga dapat berisi tentang informasi tertentu. Kartu juga dapat menjadi media pembelajaran yang menarik jika didalamnya terdapat informasi dan dapat dimainkan.

Kartu berukuran 6,5 cm x 9 cm dengan bahan art paper 260 gram dicetak dan dilaminasi dengan bahan doff.

Gambar IV.1. Kartu Game Card Sumber : Dokumentasi Pribadi


(63)

IV.1.2 Media Pendukung  Poster

Poster akan dicetak dengan ukuran A3 (29,7 cm x 42 cm) menggunakan kertas art paper 250 gram.

 Buklet Kartu

Buklet menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah buku kecil yang berfungsi sebagai selebaran. Buklet kartu yang akan digunakan untuk mendukung media ini berfungsi untuk menyajikan informasi yang lebih lengkap mengenai informasi yang ada pada setiap kartu. Buklet akan dicetak dengan ukuran A5 (21 cm x 14,8 cm) dengan kertas akasia agar mudah dibawa karena ukurannya yang tidak terlalu besar.

Gambar IV.2. Poster Sumber : Dokumentasi Pribadi


(1)

51 IV.1.2 Media Pendukung

 Poster

Poster akan dicetak dengan ukuran A3 (29,7 cm x 42 cm) menggunakan kertas art paper 250 gram.

 Buklet Kartu

Buklet menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah buku kecil yang berfungsi sebagai selebaran. Buklet kartu yang akan digunakan untuk mendukung media ini berfungsi untuk menyajikan informasi yang lebih lengkap mengenai informasi yang ada pada setiap kartu. Buklet akan dicetak dengan ukuran A5 (21 cm x 14,8 cm) dengan kertas akasia agar mudah dibawa karena ukurannya yang tidak terlalu besar.

Gambar IV.2. Poster Sumber : Dokumentasi Pribadi


(2)

52  Flyer

Flyer yang sering disebut juga dengan leaflet atau surat edaran merupakan media berukuran kecil yang disebarkan ditempat umum untuk menyampaikan informasi tertentu kepada target audiens. Flyer akan dicetak dengan ukuran A5 (21 c m x 14,8 cm) dengan art paper 160 gram agar mudah dibawa karena ukurannya yang tidak terlalu besar.

Gambar IV.3. Buklet Kartu Sumber : Dokumentasi Pribadi

Gambar IV.4. Flyer Sumber : Dokumentasi Pribadi


(3)

53  Lembar Tutorial

Lembar Tutorial berisi peraturan dalam memainkan permainan card game ini.

 X Banner

X banner adalah media banner dengan kerangka penyangga berbentuk “X” sehingga dapat berdiri tegak. X banner akan dicetak dengan ukuran 60 cm x 160 cm menggunakan bahan lusther. Ukuran X Banner yang besar akan menarik perhatian target audiens untuk melihatnya.

Gambar IV.5. Lembar Tutorial Sumber : Dokumentasi Pribadi

Gambar IV.6. X Banner Sumber : Dokumentasi Pribadi


(4)

54  Poster Instagram

Poster instagram dapat menjadi media pendukung informasi dan reminding. Poster instagram dapat menjangkau target audiens yang aktif menggunakan sosial media instagram.

 Poster Facebook

 Poster facebook dapat menjadi media pendukung informasi dan reminding. Poster facebook dapat menjangkau target audiens yang aktif menggunakan sosial media facebook.

Gambar IV.7. Poster Instagram Sumber : Dokumentasi Pribadi

Gambar IV.8. Poster Faceboook Sumber : Dokumentasi Pribadi


(5)

55  Gantungan Kunci

Gantungan kunci merupakan media atau alat untuk menggantungkan kunci, terbuat dari kayu, logam, plastik atau dengan berbagai macam bentuk yang lain yang mempunyai fungsi yang sama. Gantungan kunci akan menjadi media reminding logo dan tagline card game . Gantungan kunci ini akan dicetak dengan ukuran 44 mm x 44 mm menggunakan bahan plastik.

 Stiker

Stiker adalah media yang memiliki bahan perekat pada bagian belakang sehingga dapat menempel pada berbagai macam benda. Stiker ini akan dicetak menggunakan bahan kertas stiker kromo dengan ukuran 6,5 cm x 9 cm.

Gambar IV.9. Gantungan Kunci Sumber : Dokumentasi Pribadi

Gambar IV.10. Stiker Sumber : Dokumentasi Pribadi


(6)

56  Kemasan

Kemasan dibuat untuk melindungi produk yang berupa kartu selama proses distribusi. Fungsi lain dari kemasan adalah sebagai identitas produk dan untuk menarik perhatian target audiens. Kemasan akan dicetak dengan kertas art paper 260 gram dan dilaminasi doff.

 Iklan Majalah Game

Iklan majalah game dibuat untuk menjangkau target audiens yang sering membeli majalah game atau telah berlangganan majalah game. Iklan majalah game ini akan dicetak dengan kertas art paper 150 gram.

Gambar IV.11. Kemasan Sumber : Dokumentasi Pribadi

Gambar IV.12. Iklan Majalah Game Sumber : Dokumentasi Pribadi