) terhadap realisasi penerimaan PPN dan PPnBM (Y).

(X 1 ) terhadap realisasi penerimaan PPN dan PPnBM (Y).

b. Hipotesis kedua: Ho : Diduga tidak terdapat pengaruh siginifikan antara tingkat inflasi (X 2 ) terhadap realisasi penerimaan PPN dan PPn BM (Y). Ha : Diduga terdapat pengaruh siginifikan antara tingkat inflasi (X 2 ) terhadap realisasi penerimaan PPN dan PPn BM (Y). Kriteria pengujian hipotesis yang digunakan sebagai berikut.

a. Jika t hitung <t tabel maka Ho diterima

b. Jika t hitung >t tabel maka Ho ditolak Berdasarkan hasil perhitungan koefisien melalui penghitungan dengan komputer dengan menggunakan program SPSS versi 17, diperoleh rangkuman hasil perhitungan seperti terlihat pada Tabel 4.8 berikut ini.

Tabel 4.8

Coefficients(a)

Variabel Pertumbuhan Ekonomi (X 1 ) dan inflasi (X 2 ) dengan Realisasi

Penerimaan PPN dan PPnBM (Y)

Berdasarkan hasil di atas, maka persamaan regresinya sebagai berikut.

Ŷ = -186460 + 78530X 1 + (- 10551X 2 )

Arti persamaan regresi di atas dapat dijelaskan sebagai berikut.

a. Pertumbuhan Ekonomi (X 1 ) terhadap Realisasi Penerimaan PPN dan PPnBM (Y)

1) Koefisien regresi variabel pertumbuhan ekonomi (X 1 ) sebesar

78.530.696.000.000, artinya jika variabel independen lain (inflasi) nilainya tetap dan pertumbuhan ekonomi mengalami kenaikan 1%, maka realisasi penerimaan PPN dan PPnBM akan mengalami kenaikan sebesar Rp. 78.530.696.000.000. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara pertumbuhan ekonomi dengan realisasi penerimaan PPN dan PPnBM.

2) Variabel pertumbuhan ekonomi (X 1 ) mempunyai t hitung sebesar 2,928 dengan t tabel pada taraf level of significant 5% (alpha=0,05) dengan degree of freedom (df) = n - k = 7 sebesar 1,894. Dikarenakan t hitung > t tabel, maka Ho ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi mempunyai pengaruh siginifikan terhadap realisasi penerimaan PPN dan PPnBM.

Koefisien bernilai positif menunjukkan bahwa variabel pertumbuhan ekonomi mempunyai hubungan yang searah dengan realisasi penerimaan PPN dan PPnBM.

b. Inflasii (X 2 ) terhadap Realisasi Penerimaan PPN dan PPnBM (Y)

Variabel inflasii (X 2 ) mempunyai t hitung sebesar -2,146 dengan t tabel pada taraf level of significant 5% (alpha=0,05) dengan degree of freedom (df) = 7 sebesar 1,894. Dikarenakan t hitung < t tabel, maka Ho diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap realisasi penerimaan PPN dan PPnBM.

2. 2 Analisis Koefisien Determinasi (R ) Menurut Ghozali (2009:15) koefisien determinasi digunakan untuk mengukur

seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R 2 yang kecil berarti

kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Sedangkan nilai yang mendekati satu berarti variabel- variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Apabila jumlah variabel bebas satu sampai dua maka menggunakan nilai R square bukan Adjusted R square .

Berdasarkan Tabel 4.9 diperoleh angka R 2 (R square) sebesar 0,633 atau 63,3%. Hal ini menunjukkan bahwa persentase sumbangan pengaruh variabel

independen (pertumbuhan ekonomi dan inflasi) terhadap variabel dependen (realisasi PPN dan PPnBM) sebesar 63,3% atau dapat dikatakan variasi dua independen (pertumbuhan ekonomi dan inflasi) terhadap variabel dependen (realisasi PPN dan PPnBM) sebesar 63,3% atau dapat dikatakan variasi dua

Tabel 4.9 Model Summary

Variabel Pertumbuhan Ekonomi (X 1 ) dan inflasi (X 2 ) dengan Realisasi

Penerimaan PPN dan PPnBM (Y)

Sumber: Diolah menggunakan SPSS 17.0 atas instrumen penelitian

3. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) Uji F digunakan untuk mengetahui apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama atau simultan terhadap variabel dependen. Pengujian hipotesis ini sering disebut pengujian signifikansi keseluruhan (overall significance) terhadap garis regresi, yang ingin menguji apakah variabel dependen secara linear berhubungan dengan variabel-variabel independen. (Ghozali 2009:16).

Uji F ini bertujuan untuk melakukan pengujian terhadap hipotesis ketiga sebagai berikut: Ho : Diduga tidak terdapat pengaruh siginifikan antara pertumbuhan ekonomi dan tingkat inflasi secara bersama-sama terhadap realisasi penerimaan PPN dan PPnBM.

Ha : Diduga terdapat pengaruh siginifikan antara pertumbuhan ekonomi dan tingkat inflasi secara bersama-sama terhadap realisasi penerimaan PPN dan PPnBM.

Kriteria pengujian hipotesis yang digunakan sebagai berikut.

a. Jika F hitung <F tabel maka Ho diterima

b. Jika F hitung >F tabel maka Ho ditolak Penelitian ini menggunakan tingkat signifikansi sebesar 5% atau 0,05. Tingkat signifikansi 5% dalam hal ini berarti peneliti mengambil resiko salah dalam mengambil keputusan untuk menolak hipotesis yang benar sebanyak- banyaknya 5% dan benar dalam mengambil keputusan sedikitnya 95%.

Berdasarkan Tabel 4.10 diperoleh F hitung sebesar 6,034. Setelah diperoleh F hitung, selanjutnya dicari F tabel dengan menggunakan bantuan tabel statistik. Pada tingkat signifikansi 5%, df 1 (jumlah variabel – 1) = 1, dan df (n-k-1) = 10-2-

1 = 7, dimana n = jumlah data (10 tahun) dan k adalah jumlah variabel independen. F tabel yang diperoleh adalah sebesar 5,59.

Oleh karena F hitung > F tabel (6,034 > 5,59) maka Ho ditolak, artinya bahwa “ terdapat pengaruh signifikan secara bersama-sama antara pertumbuhan ekonomi, dan inflasi terhadap realisasi penerimaan PPN dan PPnBM”.

Tabel 4.10 Tabel Annova

Variabel Pertumbuhan Ekonomi (X 1 ), dengan Realisasi Penerimaan PPN dan PPnBM (Y)

Sumber: Diolah menggunakan SPSS 17.0 atas instrumen penelitian

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian Pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan kegiatan perekonomian yang

menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Masalah pertumbuhan ekonomi dapat dipandang sebagai masalah makro ekonomi dalam jangka panjang.

Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan apabila jumlah balas jasa riil terhadap penggunaan faktor-faktor produksi pada tahun tertentu lebih besar daripada tahun sebelumnya.

Menurut Sadono Sukirno (1996: 33), pertumbuhan dan pembangunan ekonomi memiliki definisi yang berbeda, pertumbuhan ekonomi ialah proses kenaikan output perkapita yang terus menerus dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi tersebut merupakan salah satu indikator keberhasilan Menurut Sadono Sukirno (1996: 33), pertumbuhan dan pembangunan ekonomi memiliki definisi yang berbeda, pertumbuhan ekonomi ialah proses kenaikan output perkapita yang terus menerus dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi tersebut merupakan salah satu indikator keberhasilan

Berdasarkan analisis regresi linear berganda yang telah dilakukan sesuai dengan tabel 4.8, diperoleh hasil bahwa pertumbuhan ekonomi mempunyai pengaruh siginifikan terhadap realisasi penerimaan PPN dan PPnBM. Pertumbuhan perekonomian suatu negara mengindikasikan bahwa terjadi peningkatan taraf hidup masyarakat di dalamnya. Peningkatan taraf hidup dapat dilihat dari kemampuan masyarakat untuk memiliki barang dan jasa. Hal ini akan mengakibatkan tingkat konsumsi masyarakat akan meningkat yang secara langsung akan meningkatkan penerimaan perpajakan dari sektor PPN dan PPnBM karena PPN merupakan pajak objektif yang dikenakan atas setiap pertambahan nilai dari barang atau jasa dalam peredarannya dari produsen ke konsumen.

Inflasi dan perekonomian Indonesia sangat saling berkaitan. Apabila tingkat inflasi tinggi, sudah dipastikan akan memengaruhi pertumbuhan ekonomi, dimana akan melambatnya laju pertumbuhan ekonomi. Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga secara terus-menerus yang bersumber dari terganggunya keseimbangan antara arus uang dan barang.

Secara parsial, inflasi berpengaruh negatif terhadap konsumsi. Terdapatnya pengaruh yang signifikan antara inflasi terhadap konsumsi mengindikasikan bahwasannya konsumsi dipengaruhi oleh inflasi. Hal ini dikarenakan apabila terjadi inflasi, berarti harga-harga barang dan jasa mengalami kenaikan. Kenaikan harga-harga barang dan jasa ini telah menyebabkan daya beli riil masyarakat Secara parsial, inflasi berpengaruh negatif terhadap konsumsi. Terdapatnya pengaruh yang signifikan antara inflasi terhadap konsumsi mengindikasikan bahwasannya konsumsi dipengaruhi oleh inflasi. Hal ini dikarenakan apabila terjadi inflasi, berarti harga-harga barang dan jasa mengalami kenaikan. Kenaikan harga-harga barang dan jasa ini telah menyebabkan daya beli riil masyarakat

Terkait dengan hasil analisis koefisien determinasi (R 2 ) sesuai dengan tabel

4.9, diperoleh hasil persentase sumbangan pengaruh variabel independen (pertumbuhan ekonomi dan inflasi) terhadap variabel dependen (realisasi PPN dan PPnBM) sebesar 63,3%. sisanya sebesar 36,7% dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain di luar model ini.

Pertumbuhan ekonomi dan inflasi merupakan variabel makro ekonomi yang dapat mempengaruhi aktifitas ekonomi. Apabila inflasi terkendali, maka akan meningkatkan aktifitas ekonomi. Semakin tinggi aktifitas ekonomi maka akan memberikan dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi yang akan berpengaruh positif bagi realisasi penerimaan pajak terutama PPN dan PPnBM. Sehingga dapat dikatakan bahwa pertumbuhan ekonomi dan inflasi memiliki pengaruh signifikan secara bersama-sama terhadap realisasi PPN dan PPnBM. Hal ini sejalan dengan penelitian yang telah penulis laksanakan.

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN DAN REKOMENDASI

Penulis telah melakukan penelitian tentang pengaruh pertumbuhan ekonomi dan tingkat inflasi terhadap realisasi penerimaan PPN dan PPnBM periode tahun 2003 sampai dengan 2012 sebagaimana dipaparkan dalam bab-bab sebelumnya. Dalam bab ini penulis akan memberikan simpulan dan saran-saran berkaitan dengan penelitian tersebut.

5.1. Kesimpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut: 1. pertumbuhan ekonomi di Indonesia selama tahun 2003 sampai dengan tahun 2012 mengalami fluktuasi dengan kisaran antara 4,50% sampai dengan 6,50% sedangkan inflasi mengalami fluktuasi dengan kisaran antara 2,78% sampai dengan 17,11%. 2. Secara rata-rata, realisasi penerimaan PPN dan PPnBM periode tahun 2003

sampai dengan tahun 2012 tumbuh sebesar 18,20% per tahun. 3. pertumbuhan ekonomi berpengaruh siginifikan terhadap realisasi penerimaan PPN dan PPnBM. Koefisien bernilai positif menunjukkan bahwa variabel pertumbuhan ekonomi mempunyai hubungan yang searah dengan realisasi penerimaan PPN dan PPnBM. Artinya, jika persentase pertumbuhan ekonomi meningkat, maka realisasi penerimaan PPN dan PPnBM akan meningkat juga. 4. Tingkat inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap realisasi penerimaan PPN dan PPnBM.

5. 2 Berdasarkan analisis koefisien determinasi (R ) diperoleh hasil bahwa persentase sumbangan pengaruh variabel independen (pertumbuhan ekonomi dan inflasi)

terhadap variabel dependen (realisasi PPN dan PPnBM) sebesar 63,3%. sisanya sebesar 36,7% dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain di luar model ini. 6. Berdasarkan Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) diperoleh hasil bahwa pertumbuhan ekonomi dan inflasi memiliki pengaruh signifikan secara bersama- sama terhadap realisasi PPN dan PPnBM.

5.2. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini hanya menganalisis pengaruh pertumbuhan ekonomi dan tingkat inflasi terhadap realisasi penerimaan PPN dan PPnBM periode tahun 2003 sampai dengan tahun 2012. Variabel-variabel makro ekonomi lainnya dan faktor lainnya seperti tingkat kepatuhan wajib pajak, kegiatan ekstensifikasi dan sosialisasi perpajakan, kesadaran wajib pajak, dan law enforcement dari Direktorat Jenderal

Pajak terkait wajib pajak yang tidak melaksanakan kewajibannya dengan benar tidak dimasukkan dalam penelitian ini. Oleh karena itu, terbuka kesempatan bagi peneliti lain di bidang yang sama untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam dengan cara memperluas cakupan sampel dengan melibatkan lebih banyak variabel independen agar faktor-faktor yang memengaruhi penerimaan PPN dan PPnBM dapat diketahui lebih rinci.

5.3. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa rekomendasi yang diberikan sebagai berikut : 1. Dalam pembuatan proyeksi penerimaan pajak pada tahun mendatang, khususnya PPN dan PPnBM, akan lebih baik jika fiskus tetap memerhatikan variabel pertumbuhan ekonomi sebagai salah satu variabel analisisnya. Hal ini dikarenakan pertumbuhan ekonomi berpengaruh signifikan terhadap realisasi penerimaan PPN dan PPnBM. Artinya jika persentase pertumbuhan ekonomi meningkat, maka realisasi penerimaan PPN dan PPnBM akan meningkat juga. 2. Asumsi makro ekonomi yang dijadikan variabel dalam penelitian ini hanya pertumbuhan ekonomi dan tingkat inflasi. Dari hasil penelitian diketahui bahwa inflasi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap realisasi penerimaan PPN dan PPnBM. Oleh karena itu dalam pembuatan proyeksi penerimaan pajak pada tahun mendatang, khususnya PPN dan PPnBM, akan lebih baik jika fiskus juga memerhatikan variabel-variabel makro ekonomi lainnya.