Ecology Service Tumbuhan Herba untuk Lebah Trigona sp.

ECOLOGY SERVICE TUMBUHAN HERBA UNTUK LEBAH
Trigona sp.

RISMAYANTI

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Ecology Service
Tumbuhan Herba untuk Lebah Trigona sp.” adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkaan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor, 12 September 2014
Rismayanti
NIM G34100077

ABSTRAK
RISMAYANTI. Ecology Service Tumbuhan Herba untuk Lebah Trigona sp.
Dibimbing oleh TRIADIATI dan RIKA RAFFIUDIN.
Tumbuhan herba mampu berbunga setiap saat, sehingga berpeluang untuk
berinteraksi dengan serangga. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis
keanekaragaman polen yang dikoleksi Trigona sp. dan menghitung persentase
viabilitas polen yang dibawa oleh tungkai Trigona sp. di ekosistem tumbuhan
herba. Sarang Trigona sp. diletakkan pada plot serta dilakukan identifikasi herba
dan polen yang ada di dalam plot tersebut. Polen diambil dari tungkai Trigona sp.
pada pukul 07.00, 08.00, dan 09.00. Preparat polen dibuat menggunakan teknik
acetolysis dan SEM. Polen diidentifikasi dan dilakukan uji viabilitas. Identifikasi
tumbuhan dan polen herba pada plot menunjukkan bahwa terdapat 7 spesies herba
yaitu Kyllinga monocephala, Cleome rutidosperma, Pennisetum polystachyon,
Ageratum conyzoides, Brachiaria mutica, Cyperus orodatus, dan Eleutheranthera
ruderalis. Polen yang dikoleksi oleh Trigona sp. terdiri atas 11 jenis polen yang
berasal dari 6 famili, yaitu Sapindaceae, Leguminosae, Loranthaceae, Malvaceae,

Symplocaceae, dan satu jenis belum dapat diidentifikasi pada tingkat famili.
Viabilitas polen berkisar antara 88.8% sampai 99.8%. Hasil identifikasi polen
pada tumbuhan herba dan polen yang diambil oleh Trigona sp. menunjukkan
bahwa tidak ada kesamaan, sehingga tidak terjadi interaksi antara tanaman herba
di dalam plot dengan Trigona sp.
Kata kunci: interaksi, polen, tanaman herba, Trigona sp., viabilitas

ABSTRACT
RISMAYANTI. Ecology Service of Herbacious Plants for Trigona’s bee.
Supervised by TRIADIATI and RIKA RAFFIUDIN.
Herbaceous plants are able to flower any time, give them opportunity to
interact with insects. This study aimed to analyze the diversity of pollen collected
by Trigona sp. in herbaceous ecosystem and counted the percentage of pollen
viability from the pollen basket. Trigona's nest was adapted at plot and the
herbaceous plants with their pollen were identified. Pollen were took from hind
legs at 07.00, 08.00 and 09.00 am. Pollen slide were make by acetolysis and SEM
methods. Pollen were identified and examined of viability. Identification
herbaceous plants and their pollen on plot showed that there were 7 herbaceous
plants: Kyllinga monocephala, Cleome rutidosperma, Pennisetum polystachyon,
Ageratum conyzoides, Brachiaria mutica, Cyperus orodatus, and Eleutheranthera

ruderalis. Otherwise pollen which were collected by Trigona sp. consist of 11
kinds of pollen from 6 families, that were Sapindaceae, Leguminosae,
Loranthaceae, Malvaceae, Symplocaceae, and unidentified family. Viability of
pollen ranged from 88.8% to 99.8%. The result of identification herbacious plants
and pollen that were taken by Trigona sp. indicated that there was not similarity
therefore, it was no interaction between herbaceous plants in the plot with Trigona
sp.
Key words: herbaceous plants, interaction, pollen, Trigona sp., viability

ECOLOGY SERVICE TUMBUHAN HERBA UNTUK LEBAH
Trigona sp.

RISMAYANTI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam pada
Departemen Biologi

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian sejak bulan Februari 2014 sampai April 2014 ialah
Ecology Service Tumbuhan Herba untuk Lebah Trigona sp.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Triadiati dan Ibu Dr Ir Rika
Raffiudin selaku pembimbing, serta Ibu Tini yang telah banyak membantu dan
memberikan informasi terkait dengan penelitian ini. Ucapan terima kasih juga
ditujukan kepada Dr Nunik Sri Ariyanti sebagai wakil Depatemen Biologi atas
saran dan koreksi pada naskah ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, 12 September 2014
Rismayanti


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vii

PENDAHULUAN
Tujuan Penelitian

1
2

METODE

2


HASIL DAN PEMBAHASAN

4

Identifikasi Tumbuhan Herba dan Polen

4

Uji Viabilitas Polen dari Tungkai Lebah Trigona sp.

7

Identifikasi Polen Lebah Trigona sp.

8

SIMPULAN

14


DAFTAR PUSTAKA

15

RIWAYAT HIDUP

17

DAFTAR TABEL
1

Bunga dan polen tumbuhan herba dalam plot
pemeliharaan Trigona sp.
2 Persentase (%) viabilitas polen pada tungkai Trigona sp.
3 Identifikasi polen dari tungkai Trigona sp. berdasarkan
metode acetolysis
4 Identifikasi polen dari tungkai Trigona sp. berdasarkan
metode SEM
5 enPengambilan polen dari tungkai Trigona sp. setiap jam
berdasarkan tipe polen di tabel 3 dan 4

6 Keanekaragaman polen pada tungkai Trigona sp. hasil
metode acetolysis dan SEM

4
8
9
11
13
14

DAFTAR GAMBAR
1

Hasil uji viabilitas polen menggunakan I2KI

7

PENDAHULUAN
Hubungan antara individu satu dengan individu lain yang dapat
menghasilkan suatu keuntungan, kerugian, atau tidak terdapat pengaruh atau

netral disebut dengan interaksi. Macam-macam interaksi yaitu netralisme,
competition (amensalisme), mutualisme, parasitisme, dan komensalisme. Salah
satu jenis interaksi yaitu mutualisme merupakan interaksi yang saling
menguntungkan bagi kedua belah pihak (Booth 2003). Contoh dari interaksi
mutualisme yaitu proses penyerbukan dimulai dari transfer polen atau serbuk sari
ke kepala putik (stigma) selanjutnya diikuti pertumbuhan tabung polen melalui
putik dan pembuahan bakal biji (Harrera et al. 2002).
Faktor keberhasilan penyerbukan dipengaruhi oleh viabilitas polen yang
merupakan struktur gamet jantan. Polen mempunyai dinding sel unik yang
terbentuk ketika meiosis. Contoh permukaan polen Arabidopsis tersusun atas 3
lapisan yaitu lapisan exine (dinding luar) mengandung polimer sporopollenin
yang tahan terhadap bahan kimia, lapisan intine yang mengandung selulosa, dan
mantel polen yang mengandung lipid, protein, dan senyawa aromatik. Bagian
mantel adalah bagian yang mengisi rongga dari exine polen (Edlund 2004).
Penyerbukan dapat dibantu dengan cara biotik (manusia, kelelawar, burung, dan
serangga) dan abiotik (angin dan air) (Barth 1991). Salah satu serangga yang
berperan pada penyerbukan adalah Trigona sp.
Trigona sp. merupakan serangga sosial tingkat tinggi yang hidup dalam
suatu koloni dan termasuk golongan stingless bee (Michener 1974). Trigona sp.
mencari pakan dengan bantuan modalitas sensorik (sentuhan, penglihatan,

penciuman, dan audisi) untuk mengirimkan informasi mengenai sumber makanan
(Nieh 2004). Trigona sp. pada sarang alami di Bogor, mulai melakukan aktivitas
terbang harian pukul 06.00 - 18.00 (12 jam). Trigona sp. banyak membawa polen
pada pagi hari (07.00 - 10.00) dan sore hari (14.00 - 17.00). Puncak aktivitas
membawa polen terjadi pukul 08.06 - 08.30 dan pukul 14.36 - 15.40 (Nelli 2003).
Jenis polen yang dibawa oleh Trigona iridipennis di Dharwad, India berasal dari
famili Euphorbiaceae, Brassicaceae, Liliaceae, Cucurbitaceae, Papilionaceae,
Arecaceae, Musaceae, Caricaceae, Cesalpinaceae, Rutaceae, Myrtaceae, dan
Leguminosae (Danaraddi 2007)
Ecology merupakan ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme
dengan lingkungannya sedangkan ecosystem adalah rangkaian atau sistem dari
interaksi organisme dengan lingkungan. Contoh dari ecosystem yaitu ketersediaan
nutrisi di alam yang dapat melayani kebutuhan untuk memenuhi kehidupan
serangga polinator seperti Trigona sp. dipengaruhi oleh faktor lingkungan (suhu,
kelembapan, dan curah hujan) (Rodriguez dan Frank 1987). Faktor lingkungan
tersebut dapat mempengaruhi aktivitas serangga dalam mencari ketersediaan
nutrisi. Tumbuhan merupakan salah satu pendukung ecosystem service sebagai
sumber nutrisi bagi serangga, salah satunya adalah tumbuhan herba yang
merupakan tumbuhan yang mudah ditemukan dan pertumbuhannya cepat. Selain
itu, herba berbunga setiap saat dan tidak dipengaruhi oleh musim atau iklim. Oleh

karena itu, perlu dianalisis interaksi tumbuhan herba dengan Trigona sp. jika
serangga tersebut dipelihara dengan keadaan ekosistem tumbuhan herba yang
tidak terdapat pohon.

2
Tujuan Penelitian
Menganalisis keanekaragaman polen yang dikoleksi lebah Trigona sp. dan
menghitung persentase viabilitas polen pada tungkai Trigona sp. di habitat
tumbuhan herba.

METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dimulai dari Februari sampai April 2014, dilakukan di
Arboretum Lanskap Departemen Arsitektur Lanskap IPB, Laboratorim
Taksonomi, Laboratorium Fisiologi Tumbuhan, Laboratorium Mikroteknik, dan
Laboratorium Terpadu Departemen Biologi IPB. Selain itu penelitian dilakukan di
Laboratorium Scanning Electron Microscope (SEM) LIPI Cibinong.

Bahan dan Alat
Objek penelitian adalah dua koloni Trigona sp. Bahan yang digunakan
yaitu KOH 10%, akuades, asam asetat glasial 100%, larutan acetolysis (H2SO4
95% dan acetic anhydrid 98.5% dengan perbandingan 1:9), gliserin 30%, I2KI
1%, caccodylate buffer, glutaraldehide 2,5%, tannic acid 3%, alkohol bertingkat
(30, 50, 75, 95, dan 99,9%), tert butanol, emas murni. Alat yang digunakan yaitu
mikroskop stereo, mikroskop cahaya, kamera, tabung cupsidal, sentrifuse, insect
net, dan SEM.
Identifikasi Polen dan Tumbuhan Herba
Dua koloni Trigona sp. yang dipelihara di dalam kotak diletakkan di plot
berukuran 20 x 20 m. Tumbuhan herba dalam plot dikoleksi dan dibuat spesimen
herbarium dilakukan dengan cara tumbuhan herba dicuci dengan air bersih,
dikeringanginkan, disemprot dengan alkohol 70%, kemudian posisi bagian-bagian
tumbuhan dirapikan dengan alas berupa kertas koran, ditekan dengan sasak, dan
dimasukkan ke dalam oven selama tiga hari pada suhu 45 oC. Spesimen tumbuhan
herba diidentifikasi menggunakan buku Flora untuk Sekolah Indonesia (Steenis
1988) dan Weeds of Rice in Indonesia (Soerjani 1987).
Sampel polen tumbuhan herba dalam plot dikoleksi dengan cara
pengambilan bunga segar. Pengamatan sampel polen dilakukan dengan cara polen
langsung diletakkan di kaca preparat, kemudian diamati menggunakan mikroskop
cahaya. Ciri morfologi polen dideskripsi menggunakan istilah-istilah mengikuti
Pollen Flora of Taiwan (Huang 1972), Australasia Pollen and Spore Atlas
(http://apsa.anu.edu.au/) (APSA 2007), University of Arizona Catalog of Internet
Pollen and Spore Images (http://www.geo.arizona.edu.) (The University of
Arizona 2014), Structure of pollen apertures in the detarieae sensu stricto
(Leguminosae: Caesalpinioideae) with particular reference to underlying
structures (Zwischenkorper) (Banks 2003).

3
Proses Adaptasi dan Pengambilan Polen pada Lebah Trigona sp.
Sarang Trigona sp. yang telah dipindahkan ke dalam kotak dari sumber
sarang diadaptasi selama tiga minggu di Arboretum Lanskap. Polen diambil dari
tungkai belakang Trigona sp. yang akan memasuki sarang dengan cara lebah
ditangkap menggunakan jaring serangga. Setelah mendapatkan polen kemudian
polen dimasukkan ke amplop kecil berukuran 5 x 8 cm. Pengambilan polen pada
tungkai Trigona sp. dilakukan pada pukul 07.00, 08.00, dan 09.00 selama tiga
hari.
Polen yang diambil dari tungkai Trigona sp. pada pukul 07.00, 08.00, dan
09.00 hari ke-1, 2, dan 3 dengan lingkungan pendukung tumbuhan herba. Akan
tetapi, pengambilan polen pada hari ke-4 dilakukan tanpa adanya tumbuhan herba
karena adanya masalah teknis, tumbuhan herba tersebut telah dipangkas. Masalah
teknis lainnya adalah polen yang diambil pada hari ke-1 dan 2 berasal dari koloni
1 dan 2 sedangkan pada hari ke-3 dan 4 polen diambil hanya dari koloni 1 karena
koloni 2 Trigona sp. mati akibat faktor lingkungan seperti air hujan yang masuk
kedalam sarang dan cendawan yang dapat merusak sarang Trigona sp.

Uji Viabilitas dan Identifikasi Polen
Uji viabilitas polen dilakukan setiap hari yaitu dari hari ke-1 sampai hari
ke-3 yang telah dikumpulkan pada pukul 07.00, 08.00, 09.00. Polen yang telah
dikumpulkan tersebut langsung diuji viabilitas. Polen diuji dengan metode
pewarnaan menggunakan pewarna I2KI 1%. Polen atau sel akan berwarna biru
karena terpengaruh larutan I2KI maka polen tersebut viabel atau mengandung
karbohidrat (Sutrian 1992)
% Viabilitas polen=
Keterangan: T: polen viabel
M: polen non viabel
Preparasi polen dilakukan menggunakan dua metode: (1) metode
acetolysis (H2SO4 95% dan acetic anhydrid 98.5% dengan perbandingan 1:9),
dan (2) metode Scanning Electron Microscope (SEM). Untuk mengetahui jenis
polen yang didapatkan dari tungkai Trigona sp., polen tersebut dicocokkan
dengan polen tumbuhan herba dari lokasi penelitian yang telah diidentifikasi.
Preparasi polen dengan metode acetolysis yaitu polen dimasukkan ke
tabung cupsidal, diberi 1 mL KOH 10%, didiamkan selama 5 menit, kemudian
disentrifugasi dengan kecepatan 3500 rpm selama 10 menit. Supernatan dibuang
dan ditambahkan 1 mL akuades, kemudian disentrifugasi dengan kecepatan 3500
rpm selama 10 menit. Polen dicuci dengan akuades sebanyak dua kali. Setelah
pencucian supernatan dibuang, kemudian pada polen ditambahkan 0.5 mL asam
asetat glasial (100%), dan disentrifugasi pada kecepatan 3500 rpm selama 10
menit. Supernatan dibuang dan polen diberi 1 mL larutan acetolysis (H2SO4 95%
dan acetic anhydrid 98.5% dengan perbandingan 1:9). Selanjutnya polen

4
dipanaskan dalam penangas air pada suhu 90 sampai 95 °C selama ± 5 menit.
Polen didinginkan dan disentrifugasi pada 3500 rpm selama 10 menit, kemudian
supernatan dibuang. Pada polen ditambah 0.5 mL asam asetat glasial 100% dan
disentrifugasi pada kecepatan 3500 rpm selama 10 menit. Polen dicuci dengan
akuades sebanyak tiga kali dan disentrifugasi 3500 rpm selama 10 menit. Setelah
pencucian, polen disimpan dalam gliserin 30%, dan siap untuk dibuat preparat
(Huang 1972).
Tahapan preparasi polen menggunakan SEM adalah: sampel direndam
dalam caccodylate buffer selama tiga hari pada suhu 4 ºC. Kemudian sampel
direndam dalam glutaraldehide 2.5% selama 24 jam dan difiksasi dalam tannic
acid 3% selama 24 jam pada suhu 4ºC. Sampel didehidrasi menggunakan alkohol
bertingkat (30, 50, 75, 95, dan 99.9%), selanjutnya dikeringkan dalam tert butanol
sebanyak dua kali masing-masing selama 10 menit. Proses freeze-drying sampel
dilakukan selama 45 menit pada suhu -20º C. Proses mounting (penataan)
spesimen dilakukan di atas permukaan stub dan dilapisi dengan emas murni.
Sampel diamati dan difoto menggunakan SEM (JSM-5000). Selanjutnya polen
dicocokkan dengan polen yang ditemukan dengan referensi. Keanekaragaman
polen yang dibawa oleh tungkai Trigona sp. diamati dengan pengukuran polen
menggunakan aplikasi image J untuk mengukur ukuran masing-masing polen
(http://www.rsbweb.nih.gov).

HASIL DAN PEMBAHASAN
Identifikasi Tumbuhan Herba dan Polen
Hasil identifikasi tumbuhan herba yang diamati pada bulan Februari sampai
April 2014 menunjukkan bahwa terdapat tujuh spesies tumbuhan herba berbunga
(Tabel 1) yang teridentifikasi serta mendapatkan ciri-ciri polen yaitu bentuk,
ukuran, aperture sesuai Huang (1972).
Tabel 1 Bunga dan polen tumbuhan herba dalam plot pemeliharaan Trigona sp.
No
1

Morfologi bunga

Morfologi polen
Kyllinga monocephala (Cyperaceae)

Letak terminal, tersusun atas spikeletspikelet dalam kapitulum (bonggol) yang
padat, setiap spikelet terdiri atas braktea
(glume kosong), dan beberapa floret,

Deskripsi polen spesies Kyllinga
monocephala: bentuk polen dari bidang
polar subspheroidal, ukuran 27-29 x 2635 x 27-33 µm, memiliki 4-aperturate
(Huang 1972).

5
Tabel 1 Bunga dan polen tumbuhan herba dalam plot pemeliharaan Trigona sp.
(lanjutan)
No

2

Morfologi bunga
Morfologi polen
floret biseksual, tersusun atas glume, benang
sari 3, kepala sari berbentuk linier, putik
dengan kepala putik bercabang dua (bifid).
Cyperus orodatus (Cyperaceae)

3

Letak bunga terminal, tersusun atas spikelet- Deskripsi berdasarkan famili polen
spikelet bulir yang tersusun menjari, setiap Cyperaceae yaitu:
spikelet terdiri atas dua braktea (glume bentuk polen dari bidang pandang,
kosong), dan beberapa floret, floret subspheroidal, ukuran 21-60 x 25biseksual, tersusun atas glume benang sari 3, 95 x 23-70 µm, memiliki 1-4
kepala sari berbentuk linier, putik dengan aperturate (Huang 1972).
kepala putik bercabang dua (bifid).
Cleome rutidosperma (Cleomaceae/ Capparidaceae)

Bunga tunggal, letak bunga aksilar, simetri
bunga zygomorf, biseksual, sepal 4, hijau;
petal 4 berwarna merah muda sampai ungu;
benang sari 6-7 bebas; kepala sari linier
longitudinal; putik 1.

Deskripsi berdasarkan famili polen
Capparidaceae yaitu:
bentuk
polen
dari
bidang
equatorial
prolate-spheroidal,
ukuran 17-30 x 15-25 µm ,
memiliki aperture 3-colporate,
tipe
aperture
(polar view)
vestibulum, club, common (Huang
1972).

6
Tabel 1 Bunga dan polen tumbuhan herba dalam plot pemeliharaan Trigona sp.
(lanjutan)
No
4

Morfologi bunga
Morfologi polen
Pennisetum polystachyon (Poaceae)

5

Letak bunga terminal, bunga majemuk Deskripsi berdasarkan famili polen
tersusun atas spikelet-spikelet dalam Poaceae yaitu:
bulir, spikelet dengan satu floret bentuk polen dari bidang pandang
biseksual terdiri atas lemma dan palea; equatorial spheroidal, memiliki
benang sari 3; kepala putik berbentuk aperture 1-porate (ulcerate), tipe
bifid dan lebih panjang dari pada aperture (polar view) drop (Huang
tangkai putik.
1972).
Brachiaria mutica (Poaceae)

Letak bunga terminal, bunga majemuk
tersusun atas spikelet-spikelet dalam
bulir; bulir tersusun dalam tandan,
spikelet dengan satu floret biseksual
terdiri atas lemma dan palea; benang
sari 3; kepala putik berbentuk bifid dan
lebih panjang dari pada tangkai putik.
6

Deskripsi berdasarkan famili polen
Poaceae yaitu:
bentuk polen dari bidang pandang
equatorial spheroidal, memiliki
aperture 1-porate (ulcerate), tipe
aperture (polar view) drop (Huang
1972).

Ageratum conyzoides (Asteraceae)

Letak bunga terminal dan aksilar;

Deskripsi polen spesies Ageratum

7
Tabel 1 Bunga dan polen tumbuhan herba dalam plot pemeliharaan Trigona sp.
(lanjutan)
No

7

Morfologi bunga
Morfologi polen
bunga majemuk bongkol, bunga bongkol conyzoides: bentuk polen dari bidang polar
tersusun dalam perbungaan payung, sub spheroidal, ukuran 18-25 x 18-26 µm,
tersusun atas bunga tabung yang dilindungi memiliki aperture 3(-4) colporate (Huang
phyllaris; biseksual; buah dilengkapi 1972).
dengan pappus bersisik.
Eleutheranthera ruderalis (Asteraceae/ Compositae)

Letak bunga terminal dan aksilar; bunga
bongkol terdiri atas bunga tabung dan
bunga tepi; bunga tepi dengan petal
berwarna kuning; benang sari dengan
kepala sari berlekatan, tumpul; putik
bercabang dua.

Deskripsi
berdasarkan
polen
famili
Compositae yaitu:
bentuk polen dari bidang equatorial
suboblate sampai prolate, ukuran 12-53 x
12-60 μm, memiliki aperture 3-colpate, 24-colporate, atau fenestrate; tipe aperture
(polar view) equatorial transversally elliptic
atau circular (Huang 1972).

Uji Viabilitas Polen dari Tungkai Lebah Trigona sp.
Uji viabilitas polen digunakan untuk mengetahui kandungan pati atau
karbohidrat pada polen yang diamati. Hasil dari uji viabilitas polen yang dibawa
oleh Trigona sp. menunjukkan bahwa polen yang dibawa oleh Trigona sp.
merupakan polen yang mempunyai kandungan karbohidrat atau pati dengan
persentase viabilitas berkisar antara 88.8% sampai 99.8% (Tabel 2). Proses uji
viabilitas polen menggunakan proses pewarnaan menggunakan I2KI, jika polen
berwarna biru kehitaman maka polen tersebut viabel sedangkan jika polen
berwarna kuning cerah maka polen tersebut non viabel (tidak mengandung pati)
(Gambar 1).

Viabel

Non viabel

Gambar 1 Hasill uji viabilitas polen menggunakan I2KI

8
Tabel 2 Persentase (%) viabilitas polen pada tungkai Trigona sp.
Pukul
07.00
08.00
09.00

1
95.0
91.9
98.7

Hari ke2
99.3
96.2
99.8

3
97.9
97.7
88.8

Identifikasi Polen Lebah Trigona sp.
Hasil analisis dan identifikasi polen dari tungkai Trigona sp. dengan metode
acetolysis diperoleh polen dari spesies tumbuhan yang termasuk ke dalam famili
tumbuhan Loranthaceae, Sapindaceae, Leguminosae, Myrtaceae dan satu jenis
polen belum dapat diidentifikasi pada tingkat famili (Tabel 3). Polen dari tungkai
tersebut tidak sesuai dengan polen dari tumbuhan yang terdapat di dalam plot
berukuran 20 m x 20 m (Tabel 1). Hal ini menunjukkan bahwa Trigona sp.
mencari polen di luar plot. Hal ini dimungkinkan karena Trigona sp. dapat
mendeteksi polen dengan penciuman menggunakan antena hingga 29 m dari
sarang (Nieh et al. 2004). Hasil penelitian ini mengindikasikan belum terjadi
interaksi antara tumbuhan herba yang berada di dalam plot dengan Trigona sp.
selama 4 hari pengamatan. Daya tarik serangga terhadap bunga dipengaruhi oleh
faktor lingkungan, warna, bentuk simetri bunga, dan konsentrasi nektar (Faheem
2004).
Serangga ordo Lepidoptera, Hymenopera, Diptera banyak mengunjungi
bunga yang berbentuk simetri bilateral (zygomorf) atau mempunyai landasan
(landing pad) untuk pendaratan serangga (Dahelmi 2012). Bunga tumbuhan herba
di dalam plot didominasi oleh tipe bunga telanjang atau bunga tanpa perhiasan
bunga (sepal atau petal) sepeti K. monocephala, P. polystachyon, B. mutica, dan
C. orodatus. Bunga lengkap dan simetri zygomorf dijumpai pada C.
rutidosperma. Eleutheranthera ruderalis mempunyai simetri bunga zygomorf
pada bunga tepi dan aktinomorf pada bunga tabung. Ageratum conyzoides
mempunyai simetri bunga aktinomorf. Bentuk dan warna bunga tumbuhan herba
yang terdapat di dalam plot tersebut diduga menjadi salah satu faktor penyebab
tidak terjadinya interaksi dengan tumbuhan herba di dalam plot. Selain itu daya
tarik serangga terhadap bunga terdapat daya tarik primer dan sekunder. Daya tarik
primer yaitu polen dan nektar sedangkan daya tarik sekunder bentuk dan warna
bunga (Faegri dan Pijl 1971). Tipe bunga yang tidak mempunyai perhiasan dapat
dihinggapi oleh serangga jika bunga tersebut memiliki volume dan konsentrasi
nektar yang sesuai dengan keinginan serangga.

9
Tabel 3 Identifikasi polen dari tungkai Trigona sp. berdasarkan metode acetolysis
1

Gambar dan deskripsi polen
hasil pengamatan
Polen tipe A

2

Bentuk polen dari bidang polar
lobate, memiliki aperture 3porate, tipe aperture (polar
view) common.
Polen tipe B

3

Bentuk polen dari bidang polar
circular, memiliki aperture 3colporate; tipe aperture (polar
view) drop.
Polen tipe C

No

Gambar polen dari pustaka dan nama
familinya
Loranthaceae (Huang 1972)

Leguminosae (Banks 2003)

Belum dapat diidentifikasi pada tingkat
famili

Bentuk polen dari bidang polar
circular, memiliki aperture 3porate; tipe aperture (polar
view) atrium.

10
Tabel 3 Identifikasi polen dari tungkai Trigona sp. berdasarkan metode acetolysis
(lanjutan)
4

Gambar dan deskripsi polen hasil
pengamatan
Polen tipe D

Gambar polen dari pustaka dan nama
familinya
Sapindaceae (The University of Arizona 2014)

5

Bentuk polen dari bidan polar
semi-angular; memiliki aperture
3(-4)-colporate; tipe aperture
(polar view) common, labrum,
vestibulum (Huang 1972).
Polen tipe E

Myrtaceae (The University of Arizona 2014)

No

Bentuk polen dari bidang polar
semi lobate, memiliki tipe
aperture 3-4-colporate.

Jenis keanekaragaman polen pada tungkai Trigona sp. setelah diamati
dengan metode SEM (Tabel 4) memiliki 6 jenis yang termasuk ke dalam famili
Malvaceae, Symplocaceae, Leguminosae. Perbedaan famili tersebut dapat dilihat
dari perbedaan bentuk morfologi polen (bentuk, ukuran, tipe aperture).

11
Tabel 4 Identifikasi polen di tungkai Trigona sp. berdasarkan metode SEM
No
1

Foto hasil SEM polen dari tungkai
Trigona sp.
Polen tipe F dan G

Gambar polen hasil SEM dan
acetolysis dari pustaka
F dan G: Malvaceae (The
University of Arizona 2014)

G

F

2

Bentuk polen dari bidang equatorial
F: Oblate-spheroidal, G: Spheroidal.
Ukuran:
F: 63.25 x 60.226 μm, G: 39.87x40.70
µm.
Polen tipe H

H: Symplocaceae (APSA 2007)

H

Bentuk polen dari bidang equatorial
Prolate- Spheroidal.
Ukuran 22.72 x 28.16 μm, memiliki
aperture 1-porate.
3

Polen tipe I

Bentuk polen dari bidang equatorial
oblate, ukuran 46.15 µm, memiliki
aperture 3-colporate

Leguminosae (The University of
Arizona 2014)

I
12
Tabel 4 Identifikasi polen di tungkai Trigona sp. berdasarkan metode SEM
(lanjutan)
No
4

Foto hasil SEM polen dari tungkai
Trigona sp.
Polen tipe J

Gambar polen hasil SEM dan
acetolysis dari pustaka
Symplocaceae (Huang 1972)

5

Bentuk polen bidang equatorial
rectangular, ukuran 67.8 x 63.93 μm,
memiliki aperture 4-porate.
Polen tipe K

Leguminosae (Huang 1972)

6

Bentuk polen dari bidang equatorial
prolate, ukuran 30.70 x 64.19 µm,
memiliki aperture 3 colporate.
Polen tipe B

Leguminosae (Huang 1972)

Bentuk polen dari bidang polar semiangular, ukuran 75.08 x 73.01 µm,
memiliki aperture 3-colporate.

Polen yang dibawa oleh Trigona sp. akan digunakan sebagai pakan oleh
koloni. Setiap anggota koloni akan bertukar informasi untuk mendapatkan sumber
pakan (Biesmeijer dan Slaa 2004). Jenis polen yang ditemukan pada pukul 07.00

13
lebih beragam dibandingkan waktu penangkapan lainnya (Tabel 5). Hal ini
disebabkan oleh waktu anthesis bunga sebagian besar pada pagi, contohnya famili
Leguminosae dari jenis Acacia hybrid (Acacia mangium X Acacia auriculiformis)
asal daerah tropis Thailand mulai mengalami anthesis sempurna pada pukul 05.00
pagi hari (Sornsathapornkul dan Owens 1998), selain itu salah satu bunga yang
terdapat di Indonesia yang mengalami anthesis pada pagi hari yaitu bunga gaharu
(Gyrinops versteegii pada pukul 08.00 (Khoerani 2013). Jenis polen yang diambil
oleh Trigona sp. didominasi oleh famili Leguminosae, jenis tumbuhan dari famili
tersebut yang diketahui tumbuh di lahan Arboretum Lanskap adalah Leucaena sp.,
Mimosa sp., dan Acacia sp. Terdapat pula jenis tumbuhan berbunga lain, yaitu
Psidium guajava, Saraca indica, dan Spathodea sp.
Tabel 5 Pengambilan polen dari tungkai Trigona sp. setiap jam berdasarkan tipe
polen di Tabel 3 dan 4
Metode

Hari
ke-

Tipe
Polen

Acetolysis

1

A
B
C

2

3

4

Loranthaceae

Pengambilan polen pada pukul
07.00


08.00


09.00


Leguminosae

Belum dapat diidentifikasi √
pada tingkat famili
Sapindaceae
-

-







-

-

Myrtaceae



-

-

Loranthaceae

-

-

-

Leguminosae

Belum dapat diidentifikasi √
pada tingkat famili
Sapindaceae
-









-

-

Myrtaceae

-

-

-

Leguminosae







Loranthaceae

-

-

-

Leguminosae

Belum dapat diidentifikasi √
pada tingkat famili
Sapindaceae














Myrtaceae

-

-

-

F

Malvaceae





-

G

Malvaceae





-

H

Symplocaceae





-

I

Leguminosae



-

-

J

Symplocaceae



-

-

B

Leguminosae





-

K

Leguminosae

-

-



D
E
A
B
C
D
E
B
A
B
C
D
E

SEM

Famili

Keterangan: √ terdapat polen dan – tidak terdapat polen

14
Tabel 6 Keanekaragaman polen pada tungkai Trigona sp. hasil metode acetolysis
dan SEM
No
1
2
3

Tipe Polen
A
B
C

4
5
6
7
8
9
10
11

D
E
F
G
H
I
J
K

Famili
Loranthaceae
Leguminosae
Belum dapat diidentifikasi
pada tingkat famili
Sapindaceae
Myrtaceae
Malvaceae
Malvaceae
Symplocaceae
Leguminosae
Symplocaceae
Leguminosae

Hasil identifikasi polen pada hari ke-1 sampai hari ke-4 menggunakan
metode acetolysis dan SEM menunjukkan bahwa terdapat sebelas tipe polen yang
berasal dari enam famili tumbuhan. Tipe polen yang didapatkan dari metode
acetolysis berbeda dengan hasil yang diperoleh dari metode SEM kecuali polen
tipe B (Leguminosae). Polen yang didapatkan dari metode acetolysis yaitu
Loranthaceae, Leguminosae, Sapindaceae, Myrtaceae, dan famili yang belum
dapat diidentifikasi. Ukuran exine polen-polen tersebut yaitu Loranthaceae 1-2µm,
Leguminosae 1-2.5µm, Sapindaceae 1µm, Myrtaceae 1µm. Polen yang
didapatkan dari metode SEM yaitu Malvaceae, Symplocaceae, dan Leguminosae.
Hasil metode tersebut memiliki ciri ukuran exine yaitu Malvaceae 1-8µm,
Symplocaceae 1.5-3µm (Huang 1972).
Hasil identifikasi polen selama 4 hari bahwa tidak terdapat persamaan
karakter polen antara polen tumbuhan di dalam plot dengan polen yang diambil
oleh Trigona sp. Hal ini karena plot yang berukuran 20x20 m tersebut tidak
menyediakan kebutuhan Trigona sp., sebagai ecosystem service sehingga Trigona
sp. mencari pakan dari tumbuhan yang terdapat di luar plot. Polen yang dibawa
tungkai Trigona sp. diantaranya berasal dari famili Leguminosae dan Myrtaceae.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Danaraddi (2007) di Dharwad, India juga
menunjukkan bahwa polen yang diambil oleh serangga penyerbuk Trigona
iridipennis berasal dari kedua famili tumbuhan tersebut.

SIMPULAN
Keanekaragaman polen yang dikoleksi oleh Trigona sp. terdiri atas sebelas
tipe polen dari enam famili tumbuhan, yaitu Sapindaceae, Leguminosae,
Loranthaceae, Malvaceae, Symplocaceae, Myrtaceae. Viabilitas polen yang
dikoleksi dari tungkai Trigona sp. berkisar antara 88.8% sampai 99.8%. Hasil
identifikasi polen menunjukkan bahwa tidak terdapat kesesuaian antara polen
pada plot tempat Trigona sp. dipelihara dengan polen yang dibawa Trigona sp..
Selama 4 hari pengamatan diduga tidak terjadi interaksi antara Trigona sp. dengan
tumbuhan herba yang terdapat di dalam plot.

15

DAFTAR PUSTAKA
[APSA] Australasia Pollen and Spore Atlas. 2007. Browse Families [Internet].
[diunduh 2014 Juli 7]. Tersedia http://apsa.anu.edu.au/.
Barth FG. 1991. Insect and Flowers The Biology of Partnership. New Jersey
(US): Priceton Univ.
Banks H. 2003. Structure of pollen apertures in the detarieae sensu stricto
(Leguminosae: Caesalpinioideae) with particular reference to underlying
structures (Zwischenkorper). Ann Bot 92: 423-435.
Biesmeijer CJ, Slaa EJ. 2004. Information flow and organization of stingless bee
foraging. Apidologie 34: 143-157.
Booth BD, SD Murphy, CJ Swanton. 2003. Weed Ecology in Natural and
Agriculture System. Cambridge (US): CABI Publising.
Dahelmi, Khairiah, Nadra, Syamsuardi. 2012. Jenis-jenis serangga pengunjung
bunga pacar air (Impatiens balsamina Linn.: Balsaminaceae). J Biol Univ
Andalas 1: 9-14.
Danaraddi SC. 2007. Studies on stingless bee Trigona iridipennis Smith with
special reference to foraging behaviour and melisso palynology at
Dharwad, Karnataka [disertasi]. Dharwad (IN): University of Agricultural
Sciences.
Edlund AF, Robert S, Daphne P. 2004. Pollen and stigma structure and function:
the role of diversity in pollination. Plan Cel 16: S84-S97.
Faegri K, Pijl VDL.1971. The Principle of Pollination Ecology. Toronto (US).
Pergamon Press Ltd.
Faheem M, M Aslam, M Razaq. 2004. Pollination ecology with special reference
to insects a review. J Res Sci 15: 395-409.
Herrera et al. 2002. Floral integration, phenotypic variance structure and
pollinator variation in bumble bee - pollinated Helleborus foetidus. J Ecol
Biol 15:108–121.
Huang TC. 1972. Pollen Flora of Taiwan. Taiwan (TW): Nasional Taiwan
University.
Khoerani. 2013. Studi pembungaan dan perkembangan buah serta viabilitas polen
pohon gaharu (Gyrinops versteegii) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Michener CD. 1974. The Social Behaviour of The Bees. Cambrige (US): The
Belknap of Harvard University.
Nelli. 2003. Waktu Pencarian Serbuk Sari Lebah Pekerja Trigona sp. (Apidae:
Hymenoptera) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Nieh CJ, Felipe ALC, Ryan RY, Lillian SB, Vera LIF. 2004. Polarized short odortrail recruitment communication by a stingless bee Trigona spinipes. Behav
Ecol Sociobiol 556: 435-448.
Rodriguez JG, Frank SJR. 1987. Nutritional Ecology of Insect, Mites, Spider, and
Related Invertebrates. Canada (US): A Wiley Interscience Publication.
Soerjani M, Kostermans AJGH, Tjitrosoepomo G. 1987. Weed of Rice in
Indonesia. Jakarta (ID): Balai Pustaka.

16
Sornsathapornkul P, Owens. 1998. Pollination biology in a tropical Acacia hybrid
(A. mangium Willd. x A. auriculiformis A. Cunn. ex Benth). Ann Bot.
81:631-643.
Steenis Van CGGJ. 1988. Flora untuk Sekolah di Indonesia. Moeso S,
penerjemah. Jakarta (ID): PT Pradnya Paramita. Terjemahan dari: Botany.
Sutrian Y. 1992. Pengantar Anatomi Tumbuh-Tumbuhan (Tentang Sel dan
Jaringan). Jakarta (ID): Rineka Cipta.
The University of Arizona. 2014. Internet Pollen and Spore Images [Internet].
[diunduh 2014 Juli 7].Tersedia pada: http://www.geo.arizona.edu.

17
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Rismayanti, dilahirkan pada 25 Januari 1992 di Ciamis,
Jawa Barat. Penulis merupakan anak ketiga dari 3 bersaudara pasangan bapak
Asikin dan Ibu Enih. Penulis menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMA 3
Ciamis pada tahun 2010. Penulis melanjutkan studi di Institut Pertanian Bogor
melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2010 dan diterima
di Departemen Biologi.
Selama kuliah penulis aktif dalam organisasi Gentra Kaheman pada periode
2010-2011 dan penulis berpartisipasi dalam kepanitiaan beberapa acara
kewirausahaan (SWEET), Biodiversity, Masa Perkenalan Departemen (MPD),
asisten praktikum Fisiologi Tumbuhan, Avertebrata, dan Biologi Dasar, serta
kegiatan di luar kampus yaitu Guide Wisata Flora di Kebun Raya Bogor. Penulis
melaksanakan Studi Lapang dengan topik Aktivitas Hewan Diurnal di Gunung
Gede Pangrango, Bogor dan melakukan Praktek Lapangan dengan tema
Perawatan dan Pengamatan Tingkah Laku Kanguru Abu Australia (Grey
Kangaroo) di Taman Safari Indonesia, Cisarua Bogor.