Peranan Penyuluh Swadaya Dalam Mendukung Intensifikasi Kakao Di Kabupaten Sigi Provinsi Sulawesi Tengah.

PERANAN PENYULUH SWADAYA DALAM MENDUKUNG
INTENSIFIKASI KAKAO DI KABUPATEN SIGI
PROVINSI SULAWESI TENGAH

RIANA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Peranan Penyuluh
Swadaya dalam mendukung Intensifikasi Kakao di Kabupaten Sigi Provinsi
Sulawesi Tengah adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, November 2015
Riana
NIM I351130111

RINGKASAN
RIANA. Peranan Penyuluh Swadaya dalam Mendukung Intensifikasi Kakao di
Kabupaten Sigi Provinsi Sulawesi Tengah. Dibimbing oleh NINUK
PURNANINGSIH dan ARIF SATRIA.
Salah satu permasalahan pertanian saat ini adalah keterbatasan akses
sehingga petani tidak mudah untuk bertemu langsung dengan penyuluh, hal ini
disebabkan karena jarak tempuh ke desa atau infrastruktur yang tidak memadai.
Penyuluh swadaya sebagai alternatif solusi yang paling sesuai dengan UU Nomor
16 Tahun 2006 Tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan.
Penyuluh swadaya adalah pelaku utama yang berhasil dalam usahanya dan warga
masyarakat lainnya yang dengan kesadarannya sendiri mau dan mampu menjadi
penyuluh (UU Nomor 16 Tahun 2006).
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis peranan penyuluh swadaya dalam
mendukung intensifikasi kakao dan menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi
persepsi petani terhadap peranan penyuluh swadaya. Penelitian ini menggunakan

metode survei dengan pendekatan deskriptif dan paradigma kuantitatif yang
dilakukan di Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah. Teknik pengambilan
sampel dilakukan dengan menggunakan metode proporsional purposive sampling
sebanyak 96 orang.
Peranan penyuluh swadaya diukur melalui aspek agribisnis yang meliputi
proses budidaya, proses panen dan pascapanen serta proses pemasaran. Secara
keseluruhan peranan penyuluh swadaya dalam mendukung intensifikasi kakao di
Kabupaten Sigi berada pada kategori cukup. Hal ini dikarenakan penyuluh
swadaya hanya berperan pada proses budidaya saja diantaranya adalah pemberian
informasi pada proses penyortiran, pembelahan buah, pembenihan, pemupukan,
pengendalian penyakit dan hama. Namun, di sisi lain penyuluh swadaya sudah
cukup berperan pula pada kompetensi umum yang telah ditetapkan pemerintah
melalui Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi dengan dikeluarkannya surat
keputusan tentang Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) bidang
penyuluhan pertanian. Kemudian, dari hasil uji menggunakan pendekatan Partial
Least Square (PLS) diketahui bahwa faktor yang memengaruhi persepsi petani
terhadap peranan penyuluh swadaya adalah faktor dukungan lingkungan dengan
indikatornya responsivitas penyuluh swadaya dan terakhir petani bertemu
penyuluh swadaya dan karakteristik individu dengan indikatornya pengetahuan
petani terhadap peranan penyuluh swadaya.

Kata kunci: kakao, Partial Least Square (PLS), penyuluh swadaya, peranan,
persepsi petani,

SUMMARY
RIANA. The role of self-Support Extension Agents in Supporting Intensification
Cocoa in Sigi district in Central Sulawesi. Supervised by NINUK
PURNANINGSIH and ARIF SATRIA.
One of the problems of agriculture today is less the maximum PNS
extension and THL carrying out its duties, it is because the distance to village or
inadequate infrastructure. Extension self as an alternative solution in Law Number
16 Year 2006 on the Extension System of Agriculture, Fisheries and Forestry.
Extension self-help is success farmer in their business and other citizens with his
own conscience willing and able to become counselors (UU No 16 Year 2006).
The purpose of this study was to analyze the role of self-help in supporting
intensification extension cocoa and analyze the factors that affect farmers
perception of the role of non-extension. This study used survey method with of
descriptive and quantitative paradigm approach undertaken in Sigi, Central
Sulawesi Province. The method is proportional cluster random sampling counted
96 people.
The role of self-help extension measured through agribusiness aspects that

include the cultivation, harvest process, post-harvest and the marketing process.
Overall, the role of self-help in supporting intensification extension cocoa in Sigi
in a quite category, because only self-help extension any role in the process of
which is which is the provision of information in the process of sorting, the fruit
division, Seeding, fertilization, a threat and disease control. However, on the other
side the role self extension very important in the general competence that has been
set by the government through the Ministry of Labour and Transmigration to the
issuance of a decree on the National Competence Indonesia (SKKNI) field of
agricultural extension. Then, from the results of the test using the approach of
Partial Least Square (PLS) it is known that factors that influence the perception of
the role of non-extension is the factor of social support and self-help extention
responsiveness indicator and final extension farmers meet governmental and
individual characteristics with the indicator knowledgeof farmers on the role of
non-extension.
Keywords: cocoa, Partial Least Square (PLS), self-help extension, role,
perception of farmers.

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

PERANAN PENYULUH SWADAYA DALAM MENDUKUNG
INTENSIFIKASI KAKAO DI KABUPATEN SIGI
PROVINSI SULAWESI TENGAH

RIANA

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis

: Dr Dwi Sadono, M.Si

Judul Tesis : Peranan Penyuluh Swadaya dalam Mendukung Intensifikasi Kakao
di Kabupaten Sigi Provinsi Sulawesi Tengah
Nama
: Riana
NIM
: I351130111

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Ir Ninuk Purnaningsih, Msi
Ketua


Dr Arif Satria, SP MSi
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Ilmu Penyuluhan Pembangunan

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof Dr Ir Sumardjo, MS

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian: 08 September 2015

Tanggal Lulus:

PRAKATA

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala
atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema
yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2015 ini ialah
Penyuluh Swadaya, dengan judul Peranan Penyuluh Swadaya dalam Mendukung
Intensifikasi Kakao di Kabupaten Sigi Provinsi Sulawesi Tengah.
Selama penulisan tesis berlangsung banyak pihak yang telah membantu.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1.
Dr Ir Ninuk Purnaningsih, MSi dan Dr Arif Satria, SP MSi selaku komisi
pembimbing yang dengan sabar dan ikhlas meluangkan waktu, pemikiran,
arahan dan bimbingannya kepada penulis.
2.
Dr Dwi Sadono, MSi selaku penguji luar komisi yang telah banyak memberi
saran.
3.
Prof Dr Ir Sumardjo, MS selaku Ketua Program Studi Ilmu Penyuluhan
Pembangunan, atas masukannya dalam penulisan karya ilmiah penulis.
4.
Dr Ir Prabowo Tjitropranoto, MSc atas bantuan berupa masukan dan saran
dalam penulisan karya ilmiah penulis.

5.
Dosen-dosen Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan yang telah
mengajar penulis selama ini dan staf sekretariat Pascasarjana PPN Ibu
Desiar Ismoyowati.
6.
Kepala BP4K Kabupaten Sigi, Kepala BP3K Bahagia, Dolo, Kulawi dan
Lawua serta penyuluh swadaya atas kesediaannya berbagi informasi dengan
penulis.
7.
Kedua orang tua penulis, Papa Ade Dahlan dan Mama Nining Kartini terima
kasih atas doa yang tulus dari kalian. Juga kepada kakak dan adik penulis,
Ismeti, SH, Hesti Mulyati, SP, Dani Hidayat, Ai Humairah dan Azizah RJ,
karena kalian penulis ingin terus menjadi yang terbaik.
8.
Indah Listiana, SP MSi, Tiara AP Hernanda, SP MSi, Aira Putri ED, SP
MSi. dan Nurul Hidayati, SE, MSi, Dewi Cahyanti, SP atas bantuan dan
masukan kepada penulis selama penulisan tesis dan Dr Sherly Silvianty, SP
MSi, yang selalu bersama berbagi suka dan duka dalam pembimbingan.
9.
Rekan-rekan di PPN 2013 Siti, Shinta, Nila, Ike, Cici, Dedeh, Mbak Minas,

Mbak Vera, Kak Nia, Ankesa, Inong, Hery, Dharma dan Pak Erik atas
diskusi dan masukannya selama ini.
10. Rekan-rekan penulis Indah F, Ichy Arfanika, Ardin, Edwar, Musbah, Yeldi,
Azwar, Jasrin, Mbak Nisa, Marna, Kak Rita, Ozi, Tika dan Widya terima
kasih atas doa, bantuan dan perhatiannya.
Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan mereka dan semoga karya
ilmiah ini dapat memberi manfaat.
Bogor, November 2015
Riana

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN


vi

1 . PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian

1
1
3
3
3

2 . TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Penyuluhan
Konsep Peranan
Konsep Penyuluh atau Agen Perubahan
Konsep Penyuluh Swadaya
Peranan Penyuluh Swadaya
Agribisnis Kakao
Karakteristik Responden
Faktor dukungan sosial
Kerangka Berpikir
Hipotesis

4
4
6
8
9
11
13
15
17
18
19

3. METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Lokasi Penelitian
Populasi dan Sampel Penelitian
Data dan Instrumentasi
Uji Validitas dan Reliabilitas
Pengolahan dan Analisis Data
Definisi Operasional

20
20
20
20
21
21
23
27

HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Karakteristik Responden
Persepsi Petani terhadap Peranan Penyuluh Swadaya dalam
Mendukung Intensifikasi Kakao dilihat dari Aspek Agribisnis Kakao
Faktor-faktor yang Memengaruhi Persepsi Petani terhadap
Peranan Penyuluh Swadaya
Evaluasi Penilaian pada Model Struktural (Inner Model)

30
30
33

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

51
51
52

DAFTAR PUSTAKA

52

LAMPIRAN

58

RIWAYAT HIDUP

66

37
43
48

DAFTAR TABEL
1. Jumlah sebaran responden
2. Uji validitas item instrumen
3. Variabel, definisi operasional, indikator dan pengukuran karakteristik
petani.
4. Variabel, definisi operasional, indikator dan pengukuran faktor
dukungan sosial.
5. Variabel, definisi operasional, indikator dan pengukuran persepsi
petani terhadap peranan penyuluh swadaya.
6. Persentase luas wilayah menurut Kecamatan di Kabupaten Sigi.
7. Luas areal dan produksi tanaman perkebunan menurut kecamatan dan
jenis tanaman.
8. Distribusi responden berdasarkan karakteristik individu di Kabupaten
Sigi
9. Distribusi responden berdasarkan karakteristik eksternal individu di
Kabupaten Sigi.
10. Persepsi petani terhadap peranan yang dilakukan oleh penyuluh
swadaya dalam proses budidaya kakao di Kabupaten Sigi, tahun
2015
11. Persepsi petani terhadap peranan penyuluh swadaya dalam proses
panen dan pascapanen kakao di Kabupaten Sigi, tahun 2015.
12. Persepsi petani terhadap peranan penyuluh swadaya dalam proses
pemasaran kakao di Kabupaten Sigi, tahun 2015.
13. Persepsi petani terhadap peranan penyuluh swadaya berdasarkan
Standard Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI).
14. Hasil analisis validitas diskriminan kriteria cross loading.
15. Koefisien korelasi variabel laten, nilai average variance extracted
(AVE) dan akar AVE.
16. Nilai analisis model inner vs nilai standard.
17. Hasil bootstrap koefesien path.
18. Nilai perhitungan effect size.

21
22
28
29
30

31
32
34
36

38
39
40
41
47
47
49
50
50

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka berpikir operasional peranan penyuluh swadaya dalam
mendukung intensifikasi kakao
2 Model Partial Least Square (PLS) penelitian
3 Model Outer Akhir
4 Model Inner

19
26
46
48

DAFTAR LAMPIRAN
1 Evaluasi penilaian pada model pengukuran (Outer Model)
2 Pengaruh indikator terhadap peubah latennnya

59
59

3
4
5
6
7
8
9
10

Faktor loading pada model outer awal
Hasil analisis model awal
Nilai laten variabel correlations outer awal dan akhir
Jumlah penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin di
Kabupaten Sigi
Persentase pembagian luas tanam berdasarkan pemanfaatan lahan untuk
pertanian di Kabupaten Sigi
Indikator yang di iterasi
Sketsa kabupaten Sigi Provinsi Sulawesi Tengah
Jenis-jenis tanaman kakao yang ada di Kabupaten Sigi

60
60
61
62
62
62
63
64

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pertanian telah mencanangkan
program satu penyuluh satu desa, namun jumlah penyuluh belum mencukupi
kebutuhan yang seharusnya yaitu 72.143 penyuluh dan baru terpenuhi sekitar 85%
(Departemen Pertanian 2013). Menurut UU Nomor 16 tahun 2006 tenaga
penyuluh terdiri dari penyuluh PNS, penyuluh swasta dan/atau penyuluh swadaya.
Kemudian pemerintah melalui Kementerian Pertanian mengeluarkan peraturan
tentang pedoman pembinaan penyuluh pertanian swadaya dan penyuluh pertanian
swasta. Peraturan ini dibuat untuk peningkatan kinerja penyuluh pertanian
swadaya dan swasta melalui revitalisasi penyuluhan pertanian serta keberhasilan
pembangunan pertanian dapat berhasil baik. Penyuluh swadaya merupakan
alternatif yang sesuai dengan UU Nomor 16 Tahun 2006 tentang sistem
penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan untuk memenuhi seluruh
kekurangan penyuluh yang ada sebagai pendamping penyuluh PNS.
Penyuluh pertanian, penyuluh perikanan, atau penyuluh kehutanan, baik
penyuluh PNS, swasta, maupun swadaya yang selanjutnya disebut penyuluh
adalah perorangan warga negara Indonesia yang melakukan kegiatan penyuluhan.
Sedangkan penyuluh swadaya adalah pelaku utama yang berhasil dalam usahanya
dan warga masyarakat lainnya yang dengan kesadarannya sendiri mau dan mampu
menjadi penyuluh (UU Nomor 16 Tahun 2006).
Jumlah penyuluh swadaya di Indonesia saat ini berjumlah 13.169 penyuluh
sedangkan penyuluh PNS berjumlah 27.476 penyuluh. Keberadaan penyuluh
swadaya sebagai alternatif pemenuhan kebutuhan penyuluh belum mencukupi
mengatasi kekurangan tersebut. Padahal para petani sangat membutuhkan
keberadaan penyuluh yang bukan hanya sekedar penyampai teknologi dan
informasi, namun juga membutuhkan orang yang terampil untuk membantu petani
meningkatkan usahataninya dan mengatasi setiap persoalannya. Faktanya,
penyuluh PNS ataupun THL tidak selalu siap membantu karena kadang-kadang
terkendala jarak yang cukup jauh maupun infrastruktur yang tidak memadai. Hal
ini sejalan dengan pendapat Van den Ban dan Hawkins (1999) yang menyatakan
bahwa peranan penyuluh pertanian adalah membantu petani membentuk pendapat
yang sehat dan membuat keputusan yang baik dengan cara berkomunikasi dan
memberikan informasi yang diperlukan petani, selain itu penyuluh pertanian juga
berperan untuk membantu petani dalam peningkatan usahataninya.
Penyuluh swadaya memiliki peranan penting termasuk juga di Kabupaten
Sigi yang merupakan kabupaten baru dengan jumlah penduduk mencapai 219.005
jiwa yang tersebar di 15 kecamatan. Pendapatan terbesar dari kabupaten ini
didukung oleh sektor pertanian tanaman pangan dan perkebunan, itu artinya
sebagian besar penduduknya bekerja sebagai petani. Berdasarkan hal tersebut,
pemerintah terdorong untuk meningkatkan hasil pertanian terutama yang menjadi
komoditas unggulan dan membantu masyarakat untuk lebih mandiri sehingga
dapat meningkatkan taraf hidupnya menjadi lebih sejahtera. Maka peranan
penyuluh swadaya sangat dibutuhkan.

2
Perkebunan merupakan salah satu dari sektor pertanian yang menjadi
andalan Kabupaten Sigi, sebagian masyarakatnya berusaha di sektor ini
khususnya komoditi kakao yang pada tahun 2011 produksi kakaonya sebanyak
18,386.50 ton dengan luas area 27,555.10 ha kabupaten ini termasuk penghasil
kakao terbesar di Sulawesi Tengah dan juga merupakan sasaran utama dari
Gerakan Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao Nasional melalui program
rehabilitasi, peremajaan dan intensifikasi perkebunan yang dilaksanakan oleh
Departemen Pertanian pada tahun 2009 sampai tahun 2013.
Sektor pertanian sebagai sasaran pembangunan mempunyai prospek
potensial untuk dikembangkan dan menunjang otonomi daerah, untuk itu sangat
diperlukan peranan penyuluh yang kompeten menjalankan tugasnya dalam
memberdayaan masyarakat petani karena penyuluh merupakan penyedia
informasi yang dibutuhkan petani seperti Budidaya kakao, panen dan pascapanen
serta pemasaran, fasilitator untuk melakukan tindakan efisiensi kegiatan budidaya
dan lain sebagainya bagi petani yang bersangkutan dan sebagai motivator atau
pendorong untuk terjadinya perubahan yakni peningkatan pengetahuan,
keterampilan dan sikap. Berperan atau tidaknya seorang penyuluh dapat dinilai salah
satunya melalui persepsi petani binaannya.
Faktor utama dalam pelaksanaan otonomi daerah adalah partisipasi
masyarakat sebagai penggerak utama dalam penyelenggaraan otonomi daerah dan
pelaksana kebijakan dari otonomi daerah tersebut termasuk juga dalam
mengembangkan potensi yang ada di daerahnya sebagai komoditas unggulan
daerah. Hal ini perlu didukung oleh peranan penyuluh termasuk penyuluh
swadaya dalam meningkatkan kesejateraan masyarakat daerah melalui
penyuluhan. Kemudian melalui otonomi daerah yang telah digulirkan, itu artinya
pemerintah pusat memberikan urusan daerah pada pemerintah daerah agar
mengatur dan mengurus kepentingan yang menjadi wewenang dan
tanggungjawabnya.
Sejalan dengan hal tersebut maka perlu adanya perhatian terhadap peranan
penyuluh swadaya dalam mendukung pelaksanaan pembangunan khususnya di
sektor pertanian. Sebagai salah satu penerima kebijakan penyuluhan di daerah
yang merupakan runtutan dari Peraturan Perundang-undangan tentang sistem
penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan yang memerlukan sinergitas
antara pemerintah pusat dan daerah agar pelaksanaan atas peraturan tersebut dapat
terlaksana dengan sebaik-baiknya.
Salah satu pendukung berkembangnya sektor tersebut tentu didukung oleh
para pelaku perubahan yakni penyuluh khususnya penyuluh swadaya yang
seharusnya mampu memainkan perannya untuk membantu pemerintah sehingga
petani lebih mandiri, memiliki daya saing dan peningkatan kesejahteraan. Hal ini
sejalan dengan hasil penemuan studi yang dilakukan Indraningsih (2010)
menunjukkan bahwa penyuluh swadaya merupakan pelaku utama yang memiliki
status sosial yang tinggi. Hal ini mengindikasikan kebutuhan penyuluh swadaya
akan peranannya. Berbagai peranan tersebut diterapkan oleh penyuluh pertanian
dengan kadar yang berbeda.
Penelitian ini sangat penting untuk dilakukan karena melihat belum banyak
yang mengetahui seperti apa peranan penyuluh swadaya dan siapakah penyuluh
swadaya. Penelitian seperti ini termasuk yang jarang dilakukan sehingga
penelitian ini dapat dijadikan rujukan bagi penelitian lain yang juga ingin meneliti

3
tentang penyuluh swadaya atau dapat dijadikan informasi untuk membuat sebuah
rekomendasi yang berkaitan dengan penyuluh swadaya.
Perumusan Masalah
Permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah menganalisis peranan
penyuluh swadaya dalam mendukung intensifikasi kakao di Kabupaten Sigi. Hal
ini disebabkan perkebunan kakao merupakan sektor andalan pada Kabupaten Sigi.
Jumlah penyuluh swadaya sudah mencukupi kebutuhan penyuluh di 15 kecamatan,
namun perlu ada peningkatan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki
penyuluh swadaya sehingga dapat berperan aktif membantu petani dalam
menyelesaikan setiap persoalan perkebunan yang dialami. Pemerintah sendiri
perlu berpartisipasi aktif dalam meningkatkan sumberdaya penyuluh dengan
berbagai pelatihan. Jika dibandingkan dengan penyuluh yang lain penyuluh
swadaya merupakan alternatif yang paling sesuai karena pengalamannya dalam
berusahatani, oleh sebab itu perlu adanya analisis tentang peranan penyuluh
swadaya dalam mendukung intensifikasi kakao.
Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah yang ditelaah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Bagaimana peranan penyuluh swadaya dalam mendukung intensifikasi kakao
di Kabupaten Sigi Provinsi Sulawesi Tengah?
2) Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi persepsi petani terhadap peranan
penyuluh swadaya dalam mendukung intensifikasi kakao di Kabupaten Sigi
Provinsi Sulawesi Tengah?
Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini, yaitu:
1) Menganalisis peranan penyuluh swadaya dalam mendukung intensifikasi
kakao di Kabupaten Sigi Provinsi Sulawesi Tengah.
2) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi petani terhadap
peranan penyuluh swadaya dalam mendukung intensifikasi kakao di
Kabupaten Sigi Provinsi Sulawesi Tengah.
Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara
teoritis maupun praktis sebagai berikut :
1) Secara teoritis, penelitian ini diharapan dapat menambah pengetahuan baik
kepada peneliti, pengambil kebijakan, penyuluh swadaya maupun petani.
2) Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi serta
menjadi rekomendasi bagi pemerintah daerah dalam mendukung peranan
penyuluh swadaya.

4

2 TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Penyuluhan
Pada awal sejarahnya dahulu, Van den Ban (1999) dalam perjalanannya
mencatat beberapa istilah penyuluhan seperti di Belanda disebut voorlichting, di
Jerman dikenal sebagai advisory work, vulgarization (Prancis), dan capacitation
(Spanyol). Rolling (1988) dalam Mardikanto (2009) mengemukakan bahwa Freire
(1973) pernah melakukan protes terhadap kegiatan penyuluhan yang bersifat topdown. Karena itu, dia kemudian menawarkan beragam istilah pengganti extension
seperti: animation, mobilization, conscientisation. Di Indonesia dipergunakan
istilah penyuluhan sebagai terjemahan dari voorlichting.
Penyuluhan dalam arti umum adalah ilmu sosial yang mempelajari sistem
dan proses perubahan pada individu serta masyarakat agar dapat terwujud
perubahan yang lebih baik sesuai yang diharapkan. Menurut Van den Ban dan
Hawkins (1999), penyuluhan merupakan kegiatan yang melibatkan orang-orang
untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu
sesamanya memberikan pendapat sehingga bisa membuat keputusan yang benar.
Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem
Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, yang selanjutnya disebut
penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha
agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam
mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya,
sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan
kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi
lingkungan hidup.
Kegiatan penyuluhan intensifikasi kakao perlu pula disesuaikan dengan
falsafah penyuluhan yang dilandasi oleh tiga hal pokok (Mardikanto 2009), yakni:
1. Penyuluhan masyarakat adalah suatu proses pendidikan
Penyuluhan adalah pendidikan non formal yang terutama ditujukan bagi orang
dewasa, guna meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap mental
seseorang. Dengan penyuluhan tersebut diharapkan timbulnya perubahan
perilaku yang dapat meningkatkan kualitas hidup seseorang menjadi lebih baik
sehingga tercapainya kesejahteraan hidup manusia.
2. Penyuluhan merupakan proses demokrasi
Penyuluhan dilakukan atas kebutuhan para peserta/klien sehingga lebih
bercirikan demokrasi dan „bottom up‟. Karena memenuhi kebutuhan klien,
tidak diharapkan terjadinya penolakan juga pemaksaan pada klien dalam proses
penyuluhan. Berbeda dengan penyuluhan yang „top down‟ sering bukan
merupakan kebutuhan klien, sehingga yang terjadi adalah penolakan terhadap
inovasi yang ditawarkan. Kalaupun klien terpaksa mengikutinya, berarti tidak
memberikan kebebasan klien yang dapat dikatakan tidak demokratis.
3. Penyuluhan merupakan proses yang terus menerus
Penyuluhan harus dilakukan secara kontinyu, tidak bisa bersifat sewaktu-waktu.
Konsisten juga memiliki arti penting dalam penyuluhan. Ini disebabkan karena
penyuluhan adalah proses belajar yang terus mengalir pada diri individu
sebagai klien.

5
Dari ketiga falsafah penyuluhan di atas, penyuluhan merupakan proses
pendidikan dengan metode anak didik dalam mengubah perilaku mereka secara
terus-menerus mengikuti perubahan dalam masyarakat. Dalam perjalanannya,
kegiatan penyuluhan diartikan dengan berbagai pemahaman, seperti yang
diungkapkan oleh Mardikanto (2009) yakni: Pertama penyuluhan sebagai proses
penyebarluasan informasi. Sebagai terjemahan dari kata extension. Penyuluhan
dapat diartikan sebagai proses penyebarluasan informasi tentang ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni yang dihasilkan sistem penelitian ke dalam
praktek atau kegiatan praktis. Kedua penyuluhan sebagai proses penerangan.
Penyuluhan yang berasal dari kata dasar “suluh” atau obor, dapat diartikan
sebagai kegiatan penerangan. Kegiatan penerangan atau pemberian penjelasan
adalah bagian dari proses atau kegiatan penyuluhan. Ketiga penyuluhan sebagai
proses perubahan perilaku. Penyuluhan adalah proses yang dilakukan secara
menerus, sampai terjadinya perubahan perilaku pada sasaran penyuluhan.
Perubahan perilaku yang dilakukan melalui kegiatan penyuluhan adalah
perubahan pada ranah pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), dan
sikap (afektif).
Keempat penyuluhan sebagai proses belajar. Penyuluhan adalah proses
belajar pada suatu pendidikan yang bersifat non formal bagi petani dan
keluarganya agar berubah perilakunya untuk bertani lebih baik (better farming),
berusahatani lebih menguntungkan (better bussines), hidup lebih sejahtera (better
living), dan bermasyarakat lebih baik (better community) serta menjaga
kelestarian lingkungannya (better environment). Kelima penyuluhan sebagai
proses perubahan sosial. Penyuluhan tidak hanya melakukan perubahan perilaku
pada diri seseorang, tetapi juga perubahan-perubahan hubungan antar individu
dalam masyarakat, termasuk struktur, nilai-nilai, dan pranata sosialnya (seperti
demokratisasi, transparansi, supremasi hukum, dan sebagainya). Keenam
penyuluhan sebagai proses rekayasa sosial (social enginering). Penyuluhan
sebagai rekayasa sosial adalah upaya untuk mempersiapkan sumber daya manusia
agar mereka tahu, mau dan mampu melaksanakan peran sesuai dengan tugas
pokok dan fungsinya dalam sistem sosialnya masing-masing.
Ketujuh penyuluhan sebagai proses pemasaran sosial (social marketing).
Berbeda dengan rekayasa sosial yang lebih berkonotasi ”membentuk” (to do to)
atau menjadikan masyarakat menjadi sesuatu yang ”baru”, proses pemasaran
sosial dimaksudkan untuk ”menawarkan” (to do for) sesuatu kepada masyarakat,
sehingga pengambilan keputusan sepenuhnya berada di tangan masyarakat itu
sendiri. Kedelapan penyuluhan sebagai proses pemberdayaan masyarakat
(community empowerment). Inti dari kegiatan penyuluhan adalah untuk
memberdayakan masyarakat. Memberdayakan berarti memberi daya kepada yang
tidak berdaya dan atau mengembangkan daya yang sudah dimiliki menjadi
sesuatu yang lebih bermanfaat bagi masyarakat yang bersangkutan. Kesembilan
penyuluhan sebagai proses komunikasi pembangunan. Sebagai proses komunikasi
pembangunan, penyuluhan tidak sekedar upaya untuk menyampaikan pesan-pesan
pembangunan, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana meningkatkan
partisipasi masyarakat dalam pembangunan.

6
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006, penyuluh adalah
fasilitator yang memfasilitasi pelaku utama dan pelaku usaha sebagaimana
dijelaskan dalam bab penjelasan UU nomor 16 tahun 2006 yang menjelaskan
tentang “penyuluhan berasaskan kemitraan” yaitu penyelenggaraan penyuluhan
yang dilaksanakan berdasarkan prinsip saling menghargai, saling menguntungkan,
saling memperkuat dan saling membutuhkan antara pelaku utama dan pelaku
usaha yang di fasilitasi oleh penyuluh.
Pasal empat UU nomor 16 tahun 2006 menjelaskan tentang fungsi sistem
penyuluhan yang meliputi beberapa hal sebagai berikut :
1) Memfasilitasi proses pembelajaran pelaku utama dan pelaku usaha;
2) Mengupayakan kemudahan akses pelaku utama dan pelaku usaha ke sumber
informasi, teknologi dan sumber daya lainnya agar mereka dapat
mengembangkan usahanya;
3) Meningkatkan kemampuan kepemimpinan, manajerial, dan kewirausahaan
pelaku utama dan pelaku usaha;
4) Membantu pelaku utama dan pelaku usaha dalam menumbuhkembangkan
organisasinya menjadi organisasi ekonomi yang berdaya saing tinggi,
produktif, menerapkan tata kelola berusaha yang baik, dan berkelanjutan;
5) Membantu menganalisis dan memecahkan masalah serta merespon peluang
dan tantangan yang dihadapi pelaku utama dan pelaku usaha dalam mengelola
usaha;
6) Menumbuhkan kesadaran pelaku utama dan pelaku usaha terhadap kelestarian
fungsi lingkungan; dan
7) Melembagakan nilai-nilai budaya pembangunan pertanian, perikanan, dan
kehutanan yang maju dan modern bagi pelaku utama secara berkelanjutan
Hal tersebut di atas secara tidak langsung telah menjelaskan tentang
penyuluh yang berperan sebagai fasilitator untuk menumbuhkan kesadaran bagi
pelaku utama dan pelaku usaha sehingga memiliki kemauan yang tinggi untuk
menumbuhkembangkan perekonomian yang berdaya saing tinggi, produktif dan
mandiri.
Konsep Peranan
Peranan adalah tindakan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang
dalam suatu peristiwa” (Poerwadarminta 1995 dikutip Krisnawati 2014). Peranan
merupakan perangkat tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh seseorang yang
berkedudukan di masyarakat. Peranan menurut Grass, Mason dan MC Eachern
yang dikutip dalam buku pokok-pokok pikiran dalam sosiologi karangan David
Berry (1995) mendefinisikan peranan sebagai perangkat harapan-harapan yang
dikenakan pada individu atau kelompok yang menempati kedudukan sosial
tertentu. Selanjutnya dikemukakan oleh Soekanto (2002), bahwa peranan (role)
merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan
hak dan kewajibannya sesuai kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peranan.
Berdasarkan dua pengertian di atas, peranan adalah perangkat harapan-harapan
yang dikenakan pada individu atau kelompok untuk melaksanakan hak dan
kewajiban yang harus dilaksanakan oleh pemegang peran sesuai dengan yang
diharapkan masyarakat.

7
Peranan (Role) merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan (status)
seseorang yang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukan
yang menunjukkan dia menjalankan perannya. Hal dan kewajiban harus saling
berkaitan yang dijalankan seseorang sesuai dengan ketentuan peranan yang
seharusnya dilakukan dan sesuai dengan harapan peranan yang dilakukan
(Departemen Pertanian 2009).
Peranan lebih banyak menekankan pada fungsi, penyesuaian diri dan
sebagai suatu proses (Soekanto 2002). Menurut Soekanto (2002), unsur-unsur
peranan atau role adalah : 1) Aspek dinamis dari kedudukan; 2) Perangkat hakhak dan kewajiban; 3) Perilaku sosial dari pemegang kedudukan; 4) Bagian dari
aktivitas yang dimainkan seseorang. Hubungan-hubungan sosial yang ada dalam
masyarakat, merupakan hubungan antara peranan-peranan individu dalam
masyarakat. Sementara peranan itu sendiri diatur oleh norma-norma yang berlaku
dalam masyarakat. Jadi seseorang menduduki suatu posisi dalam masyarakat serta
menjalankan suatu peranan. Peranan mencakup tiga hal, yaitu : Pertama peranan
meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang
dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturanperaturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan. Kedua
peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu
dalam masyarakat sebagai organisasi, Ketiga peranan juga dapat dikatakan
sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat (Soekanto
2002).
Berlo (1960) menyebutkan bahwa ada role prescription atau ketentuan
peranan adalah adalah pernyataan formal dan terbuka tentang perilaku yang harus
ditampilkan oleh seseorang dalam membawa perannya, role description atau
gambaran peranan adalah suatu gambaran tentang perilaku yang sacara aktual
ditampilkan sesorang dalam membawakan perannya, dan role expectation atau
harapan peranan adalah harapan orang-orang terhadap perilaku yang ditampilkan
seseorang dalam membawakan perannya. ketiga dimensi peranan ini seyogyanya
berjalan seiring. Artinya seseorang yang berperan baik bilamana role prescription,
role description, dan role expectation adalah sama. Hal ini berarti tingkah laku
peranan yang demikian adalah terbaik dan ideal. Peranan yang dijalankan
seseorang haruslah sesuai dengan ketentuan peranan yang seharusnya dilakukan
dan sesuai pula dengan harapan peran yang dilakukan.
Komarudin
(1994)
dalam
buku
“Ensiklopedia
manajemen”
mengungkapkan tentang konsep peran sebagai berikut; (1) bagian dari tugas
utama yang harus dilakukan oleh manajemen; (2) Pola perilaku yang diharapkan
dapat menyertai suatu status; (3) Bagian suatu fungsi seseorang dalam kelompok
atau pranata; (4) Fungsi yang diharapkan dari seseorang atau yang menjadi
karakteristik yang ada padanya; dan (5) Fungsi variabel dalam hubungan sebab
akibat.
Slamet (2003) dalam Krisnawati (2014) berpendapat bahwa dalam kegiatan
atau aktivitas yang berkaitan dengan status dalam masyarakat atau lingkungannya
disebut sebagai peran individu atau kelompok yang bersangkutan. Hal-hal yang
menjadi harapan terhadap seseorang atau sekelompok dan yang seharusnya
dilaksanakan oleh orang atau kelompok tersebut merupakan peran orang atau
kelompok yang bersangkutan. Jadi peran yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah harapan atau keinginan petani kakao terhadap peranan penyuluh swadaya

8
dalam meningkatkan kemandirian dan peningkatan taraf hidup sesuai dengan
ketentuan dan tujuan penyuluhan yang seharusnya dilakukan.
Konsep Penyuluh atau Agen Perubahan
Vallera (1987) seperti yang dikutip oleh Krisnawati (2014) mengatakan
bahwa penyuluh disebut juga sebagai agen perubahan. Agen perubahan
mempunyai peran yang sangat penting dalam eksistensi sistem penyuluhan. Agen
perubahan berfungsi sebagai mata rantai komunikasi antar dua (atau lebih) sistem
sosial yaitu menghubungkan antara suatu sistem sosial yang mempelopori
perubahan dengan sistem sosial masyarakat yang dibinanya dalam usaha
perubahan tersebut. Usaha-usaha pembangunan suatu masyarakat selalu ditandai
oleh adanya sejumlah orang yang mempelopori, menggerakkan dan
menyebarluaskan proses perubahan tersebut. Mereka adalah orang-orang yang
disebut sebagai agen perubahan. Nama yang diberikan sesuai dengan misi yang
ingin dibawa, yakni membuat suatu perubahan yang berarti bagi sekelompok
orang.
Agen perubahan adalah orang yang membantu terlaksananya perubahan
sosial atau suatu inovasi berencana (Havelock 1973 dalam Nasution 1992).
Soekanto (1990) menyatakan pihak-pihak yang menghendaki perubahan
dinamakan agent of change yaitu seseorang atau sekelompok orang yang
mendapat kepercayaan sebagai pemimpin satu atau lebih lembaga-lembaga
kemasyarakatan. Pengenalan dan kemudian penerapan hal-hal, gagasan-gagasan
dan ide-ide baru tersebut yang dikenal sebagai inovasi yang dilakukan dengan
harapan agar kehidupan masyarakat yang bersangkutan akan mengalami
kemajuan dan kemandirian.
Seeorang penyuluh yang merupakan komponen dalam melakukan kegiatan
penyuluhan adalah sumber informasi atau komunikator yang dapat menyampaikan
pesan kepada komunikan. Peran seorang penyuluh akan menjadi semakin penting
manakala dikaitkan dengan fungsinya sebagai agen perubahan. Penyuluh
pertanian datang ke tengah suatu masyarakat membawa sejumlah ide dan gagasan.
Umumnya ide dan gagasan tersebut mengandung hal-hal yang baru bagi
masyarakat yang didatanginya. Tujuan penyebarluasan ide dan gagasan tersebut
adalah untuk melakukan perubahan kehidupan masyarakat dari apa yang ada kini
menuju keadaan yang lebih baik lagi.
Menurut Roger (1983) dalam Mardikanto (1993) mendefinisikan penyuluh
sebagai seorang yang secara profesional mempengaruhi keputusan-keputusan
inovasi dalam arah yang dikehendaki oleh lembaga penyuluhan. Penyuluh
menurut UU nomor 16 tahun 2006 adalah :
1) Penyuluh pegawai negeri sipil yang selanjutnya disebut penyuluh PNS adalah
pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggungjawab, wewenang dan hak
secara penuh oleh pejabat yang berwenang pada satuan organisasi lingkup
pertanian, perikanan atau kehutanan untuk melakukan kegiatan penyuluhan.
2) Penyuluh swasta adalah penyuluh yang berasal dari dunia usaha dan atau
lembaga yang mempunyai kompetensi dalam bidang penyuluhan.
3) Penyuluh Swadaya adalah pelaku utama yang berhasil dalam usahanya dan
warga masyarakat lainnya yang dengan kesadarannya sendiri mau dan mampu
menjadi penyuluh.

9
Van den Ban dan Hawkins (1999) menyatakan penyuluhan merupakan
keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar
dengan tujuan membantu sasarannya memberikan pendapat sehingga dapat
membuat keputusan yang benar. Kegiatan tersebut dilakukan oleh seseorang yang
disebut penyuluh pertanian. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kartasapoetra
(1994) dalam Krisnawati (2014) mengatakan bahwa penyuluh pertanian
merupakan agen bagi perubahan perilaku petani, yaitu mendorong petani
mengubah perilakunya menjadi petani yang memiliki kemampuan yang lebih baik
dan mampu mengambil keputusan sendiri yang selanjutnya akan memperoleh
kehidupan yang lebih baik. Melalui peran penyuluh, petani diharapkan menyadari
akan kebutuhannya, melakukan peningkatan kemampuan diri dan dapat berperan
aktif di masyarakat dengan lebih baik.
Penyuluhan pertanian adalah suatu cara atau usaha pendidikan yang bersifat
non formal untuk para petani dan keluarganya di pedesaan (Samsudin 1987).
Penyuluhan pertanian ialah proses pendidikan dengan sistem pendidikan non
formal untuk mengubah perilaku orang dewasa agar memiliki pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang lebih baik, sehingga sasaran dapat memilih dan
mengambil keputusan dari berbagai alternatif pengetahuan yang ada untuk
menyelesaikan permasalahan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan. Jadi yang
dimaksud penyuluh pertanian dalam penelitian ini adalah penyuluh swadaya yang
tugasnya bergerak di bidang penyuluhan pertanian di sektor perkebunan pada
komoditi kakao di Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah. Perubahan yang diharapkan
dapat dilakukan oleh penyuluh swadaya kepada petani kakao adalah
meningkatnya pengetahuan, keterampilan dalam intensifikasi kakao serta
tumbuhnya sikap kepemimpinan petani sehingga menjadi teladan bagi petani lain.
Konsep Penyuluh Swadaya
Keberadaan penyuluh pertanian swadaya telah dijelaskan dalam UU Nomor
16 tentang SP3K dan didukung pula oleh Peraturan Menteri Pertanian/Permentan
Nomor 61 tahun 2010 tentang Pedoman Pembinaan Penyuluh Pertanian Swadaya
dan Penyuluh Swasta. Penyuluh pertanian swadaya adalah pelaku utama yang
berhasil dalam usahanya dan warga masyarakat lainnya yang dengan
kesadarannya sendiri mau dan mampu menjadi penyuluh. Maksudnya bahwa
penyuluh swadaya merupakan seseorang yang dengan kemampuannya mampu
mengembangkan diri menjadi pelaku utama sekaligus pelaku usaha yang telah
berhasil meningkatkan taraf hidupnya, kemudian mempunyai keinginan untuk
berbagi pengetahuan dan keterampilan dengan orang lain. Pelaku utama untuk
kegiatan pertanian adalah petani tanaman pangan, petani hortikultura, pekebun
dan peternak beserta keluarganya.
Penyuluh pertanian swadaya harus memenuhi persyaratan umum dan
persyaratan khusus. Persyaratan umum meliputi: (1) warga Negara Republik
Indonesia; (2) memiliki keterampilan dan keahlian teknis dalam bidang pertanian;
(3) mempunyai kesempatan, kesediaan, kemauan, kemampuan dan perhatian
untuk menyebarluaskan keahliannya kepada pelaku utama melalui kegiatan
penyuluhan pertanian; (4) mampu berkomunikasi khusus dengan pelaku utama
dan pelaku usaha; (5) mampu bermitra dengan penyuluh pertanian PNS dalam
melakukan kegiatan penyuluhan bidang pertanian; (6) bersedia mengikuti

10
pelatihan di bidang penyuluhan pertanian yang diselenggarakan oleh pemerintah.
Adapun persyaratan khusus meliputi: (1) memiliki dan atau mengelola usaha di
bidang pertanian yang berhasil dan dapat dicontoh oleh masyarakat di sekitarnya;
(2) mempunyai sifat kepemimpinan dan menjadi teladan bagi pelaku utama dan
pelaku usaha (Juklak Pemberdayaan Penyuluh Pertanian Swadaya Kementerian
Pertanian 2012).
Penyuluh pertanian swadaya tidak secara langsung menjadi penyuluh
swadaya, namun harus diakui dan dilatih oleh pemerintah melalui proses berikut :
1) Pelaku utama yang merasa memenuhi persyaratan tersebut di atas dan
berminat, dapat mengajukan diri sebagai calon penyuluh pertanian swadaya ke
Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) atau Balai Penyuluhan di Kecamatan
setempat;
2) Penyuluh pertanian PNS bersama dengan aparat desa/kelurahan melakukan
identifikasi pelaku utama dan masyarakat lain yang memenuhi syarat sebagai
penyuluh pertanian swadaya;
3) Hasil identifikasi dilaporkan sebagai calon penyuluh pertanian swadaya ke
BPP;
4) BPP merekapitulasi calon-calon penyuluh swadaya dan mengirimkan ke
Badan Pelaksana Penyuluhan atau lembaga yang menangani penyuluhan
pertanian di kabupaten/kota;
5) Badan Pelaksana Penyuluhan di kabupaten/kota melakukan klarifikasi dan
verifikasi terhadap calon penyuluh swadaya, dan yang memenuhi syarat
ditetapkan sebagai penyuluh pertanian swadaya oleh Kepala Badan Pelaksana
Penyuluhan;
6) Selanjutnya daftar calon penyuluh pertanian swadaya dikirim ke Badan
Koordinasi Penyuluhan atau lembaga yang menangani penyuluhan pertanian
di provinsi dengan tembusan kepada Kepala Badan Penyuluhan dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian, Kementerian Pertanian
sebagai bahan perencanaan pelatihan dan pembinaan;
7) Calon penyuluh pertanian swadaya yang telah mengikuti pelatihan dan lulus
diberi sertifikat;
8) Dinyatakan sebagai penyuluh swadaya apabila telah menandatangani surat
pernyataan sebagai penyuluh dan terikat dengan peraturan perundangundangan yang berlaku;
9) Penyuluh pertanian swadaya bila ingin memperoleh sertifikat kompetensi
profesi dari lembaga sertifikasi profesi penyuluh, harus mengikuti uji
kompetensi (Departemen Pertanian 2012).
Kedudukan penyuluh pertanian swadaya sebagai mitra penyuluh pertanian
PNS dalam melakukan kegiatan penyuluhan pertanian, baik sendiri-sendiri
maupun kerja sama untuk melaksanakan kegiatan penyuluhan pertanian
berdasarkan programa penyuluhan pertanian di wilayah setempat. Keberadaan
penyuluh pertanian swadaya bersifat mandiri untuk memenuhi kebutuhan
pendamping pelaku utama dan pelaku usaha pertanian.
Tugas pokok penyuluh pertanian swadaya adalah melakukan kegiatan
penyuluhan pertanian kepada pelaku utama dan pelaku usaha sesuai dengan
rencana kerja penyuluhan pertanian yang disusun berdasarkan programa
penyuluhan pertanian di wilayah kerjanya. Untuk dapat melaksanakan tugas
pokok, penyuluh pertanian swadaya menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:

11
(1) Menyusun rencana kegiatan penyuluhan pertanian yang dikoordinasikan
dengan kelembagaan penyuluhan setempat; (2) melaksanakan kegiatan
penyuluhan pertanian sesuai dengan rencana kerja yang telah disusun; (3)
melaksanakan pertemuan koordinasi dengan penyuluh pertanian PNS, pelaku
utama dan pelaku usaha dalam rangka mewujudkan sinergi kerja; (4) mengikuti
kegiatan rembug, pertemuan teknis, dan temu lapang pelaku utama dan pelaku
usaha; (5) berperan aktif menumbuhkembangkan kelembagaan pelaku utama; (6)
menjalin kemitraan usaha dengan pihak yang terkait dengan bidang tugasnya; (7)
menumbuhkembangkan jiwa kepemimpinan dan kewirausahaan pelaku utama; (8)
menyampaikan informasi dan teknologi baru dan tepat guna kepada pelaku utama;
(9) melaksanakan proses pembelajaran secara partisipatif melalui berbagai media
penyuluhan, antara lain: percontohan dan pengembangan model usaha agribisnis
bagi pelaku utama; dan (10) menyusun laporan kegiatan penyuluhan yang
dilaksanakan. Penyuluh swadaya pertanian yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah penyuluh swadaya perkebunan kakao.
Peranan Penyuluh Swadaya
Peran penyuluh menurut Undang-undang nomor 16 tahun 2006, adalah
memberdayakan pelaku utama dan pelaku usaha dalam peningkatan kemampuan
melalui penciptaan iklim usaha yang kondusif, penumbuhan motivasi,
pengembangan potensi, pemberian peluang, peningkatan kesadaran, dan
pendampingan serta fasilitasi. Padmowihardjo (2004) menyatakan bahwa tujuan
penyuluhan pertanian adalah menghasilkan manusia pembelajar, manusia penemu
ilmu dan teknologi, manusia pengusaha agribisnis yang unggul, manusia
pemimpin di masyarakatnya, manusia guru bagi petani lain, yang bersifat mandiri
dan interdependensi, karena itu penyuluhan adalah proses pembelajaran dan
proses pemberdayaan.
Menurut SK Menpan Nomor: 19/KEP/MK WASPAN/5/1999 jabatan
penyuluh pertanian terdiri dari penyuluh pertanian terampil dan penyuluh
pertanian ahli. Penyuluh pertanian terampil adalah jabatan fungsional, yang dalam
pelaksanaan pekerjaannya mempergunakan prosedur dan teknik kerja tertentu,
sedangkan penyuluh pertanian ahli adalah jabatan fungsional yang dalam
pelaksanaan pekerjaannya didasarkan atas disiplin ilmu pengetahuan, metode dan
teknik analisis tertentu. Seiring dengan perubahan paradigma pembangunan
pertanian yang lebih mengutamakan pembangunan manusianya, maka peran
penyuluh pertanian dalam mensukseskan terjadinya perubahan pola perilaku
petani menjadi semakin penting.
Menurut Rogers (1995), penyuluh adalah seseorang yang atas nama
pemerintah atau lembaga penyuluhan berkewajiban untuk mempengaruhi proses
pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sasaran penyuluhan untuk
mengadopsi inovasi. Berdasarkan definisi tersebut, Mardikanto (2009)
mengatakan bahwa peran penyuluh tidak hanya terbatas menyampaikan inovasi
dan mempengaruhi proses pengambilan keputusan oleh sasaran penyuluhan, akan
tetapi seorang penyuluh harus mampu menjadi jembatan penghubung antara
pemerintah atau lembaga penyuluhan yang diwakilinya dengan masyarakat
sasaran, baik dalam hal menyampaikan inovasi atau kebijakan-kebijakan yang
harus diterima dan dilaksanakan oleh masyarakat sasaran, maupun untuk

12
menyampaikan umpan balik atau tanggapan masyarakat kepada pemerintah atau
lembaga penyuluhan yang bersangkutan.
Adapun kedudukan Penyuluh pertanian swadaya dalam Peraturan Menteri
Pertanian nomor 61 tahun 2008 adalah sebagai mitra penyuluh pertanian PNS
dalam melakukan kegiatan penyuluhan pertanian, baik sendiri-sendiri maupun
kerjasama yang terintegrasi dalam programa penyuluhan pertanian sesuai dengan
tingkat administrasi pemerintahan dimana kegiatan penyuluhan diselenggarakan.
Keberadaan penyuluh pertanian swadaya bersifat mandiri dan independen untuk
memenuhi kebutuhan pelaku utama dan pelaku usaha pertanian. Tugas pokok
penyuluh pertanian swadaya adalah melakukan kegiatan penyuluhan pertanian
kepada pelaku utama dan pelaku usaha sesuai dengan rencana kerja penyuluhan
pertanian yang disusun berdasarkan programa penyuluhan pertanian di wilayah
kerjanya.
Sejalan dengan peran yang dilakukan penyuluh, Berlo (Levis 1996)
mengemukakan bahwa ada empat kualifikasi yang harus dimiliki penyuluh
termasuk penyuluh swadaya yaitu:
1. Kemampuan untuk berkomunikasi yang mengandung tidak hanya kemampuan
retorika, memilih dan menggunakan saluran komunikasi, memilih dan
menerapkan metode penyuluhan tetapi juga menyangkut kemampuan dan
keterampilan penyuluh untuk berempati dan berinteraksi dengan masyarakat
sekitar,
2. Sikap penyuluh, seperti sikap penghayatan dan bangga dengan profesinya,
sikap bahwa inovasi yang dilakukan bermanfaat bagi kelompok sasaran serta
sikap mencintai masyarakat yang menjadi kelompok sasaran,
3. Kemampuan pengetahuan penyuluh, seperti isi, fungsi dan manfaat serta nilainilai yang terkandung dapat disampaikan baik secara ilmiah maupun praktis,
kemampuan membaca peta dan latar belakang masyarakat yang menjadi
sasaran maupun watak masyarakat sasaran, dan
4. Kemampuan terhadap sosial budaya, artinya penyuluh perlu memahami latar
belakang sosial budaya sasarannya, seperti bahasa, agama, kebiasaankebiasaan, nilai dan norma yang dianut, sehingga lebih bisa membantu
menentukan keberhasilan tugas-tugas yang diembannya.
Konsep Persepsi
Menurut Rakhmat (2007), persepsi adalah pengalaman tentang obyek,
peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan
informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi sebagaimana didefinisikan dalam
kamus besar bahasa Indonesia (Balai Pustaka 2002) adalah tanggapan atau
penerimaan langsung dari sesuatu; proses seseorang mengetahui beberapa hal
melalui pancainderanya. Van den Ban dan Hawkins (1999) mengemukakan
bahwa persepsi adalah proses menerima informasi atau stimuli dari lingkungan
dan mengubahnya ke dalam kesadaran psikologis, dan DeVito (2002) menyatakan
bahwa persepsi adalah proses yang menjadikan kita sadar akan banyaknya
stimulus yang mempengaruhi indera kita, dan persepsi adalah upaya pemberian
makna pada stimuli inderawi.
Secara umum, terdapat beberapa sifat persepsi, antara lain bahwa persepsi
timbul secara spontan pada manusia, yaitu ketika seseorang berhadapan dengan

13
dunia yang penuh dengan rangsangan. Persepsi merupakan sifat paling asli yang
merupakan titik tolak perubahan. Dalam mempersepsikan tidak selalu
dipersepsikan secara keseluruhan, mungkin cukup hanya diingat. Persepsi tidak
berdiri sendiri, tetapi dipengaruhi atau bergantung pada konteks dan pengalaman
(Baiqhaqi 2005).
Walgito (2002) menyatakan stimulus merupakan salah satu faktor yang
berperan dalam persepsi. Berkaitan dengan hal itu faktor-faktor yang berperan
dalam persepsi yaitu : 1) adanya objek yang diamati, objek menimbulkan stimulus
yang mengenai alat indera atau reseptor stimulus dapat datang dari luar langsung
mengenai alat indera (reseptor), dan dapat datang dari dalam yang langsung
mengenai syaraf penerima (sensori) yang bekerja sebagai reseptor; 2) alat indera
atau reseptor, alat indera (reseptor) merupakan alat untuk menerima stimulus.
Disamping itu harus ada