BAB II TINJAUAN PUSTAKA

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perpustakaan Perguruan Tinggi

1. Pengertian Perpustakaan Perguruan Tinggi

Perpustakaan Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenis perpustakaan yang paling banyak memberikan kontribusi dalam hal penyebaran informasi ilmiah di bidang pendidikan. Perpustakaan perguruan tinggi juga memiliki peran penting dalam rangka membantu pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Menurut Sulistyo-Basuki Perpustakaan Perguruan Tinggi adalah :

Perpustakaan yang terdapat pada perguruan tinggi, badan bawahannya, maupun lembaga yang berafiliasi dengan perguruan tinggi, dengan tujuan utama membantu perguruan tinggi mencapai tujuannya. Tujuan perguruan tinggi di Indonesia dikenal dengan nama Tri Dharma Perguruan Tinggi (pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat), maka perpustakaan perguruan tinggi pun bertujuan membantu melaksanakan ketiga darma perguruan tinggi. (Sulistyo-Basuki, 1993: 31)

Menurut Sjahrial-Pamuntjak (2000:4) Perpustakaan Perguruan Tinggi adalah, “ perpustakaan yang tergabung dalam lingkungan lembaga pendidikan tinggi, baik yang berupa Perpustakaan Universitas, Perpustakaan Fakultas, Perpustakaan Akademik, dan Perpustakaan Sekolah Tinggi”.

Sedangkan menurut Fahmi (2009:1) Perpustakaan Perguruan Tinggi merupakan sebuah sarana penunjang yang didirikan untuk


(2)

mendukung kegiatan civitas akademik, di mana Perguruan Tinggi itu berada.

Seperti dengan kedua pendapat di atas Yuven (2010:1) menyatakan bahwa, Perpustakaan Perguruan Tinggi (PPT) merupakan unit pelaksana teknis (UPT) yang bersama-sama dengan unit lain melaksanakan Tri Dharma PT (Perguruan Tinggi) melalui menghimpun, memilih, mengolah, merawat serta melayankan sumber informasi kepada lembaga induk khususnya dan masyarakat akademis pada umumnya.

Dari uraian di atas dapat di simpulakan bahwa perpustakaan perguruan tinggi merupakan suatu bagian dari perguruan tinggi yang bertujuan mewujukan Tri Dharma untuk menunjang suatu pendidikan dan penelitian bagi kemajuan perguruan tinggi.

2. Tujuan Perpustakaan Perguruan Tinggi

Perguruan Tinggi tentu memiliki alasan dan tujuan yang mendasar untuk mendirikan perpustakaan di bawah naungannya. Tujuan itulah yang menjadi sasaran yang harus dicapai oleh Perguruan Tinggi tersebut. Menurut Sjahrial-Pamuntjak (2000:4), “Tujuan dari Perpustakaan Perguruan Tinggi adalah membantu Perpustakaan Perguruan Tinggi dalam menjalankan program pengajaran”.

Sedangkan dalam Pedoman Umum Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004: 32) disebutkan bahwa sebagai unsur penunjang perguruan tinggi, perpustakaan merumuskan tujuannya sebagai berikut:


(3)

a. Mengadakan buku, dan pustaka lainnya untuk dipakai oleh dosen, mahasiswa dan staf lainnya bagi kelancaran program pengajaran di perguruan tinggi.

b. Mengadakan buku, jurnal dan pustaka lainnya yang diperlukan untuk penelitian sejauh dana tersedia.

c. Mengusahakan, menyimpan dan merawat pustaka yang bernilai sejarah yang dihasilkan oleh sivitas akademika.

d. Menyediakan sarana bibliografi untuk menunjang pemakaian pustaka.

e. Menyediakan tenaga yang cakap serta penuh dedikasi untuk melayani kebutuhan pengguna perpustakaan, dan bila perlu, mampu memberikan pelatihan pengguna pustaka.

f. Bekerjasama dengan perpustakaan lain untuk mengembangkan program perpustakaan.

Dapat disimpulkan bahwa untuk mencapai tujuan perpustakaan perguruan tinggi tersebut di atas, perpustakaan berusaha menyediakan koleksi, layanan, dan fasilitas yang mampu memenuhi kebutuhan pengguna dengan cepat dan tepat. Tersedianya jenis koleksi yang lengkap dan mutakhir, informasi yang senantiasa berkembang dengan cepat, serta perkembangan teknologi dibidang pengelolaan dan penelusuran informasi terbaru yang terdapat di perpustakaan, diharapkan dapat dimanfaatkan oleh pengguna. Namun disadari bahwa pengguna potensial tersebut belum seluruhnya memahami atau mengetahui informasi dan layanan yang tersedia di perpustakaan, sehingga pengguna tersebut belum dapat memanfaatkannya secara maksimal. Untuk itu perlu dilakukan promosi perpustakaan agar


(4)

pengguna mengetahui koleksi, layanan dan fasilitas yang tersedia di perpustakaan.

3. Fungsi Perpustakaan Perguruan Tinggi

Perpustakaan perguruan tinggi berupaya menghimpun semua informasi yang ada, sehingga informasi akan tetap ada dalam kondisi yang baik dan terus berkembang seiring dengan meningkatnya kebutuhan informasi pengguna perpustakaan. Adapun fungsi Perpustakaan Perguruan Tinggi menurut Yuven (2010:1) adalah: a. Lembaga pengelola sumber-sumber informasi.

b. Lembaga pelayanan dan pendayagunaan informasi. c. Wahana rekreasi berbasis ilmu pengetahuan.

d. Lembaga pendukung pendidikan (pencerdas bangsa). e. Lembaga pelestari hasanah budaya bangsa.

Menurut Pedoman Umum Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004:3-4) mengelompokkan fungsi Perpustakaan Perguruan Tinggi yaitu:

a. Fungsi Edukasi.

Perpustakaan merupakan sumber belajar para sivitas akademika, oleh karena itu koleksi yang disediakan adalah koleksi yang mendukung pencapaian tujuan pembelajaran, pengorganisasian bahan pembelajaran setiap program studi, koleksi tentang strategi belajar mengajar dan materi pendukung pelaksanaan evaluasi pembelajaran.

b. Fungsi Informasi.

Perpustakaan merupakan sumber informasi yang mudah diakses oleh pencari dan pengguna informasi.

c. Fungsi Riset .

Perpustakaan mempersiapkan bahan-bahan primer dan sekunder yang paling mutakhir sebagai bahan untuk melakukan penelitian dan pengkajian ilmu pengetahuan, teknologi dan


(5)

seni. Koleksi pendukung penelitian di perpustakaan perguruan tinggi mutlak dimiliki, karena tugas perguruan tinggi adalah menghasilkan karya-karya penelitian yang dapat diaplikasikan untuk kepentingan pembangunan masyarakat dalam berbagai bidang.

d. Fungsi Rekreasi.

Perpustakaan harus menyediakan koleksi rekreatif yang bermakna untuk membangun dan mengembangkan kreativitas, minat dan daya inovasi pengguna perpustakaan.

e. Fungsi Publikasi.

Perpustakaan selayaknya juga membantu melakukan publikasi karya yang dihasilkan oleh warga perguruan tingginya yakni sivitas akademik dan staf nonakademik.

f. Fungsi Deposit.

Perpustakaan menjadi pusat deposit untuk seluruh karya dan pengetahuan yang dihasilkan oleh warga perguruan tingginya.

g. Fungsi Interpretasi

Perpustakaan sudah seharusnya malakukan kajian dan memberikan nilai tambah terhadap sumber-sumber informasi yang dimilikinya untuk membantu pengguna dalam melakukan dharmanya.

Dari berbagai fungsi perpustakaan perguruan tinggi tersebut dapat disimpulkan bahwa fungsi perpustakaan perguruan tinggi adalah sebagai pengelola informasi termasuk bahan pustaka, wahana rekreasi bagi penguna, wahana publikasi, pelayan informasi , penunjang pendidikan dan riset, wahana pengembangan budaya , dan pengembangan ilmu pengetahuan.


(6)

4. Layanan Perpustakaan Perguruan Tinggi

Perpustakaan Perguruan Tinggi merupakan lembaga yang didirikan bertujuan untuk melayani pengguna perpustakaan, maka perpustakaan menyediakan berbagai layanan untuk memenuhi kebutuhan informasi.

Menurut Pedoman Umum Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004:71-80), “jenis layanan perpustakaan yang ditawarkan yaitu layanan sirkulasi, layanan referens dan layanan multimedia”.

a. Layanan Peminjaman (sirkulasi).

Salah satu pelayanan yang ada di perpustakaan adalah layanan sirkulasi. Layanan ini memberi kesempatan kepada pengguna untuk meminjam bahan perpustakaan untuk dibawa ke luar perpustakaan. Jenis bahan yang dapat dipinjamkan dapat berupa buku, jurnal, kaset, CD, atau bahan perpustakaan lainnya. Layanan sirkulasi merupakan layanan peminjaman koleksi yang diberikan untuk pengguna perpustakaan. Fungsi utamanya adalah untuk meminjamkan koleksi perpustakaan dengan jangka waktu tertentu. Sedangkan tugas dari layanan sirkulasi adalah meminjamkan, mengembalikan, mencatat pemesanan, memperpanjang masa pinjam, menagih, memberikan sanksi dan memberikan keterangan bebas/bersih pinjaman. Menurut Darmono (2001:141), “Layanan Sirkulasi adalah layanan kepada pemakai perpustakaan berupa peminjaman bahan pustaka yang dimiliki perpustakaan”.

Dari pendapat di atas dapat dinyatakan bahwa pelayanan sirkulasi memiliki tugas seperti peminjaman buku,


(7)

perpanjangan waktu peminjaman buku, pengembalian buku, dan tugas-tugas lain yang berkaitan dengan peminjaman. Senada dengan pendapat Darmono, Pusat Layanan Pustaka (2008: 5), “sirkulasi merupakan pelayanan yang menyangkut peredaran bahan-bahan pustaka yang dimiliki oleh perpustakaan”

Sedangkan Sutarno (2006: 93), “layanan sirkulasi adalah kegiatan melayani pemakai jasa perpustakaan dalam pemesanan, peminjaman, dan pengembalian bahan pustaka beserta penyelesaian adminstrasinya”.

Menurut Lasa (1994: 1-2) Penyelenggaraan layanan sirkulasi bertujuan untuk:

1) Supaya mereka mampu memanfaatkan koleksi tersebut semaksimal mungkin.

2) Mudah diketahui siapa meminjam koleksi tertentu, dimana alamatnya serta kapan koleksi itu harus kembali. Dengan demikian apabila koleksi itu diperlukan peminat lain akan segera dapat diketahui alamat peminjam/dinantikan pada waktu pengembalian.

3) Terjaminnya pengembalian pinjaman dalam waktu yang jelas dengan demikian kemana bahan pustaka akan terjaga.

4) Diperoleh data kegiatan perpustakaan terutama yang berkaitan dengan pemanfaatan koleksi.


(8)

Dari uraian di atas layanan sirkulasi merupakan sebuah layanan perpustakaan yang berkaitan dengan kegiatan peminjaman, pengembalian, dan pemesanan bahan pustaka. b. Layanan Referensi (Jasa Rujukan).

Menurut Darmono (2001:141), “Layanan Referensi adalah layanan yang diberikan oleh perpustakaan untuk koleksi-koleksi khusus seperti kamus, almanak, direktori, buku tahunan yang berisi teknis dan singkat. Koleksi ini tidak boleh dibawa pulang oleh pengunjung perpustakaan tetapi hanya untuk dibaca ditempat”. Pengguna datang keperpustakaan untuk mencari informasi yang beraneka ragam. Ada yang mencari data biografi seorang pahlawan atau lokasi suatu kota. Untuk dapat membantu dalam menemukan informasi yang diperlukan, perpustakaan menyediakan koleksi referensi yang terpilih dan yang tepat untuk menjawab pertanyaan pengguna perpustakaan.

Menurut Lasa (1994: 34) tujuan pelayanan referensi adalah sebagai berikut:

1) Membimbing pengguna jasa perpustakaan agar memanfaatkan semaksimal mungkin akan koleksi yang dimiliki suatu perpustakaan. Mereka diharapkan mampu mandiri dalam menggunakan sumber-sumber tersebut. 2) Memilihkan sumber rujukan yang lebih tepat untuk

menjawab pertanyaan dalam bidang tertentu.

3) Memberi pengarahan kepada pengguna untuk memperluas wawasan mereka dalam suatu topik,


(9)

subjek, karena penjelasan suatu masalah diberikan beberapa sumber dengan gaya yang berbeda.

4) Mendayagunakan sumber rujukan semaksimal mungkin dalam pengembangan ilmu pengetahuan.

5) Tercapainya efesiensi tenaga, biaya dan waktu.

Dapat disimpulkan bahwa layanan rujukaan adalah kegiatan untuk membantu pengguna menelusur informasi dalam berbagai subjek atau sebagai sarana temu balik informasi. Tugas dari layanan rujukan adalah memberikan informasi yang bersifat umum, membantu menggunakan katalog dan memberikan petunjuk cara memanfaatkannya, membimbing pengguna dalam penelusuran informasi, menjelaskan cara menggunakan bahan perpustakaan rujukan, membantu pengguna untuk menemukan informasi/bahan perpustakaan yang dicarinya dan membuat jajaran vertikal yang berisi prospektus, brosur dan sebagainya.

c. Layanan Multimedia/ Audiovisual

Layanan multimedia adalah kegiatan melayankan bahan multimedia kepada pengguna untuk ditayangkan dengan bantuan perlengkapannya di dalam perpustakaan, misalnya, film dengan proyektornya. Adapun tujuan dari layanan audiovisual dalam Pedoman Umum Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004: 90) adalah sebagai berikut:


(10)

1) Menyediakan media khusus untuk tujuan pendidikan, pengajaran, penelitian dan rekreasi.

2) Memotivasi pengguna agar lebih banyak memanfaatkan fasilitas perpustakaan.

3) Meningkatkan kualitas penyampaikan informasi dan pesan pendidikan.

4) Meningkatkan daya ingat pengguna melalui bahan perpustakaan multi media di samping lewat bacaan. Sedangkan bahan perpustakaan multi media dan perlengkapannya dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu sebagai berikut:

1) Bahan perpustakaan yang melalui perlengkapannya hanya menampilkan citra, misalnya slaid, beningan (trancparancy) dan bahan pustaka renik.

2) Bahan perpustakaan yang melalui perlengkapannya hanya mengeluarkan bunyi, misalnya kaset audio, piringan hitam, cakram optic.

3) Bahan perpustakaan yang melalui perlengkapnnya menampilkan citra diserta bunyi, misalnya kaset atau cakram video melalui mesin video, film suara melalui proyektor film (Pedoman Umum Perpustakaan Perguruan Tinggi, 2004: 90)

Layanan audiovisual adalah salah satu layanan yang dapat memberikan motivasi kepada pengguna untuk menggunakan layanan yang ada di perpustakaan.

B. Mesin Pencatat Otomatis Pengunjung Perpustakaan

1. Penggunaan Mesin Pencatat Otomatis Pengunjung Perpustakaan Penggunaan mesin pecatat otomatis pengunjung dari berbagai bidang termasuk bukan hal yang baru bagi perpustakaan, menurut


(11)

Samuel Ongkowijoyo (2013:192) ada berbagai hal penggunan mesin pencatat otomatis pengunjung di antaranya melalui :

a. Kartu Magnetik

Kartu magnetik adalah jenis kartu id card yang mampu menyimpan data dengan memodifikasi magnet yang kecil berbasis besi partikel magnetik pada pita bahan kartu magnetik. Garis magnetik, sering disebut juga magnetik, kartu gesek atau magstripe, ia dapat dibaca ketika ada kontak fisik dan menggesekkannya melewati mesin pembaca atau card reader. Kartu magnetik biasanya digunakan dalam kartu kredit, kartu identitas, dan tiket transportasi.

Gambar 3.1. Kartu Magnetik

Sumber : kartuidcard.com b. Barcode

Barcode adalah kode-kode untuk angka dan huruf yang terdiri dari kombinasi bar (garis) dengan berbagai jarak. Hal ini merupakan salah satu cara untuk


(12)

memasukkan data ke dalam komputer. Dalam barcode tidak berisi data deskriptif dari suatu benda, tetapi hanya deskripsi dari sejumlah digit angka. Ketika angka tersebut di scan oleh petugas maka kode tersebut secara otomatis akan langsung terhubung ke data benda. Hasil barcode scanner tersebut berisikan data-data dari berbagai benda seperti nama vendor, nama produk, harga dan data pendukung lain.

Dalam hal ini komputer tidak secara langsung dapat membaca data yang terkandung dalam kode bar tersebut, oleh karena itu sebelumnya kode yang ada harus ditangkap dan diterjemahkan ke dalam format data yang dapat dibaca oleh komputer. Alat yang dapat membaca dan mengirimkannya ke dalam komputer itulah yang disebut Barcode Reader atau yang biasa disebut Barcode scanner.


(13)

Sumber : Perpustakaan Akademi Teknologi Warga

Cara kerja dari sistem ini adalah mencatat identitas pengunjung, tanggal dan jam masuknya. Menurut Teddy Marcus (2007: 218) Jika identitas dikenal maka pintu masuk akan terbuka dan pengunjung dipersilakan masuk. Sedangkan jika identitas tidak dikenal (tidak terdaftar), pengunjung tidak diperbolehkan masuk dan harus melapor kepada petugas perpustakaan. Setiap pengunjung harus memiliki ID (Identitas) baik berupa Kartu Pegawai, Kartu Mahasiswa atau Kartu Tamu (bagi pengunjung dari luar). Nomor A/B : Untuk tamu /


(14)

mahasiswa / pegawai yang tidak membawa kartu diharuskan untuk mengambil kartu tamu yang ditukar dengan identitas lainnya seperti KTP/SIM.

Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan alat pencatat otomatis dapat mengunakan sistem barcode dan sistem kartu magnetik sebagai pendeteksi identitas pengguna perpustakaan.

2. Efektivitas Penggunaan Mesin Pencatat Otomatis Pengunjung Perpustakaan

Menurut Teddy Marcus (2007: 218) Barcode Reader yang menggunakan model berdiri yang memiliki fasilitas pemindai otomatis, agar penggunaan lebih efektif seperti yang digunakan di supermarket. Barcode Font yang tertera pada Kartu Mahasiswa, Kartu Pegawai dan Kartu Tamu. Barcode yang berisi identitas pengunjung akan dipindai dan menjadi masukan bagi sistem. Sistem akan memeriksa identitas pada basisdata, jika terdaftar dan masih aktif, maka akan mengirim sinyal string ‘Buka’ ke Pintu Elektronik. Pintu akan terbuka setelah menerima sinyal dan akan menutup secara otomatis setelah sekian detik . Mesin pencatat otomatis dinilai memberikan efektivitas bagi pengunjung tanpa harus mengisi absensi pengunjung terdahulu.

Menurut Teddy Marcus (2007: 217) Sistem Pintu Perpustakaan adalah sebuah aplikasi yang mencatat data pengunjung yang masuk ke


(15)

area perpustakaan. Model sistem kendali pintu otomatis menggunakan barcode bisa memberikan gambaran efektivitas melakukan monitoring dan menciptakan ketertiban di dalam perpustakaan.

Menurut GJ Simons keamanan informasi bagimana kita dapat mencegah penipuan atau paling tidak mendeteksi adanya sebuah penipuan data pengunjung. Sistem berbasis informasi melalui mesin pencatat otomatis pengunjung disajikan lebih akurat dan memberikan efektivitas pencatatan bagi pustakawan.

Dari pendapat beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan alat pencatat otomatis memberikan efektivitas bagi pengguna perpustakaan untuk mendeteksi pengunjung, monitoring dan menciptakan ketertiban di dalam perpustakaan, menghemat waktu dan penyajian data pengunjung yang lebih akurat. 3. Dampak Efektivitas Penggunaan Mesin Pencatat Otomatis

Pengunjung Perpustakaan

Menurut Remy Marti (2016 :61) dari pengunaan mesin pencatat otomatis pengunjung perpustakaan memiliki dampak yang signifikan bagi sebuah perpustakaan di antaranya :

a. Akurasi rincian data pengunjung perpustakaan

Data yang disajiakan dengan keterangan rinci dilengkapi dengan nama terang , tanggal berkunjung serta data terkait pengunjung dilaporan dalam bentuk data setiap periodik.


(16)

Efektivitas penggunaan mesin pecatat otomatis dalam pengurangan tanggung jawab pustakawan dalam memonitoring pengunjung yang datang.

c. Ketertiban pengisian data tanpa disadar

Pengunjung perpustakaan umumya mengisi data saat sedang berkunjung , efektivitas peggunaan mesin pencatat otomatis membuat pengunjung mengisi data dengan tertib secara otomatis tanpa melakukan kegiatan secara manual.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dampak dari efektivitas penggunaan alat pencatat otomatis pengujung perpustakaan memiliki dampak positif yaitu: data pengunjung yang terdeteksi yang lebih akurat dibanding dengan sistem manual, pengawasan pengunjung yang masuk lebih terjaga, ketertiban pengisian data oleh pengunjung lebih terjaga. Adapun dampak positif yang ada ada pula dampak negatif jika pintu pencatat otomatis pengunjung mengalami kerusakan, akibatnya pengunjung harus mengisi secara manual.


(1)

Samuel Ongkowijoyo (2013:192) ada berbagai hal penggunan mesin pencatat otomatis pengunjung di antaranya melalui :

a. Kartu Magnetik

Kartu magnetik adalah jenis kartu id card yang mampu menyimpan data dengan memodifikasi magnet yang kecil berbasis besi partikel magnetik pada pita bahan kartu magnetik. Garis magnetik, sering disebut juga magnetik, kartu gesek atau magstripe, ia dapat dibaca ketika ada kontak fisik dan menggesekkannya melewati mesin pembaca atau card reader. Kartu magnetik biasanya digunakan dalam kartu kredit, kartu identitas, dan tiket transportasi.

Gambar 3.1. Kartu Magnetik

Sumber : kartuidcard.com b. Barcode

Barcode adalah kode-kode untuk angka dan huruf yang terdiri dari kombinasi bar (garis) dengan berbagai jarak. Hal ini merupakan salah satu cara untuk


(2)

memasukkan data ke dalam komputer. Dalam barcode tidak berisi data deskriptif dari suatu benda, tetapi hanya deskripsi dari sejumlah digit angka. Ketika angka tersebut di scan oleh petugas maka kode tersebut secara otomatis akan langsung terhubung ke data benda. Hasil barcode scanner tersebut berisikan data-data dari berbagai benda seperti nama vendor, nama produk, harga dan data pendukung lain.

Dalam hal ini komputer tidak secara langsung dapat membaca data yang terkandung dalam kode bar tersebut, oleh karena itu sebelumnya kode yang ada harus ditangkap dan diterjemahkan ke dalam format data yang dapat dibaca oleh komputer. Alat yang dapat membaca dan mengirimkannya ke dalam komputer itulah yang disebut Barcode Reader atau yang biasa disebut Barcode scanner.


(3)

Sumber : Perpustakaan Akademi Teknologi Warga

Cara kerja dari sistem ini adalah mencatat identitas pengunjung, tanggal dan jam masuknya. Menurut Teddy Marcus (2007: 218) Jika identitas dikenal maka pintu masuk akan terbuka dan pengunjung dipersilakan masuk. Sedangkan jika identitas tidak dikenal (tidak terdaftar), pengunjung tidak diperbolehkan masuk dan harus melapor kepada petugas perpustakaan. Setiap pengunjung harus memiliki ID (Identitas) baik berupa Kartu Pegawai, Kartu Mahasiswa atau Kartu Tamu (bagi pengunjung dari luar). Nomor A/B : Untuk tamu /


(4)

mahasiswa / pegawai yang tidak membawa kartu diharuskan untuk mengambil kartu tamu yang ditukar dengan identitas lainnya seperti KTP/SIM.

Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan alat pencatat otomatis dapat mengunakan sistem barcode dan sistem kartu magnetik sebagai pendeteksi identitas pengguna perpustakaan.

2. Efektivitas Penggunaan Mesin Pencatat Otomatis Pengunjung Perpustakaan

Menurut Teddy Marcus (2007: 218) Barcode Reader yang menggunakan model berdiri yang memiliki fasilitas pemindai otomatis, agar penggunaan lebih efektif seperti yang digunakan di supermarket. Barcode Font yang tertera pada Kartu Mahasiswa, Kartu Pegawai dan Kartu Tamu. Barcode yang berisi identitas pengunjung akan dipindai dan menjadi masukan bagi sistem. Sistem akan memeriksa identitas pada basisdata, jika terdaftar dan masih aktif, maka akan mengirim sinyal string ‘Buka’ ke Pintu Elektronik. Pintu akan terbuka setelah menerima sinyal dan akan menutup secara otomatis setelah sekian detik . Mesin pencatat otomatis dinilai memberikan efektivitas bagi pengunjung tanpa harus mengisi absensi pengunjung terdahulu.

Menurut Teddy Marcus (2007: 217) Sistem Pintu Perpustakaan adalah sebuah aplikasi yang mencatat data pengunjung yang masuk ke


(5)

area perpustakaan. Model sistem kendali pintu otomatis menggunakan barcode bisa memberikan gambaran efektivitas melakukan monitoring dan menciptakan ketertiban di dalam perpustakaan.

Menurut GJ Simons keamanan informasi bagimana kita dapat mencegah penipuan atau paling tidak mendeteksi adanya sebuah penipuan data pengunjung. Sistem berbasis informasi melalui mesin pencatat otomatis pengunjung disajikan lebih akurat dan memberikan efektivitas pencatatan bagi pustakawan.

Dari pendapat beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan alat pencatat otomatis memberikan efektivitas bagi pengguna perpustakaan untuk mendeteksi pengunjung, monitoring dan menciptakan ketertiban di dalam perpustakaan, menghemat waktu dan penyajian data pengunjung yang lebih akurat. 3. Dampak Efektivitas Penggunaan Mesin Pencatat Otomatis

Pengunjung Perpustakaan

Menurut Remy Marti (2016 :61) dari pengunaan mesin pencatat otomatis pengunjung perpustakaan memiliki dampak yang signifikan bagi sebuah perpustakaan di antaranya :

a. Akurasi rincian data pengunjung perpustakaan

Data yang disajiakan dengan keterangan rinci dilengkapi dengan nama terang , tanggal berkunjung serta data terkait pengunjung dilaporan dalam bentuk data setiap periodik.


(6)

Efektivitas penggunaan mesin pecatat otomatis dalam pengurangan tanggung jawab pustakawan dalam memonitoring pengunjung yang datang.

c. Ketertiban pengisian data tanpa disadar

Pengunjung perpustakaan umumya mengisi data saat sedang berkunjung , efektivitas peggunaan mesin pencatat otomatis membuat pengunjung mengisi data dengan tertib secara otomatis tanpa melakukan kegiatan secara manual.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dampak dari efektivitas penggunaan alat pencatat otomatis pengujung perpustakaan memiliki dampak positif yaitu: data pengunjung yang terdeteksi yang lebih akurat dibanding dengan sistem manual, pengawasan pengunjung yang masuk lebih terjaga, ketertiban pengisian data oleh pengunjung lebih terjaga. Adapun dampak positif yang ada ada pula dampak negatif jika pintu pencatat otomatis pengunjung mengalami kerusakan, akibatnya pengunjung harus mengisi secara manual.