PELABUHAN DARAT

2. PELABUHAN DARAT

a. Pengertian Pelabuhan darat merupakan terminal barang dan peti kemas, dimana

administrasi dan CIQS untuk keperluan ekspor dan impor antar negara dapat diselesaikan di sini. Kegiatan bongkar-muat dan pergudangan serta terminal baik terminal penumpang maupun terminal penumpukan peti kemas/barang dilayani seperti halnya di bandara atau pelabuhan laut. Usaha-usaha jasa ekspedisi pengangkutan, freight forwarder serta jasa-jasa lain akan tumbuh sebagai pendukung usaha kepelabuhanan yang ada seperti pos, perbankan, air bersih, listrik, transportasi, jasa bongkar muat, peti kemas, pergudangan, bengkel, rumah makan, penginapan serta usaha-usaha pendukung lainnya.

b. Peraturan Perundangan Dalam Perpu No. 1/2001 yang ditetapkan menjadi UU No36/2000, pasal

1 menyebutkan: Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas adalah suatu kawasan yang berada dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terpisah dari daerah pabean sehingga bebas dari pengenaan bea masuk, pajak pertambahan nilai, pajak penjualan atas barang mewah dan cukai (ayat 1). Sedangkan pengertian pelabuhan disini adalah pelabuhan laut dan bandar udara (ayat 2) yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, naik turunnya penumpang dan atau bongkar muat barang yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antar moda (jenis) transportasi. Jenis pelabuhan sebenarnya dibedakan atas moda transportasi utama yang dilayaninya. Pelabuhan laut untuk moda transportasi utama kapal laut, pelabuhan udara untuk pesawat udara dan pelabuhan darat (dry port) untuk angkutan darat seperti peti kemas yang menggunakan kereta api, truk dan sebagainya.

c. Pengelolaan Kawasan Manfaat dari pelabuhan darat di wilayah perbatasan diantaranya adalah

sebagai tempat untuk mengembangkan usaha-usaha dibidang perdagangan, jasa, industri, pertambangan dan energi, transportasi, maritim dan perikanan, pos dan telekomunikasi, perbankan, asuransi, pariwisata dan bidang-bidang lainnya.

Untuk memperlancar kegiatan di Kawasan Perdagangan Bebas atau Pelabuhan Bebas ataupun Dry port, Badan Pengusahaan, yaitu badan yang mengelola kawasan pelabuhan ini diberi wewenang mengeluarkan ijin-ijin usaha yang diperlukan bagi para pengusaha yang mendirikan dan menjalankan usaha di kawasan perdagangan bebas atau pelabuhan bebas melalui pelimpahan wewenang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

46 Strategi dan Model Pengembangan Wilayah Perbatasan Kalimantan

Dalam pengelolaan mengenai keluar-masuknya barang dari dan ke kawasan perdagangan bebas/pelabuhan bebas ini aturan yang berlaku adalah:

1. Barang-barang yang terkena ketentuan larangan, dilarang dimasukkan ke Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas.

2. Pemasukan dan pengeluaran barang ke dan dari Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas hanya dapat dilakukan oleh pengusaha yang telah mendapat ijin usaha dari Badan Pengusahaan

3. Pengusaha yang mendapatkan ijin hanya memasukkan barang ke Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas yang berhubungan dengan kegiatan usahanya.

4. Pemasukan dan pengeluaran barang ke dan dari Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas melalui pelabuhan dan bandar udara yang ditunjuk dan berada dibawah pengawasan pabean diberikan pembebasan bea masuk, pembebasan pajak pertambahan nilai, pembebasan pajak penjualan atas barang mewah, dan pembebasan cukai.

5. Pemasukan dan pengeluaran barang ke dan dari Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas ke daerah pabean diberlakukan tata laksana kepabeanan di bidang impor dan ekspor dan ketentuan dibidang cukai.

6. Pemasukan barang konsumsi dari luar daerah pabean untuk kebutuhan di Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas diberikan pembebasan bea masuk, pajak pertambahan nilai, pajak penjualan, atas barang mewah dan cukai.

7. Jumlah dan jenis barang yang diberikan fasilitas ditetapkan oleh Badan Pengusahaan Kawasan Bebas/Pelabuhan Bebas.

Badan Pengusahaan sebagai badan pengelola kawasan harus mengusahakan sumber-sumber pendapatannya sendiri untuk membiayai rumah tangganya. Badan Pengusahaan dapat juga memperoleh sumber-sumber pendapatan dari APBN ataupun APBD serta sumber-sumber lain sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang yang berlaku. Pengusaha kawasan juga dapat menerima pinjaman dari dalam atau luar negeri dengan persetujuan Dewan Kawasan dan DPRD Provinsi melalui Pemerintah Pusat.