Kerangka Pemikiran Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian

keuangan negara yang terjadi di Indonesia. Karena, pada kasus tindak pidana korupsi dibutuhkan penghitungan yang pasti atas adanya kerugian keuangan negara. Penelitian penghitungan kerugian keuangan negara ini berbeda dengan dengan penelitian sebelumnya. Pada penelitian sebelumnya hanya mengukur dan mencari metode yang tepat untuk menghitung kerugian atas kasus kecurangan yang telah terjadi dan sudah menghasilkan kerugian yang nyata. Sedangkan pada penelitian ini selain mencari metode yang tepat untuk menghitung kerugian yang bersifat tangible juga kerugian yang bersifat potensi. Hal ini berarti menghitung kerugian negara yang jumlah kerugian nya masih berupa asumsi karena kerugian belum terjadi akan tetapi berpotensi muncul di masa yang akan datang.

2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian

Suatu tindakan yang merugikan keuangan negara merupakan tindak pidana korupsi. Terdapat dua macam kerugian negara yang pertama kerugian negara yang bersifat tangible dan yang kedua yaitu kerugian negara yang bersifat sebagai potensi. BPKP merupakan lembaga yang berwenang untuk menghitung kerugian negara. BPKP memiliki model pengukuran yang digunakan untuk menentukan besarnya total kerugian negara. Untuk mempermudah pemahaman penelitian ini maka dibentuk kerangka pemikiran sebagai berikut: Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Tindak Pidana Korupsi Total Kerugian Negara Kerugian Tangible Model Pengukuran Kerugian Potensial 34 BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Menurut Creswell dalam Herdiansyah 2010 : 60 terdapat beberapa model penelitian kualitatif, antara lain studi kasus, fenomenologi, biografi, grounded theory, etnografi. Herdiansyah 2010 : 61 menyatakan bahwa terdapat berbagai macam model penelitian kualitatif, akan tetapi hanya 5 lima model penelitian kualitatif yang popular dan salah satunya adalah fenomenologi phenomenology .Model penelitian kualitatif fenomenologi menggunakan pengalaman hidup individu sebagai sebuah alat untuk memahami secara lebih baik atas fenomena yang terjadi. Fenomena yang terjadi pada penelitian ini adalah fenomena penghitungan kerugian negara yang dilakukan oleh BPK atas kasus tindak pidana korupsi. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif qualitative research dengan pendekatan Fenomenologi phenomenology . 3.1.1 Metode Penelitian Kualitatif Denzin dan Lincoln dalam Emzir 2010 : 1 mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai berikut : “ Qualitative research is multimethod in focus, involving an interpretive, naturalistic approach to its subject matter. This means that qualitative researcher study in their natural; setting, attempting to make senses of or interpret phenomena in terms of the meanings people bring to them. Qualitative research involes the studied use and collection of a variety of empirical materials-case study, personal experience, introspective, life story, interview, observational, historical, interactional, and visual texts- that describe routine and problematic moment and meaning in individuals’ lives.” Dari definisi tersebut dapat diperoleh bahwa dalam melakukan penelitian kualitatif dibutuhkan berbagai pendekatan natural tergantung pada subjek penelitiannya. Banister et al dalam Herdiansyah 2010 : 8 mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai berikut: “ Qualitative research is: a an attempt to capture the sense that lies within, and that structures what we say about what we do; b an exploration, elaboration and systematization of the significance of an identified phenomenon; c the illuminative representation of the meaning of a delimited issued or problem.” Sedangkan Herdiansyah 2010 : 9 mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai berikut: “Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian ilmiah yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena dalam konteks social secara alamiah dengan mengedepankan proses interaksi komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan fenomena yang diteliti.” Berdasarkan berbagai definisi atas penelitian kualitatif tersebut maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah penelitian untuk mengeksplorasi suatu fenomena atau kejadian dengan menggunakan berbagai macam pendekatan dan dibutuhkan pendekatan serta interaksi yang mendalam antara peneliti dengan subjek yang diteliti agar dapat menjelaskan fenomena yang terjadi. Metode penelitian kualitatif digunakan pada penelitian ini karena penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi suatu fenomena kerugian keuangan negara berdasarkan pengalaman para auditor investigatif dalam menghitung kerugian keuangan negara terutama yang bersifat potensial selama ini. Agar dapat mengeksplore fenomena kerugian keuangan negara yang terjadi selama ini, maka dibutuhkan pendekatan serta interaksi yang mendalam dengan para individu yang berpengalaman atas fenomena kerugian keuangan negara. Individu pada penelitian ini adalah para auditor investigatif yang telah berpengalaman dalam menghitung kerugian keuangan negara yang bersifat tangible maupun yang bersifat potensial selama ini. Menurut Searcy and Mentzer 2003 dalam Chariri 2009 terdapat lima model penelitian kualitatif yaitu symbolic Interactionism, semiotics, existential phenomenology, constructivism dan critical theory . Pada penelitian ini digunakan model penelitian existential phenomenology karena penelitian ini bertujuan untuk memahami suatu fenomena kerugian keuangan negara berdasarkan pengalaman para individu auditor investigatif BPK dalam menghitung kerugian keuangan negara selama ini.

3.1.2 Pendekatan Fenomenologi

Emzir 2010 : 22 menjelaskan pendekatan fenomenologi sebagai salah satu metode pendekatan dalam penelitian kualitatif dimana pendekatannya dengan cara melihat secara dekat interpretasi individual tentang pengalaman-pengalamannya. Herdiansyah 2010 : 66 mengatakan bahwa: “fenomenologi berusaha untuk mengungkap dan mempelajari serta memahami suatu fenomena beserta konteksanya yang khas dan unik yang dialami oleh individu hingga tataran “keyakinan” individu yang bersangkutan.” Fenomenologi pada dasarnya berkaitan dengan suatu fenomena. Pendekatan fenomenologi digunakan untuk mengungkap atas apa yang terjadi dari suatu fenomena. Fenomenologi menggunakan pengalaman hidup individu sebagai sebuah alat untuk memahami secara lebih baik atas fenomena yang terjadi. Oleh karena itu, secara sederhana fenomenologi dapat dikatakan lebih memfokuskan diri pada konsep suatu fenomena tertentu dan bentuk studinya adalah untuk melihat dan memahami arti dari suatu pengalaman individu yang berkaitan dengan suatu fenomena tertentu. Menurut Embree 1988 dalam Pawito 2007 terdapat empat macam fenomenologi, yaitu: 1. Fenomenologi Realistik realistic phenomenology Menekankan pada pengamatan serta penggambaran esensi-esensi yang bersifat umum. 2. Fenomenologi konstitutif constitutive phenomenology Lebih memandang objek penelitian memiliki kesadaran terhadap diri sendriri yang kemudian dapat berimplikasi objek menjadi subjek. 3. Fenomenologi eksistensial existensial phenomenology Lebih memberikan penekanan pada aspek-aspek keberadaan manusia di dunia ini. 4. Fenomenologi hermeneutik hermeneutical phenomenology Sering juga disebut sebagai hermeneutik, yang lebih menekankan pada pemberian makna-makna atau interpretasi atas suatu aspek. Pendekatan fenomenologi yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan Fenomenologi Hermeneutik Hermeneutical Phenomenology karena penelitian ini mempelajari sutruktur interpretative atas pengalaman para informan terhadap suatu fenomena . Pendekatan ini tepat digunakan pada penelitian ini karena penelitian ini bertujuan untuk melihat dan memahami arti suatu pengalaman individu yang berkaitan dengan fenomena tertentu. Fenomena yang dijadikan fokus penelitian ini adalah fenomena penghitungan kerugian keuangan keuangan negara atas kasus tindak pidana korupsi yang terjadi di Indonesia selama ini. Auditor investigatif BPK merupakan pihak yang bertugas dan berwenang untuk menghitung serta menentukan kerugian keuangan negara selama ini. Fokus penelitian ini adalah untuk melihat dan memahami pengalaman para auditor investigatif dalam melakukan serta memilih metode penghitungan kerugian negara baik yang bersifat tangible maupun yang bersifat potensial yang terjadi pada kasus korupsi selama ini. Dimana di dalam penentuan kerugian negara tersebut terdapat banyak faktor-faktor sosial dan politik yang terjadi. 3.2 Alasan Pemilihan Setting Penelitian tentang metode menghitung kerugian negara yang bersifat tangible maupun potensial ini menarik karena dalam melakukan penghitungan kerugian negara selama ini tentunya BPK memiliki berbagai macam metode penghitungan. Suatu kasus tindak pidana korupsi tentunya telah merugikan keuangan negara. Dalam kasus tindak pidana korupsi tersebut BPK memiliki tugas serta wewenang untuk menghitung kerugian negara. Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Badan Pemeriksaan Keuangan BPK Perwakilan Propinsi Jawa Tengah. Lokasi ini dipilih karena Kantor BPK Perwakilan Propinsi Jawa Tengah merupakan kantor perwakilan BPK yang paling tepat waktu dalam hal penyerahan Laporan Hasil Pemeriksaan. Dengan prestasi tersebut, maka hal ini membuktikan bahwa Kantor BPK Perwakilan Propinsi Jawa Tengah memiliki kinerja yang baik. Para auditor yang bekerja di Kantor BPK Perwakilan Propinsi Jawa Tengah berarti juga memiliki kinerja yang baik pula jika dilihat dari prestasi Kantor BPK Perwakilan Jawa Tengah yang tepat waktu. Dalam melaksanakan pekerjaannya selama ini sebagai auditor BPK, tentunya para auditor BPK telah berbekal pengetahuan yang cukup dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya. Dimana salah satu tugas dan wewenang auditor BPK adalah untuk menghitung serta menentukan jumlah kerugian keuangan negara pada kasus tindak pidana korupsi. Oleh karena itu, peneliti memilih untuk melaksanakan penelitian di Kantor BPK Perwakilan Propinsi Jawa Tengah dengan para auditor yang bekerja di dalamnya sebagai subjek penelitian. Hal ini dikarenakan menurut peneliti para auditor yang bekerja di Kantor BPK Perwakilan Jawa Tengah memiliki pengetahuan serta pengalaman yang dapat menjelaskan serta memberikan informasi untuk menjawab pertanyaan penelitian. Metode penghitungan atas kerugian keuangan negara tentunya sangatlah diperlukan untuk menentukan besarnya kerugian negara yang bersifat tangible maupun yang bersifat potensi. Besarnya kerugian negara perlu untuk dihitung dan ditentukan untuk mengetahui jumlah pasti seberapa besar negara telah ataupun dapat dirugikan. Jumlah kerugian negara yang telah dihitung oleh BPK ini yang nantinya digunakan sebagai dasar dalam persidangan pada pengadilan dan menetapkan berapa jumlah yang harus diganti rugi oleh para pelaku tindak pidana korupsi. Oleh karena itu, penghitungan serta penentuan besarnya kerugian negara harus dapat dipertanggungjawabkan.

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian Penentuan Kerugian Negara yang Dilakukan oleh BPK dalam Tindak Pidana Korupsi Kerugian Potensial dilaksanakan di Kantor Badan Pemeriksaan Keuangan BPK Perwakilan Propinsi Jawa Tengah. Lokasi penelitian dipilih karena BPK Perwakilan Propinsi Jawa Tengah menjadi Perwakilan yang paling tepat waktu dalam hal penyerahan Laporan Hasil Pemeriksaan. BPK merupakan badan yang bertugas serta berwenang dalam melakukan penghitungan kerugian keuangan negara. Kantor BPK Perwakilan di seluruh Indonesia tentunya memiliki tugas dan wewenang yang sama yaitu melakukan penghitungan serta penetapan kerugian negara sesuai dengan wilayah pemeriksaan masing-masing. Begitu pula dengan Kantor BPK Perwakilan Propinsi Jawa Tengah yang bertugas dan berwenang untuk menghitung serta menetapkan kerugian keuangan negara pada wilayah Jawa Tengah. Dengan telah lamanya BPK perwakilan Jawa Tengah bertugas Kantor BPK Perwakilan Propinsi Jawa Tengah serta ketepatan waktu BPK Perwakilan Jawa Tengah dalam hal penyerahan Laporan Hasil Pemeriksaan membuat peneliti memlilih Kantor BPK Perwakilan Propinsi Jawa Tengah sebagai lokasi penelitian. Waktu penelitian dimulai pada awal Mei sampai Juni tahun 2015. Lamanya waktu penelitian ini dilakukan agar pengumpulan data melalui metode wawancara serta dokumentasi dapat dilakukan secara maksimal.

3.4 Metode Pengumpulan Data