Dampak Perubahan Penggunaan Lahan di DAS Gung Hulu Terhadap Debit Sungai Gung Kabupaten Tegal

!
"

# !

!

$
"%

&

'()*+*+*',

-

$

.

.

$

/
(*00

2

-

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian
skripsi pada:

Hari

: Senin

Tanggal

: 23 Mei 2011


Dosen Pembimbing I

Dosen Pembimbing II

Drs. Purwadi Suhandini, SU.

Rahma Hayati, S.Si, M.Si.

NIP. 194711031975011001

NIP. 197206241998032003

Mengetahui:
Ketua Jurusan Geografi

Drs. Apik Budi Santoso, M.Si.
NIP. 196209041989011001

ii


3

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas
Ilmu Sosial , Universitas Negeri Semarang pada:

Hari

: Senin

Tanggal : 30 Mei 2011

Penguji Skripsi

Dr. Dewi Liesnoor, M.Si.
NIP. 196208111988032001

Dosen Pembimbing I

Dosen Pembimbing II


Drs. Purwadi Suhandini, SU.

Rahma Hayati, S.Si, M.Si.

NIP. 194711031975011001

NIP.197206241998032003

Mengetahui:
Dekan Fakultas Ilmu Sosial

Drs. Subagyo, M.Pd.
NIP. 195108081980031003
iii

4

1
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar6benar hasil karya
sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya.

Pendapat atau orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk
berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang , 23 Mei 2011

Khamid Wijaya
NIM. 3250404038

iv

5

$
$

$

$2

"Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar6benar berada dalam kerugian.

Kecuali orang6orang yang beriman dan mengerjakan amal sholih dan saling
menasihati supaya menaati kebenaran dan menetapi kesabaran" (Q.S. Al Ashr).
“Saya belajar selama saya hidup. Batu nisan akan menjadi ijazah saya.
” (Eartha Kitt).

!!
"

v

6

Segala Puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam atas segala rahmat dan
hidayah6Nya yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul 3

45
Penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak akan
dapat terselesaikan tanpa ada bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan
segenap kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1.

Prof. Dr. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si., Rektor Universitas Negeri
Semarang.

2.

Drs. Subagyo, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
Semarang.

3.

Drs. Purwadi Suhandini, SU., Dosen pembimbing I yang dengan penuh
tanggung jawab dan kesabaran memberikan arahan dan bimbingannya.

4.

Rahma Hayati, S.Si, M.Si., Dosen pembimbing II yang dengan penuh
tanggung jawab dan kesabaran memberikan arahan dan bimbingannya.


5.

Dr. Dewi Liesnoor, M.Si., Dosen Penguji Skripsi, terimakasih atas arahan dan
bimbingannya.

6.

Drs. Apik Budi Santoso, M.Si., Ketua Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Semarang yang penuh perhatian memberikan motivasi dan
semangat.

vi

7

7.

Staf pengajar di Jurusan Geografi, terimakasih atas ilmu yang telah diberikan
selama ini.


8.

Karyawan dan Staf Tata Usaha Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Semarang, terimakasih atas kerjasamanya.

9.

BAPPEDA Kabupaten Tegal, terimakasih atas bantuan dan kerjasamanya.

10. Teman6teman Jurusan Geografi angkatan 2004
11. Semua pihak yang tidak bisa penulis sampaikan satu per satu, terimakasih
atas bantuan dan dukungannya.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari masih banyak
kelemahan dan kekurangan, walaupun demikian penulis berharap kritik dan saran,
agar hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi masyarakat.

Semarang, 23 Mei 2011
Penulis

vii


8

%

"5 2011.

& 6

Skipsi, Jurusan Geografi,
Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang.
7 2"

8

6" 8

5

DAS Gung Hulu merupakan bagian dari DAS Gung, DAS terbesar di

Kabupaten Tegal. DAS Gung Hulu memiliki luas 119,82 km2. Areal lahan di
DAS Gung Hulu memiliki peranan yang sangat besar terhadap sistem tata air
untuk keperluan hidup masyarakat yang ada di wilayah Kabupaten Tegal. Lokasi
penelitian berada di daerah aliran sungai Gung Hulu. Obyek penelitian berupa
Daerah Aliran Sungai (DAS), dimana kajian meliputi penggunaan lahan yang
menjadi salah satu parameter penentu keberadaan rasio debit pada DAS Gung
Hulu. Berdasarkan sudut pandang hidrologi, perubahan penggunaan dapat
mempengaruhi debit suatu sungai. Kegiatan tata guna lahan yang bersifat
merubah tipe atau jenis penutup lahan dalam suatu DAS sering kali dapat
memperbesar atau memperkecil hasil air
! Data debit atau aliran
sungai merupakan informasi yang paling penting bagi pengelolaan sumber daya
air. Debit rata6rata tahunan dapat memberikan gambaran potensi sumber daya air
yang dapat dimanfaatkan dari suatu daerah aliran sungai.
Berdasarkan permasalahan di atas, permasalahan dalam penelitian ini
adalah berapa besar pengaruh perubahan penggunaan lahan (vegetasi alami dan
buatan menjadi terbangun) di DAS Gung Hulu terhadap debit Sungai Gung di
Kabupaten Tegal selama 11 tahun. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui luas perubahan penggunaan lahan kawasan vegetasi menjadi kawasan
terbangun di DAS Gung Hulu, perubahan rasio debit yang terjadi pada DAS Gung
Hulu, dan dampak antara perubahan penggunaan lahan dengan debit Sungai
Gung. Variabel dalam penelitian ini adalah luas penggunaan lahan, dengan
indikator luas penggunaan lahan tahun 1996 dan luas penggunaan lahan tahun
2007, debit aliran sungai, variabel dampak ditambah variabel curah hujan. Metode
yang digunakan untuk mengumpulkan data yaitu metode dokumentasi, metode
observasi, metode wawancara. Metode untuk menganalisis menggunakan metode
analisa SIG dengan menggunakan teknik tumpang susun (overley) peta, dan
metode rasio debit.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, penggunaan lahan DAS Gung hulu
tahun 1996 dan 2007 mengalami alih fungsi lahan sebanyak 38 macam dengan
luas mencapai 2528,118 Ha atau 25,28 Km2 (21,10 %) dari total luas DAS. Jenis
penggunaan lahan yang mengalami perubahan terbesar adalah sawah, berkurang

viii

9

449,688 Ha. Sedangkan untuk perubahan penggunaan lahan kawasan vegetasi
menjadi terbangun, terjadi perubahan sebesar 351,547 Ha atau 3,51 Km², bentuk
perubahan sawah menjadi pemukiman merupakan perubahan yang paling besar,
mencapai 168,705 Ha. Dari hasil analisis rasio debit, nilai KRS berfluktuasi antara
4,75 sampai 39,18 termasuk dalam keadaan baik. Dalam 11 tahun nilai KRS
sebesar 47,71 menandakan mendekati angka kritis.
Simpulan yang didapat adalah luas perubahan penggunaan lahan
kawasan vegetasi menjadi kawasan terbangun atau pemukiman di DAS Gung
Hulu mencapai 351,547 Ha atau 3,51 Km² (13,91 %) dari total luas perubahan
penggunaan lahan DAS Gung Hulu. Rasio debit tiap tahun berfluktuasai, nilai
KRS antara 4,75 sampai 39,18. Secara hidrologis DAS gung Hulu masih dalam
keadaan baik, tetapi statusnya mendekati tingkat kritis. Perubahan penggunaan
lahan tidak menyebabkan peningkatan debit sungai, dampak perubahan
penggunaan lahan terhadap debit tidak terlalu signifikan. Saran yang
dikemukakan adalah perlunya merapatkan jumlah vegetasi di sekitar permukiman
penduduk, meningkatkan fungsi lahan kosong dan lahan miring sebagai kawasan
konservasi dengan menambah jumlah vegetasi di DAS Gung Hulu, peningkatan
perhatian dari pemda maupun dinas terkait yang berkaitan dengan bidang
hidrologi, perlunya penelitian lebih lanjut tentang pengelolaan DAS.

ix

10

.

HALAMAN JUDUL...........................................................................................i
PERSETUJUAN PEMBIMBING.......................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................iii
HALAMAN PERNYATAAN. ...........................................................................iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................................v
PRAKATA. .........................................................................................................vi
SARI....................................................................................................................viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................x
DAFTAR TABEL ...............................................................................................xiii
DAFTAR GAMBAR. .........................................................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................5
C. Penegasan Istilah .....................................................................................5
D. Tujuan Penelitian ....................................................................................9
E. Manfaat Penelitian ..................................................................................9
F. Sitematika Skripsi ...................................................................................9
BAB II. LANDASAN TEORI
A. Ekosistem DAS .......................................................................................11
B. Daur Hidrologi ........................................................................................13

x

11

C. Penggunaan Lahan ..................................................................................16
D. Debit Aliran.............................................................................................18
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Obyek Penelitian. ....................................................................................21
B. Variabel Penelitian. .................................................................................21
C. Jenis6jenis Data .......................................................................................22
D. Metode Pengumpulan Data .....................................................................23
E. Alat dan Bahan. .......................................................................................24
F. Teknik Analisis Data. ..............................................................................25
G. Langkah6langkah Penelitian. ...................................................................27
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .......................................................................................31
1. Kondisi Umum Daerah Penelitian. .....................................................31
a. Letak dan Luas Daerah DAS Gung Hulu. .....................................31
b. Hidrologi . ......................................................................................33
c. Topografi. ......................................................................................36
d. Tanah. ............................................................................................38
e. Iklim. ..............................................................................................46
f. Geomorfologi. ................................................................................51
g. Kondisi Penduduk. .........................................................................58
2. Perubahan Penggunaan Lahan ............................................................60
a. Penggunaan Lahan DAS Gung Hulu Tahun 1996 .........................60
b. Penggunaan Lahan DAS gung Hulu Tahun 2007 ..........................64
c. Perubahan Penggunaan Lahan DAS Gung Hulu ...........................68
3. Rasio Debit .........................................................................................75
4. Dampak Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Debit… ...............77
B. Pembahasan ............................................................................................79

xi

12

BAB V. PENUTUP
A. Simpulan. ................................................................................................83
B. Saran........................................................................................................83
DAFTAR PUSTAKA. ........................................................................................85
LAMPIRAN ....................................................................................................... 87

xii

13

.

3.1. Klasifikasi Nilai KRS..................................................................................26
4.1. Penentuan Tipe Iklim Indonesia Berdasarkan Klasifikasi Schmidt dan
Ferguson ...................................................................................................... 46
4.2. Curah Hujan Stasiun Kemaron DAS Gung Hulu 1996 6 2007 .................... 47
4.3. Curah Hujan Stasiun Bumijawa DAS Gung Hulu 1996 – 2007.................. 48
4.4. Curah Hujan Stasiun Bojong DAS Gung Hulu 1996 – 2007.. .................... 48
4.5. Curah Hujan Stasiun Danawarih DAS Gung Hulu 1996 – 2007................. 49
4.6. Rata6rata Curah Hujan Wilayah DAS Gung Hulu Tahun 1996–2007 ........ 49
4.7. Jumlah Penduduk di DAS Gung Hulu Tahun 1996 dan 2007 ..................... 58
4.8. Kepadatan Penduduk DAS Gung Hulu Tahun 1996 dan 2007.. ................. 59
4.9. Penggunaan Lahan DAS Gung Hulu Tahun 1996....................................... 60
4.10. Penggunaan Lahan DAS Gung Hulu Tahun 2007....................................... 68
4.11. Perubahan Penggunaan Lahan DAS Gung Hulu Tahun 1996 dan 2007 ..... 69
4.12. Bentuk Perubahan Penggunaan Lahan DAS Gung Hulu Tahun 1996 dan
2007 ............................................................................................................. 72
4.13. Klasifikasi Nilai KRS................................................................................... 75
4.14. Nilai KRS Sungai Gung Hulu tahun 1994 – 2008....................................... 76

xiii

14

.

2.1. Daur Hidrologi ............................................................................................. 14
3.1. Diagram Alir Penelitian ............................................................................... 30
4.1. Peta Administrasi DAS Gung Hulu Kabupaten Tegal ................................ 32
4.2

Peta Pola Aliran DAS Gung Hulu Kabupaten Tegal ................................... 35

4.3. Peta Kemiringan Lereng DAS Gung Hulu Kabupaten Tegal ...................... 37
4.4. Peta Jenis Tanah DAS Gung Hulu Kabupaten Tegal .................................. 41
4.5

Peta Polygon Thiesen DAS Gung Hulu Kabupaten Tegal. ......................... 50

4.6. Peta Geomorfologi DAS Gung Hulu Kabupaten Tegal .............................. 56
4.7. Peta Penggunaan Lahan DAS Gung Hulu Tahun 1996.. ............................. 61
4.8. Peta Penggunaan Lahan DAS Gung Hulu Tahun 2007 ............................... 67
4.9. Peta Perubahan Penggunaan Lahan DAS Gung Hulu ................................. 73

xiv

15

.

Lampiran 1. Data Debit Bendung Danawarih Tahun 1996 6 2007......................88
Lampiran 2. Perhitungan Nilai Q Rata6rata pada 4 Stasiun Hujan .....................100
Lampiran 3. Uji Ketelitian Interpretasi Penggunaan Lahan................................101
Lampiran 4. Foto6foto Daerah Penelitian............................................................105
Lampiran 5. Rasio Debit Sungai Gung Hulu tahun 1990 6 2008........................110
Lampiran 6. Analisis Regresi Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Rasio
Debit dengan Metode Enter Program

"

#

$

%& ' .................................................................................................111

xv

5

Dalam melangsungkan kegiatan kehidupan dan penghidupannya,
manusia pada hakekatnya merupakan bagian dari alam. Manusia tidak dapat
melepaskan diri dari alam dan akan selalu tergantung pada lingkungan
alamnya. Dengan dasar pembangunan mandiri dan keterbatasan sumber dana
dari pusat, maka setiap kabupaten atau kota akan berusaha untuk menaikkan
PADnya, dengan memanfaatkan sumber daya alamnya. Dari fakta yang ada,
tampak sumber daya air masih belum mendapat perlindungan yang maksimal
untuk menghindari terjadinya kekurangan air. Terjadinya pencemaran
beberapa sumber air, penggundulan yang menyebabkan erosi tanah, banjir
serta terganggunya fungsi penyerapan air, kegiatan pertanian yang
mengabaikan kelestarian lingkungan, berubahnya fungsi tangkapan air, serta
distribusi air yang tidak merata menunjukkan bahwa perhatian terhadap
pelestarian sumber daya ini perlu secara total ditingkatkan (Kodoatie dan
Sugiyanto, 2002:50).
Kegiatan tata guna lahan yang bersifat merubah tipe atau jenis
penutup lahan dalam suatu DAS sering kali dapat memperbesar atau
memperkecil hasil air

!. Pada batas6batas tertentu, kegiatan ini

juga dapat mempengaruhi status kualitas air. Perubahan dari satu jenis
vegetasi ke jenis vegetasi yang lain adalah umum dalam pengelolaan DAS

1

2

atau pengelolaan sumber daya alam. Terjadinya perubahan tata guna lahan
dan jenis vegetasi tersebut, dalam skala besar dan bersifat permanen, dapat
mempengaruhi besar kecilnya hasil air (Asdak, 2002:429). Data debit atau
aliran sungai merupakan informasi yang paling penting bagi pengelolaan
sumber daya air. Debit puncak (banjir) diperlukan untuk merancang
bangunan pengendali banjir. Sementara data debit aliran kecil diperlukan
untuk perencanaan alokasi (pemanfaatan) air untuk berbagai macam
keperluan, terutama pada musim kemarau panjang. Debit rata6rata tahunan
dapat memberikan gambaran potensi sumber daya air yang dapat
dimanfaatkan dari suatu daerah aliran sungai (Asdak, 2002:190).
Kabupaten Tegal dalam bidang ekonomi mengandalkan tiga sektor
untuk meningkatkan PAD, yaitu PERTIWI (pertanian, industri dan
pariwisata). Sektor pertanian, terutama padi maupun kebun sayur dan buah
terpusat di Kecamatan Bojong dan Bumijawa, yang merupakan bagian dari
DAS Gung Hulu. Obyek Wisata Guci, merupakan obyek wisata di Kabupaten
Tegal yang paling ramai di kunjungi wisatawan juga terdapat di wilayah DAS
Gung Hulu. Dengan semakin bertambahnya jumlah hasil pertanian dan
semakin meningkatnya jumlah kunjungan wisata di OW Guci, akan diikuti
dengan berubahnya fungsi lahan di daerah tersebut untuk pengembangan.
Dari lima sungai besar di Kabupaten Tegal yakni Gung, Pah,
Maribaya, Pekijingan dan Rambut, dua diantaranya di kategorikan berbahaya.
Karena DASnya kritis dan rawan luapan. Dua sungai itu adalah Sungai Gung
dan Rambut. Sungai Gung misalnya, DAS antara Desa Kajen, Kecamatan

3

Lebaksiu hingga Kelurahan Procot, Kecamatan Slawi dimasukkan sebagai
daerah bergaris merah oleh DLHKP. Artinya kerusakan akibat arusnya sudah
sangat parah. Sungai Gung paling rawan banjir karena daerah alirannya cukup
panjang dan lebar serta kedalaman diatas sungai yang lain (Radar Tegal, 28
Februari 2008). DAS Gung Hulu termasuk bagian dari DAS Gung yang
merupakan DAS terluas di Kabupaten Tegal, dengan luas wilayah 119,82
Km2. Areal lahan di DAS Gung Hulu memiliki peranan yang sangat besar
terhadap sistem tata air yang ada, yang mana sistem tata air ini memegang
peranan vital bagi kehidupan masyarakat di sekitarnya. DAS Gung Hulu
secara administratif berada di wilayah Kabupaten Tegal. Desa yang masuk
dalam wilayah DAS Gung Hulu sebanyak 29 desa di 4 kecamatan. Jumlah
penduduk yang bermukim di daerah aliran sungai Gung Hulu selama tahun
1996 – 2007 mengalami peningkatan sebanyak 18.461 jiwa.
Keadaan fisik maupun sosial DAS juga berpengaruh terhadap
kuantitas dan kualitas air sungai. Pengaruh fisik DAS adalah pengaruh antara
faktor penutup lahan, jenis tanah, kemiringan lereng dan bentuk DAS.
Pengaruh sosial dalam hal ini adalah kondisi penduduk. Kondisi penduduk
merupakan salah satu faktor yang ikut memegang peranan terhadap kondisi
suatu DAS. Tekanan penduduk memberikan pengaruh terhadap lahan,
terutama didalam hal jenis6jenis penutup lahan didaerah tersebut seiring
dengan semakin meningkatnya kebutuhan penduduk. Kondisi ini pada
gilirannya akan turut mempengaruhi kondisi hidrologis di suatu daerah aliran
sungai (Widianto, 1999:4).

4

Akhir6akhir ini pemukiman dan penggundulan hutan makin meluas.
Pengembangan perumahan terjadi di Desa Bojong dan Desa Bumijawa yang
merupakan ibu kota kecamatan. Pengermbangan sektor wisata juga
meningkat, terutama di kawasan objek wisata Guci. Banyak villa baru
didirikan, hotel melati maupun penginapan bertambah. Bahkan pada tahun
2008 sudah didirikan wahana outbond, yang tentunya telah mengorbankan
lahan bervegetasi. Penggundulan hutan terjadi di Desa Guci Kecamatan
Bumijawa dan Desa Cikura Kecamatan Bojong, Kecamatan Jatinegara juga
tak luput dari praktek penggundulan hutan.
Fungsi suatu DAS merupakan fungsi gabungan yang dilakukan oleh
seluruh faktor yang ada pada DAS tersebut, yaitu vegetasi, bentuk wilayah
(topografi), tanah dan manusia. Apabila fungsi dari suatu DAS terganggu,
maka sistem hidrologis akan terganggu, penangkapan curah hujan, resapan
dan penyimpanan airnya menjadi sangat berkurang atau sistem penyalurannya
menjadi boros. Kejadian tersebut akan menyebabkan melimpahnya air pada
musim hujan dan sebaliknya sangat minimumnya air pada musim kemarau.
Hal ini membuat fluktuasi debit sungai antara musim kemarau dan musim
hujan berbeda tajam. Jadi jika fluktuasi debit sungai sangat tajam, berarti
bahwa fungsi DAS tidak bekeja dengan baik, apabila hal ini terjadi berarti
bahwa kualitas DAS tersebut adalah rendah (Suripin, 2004:186).
Berdasarkan uraian tersebut maka penelitian ini diberi judul
3

8
8

"
8

"

4 dengan alasan perlunya informasi

5

tentang dampak berubahnya penggunaan lahan terhadap perubahan debit
aliran di DAS Gung Hulu.

5

!

!

Permasalahan dalam penelitian ini adalah “Berapa besar dampak
perubahan penggunaan lahan (vegetasi alami dan buatan menjadi terbangun)
di DAS Gung Hulu terhadap debit aliran Sungai Gung di Kabupaten Tegal
selama 11 tahun?”.

95

!

!

1. Dampak
Dampak adalah pengaruh kuat yang mendatangkan akibat, baik
positif maupun negatif (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007:234). Arti
dampak dalam penelitian ini adalah akibat yang di timbulkan dari bentuk
perubahan penggunaan lahan terhadap debit sungai di DAS Gung Hulu.
2. Perubahan
Perubahan adalah proses transformasi suatu benda, wilayah atau
sesuatu hal yang diakibatkan oleh sesuatu hal (Poerwadarminta,
1991:116). Perubahan dalam penelitian ini adalah perubahan debit Sungai
Gung oleh karena perubahan penggunaan lahan di DAS Gung Hulu.
3. Penggunaan Lahan
Lahan diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim,
relief, tanah, air, flora, fauna dan bentukan6bentukan hasil budaya

6

manusia. Dalam hal ini lahan mempunyai arti ruang atau tempat (Jamulya
dan Sunarto dalam Purnomo, 2000:1)
Penggunaan lahan (

) diartikan sebagai setiap bentuk

intervensi (campur tangan) manusia terhadap lahan dalam rangka
memenuhi

kebutuhan

hidupnya

baik

materiil

maupun

spiritual.

Penggunaan lahan dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan besar
yaitu penggunaan lahan pertanian dan penggunaan lahan bukan pertanian
(Arsyad,1989:207).
Perubahan penggunaan lahan merupakan proses berubahnya
penggunaan lahan dari pertanian ke penggunaan lahan non pertanian atau
perkotaan. Perubahan penggunaan lahan dapat bersifat sementara. Jika
lahan sawah beririgasi teknis berubah menjadi kawasan permukiman atau
industri, maka perubahan penggunaan ini bersifat permanen. Akan tetapi,
jika sawah tersebut berubah menjadi perkebunan tebu, maka perubahan
penggunaan lahan tersebut bersifat sementara, karena pada tahun6tahun
berikutnya dapat dijadikan sawah kembali. Perubahan penggunaan lahan
permanen biasanya lebih besar dampaknya dari pada perubahan
penggunaan lahan sementara (Zilkifli dalam Anam, 2008:5).
4. Daerah Aliran Sungai
Daerah aliran sungai (DAS) adalah daerah yang dibatasi
punggung6punggung gunung dimana air hujan yang jatuh pada daerah

7

tersebut akan ditampung oleh punggung gunung tersebut dan dialirkan
melalui sungai6sungai kecil (Asdak, 1995:4).
Menurut kamus Webster, DAS adalah suatu daerah yang dibatasi
oleh pemisah topografi, yang menerima hujan, menampung, menyimpan
dan mengalirkan ke sungai dan seterusnya ke danau atau ke laut. DAS
merupakan suatu ekosistem dimana didalamnya terjadi suatu proses
interaksi antara faktor6faktor biotik, non biotik dan manusia. Sebagai suatu
ekosistem, maka setiap ada masukan (

) ke dalamnya, proses yang

terjadi dan berlangsung didalamnya dapat di evaluasi berdasarkan keluaran
! dari ekosistem tersebut. Komponen masukan dalam ekosistem
DAS adalah curah hujan, sedangkan keluaran terdiri dari debit air, muatan
sedimen dan unsur hara. Komponen6komponen DAS yang berupa
vegetasi, tanah dan saluran/sungai dalam hal ini bertindak sebagai
(Supirin, 2004:183).
5. Debit
Debit adalah volume air yang mengalir lewat suatu penampang
melintang dalam alur (

!, pipa, akuifer, ambang dan sebagainya, per

satuan waktu (Soemarto, 1999:51). Jenis debit sangat beragam, diantara
pengertian debit yang lain, yaitu: Debit puncak atau debit banjir (qp,
Qmaks) adalah besarnya volume air maksimum yang mengalir melalui
suatu penampang melintang suatu sungai per satuan waktu, dalam satuan
m³/detik. Debit minimum (Qmin) adalah besarnya volume air minimum
yang mengalir melalui suatu penampang melintang suatu sungai per satuan

8

waktu, dalam satuan m³/detik (Dephut, 2009:4). Rasio debit merupakan
perbandingan antara debit maksimum dan minimum atau dikenal dengan
(KRS) koefisien regim sungai (Dephut, 2009:17). Pengertian debit juga
dapat dibagi menjadi debit harian, debit bulanan dan debit tahunan. Debit
tahunan adalah suatu angka yang menunjukkan rata6rata debit suatu sungai
dalam jangka waktu satu tahun dalam satuan (m³/dt) (Asdak, 2002:195),
begitu juga dengan pengertian debit bulanan dan debit tahunan. Dalam
penelitian ini debit yang dihitung adalah rasio debit.
6. Sungai
Sungai adalah air yang besar, buatan alam, bermuara ke laut atau
danau dan biasanya anak6anak sungai bermuara di sepanjang alirannya.
Ada 3 tipe sungai berdasarkan konstansi alirannya :
a. Mengalir sepanjang waktu

!

b. Mengalir hampir sepanjang waktu, kecuali pada musim kering luar
biasa,

penguapan/peresapan

(

melampaui

aliran

yang

diperlukan

, terputus6putus).

c. Mengalir dalam waktu singkat, yakni hanya pada waktu turun hujan
atau periode hancur salju

! (Mustofa dan Sektiyawan, 2007

: 426)
Dalam penelitian ini sungai yang dimaksud adalah Sungai Gung
dan berdasarkan konstansinya termasuk sungai yang mengalir sepanjang
waktu atau

9

5
Tujuan dari kegiatan penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Perubahan penggunaan lahan kawasan vegetasi menjadi kawasan
terbangun di DAS Gung Hulu dari tahun 1996 sampai 2007.
2. Rasio debit Sungai Gung tahun 1996 sampai 2007 pada DAS Gung Hulu.
3. Dampak perubahan penggunaan lahan terhadap debit Sungai Gung.

5

:
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Untuk perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya bidang Hidrologi dan
Konservasi Tanah dan Air.
2. Sebagai pertimbangan pemerintah daerah, khususnya Kabupaten Tegal
dalam kebijakan penentuan arah pembangunan daerah.

.5

!

!
Hasil penelitian ini disusun dengan menggunakan sistematika skripsi

yang terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian awal skripsi, bagian isi skripsi dan
bagian akhir skripsi.
Bagian awal skripsi, meliputi sampul, lembar judul, lembar
persetujuan pembimbing, lembar pengesahan penguji, lembar pernyataan,
lembar motto dan persembahan, sari, prakata, daftar isi, daftar tabel, daftar
gambar, dan daftar lampiran.

10

Bagian isi skripsi terdiri atas lima bagian yang dapat diperinci
sebagai berikut :
BAB I. PENDAHULUAN. Berisi latar belakang, rumusan masalah,
penegasan istilah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika
skripsi.
BAB II. LANDASAN TEORI. Berisi kajian secara teoritis mengenai masalah
yang dibahas dalam penelitian meliputi pengertian ekosistem DAS, daur
hidrologi, penggunaan lahan, dan debit aliran.
BAB III. METODE PENELITIAN. Memuat metode dalam penelitian,
meliputi; obyek penelitian, variabel penelitian, jenis6jenis data, metode, alat
dan bahan, teknik analisis data serta langkah6langkah penelitian.
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Memuat penjelasan
mengenai kondisi umum daerah penelitian, meliputi; letak dan luas, hidrologi,
topografi, tanah, iklim, geomorfologi, penduduk. Penggunaan lahan, meliputi;
penggunaan lahan tahun 1996, penggunaan lahan tahun 2007 dan perubahan
penggunaan lahan. Rasio debit dan dampak antara perubahan penggunaan
lahan terhadap debit serta pembahasannya.
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN, berisi tentang simpulan dan saran dari
hasil penelitian.
Bagian akhir skripsi, meliputi daftar pustaka dan lampiran6lampiran.

11

$

5

!!
Ekosistem DAS merupakan bagian yang penting karena mempunyai
fungsi perlindungan terhadap DAS. Aktifitas dalam DAS yang menyebabkan
perubahan ekosistem, misalnya perubahan tata guna lahan, khususnya di
daerah hulu dapat memberikan dampak pada daerah hilir berupa perubahan
fluktuasi debit air dan kandungan sedimen serta material terlarut lainnya.
Adanya keterkaitan antara masukan dan keluaran pada suatu DAS ini dapat
dijadikan sebagai dasar untuk menganalisis dampak suatu tindakan atau
aktifitas pembangunan di dalam DAS terhadap lingkungannya, khususnya
hidrologi.
Nilai tingkat kualitas suatu DAS atau sub6DAS, dapat diukur dari
dua parameter yang secara teoritis dan praktis dapat dianalisa untuk
digunakan. Parameter tersebut adalah tingkat erosi yang alami, dalam hal ini
sedimen, dan fluktuasi debit sungai yang mengalir dalam beberapa kodisi
curah hujan yang berbeda. Kedua perameter diatas, merupakan gambaran dari
ekosistem dan karakteristik suatu DAS. Ekosistem dalam hal ini adalah suatu
interaksi antara faktor6faktor sumber daya biotik, nonbiotik dan sumber daya
manusia dalam DAS (Suripin, 2004:185).
Suatu DAS adalah daerah yang dianggap sebagai wilayah dari suatu
titik tertentu pada suatu sungai dan dipisahkan dari DAS6DAS di sebelahnya

11

12

oleh pembagi

)

! atau punggung bukit/gunung dapat di telusuri pada peta

topografi (Linsley dan Franzini, 1994:10).
Manusia adalah salah satu komponen yang penting. Sebagai
komponen yang dinamis, manusia dalam menjalankan aktifitasnya seringkali
mengabaikan dampak pada salah satu komponen lingkungannya dan dengan
demikian, mempengaruhi ekosistem secara keseluruhan.
Dalam mempelajari ekosistem DAS, daerah aliran sungai biasanya di
bagi menjadi daerah hulu, tengah dan hilir. Secara biogeofisik, daerah hulu
DAS dicirikan oleh hal6hal sebagai berikut; merupakan daerah konservasi,
mempunyai kerapatan drainase lebih tinggi, merupakan daerah dengan
kemiringan lereng besar (lebih besar dari 15%), bukan merupakan daerah
banjir, pengaturan pemakaian air ditentukan oleh pola drainase, dan jenis
vegetasi umumnya merupakan tegakan hutan. Ekosistem DAS hulu
merupakan bagian yang penting karena mempunyai fungsi perlindungan
terhadap seluruh bagian DAS. Perlindungan ini antara lain dari segi tata air.
Perubahan lanskap termasuk perubahan tata guna lahan dan/atau
pembuatan bangunan konservasi yang dilaksanakan di daerah hulu DAS tidak
hanya akan memberikan dampak di daerah dimana kegiatan tersebut
berlangsung (hulu DAS), tetapi juga akan menimbulkan dampak didaerah
hilir dalam bentuk perubahan fluktuasi debit dan transpor sedimen serta
material terlarut dalam sistem aliran air lainnya (Asdak, 2002:12).

13

5

"
Secara keseluruhan jumlah air di planet bumi ini relatif tetap dari
masa ke masa. Air di bumi mengalami suatu siklus melalui serangkaian
peristiwa yang berlangsung terus6menerus, dimana kita tidak tahu kapan dan
dari mana berawalnya dan kapan pula akan berakhir. Serangkaian peristiwa
tersebut dinamakan siklus hidrologi (

( ( ( ! (Supirin, 2004:134).

Persediaan air segar dunia hampir seluruhnya didapatkan dalam
bentuk hujan sebagai hasil dari penguapan air laut. Proses6proses yang
tercakup dalam peralihan uap lengas dari laut ke daratan dan kembali ke laut
lagi membentuk apa yang dinamakan daur hidrologi (Linsley dan Franzini,
1994:9). Daur atau siklus hidrologi adalah gerakan air ke udara, kemudian
jatuh kepermukaan tanah, dan akhirnya mengalir ke laut kembali (Soemarto,
1999:2).
Daur hidrologi secara alamiah dapat di tunjukkan seperti terlihat
pada gambar 2.1, yaitu menunjukkan gerakan air dipermukaan bumi. Selama
berlangsungnya daur hidrologi, yaitu perjalanan air dari permukaan laut ke
atmosfer kemudian ke permukaan tanah dan kembali lagi ke laut yang tidak
pernah berhenti tersebut, air tersebut akan tertahan (sementara) di sungai,
danau/waduk dan dalam tanah sehingga dapat dimanfaatkan oleh manusia
atau makhluk hidup lainnya.
Dalam daur hidrologi, energi panas matahari dan faktor6faktor iklim
lainnya menyebabkan terjadinya proses evaporasi pada permukaan vegetasi
dan tanah, di laut atau badan6badan air lainnya. Uap air sebagai hasil proses

14

evaporasi akan terbawa oleh angin melintasi daratan yang bergunung maupun
datar dan apabila keadaan atmosfer memungkinkan, sebagian dari uap air
tersebut akan terkondensasi dan turun sebagai hujan.

Gambar 2.1. Daur Hidrologi (Sumber: Asdak, 2002:9)
Sebelum mencapai permukaan tanah air hujan tersebut akan tertahan
oleh tajuk vegetasi. Sebagian dari air hujan tersebut akan tersimpan di
permukaan tajuk/daun selama proses pembasahan tajuk, dan sebagian lainnya
akan jatuh ke atas permukaan tanah melalui sela6sela daun
mengalir ke bawah permukaan batang pohon

"

"

! atau

!. Sebagian air hujan

tidak akan pernah sampai dipermukaan tanah, melainkan terevaporasi
kembali ke atmosfer (dari tajuk dan batang) selama dan setelah
berlangsungnya hujan

(

!.

Air hujan yang dapat mencapai permukaan tanah, sebagian akan
masuk (terserap) kedalam tanah

"

!. Sedangkan air hujan yang tidak

terserap kedalam tanah akan tertampung sementara dalam cekungan6

15

cekungan permukaan tanah

" (

! untuk kemudian mengalir

diatas permukaan tanah ketempat yang lebih rendah

""!, untuk

selanjutnya masuk kedalam sungai. Air infiltrasi akan tertahan didalam tanah
oleh gaya kapiler yang selanjutnya akan membentuk kelembaban tanah.
Apabila tingkat kelembaban air tanah telah cukup jenuh maka air hujan yang
baru masuk ke dalam tanah akan bergerak vertikal ke tanah yang lebih dalam
dan menjadi bagian dari air tanah

!. Air tanah tersebut,

terutama pada musim kemarau, akan mengalir pelan6pelan ke sungai, danau
atau tempat penampungan air alamiah lainnya

"

!.

Tidak semua air infiltrasi (air tanah) mengalir ke sungai atau
tampungan air lainnya, melainkan ada sebagian air infiltrasi yang tetap
tinggal dalam lapisan tanah bagian atas

! untuk kemudian diuapkan

kembali ke atmosfer melalui permukaan tanah
permukaan tajuk vegetasi

)

! dan melalui

!.

Dengan menelaah konsep daur hidrologi secara lebih luas, maka
pengertian istilah daur lalu dapat digunakan sebagai konsep kerja untuk
analisis dari berbagai permasalahan, misalnya dalam perencanaan dan
evaluasi pengelolaan DAS.
Gabungan evaporasi uap air hasil proses transpirasi dan intersepsi
dinamakan evapotranspirasi. Sedang air larian dan air infiltrasi akan mengalir
ke sungai sebagai debit aliran

(

! (Asdak, 2002:191).

16

95
Lahan menurut FAO diartikan sebagai suatu wilayah permukaan
bumi yang mempunyai sifat6sifat biosfer secara vertikal diatas maupun di
bawah wilayah tersebut termasuk atmosfer, tanah, geologi, geomorfologi,
hidrologi, vegetasi, dan binatang, serta hasil aktifitas manusia dimasa lampau
maupun masa sekarang dan perluasan sifat6sifatnya tersebut mempunyai
pengaruh terhadap penggunaan lahan oleh manusia disaat sekarang maupun
dimasa yang akan datang (Arsyad, 1989:207).
Lahan adalah suatu daerah di permukaan bumi dengan sifat6sifat
tertentu seperti iklim, struktur batuan, bentuk6bentuk lahan, proses
pembentukkan

lahan,

tanah,

air,

vegetasi

dan

penggunaan

(Mangunsukarjo dalam Purnomo, 2000:1). Penggunaan lahan (

lahan
)

diartikan sebagai setiap bentuk intervensi (campur tangan) manusia terhadap
lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik materil maupun
spiritual (Arsyad, 1989:207).
Penggunaan lahan merupakan elemen daerah aliran sungai (DAS)
yang sangat menentukan besar aliran dari curah hujan yang menyebabkan
banjir.

Kondisi

penggunaan

lahan

dalam

daerah

pengaliran

akan

mempengaruhi hidrograf sungainya. Daerah hutan yang ditutupi hutan lebat
sulit menghasilkan limpasan permukaan karena kemampuan infiltrasinya
sangat besar. Jika daerah hutan ini dijadikan kawasan pembangunan dan
dikosongkan terlebih dahulu dengan menebang hutan, maka kapasitas
infiltrasi akan turun disebabkan kemampatan tanah pada permukaan tanah.

17

Dengan demikian aliran hujan akan mudah terkumpul kehilir sungai6sungai
yang akhirnya dapat menyebabkan banjir yang tidak terjadi pada keadaan
sebelumnya (Liesnoor, 1995:25).
Penggunaan lahan menurut Arsyad, dapat dikelompokkan ke dalam
dua golongan besar yaitu penggunaan lahan pertanian dan penggunaan lahan
bukan pertanian. Penggunaan lahan pertanian dibedakan dalam garis besar
kedalam macam penggunaan lahan berdasarkan atas penyediaan air dan
komoditi yang diusahakan, dimanfaatkan atau yang terdapat di atas lahan
tersebut. Berdasarkan hal ini dikenal macam penggunaan lahan seperti
tegalan, sawah, perkebunan, padang rumput, hutan produksi, hutan lindung,
padang alang6alang, dan sebagainya. Sedangkan penggunaan lahan non
pertanian dapat dibedakan ke dalam penggunaan kota atau desa
(permukiman), industri, rekreasi, pertambangan dan sebagainya (Arsyad,
1989:207).
Badan Pusat Statistik menggolongkan penggunaan lahan yaitu:
sawah, pemukiman, tegalan, perkebunan, hutan dan lain6lain (BPS dalam
Sinukaban, 2005:2). Sedangkan penggolongan penggunaan lahan menurut
Mallingreau terdiri dari: tanah terbuka, semak, jalan aspal/jalan tanah/jalan
batu/jalan tegalan tanpa teras, tegalan dengan teras, sawah tadah hujan, kebun
campuran, belukar, sawah irigasi, permukiman, hutan, perkebunan.
Pengenalan penggunaan lahan dilakukan atas dasar penggolongan jenis
penggunaan lahan tertentu seperti uraian diatas, dalam hal ini digunakan
penggolongan penggunaan lahan dari Mallingreau terdiri dari 7 golongan,

18

yaitu: tanah terbuka, semak dan belukar, tegalan tanpa teras dan tegalan
dengan teras, sawah tadah hujan dan sawah irigasi, permukiman dan jalan
aspal/jalan tanah/jalan batu/jalan, hutan, perkebunan dan kebun campuran.
Memahami hubungan antara penggunaan lahan dan aliran air ke
daerah hilir memiliki arti yang sangat penting karena permintaan air bagi
produksi pertanian, industri dan kebutuhan domestik terus meningkat,
sementara suplai tetap. Dalam banyak kasus, kekhawatiran akan dampak
penggundulan hutan pada kualitas, kuantitas dan keteraturan aliran air dari
hulu, merupakan dasar diterapkannya aturan penggunaan lahan. Suatu aturan
penggunaan lahan seringkali mengakibatkan makin terbatasnya kesempatan
masyarakat hulu untuk hidup sesuai dengan cara yang mereka inginkan atau
anggap cocok.

5

8
Debit aliran adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang
melewati suatu penampang melintang sungai per satuan waktu. Dalam sistem
satuan SI besarnya debit dinyatakan dalam satuan meter kubik perdetik
(m³/dt). Dalam laporan6laporan teknis debit aliran biasanya ditunjukkan
dalam bentuk hidrograf aliran. Hidrograf aliran adalah suatu perilaku debit
sebagai respon adanya perubahan karakteristik perubahan biogeofisik yang
berlangsung dalam suatu DAS (oleh adanya kegiatan pengelolaan DAS) dan
atau adanya perubahan (fluktuasi musiman atau tahunan) iklim lokal (Asdak,
2002:191).

19

Debit sungai akan selalu berubah setiap saat sehingga untuk
mengkuantitatifkannya diperlukan angka tertentu. Angka debit sekian
m³/detik menunjukkan debit sesaat pada suatu pos pengukur debit. Angka
yang bervariasi tersebut dapat di sajikan secara grafik yang disebut
" Hidrograf adalah penyajian secara grafik variasi atau keragaman
debit menurut waktu. Dari hidrograf tersebut kita dapat mengetahui berapa
besar volume air yang melalui pos pengukur debit dalam satuan waktu
tertentu (Soemarto, 1999:52).
Debit tahunan adalah suatu angka yang menunjukkan rata6rata debit
suatu sungai dalam jangka waktu satu tahun dalam satuan (m³/dt). Nilai ini
diperoleh dari hasil bagi antara debit bulanan dalam waktu satu tahun di bagi
jumlah bulan dalam satu tahun. Faktor6faktor yang mempengaruhi fluktuasi
jumlah debit dalam satu tahun selama jangka waktu yang lama sangat
beragam. Diantaranya; curah hujan, perubahan tata guna lahan dan penutup
lahan di DAS yang bersangkutan, faktor fisik tanah dan batuan disekitar
sungai, banyaknya vegetasi penutup terutama hutan, bentuk dan kemiringan
DAS, panjang sungai, luasan DAS, serta yang tidak kalah penting adalah
faktor manusia dan aktivitasnya di DAS tersebut. Semuanya ini sangat
berpengaruh dalam ekosistem DAS.
Teknik pengukuran debit aliran langsung dilapangan pada dasarnya
dapat dilakukan melalui empat kategori (Gordon et al., 1992):

20

1) Pengukuran volume air sungai.
2) Pengukuran debit dengan cara mengukur kecepatan aliran dan menentukan
luas penampang melintang sungai.
3) Pengukuran debit dengan menggunakan bahan kimia (pewarna) yang
dialirkan dalam aliran sungai

(

(

!.

4) Pengukuran debit dengan membuat bangunan pengukur debit seperti
(aliran air lambat) atau "

(aliran air cepat).

Pengukuran debit yang umum dan paling banyak dipraktekkan pada
aliran sungai menggunakan kategori kedua, yaitu dengan bantuan (
atau sering dikenal sebagai pengukuran debit melalui pendekatan
)

( *

. Besarnya debit dihitung dengan menggunakan

persamaan :
Q

=

A.V

Keterangan
Q = Debit aliran
A =

Luas penampang melintang (m²)

V = Kecepatan aliran (m/dt)
Hal yang agak memerlukan perhatian adalah menentukan angka
kecepatan aliran sungai rata6rata. Lebar sungai, kedalaman, kemiringan dan
geseran

tepi

dan

dasar

sungai

adalah

faktor6faktor

yang

perlu

dipertimbangkan. Geseran tepi dan dasar sungai akan menurunkan kecepatan
aliran terbesar pada bagian tengah dan terkecil pada bagian dasar sungai
(Asdak, 2002:195).

21

$

5 $8&
Obyek penelitian berupa Daerah Aliran Sungai (DAS), dimana
kajian meliputi kondisi penggunaan lahan yang menjadi parameter fluktuasi
debit aliran sungai pada DAS Gung Hulu.

5 /

8

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:
1. Perubahan penggunaan lahan, yaitu penggunaan lahan tahun 1996 dan
tahun 2007. Pengelompokan unit6unit penggunaan lahan yang digunakan
disini adalah dari Mallingreau dan Rosalia yang terdiri dari; laut, danau,
tambak, sungai, irigasi, pertanian, hutan, perkebunan, semak, lahan kritis,
lahan

pantai,

singkapan

batuan,

lava

lahar,

gosong

pantai,

permukiman/kota,kampung/desa,bandara,jaringantransportasi/komunikasi,
rekreasi. Dalam penelitian ini lebih di persempit lagi menjadi tujuh jenis
penggunaan lahan, yaitu: hutan, kebun campuran, sawah, tegalan, tanah
kosong, semak/belukar dan permukiman. Untuk menentukan jenis6jenis
penggunaan lahan ditentukan dengan cara interpretasi citra melalui unsur6
unsur interpretasi citra. Penggunaan lahan didapat dengan cara interpretasi
dan digitasi citra Landsat TM 7, citra Quickbird serta peta Rupa Bumi
Indonesia.

21

22

2. Debit, dalam penelitian ini ditekankan pada nilai rasio debit maksimum
dan minimum dalam satu tahun (KRS). Dalam penelitian ini debit yang
dianalisis adalah debit selama 11 tahun, dari tahun 1996 sampai 2007.
3. Curah hujan, curah hujan yang dimaksud adalah rata6rata curah hujan
tahunan di empat stasiun hujan. Empat curah hujan tersebut yaitu:
Danawarih, Bojong, Bumijawa dan Kemaron. Dalam penelitian ini curah
hujan yang dianalisis adalah curah hujan selama 11 tahun.
4. Dampak, adalah akibat yang ditimbulkan dari suatu kegiatan atau
peristiwa. Dampak perubahan penggunaan lahan dalam penelitian ini
antara lain terhadap debit aliran sungai maupun faktor lain yang berkaitan
dengan ekosistem DAS.

95 -

!;

!

1. Data Primer
Data primer terdiri dari data penggunaan lahan diperoleh dari
interpretasi citra meliputi data macam6macam penggunaan lahan.
2. Data Sekunder
Data sekunder terdiri dari data debit maksimum dan minimum
tahunan dari catatan AWLR di Bendung Danawarih yang diperoleh dari
PSDA Pemali6Comal, data rata6rata curah hujan tahunan masing6masing
stasiun yang terdapat di DAS Gung dari DPU Kabupaten Tegal bagian
hidrologi, data fisik DAS, meliputi; bentuk DAS, luasan (Km²) dan
panjang sungai utama dari PSDA Jawa Tengah bagian Hidrologi. Juga

23

data penduduk di DAS Gung Hulu dari BPS, peta rupa bumi Indonesia,
meliputi lembar; Bumijawa, Sirampog, Balapulang dan Lebaksiu skala 1 :
25.000 dari outlet Bakosurtanal serta citra satelit dari LAPAN.

5

"
Dalam

memperoleh

informasi

untuk

mengorientasi

dan

menganalisis data, penelitian ini memakai tiga jenis metode, yaitu:
1. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data sekunder
yang berupa catatan resmi dari suatu instansi6instansi tertentu yang
dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu: BPS untuk mencari data
kependudukan dan administrasi wilayah, BAPPEDA untuk izin penelitian,
DPU Bagian Pengairan untuk mencari data curah hujan, PSDA untuk
mencari data debit maksimum dan minimum tahun 1996 – 2007. Peta rupa
bumi Indonesia lembar Bumijawa, Sirampog, Balapulang dan Lebaksiu
tahun 2001 skala 1 : 25.000 digunakan sebagai acuan dalam penentuan
lokasi obyek dan pembuatan peta penggunaan lahan, Citra Landsat TM 7
tahun 1996 dan Quickbird tahun 2007 digunakan untuk pembuatan peta
perubahan penggunaan lahan.
2. Metode Observasi
Dalam penelitian ini metode observasi yang digunakan adalah
observasi tidak langsung. Observasi adalah cara dan teknik pengumpulan
data dengan melakukan pencatatan secara sistematis terhadap gejala atau

24

fenomena yang ada pada objek penelitian. Sedangkan observasi tidak
langsung

adalah

pengamatan

yang

dilakukan

tidak

pada

saat

berlangsungnya peristiwa yang akan diselidiki atau obyek yang diteliti
(Tika, 2005:45). Waktu observasi dalam penelitian ini, awal tahun 2009
dengan kajian selama 11 tahun, antara tahun 1996 sampai dengan tahun
2007. Semua data diperoleh melalui kajian pustaka, pengamatan langsung
di lapangan, data dari instansi terkait dan tidak dilakukan eksperimen
secara langsung.
3.

Metode Wawancara
Wawancara (interview) adalah salah satu bentuk komunikasi
antara dua orang atau lebih. Wawancara merupakan metode pengumpulan
data dengan cara tanya jawab yang dikerjakan dengan sistematis dan
berlandaskan pada tujuan penelitian pada umumnya. Informasi tentang
dampak perubahan penggunaan lahan terhadap debit juga diperoleh
dengan metode ini. Informan atau narasumber diambil dari orang6orang
yang berkaitan langsung dengan keberadaan DAS Gung Hulu, baik dari
instansi pemerintah maupun dari penduduk sekitar.

5

"
Alat yang digunakan untuk pengumpulan data:
1. Seperangkat alat komputer dan perangkat lunak SIG untuk pengolahan,
manipulasi, tumpangsusun, klasifikasi, analisis serta penampilan data dan
informasi. Berupa

"

ER Mapper 7.0 dan Arc View 3.3.

25

2. Alat tulis dan gambar
3. Kamera untuk keperluan dokumentasi.
Bahan yang digunakan untuk pengumpulan data meliputi:
1. Data rekaman hujan daerah penelitian tahun 1996 – 2007.
2. Data rekaman debit maksimum dan minimum Sungai Gung tahun 1996 –
2007.
3. Citra Landsat TM 7 tahun 1996 dan Citra Quickbird tahun 2007.
4. Peta rupa bumi Indonesia lembar Bumijawa, Sirampog, Balapulang dan
Lebaksiu skala 1 : 25.000.

.5

!!
1. Analisis SIG
Analis SIG dalam penelitian ini menggunakan teknik )
peta yang di )

, jenis

adalah peta penggunaan lahan tahun 1996 dan peta

penggunaan lahan tahun 2007 yang kemudian diperoleh peta perubahan
penggunaan lahan.
Langkah awal dalam pembuatan peta adalah persiapkan peta yang
diperlukan yaitu peta penggunaan lahan tahun 1996 dan tahun 2007 yang
didapat dari citra Landsat TM 7 tahun 1996 dan citra Quickbird tahun
2007, setelah peta yang diperlukan siap kemudian panggil program
ArcView dengan cara pilih

, buat

baru, kemudian

masukkan koordinat peta yang akan didigitasi, langkah berikutnya adalah
melakukan digitasi. Setelah langkah digitasi selesai selanjutnya peta

26

penggunaan lahan tahun 1996 dan tahun 2007 tersebut di )
dari )

, hasil

digunakan untuk memperoleh data perubahan penggunaan

lahan yang terjadi antara tahun 1996 sampai tahun 2007.
2. Analisis Rasio Debit
Kondisi DAS dapat dievaluasi secara makro dengan nisbah debit
maksimum6minimum (Qmax/Qmin) atau yang lebih dikenal dengan Rasio
Debit. Rasio debit merupakan perbandingan antara debit maksimum dan
minimum (KRS). DAS dengan kondisi baik bila rasio debitnya kecil,
artinya rasio antara debit di musim hujan dengan di musim kemarau kecil.
Tabel 3.1. Klasifikasi Nilai KRS
!
No
1
< 50
Baik
1
2
50 – 120
Sedang
3
3
> 120
Jelek
5
Sumber: Pedoman Monitoring dan Evaluasi DAS Dephut, 2009
Apabila rasio debit DAS besar, bisa dikatakan DAS tersebut kritis.
DAS dikatakan baik bila nilai KRS (Koefisien Regim Sungai) kurang dari
50, antara 50 sampai 120 DAS dalam keadaan kritis, lebih dari 120 DAS
tergolong sangat kritis. Hal ini disebabakan pada saat musim hujan, air
hujan yang jatuh ke bumi sedikit sekali yang masuk ke tanah atau
terinfiltrasi, langsung menjadi aliran air permukaan, sehingga cadangan air
tanah berkurang dan debit sungai menjadi besar. Sebaliknya, pada saat
musim kemarau, debit sungai kecil. Karena sedikit sekali air yang

27

mengalir melalui tubuh sungai baik dari hujan, mata air maupun limpasan
dari air tanah.
3. Analisis Deskriptif
Analisis data secara deskriptif penting untuk menjelaskan data
yang bersifat kualitatif, baik dalam bidang Geografi Sosial maupun
Geografi Fisik. Penggambaran tentang suatu dampak alih fungsi lahan
dimaksudkan untuk mengetahui implikasi perubahan penggunaan lahan di
DAS Gung Hulu terhadap jumlah debit sungai, fluktuasi debit, rasio debit
tiap tahun, maupun dampak sosialnya.

5

;
1. Langkah Pertama
a. Studi

kepustakaan

tentang

literatur6literatur,

buku6buku,

surat

kabar/majalah/buletin serta dari jurnal dan internet yang ada kaitannya
dengan obyek dan daerah penelitian.
b. Menyiapkan surat6surat perijinan untuk penelitian.
c. Menyiapkan data acu