Pengaruh penggunaan media audio video terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS terpadu

(1)

(Penelitian Tindakan Kelas di SMP Al-Mubarak Pondok Aren) Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan

Disusun Oleh : Syafiq Agung Ruswandi

NIM: 109015000035

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014


(2)

(3)

(4)

(5)

i

Penelitian Tindakan Kelas di SMP Al-Mubarak Pondok Aren. Skripsi.Jakarta: Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah.2014.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh media audio video terhadap hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPS. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas VIII yang terdiri dari 39 siswa 17 laki-laki dan 22 perempuan. Instrumen dalam penelitian ini adalah wawancara, lembar observasi dan tes hasil belajar. Siklus yang digunakan sebanyak dua siklus yaitu siklus I dan siklus II. Berdasarkan hasil belajar siklus I dan II dapat dibandingkan adanya peningkatan pada nilai rata-rata pretes, postes serta Ngain siklus I dan siklus II. Perinciannya adalah sebagai berikut : nilai rata pretes siklus I adalah 3,79 dan nilai rata-rata postes adalah 7,3. Nilai pretes siklus II adalah 4,05 dan nilai rata-rata-rata-rata postes siklus II adalah 8,2. Sedangkan rata NGain pada siklus I adalah 0,51 dan rata-rata nilai NGain siklus II adalah 0,68. Hal ini menunjukan bahwa pemahaman siswa pada materi pengendalian sosial dapat ditingkatkan melalui media audio video.

Dengan pembelajaran menggunakan media audio video pun membuat siswa menjadi lebih aktif dan bersikap kritis terhadap materi yang diajarkan. Hal ini dapat dilihat dari respon siswa dan hasil wawancara yang melibatkan siswa yang menunjukan bahwa siswa menjadi lebih bersemangat dan tidak mudah merasa bosan sehingga membuat hasil belajarnya mengalami peningkatan yang signifikan.


(6)

ii

Jakarta: Social Science Department, Faculty of Tarbiyah and Education State Islamic University Syarif Hidayatullah. 2014.

The aim of this study was to investigate the influence of audio-video as a learning tool towards students’ result in Social subjects. Classroom Action Research methodology was used in this study. The subject of this study was VII grade students which consist of 39 students, 17 men and 22 women. The instruments of this study wereinterview, observation sheets, and achievement test. There were two cycles in this research i.e. cycle I and cycle II. Based oncomparison of students’ result in cycle I and II, there is improvement on average score of pre-test, post-test, and Ngaincycle I and II. The average score of pre-test in cycle I was 3.79 and the average score of post-test was 7.3. Moreover, the average score of pre-test in cycle II was 4.05 and 8.2 for the average score of post-test. Mean while, the average Ngainin cycle I was 0.51 and 0.68 for average Ngain score in cycle II.

Therefore, the results indicated that that audio-video increase the students’ understanding in social-control materials. Besides, it motivated the students to be more active and increased the students’ critical thinking. It could be seen from interviews and students’ responses. The students were more motivated to learn and they did not get bored easily which can improve their result study significantly.

Keywords: Media Audio Video, Students’ Study Result, Classroom Action Research


(7)

iii

dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VIDEO TERHADAP HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU”.

Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada baginda Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari zaman kebodohan ke zaman yang penuh dengan ilmu dan teknologi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan walaupun waktu, tenaga, dan pikiran telah diperjuangkan dengan segala keterbatasan kemampuan penulis miliki demi terselesaikannya skripsi ini agar bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari partisipasi beberapa pihak yang telah membantu, memotivasi serta arahan dari berbagai pihak, sehingga patut kiranya penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dra. Nurlena Rifa’i MA,Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Dr.Iwan Purwanto M.Pd dan Sekretaris Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Drs.H Syaripulloh M.Si.

3. Dr.Ulfah Fajarini,M.Si dan Cut Dien Noerwahida M.A selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah meluangkan tenaga,waktu dan pikiran untuk memberikan bimbingan kepada penulis hingga berakhirnya penulisan skripsi ini. Semoga Ibu dan keluarga selalu berada dalam lindungan ALLAH SWT. Amiin.

4. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan pada umumnya dan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) khususnya yang telah memberikan konstribusi pemikiran melalui pengajaran dan diskusi yang berkaitan dengan skripsi ini.


(8)

iv

Rustiah S.H yang tercinta dan yang telah merawat, membesarkan, mendidik, dan mencurahkan kasih sayang serta tak bosan-bosannya memberikan bantuan secara moril, materil, semangat dan do’a untuk penulis.

7. Buat adikku Viali Dwi Putra yang telah memberikan Semangat tak henti-hentinya dalam terselesaikannya Skripsi ini.

8. Tak Lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada Diyan Pebriyanti yang telah memberikan Semangat, Dorongan, Perhatian kepada penulis untuk terselesaikannya skripsi ini.

9. Seluruh teman-teman seperjuangan IPS C yang telah memberikan bantuan dan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini. Semoga kesuksesan menghampiri kita semua.

10.Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu baik secara langsung maupun tidak langsung turut memberikan bantuan dan do’a untuk terselesaikannya skripsi ini.

Penulis berharap dan berdo’a kepada Allah SWT, agar seluruh pengorbanan

yang telah diberikan kepada penulis, akan mendapatkan balasan yang setimpal disisinya, jazakumullah Khairan Katsira.

Jakarta, Januari 2014

Penulis,


(9)

v

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah... 5

D. Perumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II. KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS A. KajianTeori 1. Pengertian Belajar ... .8

2. Unsur-Unsur Belajar ... 11

3. Prinsip-Prinsip Belajar ... 11

4. Jenis-Jenis Belajar ... 12

5. Tipe-Tipe Belajar ... 13

6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar ... 13

B. Hasil Belajar 1. Pengertian Hasil Belajar ... 14

2. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 14

C. Media Pembelajaran 1. Pengertian Media ... 16


(10)

vi

5. Jenis-Jenis Media Pembelajaran... 23

D. Media Audio Video 1. Pengertian Media Audio Video ... 27

2. Macam-Macam Media Audio Visual ... 27

E. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 1. Pengertian IPS ... 29

2. Ruang Lingkup IPS ... 29

3. Karakteristik IPS ... 31

4. Tujuan IPS ... 31

F. Hakikat Sosiologi 1. Pengertian Sosiologi ... 32

2. Ruang Lingkup Sosiologi ... 34

3. Perspektif Sosiologi ... 34

G. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) 1. Pengertian PTK ... 35

2. Ciri-Ciri Penelitian Tindakan Kelas... 36

3. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas ... 37

4. Fokus dan Komponen Penelitian Tindakan Kelas ... 38

5. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas ... 39

6. Kelebihan dan Kelemahan PTK ... 40

7. Asas-Asas Penelitian Tindakan Kelas ... 40

H.Hasil Penelitian yang Relevan ... 42

I. Kerangka Berpikir ... 42

J. Hipotesis Tindakan ... 45

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 46

B. MetodePenelitian ... 46


(11)

vii

G. Data dan Sumber Data ... 49

H. Instrumen Pengumpulan Data ... 49

I. Teknik Pengumpulan Data ... 50

J. Teknik Pemeriksaan Kepercayaan Studi ... 51

K. Analisis Data dan Intervensi Hasil Analisis ... 58

L. Pengembangan Perencanaan Tindakan... 59

BAB IV. HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Sekolah ... 60

B. Deskripsi Data Hasil Pengamatan ... 64

C. Pembahasan Temuan Penelitian ... 89

BAB V. KESIMPULAN A. Kesimpulan ... 93

B. Saran ... 94

DAFTAR PUSTAKA ... ...96


(12)

viii

3.1 Rekapan Hasil Uji Validitas Soal 52

3.2 Interprestasi Tingkat Kesukaran 54

3.3 Tingkat Kesukaran Penelitian 55

3.4 Interprestasi atau Penafsiran Daya Pembeda 57

3.5 Hasil Daya Pembeda 57

4.1 Jumlah Tenaga Pendidik 62

4.2 Data Siswa/i SMP Al-Mubarak 63

4.3 Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam PBMSiklus I 68

4.4 Observasi Kegiatan Guru Siklus I 69

4.5 Hasil Belajar Siklus I 72

4.6 Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam PBM Siklus II 77

4.7 Observasi Kegiatan Guru Siklus II 78

4.8 Hasil Wawancara Responden Siswa Kelas VIII 80 4.9 Hasil Wawancara Responden Guru IPS Terpadu 82

4.10 Hasil Belajar Siklus II 84


(13)

ix

4.1 Ngain Siklus I 73

4.2 Ngain Siklus II 86


(14)

x

Hlm

1. Skor data dibobot 98

2. Reabilitas Tes 99

3. Daya Pembeda 100

4. Tingkat Kesukaran 101

5. Rekap Analisis Butir 102

6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I 103 7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II 110 8. Kisi Kisi Soal Tes Hasil Belajar Siklus I 117

9. Soal Pretes dan Postes Siklus I 118

10. Kunci Jawaban Siklus I 120

11. Ngain Siklus I 121

12. Kisi Kisi Soal Tes Hasil Belajar Siklus I I 122

13. Soal Pretes dan Postes Siklus II 123

14. Kunci Jawaban Siklus II 125

15. Ngain Siklus II 126

16. Lembar Observasi Kegiatan Guru Siklus I 127

17. Lembar Observasi Kegiatan Guru Siklus II 130

18. Lembar Observasi Kegiatan Siswa Siklus I 133

19. Lembar Observasi Kegiatan Siswa Siklus II 135 20. Lembar Wawancara dengan Siswa Kelas VIII 147

21. Lembar Wawancara dengan Guru IPS 139


(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dunia pendidikan merupakan sebuah dunia yang memiliki cakupan yang sangat luas wilayahnya. Hal ini didasari oleh banyaknya disiplin-disiplin ilmu yang dipelajari dalam dunia pendidikan. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.

Di negara Indonesia, disiplin-disiplin ilmu ini pada umumnya diaplikasikan oleh guru kepada siswa dengan cara mengajar yang klasik, proses pembelajaran dengan cara yang klasik berupaya untuk memelihara dan menyampaikan nilai-nilai lama dari generasi terdahulu ke generasi berikutnya. Isi pembelajaran berupa sejumlah informasi dan ide yang paling populer dan dipilih dari dunia yang diketahui siswa. Oleh karenanya materi pembelajaran bersifat obyektif, jelas dan dis-organisasi secara sistematis-logis. Proses penyampaian materi pembelajaran tidak didasarkan atas minat siswa, melainkan


(16)

pada urutan tertentu. Peran guru disini sangat dominan, karena dia harus menyampaikan materi pembelajaran.1

Dalam menyampaikan materi pembelajaran guru cenderung menggunakan metode ceramah. Metode ceramah dapat dipandang sebagai suatu cara penyampaian pelajaran dengan melalui penuturan. Metode ini dipandang sebagai metode yang klasik. Namun penggunaannya sangat populer. Mayoritas guru banyak menggunakan metode ceramah dalam pelaksanaan pembelajaran dikarenakan sifat pengaplikasiaannya sangat sederhana dan tidak memerlukan pengorganisasian yang sangat rumit.

Dalam metode ceramah, komunikasi antara guru dengan siswa pada umumnya bersifat searah. Oleh karena itu guru dapat mengawasi kelas secara cermat. Namun demikian kritik dilontarkan pun cukup banyak. Terutama karena dalam pelaksanaan pembelajaran, guru tidak dapat menguasai dan mengetahui batas kemampuan siswa. Di samping itu seringkali pula terjadi siswa menerima pengertian yang salah terhadap materi pembelajaran yang dituturkan atau diceramahkan.2

Dan oleh karena itu bagaimana mungkin siswa dapat aktif melakukan kegiatan kalau mereka hanya sebagai penerima pelajaran (pasif) yang dituturkan guru, yang dimana kita ketahui pada saat ini zaman telah modern dan perkembangan teknologi pun sudah semakin pesat.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar. Para guru dituntut agar mampu menggunakan alat-alat yang dapat disediakan oleh sekolah, dan tidak tertutup keumungkinan bahwa alat-alat tersebut dengan sesuai perkembangan dan tuntutan zaman. Guru sekurang-kurangnya dapat menggunakan alat yang murah dan efisien meskipun sederhana dan bersahaja tetapi merupakan keharusan dalam upaya mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan, terutama dalam dunia pendidikan nasional.

1

Sumiati, Asra, Metode Pembelajaran, (Bandung: CV. Wacana Prima, 2008),h.75

2


(17)

Pendidikan nasional sendiri bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap tuhan yang maha esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribbadian yang mantap dan mandiri serta bertanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

“Pendidikan nasional pun berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia indonesia dalam rangka upaya mewujudkan tujuan nasional”.3

Dalam rangka mewujudkan tujuan nasional, lembaga pendidikan dalam hal ini sebagai wadah utnuk menciptakan dan meningkatkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas dituntut untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, hal yang dimaksud ialah mengembangkan berbagai media pembelajaran, menerapkan berbagai media pembelajaran dan memilih serta menetapkan jenis media pembelajaran yang akan digunakan yang semata-mata untuk membuat Sumber Daya Manusia di negara Indonesia dapat berdiri sejajar atau bahkan bersaing dengan sumber daya manusia di negara-negara maju seperti Amerika, Inggris, Perancis, dan Jerman.

Dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) terutama dalam pembahasan sosiologi, siswa sering dituntut untuk memahami suatu pembahasan yang hanya guru berikan atau menggunakan metode ceramah dan juga hanya dari buku pelajaran yang mereka punya. Hal ini bisa menyebabkan anak didik kita merasa bosan dalam mengikuti mata pelajaran tersebut. Bisa terlihat monoton apabila dalam penyampaian materi pembelajaran siswa hanya menjadi pendengar, bersikap pasif dan tidak diberikan kesempatan untuk diskusi. Hal ini bisa terjadi dikarenakan pembahasan dalam isi mata pelajaran IPS (sosiologi), hanya tentang sebuah pendapat-pendapat yang menjelaskan tentang pengetahuan atau ilmu tentang sikap, perilaku dan tindakan yang ada di masyarakat juga tentang hubungan-hubungan yang ada di dalam masyarakat. Dan apabila itu sudah tidak

3


(18)

dianggap kurang menarik bagi siswa, maka pembelajaran seperti itu tidak dapat memberikan pengaruh positif dan memberikan dampak yang signifikan dalam mendapatkan sebuah hasil belajar di sekolah.

Dan oleh karena itu, guru sebagai tenaga pendidik untuk mengatasi masalah tersebut sebaiknya mengikuti perkembangan zaman, dikarenakan zaman modern ini telah terlihat adanya kemajuan dan perkembangan yang sangat pesat dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan majunya ilmu pengetahuan dan teknologi para guru pun dapat menggunakan media media pembelajaran sesuai kebutuhan dan tujuan dari pembelajaran yang dimaksudkan yaitu sosiologi.

Dalam mata pelajaran IPS, pada dasarnya memang materinya sebagian besar bisa dilakukan hanya dengan metode ceramah dan metode textbook. Tapi untuk memberikan kesan nyata agar para peserta didik dapat dengan mudah mengingat dan memahami suatu materi pembelajaran yang dibahas oleh guru yang memberikan materi pembelajaran.

Kesan nyata memang diperlukan untuk lebih membantu anak bersikap kritis dan berfikir logis dalam mata pelajaran IPS (sosiologi), dan untuk menunjang kesan nyata dalam pelajaran IPS (sosiologi) sebaiknya guru menggunakan sebuah media bantu berupa media audio dan media video. Dengan kedua media tersebut anak didik (murid) akan dapat termotivasi dalam kegiatan belajar mengajar, juga akan dapat lebih cepat dalam memahami dan mengerti tentang materi yang diajarkan dengan media audio video tersebut. Anak didik (murid) kita pun diyakini akan lebih bergairah dan senang dengan tampilan dan pengalaman dari yang dilihatnya dan didengarnya melalui media tersebut. Dengan alat bantu Media Audio Video maka akan mampu dalam merangsang daya pikir yang bersifat kreatif dan kritis bagi anak didik (murid) sehingga akan memberikan suatu umpan balik antara tenaga pendidik (guru) dan anak didik (murid). Sehingga berbagai macam masalah dan kesenjangan yang terjadi dapat diminimalisasi dan murid-murid pun akan lebih mudah mendapatkan hasil belajar yang mereka harapkan.


(19)

Apabila kita mendengar kata hasil yang muncul dalam pikiran kita adalah sebuah kerja keras yang dilakukan dalam berbagai bidang yang dilakukan dengan sungguh-sungguh dan dengan ketekunan yang bertujuan untuk mencapai kepuasan pribadi.

Melihat dampak positif penggunaan media Audio dan video untuk meningkatkan berbagai aspek positif seperti minat, aktifitas, dan hasil siswa dalam belajar, serta dalam upaya meningkatkan ketertarikan belajar siswa pada mata pelajaran IPS (sosiologi), maka peneliti merasa sangat perlu untuk melakukan penelitian dengan judul “ Pengaruh Penggunaan Media Audio Video Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Terpadu Di SMP Al-Mubarak Pondok Aren”.

B. Identifikasi masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, terdapat beberapa masalah yang dapat diidentifikasikan ialah sebagai berikut :

1. Metode belajar yang digunakan dalam mata pelajaran IPS masih bersifat konvensional, yaitu menggunakan metode ceramah.

2. Rendahnya hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPS (sosiologi)

3. Kurangnya penggunaan media pembelajaran dalam proses kegiatan belajar mengajar.

4. Kurangnya keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran IPS (sosiologi)

C. Pembatasan Masalah

Melihat banyaknya masalah yang ada diidentifikasi, maka dalam hal ini peneliti memfokuskan penelitian terhadap media pembelajaran yang inovatif yaitu media pembelajaran dengan menggunakan media audio video.


(20)

D. Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang ada, maka dalam penelitian ini penulis membuat suatu rumusan masalah sebagai berikut.

“Apakah penggunaan media audio video dapat mempengaruhi hasil belajar siswa di SMP Al-Mubarak Pondok Aren?”

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai ialah untuk mengetahui pengaruh penggunaan media audio video terhadap hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPS di SMP Al-Mubarak Pondok Aren.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terkait, utamanya bagi pihak-pihak berikut ini :

a) Bagi Siswa

Penelitian ini dapat membantu siswa untuk memahami mateeri IPS secara menarik melalui media audio video. Dengan bantuan media pembelajaran yang menarik dan tepat guna diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan kualitas proses belajar pada umumnya.

b) Bagi Guru

Sebagai sarana untuk mengambil inisiatif dalam rangka penyempurnaan program proses belajar mengajar sehingga antara guru sebagai pendidik di sekolah dan siswa sebagai pihak yang perlu dididik bisa saling melengkapi dan bekerja sama dengan baik, sehingga hasil belajar siswa akan selalu meningkat. Dan sebagai alternarif dalam pemilihan media dalam pembelajaran serta memperkaya kreativitas guru dalam mengajar. Selain


(21)

itu juga sebagai bahan koreksi diri para pengajar untuk meningkatkan kualitas dan kreativitas dalam kegiatan pembelajaran.

c) Bagi Instansi

Sebagai bahan masukan dalam mengambil kebijaksanaan yang tepat dan memberikan/menambah sarana dan prasarana dalam rangka memberikan gairah dalam proses belajar mengajar guna meningkatkan mutu dan prestasi belajar siswa, sekaligus meningkatkan mutu pendidikan.

d) Bagi Peneliti

Sebagai bahan latihan dalam penulisan karya ilmiah, sekaligus sebagai tambahan informasi dalam hal penggunaan media dalam pembelajaran IPS di dalam kelas.Selain itu juga sebagai tambahan pengalaman untuk menjadikan kita sebagai pengajar yang baik dan berkualitas.


(22)

8

BAB II

KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

INTERVENSI TINDAKAN

A.

Hakikat Pembelajaran

1. Pengertian Belajar

“Menurut Suyono Harianto, Belajar merupakan suatu aktifitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap dan mengokohkan kepribadian”.1

Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih bayi hingga ke liang lahat nanti. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar sesuatu adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotorik) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif).

Menurut Gagne, dalam buku The condition of learning menyatakan bahwa

“Belajar terjadi apabila suatu stimulus bersama-sama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedimikian rupa sehingga perbuatannya

1


(23)

(performanceberubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu

sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi”. 2

“Menurut Witherington, dalam buku Educational Psychology

mengemukakan Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan,

sikap kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian”.3

“Menurut Sumiati Asra, Secara umum belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku, akibat interaksi individu dengan lingkungan. Jadi perubahan perilaku ialah hasil belajar. Artinya, seseorang dikatakan telah belajar,

jika ia dapat melakukan sesuatu yang tidak dapat dilakukan sebelumnya”.4

Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif mantap, harus merupakan akhir daripada suatu periode waktu yang cukup panjang. Berapa lama periode waktu itu berlangsung sulit ditentukan dengan pasti, tetapi perubahan itu hendaknya merupakan akhir dari suatu periode yang mungkin berlangsung berhari-hari, berbulan-bulan ataupun bertahun-tahun. Ini berarti kita harus mengenyampingkan perubahan-perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh motivasi, kelelahan, adaptasi, ketajaman perhatian atau kepekaan seseorang,

yang biasanya hanya berlangsung sementara”.5

Beberapa ciri umum kegiatan belajar menurut (Wragg,1994) adalah sebagai berikut:

Pertama, belajar menunjukan suatu aktifitas pada diri seseorang yang disadari atau disengaja. Oleh sebab itu pemahaman kita pertama yang sangat penting adalah bahwa kegiatan belajar merupakan kegiatan yang atau direncanakan oleh pembelajar sendiri dalam bentuk suatu aktifitas tertentu. Aktifitas ini menunjukan pada keaktifan seseorang dalam melakukan sesuatu kegiatan tertentu baik dalam aspek-aspek jasmaniah maupun aspek mental yang

2

Abdul Rahman Shaleh, Psikologi Dalam Persepktif Islam (Jakarta:Prenada Media,2004), h.210

3

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan,(Bandung,PT remaja Rosdakarya,1990), h.84 4

Sumiati, Asra, Metode Pembelajaran, (Bandung: CV. Wacana Prima, 2008), h.38 5


(24)

memungkinkan terjadinya perubahan pada dirinya. Dengan demikian dapat dipahami bahwa suatu kegiatan belajar dikatakan semakin baik, bilamana intensitas keaktifan jasmaniah maupun mental seseorang semakin tinggi. Sebaliknya meskipun seseorang dikatakan belajar, namun bilamana keaktifan jasmaniah dan mental rendah berarti kegiatan belajar tersebut tidak dilakukan secara intensif. Dari aspek ini kita memahami begitu banyak aktivitas seseorang merupakan cerminan dari kegiatan belajar, walaupun diri individu tersebut tidak secara nyata memahami bahwa dirinya melakukan kegiatan belajar.

Kedua, belajar merupakan interaksi individu dengan lingkungannya. Lingkungan dalam hal ini dapat berupa manusia atau objek-objek lain yang memungkinkan individu memperoleh pengalaman-pengalaman atau pengetahuan, baik pengalaman atau pengetahuan baru maupun sesuatu yang pernah diperoleh atau ditemukan sebelumnya akan tetapi menimbulkan perhatian kembali bagi individu tersebut sehingga memungkinkan terjadinya interaksi. Adanya interaksi individu dengan lingkungan ini mendorong adanya reaksi individu dengan lingkungan ini mendorong seseorang untuk lebih intensif meningkatkan keaktifan jasmaniah maupun mentalnya guna lebih mendalami sesuatu yang menjadi perhatian.

Ketiga, hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku walaupun tidak semua perubahan tingkah laku merupakan hasil belajar, akan tetapi aktivitas belajar pada umumnya disertai perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku pada kebanyakan hal ini merupakan sesuatu perubahan yang dapat diamati. Akan tetapi juga tidak selalu perubahan tingkah laku yang dimaksudkan sebagai hasil belajar tersebut dapat diamati. Perubahan-perubahan yang dapat diamati kebanyakan diamati kebanyakan berkenaan dengan perubahan aspek-aspek motorik.

Menurut Aunurrahman, Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar juga dapat menyentuh perubahan pada aspek afektif, termasuk perubahan aspek emosional. “Perubahan-perubahan pada aspek ini umumnya tidak mudah dilihat dalam waktu yang singkat, akan tetapi seringkali dalam rentang waktu yang relatif


(25)

lama. Perubahan hasil belajar juga dapat ditandai dengan perubahan kemampuan berfikir”.6

2. Unsur-Unsur Belajar

Unsur-unsur belajar adalah faktor-faktor yang menjadi indikator keberlangsungan proses belajar. Setiap ahli pendidikan sesuai dengan aliran teori belajar yang dianutnya memberikan aksentuasi sendiri tentang hal-hal apa yang penting dipahami dan dilakukan agar belajar benar-benar belajar. Berikut ini tujuh unsur utama dalam proses belajar, ialah :

a. Tujuan. Belajar dimulai karena adanya suatu tujuan yang ingin dicapai. Tujuan ini muncul karena adanya sesuatu kebutuhan. Perbuatan belajar atau pengalaman belajar akan efektif bila diarahkan kepada tujuan yang jelas dan bermakna bagi individu.

b. Kesiapan. Agar mampu melaksanakan perbuatan belajar dengan baik, anak perlu memiliki kesiapan, baik kesiapan fisik, psikis, maupun kesiapan yang berupa kematangan untuk melakukan sesuatu yang terkait dengan pengalaman belajar.

c. Situasi. Kegiatan belajar berlangsung dalam situasi belajar. Adapun yang dimaksud situasi belajar. Yang dimaksud situasi belajar adalah tempat, lingkungan sekitar; alat dan bahan yang dipelajari, guru, kepala sekolah, pegawai administrasi, dan seluruh warga sekolah yang lain.

d. Interpretasi. Di sana anak melakukan interpretasi yaitu melihat hubungan di antara komponen-kompenen situasi belajar, melihat makna dari hubungan tersebut dan menghubungkannya dengan kemungkinan pencapaian tujuan.

e. Konsekuensi. Berupa hasil, dapat hasil positif maupun hasil negatif sebagai konsekuensi respon yang dipilih siswa.

f. Reaksi terhadap kegagalan. Kegagalan dapat menurunkan semaganat motivasi, memperkecil usaha-usaha belajar selanjutnya, namun dapat juga membangkitkan siswa karena dia mau belajar dari kegagalannya.7

3. Prinsip-Prinsip Belajar

Belajar menurut Wingo didasarkan atas prinsip-prinsip belajar sebagai berikut :

a. Prinsip Umum belajar

a) Hasil Belajar sepatutnya menjangkau banyak segi b) Hasil belajar diperoleh berkat pengalaman

c) Belajar merupakan suatu kegiatan yang mempunyai tujuan. b. Prinsip belajar pada aktivitas siswa

a) Belajar dapat terjadi dalam proses mengalami

6

Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran. (Bandung: Alfabeta,2009). h.35-37 7


(26)

b) Belajar merupakan transaksi aktif

c) Belajar secara, aktif memerlukan kegiatan yang vital, sehingga dapat berupaya mencapai tujuan dan memenuhi kebutuhan pribadinya. d) Belajar terjadi melalui proses mengatasi hambatan (masalah) sehingga

mencapai pemecahan atau tujuan

e) Hanya dengan melalui penyodoran masalah memungkinkan diaktifkannya motivasi dan upaya, sehingga siswa berpengalaman dengan kegiatan yang bertujuan.8

4. Jenis-Jenis Belajar

Dalam proses belajar dikenal adanya bermacam-macam kegiatan yang memiliki corak yang berbeda antara satu dengan lainnya, baik dalam aspek materi dan metodenya maupun dalam aspek tujuan dan perubahan tingkah laku yang diharapkan.

Jenis Jenis belajar dibedakan menjadi 8 jenis, yaitu : 1) Belajar Abstrak

Jenis belajar ini merupakan kegiatan yang menggunakan cara-cara berfikir abstrak, yang bertujuan untuk memperoleh pemahaman dan pemecahan masalah-masalah yang tidak nyata.

2) Belajar keterampilan

Jenis belajar ini menggunakan gerakan-gerakan motorik yakni yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dengan tujuan untuk memperoleh dan menguasai keterampilan jasmaniah tertentu.

3) Belajar Sosial

Belajar sosial pada dasarnya belajar memahami masalah-masalah dan teknik-teknik untuk memecahkan masalah tersebut. Tujuannya untuk menguasai pemahaman dan kecakapan dalam memecahkan masalah-masalah sosial.

4) Belajar pemecahan masalah

Belajar pemecahan masalah pada dasarnya adalah belajar menggunakan metode-metode ilmiah atau berfikir secara sistematis, logis, teratur, dan teliti.

5) Belajar Rasional

Belajar rasional adalah belajar dengan menggunakan kemampuan berpikir secara logis dan rasional, tujuannya untuk memperoleh aneka ragam kecakapan menggunakan prinsip-prinsip dan konsep-konsep.

6) Belajar Kebiasaan

Belajar Kebiasaan adalah proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan yang telah ada.

7) Belajar Apresiasi

8


(27)

Belajar Apresiasi adalah mempertimbangkan arti penting atau nilai suatu objek dengan tujuan agar siswa memperoleh dan mengembangkan kecakapan ranah ras.

8) Belajar Pengetahuan

“Belajar pengetahuan adalah belajar dengan cara melakukan penyelidikan mendalah terhadap objek pengetahuan tertentu”.9

“Keanekaragaman jenis belajar ini muncul dalam dunia pendidikan

sejalan dengan kebutuhan kehidupan manusia yang juga

bermacam-macam”.10

5. Tipe-Tipe Belajar

Menurut Gagne, belajar memiliki 8 tipe, kedelapan tipe itu bertingkat-ada hirarki dalam masing-masing tipe, setiap tipe belajar merupakan prasyarat bagi tipe belajar di atasnya. Tipe-tipe tersebut ialah :

a. Belajar isyarat

b. Belajar stimulus-respon c. Belajar rangakian d. Asosiasi verbal e. Belajar diskriminasi f. Belajar konsep g. Belajar aturan

h. Belajar pemecahan masalah.11

6. Faktor yang mempengaruhi belajar

”Menurut Ngalim Purwanto dalam bukunya Psikologi Pendidikan, menyatakan bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar yaitu :

a. Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang kita sebut faktor individual, dan

b. Faktor yang ada di luar individu yang kita sebut faktor sosial”.12

9

Suralaga,fadilah,dkk. Psikologi Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Jakarta:UIN Press,2005) h. 81-83

10

Muhibbin Syah, Psikologi pendidikan, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya,2010) h.120 11

Sumiati, Asra, Metode Pembelajaran,(Bandung: CV Wacana Prima. 2009), h. 52-54

12

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya,1998) h.102


(28)

B.

Hakikat Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Suatu proses belajar akan menghasilkan hasil belajar. Hasil belajar ini nyata terlihat dari apa yang dilakukan oleh siswa yang sebelumnya tidak dapat dilakukannya. Dalam hal ini terjadi perubahan tingkah laku yang dapat diamati dan dapat dibuktikan dengan perbuatan. Hal ini sesuai dengan pernyataan S.

Nasution yang mendefinisikan “hasil belajar sebagai suatu perubahan yang terjadi

pada individu yang belajar, bukan saja perubahan mengenai pengetahuan, tetapi juga pengetahuan untuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penguasaan, penghargaan dalam diri pribadi individu yang belajar”.13

Hasil belajar adalah indikasi yang menunjukkan upaya penguasaan pengetahuan (kognitif) siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan guru melalui kegiatan kokurikuler (pekerjaan rumah) dan tes ulangan. Hasil belajar nilai akhir dari seorang siswa yang diukur melalui teknik evaluasi, memenuhi aspek evaluasi dan dapat digunakan sebagai petunjuk seberapa jauh materi pelajaran telah dikuasai siswa.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil belajar

Secara global faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah :

a) Faktor internal yang meliputi dua aspek, yaitu : aspek fisiologis dan aspek psikologis, yang terdiri dari lima faktor yaitu:

(a) Intelegensi siswa (b) Sikap siswa (c) Bakat siswa (d) Minat siswa (e) Motivasi siswa

b) Faktor eksternal yang terdiri atas dua macam, yaitu: (a) Lingkungan sosial

(b) Lingkungan non sosial (sarana dan prasarana), termasuk didalamnya media pembelajaran.

13S. Nasution.”


(29)

c) Faktor pendekatan belajar, yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan untuk melakukan kegiatan pembelajaran.14

Faktor-faktor tersebut di atas sangat mempengaruhi hasil belajar siswa, karena dalam proses pembelajaran siswalah yang menentukan terjadi atau tidaknya suatu proses belajar. Untuk belajar siswa menghadapi masalah-masalah baik internal maupun eksternal. Jika siswa tidak dapat mengatasi masalah tersebut, maka siswa tidak dapat belajar dengan baik. Dalam penelitian ini, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar yang dimaksud adalah fakktor lingkungan nonsosial yang meliputi sarana dan prasarana serta faktor pendekatan belajar. Dalam proses pembelajaran guru menggunakan strategi penggunaan media audio video.

“Menurut Suryadi Suryabrata hasil belajar tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi proses hasil belajar siswa di sekolah. Terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi hasil belajar siswa, yaitu faktor dari dalam siswa (internal), dan faktor dari luar siswa atau faktor lingkungan (eksternal). Tinjauan kedua faktor tersebut adalah :

1. Faktor dari dalam siswa (internal)

a. Faktor fisiologis terdiri dari tonus jasmani seperti nutrisi harus cukup, karena kekurangan kadar makanan akan mengakibatkan kurangnya tonus jasmani yang pengaruhnya dapat berupa kelesuan, lekas lelah dan sebagainya. Selain beberapa penyakit kronis juga sangat mengganggu hasil belajar siswa, demikian pula kondisi fungsi panca indera terutama mata dan telinga.

b. Faktor psikologis terdiri dari adanya kebutuhan fisik, rasa aman, bebas dari kekhawatiran, adanya kebutuhan akan kecintaan dan penerimaan dalam hubungan dengan orang lain, kebutuhan untuk mendapat kehormatan dari masyarakat.

2. Faktor dari luar siswa atau faktor lingkungan (eksternal)

a. Faktor non sosial terdiri dari keadaan udara, suhu udara, cuaca, waktu (pagi, atau siang, ataupun malam), tempat (letaknya, pergedungannya), alat-alat yang dipakai untuk belajar (seperti alat tulis-menulis, buku-buku dan alat peraga).

14Muhibbin Syah, “

Psikologi Belajar”, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2004), cet. 3.,h 145


(30)

b. Faktor sosial diantara faktor manusia (sesama manusia), baik itu ada (hadir) maupun kehadirannya itu dapat disimpulkan, jadi tidak langsung hadir.15

Berdasarkan uraian di atas, Clark mengatakan bahwa “hasil belajar yang

diperolah siswa 70% dipengaruhi kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan”.16 Dengan demikian, hasil yang dapat diraih siswa juga tergantung dari lingkungan, salah satu lingkungan belajar yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar di sekolah adalah kualitas pengajara. Hal senada dengan apa yang dikatakan Carrol, bahwa ada lima faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu: 1) bakat pelajar, 2) waktu yang tersedia untuk belajar, 3) waktu yangdiperlukan siswa untuk menjelaskan pelajaran, 4) kualitas pengajaran, dan 5) kemampuan individu.

C.

Media Pembelajaran

1. Pengertian Media

“Menurut Arif Sadiman, Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata madium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah “perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan”.17

Sedangkan menurut batasannya media adalah perangkat lunak yang berisikan pesan (atau informasi) pendidikan yang lazimnya disajikan dengan menggunakan peralatannya. Dikatakan lazimnya karena ada beberapa jenis media yang bersifat swasaji, seperti halnya gambar dan objek yang berupa benda-benda yang sebenarnya maupun benda-benda tiruan.

Dalam pengertian teknologi pendidikan, media atau bahan sebagai sumber belajar merupakan komponen dari sistem instruksional di samping pesan, orang, teknik latar dan peralatan. Media atau bahan sendiri adalah perangkat lunak

15

Sumardi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Garfindo, 2007), hal. 233, et, Seqq

16

Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, h. 39. 17


(31)

(software) berisi pesan atau informasi pendidikan yang biasanya disajikan dengan menggunakan peralatan. Sedangkan perangkat keras (hardware) sendiri merupakan saran untuk dapat menampilkan pesan yang terkandung pada media tersebut .

Berikut ini beberapa contoh pengertian media , yaitu :

“Menurut AECT, media merupakan segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan atau informasi”.18

Menurut Gagne (1970) media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar.

Menurut Briggs (1970) media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Buku, film, kaset, film bingkai adalah contoh-contohnya.

“Menurut NEA media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audio visual serta peralatannya. Media hendaknya dapat dimanipulasi, dapat diligat, didengar dan dibaca”.19

“Menurut Yudhi Munadi, Media Pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif”.20

Media pendidikan merupakan salah satu sumber belajar yang dapat menyalurkan pesan tertentu. Perbedaan gaya belajar, minat, intelegensi, keterbatasan daya indera, cacat tubuh atau hambatan jarak geografis, jarak waktu dan lain-lain dapat dibantu dan diatasi dengan pemanfaataan media pendidikan.

18

Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan Problema Solusi dan Reformasi Pendidikan di Indonesia,(Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h. 11

19

Asnawir dan Basyirudin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 11

20


(32)

2. Kegunaan Media dan Fungsi Media a. Kegunaan Media

“Menurut Arif Sadiman, Kegunaan media pendidikan dalam proses belajar mengajar secara umum adalah sebagai berikut :

1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka)

2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera, seperti misalnya :

a. Objek yang terlalu besar bisa digantikan dengan realita, gambar, film bingkai, film atau model:

b. Objek yang kecil dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai, film atau gambar:

c. Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat, dapat dibantu dengan

Timelapse atau HighSspeed Photography.

d. Kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, film bingkai, foto maupun secara verbal:

e. Objek yang terlalu kompleks (misalnya mesin-mesin) dapat disajikan dengan model, diagram, dan lain-lain: dan

f. Konsep yang terlalu luas (gunung berapi, gempa bumi, iklim dan lain-lain) dapat divisualisasikan dalam bentuk film, film bingkai, gambar, dan lain-lain.

3) Dengan menggunakan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat diatasi sikap pasif anak didik. dalam hal ini media pendidikan berguna untuk :

a. Menimbulkan kegairahan belajar

b. Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan

c. Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuannya dan minatnya.

4) Dengan sifat yang unik pada setiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan ditentukan sama untuk semua siswa, maka guru akan banyak mengalami kesulitan bilamana semuanya itu harus diatasi sendiri. Apalagi bila latar-belakang lingkungan guru dengan siswa juga berbeda. Masalah ini dapat diatasi dengan media pendidikan yaitu dengan kemampuannya dalam :

a. Memberikan perangsang yang sama b. Mempersamakan pengalaman c. Menimbulkan persepsi yang sama”.21

21


(33)

b. Fungsi Media Pembelajaran

Menurut Levie dan lentz (1982) mengemukakan empat fungsi media pembelajaran, khususnya media visual, yaitu (a) fungsi atensi, (b) fungsi afektif, (c) fungsi kognitif dan (d) fungsi kompensatoris.

(a) Fungsi Atensi, merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran. (b) Fungsi Afektif media terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar

(atau membaca) teks yang bergambar.

(c) Fungsi kognitif media terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengiingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.

(d) Fungsi kompensatoris media terlihat dari hasil penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi informasi dalam teks mengingatnya kembali.22

3. Dasar Pertimbangan Pemilihan dan Prinsip Pemanfaatan Media Agar media pengajaran yang dipilih itu tepat, terdapat beberapa faktor dan kriteria yang perlu diperhatikan sebagaimana diuraikan berikut ini :

a) Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih media pengajaran.

(a) Objektifitas

Unsur subjektifitas guru dalam memilih media pengajaran harus dihindarkan

(b) Program Pengajaran

Program pengajaran yang akan disampaikan kepada anak didik harus sesuai kurilulum yang berlaku, baik isinya, strukturnya, maupun kedalamannya.

(c) Susunan Program

Sasaran program yang dimaksud adalah anak didik yang akan menerima informasi pengajaran melalui media pengajaran.

(d) Situasi dan Kondisi

Situasi dan kondisi yang ada juga perlu mendapatkan perhatian dalalam menentukan pemilihan media, situasi yang dimaksud meliputi :

22

Cecep Kustandi,dkk. Media Pembelajaran;Manual Dan Digital (Bogor:Ghalia Indonesia) h.22


(34)

1. Situasi dan kondisi sekolah 2. Situasi dan kondisi anak didik 3. Kualitas teknik

4. Keefektifan dan efisiensi penggunaan.23

b) Kriteria Pemilihan Media Pengajaran (a) Ketepatan dengan tujuan pengajaran (b) Dukungan terhadap isi pelajaran (c) Kemudahan memperoleh media

(d) Keterampilan guru dalam menggunakannya (e) Tersedia waktu untuk menggunakannya (f) Sesuai dengan taraf berfikir siswa.24

c) Manfaat Media Pembelajaran

Menurut Nana Sudjana Manfaat Media Pengajaran ialah :

a) Dapat meletakan dasar-dasar yang nyata untuk berfikir. Karena dapat mengurangi verbalisme

b) Dapat memperbesar minat dan perhatian siswa untuk belajar

c) Dapat meletakan dasar untuk perkembangan belajar sehingga hasil belajar bertambah mantap

d) Memberikan pengalaman nyata dan dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri pada siswa

e) Membantu tumbuhnya pemikiranyang teratur dan berkesinambungan f) Memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain

serta membantu berkembangnya efisiensi dan pengalaman belajar g) Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya

h) Metode mengajar akan lebih bervariasi

i) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan pembelajaran

Sedangkan menurut Sudirman N.dkk adalah

a) Meletakan dasar-dasar yang konkret dari konsep yang abstrak b) Dapat menampilkan objek yang terlalu besar

c) Dapat memperlambat objek yang bergerak terlalu cepat d) Membangkitkan motivasi belajar siswa

23

Syaiful Bahri,dkk, Strategi Belajar Mengajar,(Jakarta:Rineka Cipta,2006) h. 128-130 24


(35)

e) Dapat mengontrol dan mengatur waktu bersama f) Bahan pelajaran dapat diulang

g) Dapat menampilkan objek yang langka

h) Dapat menampilkan objek yang sulit diamati dengan mata telanjang.25

d. Prinsip Pemanfaatan Media Pembelajaran

Media pengajaran digunakan dalam rangka upaya peningkatan atau mempertinggi mutu proses kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu harus diperhatikan prinsip-prinsip penggunaannya yang antara lain :

a) Penggunaan media pengajaran hendaknya dipandang sebagai bagian yang integral dari suatu sistem pengajaran dan bukan hanya sebagai alat bantu yang berfungsi sebagai tambahan yang digunakan bila dianggap perlu dan hanya dimanfaatkan sewaktu di saat diperlukan.

b) Media pengajaran hendaknya dipandang sebagai sumber belajar yang digunakan dalam usaha memecahkan masalah yang dihadapi dalam proses belajar-mengajar.

c) Guru hendaknya benar-benar menguasai teknik-teknik dari suatu media pengajaran yang digunakannya.

d) Guru seharusnya memperhitungkan untung ruginya pemanfaatan suatu media pengajaran.

e) Penggunaan media pengajaran harus diorganisir secara sistematis bukan sembarang menggunakannya.

4. Taksonomi, Karakteristik dan Jenis Media Pembelajaran a. Karakteristik

Setiap media pembelajaran memiliki karakteristik tertentu, yang dikaitkan atau dilihat dari berbagai segi. Misalnya, Schramm melihat karakteristik media dari segi ekonomisnya, lingkup sasaran yang dapat diliput, dan kemudahan kontrolnya oleh pemakai (Sadiman, dkk., 1990). Karakteristik media juga dapat dilihat menurut kemampuannya membangkitkan rangsangan seluruh alat indera.

25


(36)

Dalam hal ini, pengetahuan mengenai karakteristik media pembelajaran sangat penting artinya untuk pengelompokan dan pemilihan media. Kemp, 1975, (Sadiman, dkk., 1990) juga mengemukakan bahwa karakteristik media merupakan dasar pemilihan media yang disesuaikan dengan situasi belajar tertentu.

Gerlach dan Ely mengemukakan tiga karakteristik media berdasarkan petunjuk penggunaan media pembelajaran untuk mengantisipasi kondisi pembelajaran di mana guru tidak mampu atau kurang efektif dapat melakukannya. Ketiga karakteristik atau ciri media pembelajaran tersebut adalah:

a. Ciri Fiksatif, yang menggambarkan kemampuan media untuk merekam, menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa atau obyek. b. Ciri Manipulatif, yaitu kamampuan media untuk mentransformasi suatu

obyek, kejadian atau proses dalam mengatasi masalah ruang dan waktu. Sebagai contoh, misalnya proses larva menjadi kepompong dan kemudian menjadi kupu-kupu dapat disajikan dengan waktu yang lebih singkat (atau dipercepat dengan teknik Timelapse Recording. Atau sebaliknya, suatu kejadian/peristiwa dapat diperlambat penayangannya agar diperoleh urut-urutan yang jelas dari kejadian/peristiwa tersebut.

c. Ciri Distributif, yang menggambarkan kemampuan media mentransportasikan obyek atau kejadian melalui ruang, dan secara bersamaan kejadian itu disajikan kepada sejumlah besar siswa, di berbagai tempat, dengan stimulus pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian tersebut.26

b. Beberapa contoh usaha ke arah taksonomi media antara lain adalah: a) Taksonomi menurut Rudy Bretz

Bretz mengidentifikasikan ciri utama dari media menjadi tiga unsur pokok, yaitu : Suara, visual, dan gerak. Visual sendiri dibedakan menjadi tiga yaitu gambar, garis (line graphic) dan simbol yang merupakan suatu kontinuum dan bentuk yang dapat ditangkap dengan indera penglihatan

b) Taksonomi media menurut Duncan

Menurut Duncan, semakin rumit jenis perangkat media yang dipakai, maka semakinmahal biaya investasinya dan semakin susah pengadaanya, tetapi juga semakin umum penggunaanya dan semakin luas lingkup sasarannya. Sebaliknya semakin sederhana perangkat media yang digunakan biayanya akan lebih murah, pengadaanya lebih mudah, sifat penggunaannya lebih khusus dan lingkup sasarannya lebih terbatas.

c) Taksonomi menurut Briggs

Taksonomi ini lebih mengarah kepada karakteristik menurut stimulus atau rangsanganyang dapat ditimbulkannya daripada dari

26


(37)

medianya sendiri, yaitu kesesuaian rangsangan tersebut dengan karakteristik siswa, tugas pembelajaran, bahan dan transmisinya.

d) Taksonomi menurut Gagne

Gagne membuat 7 macam pengelompokan media, yaitu benda untuk didemonstrasikan, komunikasi lisan, media cetak, gambar diam, gambar gerak, film bersuara dan mesin belajar. Ke tujuh kelompok media ini kemudian dikaitkannya dengan kemampuannya memenuhi fungsi menurut tingkat hirarki belajar yang dikembangkannya, yaitu : pelontar stimulus belajar, penarik minat belajar, contoh perilaku belajar, memberi kondisi eksternal, menuntun cara berfikir, memasukan alih-ilmu, menilai prestasi dan pemberi umpan balik.

e) Taksonomi menurut Edling

Menurut Edling, media merupakan bagian dari enam unsur rangsangan belajar, yaitu dua untuk pengalaman audio meliputi kodifikasi subjektif visual dan kodofikasi objektif visual. Dan dua pengalaman belajar 3 dimensi meliputi pengalaman langsung dengan orang dan pengalaman langsung dengan benda-benda. 27

5. Jenis-Jenis Media Pembelajaran

Ada beberapa jenis media pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar, antara lain ialah :

a. Media Grafis

“Menurut Yudhi Munadi, Media grafis merupakan dan bisa disebut juga sebagai media Visual,Media grafis merupakan dan bisa disebut juga sebagai

media Visual, media visual adalah “media yang melibatkan indera penglihatan.

Terdapat dua jenis pesan yang dimuat dalam media visual, yakni pesan verbal dan non verbal. Pesan verbal-visual terdiri atas kata-kata dalam bentuk tulisan; dan pesan nonverbal-visual adalah pesan yang dituangkan dalam simbol-simbol nonverbal-visual”.28

Simbol-simbol tersebut perlu dipahami benar, artinya agar proses penyampaian pesan dapat berhasil dan efisien. Selain fungsi umum tersebut, secara khusus grafis berfungsi pula untuk menarik perhatian, memperjelas sajian

27

Op.cit. h.19-26 28

Yudi Munadi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru,(Ciputat:Gaung Persada Press,2008),h. 83


(38)

ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin akan cepat dilupakan atau diabaikan bila tidak digrafiskan.

Beberapa macam media grafis adalah sebagai berikut :

1) Gambar atau Foto

Gambar atau Foto adalah media reproduksi bentuk asli dalam dua dimensi. Foto ini merupakan alat visual yang efektif karena dapat divisualisasikan sesuatu yang akan dijelaskan dengan lebih konkrit dan realistis.

2) Sketsa

Sketsa adalah gambar yang sederhana atau draft kasar yang melukiskan bagian-bagian pokoknya tanpa detail. Sketsa selain dapat menarik perhatian murid, menghindari verbalisme, dan dapat memperjelas penyampaian pesan, harganya pun tak perlu dipersoalkan karena media ini langsung dibuat oleh guru.

3) Grafik

“Menurut Yudhi Munadi Grafik adalah gambar yang sederhana yang banyak sedikitnya merupakan penggambaran data kumulatif yang akurat dalam bentuk menarik dan mudah dimengerti. Grafik terbagi menjadi 4 jenis, yaitu grafik garis, grafik batang, grafik lingkaran, dan grafik simbol”.29

4) Bagan

“Menurut Arief Sadiman Bagan adalah suatu media pembelajaran yang fungsi pokoknya ialah menyajikan ide atau konsep yang sulit bila hanya disampaikan secara tertulis atau lisan secara visual. Bagan juga mampu memberikan ringkasan butir-butir penting dari suatu presentasi. Di dalam bagan biasanya kita menemukan jenis media lain seperti gambar,diagram, kartun atau lambang-lambang verbal”.30 Bagan pun

29

Ibid. h. 89 30


(39)

terbagi menjadi 4 macam, yaitu: bagan organisasi, bagan arus, bagan pohom dan bagan proses

5) Diagram

Diagram merupakan susunan garis-garis dan lebih menyerupai peta daripada gambar.

6) Peta

“Menurut Yudhi Munadi Peta adalah gambar permukaan Bumi atau sebagian daripadanya. Sebenarnya peta bisa disebut sebagai bagan. Dengan peta orang dapat menvisualisasikan apa yang ada dipermukaan bumi ini dan menentukan tempat kejadian sesuatu”. 31

b. Media Audio

“Menurut Yudhi Munadi Media Audio adalah media yang hanya melibatkan indera pendengaran dan hanya mampu memanipulasi kemampuan suara semata. Dilihat dari sifat pesan yang diterimanya, media audio ini menerima pesan verbal dan non verbal. Pesan verbal audio adalah bahasa lisan atau kata-kata, dan pesan nonverbal audio adalah bunyi-bunyian dan vokalisasi seperti gerutuan, gumam, musik, dan lain-lain”.32

Sangat berbeda dengan media grafis, media audio lebih mengarah kepada indera pendengaran. Pesan yang disampaikan dituangkan ke dalam lambang-lambang auditif, baik secara verbal (kedalam kata-kata lisan) maupun non verbal. Ada beberapa jenis media yang dapat kita kelompokan dalam media Audio, antara lain : radio, alat perekam pita dan laboratorium bahasa”.33

1) Radio merupakan sebuah perlengkapan elektronik yang harganya relatif murah mudah dipindahkan (mobile) dan variasi programnya lebih banyak daripada TV”.34

31

Yudi Munadi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru,(Ciputat:Gaung Persada Press,2008),h.96

32

Ibid,h 55 33

Op.cit h. 52 34


(40)

2) Alat perekam pita magnetik atau sering disebut sebagai Tape Recorder

adalah alat perekam yang menggunakan pita dan kaset. Dan juga salah satu media pendidikan yang tak dapat diabaikan untuk menyampaikan informasi, karena mudah menggunakannya.

3) Laboratorium bahasa adalah alat untuk melatih siswa mendengar dan berbicara dalam bahasa asing dengan jalan menyajikan materi pembelajaran yang disiaplan sebelumnya. Dalam laboratorium bahasa murid duduk sendiri-sendiri di dalam kotak bilik akustik dan kotak suara. Siswa mendengar suara guru yang duduk di ruang control lewat

Headphone.35 c. Media Proyeksi Diam

“Menurut Arief Sadiman media proyeksi diam mempunyai persamaan dengan media grafis dalam arti menyajikan rangsangan-rangsangan visual. Kecuali itu bahan-bahan grafis banyak sekali dipakai dalam media proyeksi diam. Perbedaan yang jelas antara mereka adalah bila pada media yang bersangkutan pada media proyeksi pesan tersebut harus diproyeksikan dengan proyektor agar dapat dilihat oleh sasaran, terlebih dahulu. Ada kalanya media jenis ini disertai rekaman audio, tapi ada pula yang hanya visual saja”.36

Beberapa jenis media proyeksi diam antara lain:

1. Film bingkai 2. Film rangkai

3. Overhead proyektor

4. Proyektor opaque

5. Tachitoscope

6. Micro Projection

7. Micro Film

35

Ibid.h 55

36


(41)

D.

Media Audio Visual

1. Pengertian Media Audio Video

“Menurut Azhar Arsyad media audio visual yaitu media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik. Teknologi Audio visual digunakan untuk menyampaikan materi dengan menggunakan mesin-mesin mekanis dan elektronik untuk menyajikan pesan-pesan audio visual. Pengajaran audio visual jelas dan bercirikan pemakaian perangkat keras selama proses belajar, seperti mesin Proyektor film, Tape Recorder dan proyektor visual yang lebar. Jadi pengajaran melalui audio visual

adalah “produksi dan penggunaan materi yang penyerapannya melalui pandangan dan pendengaran serta tidak seluruhnya tergantung kepada pemahaman kata atau simbol-simbol serupa”.37

2. Macam-Macam Media Audio Visual a. Jenis-jenis Media Audio Visual

Media audio visual dibagi ke dalam dua jenis, yaitu :

(i) Audio visual murni, yaitu baik unsur suara maupu unsur gambar yang berasal dari satu sumber seperti video kaset.

(ii)Audio visual tidak murni, yaitu unsur suara dan unsur gambarnya berasal dari sumber yang berbeda.

b. Karakteristik Media Audio Visual

“Menurut Azhar Arsyad ciri-ciri dan karakteristik utama teknologi media audio visual adalah sebagai berikut :

(i) Bersifat linear

(ii) Menyajikan visual yang dinamis

(iii) Digunakan dengan cara yang telah ditetapkan sebelumnya oleh perancang atau pembuatnya.

(iv) Dikembangkan menurut prinsip psikologis, behaviorisme dan kognitif (v) Merupakan representasi fisik dari gagasan riil atau gagasan abstrak.

37


(42)

(vi) Berorientasi kepada guru dengan tingkat pelibatan interaktif murid yang rendah”.38

Video, sebagai media audio-visual yang menampilkan gerak, semakin lama semakin populer dalam masyarakat kita. Pesan yang disajikan bersifat fakta (kejadian atau peristiwa penting, berita) maupun fiktif (cerita), bisa bersifat informatif, edukatif maupun instruksional. Sebagian besar tugas film dapat digantikan video. Tapi ini tidak berarti bahwa video akan menggantikan kedudukan film. Masing-masing mempunyai kelebihan dan keterbatasannya

sendiri.

c. Kelebihan dan Kelemahan Media Audio Video

Kelebihan :

(i) Dapat menarik perhatian untuk periode-periode yang singkat dari rangsangan luar lainnya.

(ii) Dengan alat perekam pita video sejumlah besar penonton dapat memperoleh informasi dari ahli-ahli atau spesialis

(iii) Demonstrasi yang sulit bisa dipersiapkan dan direkam sebelumnya, sehingga pada waktu mengajar guru bisa memusatkan perhatian pada penyajiannya

(iv)Menghemat waktu dan rekaman dapat diputar berulang-ulang

(v) Kamera TV bisa mengamati lebih dekat objek yang lagi bergerak atau objek yang berbahaya seperti harimau

(vi)Keras dan lemah suara yang ada bisa diatur dan disesuaikan bila akan disisipi komentar yang akan didengar

(vii) Gambar proyeksi biasa di bekukan untuk diamati dengan seksama. Guru bisa mengatur dimana dia akan menghentikan gerakan gambar tersebut, kontrol sepenuhnya di tangan guru .

(viii) Ruangan tak perlu digelapkan waktu menyajikannya

38


(43)

Kekurangan :

(i) Perhatian penonton sulit dikuasai, partisipasi mereka jarang dipraktekkan (ii) Sifat komunikasinya yang bersifat satu arah haruslah diimbangi dengan

pencarian bentuk umpan balik yang lain

(iii)Kurang mampu menampilkan detail dari objek yang disajikan secara sempurna

(iv)Memerlukan peralatan yang mahal dan kompleks.

E.

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

1. Pengertian IPS

Pendidikan IPS adalah “penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan

disajikan secara ilmiah dan pedagogis atau psikologis untuk tujuan pendidikan.”

IPS merupakan padanan dari Sosial Studies konteks kurikulum di Amerika Serikat. Istilah tersebut pertama kali digunakan di AS pada tahun 1913 mengadopsi nama lembaga Social Studies yang mengembangkan kurikulum di AS (Marsh, 1980; Martorella, 1976). Kurikulum Pendidikan IPS tahun 1994 sebagaimana yang dikatakan oleh Hamid Hasan (1990), merupakan difusi dari

berbagai disiplin ilmu”.

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah salah satu mata pelajaran yang di ajarkan di sekolah, mulai dari jenjang pendidikan dasar hingga pendidikan menengah. Sasaran utamanya adalah pengembangan teoritis, seperti yang menjadi penekaan pada socian science. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa IPS adalah suatu mata pelajaran yang mengkaji kehidupan sosial yang bahannya didasarkan pada kajian sejarah, geografi, ekonomi, serta mata pelajaran ilmu sosial lainnya.

2. Ruang Lingkup IPS

IPS bukanlah mata pelajaran yang berdiri sendiri, tetapi terdiri dari beberapa disiplin ilmu, yaitu sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi dan tata negara.


(44)

Ruang lingkup mata pelajaran IPS (Terpadu) meliputi beberapa aspek-aspek sebagai berikut:

1) Manusia, tempat dan lingkungan. 2) Waktu, keberlanjutan dan perubahan. 3) Sistem sosial dan budaya.

4) Perilaku ekonomi dan kesejahteraan.39

Pembelajaran IPS berkenaan dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhannya, IPS berkenaan dengan cara manusia menggunakan usaha memenuhi kebutuhan materinya, memenuhi kebutuhan kebudayaan-kebudayaan jiwanya, pemanfaatan sumber daya yang ada dipermukaan bumi, mengatur kesejahteraan, pemerintahan dan sebagainya. Sehingga dapat dikatakan yang menjadi ruang lingkup IPS adalah manusia pada konteks sosialnya atau manusia sebagai anggota masyarakat.

Mengingat manusia dalam konteks sosial itu demikian luasnya maka dalam pembelajaran IPS ditiap jenjang pendidikan harus melakukan pembatasan-pembatasan sesuai dengan kemampuan pada tingkat masing-masing. Pembelajaran IPS bukan hanya sekedar menyajikan materi-materi yang akan memenuhi ingatan para siswa, melainkan lebih jaun kebutuhannya sendiri dan sesuai kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Oleh karena itu, pembelajaran IPS harus pula menggali materi-materi yang bersumber pada masyarakat.

Gejala-gejala yang di luar jendela kelas dan di luar halaman sekolah seperti; persampahan, kemacetan lalu lintas, pengangguran dan lain-lain merupakan materi IPS yang dapat merangsang pikiran para siswa. Gejala-gejala tersebut ditinjau dari berbagai dimensi atau segi ekonomi, segi mental, segi sikap, berhubungan antar manusia dan lain-lain. Melalui proses tersebut, guru dan siswa telah memberikan fungsi yang praktis kepada masyarakat sebagai sumber materi IPS. Dengan demikian, baik guru maupun murid tidak berhadapan dengan sumber

39

Sapriya, Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2009), cet,1, hal.208.


(45)

dan materi yang asing bagi mereka, pada diri siswa dapat dibina konsep-konsep IPS yang sesuai dengan kenyataan.

3. Karakteristik IPS

Karakteristik mata pelajaran IPS SMP/MTS antara lain sebagai berikut: 1) IPS merupakan gabungan dari unsur-unsur geografi, sejarah, ekonomi,

hukum dan politik, kewarganegaraan, sosiologi bahkan juga bidang humaniora, pendidikan dan agama.

2) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS berasal dari struktur keilmuan geografi, sejarah, ekonomi dan sosiologi, yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik (tema) tertentu.

3) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS juga menyangkut berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner.

4) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS dapat menyangkut peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab akibat, kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan lingkungan, struktur, proses dan masalah sosial serta upaya-upaya perjuangan hidup agar survive seperti pemenuhan kebutuhan, kekuasaan, keadilan dan jaminan keamanan.

5) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS menggunakan tiga dimensi dalam mengkaji dan memahami fenomena sosial serta kehidupan manusia secara keseluruhan.40

Dengan demikian, dapat dipahami bahwa karakteristik IPS merupakan gabungan dari berbagai materi yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, IPS juga merupakan salah satu mata pelajarn yang sangat penting karena materinya menyangkut dengan kehidupan sehari-hari manusia secara keseluruhan.

4. Tujuan IPS

“Menurut Syafrudin Nurdin Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) bertujuan

untuk “mengembangkan kemampuan berpikir, sikap, dan nilai siswa sebagai individu maupun sebagai sosial budaya”.41

Tujuan utama IPS di tingkat sekolah yaitu untuk mempersiapkan para siswa sebagai warga Negara yang menguasai pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills), sikap dan nilai (attitudes dan values) yang dapat digunakan sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah pribadi atau masalah sosial serta

40

Trianto, Model Pembelajaran Terpadu Dalam Teori dan Praktek, (Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher, 2001),hal.126.

41 Syafruddin Nurdin, “

Model Pembelajaran yang Memperhatikan Keragaman Individu Siswa dalam KBK”, (Jakarta:Ciputat Press, 2005),hal.23


(46)

kemampuan mengambil keputusan dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan agar menjadi warga negara yang baik. Pada dasarnya tujuan dari pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya, serta berbagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa IPS bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir, sikap dan nilai siswa sebagai individu, anggota masyarakat, makhluk sosial dan budaya, agar nantinya mampu hidup ditengah-tengah masyarakat dengan baik.

F.

HAKIKAT SOSIOLOGI

1. Pengertian Sosiologi

Secara harfiah atau etimologi sosiologi berasal dari bahasa Latin yaitu

socius atau logos. Socius artinya teman, kawan, sahabat (dapat juga diartikan sebagai pergaulan hidup manusia atau masyarakat), dan logos berasal dari bahasa Yunani yang artinya ilmu pengetahuan. Jadi, Sosiologi adalah “suatu ilmu tentang

masyarakat”.42

Sosiologi pada hakikatnya bukanlah semata-mata ilmu murni yang hanya mengembangkan ilmu pengetahuan secara abstrak demi usaha peningkatan kualitas ilmu itu sendiri, namun Sosiologi bisa juga menjadi ilmu terapan yang menyajikan cara-cra untuk mempergunakan pengetahuan ilmiahnya guna memecahkan masalah praktis atau masalah sosial yang perlu ditanggulangi.43

Kekhususan Sosiologi adalah bahwa perilaku manusia selalu dilihat dalam kaitannya dengan struktur-struktur kemasyarakatan dan kebudayaan yang dimiliki, dibagi, ditunjang bersama. Sosiologi mempelajari perilaku sosial manusia dengan meneliti kelompok yang dibangunnya. Kelompok tersebut mencakup keluarga, suku bangsa, komunitas, pemerintahan, dan berbagai organisasi sosial, politik, ekonomi, dan organisasi lainnya. Dengan demikian,

42

M. Sitorus, Berkenalan dengan Sosiologi, (Jakarta: Erlangga, 1999), h.2 43

J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, Sosiologi: Teks Pengantar & Terapan, (Jakarta: Kencana, 2007), Ed.2,cet.3,h.2.


(47)

Sosiologi bisa dikatakan sebagai ilmu tersendiri, karena sosiologi adalah disiplin intelektual yang secara khusus, sistematis, dan terandalkan mengembangkan pengetahuan tentang hubungan sosial manusia pada umumnya dan tentang produk dari hubungan tersebut.

Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi yang dikutip oleh Soerjono Soekanto menyatakan bahwa sosiologi atau ilmu masyarakat adalah “ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial termasuk perubahan-perubahan sosial”.44

Menurut Auguste Comte ilmuan yang berasal dari Prancis dan dikenal sebagai bapak Sosiologi dan dikutip oleh Bernard Raho mengatakan bahwa Sosiologi adalah ilmu positif tentang mansyarakat. Ia menggunakan istilah positiff yang artinya sama dengan empiris. Jadi bagi dia, Sosiologi adalah studi empiris tentang masyarakat. Menurut Comte “fokus dari studi sosiologis tentang masyarakat ada dua, yakni struktur masyarakat yang disebutnya statika sosial dan prose-proses sosial di dalam masyarakat yang disebut dengan istilah dinamika sosial”.45

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Sosiologi adalah merupakan salah satu ilmu sosial yang mempelajari tentang masyarakat, hubungan antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok. Banyak yang dipelajari dalam Sosiologi seperti interaksi dalam masyarakat, hubungan sosial masyarakat dan lain-lain, semua materi yang dipelajari berkembang sesuai dengan keadaan sosial yang terjadi pada saat ini.

“Menurut Dahlan Al Barry sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, terutama di dalamnnya perubahan-perubahan sosial”.46

Menurut Soekanto sosiologi merupakan ilmu sosial yang objeknya adalah masyarakat. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri karena telah memenuhi segenap unsur-unsur ilmu pengetahuan, yang ciri-ciri utamanya adalah:

44

Soerjono Soekanto, Memperkenalkan Sosiologi, (Jakarta: CV. Rajawali, 1982),h.21. 45

Bernard Raho, Sosiologi-Sebuah Pengantar, (Surabaya: Ledalero, 2004),h.2. 46Dahlan Al Barry,”


(48)

a. Sosiologi bersifat empiris yang berarti bahwa ilmu pengetahuan tersebut didasarkan pada observasi terhadap kenyataan dan akal sehat serta hasilnya tidak bersigat spekulatif.

b. Sosiologi bersifat teoritis, yaitu ilmu pengetahuan tersebut selalu berusaha untuk menyusun abstraksi dari hasil-hasil observasi. Abstraksi tersebut merupakan kerangka unsur-unsur yang tersusun secara logis serta bertujuan untuk menjelaskan hubungan-hubungan sebab-akibat, sehingga menjadi teori.

c. Sosiologi bersifat kumulatif yang berarti bahwa teori-teori Sosiologi dibentuk atas teori-teori yang sudah ada dalam arti memperbaiki, memperluas serta memperhalus teori-teori yang lama.

d. Bersifat non-etis, yakni yang dipersoalkan bukan buruk baiknya fakta tertentu, akan tetapi tujuannya adalah untuk menjelaskan fakte tersebut secara analisis.47

Jadi, Sosiologi merupakan ilmu yang membahas tentang struktur, proses dan perubahan sosial yang terjadi dimasyarakat. Sosiologi memiliki ciri-ciri empiris. Teoritis, kumulatif, dan non-etis.

2. Ruang Lingkup Sosiologi

Pitirim Sorokin mengatakan bahwa Sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari:

a) Hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala-gejala sosial (misalnya antara gejala-gejala ekonomi dengan agama; keluarga dengan moral, hukum dengan ekonomi, gerak masyarakat dengan politik dan lain sebagainya).

b) Hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala-gejala non sosial (misalnya gejala geografis, biologis, dan sebagainya).

c) Ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial.48 3. Perspektif Sosiologi

Didalam setiap ilmu pengetahuan, senantiasa ada perspektif atau imajinasi tertentu; di dalam sosiologi hal itu disebut sebagai perspektif atau imajinasi sosiologi (sociological perspective atau sociological imajination). Untuk dapat memahami suatu ilmu dengan baik, maka terlebih dahulu harus dikuasai dasar-dasar konsepsional dari perspektif ilmu yang bersangkutan, yaitu:

a. Interaksi sosial

Adalah hubungan timbal balik antara individu dengan individu, kelompok dengan kelompok, serta individu dengan kelompok.

b. Struktur sosial

47

Soekanto, Sosiologi Suatu ..., h. 15

48


(49)

Adalah jalinan unsur-unsur sosial yang pokok dalam masyarakat mencakup antara lain:

(a) Kelompok sosial, baik yang teratur maupun tidak teratur.

(b) Kebudayaan yang merupakan hasil karya, rasa dan cipta yang didasarkan pada karsa.

(c) Lembaga sosial, yaitu himpunan kaidah-kaidah dari segala tingkatan yang berkisar pada kebutuhan pokok manusia.

(d) Stratifikasi sosial, yaitu lapisan-lapisan dalam masyarakat yang didasarkan pada kenyataan, kekuasaan, ilmu pengetahuan, kehormatan, dan sebagainya.

(e) Kekuasaan dan wewenang. Kekuasaan merupakan kemampuan untuk mempengaruhi pikiran orang lain, segingga orang tersebut mengikuti kehendak yang memberi pengaruh; wewenang merupaka kekuasaan yang diakui.

c. Jangka waktu atau aspek historis

Setiap masyarakat terikat oleh jangka waktu atau ruang waktu. Misalnya, walaupun di Bali dewasa ini masyarakat masih terbagi atas kasta (stratifikasi), akan tetapi kasta-kasta tersebut pasti berbeda dengan keadaannya dua puluh tahun yang lalu.

d. Ruang di mana suatu masyarakat hidup

Ruang tempat suatu masyarakat tinggal, juga perlu diperhatikan di dalam pemikiran sosiologis.49

G.

PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

1. Pengertian PTK

“Menurut Rochiati Wiriaatmadja Penelitian tindakan kelas ialah dimana guru melakukan peranan sebagai peneliti dan kelas sebagai laboratorium”.50

“Menurut Kunandar Penelitian tindakan kelas (PTK) memiliki peranan penting dan strategis untuk meningkatkan mutu pembelajaran apabila di implementasikan dengan baik dan benar. Diimplementasikan dengan baik, artinya pihak yang terlibat dalam PTK mencoba dengan sadar mengembangkan kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah-masalah yang terjadi dalam pembelajaran di kelas melalui tindakan bermakna yang diperhitungkan

49

Soerjono Soekanto, Memperkenalkan Sosiologi, (Jakarta: CV. Rajawali, 1982), h.8-10 50

Rochiati Wiriaatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: PT. Remaja Rosydakarya, 2006), h 23-24


(50)

dapat memecahkan masalah atau memperbaiki situasi dan kemudian secara cermat mengamati pelaksanaannya untuk mengukur tingkat keberhasilannya”.51

Secara etimologis, ada tiga istilah yang berhubungan dengan Penelitia tindakan Kelas (PTK), yakni penelitian, tindakan dan kelas. Pertama, penelitian adalah suatu proses pemecahan masalah yang dilakukan secara sistematis, empiris, dan terkontrol. Sistematis dapat diartikan sebagai prosesyang runtut sesuai dengan aturan tertentu. Kedua, tindakan dapat diartikan sebagai perlakuan tertentu yang dilakukan peneliti yakni guru. Tindakan diarahkan untuk memperbaiki kinerja yang dilakukan guru. Ketiga¸ kelas menunjukan pada tempat proses pembelajaran berlangsung. Ini berarti PTK dilakukan di dalam kelas yang tidak di-settinguntuk kepentingan penelitian secara khusus, akan tetapi PTK berlangsung dalam keadaan situasi dan kondisi yang real tanpa rekayasa.52

“Menurut Kunandar Pendidikan tindakan kelas dapat didefinisikan sebagai suatu penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti di kelasnya atau bersama-sama dengan orang lain (kolaborasi) dengan jalan merancang melaksanakan dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu (kualitas) proses pembelajaran di kelasnya melalui suatu tindakan tertentu dalam suatu siklus. Tujuan utama PTK ”adalah untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di kelas dan meningkatkan kegiatan nyata guru dalam kegiatan pengembang profesinya”.53

2. Ciri-ciri Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan kelas dibedakan menjadi 2 ciri, yaitu ciri-ciri umum dan ciri-ciri khusus. Ciri-ciri umum adalah sebagai berikut

a. Situasional, kontekstual, berskala kecil, praktis, terlokalisasi, dan secara langsung relevan dengan situasi nyata dalam dunia kerja.

51

Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembang Profesi Guru (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2010) h. 41

52

Wina sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas,...h 25-26 53

Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas ,... h 44-45


(51)

b. Memberikan kerangka kerja yang teratur kepada pemecah masalah praktis. Penelitian tindakan kelas juga bersifat empiris, artinya ia mengandalkan observasi nyata dan data perilaku

c. Fleksibel dan adaptif sehingga memungkinkan adanya perubahan selama masa percobaan dan pengabaian pengontrolan karena lebih menekankan sifat tanggap dan pengujicobaan serta pembaruan di tempat kejadian atau pelaksanaan PTK

d. Partisipatori karena peneliti dan/atau anggota tim peneliti sendiri ambil bagian secara langsung atau tidak langsung dalam melakukan PTK. e. Self-evaluation yaitu modifikasi secara kontinu yang dievaluasi dalam

situasi yang ada, yang tujuan akhirnya adalah untuk meningkatkan mutu pembelajaran dengan cara tertentu.

f. Perubahan dalam praktik didasari pengumpulan informasi atau data yang memberikan dorongan untuk terjadinya perubahan.

g. Secara ilmiah atau kurang ketat karea kesahihan internal dan eksternalnya lemah meskipun diupayakan untuk dilakukan secara sistematis dan ilmiah.54

Sementara ciri-ciri khusus penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut. a. Dalam penelitian tindakan kelas ada komitmen pada peningkatan

pendidikan. Komitmen tersebut memungkinkan setiap yang terlibat untuk memberikan andil yang berarti demi tercapainya peningkatan yang mereka sendiri dapat ikut rasakan.

b. Dalam penelitian tindakan kelas, ada maksud jelas untuk melakukan intervensi ke dalam dan peningkatan pemahaman dan praktik seseorang serta untuk menerima tanggung jawab dirinya sendiri.

c. Pada penelitian tindakan kelas melekat tindakan yang berpengetahuan, berkomitmen, dan bermaksud. Tindakan dalam PTK direncanakan berdasarkan hasil refleksi kritis terhadap praktik terkait berdasarkan nilai-nilai nyang diyakini kebenarannya. Tindakan dalam PTK juga dilakukan atas dasar komitmen kuat dan keyakinan bahwa situasi dapat dirubah kearah perbaikan.

d. Dalam penelitian tindakan kelas dilakukan pemantauan sistemik untuk menghasilkan data atau informasi yang valid.

e. Penelitian tindakan kelas melibatkan deskripsi autentik tentang tindakan. Deskripsi yang dimaksud ialah bukan penjelasan tetapi rangkaian cerita tentang keguatan yang terjadi dan biasanya berbentuk laporan.55

3. Karakteristik dan Tujuan Penelitian Tindakan Kelas

PTK berbeda dengan pendidikan formkal pada umumnya, karena PTK memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut .

54

Kusnandar,,h 56-57 55

Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas ,...h 56-58


(52)

a. On-the job problem oriented(masalah yang diteliti ialah masalah yang nyata yang muncul dari dunia

b. Problem-solving oriented (berorientasi pada pemecahan masalah)

c. Improvement-oriented (berorientasi pada peningkatan mutu)

d. Ciclic (siklus)

e. Action oriented

f. Pengkajian terhadap dampak tindakan

g. Specifics contextual

h. partisipatory56

Sedangkan Tujuan dari PTK ialah sebagai berikut.

a. Untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas yang dialami langsung dalam interaksi antara guru dengan siswa yang sedang belajar, meningkatkan profesionalisme guru, dan menumbuhkan budaya akademik di kalangan guru.

b. Peningkatan kualitas praktik pembelajaran di kelas secara terus-menerus mengingat masyarakat berkembang secara cepat

c. Peningkatan relevansi pendidikan, hal ini dicapai melalui peningkatan proses pembelajaran.

d. Sebagai alat training in-service, yang memperlengkapi guru dengan skill dan metode baru, mempertajam kekuatan analitisnyta dan mempertinggi kesadaran dirinya.

e. Sebagai alat untuk memasukan pendekatan tambahan atau inovatif terhadap sistem pembelajaran yang berkelanjutan yang biasanya menghambat inovasi dan perubahan.

f. Peningkatan mutu hasil pendidikan melalui perbaikan praktik pembelajaran di kelas dengan mengembangkan berbagai jenis keterampilan dan meningkatkan motivasi belajar siswa.

g. Meningkatkan sikap profesional pendidik dan tenaga kependidikan.

h. Menumbuhkembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah, sehingga tercipta sikap proaktif dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara berkelanjutan.

i. Peningkatan efisiensi pengelolaan pendidikan, peningkatan atau perbaikan proses pembelajaran di samping untuk meningkatkan relevansi dan mutu hasil pendidikan juga ditunjukan untuk meingkatkan efisiensi pemanfaatan sumber-sumber daya yang terintegrasi di dalamnya.57

4. Fokus dan Komponen Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Penelitian tindakan kelas berfokus pada kelas atau proses belajar mengajar yang terjadi di dalam kelas dan bukan pada input kelas, seperti silabus dan materi. PTK harus tertuju pada hal-hal yang terjadi di dalam kelas. Pengertian kelas dalam PTK tidak hanya sebatas pada kelas yang sedang aktif melangsungkan

56

Ibid, h.58-62 57


(53)

proses belajar mengajar di dalam suatu ruangan tertutup saja, tetapi dapat juga terjadi ketika siswa sedang melaksanakan aktifitas di luar kelas, seperti ketika siswa sedang karya wisata (study tour), di laboratorium, di kebun, di masyarakat, dan berbagai tempat lainnya.

Objek yang menjadi fokus penelitian tindakan kelas antara lain : a. Siswa

b. Guru

c. Media atau alat peraga pendidikan. d. Hasil pembelajaran.

e. Sistem evaluasi dan hasil pembelajaran,dan f. Lingkungan.58

5. Manfaat PTK

Sesuai dengan karakteristik dan Tujuan seperti yang telah dijelaskan di atas, maka PTK memiliki manfaat sebagai berikut :

a. Manfaat untuk Guru

PTK memiliki manfaat yang sangat besar untuk guru di antaranya :

Pertama, PTK dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang menjadi tanggung jawab. Kedua, melalui perbaikan dan peningkatan kerja, maka akan tumbuh kepuasan dan rasa percaya diri yang dapat dijadikan sebagai modal untuk secara terus menerus meningkatkan kemampuan dan kinerjanya. Ketiga, keberhasilan PTK dapat berpengaruh terhadap guru lain. Keempat, PTK juga dapat mendorong guru memiliki sikap profesional.

b. Manfaat PTK untuk siswa

Selain untuk guru, PTK juga bermanfaat bagi siswa, di antaranya Pertama, melalui PTK dapat mengurangi bahkan menghilangkan rasa jenuh dalam mengikuti proses pembelajaran. Kedua, PTK dapat berpengaruh positif terhadap pencapaian hasil belajar siswa

c. Manfaat PTK untuk Sekolah

“Menurut Wina Sanjaya dengan adanya guru-guru yang kreatif dan inovatif dengan selalu berupaya meningkatkan hasil belajar siswa, secara

58


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL DENGAN MEDIA KOLASE PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU KELAS VIII SMP 18 BANDA ACEH

0 7 1

Hubungan antara sikap siswa terhadap mata pelajaran IPS dengan hasil belajar IPS kelas X SMK Attaqwa 05 Kebalen

1 17 97

Efektivitas pemanfaatan media audio visual vidio pembelajaran dalam upaya peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa pada pembelajaran sejarah (penelitian kelas di SMP Bina Sejarah Depok)

2 9 235

Pengaruh Penggunaan Media Audio Visual Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Di Kelas X Ma Attaqwa

1 9 174

Peningkatan hasil belajar siswa dengan metode diskusi pada mata pelajaran IPS di kelas V MI Ta’lim Mubtadi I Kota Tangerang

0 12 121

Pengaruh Penggunaan Media Peta terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS Sejarah di SD Sampangan 03 Semarang

2 32 54

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA KOMIK TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS 5 Efektivitas Penggunaan Media Komik Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ips Kelas 5 Sd Negeri 1 Kayen Tahun Pelajaran 2013-2014.

0 2 16

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA VIDEO TUTORIAL ADOBE PREMIERE PRO CS3 TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AUDIO VIDEO.

0 0 46

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU DI SMP NEGERI 12 PALU | Hariyati | GeoTadulako 3255 10092 1 PB

0 0 16

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN LCD PROYEKTOR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI

1 6 15