Definisi Operasional Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian

52 individu, lembaga atau gejala tertentu dengan daerah atau subyek byang sempit. Penelitian studi kasus dimaksudkan untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang masalah keadaan dan posisi suatu peristiwa yang sedang berlangsung saat ini, serta interaksi lingkungan unit sosial tertentu yang bersifat apa adanya. Subyek yang diteliti relatif terbatas tetapi menggunakan variabel dengan dimensi tertentu. Pendekatan studi kasus yang digunakan oleh peneliti akan membantu dalam proses penyelesaian penelitian kualitatif yang melihat dan mendalami sebuah studi lintas budaya, khususnya kepemimpinan gaya Korea di Indonesia pada satu perusahaan. 3.2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.2.1. Variabel Penelitian Variabel penelitian pada dasarnya merupakan segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya Sugiyono, 2008. Penelitian ini akan menggunakan variabel penilaian budaya, khususnya budaya nasional. Variabel tersebut menjadi pusat perhatian peneliti. Dengan mengenali lebih jauh variabel tersebut, maka akan mudah melihat hakekat sebuah masalah yang diteliti.

3.2.2. Definisi Operasional

Peneliti menggunakan pendekatan penelitian secara kualitatif diakarenakan penelitian kualitatif bersifat fleksibel, luwes, dan terbuka 53 kemungkinan bagi suatu perubahan dan penyesuaian ketika proses penelitian berjalan namun tetap dibatasi oleh variabel yang telah ditetapkan oleh peneliti. Adapun penjelasan dari variabel yang peneliti gunakan, adalah:  Kerangka Budaya Kluckhohn dan Strodtbeck Kluckholn dan Strodtbeck 1961 membandingkan budaya berdasarkan atas beberapa dimensi sebagai berikut : 1. Nature of People Budaya yang berorientasi pada sifat manusia membagi karakter manusia menjadi: baik, buruk, dan campuran antara baik dan buruk. Masyarakat Barat, umumnya, memandang manusia memiliki karakter yang baik, sedangkan masyarakat Timur misalnya Cina memandang manusia memiliki sifat baik atau buruk. Orientasi seperti ini memiliki konsekuensi yang sangat berarti dalam bersikap kepada orang lain, baik dalam aspek kepercayaan atau interaksi dengan orang lain. 2. Relationship to The Environment Pada budaya yang berorientasi pada alam, berkaitan dengan cara manusia memperlakukan lingkungannya. Manusia dapat menguasai atau mengungguli lingkungan, hidup selaras dengan lingkungan, atau menaklukkan subjugate lingkungannya. Masyarakat Barat berpendirian bahwa mereka dapat mengendalikan lingkungan dan semua kekuatan alam misalnya badai, banjir. Masyarakat Timur berpendirian bahwa manusia harus hidup selaras dengan lingkungannya dan bahkan memujanya. Orientasi terhadap lingkungan mempengaruhi sikap manusia terhadap agama, estetika, kepemilikan benda, kualitas hidup, dan hubungan terhadap manusia lainnya. 54 3. Activity Orientation Orientasi terhadap aktivitas manusia berkaitan dengan sikap manusia terhadap suatu aktivitas atau kegiatan. Ada masyarakat yang berorientasi “melakukan” doing dimana mereka lebih menekankan kepada aktivitas atau kegiatan, penyelesaian tugas, berkompetisi, dan pencapaian tujuan. Selain itu ada masyarakat yang berorientasi “menjadi” being . Orang mmelakukan berbagai aktivitas secara spontan, memperturutkan kesenangan, dan menunjukkan spontanitasnya sebagai ekspresi kepribadiannya. Kelompok lainnya adalah kelompok masyarakat yang berorientasi kepada “ thinking ” yang memikirkan segala sesuatunya sebelum bertindak. 4. Time Orientation Orientasi terhadap waktu berkaitan dengan dengan sikap manusia terhadap waktu. Orang dapat memusatkan diri ada masa lampau, saat ini, atau masa yang akan datang. Masyarakat Barat lebih berorientasi pada masa yang akan datang future . Mereka menganggap bahwa waktu sebagai sesuatu yang harus dihargai, oleh karena itu harus dipergunakan secara efektif. Sebaliknya, masyarakat Timur, lebih berorientasi kepada masa lalu past dan tradisi. Mereka memuja leluhur dan memiliki tradisi keluarga yang kuat misalnya masyarakat Jepang dan Cina. Masyarakat yang berorientasi pada waktu sekarang present , percaya bahwa waktu sangat berarti. 5. Focus of Responsibility Orientasi terhadap tanggung jawab pada orang lain merupakan aspek yang sangat penting berkaitan dengan hubungan antar manusia. Kluckhohn Strodtbeck, 1961, dalam Reisinger 2009: 130 menyebutkan tiga jenis 55 orientasi terhadap orang lain: 1 individualistik tujuan-tujuan individu mengatasi tujuan-tujuan kelompok; 2 collateral individu merupakan bagian dari suatu kelompok sosial yang diakibatkan oleh hubungan yang diperluas secara menyamping laterally; dan 3 linear mengutamakan keberlanjutan kelompok melalui penggantian waktu. 6. Conception of Space Konsepsi keruangan menurut kerangka Kluchkohn dan Strodtbeck berhubungan dengan kepemilikan ruang. Beberapa budaya menganggap bahwa tempat atau ruang harus tetap dijaga sebagai milik pribadi, sementara kebudayaan lain menganggap bahwa sebuah ruangtempat sangat terbuka bahkan sangat dianjurkan untuk mengembangkan bisnis di publik. Beberapa kelompok masyarakat menggabungkan antara publik dan privat.  Pola-pola Parson 1. Afektivitas-netralitas afektif Orentasi pola ini berkenaan dengan sifat kepuasan yang dicari oleh manusia. Sisi afektivitas menjadi posisi dari orang yang mencari kepuasan segera dari situasi yang ada. 2. Universalisme-partikularisme. Orientasi universalistik berfokus pada kategorisasi orang atau obyek dalam konteks referensi universal, sedangkan orientasi partikularistik berfokus pada kategorisasi orang atau obyek secara spesifik. 3. Ketersebaran-keterkhususan. Orientasi ini berfokus pada cara orang memberi respon pada orang lain. Dengan orientasi ketersebaran, respon holistik akan diberikan seseorang 56 kepada orang lain, sedangkan orientasi keterkhususan ditampakkan seseorang dengan memberi respon terhadap orang lain dalam cara yang khusus. 4. Askripsi-prestasi. Orientasi askripsi dari seseorang akan tampak ketika orang tersebut memandang orang lain. Dengan orientasi askriptif, pandangan seseorang akan bertolak pada prediksi sosiokultural, yakni dalam kerangka keanggotaan orang lain di dalam kelompoknya, seperti jender, umur, ras, etnik, kasta, dan sebagainya. Sementara orang dengan orientasi prestasi akan mendasarkan prediksi dalam kerangka prestasi yang dapat diraih orang lain. 5. Orientasi instrumental-ekspresif. Orientasi instrumental ditampakkan oleh orang dalam interaksinya dengan orang lain jika interaksi itu merupakan sarana untuk mencapai tujuan lainnya, sedangkan orientasi ekspresif akan tampak pada orang yang interaksinya dengan orang lain merupakan tujuannya. 3.3. Penentuan Populasi dan Sampel 3.3.1. Ukuran Populasi