Peran Gender dalam Pengambilan Keputusan dan Kesejahteraan Subjektif pada Keluarga Usia Pensiun

PERAN GENDER DALAM PENGAMBILAN
KEPUTUSAN DAN KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF
PADA KELUARGA USIA PENSIUN

SRI WAHYUNI MUHSIN

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Peran Gender dalam
Pengambilan Keputusan dan Kesejahteraan Subjektif pada Keluarga Usia Pensiun
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2014
Sri Wahyuni Muhsin
NIM I24090087

ABSTRAK
SRI WAHYUNI MUHSIN. Peran Gender dalam Pengambilan Keputusan dan
Kesejahteraan Subjektif pada Keluarga Usia Pensiun. Dibimbing oleh
HARTOYO dan NETI HERNAWATI.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan peran gender dalam
pengambilan keputusan dengan kesejahteraan subjektif pada keluarga usia
pensiun. Penelitian ini melibatkan 154 keluarga dengan suami atau istri yang sudah
pensiun dengan usia lebih atau sama dengan 56 tahun dan dipilih secara purposive.
Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan bantuan kuesioner yang
dianalisis secara deskriptif, uji beda T-Test, dan uji korelasi Pearson. Lama
pendidikan dan pendapatan keluarga berhubungan positif signifikan dengan peran
gender dalam pengambilan keputusan aktivitas pengelolaan keuangan. Jumlah
anggota keluarga berhubungan positif signifikan dengan peran gender dalam
pengambilan keputusan aktivitas manajemen usaha. Pendapatan keluarga

berhubungan signifikan dengan kesejahteraan ekonomi keluarga. Hasil penelitian
juga menunjukkan peran gender dalam pengambilan keputusan pada aktivitas
manajemen usaha berhubungan negatif dengan kesejahteraan ekonomi keluarga.
Kata kunci : Keluarga pensiun, kesejahteraan subjektif, peran gender

ABSTRACT
SRI WAHYUNI MUHSIN. The Role of Gender on Decision Making and
Subjective Well-Being of Family at Retirement Age. Supervised by HARTOYO
and NETI HERNAWATI.
This study is aimed to analyze the relationship between gender roles in
decision-making with subjective well-being at retirement age family. This study
used cross sectional design and involved 154 families with retired husband or wives
aged over or 56 years old and selected purposively. Data were collected by interview
using questionnaire and was analyzed by descriptive, independent sample t-test, and
and Pearson correlation. Education attendance and family’s income were positively
significant associated with gender roles in financial management. Number of
family dependents were positively significant associated with gender roles in
bussiness management. Pearson correlation test results showed that family’s
income associated significantly with the economic well-being of the family. The
results also demonstrate the role of gender in bussiness management activity is

negatively related to the economic subjective well-being of retirement families.
Keywords: Retirement family, subjective well-being, gender roles
.

PERAN GENDER DALAM PENGAMBILAN
KEPUTUSAN DAN KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF
PADA KELUARGA USIA PENSIUN

SRI WAHYUNI MUHSIN

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2014

Judul Skripsi : Peran Gender dalam Pengambilan Keputusan dan Kesejahteraan
Subjektif pada Keluarga Usia Pensiun
Nama
: Sri Wahyuni Muhsin
NIM
: I24090087

Disetujui oleh

Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc
Pembimbing I

Neti Hernawati SP, M.Si
Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof. Dr. Ir. Ujang Sumarwan, M.Sc

Ketua Departemen

Tanggal Lulus :

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat,
serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang
berjudul “Peran Gender dalam Pengambilan Keputusan dan Kesejahteraan
Subjektif pada Keluarga Usia Pensiun”. Penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc dan Ibu Neti Hernawati SP,
M.Si selaku dosen pembimbing skripsi, Ibu Alfiasari SP, M.Si selaku
pembimbing akademik, Ibu Megawati Simanjuntak SP, M.Si dan Ibu Dr. Tin
Herawati SP, M.Si dan seluruh dosen Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada keluarga tercinta, Bapak Muhsin
SP, Ibu Rosmina S.Pd, M.Si, Adikku tersayang Rahmat Fadhillah, terima kasih
atas kasih sayang, doa, nasihat, dan motivasi yang tidak pernah putus diberikan.
Tidak lupa terima kasih kepada teman seperjuangan penelitian, Halisa Rohayu,
Silvia Dewi S. A, Dyah Purnama Sari, dan Sri Sulastri, atas waktu, kebersamaan,
dan kerjasamanya. Selanjutnya penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
teman-teman IKK 46, terutama Halisa, Woro dan Tiwi atas kebersamaan dan

persahabatan yang penuh warna dan juga keluarga besar IMTR khususnya IMTR
46. Terakhir penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada ayadun (Radhi
Fadhillah S.Pi) yang senantiasa memberikan dukungan dan motivasi untuk
menyelesaikan laporan skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas semuanya
dengan kebaikan.
Demikian ucapan terima kasih ini dipersembahkan dari hati yang paling
dalam. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi banyak orang.

Bogor, Februari 2014
Sri Wahyuni Muhsin

DAFTAR ISI
PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1


Perumusan Masalah

3

Tujuan Penelitian

4

Manfaat Penelitian

4

KERANGKA PENELITIAN

5

METODE PENELITIAN

6


Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian

7

Teknik Pengambilan Contoh

7

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

8

Pengolahan dan Analisis Data

9

Definisi Operasional

9


HASIL DAN PEMBAHASAN

11

Karakteristik Contoh dan Keluarga

11

Peran Gender dalam Pengambilan Keputusan

11

Hubungan antara Karakteristik Contoh dan Keluarga dengan Peran Gender
dalam Pengambilan Keputusan

15

Kesejahteraan Subjektif Keluarga

16


Hubungan antara Karakteristik Contoh dan Keluarga dengan Kesejahteraan
Subjektif Keluarga
19
Hubungan antara Peran Gender dalam Pengambilan Keputusan dengan
Kesejahteraan Subjektif Keluarga
SIMPULAN DAN SARAN

21
26

Simpulan

26

Saran

27

DAFTAR PUSTAKA


27

LAMPIRAN

30

RIWAYAT HIDUP

34

DAFTAR TABEL
1 Nilai rata-rata, standar deviasi, dan p-value karakteristik contoh dan
keluarga berdasarkan riwayat pekerjaan
2 Sebaran contoh berdasarkan pembagian peran gender dalam aktivitas
pengelolaan keuangan dan riwayat pekerjaan
3 Sebaran contoh berdasarkan pembagian peran gender dalam aktivitas
pengelolaan keuangan dan riwayat pekerjaan
4 Sebaran contoh berdasarkan pembagian peran gender dalam aktivitas
domestik dan riwayat pekerjaan
5 Sebaran contoh berdasarkan pembagian peran gender dalam aktivitas
domestik dan riwayat pekerjaan
6 Sebaran contoh berdasarkan pembagian peran gender dalam aktivitas
sosial dan riwayat pekerjaan
7 Sebaran contoh berdasarkan pembagian peran gender dalam aktivitas
sosial dan riwayat pekerjaan
8 Sebaran contoh berdasarkan pembagian peran gender dalam aktivitas
manajemen usaha dan riwayat pekerjaan
9 Sebaran contoh berdasarkan pembagian peran gender dalam aktivitas
manajemen usaha dan riwayat pekerjaan
10 Hasil uji korelasi antara karakteristik contoh dan keluarga dengan peran
gender dalam pengambilan keputusan
11 Sebaran contoh berdasarkan kesejahteraan ekonomi dan riwayat
pekerjaan
12 Sebaran contoh berdasarkan kesejahteraan fisik dan riwayat pekerjaan
13 Sebaran contoh berdasarkan kesejahteraan psikologis dan riwayat
pekerjaan
14 Sebaran contoh berdasarkan kesejahteraan sosial dan riwayat pekerjaan
15 Sebaran contoh berdasarkan kesejahteraan subjektif total dan riwayat
pekerjaan
16 Hasil uji korelasi antara karakteristik contoh dan keluarga dengan
kesejahteraan subjektif keluarga
17 Hasil uji korelasi peran gender dalam pengambilan keputusan dan
kesejahteraan subjektif keluarga

11
12
12
13
13
14
14
15
15
16
17
17
18
19
19
20
21

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pemikiran hubungan peran gender dalam pengambilan
keputusan dan kesejahteraan subjektif keluarga usia pensiun
2 Teknik pengambilan contoh

6
8

DAFTAR LAMPIRAN
1. Persentase sebaran jawaban contoh berdasarkan
kesejahteraan subjektif dan riwayat pekerjaan
2. Pengkategorian variabel penelitian

pernyataan
30
33

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia mengalami kenaikan jumlah penduduk lanjut usia (lansia) yang
berusia 60 tahun ke atas karena usia harapan hidup yang semakin memanjang,
yaitu bisa mencapai usia 77 tahun. Hal ini dapat dilihat dari jumlah lansia di
Indonesia yang meningkat secara signifikan berdasarkan hasil sensus penduduk
pada tahun 2010. Hasil Sensus Penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa
jumlah penduduk lansia di Indonesia adalah 18.57 juta jiwa, meningkat sekitar
7.93% dari tahun 2000 yang sebanyak 14.44 juta jiwa (BPS 2010). Secara umum,
usia lanjut dini dibatasi oleh rentang usia antara 60-70 tahun, dimana pada masa
tersebut ditandai oleh berbagai perubahan baik secara fisik maupun mental
(Hurlock 1980). Saat memasuki usia lanjut, lansia juga dihadapkan pada berbagai
tantangan baru seperti pensiun, kehilangan pasangan, tinggal jauh dari anak-anak
maupun cucu, dan penurunan fungsi fisik.
Selain dalam hal perubahan fisik, masa pensiun memang salah satu
masalah yang dihadapi oleh lansia, dimana masa pensiun merupakan akhir pola
hidup atau masa transisi ke pola hidup yang baru sehingga pensiun selalu
menyangkut perubahan peran, perubahan keinginan dan nilai, dan perubahan
secara keseluruhan terhadap pola hidup setiap individu (Schwartz 1974). Pensiun
akan memutuskan seseorang dari aktivitas rutin yang telah dilakukan selama
bertahun-tahun, selain itu akan memutuskan rantai sosial yang sudah terbina
dengan rekan kerja, dan menghilangkan identitas seseorang yang sudah melekat
begitu lama. Sehingga masa pensiun ini sering menimbulkan masalah psikologis
baru bagi yang menjalaninya, karena banyak dari mereka yang tidak siap
menghadapi masa ini. Ketidaksiapan menghadapi masa pensiun pada umumnya
timbul karena adanya kekhawatiran tidak dapat memenuhi kebutuhan–kebutuhan
tertentu. Pendapat ini dipertegas oleh Havighurst (1961) bahwa salah satu tugastugas perkembangan pada masa tua adalah menyesuaikan diri dengan masa
pensiun dan berkurangnya penghasilan sehingga individu yang telah memasuki
masa pensiun harus dapat menyesuaikan diri pada masa pensiunnya dengan baik.
Berdasarkan data BPS (2010) terlihat bahwa jumlah angkatan kerja di
Propinsi Jawa Barat meningkat 4.10 persen sehingga akan berdampak pada
peningkatan jumlah individu yang akan mengalami masa pensiun. Semakin tua
seseorang, semakin menurun kondisi fisiknya, maka beriringan dengan hal itu
produktivitas kerja pun akan menurun. Seiring dengan masa pensiun diharapkan
individu akan mempunyai waktu yang lebih banyak sehingga untuk melakukan
pembagian peran didalam keluarga dapat dilakukan secara bersama-sama.
Seperti halnya menurut Duvall (1971) yang menyebutkan bahwa tahapan
keluarga usia lanjut, tugas perkembangannya adalah mempertahankan
pengaturan hidup yang memuaskan, menyesuaikan dengan pendapatan yang
menurun, mempertahankan hubungan perkawinan, menyesuaikan diri terhadap
kehilangan pasangan, mempertahankan ikatan keluarga antar generasi, dan
meneruskan untuk memahami eksistensi mereka.
Persepsi peran gender dalam keluarga mempengaruhi pola pembagian
peran dalam keluarga. Perbedaan bentukan budaya antara laki-laki dan wanita
pada keluarga mengakibatkan perbedaan peran dalam keluarga (Zhang et. al

2
1998; Okawa et. al 1988) sehingga mengakibatkan perbedaan tanggung jawab
dalam kegiatan-kegiatan keluarga yang meliputi kegiatan di sektor domestik dan
publik (kegiatan ekonomi dan sosial). Peran gender yang dilakukan keluarga
dapat bertujuan untuk mendistribusikan dan menjaga keseimbangan dalam sistem
keluarga (Puspitawati 2012). Begitu pula dengan keluarga pada tahap dewasa
madya menuju dewasa akhir yang mengalami masa pensiun, yang harus tetap
bertahan dan berbagi peran di dalam keluarga. Seperti hasil penelitian
Supriyantini (2002) yang menunjukkan bahwa suami-istri yang ikut terlibat
berperan dalam urusan rumah tangga akan lebih mampu mengatasi konflikkonflik yang terjadi dalam urusan rumah tangga tanpa merugikan salah satu
pihak dan mengurangi adanya stres pada pasangan karier ganda akibat
menumpuknya tugas-tugas dalam rumah tangga. Begitu juga pada penelitian
Saleha (2003) yang menunjukkan bahwa peran yang dilakukan pada sektor
domestik dilakukan secara bersama-sama. Pentingnya peran suami pada kegiatan
rumah tangga akan membantu menyelamatkan istri dari kelebihan peran dalam
keluarga sehingga istri merasa dihargai dan suasana keluarga akan lebih baik
(Puspitawati 2008). Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh istri dominan
dalam aktivitas pengelolaan keuangan akan memberikan kepuasan tersendiri bagi
istri, tetapi bagi suami itu hal yang dianggap biasa. Ada perbedaan tingkat
kepuasan yang dirasakan antara laki-laki dan perempuan pada aktivitas
pengelolaan keuangan.
Berkurangnya penghasilan pada masa pensiun dan adanya perbedaan
antara PNS dan non PNS dari segi pendapatan yang diterima ketika masih
bekerja maupun setelah pensiun, juga dapat membuat seseorang merasa stres
bahkan frustasi dan kecewa karena takut kebutuhan-kebutuhannya tidak
terpenuhi. Perubahan pendapatan akan memengaruhi nilai dan tujuan yang akan
dicapai oleh sebuah keluarga sehingga kesejahteraan subjektif yang dirasakan
oleh PNS juga akan berbeda dengan non PNS. Kesejahteraan subjektif keluarga
PNS diduga akan lebih baik karena telah mengikuti dana pensiun wajib dari
pemerintah atau perusahaan dari tempatnya bekerja. Keamanan yang dirasakan
contoh PNS dalam hal keuangan juga berdampak pada kesejahteraan yang
dirasakan semakin meningkat.
Kesejahteraan merupakan aspek atau tujuan akhir yang diharapkan oleh
semua orang. Chen (2010) mendefinisikan bahwa kesejahteraan subjektif
merupakan kepuasan kehidupan secara keseluruhan. Perubahan peran baru dan
kombinasi peran juga memiliki efek yang berbeda pada kesejahteraan (Chen et.
al 2010). Kualitas hidup itu sendiri dipengaruhi oleh keadaan psikologis, mental,
sosial, dan ekonomi (Greendale et. al 2000; Osborne et. al 2003). Semakin baik
kondisi keuangan maka semakin besar kepuasan hidup (Gray et al 1992; Krause
1991). Liu dan Guo (2008) juga menyatakan bahwa status ekonomi dan masalah
keuangan dapat menyebabkan pembatasan dalam kemampuan seseorang untuk
mandiri dan memenuhi kebutuhan sehingga akan berdampak pada kesejahteraan.
Hasil penelitian Chen (2010) menyatakan usia, jenis kelamin, pendidikan, status
keuangan, status perkawinan, kesehatan fisik, self efficacy, kegiatan personal,
hubungan anggota keluarga merupakan faktor yang mempengaruhi kesejahteraan.
Hasil penelitian Islamia (2012) juga menunjukkan kesejahteraan dipengaruhi
oleh tekanan sosial, tipologi wilayah, usia, pendapatan, pendidikan, dan besar
keluarga. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penelitian ini menjadi

3
penting untuk melihat hubungan peran gender dalam pengambilan keputusan dan
kesejahteraan subjektif keluarga usia pensiun.
Perumusan Masalah
Berdasarkan data BPS (2010) yang menyebutkan bahwa angkatan kerja
di Jawa Barat semakin meningkat sehingga menunjukkan bahwa semakin banyak
pula individu yang akan mengalami pensiun di usia yang telah ditentukan.
Kondisi individu yang memasuki masa pensiun berpeluang untuk menghadapi
kecemasan dan stres yaitu mereka akan memikirkan bagaimana kehidupan
mereka selanjutnya. Masa pensiun ini memiliki konsekuensi baik secara positif
maupun negatif. Secara positif pensiunan mengganggap bahwa masa pensiun
adalah masa yang menyenangkan yaitu terbebas dari beban dan stres pada semua
aktivitas kerja yang dirasakan. Konsekuensi negatifnya maka mereka yang
mengalami masa pensiun akan stres karena terputus dari dunia kerja, yang telah
memberikannya banyak kepuasan baik dari segi uang, jabatan, harga diri dan
sebagainya sehingga akan berdampak pada kesejahteraannya.
Permasalahan-permasalahan yang muncul akibat pensiun umumnya
disebabkan oleh ketidaksiapan seseorang dalam menghadapi masa pensiun.
Ketidaksiapan ini timbul karena adanya kekhawatiran tidak dapat memenuhi
kebutuhan–kebutuhan tertentu akibat pensiun. Perubahan yang diakibatkan oleh
masa pensiun ini memerlukan penyesuaian diri (Eliana 2003). Beberapa
permasalahan yang akan timbul ketika individu pada saat pensiun adalah dari
segi ekonomi, sosial, fisik dan psikologis. Begitu juga dengan peran baru yang
akan dijalankan dalam keluarga agar dapat menyeimbangkan sistem keluarga.
Baik suami maupun istri akan mengambil alih peran dari masing-masing.
Pembagian peran yang baik antara suami dan istri akan membuat keluarga
merasa sejahtera dan harmonis. Beberapa masalah yang juga dihadapi itu tekanan
utamanya adalah membuat sesuatu yang dapat menguntungkan dengan
memberikan pendapatan yang memadai setelah pensiun. Terjadinya perubahan
pendapatan juga akan memengaruhi nilai dan tujuan yang akan dicapai oleh
sebuah keluarga. Nilai dan tujuan tersebut akan menentukan tingkat kepuasan
dan tingkat kebahagiaan keluarga yang pada akhirnya menentukan tingkat
kesejahteraan keluarga. Hal-hal tersebut seperti memanfaatkan waktu senggang
yang begitu banyak dan bagaimana caranya untuk melibatkan diri dalam kegiatan
sosial masyarakat. Perubahan peran baru dan kombinasi peran juga memiliki
efek yang berbeda pada kesejahteraan (Chen et. al 2010).
Penelitian ini menduga bahwa pada keluarga PNS maupun non PNS
memiliki perbedaan dalam peran gender dalam pengambilan keputusan dan
kesejahteraan subjektif keluarga. Berdasarkan uraian tersebut, penulis ingin
mengkaji lebih lanjut mengenai permasalahan bagaimana kesejahteraan subjektif
yang didapat serta pembagian peran gender dalam pengambilan keputusan pada
seseorang di usia pensiun. Maka pertanyaan yang diajukan adalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana karakteristik contoh dan keluarga PNS dan non PNS?
2. Bagaimana pembagian peran gender dalam pengambilan keputusan dan
kesejahteraan subjektif pada keluarga PNS dan non PNS?

4
3. Bagaimana hubungan karakteristik contoh, karakteristik keluarga, peran
gender dalam pengambilan keputusan dan kesejahteraan subjektif pada
keluarga PNS dan non PNS?

Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan Peran Gender
dalam Pengambilan Keputusan dan Kesejahteraan Subjektif pada Keluarga Usia
Pensiun.
Tujuan Khusus
1. Untuk mengidentifikasi karakteristik contoh dan karakteristik keluarga
PNS dan non PNS
2. Untuk menganalisis pembagian peran gender dalam pengambilan
keputusan dan kesejahteraan subjektif pada keluarga PNS dan non PNS
3. Untuk menganalisis hubungan karakteristik contoh, karakteristik keluarga,
peran gender dalam pengambilan keputusan dan kesejahteraan subjektif
pada keluarga PNS dan non PNS

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti yaitu sarana
untuk mengembangkan diri dari ilmu yang telah didapatkan selama perkuliahan
serta dapat memberikan tambahan pengetahuan/referensi bagi peneliti sendiri
serta bagi penelitian selanjutnya terkait dengan peran gender dalam pengambilan
keputusan dan kesejahteraan subjektif keluarga usia pensiun. Bagi masyarakat,
khususnya keluarga pada usia pensiun penelitian ini bermanfaat untuk
memberikan gambaran mengenai pembagian peran gender dalam pengambilan
keputusan sehingga keluarga dapat meningkatkan kesejahteraannya. Bagi
pemerintah, penelitian ini bermanfaat untuk memberikan gambaran tentang
pembagian peran gender dalam pengambilan keputusan dan kesejahteraan
subjektif pada keluarga dengan usia pensiun sehingga dapat dijadikan
pertimbangan dalam pengambilan suatu kebijakan pemerintah khususnya bidang
kesejahteraan keluarga usia pensiun.

5

KERANGKA PENELITIAN
Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin
meningkatnya usia harapan hidup penduduk. Seiring dengan meningkatnya usia
harapan hidup penduduk, jumlah penduduk lanjut usia terus meningkat dari
tahun ke tahun sehingga jumlah penduduk usia pensiun juga semakin meningkat.
Semakin meningkatnya jumlah angkatan kerja dan peningkatan usia harapan
hidup di Indonesia berdampak pada semakin meningkat pula jumlah pensiunan
(BPS 2010). Keluarga merupakan institusi terkecil dalam masyarakat juga
sebagai wahana utama dan pertama bagi anggota-anggotanya untuk
mengembangkan potensi dan aspek sosial dan ekonomi. Keluarga juga
merupakan sebuah sistem yang didalamnya terdapat elemen-elemen yang dapat
mendukung atau membantu keluarga untuk mencapai tujuannya.
Penelitian ini dilandasi oleh teori struktural fungsional yang berlandaskan
empat konsep (sistem, struktur sosial, fungsi, dan keseimbangan). Teori ini
memandang tidak ada individu dan sistem yang berfungsi secara independen,
melainkan dipengaruhi dan pada gilirannya memengaruhi orang lain atau sistem
lain (Winton 1995), serta mengakui adanya keragaman dalam kehidupan sosial,
yang merupakan sumber utama struktur masyarakat (Megawangi 1999).
Sementara itu, teori perkembangan memandang sistem keluarga akan
menghadapi proses perubahan (perkembangan) yang meliputi perubahan pola
interaksi dan hubungan antar anggota keluarga di sepanjang waktu (Duvall 1971).
Cara keluarga dalam menggunakan sumberdaya berbeda-beda, oleh
karena itu output yang dihasilkan oleh keluarga juga berbeda. Elemen keluarga
tersebut terdiri dari input, throughput dan output. Input (sumberdaya manusia
dan materi) yang digunakan untuk mencapai output (kesejahteraan subjektif),
sedangkan proses perubahan input menuju output disebut sebagai “throughput”
(peran gender dalam pengambilan keputusan). Dalam menghadapi masa pensiun,
keluarga akan mengalami masalah-masalah khususnya yang berkaitan dengan
keluarga baik dari segi emosi, ekonomi, sosial dan psikologi. Masa pensiun
dimana seseorang tidak lagi bekerja diduga akan memiliki waktu luang yang
lebih banyak sehingga pada pembagian peran gender dalam pengambilan
keputusan baik dari aktivitas pengelolaan keuangan, domestik, sosial dan
manajemen usaha dapat berhubungan dengan kesejahteraan subjektif keluarga.
Karakteristik contoh (usia, riwayat pekerjaan, dan pendidikan),
karakteristik keluarga (lama pernikahan, jumlah tanggungan keluarga, dan
pendapatan keluarga) diduga berhubungan dengan peran gender dalam
pengambilan keputusan dan kesejahteraan subjektif yang dirasakan oleh keluarga
usia pensiun. Pembagian peran gender dalam pengambilan keputusan dijadikan
sebagai salah satu proses yang mendukung kesejahteraan subjektif yang akan
dicapai. Kesejahteraan subjektif diukur dari tingkat kebahagiaan dan kepuasan
yang dirasakan oleh masyarakat sendiri bukan orang lain. Dengan demikian,
tingginya tingkat kepuasan yang dirasakan akan menentukan tingkat
kesejahteraan subjektif keluarga.
Penelitian ini difokuskan pada peran gender dalam pengambilan
keputusan dan kesejahteraan subjektif keluarga usia pensiun. Pada penelitian ini
diduga terdapat hubungan antara karakteristik contoh dan keluarga, peran gender

6
dalam pengambilan keputusan, dan kesejahteraan subjektif keluarga. Bagan
kerangka pemikiran secara menyeluruh dapat dilihat pada Gambar 1.

Karakteristik
Contoh
Usia
Pendidikan
Riwayat pekerjaan

Lingkungan
sosial
Keluarga
Masyarakat
Pemerintah

Karakteristik
keluarga
Jumlah tanggungan
Pendapatan keluarga
Lama Pernikahan

Peran Gender dalam
Pengambilan Keputusan
1. Aktivitas Pengelolaan
Keuangan
2. Aktivitas Domestik
3. Aktivitas Sosial
4. Aktivitas Manajemen
Usaha

Kesejahteraan Subjektif
1. Kesejahteraan Ekonomi
2. Kesejahteraan Fisik
3. Kesejahteraan Psikologis
4. Kesejahteraan Sosial

Gambar 1 Kerangka pemikiran hubungan peran gender dalam pengambilan
keputusan dan kesejahteraan subjektif keluarga usia pensiun
Keterangan:
Variabel yang diteliti
Variabel yang tidak diteliti

7

METODE PENELITIAN
Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian “payung” dengan tema “Manajemen
Sumberdaya Keluarga Usia Pensiun dengan riwayat pekerjaan PNS dan non
PNS”. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study,
yaitu pengukuran variabel-variabel penelitian pada satu waktu bersamaan dengan
objek yang berbeda. Lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Bogor Utara, Kota
Bogor (perumahan Bantarjati dan Indraprasta) dan Kecamatan Ciomas, Kabupaten
Bogor (perumahan Ciomas Permai dan Taman Pagelaran). Pemilihan lokasi
penelitian dilakukan secara purposive dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut
terdapat perumahan yang sudah lama ada sehingga diharapkan terdapat penduduk
usia pensiun yang memiliki latar belakang usia dan riwayat pekerjaan yang sesuai
dengan kriteria penelitian. Pengumpulan data primer dilakukan selama dua bulan
yaitu pada bulan April hingga Mei 2013.
Teknik Pengambilan Contoh
Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian “payung” dengan tema
“Manajemen Sumberdaya Keluarga Usia Pensiun”. Penelitian payung tersebut ingin
mengungkap bagaimana perilaku manajemen sumberdaya keluarga yang terkait
dengan peran gender dalam pengambilan keputusan dan kesejahhteraan subjektif
keluarga, alokasi waktu dan pengeluaran, strategi nafkah dan dukungan sosial, dan
perencanaan keuangan hari tua pada masa lalu, yang kemudian akan dibedakan
berdasarkan tempat tinggal (kota dan kabupaten) dan riwayat pekerjaan (PNS dan
non PNS). Populasi pada penelitian ini adalah keluarga yang telah memasuki usia
pensiun (≥56 tahun) dan tinggal di wilayah Kota dan Kabupaten Bogor yaitu di
empat perumahan yang telah ditentukan. Perumahan-perumahan yang dipilih
merupakan perumahan yang sudah lama ada dan diduga terdapat banyak penduduk
lanjut usia.
Contoh pada penelitian ini adalah 160 orang suami atau istri yang telah
memasuki usia pensiun (≥56 tahun), memiliki riwayat pekerjaan sebagai Pegawai
Negeri Sipil (PNS) dan non PNS (pegawai swasta, wiraswasta, dan pegawai BUMN).
Contoh penelitian berjumlah 160 orang yang terdiri dari 80 orang usia pensiun PNS
dan 80 orang usia pensiun non PNS. Jumlah tersebut dipilih karena untuk memenuhi
kriteria minimal statistik N=30. Teknik penarikan contoh dilakukan secara purposive
sampling. Setelah proses cleaning, contoh yang dapat digunakan dalam penelitian ini
berjumlah 154 (77 orang usia pensiun PNS dan 77 orang usia pensiun non PNS).
Penjelasan lebih lengkap dapat dilihat pada Gambar 2.

8
Provinsi Jawa
Barat

PNS
=20

Purposive

Kota Bogor

Kabupaten
Bogor

Kec. Bogor
Utara

Kec. Ciomas

Perumahan
Bantarjati

Perumahan
Indraprasta

Perumahan
Taman
Pagelaran

Perumahan
Ciomas
Permai

n = 40
keluarga

n = 40
keluarga

n = 40
keluarga

n = 40
keluarga

Non
PNS
=20

PNS
=20

Non
PNS
=20

PNS
=20

Non
PNS
=20

PNS
=20

Purposive

Purposive

Purposive

Purposive

Non
PNS
=20

Gambar 2 Skema penarikan contoh
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder. Data
primer diperoleh langsung dengan melakukan wawancara kepada suami atau istri
yang berusia diatas atau sama dengan 56 tahun dan telah pensiun dari pekerjaan
utamanya. Data primer yang diperoleh dengan bantuan kuesioner meliputi
karakteristik contoh, karakteristik keluarga, pembagian peran gender dalam
pengambilan keputusan dan kesejahteraan subjektif keluarga. Data sekunder
yang diperoleh adalah data monografi dari Kelurahan Bantarjati di Kota Bogor
dan Kelurahan Ciomas di Kabupaten Bogor. Data yang diambil dari kelurahan
tersebut adalah data jumlah keluarga yang termasuk usia pensiun.
Kuesioner berisi data tentang karakteristik contoh (usia, pendidikan,
riwayat pekerjaan) dan karakteristik keluarga (jumlah tanggungan keluarga,
pendapatan, dan lama pernikahan). Selain itu kuesioner juga berisi tentang peran
gender dalam pengambilan keputusan dan kesejahteraan subjektif keluarga.
Instrumen untuk mengukur peran gender dalam pengambilan keputusan diacu
dan dimodifikasi dari Irzalinda (2010) yang terdiri dari empat dimensi yaitu
aktivitas pengelolaan keuangan, domestik, sosial dan manajemen usaha.
Instrumen ini terdiri dari 30 item pernyataan dengan nilai Cronbach’s α sebesar
0.899. Variabel peran gender dalam pengambilan keputusan diukur dengan

9
menggunakan skala likert dari 1-3 (istri sendiri/istri dominan, bersama, suami
sendiri/suami dominan).
Instrumen untuk mengukur kesejahteraan subjektif keluarga diacu dan
dimodifikasi dari Puspitawati (2012) dan material living standards yang
termasuk dalam key dimension of well being pada Commission on the
Measurement of Economic Performance and Social Progress. Instrumen
kesejahteraan subjektif diukur dengan empat dimensi yaitu ekonomi, fisik,
psikologis, dan sosial. Pernyataan mengenai material living standards mencakup
pernyataan mengenai pendapatan, konsumsi, dan kekayaan yang dirasakan. Di
dalam instrumen ini terdapat 22 item pernyataan yang terdiri dari tujuh peryataan
mengenai dimensi ekonomi, lima pernyataan mengenai dimensi fisik, lima
pernyataan mengenai dimensi psikologis dan lima pernyataan mengenai dimensi
sosial. Nilai Cronbach’s α untuk instrumen ini adalah 0.865. Kesejahteraan
subjektif keluarga juga diukur dengan skala likert dari 1-5 (sangat tidak puassangat puas).
Pengolahan dan Analisis Data
Data yang terkumpul dari hasil wawancara, selanjutnya diolah melalui
proses editing, coding, scoring, entry data, cleaning data, dan analisis data.
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Excel 2007
dan SPSS for Windows. Analisis data yang dilakukan adalah analisis deskriptif
dan inferensia. Analisis deskriptif meliputi rata-rata dan standar deviasi. Analisis
inferensia yang digunakan adalah uji beda Independent Samples T-Test dan uji
korelasi Pearson. Uji beda Independent Samples T-Test digunakan untuk melihat
perbedaan variabel penelitian antara keluarga usia pensiun PNS dan non PNS.
Sementara itu, uji korelasi Pearson digunakan untuk menganalisis hubungan
antara karakteristik contoh, karakteristik keluarga, peran gender dalam
pengambilan keputusan dan kesejahteraan subjektif keluarga usia pensiun PNS
dan non PNS.

Definisi Operasional
Keluarga usia pensiun adalah susunan orang-orang yang disatukan oleh ikatan
perkawinan darah atau adopsi, terdiri dari suami, istri, dan anak-anak serta
anggota keluarga lainnya dengan suami dan atau istri termasuk ke dalam
usia pensiun yaitu dengan usia diatas atau sama dengan 56 tahun yang
berstatus telah pensiun.
Contoh adalah suami atau istri yang telah memasuki usia pensiun (≥56 tahun)
dan memiliki riwayat pekerjaan sebagai pegawai negeri sipil, pegawai
swasta, wiraswasta, dan pegawai BUMN dari berbagai tingkat ekonomi.
Karakteristik contoh dan keluarga adalah segala informasi yang berkaitan
dengan identitas diri contoh dan keluarganya, seperti: usia, pekerjaan, lama
pendidikan, jumlah anggota keluarga, pendapatan, dan lama pernikahan.
Usia adalah umur yang dimiliki contoh atau lama hidup contoh yang dinyatakan
dalam tahun.

10
Lama pendidikan adalah lama contoh menempuh pendidikan formal yang
dinyatakan dalam tahun.
Riwayat pekerjaan adalah jenis profesi terakhir yang dilakukan oleh contoh
yang dibedakan menjadi PNS dan non PNS.
Jumlah tanggungan keluarga adalah banyaknya jumlah anggota keluarga yang
masih tinggal bersama dan hidupnya masih menjadi tanggungan kepala
keluarga tersebut.
Pendapatan keluarga adalah total pengeluaran yang dikeluarkan oleh keluarga
ditambah saving.
Peran gender dalam pengambilan keputusan adalah pembagian peran antara
suami istri baik yang terdiri dari pembagian peran dalam aktivitas
pengelolaan keuangan, domestik, sosial dan manajemen usaha.
Peran pengelolaan keuangan adalah peran yang dilakukan oleh seseorang, lakilaki atau perempuan yang menyangkut pekerjaan yang menghasilkan
barang dan jasa serta mengontrol keuangan keluarga.
Peran domestik adalah peran yang dilakukan oleh seseorang, laki-laki atau
perempuan untuk kegiatan yang berkaitan dengan pemeliharaan
sumberdaya manusia dan pekerjaan rumah tangga.
Peran sosial adalah peran yang dilakukan oleh seseorang, laki-laki atau
perempuan untuk berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat.
Peran manajemen usaha adalah peran yang dilakukan oleh seseorang, laki-laki
atau perempuan untuk merencanakan, mengelola, membelanjakan, dan
mengontrol keuangan usaha keluarga.
Kesejahteraan subjektif adalah kesejahteraan yang berupa kesejahteraan fisik,
ekonomi, psikologis, dan sosial yang diukur dengan pendekatan tingkat
kebahagiaan dan kepuasan yang dirasakan oleh contoh sendiri bukan orang
lain terhadap pemenuhan kebutuhan hidup dalam keluarga.
Kesejahteraan ekonomi subjektif adalah persepsi kepuasan seseorang terhadap
ekonomi yang dirasakan dan merasa tidak mengalami kendala dalam
pemenuhan pendidikan anak, belanja, dan dapat beraktivitas tanpa khawatir
akan mengganggu kondisi finansialnya.
Kesejahteraan fisik subjektif adalah persepsi kepuasan seseorang terhadap fisik
atau kesehatan yang dirasakan saat ini.
Kesejahteraan psikologis subjektif adalah persepsi kepuasan seseorang
terhadap keadaan mental dan spiritual yang dirasakan sekarang.
Kesejahteraan sosial subjektif adalah persepsi kepuasan seseorang terhadap
hubungan komunikasi antar anggota keluarga serta komunikasi dengan
keluarga besar dan lingkungan diluar keluarga.

11

HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL
Karakteristik Contoh dan Keluarga
Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar contoh PNS (81.82%)
maupun non PNS (85.71%) berjenis kelamin laki-laki. Usia contoh terkategori
kedalam dewasa akhir dengan total rata-rata usia contoh 60.91 tahun (Hurlock 1980).
Berdasarkan lama pendidikan, rata-rata contoh PNS menempuh pendidikan
selama 13.52 tahun sedangkan non PNS menempuh pendidikan selama 12.74
tahun. Rata-rata lama pernikahan contoh PNS adalah 33.96 tahun sedangkan non
PNS 32.75 tahun. Rata-rata jumlah tanggungan keluarga contoh PNS sebanyak
2.92 orang sedangkan non PNS sebanyak 3.22 orang. Berdasarkan pendapatan
keluarga contoh, PNS rata-rata memperoleh pendapatan relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan non PNS yaitu sebesar Rp5 117 262.3 dan Rp4 663 235.9.
Hasil uji beda menunjukkan adanya perbedaan yang nyata pada lama pendidikan
contoh PNS dengan non PNS (p0.05).
Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan pembagian peran gender dalam aktivitas
domestik dan riwayat pekerjaan
Aktivitas Domestik
Membersihkan rumah
Mencuci pakaian
Menyeterika pakaian
Menyediakan makanan
Belanja kebutuhan seharihari
Belanja peralatan rumah
tangga
Mencuci kendaraan
Mengambil air
Menyapu halaman
Menata ruangan
p-value

1
16.9
36.4
42.9
67.5
53.2

PNS (%)
2
75.3
59.7
51.9
31.2
19.5

45.5
7.5
7.8
20.8
42.9

Non PNS (%)
2
3
70.1
7.8
54.5
11.7
48.1
10.4
33.8
3.2
23.4
20.8

3
7.8
3.9
5.2
1.3
27.3

1
22.1
33.8
41.6
61.0
55.8

49.4

5.2

44.2

49.4

6.5

8.9
42.9
59.7
53.2

83.6
49.4
19.5
3.9

5.5
7.8
32.5
40.3
0.676

10.9
44.2
53.2
53.2

83.6
48.1
14.3
6.5

Ket : 1 : istri sendiri/istri dominan, 2 : bersama, 3: suami sendiri/suami dominan

14
Aktivitas sosial
Pada kegiatan sosial, berdasarkan Tabel 6 terlihat bahwa kegiatan sosial
lebih banyak dilakukan secara bersama-sama antara suami-istri baik pada
keluarga contoh pensiun PNS (68.8%) dan keluarga contoh pensiun non PNS
yaitu 67.5 persen. Hal ini menunjukkan bahwa antara suami dan istri sudah ada
tanggung jawab bersama sehingga pembagian perannya pun seimbang.
Persentase pembagian peran sosial yang dilakukan oleh suami dominan juga
cukup tinggi.
Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan pembagian peran gender dalam aktivitas
sosial dan riwayat pekerjaan (n=154)
Pembagian Aktivitas Sosial
PNS
Non PNS
Total
n
%
n
%
n
%
Istri/dominan istri
4
5.2
2
2.6
6
3.9
Bersama-sama
53
68.8
52
67.5
105
68.2
Suami/dominan suami
20
26.0
23
29.9
43
27.9
Adapun kegiatan yang didominasi suami yaitu kegiatan rapat desa pada
keluarga PNS (79.2%) dan non PNS (75.3%) dan kerja bakti pada keluarga PNS
(77.9%) dan non PNS yaitu 74 persen (Tabel 7). Hal ini dikarenakan keluarga
usia pensiun memiliki waktu luang yang lebih banyak sehingga lebih dapat untuk
mengikuti kegiatan sosial di masyarakat. Walau demikian, hasil uji beda
menunjukkan tidak terdapat perbedaan nyata pada pembagian peran sosial antara
keluarga pensiun PNS dengan pensiun non PNS (p>0.05).
Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan pembagian peran gender dalam aktivitas
sosial dan riwayat pekerjaan
Aktivitas Sosial
Arisan
Pengajian
Rapat desa
Kerja bakti
p-value

1
51.9
10.4
5.2
5.2

PNS (%)
2
44.2
84.4
15.6
16.9

3
3.9
5.2
79.2
77.9

1
46.8
13.0
3.9
1.3
0.374

Non PNS (%)
2
3
44.2
9.1
66.2
20.8
20.8
75.3
24.7
74.0

Ket : 1 : istri sendiri/istri dominan, 2 : bersama, 3 : suami sendiri/ suami dominan

Aktivitas manajemen usaha keluarga
Kegiatan usaha pada penelitian ini kegiatannya meliputi pengambilan
keputusan dalam hal merencanakan keuangan usaha, mengelola uang usaha,
memutuskan untuk membelanjakan uang usaha dan mengontrol pengeluaran
keuangan usaha. Pada kegiatan manajemen usaha ini hanya melibatkan keluarga
usia pensiun yang memiliki usaha saja. Berdasarkan Tabel 8 terlihat bahwa
kegiatan usaha baik pada keluarga contoh pensiun PNS (73.7%) dan contoh
keluarga non PNS pengambilan keputusannya dilakukan secara bersama-sama.
Persentase suami dalam melakukan pengambilan keputusan pada aktivitas
manajemen usaha pada contoh non PNS lebih besar dibandingkan dengan PNS.
Hal ini dikarenakan usaha yang dimiliki oleh keluarga non PNS lebih banyak

15
dibandingkan contoh keluarga PNS. Jenis usaha yang dimiliki oleh keluarga
contoh baik PNS maupun non PNS antara lain adalah usaha kontrakan, warung,
dan usaha bakeri. Hasil uji beda menunjukkan terdapat perbedaan nyata pada
pembagian peran usaha antara keluarga pensiun PNS dengan pensiun non PNS
( p< 0.05).
Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan pembagian peran gender dalam aktivitas
manajemen usaha dan riwayat pekerjaan (n=95)
Pembagian Aktivitas
PNS
Non PNS
Total
Manajemen Usaha
n
%
n
%
n
%
Istri/dominan istri
6
15.8
6
10.5
12
12.6
Bersama-sama
28
73.7
32
56.1
60
63.2
Suami/dominan suami
4
10.5
19
33.4
23
24.2
Hal yang menarik dari Tabel 9 adalah persentase terbesar pada aktivitas
manajemen usaha lebih dilakukan secara bersama-sama. Persentase pengambilan
keputusan yang dilakukan oleh suami dominan pada contoh keluarga non PNS
lebih tinggi dari pada PNS di keempat item pernyataan. Hal ini dikarenakan pada
keluarga PNS yang memiliki usaha berkisar 38 contoh keluarga sedangkan non
PNS sebanyak 57 contoh keluarga. Hasil uji beda menunjukkan terdapat
perbedaan nyata pada pembagian peran manajemen usaha antara keluarga
pensiun PNS dengan pensiun non PNS (p>0.05).
Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan pembagian peran gender dalam aktivitas
manajemen usaha dan riwayat pekerjaan
Aktivitas Manajemen
Usaha
Merencanakan keuangan
usaha
Mengelola uang usaha
Memutuskan untuk
membelanjakan uang usaha
Mengontrol pengeluaran
keuangan usaha
p-value

PNS (%)
1
2
15.8
73.7

3
10.5

Non PNS (%)
1
2
10.5
56.2

3
33.3

18.4
18.4

76.3
76.3

5.3
5.3

10.5
10.5

59.7
61.4

29.8
28.1

18.4

76.3

5.3

10.5

59.7

29.8

0.000

Ket : 1 : istri sendiri/istri dominan, 2 : bersama, 3: suami sendiri/suami dominan

Hubungan antara Karakteristik Contoh dan Peran Gender dalam
Pengambilan Keputusan
Setiap keluarga mempunyai perbedaan dalam hal pembagian peran dalam
pengambilan sebuah keputusan. Pembagian peran ini diartikan dalam hal
pengambilan keputusan dalam peran pengelolaan keuangan, domestik, sosial dan
manajemen usaha. Berdasarkan uji korelasi Pearson, diperoleh hubungan yang
menunjukkan bahwa lama pendidikan dan pendapatan keluarga berhubungan
positif signifikan dengan pengambilan keputusan pada peran pengelolaan
keuangan, dimana semakin lama menempuh pendidikan dan memiliki
pendapatan yang tinggi maka pengambilan keputusan dalam pengelolaan
keuangan cenderung lebih dilakukan secara bersama-sama agar keuangan di

16
dalam keluarga dapat terkontrol dengan baik. Jumlah anggota keluarga
berhubungan positif signifikan dengan peran gender dalam pengambilan
keputusan manajemen usaha, dimana semakin banyak anggota keluarga maka
pembagian peran gender dalam keputusan aktivitas manajemen usaha
memungkinkan dilakukan secara bersama-sama. Jumlah anggota keluarga sangat
berkaitan dengan pengambilan keputusan keluarga. Semakin banyak anggota
keluarga akan memudahkan keluarga dalam mengerjakan pekerjaan usaha yang
sedang dijalankan.
Tabel 10 Hasil uji korelasi antara karakteristik contoh dan keluarga dengan peran
gender dalam pengambilan keputusan
Karakteristik

Peran
Pengelolaan
Keuangan

Peran Domestik

Contoh dan
Keluarga
Usia (tahun)
-.023
Lama pendidikan
.205*
(tahun)
Pendapatan keluarga
.250**
(Rp/bulan)
Jumlah tanggungan
.081
keluarga (orang)
Lama pernikahan
-.133
(tahun)
Keterangan: * : Korelasi signifikan pada p < 0,05

Peran Sosial

Peran
Manajemen
Usaha

-.001
-.199

-.019
-.062

.001
.133

-.022

.039

.131

.152

.146

.117*

.003

.013

-.017

Kesejahteraan Subjektif
Kesejahteraan menurut Sawidak (1985) merupakan sejumlah kepuasan
yang diperoleh seseorang dari mengonsumsi pendapatan yang diterima, namun
tingkatan dari kesejahteraan itu sendiri merupakan sesuatu yang bersifat relatif
karena tergantung dari besarnya kepuasan yang diperoleh dari hasil
mengonsumsi pendapatan tersebut. Menurut Guhardja et.al (1992), kepuasan
merupakan output yang telah diperoleh akibat kegiatan suatu manajemen.
Ukuran kepuasan ini dapat berbeda-beda untuk setiap individu atau bersifat
subjektif.
Kesejahteraan Ekonomi
Kesejahteraan subjektif dimensi ekonomi terdiri dari pendapatan,
konsumsi, dan kekayaan yang dirasakan. Berdasarkan hasil tabulasi silang pada
Tabel 11, terlihat bahwa persentase terbesar contoh keluarga pensiun PNS
tergolong ke dalam kategori sedang (51.9%) sedangkan non PNS persentase
terbesarnya berada pada kategori rendah yaitu 48 persen. Hanya 11.7 persen
contoh PNS dan 9.1 persen contoh non PNS memiliki kesejahteraan ekonomi
terkategori tinggi yang berarti masih sedikit contoh yang merasa sangat puas
dengan keadaan ekonomi setelah pensiun. Hal ini diduga karena pendapatan PNS
lebih tinggi dibandingkan non PNS. Baik contoh keluarga PNS maupun non PNS
masih belum merasa puas dengan keuangan setelah pensiun dan masih

17
mengalami kesulitan dalam membiayai kesehatan (lampiran 2). Nilai rata-rata
dari kedua kelompok contoh tidak jauh berbeda. Hasil uji beda menunjukkan
tidak terdapat perbedaan nyata antara contoh PNS dan non PNS pada
kesejahteraan ekonomi (p>0.05).
Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan kesejahteraan ekonomi subjektif dan
riwayat pekerjaan
Kesejahteraan Ekonomi
PNS
Non PNS
Total
n
%
n
%
n
%
Rendah (80%)
9
11.7
7
9.1
16
10.4
Total
77 100.0
77
100.0
154
100.0
Rataan±SD
62.1±15.9
59.6±16.0
60.9±15.9
p-value
0.342
Kesejahteraan Fisik
Kesejahteraan keluarga secara fisik terdiri dari keadaan kesehatan contoh
dan keluarga. Berdasarkan hasil tabulasi silang pada Tabel 12, baik contoh
keluarga PNS maupun non PNS persentase terbesar keduanya tergolong ke
dalam kategori tinggi. Hal ini dikarenakan selama masa produktif, contoh masih
merasa puas dengan keadaan fisiknya sehingga ketika memasuki masa pensiun,
keadaaan fisik bukan masalah utama yang dirasakan oleh keluarga usia pensiun.
Hanya 5.2 persen contoh PNS dan 3.9 persen contoh non PNS memiliki
kesejahteraan fisik terkategori rendah yang berarti lebih sedikit contoh merasa
tidak puas dengan keadaan fisik setelah pensiun. Hal yang membuat keluarga
merasa tidak puas berada pada bagian membawa anggota keluarga yang sakit ke
tempat pengobatan modern. Hal ini dikarenakan keuangan yang dimiliki oleh
keluarga setelah pensiun berkurang (lampiran 2). Secara keseluruhan baik contoh
PNS maupun non PNS sangat puas dengan keadaan rumah, pakaian, dan
kesehatan setelah pensiun. Hasil uji beda menunjukkan tidak terdapat perbedaan
nyata antara contoh PNS dan non PNS pada kesejahteraan fisik (p>0.05).
Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan kesejahteraan fisik subjektif dan riwayat
pekerjaan
Kesejahteraan Fisik
PNS
Non PNS
Total
n
%
n
%
n
%
Rendah (80%)
45
58.4
40
51.9
85
55.2
Total
77 100.0
77 100.0
154
100.0
Rataan±SD
86.8±15.5
85.1±14.2
85.9±14.9
p-value
0.466

18
Kesejahteraan Psikologis
Kesejahteraan keluarga secara psikologis terdiri dari keadaan mental dan
spiritual contoh dan keluarga. Berdasarkan hasil tabulasi silang pada Tabel 13,
terlihat bahwa persentase terbesar contoh keluarga pensiun PNS tergolong ke
dalam kategori tinggi (61.0%) sedangkan non PNS persentase terbesarnya berada
pada kategori sedang yaitu 49.3 persen. Hanya 3.9 persen contoh PNS dan 9.1
persen contoh non PNS memiliki kesejahteraan psikologis