Pengaruh Perubahan Tutupan Lahan Terhadap Debit Di Das Ciliwung Hulu.

PENGARUH PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN TERHADAP
DEBIT SUNGAI DI DAERAH ALIRAN SUNGAI
CILIWUNG HULU

RIZKI TAUFIK HERMANSYAH

DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Perubahan
Tutupan Lahan Terhadap Debit di Daerah Aliran Sungai Ciliwung Hulu adalah
benar karya saya dengan arahan dari Komisi Pembimbing dan belum pernah
diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2016

Rizki Taufik Hermanysah
NIM G24110051

ABSTRAK
RIZKI TAUFIK HERMANYSAH. Pengaruh Perubahan Tutupan Lahan Terhadap
Debit di DAS Ciliwung Hulu. Dibimbing oleh BAMBANG DWI DASANTO.
Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung Hulu merupakan salah satu DAS yang
sudah kritis sejak tahun 1984. Selama tiga sampai empat dasawarsa terakhir alih
fungsi lahan di DAS Ciliwung Hulu terus meningkat, terutama hutan dan lahan
terbangun. Alih fungsi lahan tersebut memiliki dampak yang cukup besar terhadap
fungsi hidrologis di DAS Ciliwung Hulu. Hal ini dapat dilihat dengan semakin
meningkatnya frekuensi kejadian ekstrim seperti banjir tahunan atau sepuluh
tahunan di DAS Ciliwung khususnya di wilayah hilir. Tujuan dari penelitian ini
untuk menganalisis pengaruh perubahan curah hujan dan tutupan lahan terhadap
debit rata-rata di DAS Ciliwung Hulu dan menentukan pengaruh yang paling
dominan terhadap perubahan debit rata-rata di DAS Ciliwung Hulu. Hasil dari

penelitian, menunjukan bahwa debit aliran mengalami peningkatan sebesar 1.5 m3s1
peningkatan tersebut diakibatkan oleh terjadinya perubahan tutupan/penggunaan
lahan. Hasil uji statistik menunjukan curah hujan rata-rata tidak cukup bukti (pvalue, 0.331) memberikan pengaruh terhadap perubahan debit rata-rata di DAS
Ciliwung Hulu. Sedangkan perubahan tutupan lahan cukup bukti (p-value, 0.006)
memberikan pengaruh terhadap perubahan debit rata-rata di DAS Ciliwung Hulu
dengan taraf nyata 0.05. Sehingga faktor dominan yang memiliki pengaruh
terhadap perubahan debit yaitu efek dari perubahan tutupan lahan di DAS Ciliwung
Hulu.
Kata kunci: Ciliwung Hulu, DAS, Debit.

ABSTRACT
RIZKI TAUFIK HERMANYSAH. Effect of Land Cover Change on River
Discharge in The Upper Ciliwung Watershed. Supervised by BAMBANG DWI
DASANTO
Upper Ciliwung watershed is one of the watersheds that has been in critical
condition since 1984. Over the past three to four decades, land use change in Upper
Ciliwung Watershed has been continuously increasing, especially on forests and
built area. Land use change has a considerable impact on the hydrological function
of the Upper Ciliwung Watershed. This matter can be seen on the increasing of
extreme events frequency such as annual or decadal floods in Ciliwung, especially

in the downstream area. The purpose of this study is to analyze the effect of changes
in precipitation and land use towards average discharge change that occurs in Upper
Ciliwung watershed and to determine which factor has the most influence in
changing the average discharge in Upper Ciliwung watershed. This study showed
that the flow rate was increased by 1.5 m3s-1 which was resulted from land use
change. Statistical test result showed that average rainfall change was not enough
evidence (p-value, 0331) to give an effect in changing the average discharge in
Upper Ciliwung watershed. While land use changes was an enough evidence (pvalue, 0.006) to give an effect in changing the average discharge in Upper Ciliwung
Watershed with significant level of 0.05. Therefore, the dominant factor that
influence the changes in discharge is effects of land use change in Upper Ciliwung
Watershed.
Keyword: Discharge, Upper Ciliwung, Watershed

PENGARUH PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN TERHADAP
DEBIT SUNGAI DI DAERAH ALIRAN SUNGAI
CILIWUNG HULU

RIZKI TAUFIK HERMANSYAH

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Mayor Meteorologi Terapan

DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2015 ini ialah
daerah aliran sungai, dengan judul Pengaruh Perubahan Tutupan Lahan Terhadap
Debit Sungai di DAS Ciliwung Hulu.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak
terhingga kepada orang tua dan keluarga penulis, yakni Ibu Aan Karwati dan Bapak
Atek Hermansyah serta adik tercinta Nadila Putri Hermanysah atas segala do’a dan

segala dukungan yang telah diberikan. Selain itu, penulis juga mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Dr Bambang Dwi Dasanto, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan arahan, bimbingan saran dan motivasi dalam menyelesaikan karya
ilmiah ini.
2. Sonni Setiawan M.Si selaku pembimbing akademik penulis selama melakukan
studi di Departeman GFM.
3. Keluarga besar penulis kakek, nenek, paman, bibi, kakak, adik yang tidak bisa
ditulis satu persatu namanya yang telah memberikan dorongan moral dan moril
selama penulis melaksanakan perkuliahan.
4. Dosen, staf dan seluruh civitas akademik Departemen Geofisikan dan
Meteorologi yang telah memeberikan ilmu dan bantuan kepada penulis.
5. Keluarga sekaligus sahabat di GFM, Udin, Okta, Pacul, Doyok, Goler, Jali,
Bleki, Hede, dion, pradit dan yudi.
6. Sahabat dan teman main penulis, Siska, Tika, Dian, Aul, Zulva, Ocem, Angga,
Alam, Agus, Ceppy, Nzum, Nurdin dan yang lainnya yang tidak bisa di sebut
satu persatu.
7. Pihak yang telah membantu secara langsung penelitian dan penulisan, Haqi,
Ikrom, Peppi, Kupang dan yang lainnya.
8. Semua yang telah membantu saya dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini

yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Januari 2016
Rizki Taufik Hermansyah

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
ABSTRAK

vi
vi
vii
iii

PENDAHULUAN

1


Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2

Hipotesis

2

Manfaat Penelitian

2

TINJAUAN PUSTAKA

2


Kondisi Umum DAS Ciliwung Hulu

2

Limpasan Permukaan

3

Debit Sungai

3

Curah Hujan

3

Perubahan Penggunaan Lahan

4


Koefisien Runoff

4

METODE

5

Bahan

5

Alat

5

Prosedur Analisis Data

5


Perhitungan Koefisien Runoff

6

Analisis Hujan Wilayah

7

Uji Statistik

8

HASIL DAN PEMBAHASAN

11

Deskripsi DAS Ciliwung Hulu

11


Perubahan Tutupan Lahan

12

Analisis Data Hidrometeorologi

14

Uji Statistik Periode-1 dan Periode-2

15

SIMPULAN DAN SARAN

16

Simpulan

16

Saran

16

DAFTAR PUSTAKA

17

LAMPIRAN

19

RIWAYAT HIDUP

25

DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.
5.

Jenis data dan sumber data yang digunakan pada penelitian
Nilai C berdasarkan tutupan lahan
Luas Tutupan Lahan di DAS Ciliwung Hulu
Nilai koefisien (C) dari tiap tutupan lahan di DAS Ciliwung Hulu
Uji-t dan uji-z

5
7
13
13
15

DAFTAR GAMBAR
1. Poligon Thiessen DAS Ciliwung Hulu
2. Pola curah hujan (P) dan debit (Q) DAS Ciliwung Hulu
3. Perubahan Tutupan Lahan di DAS Ciliwung Hulu
4. Curah hujan (P) tahunan DAS Ciliwung Hulu
5. Debit (Q) rata-rata tahunan DAS Ciliwung Hulu

8
11
12
14
14

DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Peta Tutupan Lahan Tahun 1983
Peta Tutupan Lahan Tahun 1991
Peta Tutupan Lahan Tahun 1992
Peta Tutupan Lahan Tahun 2004
Peta Tutupan Lahan Tahun 2005
Peta Tutupan Lahan Tahun 2009
Peta Tutupan Lahan Tahun 2013
Data Curah Hujan Bulanan
Data Debit Rata-rata Bulanan

19
19
20
20
21
21
22
23
24

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan suatu kesatuan sistem hidrologi
yang memiliki peranan penting sebagai sistem dan penyangga kehidupan. Oleh
karena itu kajian terhadap DAS merupakan kajian yang sangat penting dilakukan
sehingga DAS dapat dikelola dengan baik dan berfungsi sebagaimana mestinya.
DAS secara umum didefinisikan sebagai suatu wilayah daratan yang merupakan
satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung,
menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke
laut secara alami, dengan batas darat sebagai pemisah topografis dan batas laut
sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruhi aktivitas daratan (PPRI
2012). DAS menurut Dephut (2013) secara fisiografi (geomorfologi), dibagi
kedalam tiga kelas yaitu bagian hulu, tengah dan hilir. Secara fungsi bagian hulu
berfungsi sebagai daerah resapan air (produksi), bagian tengah berfungsi sebagai
transport (pengangkut) material dan bagian hilir berfungsi sebagai tempat deposit
(pengendapan).
DAS Ciliwung berdasarkan Surat Keputusan bersama Menteri Dalam Negeri,
Menteri Kehutanan dan Menteri Pekerjaan Umum No: 19 tahun 1984 – No:
059/Kpts-11/1984 tanggal 4 April 1984 tentang penanganan konservasi tanah
dalam rangka pengamanan DAS prioritas, termasuk kedalam 20 DAS super
prioritas di Indonesia yang artinya DAS Ciliwung keadaanya sudah cukup kritis
(rusak) sejak tahun 1980-an. Menurut Pawitan (2002) peningkatan kawasan
pemukiman antara tahun 1981-1999 meningkat pesat sebesar 100%. Alih fungsi
lahan tersebut berkaitan erat dengan perubahan selisih antara debit minimum dan
maksimum (Lisnawati dan Wibowo 2010). Dampak yang ditimbulkan secara nyata
adalah meningkatnya kejadian ekstrim, seperti banjir dan kekeringan. Pada periode
tahun tersebut, peningkatan debit banjir di Katulampa meningkat sebesar 68% dan
volume banjir sebesar 59% dari kondisi tahun 1981-1999 (Pawitan 2002). Selain
peningkatan kawasan pemukiman, penurunan luas hutan di DAS Ciliwung Hulu
sangat tinggi sehingga dapat meningkatkan debit aliran (Bosch dan Hewlett 1982).
Namun selain dari perubahan tersebut, masih ada faktor lain yang dapat
mempengaruhi debit aliran. Seperti penelitian yang telah dilakukan oleh Bruijnzeel
(1990), dalam DAS skala kecil (< 1 km2) perubahan tutupan lahan menjadi
penyebab utama terjadinya perubahan atau peningkatan rata-rata debit tahunan
dalam suatu DAS. Sementara itu, dalam DAS skala besar (> 100 km2) hubungan
tersebut tidak selalu menunjukan respon yang sama. Namun, ini tidak menutup
kemungkinan bahwa dalam DAS skala besar perubahan tutupan/penggunaan lahan
menjadi faktor utama dalam perubahan rata-rata debit tahunan dalam suatu DAS.
Seperti penelitian yang dilakukan oleh Costa (2003) di sungai Tocantins (Amazone
Tengah); secara statistik, perubahan debit di wilayah itu lebih di pengaruhi oleh
perubahan/penggunaan lahan daripada perubahan curah hujan.
Seiring meningkatnya kejadian ekstrim (banjir) dalam tiga dasawarsa terakhir
(1983-2013) yang terjadi di DAS Ciliwung, maka penelitian ini bertujuan untuk
melihat apakah kejadian ekstrim tersebut disebabkan oleh perubahan

2
tutupan/penggunaan lahan atau perubahan iklim, termasuk dalam hal ini adalah
perubahan curah hujan rata-rata yang terjadi di wilayah DAS Ciliwung Hulu.
Tujuan Penelitian
1.

Menganalisis pengaruh perubahan curah hujan dan tutupan lahan terhadap
debit rata-rata di DAS Ciliwung Hulu.
Menentukan pengaruh yang paling dominan terhadap perubahan debit ratarata di DAS Ciliwung Hulu.

2.

Hipotesis


H0 : kedua periode hujan memberikan pengaruh yang sama terhadap
perubahan debit di DAS Ciliwung Hulu (u1 = u2)
 H1 : kedua periode hujan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap
debit di DAS Ciliwung Hulu (u1 ≠ u2)
 H0 : kedua periode perubahan lahan memberikan pengaruh yang sama
terhadap perubahan debit di DAS Ciliwung Hulu (u1 = u2)
 H1 : kedua periode perubahan lahan memberikan pengaruh yang berbeda
terhadap debit di Ciliwung Hulu (u1 ≠ u2)
Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan informasi, faktor manakah yang lebih
besar pengaruhnya terhadap perubahan debit aliran pada suatu DAS, sehingga
informasi ini dapat dijadikan pertimbangan dalam perencanaan konservasi DAS
Ciliwung Hulu.

TINJAUAN PUSTAKA
Kondisi Umum DAS Ciliwung Hulu
Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung Hulu berada di wilayah admisistrasi
Kabupaten Bogor dan Kota Bogor. DAS Ciliwung Hulu tepatnya berada di wilayah
Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango (TNGP). Secara geografis letaknya
berada pada 106046’00’’ BT – 107000’00’’ BT dan 6037’50’’LS – 6046’00’’ LS.
Luas wilayah DAS Ciliwung Hulu menurut BPDAS Ciliwung-Cisadane, memiliki
luas 14.876 Ha dan terbagi ke dalam empat Sub DAS, yaitu : Sub DAS Ciesek, Sub
DAS Hulu Ciliwung, Sub DAS Cibogo Cisarua, dan Sub DAS Ciseureupan
Cisukabirus.
Kondisi iklim pada wilayah kajian berdasarkan klasifikasi Oldeman
termasuk ke dalam tipe-B dengan jumlah bulan basah (>200 mm) berturut-turut 79 bulan dengan tidak mengalami musim kering. Curah hujan tahun berkisar antara
2294-4082 mm/tahun.

3
Limpasan Permukaan
Limpasan permukaan adalah aliran air yang mengalir di permukaan baik
dalam bentuk kanal atau anak sungai yang pada akhirnya terkumpul/mengalir di
sungai utama (Ward 1967). Sementara menurut Windarto et al (2008) limpasan
permukaan dapat diartikan sebagai air yang dalam perjalanannya menuju lokasi
tertentu yang selalu berada diatas permukaan tanah. Aliran permukaan relatif
pendek sehingga mengakibatkan aliran permukaan cepat mencapai kanal/sungai di
wilayah DAS. Aliran permukaan jika terjadi dalam jumlah yang banyak, dapat
menjadi faktor penting sebagai penentu debit sungai. Satuan dari limpasan
permukaan adalah volume per satuan waktu, atau di Indonesia biasanya ditulis
dalam m3/detik.
Limpasan dalam siklus hidrologi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain (Sosrodarsono dan Takeda 1993):
1. Faktor iklim
a) Presipitasi: jenis, intensitas, durasi, distribusi waktu, frekuensi, arah
pergerakan curah hujan, curah hujan terdahulu dan kelembaban tanah.
b) Evaporasi: suhu, radiasi matahari, kelembaban udara, angin, tekanan udara,
kandungan bahan-bahan yang dapat mencair, keadaan dan sifat-sifat
evaporasi permukaan.
2. Karakteristik DAS
a) Faktor geometri: ukuran, bentuk, elevasi DAS dan kerapatan drainase.
b) Faktor fisik: tataguna lahan, infiltrasi, jenis tanah, kondisi geologi, kapasitas
air tanah dan topografi.
Debit Sungai
Debit sungai merupakan volume aliran pada suatu sungai pada periode
waktu tertentu. Debit sungai memiliki nilai yang fluktuaktif atau selalu terjadi
perubahan dalam setiap waktu yang diakibatkan oleh perubahan penggunaan lahan
(Pawitan 1999). Debit maksimum diartikan sebagai aliran terbesar, sedangkan debit
minimum diartikan sebagai aliran terkecil dalam suatu periode tertentu.
Pengamatan debit sungai dalam jangka waktu yang panjang dapat
memberikan manfaat yang besar sebagai pengendalian sungai, peramalan banjir,
pengendalian banjir dengan bendung, pemanfaatan air (Pertanian, industri atau
rumah tangga), dan penentuan kapasitas bendung (Sosrodarsono dan Takeda 1993).
Curah Hujan
Presipitasi atau sering lebih dikenal sebagai hujan merupakan proses
turunnya atau jatuhnya uap air yang berada di atmosfer ke permukaan bumi. Proses
ini dapat terjadi akibat dari akumulasi uap air di atmosfer sehingga atmosfer
menjadi jenuh. Presipitasi secara umum biasanya dinyatakan dalam satuan
millimeter (mm). Presipitasi dapat dinyatakan dalam bentuk derajat curah hujan
atau biasa dikenal dengan intensitas hujan. Intensitas hujan merupakan jumlah
curah hujan per satuan waktu.

4
Curah hujan memiliki hubungan dengan limpasan, yang menunjukan
semakin tinggi curah hujan maka limpasan juga akan meningkat. Menurut Seyhan
(1990) ada empat tipe peningkatan limpasan yang disebabkan oleh curah hujan,
yaitu :
1. Idlt
: pengisian kembali air tanah
Keterangan :
I
: intensitas curah hujan
P
: curah hujan
fc
: kapasitas infiltrasi
dlt
: defisiensi lengas tanah
Perubahan Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan adalah bentuk intervensi manusia terhadap lahan untuk
memenuhi kebutuhan hidup baik material ataupun spiritual (Arsyad 2010). Menurut
Martin (1993), perubahan penggunaan lahan adalah bertambahnya suatu
penggunaan lahan dari satu sisi penggunaan ke penggunaan lain dalam suatu waktu
tertentu. Perubahan penggunaan lahan memiliki dampak yang begitu besar bagi
lingkungan. Menurut Seyhan (1990) perubahan lahan tidak akan menimbulkan
masalah yang serius sepanjang mengikuti keadaan konservasi tanah dan air serta
kelas kemampuan lahan. Pada aspek hidrolika, perubahan penggunaan lahan dapat
berpengaruh langsung terhadap karakteristik penutupan lahan sehingga dapat
mempengaruhi sistem tata air DAS. Perubahan penggunaan lahan dapat
mengakibatkan perubahan pada respon hidrologi DAS seperti produksi air, erosi
dan sedimen.
Hutan dalam hidrologi memiliki pengaruh yang sangat besar. Fungsi hutan
jika terganggu walau hanya dalam skala yang kecil dapat berdampak besar pada
fungsi hidrologi. Menurut Calder (1998) ada enam aspek pengaruh hutan terhadap
fungsi hidrologi, yaitu: hutan dapat meningkatkan curah hujan, hutan meningkatkan
aliran sungai, hutan mengatur fluktuasi aliran sungai, hutan mengurangi erosi, hutan
mengurangi banjir dan hutan meningkatkan mutu pasokan air.
Koefisien Runoff
Koefisien runoff merupakan estimasi nilai koefisien limpasan yang dapat
didekati dari kondisi dan komposisi kerapatan vegetasi dan tutupan permukaan
kedap air dalam suatu DAS. Pada lahan terbangun aliran permukaan akan maksimal
karena aliran permukaan seluruhnya teralirkan (tidak ada infiltrasi dan intersepsi).
Sementara pada tutupan bervegetasi yang rapat, aliran permukaan yang dihasilkan

5
akan lebih sedikit karena adanya tajuk yang berperan dalam intersepsi dan tingginya
infiltrasi akibat tingginya kapasitas penyerapan serasah (Wibowo 2008).

METODE
Bahan
Data dan sumber data yang digunakan untuk mendukung penelitian ini adalah:
Tabel 1 Jenis data dan sumber data yang digunakan pada penelitian
No

Jenis data

Sumber data

1

Peta penggunaan lahan DAS Ciliwung
Hulu, skala 1:50,000 tahun 1983 dan 1992

Bappeda Kab. Bogor

2

Citra Landsa 5 dan 7 path/row 122/65
tahun 1991, 2004, 2005, 2009 dan 2013

http://glovis.usgs.gov

3

Data debit sungai harian Stasiun Bendung
Katulampa tahun 1983 dan 2013

Balai Besar Wilayah
Sungai Ciliwung-Cisadane

4

Data curah hujan bulanan tahun 1983-2013 Balai Besar Wilayah
Sungai Ciliwung-Cisadane

Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat komputer
dengan software Microsoft Office (word dan excel), Arc GIS 10.1, ErMapper,
GrADS dan MiniTab.

Prosedur Analisis Data
Penelitian dilakukan dengan menggunakan data historis dari debit, curah
hujan, dan peta penggunaan lahan. Data yang digunakan adalah data tahun 19832013. Data 31 tahun tersebut, dibagi menjadi dua periode masing-masing selama
10 tahun yaitu Periode-1 (1983-1992) dan Periode-2 (2004-2013). Data koefisien
runoff didekati dengan menggunakan data penggunaan lahan tahun 1983, 1991,
1992, 2004, 2005, 2009 dan 2013. Data curah hujan menggunakan data hasil
pengukuran dari stasiun Katulampa, Gadog, Citeko, Cilember dan Gn. Mas. Data
debit menggunakan data hasil pengukuran di stasiun Katulampa tahun 1983-2013.

6
Perhitungan Koefisien Runoff
Nilai Koefisien Runoff (C) didapatkan dari penurunan peta penggunaan
lahan. Langkah dalam menghitung nilai C, yaitu:
1) Membuat Peta Penggunaan Lahan
Peta penggunaan lahan dibuat dengan cara melakukan klasifikasi penggunaan
lahan dari data citra Landsat 5 dan 7. Klasifikasi yang dilakukan pada penelitian ini
adalah klasifikasi tidak terbimbing (unsupervised classification). Data yang
digunakan pada penelitian yaitu tahun 1983, 1991, 1992, 2004, 2005, 2009 dan
2013.
Langkah Kerja:
Lakukan penggabungan
komposit band 542 pada
softeware Er Mapper

Cropping wilayah kajian
(DAS Ciluwung Hulu)

Lakukan klasifikasi tidak
terbimbing
(unsupertvised
classification)

Klasifikasi menurut
keadaan sebenarnya
(referensi)

Buka software ArcGIS,
lakukan reclass

Lakukan Classdisplay
pada wilayah kajian
tersebut

Hitung luas dari tiap
penggunaan lahan dari
atribut tabel

Buat Layout

Menghitung Nilai koefisien runoff (C) rata-rata DAS
Hasil dari klasifikasi yang dilakukan, jenis penggunaan lahan dibagi menjadi
empat kategori, yaitu: hutan skunder, ladang/tegalan, kebun campuran dan lahan
terbangun. Untuk menghitung nilai C rata-rata digunakan rumus:

2)



∑�
�=

� ��
� = ∑� �

�=

Dimana :
Ai
= Luas penggunaan/tutupan lahan ke-i (ha),
Ci
= Koefisien limpasan untuk penggunaan/tutupan lahan ke-i,
n
= Jumlah jenis penggunaan/tutupan lahan.

(1)

7
Nilai C dari tiap tutupan lahan diperoleh dari tabel berikut:
Tabel 2 Nilai C berdasarkan tutupan lahan
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Penggunaan/tutupan Lahan
Hutan Primer
Hutan Sekunder
Kebun Campuran
Ladang/Tegalan
Perkebunan
Semak Belukar
Sawah
Jalan Aspalt
Lahan Terbuka
Pemukiman

Nilai C
0.01
0.05
0.5
0.5
0.5
0.3
0.2
0.7
0.95
0.9

Sumber : Dune & Leopold, 1978; Mukhoriyah dan Bambang Trisakti, 2014

Analisis Hujan Wilayah
Analisis hujan wilayah dilakukan karena kejadian hujan pada setiap wilayah
sangat bervariasi. Untuk wilayah yang luas, satu alat penakar hujan tidak cukup
untuk menggambarkan curah hujan wilayah tersebut. Curah hujan wilayah dapat
dihitung dengan menggunakan beberapa macam metode. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode poligon Thiessen. Data yang digunakan yaitu
curah hujan bulanan dari tahun 1983-2013. Stasiun pengukuran hujan yang
digunakan adalah stasiun Katulampa (2.39%), Gadog (16.91%), Citeko (22.71%),
Cilember (26.52%) dan Gunung Mas (31.47%).

8

Gambar 1 Poligon Thiessen DAS Ciliwung Hulu


�̅ =


R1, R2, R3 dan Rn

Ri
i
A1, A2, A3 dan An
A

+�

+⋯+�� �
� +� +⋯+��

=

∑�
�= �� �


(2)

= nilai kedalaman / jeluk rata-rata curah hujan (mm)
= nilai jeluk curah hujan stasiun 1,2,3 hingga ke n
(mm)
= nilai jeluk curah hujan stasiun ke- i (mm)
= 1,2, 3,.... n
= luas area poligon 1, 2, 3 hingga ke n
= total luas area tangkapan air
Uji Statistik

Uji statistik yang digunakan adalah uji-t dan uji-z. Tujuan uji statistik yaitu
untuk melihat perubahan antara periode-1 dan periode-2 dari ketiga data yang telah
diolah. Uji-t dan uji-z sebagai alat analisis data harus memiliki beberapa syarat.
Persyaratan tersebut, antara lain (Siregar 2014):
1. Data diasumsikan berdistribusi normal
2. Bila permasalahan lebih dari satu variabel, maka variabel terikat
(dependent) datanya harus bersifat interval atau rasio. Sedangkan untuk
variabel bebas (independent) datanya harus berbentuk nominal atau
ordinal. Data harus independen satu sama lain.
3. Uji-t digunakan untuk data dengan jumlah sampel n < 30, sementara
uji-z jumlah sampel n > 30
4. Data berjenis probability sampling
5. Data berjenis interval atau rasio

9

Prosedur Uji-t
1. Membuat hipotesis (H0 dan H1) dalam uraian kalimat
H0
: Pernyataan atau dugaan yang menyatakan nilai paling rendah atau
sama dengan dari suatu objek penelitian.
H1
: Pernyataan atau dugaan yang menyatakan nilai paling tinggi atau
maksimum dari suatu objek penelitian
2. Membuat hipotesis (H0 dan H1) model statistik
H0
:�= �
H1
:�≠ �

= nilai dugaan

= objek penelitian
3. Menentukan risiko kesalahan � (selang kepercayaan/taraf signifikan)
4. Kaidah pengujian
Jika :−
� �,�− = ℎ� �� , maka H0 diterima
Jika : −
� �,�− ≠ ℎ� �� , maka H0 ditolak
5. Menghitung ℎ� �� dan

 Menghitung nilai rata-rata pengamatan
∑�
(3)
�̅ = �

�� = hasil pengamatan
� = jumlah pengamatan
 Menentukan nilai standar deviasi sampel
∑ �� −�̅

=√

�−

s = standar deviasi
�̅ = rata-rata pengamatan
 Menghitung nilai ℎ� ��
ℎ�

��

=

�̅ −�

/√ �

(4)

(5)

 Menentukan nilai

Nilai
didapatkan
dari tabel distribusi –t dengan ketentuan:

�� = 1 − �. Sehingga, nilai
� �,
6. Membandingkan ℎ� �� dan

7. Tujuan dari membandingkan antara ℎ� �� dan
� adalah untuk
mengetahui hipotesis mana yang akan diterima berdasarkan kaidah
pengujian
8. Mengambil keputusan
Menerima atau menolak H0
Prosedur Uji-z
1. Membuat hipotesis (H0 dan H1) dalam uraian kalimat
H0
: Pernyataan atau dugaan yang menyatakan nilai paling rendah atau
sama dengan dari suatu objek penelitian.
H1
: Pernyataan atau dugaan yang menyatakan nilai paling tinggi atau
maksimum dari suatu objek penelitian

10
2. Membuat hipotesis (H0 dan H1) model statistic
H0
:�= �
H1
:�≠ �

= nilai dugaan

= objek penelitian
3. Menentukan risiko kesalahan � (selang kepercayaan/taraf signifikan)
4. Kaidah pengujian
Jika : −�
� �,�− = �ℎ� �� , maka H0 diterima
Jika : −�
� �,�− ≠ �ℎ� �� , maka H0 ditolak
5. Menghitung �ℎ� �� dan �

 Menghitung nilai rata-rata pengamatan
∑�
�̅ = �
(6)

�� = hasil pengamatan
� = jumlah pengamatan
 Menentukan nilai standar deviasi sampel
∑ �� −�̅
�−

�=√

s = standar deviasi
�̅ = rata-rata pengamatan
 Menghitung nilai ℎ� ��
z

n

=

̅ −μ
X

/√ n

(7)

(8)

 Menentukan nilai �

Nilai �
� didapatkan dari tabel distribusi normal dengan cara
1 − � = � Kemudian nilai � dicari pada tabel distribusi normal.
6. Membandingkan �ℎ� �� dan �

Tujuan dari membandingkan antara �ℎ� �� dan �
� adalah untuk
mengetahui hipotesis mana yang akan diterima berdasarkan kaidah
pengujian
7. Mengambil keputusan
Menerima atau menolak H0

11

HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi DAS Ciliwung Hulu
Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung Hulu berada di wilayah admisistrasi
Kabupaten Bogor dan Kota Bogor. DAS Ciliwung Hulu tepatnya berada di wilayah
Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango (TNGP). Secara geografis letaknya
berada pada 106046’00’’ BT – 107000’00’’ BT dan 6037’50’’LS – 6046’00’’ LS.
Luas DAS Ciliwung Hulu menurut BPDAS Ciliwung-Cisadane adalah sekitar
14.876 Ha (±148 km2) dan terbagi ke dalam empat Sub DAS, yaitu : Sub DAS
Ciesek, Sub DAS Hulu Ciliwung, Sub DAS Cibogo Cisarua, dan Sub DAS
Ciseureupan Cisukabirus.
Pola hujan di Ciliwung Hulu adalah tipe monsunal yaitu curah hujan yang
dipengaruhi oleh pergerakan angin monsun. Seperti ditunjukan pada Gambar 2,
pola tersebut umumnya memiliki satu puncak hujan maksimum pada Januari atau
Desember dan hujan minimum pada Juli atau Agustus.
500

P

450
400

mm/bulan

350
300
250

Q

200
150
100
50
0
Jan

Feb

Mar

Apr

May

Jun

Jul

Aug

Sep

Oct

Nov

Dec

Gambar 2 Pola curah hujan (P) dan debit (Q) DAS Ciliwung Hulu tahun 19832013
Pola monsunal ditandai oleh grafik berbentuk huruf “V”. Hujan minimum
terjadi pada saat monsun timur atau pada saat pergerakan massa udara dari wilayah
Timur Indonesia ke arah barat Indonesia (wilayah Australia ke arah Laut Cina
Selatan). Monsun barat terjadi pada saat pergerakan massa udara dari arah barat
menuju timur Indonesia dengan membawa banyak uap air, ini menyebabkan musim
hujan di DAS Ciliwung Hulu (Yulihastin 2012). Perbedaan antara musim kemarau
dan musim hujan pada pola monsunal dapat tergambar secara jelas. Musim kemarau
curah hujan bulanan kurang dari 150 mm sementara pada musim hujan curah hujan
lebih dari 150 mm. Efek dari pola curah hujan tersebut berpengaruh terhadap aliran
permukaan. Seperti pola hujan yang didapatkan, debit sungai yang terukur di
stasiun pengukuran Katulampa mengikuti pola tersebut. Debit maksimum terjadi
pada saat curah hujan tinggi dan debit minimum terjadi pada saat curah hujan
minimum.

12
Perubahan Tutupan Lahan
Perubahan tutupan lahan di DAS Ciliwung Hulu dari tahun 1983-2013
mengalami perubahan yang sangat signifikan, terutama perubahan hutan dan lahan
terbangun. Perubahan tersebut terjadi akibat bertambahnya populasi manusia yang
diikuti oleh kebutuhan hidup seperti sandang dan papan. Perubahan tutupan lahan
tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.
Periode 1

a)

b)

Periode 2

c)
d)
∎Lahan Terbangun, ∎Hutan, ∎Kebun Campuran, ∎Ladang/tegalan.

Gambar 3 Perubahan Tutupan Lahan di DAS Ciliwung Hulu; Tahun 1983 (a),
1992 (b), 2004 (c) dan 2013 (d)
Hutan dan lahan terbangun memiliki laju perubahan yang sangat tinggi di
DAS Ciliwung Hulu. Selama kurun waktu 31 tahun (1983-2013), hutan mengalami
penurunan luas sekitar 1816 ha. Sementara untuk lahan terbangun, laju perubahan
terus bertambah luas sekitar 3541 ha. Sedangkan untuk area tutupan lahan lainnya
cenderung hanya mengalami perubahan lebih kecil dibanding area hutan dan lahan
terbangun. Jika perubahan tersebut dibagi menjadi dua periode, periode-1 (19831992) dan periode-2 (2004-2013) laju perubahan yang paling besar terjadi pada
periode-2 dan ini dapat dilihat pada Tabel 3.

13

Tabel 3 Luas Tutupan Lahan di DAS Ciliwung Hulu; dalam satuan hektar (Ha).
Periode 1
1983
1992
7156
6263
4486
3514
3309
4565
37
646

Tutupan Lahan
Hutan
Ladang / tegalan
Kebung campuran
Lahan Terbangun

Periode 2
2004
2013
5650
5340
4638
3823
3331
2216
885
3578

Perubahan tutupan lahan pada penelitian ini memiliki pengaruh terhadap nilai
koefisien runoff. Perubahan tersebut diakibatkan oleh nilai koefisien runoff dari tiap
tutupan lahan memiliki nilai yang berbeda-beda. Nilai koefisien runoff ditunjukan
oleh angka 0-1. Angka tersebut memiliki arti seberapa besar kemampuan suatu
lahan dalam melimpaskan air hasil presipitasi. Selama 31 tahun, nilai koefisien
runoff di DAS Ciliwung Hulu terus mengalami peningkatan. Faktor utama yang
sangat mempengaruhi nilai koefisien runoff tersebut adalah berkurangnya area
hutan sebagai daerah tangkapan air dan semakin bertambahnya area terbangun yang
diketahui memiliki nilai koefiseien runoff paling tinggi. Nilai terbobit dari koefisien
runoff di DAS Ciliwung Hulu secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Nilai koefisien (C) dari tiap tutupan lahan di DAS Ciliwung Hulu
Periode-1

Tutupan Lahan

1983

Periode-2

2013
%
Hutan
0.024
0.021
0.019 38.00 0.018
Semak
0.150
0.118
0.155 28.53 0.128
Kebung / Ladang
0.111
0.153
0.111 25.77 0.074
Lahan Terbangun
0.002
0.039
0.053 7.96 0.215
(C) DAS
0.287
0.332
0.338
0.435
Keterangan C: Koefisien tiap tutupan lahan; %: Persentase luas dari tutupan lahan; C DAS: koefisien
dari seluruh area DAS
(C)
0.05
0.5
0.5
0.9

%
47.89
30.02
22.15
0.25

1992

%
42.87
22.65
30.65
4.14

2004

%
38.87
32.21
23.46
5.38

Laju perubahan lahan berbanding lurus dengan perubahan nilai koefisien
runoff, hal ini terlihat dari perubahan nilai koefisien selama periode-1 sebesar 0.045
sementara selama periode-2 sebesar 0.097. Efek dari perubahan nilai C tersebut
yaitu pada periode-2 air hasil presipitasi akan lebih banyak menjadi limpasan
daripada periode-1.
Perubahan tutupan lahan di DAS Ciliwung Hulu secara teoritis dapat
mengakibatkan perubahan debit di area tersebut karena dengan adanya alih fungsi
area tangkapan air menjadi area terbangun (Cheng 1999). Nilai selisih antara debit
maksimum dan minimum semakin besar. Menurut Lisnawati dan Wibowo (2010),
penurunan tiap hektar area bervegetasi hutan dapat meningkatkan selisih debit
maksimum dan minimum sebesar 0.027 m3s-1 sementara jika terjadi peningkatan
area terbangun, tiap hektarnya dapat mengakibatkan peningkatan selisih debit
maksimum dan minimum sebesar 0.072 m3s-1.

14
Analisis Data Hidrometeorologi
Hasil pengukuran yang dilakukan selama 31 tahun didapatkan angka curah
hujan wilayah di DAS Ciliwung Hulu sebesar 2294-4082 mm tahun-1. Sementara
menurut penelitian Nugraha (2008), CH tahunan Ciliwung Hulu berada di kisaran
2929-4956 mm tahun-1 dengan bulan basah 10.9 bulan per tahun dan bulan kering
0.6 bulan per tahun. Menurut penelitian Van der Weert (1994) curah hujan tahunan
rata-rata di Jawa Barat pada periode 1922-1929 dan 1979-1986 mengalami
peningkatan dari 2454 mm menjadi 2470 mm tahun-1.
4500
4000

mm tahun-1

3500
3000
2500
2000
1500
1000
500
0
1983 1985 1987 1989 1991 1993 1995 1997 1999 2001 2003 2005 2007 2009 2011 2013

Gambar 4 Curah hujan (P) tahunan DAS Ciliwung Hulu (1983-2013); ∎Periode1, ∎ Periode-2
16.0
14.0
12.0

m3 s-1

10.0
8.0
6.0
4.0
2.0
0.0
1983 1985 1987 1989 1991 1993 1995 1997 1999 2001 2003 2005 2007 2009 2011 2013

Gambar 5 Debit (Q) rata-rata tahunan DAS Ciliwung Hulu (1983-2013);
∎Periode-1, ∎ Periode-2

Debit aliran permukaan wilayah DAS Ciliwung Hulu yang terukur di Stasiun
Bendung Katulampa selama 31 tahun mengalami perubahan seperti halnya nilai
curah hujan. Perubahan tersebut karena nilai debit sangat dipengaruhi oleh air hasil

15
presipitasi yang terjadi pada wilayahnya. Hasil pengukuran debit selama 31 tahun
tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.
Berbeda dengan nilai curah hujan, yang menunjukan peningkatan dari tiap
periode, nilai debit rata-rata tahunan pada periode-1 dan periode-2 memiliki pola
yang berbeda. Pada periode-1 debit tahunan cenderung konstan sementara pada
periode-2 debit mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini terjadi
karena pada periode-1 kondisi di wilayah kajian area hutan masih luas dan area
lahan terbangun masih sedikit. Sementara pada periode-2 area hutan yang terus
menurun dan lahan terbangun terus meningkat, sehingga mengakibatkan air hasil
presipitasi langsung menjadi limpasan permukaan yang menyebabkan debit sungai
di Ciliwung Hulu semakin meningkat. Arsyad (2010) menjelaskan, hutan
merupakan lahan paling efektif sebagai daerah resapan air, sedangkan pemukiman
memiliki kemampuan dalam meresap air sangat rendah karena lantai permukaan
tanahnya mengalami pengerasan sehingga air yang diserap akan lebih sedikit
dibandingkan dengan air yang menjadi limpasan.

Uji Statistik Periode-1 dan Periode-2
Uji statistik digunakan untuk mendukung pernyataan hipotesis dalam
menunjukan pengaruh mana yang secara nyata mengakibatkan perubahan debit
rata-rata di DAS Ciliwung Hulu. Uji statistik yang dilakukan yaitu uji rata-rata
dengan menggunakan uji-t dan uji-z. Untuk data sampel dengan nilai ragam yang
diketahui (data, n < 30) digunakan uji-t, untuk data koefisien runoff. Sedangkan
untuk data yang nilai ragamnya tidak diketahui (data, n > 30) digunakan uji-z, yaitu
data curah hujan dan debit (Costa 2003). Risiko kesalahan (taraf signifikan) yang
digunakan adalah sebesar �, 0.05. Hal ini menunjukan bahwa hasil uji statistik
memiliki tingkat kepercayaan sebesar 95%. Berikut hasil uji statistik yang telah
dilakukan:
Tabel 5 Uji-t dan uji-z pada periode 1 (1983-1992) dan periode 2 (2004-2013)
Curah Hujan
(mm bulan-1)
Periode
1
2
Rata-rata

270
Varian
12976.17
Jumlah
Data
126
Derajat Bebas

Debit (m s-1)
Periode
1

p-value

Periode
2

1

2

278

8.1

9.6

0.306

0.403

18553.56

3.897

14.529

0.00049

0.019

126

126

126

3

4

5

t-statistik
z-statistik

Koefisien Runoff

-3.847
-0.438

-3.807

0.331

7.04E-05

0.006

Hipotesis dari penelitian ini yaitu, hipotesis nihil (nol) menunjukan kedua
periode memberikan pengaruh yang sama terhadap perubahan debit di DAS

16
Ciliwung Hulu (� = � . Sementara hipotesis alternatifnya adalah kedua periode
memberikan pengaruh yang berbeda terhadap perubahan debit di DAS Ciliwung
Hulu (� ≠ � ). Hipotesis tersebut berlaku untuk data curah hujan dan koefisien
runoff, karena keduanya menggunakan uji statistik dua arah.
Keputusan yang didapatkan dari hasil uji statistik terhadap curah hujan ratarata dan koefisien runoff pada penelitian ini, yaitu curah hujan rata-rata pada
periode-1 dan periode-2 tidak mengalami perubahan. Hal ini disebabkan pada saat
uji hipotesis p-value curah hujan (0.331) adalah lebih besar daripada taraf signifikan
(0.05) yang telah ditentukan, sehingga keputusannya menerima H0 (hipotesis nihil).
Sementara itu, koefisien runoff rata-rata pada periode-1 dan periode-2 mengalami
perubahan, karena pada saat uji hipotesis p-value dari koefisien runoff (0.006) lebih
kecil daripada taraf signifikan (0.05); artinya, keputusan yang di ambil yaitu
menolak H0 (hipotesis nihil); dengan kata lain menerima H1 (hipotesis alternatif).
Kesimpulan dari hasil uji statistik menunjukan bahwa dari perubahan curah
hujan rata-rata dari dua periode tersebut secara nyata tidak cukup bukti memiliki
pengaruh terhadap perubahan debit rata-rata, sementara perubahan tutupan lahan
cukup bukti memberikan pengaruh terhadap perubahan debit rata-rata pada periode1 dan periode-2 di DAS Ciliwung Hulu. Hasil penelitian lain yang dilakukan di
Sungai Tocantins (Amazone Tengah) menunjukan bahwa dalam periode yang
panjang dan wilayah yang luas, perubahan debit lebih banyak dipengaruhi oleh
perubahan tutupan lahan daripada faktor perubahan iklim (curah hujan) (Costa et al
2003).

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Curah hujan dan tutupan lahan pada dasarnya memiliki pengaruh terhadap
perubahan debit di DAS Ciliwung Hulu. Namun setelah dilakukan uji statistik,
curah hujan rata-rata pada periode-1 dan periode-2 tidak cukup bukti mengalami
perubahan, sedangkan koefisien runoff pada periode yang sama cukup bukti
mengalami perubahan. Sehingga dapat diketahui bahwa perubahan debit rata-rata
bulanan yang terjadi di DAS Ciliwung Hulu faktor utamanya yaitu akibat dari
perubahan tutupan lahan, karena curah hujan antara periode-1 dan periode-2 tidak
mengalami perubahan secara nyata.
Saran
Analisi data yang dilakukan sebaiknya menggunakan data tahun yang lebih
panjang, sehingga dapat diketahui apakah perubahan iklim memiliki pengaruh
terhadap perubahan debit. Pengolahan peta penggunaan lahan sebaiknya dengan
melakukan klasifikasi terbimbing sehingga didapatkan nilai koefisien runoff yang
lebih baik. Selain pengolahan, perlu data penutupan/penggunaan lahan yang lebih
banyak lagi, sehingga data perubahan penggunaan lahan lebih akurat. Daerah kajian
yang dianalisi selain daerah hulu, daerah tengah dan hilir juga perlu di analisi karena
memiliki pengaruh yang besar juga terhadap kejadian ekstrime yang terjadi dalam
suatu DAS.

17

DAFTAR PUSTAKA
[BPDAS] Balai Pengelolaan DAS Ciliwung – Citarum. 2003. Laporan Akhir
Rencana Pengelolaan DAS Terpadu DAS Ciliwung.
[Dephut] Departemen Kehutanan. 2013. Pedoman Identifikasi Karakteristik
Daerah Aliran Sungai.
[PPRI] Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. PPRI nomor 37 tahun 2012
tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Indonesia.
Arsyad S. 2010. Konserversi Tanah dan Air. Bogor (ID): IPB Press.
Bosch JM, Hewlett JD. 1982. A review of catchment experiments to determine the
effect of vegetation changes on water yield and evapotranspiration. Journal of
Hydrology 133: 323-333
Bruijnzeel LA. 1990. Hydrology of Moist Forests an the Effects of Conversioan: A
State of Knowledge Review. Amsterdam (NL): Free University.
Calder IR. 1998. Water Resources and Land Use Issu. Syterm Wide Initiative on
Water Management. Paper No 3. IWMI. Colombo. Sri Lanka (SL)
Change GW. 1999. Forest change: hydrological effects in the upperYangtze river
valley. Ambio. 28: 457-459
Costa MH, Aurelie B, Jeffrey AC. 2003. Effects of large-scale changes in land
cover on the discharge of the Tocantins River, Southeastern Amazonia.
Hydrology. 283: 206-217.
Davie T. 2008. Fundamentals of Hydrology. USA (US): Routledge Taylor &
Francis Group.
Koopmans Lambert H. 1987. Statistika Kontemporer. Bambang Sumantri.
Penerjemah. Bogor (ID): IPB Press. Terjemahan dari: Introduction to
Contemporary Statistical Methods
Lisnawati Y, Wibowo A. 2010. Analisi fluktuasi debit air akibat perubahan
penggunaan lahan di kawasan Puncak Kabupaten Bogor. Jurnal Penelitian
Hutan Tanam. 7(4): 221-226
Martin LRG. 1993. Accuracy Assessment of Landsat Based Visual Change
Detection Method Applied to The Rural Urban Fringe. Photogammetry
Enggineering and Remote Sensing 5(5): 209-251
Mukhoriyah, Bambang Trisakti. 2014. Kajian Kondisi Daerah Tangkapan Air
Danau Krinci Berdasarkan Perubahan Penutupan Lahan dan Koefisien Aliran
Permukaan .Lapan (ID): Deteksi Parameter Geobiofisik dan Diseminasi
Pengindraan Jauh.
Nugraha R. 2008. Pemanfaatan penginderaan jauh dan sistem informasi geografis
dalam pemetaan lahan kritis dan ciliwung hulu bogor [skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Nugroho, Sutopo P. 2002. Pergeseran kebijakan dan paradigma baru dalam
pengelolaan daerah aliran sungaidi Indonesia. Teknik Lingkungan. 4(3): 136-142
Pawitan H. 1999. Penilaian kerentanan dan daya adaptasi sumberdaya air terhadap
perubahan iklim. Makalah Lokakarya Nasional – Kantor Kementrian Negara
Lingkungan Hidup, Jakarta (ID).
Pawitan H. 2002. Present situation of water resources and water realted disasters
and the role of agro-environmental education in Indonesia.

18
Risyanto. 2007. Aplikasi hec-hms untuk perkiraan hidrograf aliran di das ciliwung
bagian hulu [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor
Seyhan E. 1990. Dasar-Dasar Hidrologi. Yogyakarta (ID): Gadjahmada University
Press
Siregar S. 2014. Statistik Parameter untuk Penelitian Kuantitatif. Jakarta (ID):
Bumi Aksara.
Sosrodarsono S, K Takeda. 1993. Hidrologi Untuk Pengairan. Jakarta (ID): Pradnya
Pramita.
Ward. 1967. Principles of Hydrology. England (GB): Mc-Graw Hill Publishing
Company.
Wibowo, Hendro dan Danuarti, D. 2008. Estimasi Nilai koefisien Aliran DAS
Citarum Hulu Menggunakan Transformasi NDVI Citra Landsat. Prosiding
Seminar Nasional Limnologi IV 2008.
Windarto J, Hidayat P, Suripin, M januar JP. 2008. Model Prediksi Tinggi Muka
Air Sungai Kali Garang Semarang dengan Jaringan Syaraf Tiruan. Teknik. 29
(3): 189-195.
Yulhastin, Erma. 2010. Mekanisme Interaksi Monsun Asia dan Enso. Berita
Dirgantara. 11 (3): 99-105.

19

LAMPIRAN
Lampiran 1 Peta Tutupan Lahan Tahun 1983

Lampiran 2 Peta Tutupan Lahan Tahun 1991

20
Lampiran 3 Peta Tutupan Lahan Tahun 1992

Lampiran 4 Peta Tutupan Lahan Tahun 2004

21
Lampiran 5 Peta Tutupan Lahan Tahun 2005

Lampiran 6 Peta Tutupan Lahan Tahun 2009

22
Lampiran 7 Peta Tutupan Lahan Tahun 2013

23
Lampiran 8 Data Curah Hujan Bulanan (mm)
1983
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013

Jan
311
344
278
562
433
390
377
623
365
431
522
609
409
607
397
347
504
476
565
556
172
349
577
573
392
350
566
376
327
297
288

Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
302 286 264 323 98 149
85 97 342 276 260
312 375 218 302 156 200 239 476 251 240 276
271 283 290 305 178 205
99 212 284 206 289
318 372 286 195 196 227 242 438 274 392 314
317 340 389 213 165 82
74 110 144 293 370
346 421 298 343 148 96 144 125 262 313 391
433 263 300 488 150 141 230 181 231 339 340
352 182 221 260 161 186 210 206 175 196 448
502 244 368 160 46 33
66 134 169 401 444
487 322 421 210 154 222 241 243 354 297 346
441 484 365 207 204 83 201 184 183 355 375
316 337 310 177 71 55
49 89 172 334 251
494 393 304 220 252 187
32 147 358 453 310
501 321 291 172 80 110 167 182 245 430 450
216 189 290 202 34 37
36 33 72 345 442
458 745 441 292 343 207 191 271 326 268 192
563 335 242 324 211 172 119 87 393 436 441
373 243 359 313 136 194
94 127 227 428 158
614 446 421 245 165 136
88 186 442 434 138
533 333 304 112 142 211
70 44 83 281 270
462 277 297 190 78 29 161 216 413 254 443
461 267 330 302 70 107
28 188 164 256 406
451 389 180 199 277 164 179 243 238 289 293
468 216 379 184 60 73
27 50 134 172 516
734 325 341 136 162 54 102 91 192 289 566
489 456 375 228 105 23 127 177 241 459 268
461 372 292 387 133 74
35 134 321 359 306
338 468 172 274 269 273 298 410 416 337 305
311 359 224 362 213 240 172 282 302 381 313
356 221 388 234 122 101
85 138 338 455 430
313 340 273 305 218 304 219 269 192 297 321

24
Lampiran 9 Data Debit Rata-rata Bulanan (m3 s-1)
1983
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013

Jan
10.8
12.0
7.8
9.3
8.4
9.6
10.6
13.2
10.8
9.3
6.5
12.6
10.7
7.8
4.7
4.9
9.4
9.8
11.9
8.7
5.3
8.6
13.0
5.4
12.5
11.3
17.4
19.2
10.6
11.0
16.6

Feb
12.0
10.9
11.0
7.1
9.6
8.6
10.2
10.5
11.2
10.1
6.0
11.5
10.8
7.5
4.5
8.7
11.8
10.0
16.5
21.4
12.2
11.6
14.6
5.2
17.1
13.1
21.4
17.0
9.1
12.4
11.1

Mar
9.1
11.7
7.2
7.4
8.5
11.7
8.1
8.9
10.3
9.8
6.2
10.3
10.9
7.2
4.2
11.8
9.2
6.6
9.5
11.3
15.6
8.7
12.9
5.2
8.1
17.9
16.4
13.6
8.6
10.3
9.7

Apr May Jun
Jul Aug Sep Oct Nov Dec
10.4
8.7 6.4 6.1 5.7 5.8 8.4 7.0 8.0
16.9 12.2 7.0 6.8 6.2 9.4 9.7 6.8 6.8
7.9
7.8 7.0 5.9 6.4 6.7 10.0 6.4 6.3
7.1
6.3 6.4 6.9 6.5 6.8 7.8 8.1 7.2
8.0
6.7 6.0 5.5 5.1 5.2 8.2 6.7 7.6
9.6
8.9 6.5 5.8 6.0 5.6 7.4 7.2 8.8
8.5 10.0 7.8 6.5 6.1 6.1 6.8 7.9 8.5
7.5
7.8 6.8 6.9 8.4 7.9 6.5 6.8 9.1
9.1
7.2 6.2 5.9 5.4 5.4 5.6 8.9 9.7
10.0
8.3 7.8 6.5 6.3 7.0 10.4 9.3 9.0
6.8
7.5 8.2 8.9 9.6 10.2 10.1 10.1 11.6
9.1
8.0 7.0 6.0 5.1 4.7 5.1 7.1 10.5
10.6 10.3 9.9 9.6 9.3 8.9 8.7 8.3 8.0
6.9
6.6 6.4 6.1 5.9 5.6 5.4 5.1 4.9
4.0
3.8 3.8 4.3 4.7 5.2 5.7 6.2 6.7
11.6
7.6 9.3 5.7 5.2 4.6 6.9 7.0 3.6
4.2
7.6 9.3 3.8 1.8 3.0 6.9 7.0 3.6
8.1
6.6 3.8 4.5 2.6 2.4 4.8 7.6 4.5
11.8
8.8 9.9 6.1 5.4 3.5 7.0 8.7 4.3
11.0
7.8 6.1 6.1 4.9 4.5 4.3 5.8 6.7
8.4
9.5 3.6 2.4 2.3 3.9 5.5 4.1 6.6
8.6
8.9 4.7 4.1 3.1 4.2 4.6 6.3 8.2
8.4
8.3 9.1 7.4 6.9 7.1 7.7 8.6 9.1
8.3 15.5 5.7 5.4 5.3 5.1 5.1 5.5 6.9
8.9
5.4 7.7 2.9 2.4 2.4 3.0 6.2 10.7
17.2 10.8 10.3 10.0 9.3 9.4 11.0 15.0 14.0
14.8 16.8 12.9 11.6 9.4 10.7 12.8 12.9 13.3
9.2 10.3 11.0 10.0 11.4 13.7 11.9 12.0 11.7
8.8
9.5 7.1 7.0 5.5 6.3 7.1 9.3 8.8
10.8
8.6 7.9 6.3 5.1 5.5 7.7 11.2 12.0
9.6
9.9 7.5 8.0 7.3 6.3 6.9 8.5 9.9

25

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sumedang pada tanggal 28 Juni 1993 dari ayah Atek
Hermansyah dan ibu Aan Karwati. Penulis adalah putra pertama dari dua
bersaudara. Tahun 1998 merupakan awal karir penulis terjun dalam dunia
pendidikan formal dengan memasuki TK PGRI Rancakalong. Tahun 1999
selanjutnya penulis meneruskan ke jenjang pendidikan dasar di SD Negeri
Babakan. Tahun 2005 penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negri 2
Rancakalong. Tahun 2008 penulis lulus disalah satu SMA Negri favorit di
Sumedang yaitu SMA Negri Situraja. Tahun 2011 penulis lulus dari SMA Negeri
Situraja dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian
Bogor (IPB) Melalui jalur SNMPTN Undangan dan diterima di Departemen
Geofisika dan Meteorologi (GFM), Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam.
Selama kegiatan perkuliahan, penulis pernah aktif di organisasi Himpunan
Mahasiswa Agrometeorologi (Himagreto) sebagai anggota internal dan eksternal
(Intens). Penulis selama menjadi mahasiswa IPB aktif juga Organisasi Mahsiswa
Daerah (OMDA) WAPEMALA. Bulan Agustus 2014 penulis melaksanakan IPB
Goes to Field (IGTF) di Kabupaten Tegal dengan tema Tungku Skam di sentra padi
dan pengasapan ikan. Penulis juga pernah ikut Lomba Lintas Alam Pramuka IPB
2015 dan memperoleh Juara II dan III.