Pengaruh Interaksi Dan Pola Pengambilan Keputusan Keluarga Terhadap Kesejahteraan Subjektif Keluarga Suami-Istri Bekerja

PENGARUH INTERAKSI DAN POLA PENGAMBILAN
KEPUTUSAN KELUARGA TERHADAP KESEJAHTERAAN
SUBJEKTIF KELUARGA SUAMI-ISTRI BEKERJA

YENNI RAMBE
I24100002

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Interaksi
dan Pola Pengambilan Keputusan Keluarga terhadap Kesejahteraan Subjektif
Keluarga Suami-Istri Bekerja adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015

Yenni Rambe
NIM I24100002

*Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak
luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.

ABSTRAK
YENNI RAMBE. Pengaruh Interaksi dan Pola Pengambilan Keputusan Keluarga
terhadap Kesejahteraan Subjektif Keluarga Suami-Istri Bekerja. Dibimbing oleh
RETNANINGSIH dan TIN HERAWATI.
Kesejahteraan subjektif menggambarkan evaluasi individu terhadap kehidupan.
Kesejahteraan subjektif dipengaruhi interaksi keluarga dan pengambilan keputusan
keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh interaksi dan pola
pengambilan keputusan keluarga terhadap kesejahteraan subjektif keluarga. Populasi

penelitian ini adalah keluarga suami-istri bekerja formal di Kantor Pemerintahan Kota
Bogor dan memiliki anak yang masih bersekolah. Contoh penelitian ini adalah istri
bekerja di kantor pemerintahan Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, Badan
Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana (BPMKB) Kota Bogor dan memiliki
anak yang masih bersekolah. Teknik pengambilan contoh dilakukan secara purposive
sampling dengan jumlah 49 contoh. Secara keseluruhan interaksi keluarga berada pada
kategori sedang baik dalam interaksi suami-istri dan interaksi ibu-anak. Pola pengambilan
keputusan dalam penelitian ini dilakukan secara bersama-sama. Pengambilan keputusan
yang paling banyak dilakukan secara bersama adalah pada aspek pendidikan, strategi
pemenuhan kebutuhan, kesehatan, keperluan keluarga, dan sosial kemasyarakatan.
Kesejahteraan subjektif keluarga berada pada kategori sedang. Hasil menunjukkan
adanya hubungan positif antar interaksi ibu-anak, interaksi suami-istri, pengambilan
keputusan, dengan kesejahteraan subjektif. Hasil menunjukkan bahwa interaksi suamiistri berpengaruh posistif terhadap kesejahteraan subjektif keluarga.
Kata kunci: interaksi keluarga, kesejahteraan subjektif, pengambilan keputusan, suamiistri bekerja
ABSTRACT
YENNI RAMBE. The Influence of Family Interaction and Family Decision Making of
Pattern for Dual Earner Subjective Well-Being. Supervised by RETNANINGSIH and
TIN HERAWATI
Subjective well-being describe the individual evaluation of the life. Subjective
well-being influence by family interaction and familydecision making. This study aimed

to analyze the influence of family interaction and family decision making patterns on the
family subjective well-being. The study population was dual earner family formal work in
Goverment Office of Bogor City. Examples of this study is the dual earner family works
in goverment office, wich is in the Department of Education, Department of Health,
Agency for Community Empowerment and Family Planning (BPMKB) Bogor City and
have children who are still in the school. Mechanical sampling done by purposive
sampling with 49 examples. Whole family interaction are in the medium category both of
husband-wife interaction and mother-child interaction. Decision-making patterns is
conducted jointly. Decision-making is the most widely performed together was in the
aspect of education, strategy fulfillment, health, family necessity, and social. Family
subjective well-being was in medium category. Results showed that the positive
correlation between mother-child interaction, dual earner interaction, decision-making,
with subjective well-being. Results showed that husband-wife interaction positive
influenced on family subjective well-being.
Keyword: decision making, dual earner, family interaction, subjective well-being

PENGARUH INTERAKSI DAN POLA PENGAMBILAN
KEPUTUSAN KELUARGA TERHADAP KESEJAHTERAAN
SUBJEKTIF KELUARGA SUAMI-ISTRI BEKERJA


YENNI RAMBE

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

iv

PRAKATA
Segala puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan berkah dan rahmat-Nya sehingga skripsi ini telah dapat diselesaikan.
Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan bulan Desember 2014 ini

adalah keluarga, yang berjudul Pengaruh Interaksi dan Pola Pengambilan
Keputusan Keluarga terhadap Kesejahteraan Subjektif Keluarga Suami-Istri
Bekerja.
Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan
dan dukungan dari berbagai pihak, pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ir.
Retnaningsih, M.Si. Dan Dr. Tin Herawati, S.P. M.Si. Selaku dosen pembimbing
atas bimbingan, arahan, bantuan, dan dukungan dalam menyelesaikan penelitian
ini. Terimakasih kepada Dr. Ir. Istiqlaliyah Muflikhati, M.Si. Selaku dosen
pemandu seminar hasil, serta Dr. Ir. Diah Krisnatuti, M.S. Dan Dr. Megawati
Simanjuntak, S.P. M.Si. Selaku dosen penguji dalam ujian skripsi atas kritik dan
saran yang diberikan kepada penulis untuk kesempurnaan skripsi ini.
Penulis juga tak lupa berterimakasih kepada kedua orang tua tercinta Abd.
Rahman Rambe dan Nurhalimah Simanjuntak, serta adik-adikku tersayang atas
segala dukungan, motivasi, kasih sayang, dan doa yang telah diberikan.
Terimakasih kepada Yan Umbaran Harahap atas bantuan, dukungan, perhatian,
motivasi, serta doa kepada penulis. Terimakasih juga kepada Milatul ulfah yang
telah membantu dalam penulisan, Ima, Zulfa, Niar, Novi, Lila, Pika, Lisa, Susan
yang selalu memberikan motivasi dan masukan kepada penulis. Seluruh temanteman seperjuangan IKK 47, WBA, Imatapsel 47 dan seluruh rekan dan sahabat
yang membantu dalam penyelesaian penulisan saya. Penulis menyadari bahwa

masih dapat ditemukan kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh sebab itu,
penulis bersedia dengan tangan terbuka untuk menerima berbagai kritik serta
saran terkait penulisan skripsi ini. Atas bantuan yang telah diberikan, penulis
mengucapkan terima kasih.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Bogor, Agustus 2015

Yenni Rambe
NIM I24100002

vi

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL ................................................................................................. vii
PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
Latar Belakang ..................................................................................................... 1
Perumusan Masalah ............................................................................................. 2
Tujuan Umum Penelitian ..................................................................................... 3
Tujuan Khusus ..................................................................................................... 4

Manfaat Penelitian ............................................................................................... 4
KERANGKA PEMIKIRAN ................................................................................... 4
METODE PENELITIAN ........................................................................................ 7
Desain, Tempat, dan Waktu penelitian ................................................................ 7
Contoh dan Teknik Pengambilan Contoh ............................................................ 7
Jenis dan Cara Pengumpulan Data ....................................................................... 7
Pengolahan dan Analisis Data ............................................................................. 7
Defenisi Operasional .......................................................................................... 10
HASIL ................................................................................................................... 10
Karakteristik Keluarga ....................................................................................... 10
Interaksi Keluarga .............................................................................................. 11
Interaksi Suami-istri ....................................................................................... 11
Interaksi Ibu-Anak.......................................................................................... 12
Pola Pengambilan Keputusan Keluarga ............................................................. 12
Kesejahteraan Subjektif Keluarga...................................................................... 14
Hubungan Antar Variabel yang Diteliti ............................................................. 15
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan Subjektif Keluarga ............ 16
PEMBAHASAN.................................................................................................... 17
Keterbatasan Penelitian ...................................................................................... 20
SIMPULAN DAN SARAN .................................................................................. 20

Simpulan ............................................................................................................ 20
Saran .................................................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 21
LAMPIRAN .......................................................................................................... 24
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... 29

DAFTAR TABEL
1. Variabel, skala, kategori data, sumber kuisioner .............................................. 9
2. Sebaran contoh berdasarkan karakteristik keluarga ....................................... 10
3. Sebaran contoh berdasarkan jenis pekerjaan.................................................. 11
4. Sebaran contoh berdasarkan interaksi suami-istri .......................................... 11
5. Sebaran contoh berdasarkan interaksi ibu-anak ............................................. 12
6. Sebaran contoh berdasarkan pola pengambilan keputusan keluarga ............. 13
7. Sebaran contoh berdasarkan sub-variabel kesejahteraan subjektif keluarga . 14
8. Sebaran contoh berdasarkan kesejahteraan subjektif keluarga ...................... 15
9. Hubungan antara karakteristik keluarga, interaksi keluarga, pengambilan
keputusan keluarga, dan kesejahteraan subjektif keluarga ............................ 15
10. Hubungan dimensi kesejahteraan subjektif dengan pengambilan keputusan
keluarga .......................................................................................................... 16
11. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan subjektif keluarga ............ 17

DAFTAR GAMBAR
1. Kerangka Pemikiran Interaksi Keluarga dan Pengambilan Keputusan
Keluarga terhadap Kesejahteraan Subjektif Keluarga Suami-Istri Bekerja

6

LAMPIRAN
1. Sebaran contoh berdasarkan suami-istri Chuang (2005) .................................. 25
2. Sebaran contoh berdasarkan ibu-anak Chuang (2005)...................................... 26
3. Sebaran contoh berdasarkan pola pengambilan keputusan keluarga ................ 27
4. Sebaran contoh berdasarkan kesejahteraan subjektif keluarga ......................... 28

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pertumbuhan penduduk di Jawa Barat terus mengalami peningkatan. Salah
satunya terjadi di Kota Bogor yaitu sebanyak 750.819 jiwa pada tahun 2000
meningkat menjadi 950.334 jiwa pada tahun 2010 (BPS 2012). Kepadatan
penduduk memicu terjadinya peningkatan tenaga kerja. Hal ini dapat dilihat dari

tenaga kerja wanita meningkat disetiap tahunnya. Departemen Tenaga Kerja dan
Transmigrasi (Depnakertrans 2012) menyatakan bahwa wanita bekerja pada tahun
2008 sebesar 37.9 persen, tahun 2009 menjadi sebesar 38.2 persen, dan tahun
2010 bertambah lagi menjadi sebesar 38.6 persen.
Perempuan bekerja memberikan dampak positif terhadap kesejahteraan
keluarga, hal ini diungkapkan Puspitasari (2012) bahwa perempuan bekerja
memiliki kontribusi terhadap peningkatan kesejahteraan. Wanita bekerja akan
mengurangi tingkat kemiskinan yang dihadapi keluarga. Selain memberikan
dampak positif, disisi lain perempuan harus mengorbankan waktu dan
konsentrasinya untuk pekerjaan, sehingga kontribusinya untuk keluarga menjadi
lebih rendah. Bekerja paruh waktu membuat perempuan menggabungkan
tanggung jawabnya antara pekerjaan dan rumah tangga (Daalen 2006). Hal ini
membuat wanita lebih sulit untuk membagi konsentrasinya antara keluarga dan
pekerjaan.
Perempuan bekerja dapat menunjang kesejahteraan keluarga.
Kesejahteraan merupakan tahapan akhir yang ingin dicapai setiap keluarga.
Kesejahteraan keluarga dipengaruhi oleh banyak faktor. Beberapa faktor
diantaranya adalah faktor internal, eksternal dan unsur manajemen keluarga.
Faktor internal keluarga yang mempengaruhi kesejahteraan meliputi: pendapatan,
pendidikan, pekerjaan, jumlah anggota keluarga, umur, kepemilikan aset dan

tabungan. Faktor eksternal yang mempengaruhi kesejahteran adalah kemudahan
akses finansial pada lembaga keuangan, akses bantuan pemerintah, kemudahan
akses dalam kredit barang/peralatan dan lokasi tempat tinggal. Unsur manajemen
sumberdaya keluarga yang mempengaruhi kesejahteran adalah perencanaan,
pembagian tugas dan pengontrolan kegiatan (Iskandar 2007). Kesejahteraan
subjektif keluarga sangat berhubungan dengan interaksi keluarga.
Interaksi keluarga merupakan hal yang sangat penting yang dapat
menunjang keberlangsungan kegiatan sehari-hari, baik dalam menentukan
keputusan. Menurut Wheatley (2014) rendahnya interaksi keluarga atau
menipisnya perasaan lekat dapat membuat suasana keluarga menjadi tidak
harmonis. Interaksi keluarga yang rendah dapat berpengaruh terhadap pola
pengambilan keputusan keluarga. Pengambilan keputusan yang baik adalah yang
melibatkan semua anggota keluarga. Seluruh anggota keluarga melakukan
interaksi dengan cara mendiskusikan solusi terbaik untuk mendapatkan
kesepakatan yang lebih baik, sehingga dapat mengurangi konflik antara keluarga.
Pengambilan keputusan yang lebih baik adalah yang dilakukan secara
bersama-sama antar anggota keluarga, pengambilan keputusan selanjutnya adalah
yang dilakukan dengan sistem dominan antara suami-istri, dan pengambilan
keputusan yang paling buruk adalah yang dilakukan dengan sendiri (Kusumo et
al. 2009). Pengambilan keputusan yang dilakukan secara bersama berpengaruh

2

positif terhadap kesejahteraan subjektif keluarga. Mencapai kesejahteraan
subjektif yang lebih baik bukanlah hal yang mudah bagi keluarga suami-istri
bekerja, karena bagi perempuan yang bekerja paruh waktu harus menggabungkan
tanggung jawab antar keluarga dan pekerjaan (Daalen et al. 2006). Perempuan
yang bekerja di sektor formal cenderung mengalami keterbatasan waktu
berinteraksi dengan anak, kesulitan berinteraksi dengan keluarga, dan sulit
membuat keputusan dalam pembagian kerja dengan anggota keluarga (Rizkillah
2013). Oleh karena itu, pengambilan keputusan yang baik dan interaksi keluarga
yang baik dapat menunjang kesejahteraan subjektif ke arah yang lebih baik. Selain
itu, temuan mengenai pengaruh interaksi keluarga dan pengambilan keputusan
terhadap kesejahteraan subjektif pada suami-istri bekerja belum banyak diteliti di
Indonesia, sehingga penelitian ini diharapkan dapat menjadi bagian dari penelitian
ilmu keluarga dalam melengkapi berbagai aspek yang mempengaruhi
kesejahteraan keluarga.
Perumusan Masalah
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Indonesia pada tahun 2008,
2009 dan 2010 secara umum cenderung meningkat. Data pada tahun 2008 tingkat
partisipasi angkatan kerja sebesar 67.33 persen dan pada tahun 2009 meningkat
menjadi 67.60 persen. Tren peningkatan ini terus berlanjut pada tahun 2010 yang
mencapai 67.63 persen. Meningkatnya TPAK tersebut salah satunya disebabkan
oleh kesempatan kerja yang semakin meluas dan kebutuhan hidup yang semakin
meningkat. Hal tersebut tampaknya memberikan pengaruh yang cukup berarti
terhadap meningkatnya laju partisipasi angkatan kerja. Selain itu, peningkatan
TPAK ini juga dipengaruhi oleh peningkatan TPAK perempuan. Jumlah angkatan
kerja terbesar kedua setelah Jawa Timur dalam periode yang sama adalah provinsi
Jawa Barat dan jumlahnya cenderung terus meningkat, yakni sebanyak 18.43 juta
orang pada tahun 2008, meningkat menjadi 19.05 juta orang pada tahun 2009 dan
19.21 juta orang pada tahun 2010 (Depnaketrans 2012). Peningkatan tenaga kerja
wanita ini terjadi juga di beberapa daerah seperti di Jawa Barat yang merupakan
jumlah angkatan kerja kedua terbesar setelah Jawa Timur
Angka peningkatan tenaga kerja ini membuat perempuan yang bekerja
makin rentan menghadapi konflik dalam rumah tangga dan pekerjaannya. Hasil
temuan Afwan (1998) pemberian stimulus ibu bekerja kepada anak berbeda nyata
dengan ibu tidak bekerja, dimana ibu tidak bekerja lebih tinggi dalam memberikan
stimulus kepada anak dari pada ibu bekerja. Di sisi lain alokasi waktu ibu bekerja
untuk kegiatan rumah tangga, pribadi, organisasi, waktu luang dan mengasuh
anak lebih sedikit dari pada ibu tidak bekerja. Bekerja paruh waktu
memungkinkan perempuan menggabungkan tanggung jawab antar keluarga dan
pekerjaan (Daalen et al. 2006). Perempuan yang bekerja di sektor formal
cenderung mengalami keterbatasan waktu berinteraksi dengan anak, kesulitan
berinteraksi dengan keluarga, dan sulit membuat keputusan dalam pembagian
kerja dengan anggota keluarga (Rizkillah 2013).
Perempuan yang bekerja di sektor formal lebih ketat pengawasan
waktunya dari pada yang bekerja di sektor informal, sehingga perempuan yang
bekerja di sektor formal lebih cenderung kurang berinteraksi dengan keluarga dan
kontribusinya terhadap pengambilan keputusan keluarga juga menjadi rendah.

3

Seorang istri yang mencurahkan waktunya untuk bekerja di dua ranah sekaligus
yakni publik dan domestik akan lebih sulit untuk bekerja sepenuhnya dengan baik,
sehingga dapat menimbulkan konflik pada dirinya (Ciptoningrum 2009). Salah
satu potensi masalah pada keluarga dengan suami dan istri bekerja adalah istri
yang mengabaikan perannya di sektor domestik demi melaksanakan peran di
sektor publik (Wood 2001). Dampak yang timbul dari konflik ini ialah istri tidak
dapat menghasilkan kinerja yang baik pada pekerjaan domestik (rumah tangga)
dan publik (karir). Konflik yang terjadi di dalam keluarga maupun pekerjaan
berpengaruh negatif signifikan terhadap kepuasan kerja wanita, demikian halnya
dengan tekanan pekerjaan dapat berpengaruh negatif signifikan terhadap kepuasan
kerja wanita (Dhamayanti 2006). Hal ini dapat terjadi karena tidak optimal dalam
menjalankan pekerjaan sehingga hasilnya tidak memuaskan.
Keluarga dengan suami istri bekerja rata-rata belum mampu memenuhi
pemenuhan tugas perkembangan keluarga secara ideal. Persentase rata-rata
pemenuhan seluruh dimensi hanya berkisar antara 52 persen sampai dengan 81
persen (Damayanti 2013). Penelitian Rizkillah (2013) menyatakan bahwa wanita
bekerja mengalami masalah pekerjaan rumah tangganya terkait dalam pengasuhan
anak, mengerjakan pekerjakan rumah, masalah interaksi/hubungan suami istri,
dan kurangnya waktu yang tersedia untuk anak. Kondisi istri bekerja dapat
menyebabkan perubahan peran dasar istri yang seharusnya menangani tugas
rumah tangga menjadi ikut berperan dalam mencari nafkah keluarga. Peran ini
akan menyita waktu untuk berada di tempat kerja sehingga keluarga yang
seharusnya ditangani istri dengan baik dapat saja berubah menjadi tidak baik jika
seorang istri tidak mampu membagi waktunya dengan bijak.
Interaksi keluarga erat kaitannya dengan pengambilan keputusan keluarga.
Biasanya pasangan yang yang melakukan pengambilan keputusan secara bersamasama lebih bahagia dalam kehidupan perkawinan. Menurut Kusumo et al. (2009)
bahwa tingkat kepuasan pengambilan keputusan yang paling baik adalah
keputusan yang diambil secara bersama-sama, oleh karena itu agar tidak terjadi
pola pengambilan keputusan yang mendominasi antara suami dan istri harus
menjaga interaksi antar keluarga dengan baik, karena jika pola interaksinya tidak
dijaga akan menyebabkan pola pengambilan keputusan yang kurang baik dan
berdampak kepada kesejahteraan di dalam keluarga.
Dari paparan diatas dapat dilihat bahwa permasalahan yang terjadi pada
keluarga suami istri bekerja adalah:
1. Bagaimana interaksi yang terjadi pada keluarga dengan suami istri
bekerja?
2. Bagaimana pola pengambilan keputusan keluarga pada keluarga suami
sitri bekerja?
3. Bagaimana kesejahteraan subjektif keluarga suami istri bekerja?
4. Bagaimana hubungan dan pengaruh interaksi keluarga dan pengambilan
keputusan keluarga terhadap kesejahteraan subjektif keluarga dengan
suami sitri bekerja?
Tujuan Umum Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan dan
pengaruh interaksi dan pola pengambilan keputusan keluarga terhadap
kesejahteraan subjektif keluarga dengan suami istri bekerja.

4

1.
2.
3.
4.

Tujuan Khusus
Mengidentifikasi interaksi yang terjadi dalam keluarga dengan suami-istri
bekerja
Mengidentifikasi pola pengambilan keputusan keluarga dengan suami-istri
bekerja
Mengidentifikasi kesejahteraan subjektif keluarga dengan suami-istri
bekerja
Menganalisis pengaruh interaksi keluarga dan pola pengambilan
keputusan keluarga terhadap kesejahteraan keluarga dengan suami-istri
bekerja

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih yang
bermanfaat bagi berbagai pihak, khususnya bagi pihak yang tertarik mengkaji
masalah keluarga, seperti:
1. Peneliti yang ingin mengkaji lebih jauh mengenai interaksi, pola
pengambilan keputusan terhadap kesejahteraan keluarga pada keluarga
dengan suami istri bekerja
2. Kalangan akademisi, yang ingin menambah literatur dalam mengkaji
mengenai interaksi, pola pengambilan keputusan terhadap kesejahteraan
keluarga pada keluarga dengan suami istri bekerja
3. Masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi dan
gambaran mengenai interaksi, pola pengambilan keputusan terhadap
kesejahteraan keluarga pada keluarga dengan suami istri bekerja
4. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam
tambahan dalam membuat kebijakan terkait keluarga
KERANGKA PEMIKIRAN
Kesejahteraan keluarga adalah terciptanya suatu keadaan harmonis dan
terpenuhinya kebutuhan jasmani serta sosial bagi anggota keluarga, tanpa
mengalami hambatan-hambatan yang serius di dalam lingkungan keluarga, dan
dalam menghadapi masalah-masalah keluarga akan mudah untuk diatasi secara
bersama oleh anggota keluarga, sehingga standar kehidupan keluarga dapat
terwujud (UU NO 5 tahun 2009). Menurut Deacon dan Firebaugh (1988), untuk
dapat mencapai tujuan keluarga, terdapat tiga jenis sumberdaya yang harus
dikelola oleh keluarga yaitu sumberdaya manusia, sumberdaya materi, dan
sumberdaya waktu. Ketiga jenis sumberdaya tersebut saling berkaitan satu sama
lain.
Sumberdaya manusia dalam hal ini peran istri di sektor publik dapat
membantu meningkatkan kesejahteraan keluarga. Kesejahteraan keluarga
merupakan output dari proses pengelolaan sumberdaya keluarga dan
penanggulangan masalah yang dihadapi keluarga, termasuk di dalamnya adalah
pengambilan keputusan dalam penggunaan sumberdaya yang dimiliki oleh
keluarga.
Wanita berkontribusi positif nyata terhadap kesejahteraan rumah tangga.
Karakteristik wanita yang bekerja sangat mendukung terbentuknya kesejahteraan
yang lebih baik dalam keluarga. Selain karena alasan ekonomi rendah, motivasi

5

istri bekerja juga dapat disebabkan pendidikan yang tinggi sehingga membuat
wanita/istri bekerja ingin mengaktualisasikan diri dan mengabdi kepada
masyarakat, dan kemudian secara psikologis dapat mewujudkan kepuasan
terhadap diri sendiri.
Keluarga mempunyai sistem jaringan interaksi yang lebih bersifat
hubungan interpersonal, karena masing-masing anggota keluarga mempunyai
intensitas hubungan satu sama lain dan saling tergantung. Peranan orang tua
dalam komunikasi dan interaski sangat besar, sehingga tingkat pendidikan orang
tua merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi efektivitas dan efesiensi
interaksi dalam keluarga (Guhardja et al. 1989)
Kontribusi pendapatan istri berhubungan signifikan positif dengan pola
interaksi keluarga. Semakin besar kontribusi pendapatan istri pada keluarga, maka
semakin sering frekuensi interaksi antar anggota keluarga. Hal ini karena
kontribusi istri pada pendapatan keluarga akan meningkatkan porsi keuangan
keluarga. Pendapatan merupakan salah satu indikator yang dapat mengukur
kesejahteraan keluarga. Pendapatan yang tinggi umumnya berhubungan positif
dengan kesejahteraan keluarga, semakin tinggi pendapatan maka kesejahteraan
keluarga juga semakin meningkat, dengan demikian dapat dilihat adanya
keterkaitan antara karakteristik keluarga dengan kesejahteraan keluarga.
Interaksi yang efektif akan memberikan kontribusi yang besar dalam
melaksanakan kegiatan sehari-hari dan pemecahan masalah, serta pengambilan
keputusan (Guhardja et al. 1989). Dasar pengambilan keputusan yang bijak adalah
dengan mengkomunikasikan segala sesuatunya dengan baik kepada anggota
keluarga. Keterlibatan anggota keluarga dalam membuat suatu keputusan dapat
menentukan keharmonisan di dalam keluarga Interaksi yang terjalin sehat antar
keluarga pemicu terbentuknya pengambilan keputusan yang baik dan bijak,
dengan melakukan segala pertimbangan dengan anggota keluarga. Kondisi
tersebut sangat berpengaruh terhadap kesejahteraan keluarga.
Pola interaksi yang positif membuat keluarga menjadi lebih hangat,
nyaman, dan saling melindungi satu sama lain. Pola pengambilan yang bijak
dengan penuh pertimbangan terjadi jika adanya interaksi yang hangat dan positif
dalam keluarga, dalam mengambil keputusan perlu dirundingkan dngan anggota
keluarga sehingga terjadi pertukaran pendapat. Keluarga menerima saran, kritik,
dan mencoba saling menghargai pendapat satu sama lain.

6

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Interaksi Keluarga dan Pola Pengambilan Keputusan Keluarga terhadap Kesejahteraan Subjektif
Keluarga Suami-Istri Bekerja

7

METODE PENELITIAN
Desain, Tempat, dan Waktu penelitian
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study, yakni melakukan
penelitian pada satu waktu tertentu. Pemilihan tempat penelitian dipilih secara
purposive, yaitu di kantor pemerintahan Kota Bogor, Jawa Barat. Waktu
pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Desember 2014 hingga Februari
2015.
Contoh dan Teknik Pengambilan Contoh
Populasi penelitian ini adalah seluruh keluarga suami-istri bekerja di
kantor pemerintahan Kota Bogor. Contoh penelitian ini adalah istri bekerja formal
di pemerintahan Kota Bogor, yaitu di Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, Badan
Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana (BPMKB) Kota Bogor dan
memiliki anak yang masih bersekolah. Teknik penarikan contoh dilakukan secara
purposive.
Jumlah perempuan bekerja di Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan,
BPMKB sebanyak 200 orang, namun perempuan yang memiliki anak yang masih
bersekolah sebanyak 136 orang. Sebanyak 60 responden menyatakan bersedia
untuk mengisi kuisioner penelitian, namun kuisioner yang kembali sebanyak 49
responden.
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data sekunder.
Data primer diperoleh langsung dengan cara “self report” oleh istri yang bekerja
dengan bantuan kuisioner yang meliputi karakteristik kelurga, interaksi keluarga,
pola pengambilan keputusan dalam kelurga dan kesejahteraan keluarga. Data
sekunder dapat diperoleh melalui studi literatur, instansi yang bersangkutan,
penelitian-penelitian sebelumnya yang terkait dengan topik penelitian.
Kesejahteraan subjektif keluarga menggunakan istrumen kesejahteraan
keluarga yang dikembangkan dari Sunarti (2012), dan WHO (2012) dengan nilai
Cronbach Alpha 0.987. Kesejahteraan subjektif keluarga diukur dengan
pernyataan dengan 49 item pernyataan. Interaksi keluarga terdiri dari interaksi
ibu-anak dan interaksi suami-istri. Interaksi keluarga menggunakan instrumen
yang dikembangkan dari Chuang (2005). Interaksi ibu-anak diukur dengan 34
item pernyataan memiliki Cronbach Alpha 0.903, sedangkan interaksi suami-istri
diukur dengan 35 item pernyataan memiliki Cronbach Alpha 0.923. Instrumen
pola pengambilan keputusan dimodifikasi Puspitawati (2012) dan Sajogyo (1981)
yang memiliki Cronbach Alpha 0.911.
Pengolahan dan Analisis Data
Data yang terkumpul selanjutnya diolah dengan diproses proses editing,
coding, scoring, entry, cleaning, serta analyzing menggunakan Microsoft Excel
dan SPSS for windows. Instrumen penelitian di uji validitas dan reliabilitasnya
menggunakan SPSS for Windows. Analisis statistik yang digunakan pada
penelitian ini adalah sebagai berikut :

8

1. Analisis deskriptif (minimum, maksimum, rata-rata, standar deviasi dan
frekuensi) digunakan untuk menggambarkan:
a) Karakteristik keluarga (usia istri, besar keluarga, pekerjaan suami-istri,
lama pendidikan suami-istri, pendapatan per kapita).
b) Interaksi keluarga yang mencakup interaksi ibu-anak (34 pernyataan), dan
interaksi suami-istri (35 pernyataan). Setiap butir pernyataan disediakan 4
jawaban, yaitu tidak pernah diberi skor 1, kadang-kadang diberi skor 2,
sering diberi skor 3, selalu diberi skor 4. Oleh karena itu masing-masing
skor ditransformasikan ke dalam bentuk indeks, dengan rumus sebagai
berikut:
Indeks = Skor yang dicapai – skor terendah x 100
skor tertinggi – skor terendah
Secara keseluruhan interaksi keluarga dikelompokkan menjadi tiga
kelompok dengan cut off yang digunakan pada setiap selang kategori untuk
variabel ini yaitu:
 Rendah : ≤60)
 Sedang: 60-80
 Tinggi: > 80
c) Pola pengambilan keputusan keluarga, terdiri dari beberapa bidang yaitu
bidang keuangan (5 pernyataan), pangan (3 pernyataan), kesehatan (2
pernyataan), pendidikan (2 pernyataan), kegiatan sosial masyarakat (3
pernyataan), strategi pemenuhan kebutuhan (6 pernyataan), dan keperluan
keluarga (11 pernyataan). Setiap butir pernyataan disediakan 5 jawaban,
yaitu istri/suami sendiri diberi skor 1, istri/suami dominan diberi skor 2,
bersama diberi skor 3. Berdasarkan skor yang diperoleh selanjutnya skor
ditransformasikan ke dalam bentuk indeks, dengan rumus yang sama
seperti pada variabel interaksi keluarga.
d) Kesejahteraan subjektif keluarga terdiri dari kesejahteraan fisik,
kesejahteraan ekonomi, kesejahteraan psikologi, dan kesejahteraan sosial.
Setiap butir pernyataan disediakan 5 jawaban terkait kepuasan, yaitu
sangat tidak puas diberi skor 1, tidak puas diberi skor 2, cukup puas diberi
skor 3, puas diberi skor 4, dan sangat puas diberi skor 5. Selanjutnya skor
masing-masing dijumlahkan dan diperoleh skor total. Berdasarkan skor
yang diperoleh selanjutnya skor ditransformasikan ke dalam bentuk
indeks, dengan rumus yang sama seperti pada variabel interaksi keluarga.
Secara keseluruhan kesejahteraan subjektif keluarga dikelompokkan
menjadi tiga kelompok dengan cut off yang digunakan pada setiap selang
kategori yang sama seperti interaksi keluarga.
2. Uji inferensia yang digunakan adalah uji korelasi dan uji regresi linear. Uji
korelasi digunakan untuk melihat hubungan karakteristik keluarga, interaksi
keluarga, pengambilan keputusan dengan kesejahteraan subjektif. Uji regresi
digunakan untuk melihat pengaruh karakteristik keluarga, interaksi keluarga,
pengambilan keputusan keluarga terhadap kesejahteraan subjektif.

9

Tabel 1 Variabel, skala, kategori data, sumber kuisioner
Variabel

Skala

Kategoti Data

Sumber
kuesioner

Rasio

Berdasarkan BKKBN (2005):
1. Keluarga kecil (> 4 orang)
2. Keluarga sedang (5-7
orang)
3. Keluarga besar ( 8 tahun)
Berdasarkan Hurlock (1980)
1. Dewasa awal: 18-40 tahun
2. Dewasa madya: 41-60
tahun
3. Dewasa lanjut: > 60 tahun
1. Tidak tamat SD
2. Tamat SD
3. SMP
4. SMA
5. D3/S1
6. S2/S3
1. PNS
2. Wiraswasta
3. Swasta
4. Buruh
5. TNI/Polri
6. Guru
7. PRT
8. Lainnya
Pendapatan per kapita Kota
Bogor
Dikategorikan menjadi:
 Rendah < 60
 Sedang (60-80)
 Tinggi (>80)

BKKBN (2005)

Ordinal

Dikategorikan menjadi:
 Sendiri istri
 Sendiri suami
 Dominan istri
 Dominan suami
 Bersama

Dimodifikasi dari
Puspitawati
(2012) dan
Sajogyo (1981)

Ordinal

Dikategorikan menjadi:
 Rendah < 60
 Sedang (60-80)
 Tinggi (>80)

Dikembangkan
dari Sunarti
(2012), WHO
(2012)

Karakteristik keluarga
 Besar keluarga

Rasio
 Umur ( istri)
Interval

 Pendidikan suami-istri
Nominal

 Pekerjaan suami-istri
 Pendapatan per kapita
Interaksi keluarga

Pola pengambilan keputusan
 Keuangan
 Pangan
 Pendidikan
 Keperluan keluarga
lainnya
 Strategi memenuhi
kebutuhan hidup
Kesejahteraan subjektif
keluarga
 Kesejahteraan fisik
 Kesejahteraan ekonomi
 Kesejahteraan
psikologi
 Kesejahteraan sosial

Rasio
Ordinal

Hurlock (1980)

BPS (2013)
Dikembangkan
dari Chuang
(2005)

10

Defenisi Operasional
Keluarga adalah anggota keluarga dalam rumah tangga yang termasuk, anak,
suami, dan istri
Karakteristik keluarga adalah ciri khas yang dimiliki oleh keluarga responden
seperti usia istri, pekerjaan suami dan isteri, lama pendidikan suami dan
isteri, pendapatan per kapita, dan besar keluarga.
Usia isteri adalah jumlah tahun lengkap sejak lahir sampai usia ulang tahun
terakhir isteri.
Pendidikan suami dan isteri adalah tingkat pendidikan formal yang diperoleh
suami dan isteri.
Pendapatan per kapita adalah total perolehan uang dari hasil bekerja suami dan
isteri, kemudian di bagi dengan jumlah anggota keluarga.
Pekerjaan formal adalah pekerjaan di suatu instansi, jam kerja tetap, gaji tetap,
dan di luar rumah.
Besar keluarga adalah jumlah orang yang memiliki hubungan keluarga yang
terdiri dari ayah, ibu, dan anak dan hidup dari sumberdaya yang sama.
Kesejahteraan keluarga subjektif adalah tingkat kepuasan contoh terhadap
keadaan keluarga baik secara fisik, ekonomi, psikologi, dan sosial.
Pengambilan keputusan keluarga adalah upaya keluarga menentukan suatu
keputusan, baik dilakukan secara bersama-sama oleh suami/istri, atau yang
dilakukan istri/suami dominan dan istri/suami sendiri.
Interaksi keluarga adalah hubungan timbal balik atau aksi reaksi antara suamiistri, dan ibu-anak.
HASIL
Karakteristik Keluarga
Hasil penelitian dalam Tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata usia istri
adalah 40.4 tahun. Menurut Santrock (1995) tahap usia tersebut termasuk pada
dewasa madya dengan kategori usia 40-60 tahun. Rata-rata besar keluarga dalam
penelitian ini adalah 4 orang. Menurut BKKBN (2005) rataan tersebut termasuk
dalam kategori keluarga kecil. Rata-rata lama pendidikan istri adalah 16 tahun dan
rata-rata lama pendidikan suami adalah 15 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa
bahwa rata-rata lama pendidikan istri lebih tinggi daripada rata-rata lama
pendidikan suami.Rata-rata pendapatan per kapita keluarga per bulan sebesar
Rp1.979.931, angka tersebut jauh di atas garis kemiskinan Kota Bogor yaitu
sebesar Rp360.518 (BPS 2013).
Tabel 2 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik keluarga
Variabel
Usia responden (thn)
Besar keluarga (org)
Pendidikan suami (thn)
Pendidikan istri (thn)
Pendapatan per kapita (Rp)

Minimum

Maksimum

Rata-rata ± STD

22

55

40.41±8.58

3
12
12
750.000

6
18
18
4.250.000

3.96±0.78
15.14±1.87
16.00±0.70
1.979.931±639.127.15

Jenis pekerjaan istri sebagian besar (95.9%) adalah PNS, sisanya (4.1%)
bekerja sebagai honorer (4.1%). Pekerjaan suami dalam penelitian ini cukup

11

beragam dengan persentase tertinggi adalah swasta (42.0%). Jenis pekerjaan
lainnya yang dimiliki oleh suami adalah PNS (42.8%), dan wiraswasta (14.3%).
Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan jenis pekerjaan
Variabel
Pekerjaan suami
1. PNS
2. Wiraswasta
3. Swasta
Pekerjaan istri
1.
PNS
2.
Honorer

n

%

21
7
21

42.8
14.3
42.9

47
2

95.9
4.1

Interaksi Keluarga
Interaksi Suami-istri
Lebih dari separuh (51.0%) interaksi suami-istri berada pada kategori
sedang. Namun masih ditemukan sebanyak 22.4 persen interaksi suami-istri
tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat dari beberapa istri tidak pernah
mengingatkan suami untuk melakukan tugasnya (10.2%), istri melawan ketika
dimarahi suami (8.2%), istri tidak menyediakan sarapan pagi untuk suami (6.1%),
istri tidak mendengarkan nasehat suami (6.1%), istri tidak membuat keputusan
untuk suami (6.1%), istri terkadang mengalah ketika berdebat dengan suami
(44.9%), istri terkadang mengingatkan suami pada saat melakukan kesalahan
(49.0%), istri terkadang mengingatkan suami untuk melakukan tugasnya (46.9%).
Berdasarkan hasil Tabel 5 menunjukkan bahwa sebanyak 26.5 persen
interaksi suami-istri berada pada kategori tinggi. Hasil tersebut dapat dilihat dari
beberapa istri yang selalu menunjukkan kasih sayangnya kepada suami (67.3%),
istri selalu menyediakan waktu bersama suami (63.3%), istri selalu bangga kepada
suami (61.2%), istri selalu menghargai suami (59.2%), istri selalu bercanda
dengan suami (53.1%), istri selalu berdiskusi dengan suami mengenai sekolah
anak dan keluarga (59.2%), istri selalu menyediakan waktu makan malam dengan
suami (51.0%).
Hasil temuan dapat dilihat bahwa secara keseluruhan interaksi keluarga
berada pada kategori sedang. Namun masih terdapat beberapa keluarga memiliki
interaksi yang berada pada kategori rendah. Hal tersebut terjadi karena suami-istri
sama-sama sibuk dengan pekerjaan yang menguras waktu dan energi, sehingga
suami atau istri mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan keluarga.
Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan interaksi suami-istri
Kategori

n

%

Rendah (80)

11
25
13

22.4
51.0
26.5

Total

49

100.0

Min –Max
Rata-rata ±SD

38-95
69.1±13.4

12

Interaksi Ibu-Anak
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa persentase tertinggi
(53.1%) interaksi ibu-anak berada pada kategori sedang. Namun, masih terdapat
sebanyak 20.4 persen interaksi ibu-anak berada pada kategori rendah. Hal ini
dapat dilihat dari beberapa ibu yang tidak pernah menjelaskan sesuatu yang tidak
dipahami oleh anaknya (12.2%), ibu kadang-kadang tidak sependapat dengan
anaknya (61.2%), ibu terkadang mengalah ketika berdebat dengan anaknya
(61.2%), ibu terkadang menyuruh anaknya (51.0%), ibu mengaku terkadang
anaknya tidak mematuhi perintahnya (44.9%), ibu mengaku terkadang anaknya
tidakmelakukan apa yang diperintahkannya (34,7%).
Berdasarkan Tabel 4 terdapat sebanyak 28.6 persen interaksi ibu-anak
berada pada kategori tinggi. Hal ini dapat dilihat dari sebagian besar ibu selalu
menunjukkan rasa kasih sayang kepada anaknya (83.7%),ibu selalu menghargai
anaknya (77.6%),ibu selalu merasa bangga kepada anaknya (67.3%), ibu selalu
berdiskusi dengan anak mengenai sekolah (65.3%), ibu selalu membuat anak
merasa senang memeluk anaknya (61.2%), ibu suka mendengarkan cerita anaknya
(61.2%), ibu mencoba untuk menyediakan waktu dengan anaknya (59.2%), ibu
selalu membantu anaknya dan selalu bercanda dengan anaknya (57.1%), ibu
mengingatkan anaknya untuk melakukan tugasnya (53.1%).
Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan interaksi ibu-anak
Kategori

n

%

Rendah (80)

10
25
14

20.4
51.0
28.6

Total

49

100.0

Min –Max
Rata-rata ±SD

45-92
73±11.64

Pola Pengambilan Keputusan Keluarga
Hasil menunjukkan bahwa sebagian besar pengambilan keputusan
keluarga dilakukan secara bersama-sama. Aspek pengambilan keputusan keluarga
yang paling banyak dilakukan secara bersama adalah dalam bidang pendidikan,
kesehatan, strategi pemenuhan kebutuhan, dan keperluan keluarga, serta sosial
kemasyarakatan. Sebanyak 81,7 persen keputusan pendidikan dilakukan secara
bersama. Hasil ini dapat dilihat dari beberapa keluarga dalam hal pemilihan
sekolah anak (85.7%) dan biaya pendidikan anak (77.6%) dilakukan secara
bersama-sama. Sebanyak 79.6 persen pengambilan keputusan di bidang kesehatan
dilakukan secara bersama. Hasil ini dapat dilihat dari hal memilih jenis
pengobatan (77.6%) dan menentukan tempat berobat (76.9%).
Sebanyak 81.6 persen pengambilan keputusan pemenuhan kebutuhan juga
dilakukan secara bersama. Hal ini dapat dilihat dari penjualan aset (barangbarang) berharga dilakukan secara bersama-sama (79.6%), suami-istri
menentukan tempat menabung secara bersama (77.6%), meminjam (75.5%),
mengambil tabungan (73.5%), menentukan istri bekerja (67.5%), dan mencari

13

uang tambahan (59.2%) dilakukan secara bersama-sama oleh suami-istri.
Pengambilan keputusan dalam hal menentukan keperluan keluarga dilakukan
secara bersama (69.4%), hasil ini dapat dilihat dari pembelian rumah dilakukan
secara bersama (81.6%), selain itu dalam hal menentukan waktu untuk memiliki
anak (87.8%), menentukan jumlah anak (79.6%), melakukan pembagian kerja
keluarga (79.6%), dan menentukan jenis KB (75.5%) dilakukan secara bersama
oleh suami-istri.
Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan pola pengambilan keputusan keluarga
No
1
2
3
4
5
6
7

Jenis Keputusan
Keuangan
Pangan
Kesehatan
Pendidikan
Kegiatan Sosial
Masyarakat
Strategi Memenuhi
Kebutuhan Hidup
Keperluan Keluarga

Istri
sendiri

Suami
sendiri

Istri
dominan

Suami
dominan

Bersama

%

%

%

%

%

24.1
25.9
4.1
2.0
6.1

0.8
0.0
2.1
2.0
7.5

24.5
23.1
15.3
8.2
12.9

1.2
2.0
0.0
4.1
10.9

49.4
49.0
78.6
81.7
62.6

9.2

2.7

9.9

6.1

72.1

12.0

4.3

12.8

3.5

67.4

Pengambilan keputusan sosial masyarakat dilakukan secara bersama
(62.6%). Hal ini dapat dilihat beberapa hal dalam yang dilakukan secara bersana
adalah keikutsertaan keluarga dalam pengajian (59.2%), keikutsertaan keluarga
dalam kerja bakti (63.3%), menentukan biaya sumbangan (65.3%). Namun masih
ditemukan beberapa hal yang dilakukan oleh suami. Persentasi tertinggi yang
dominan dilakukan oleh suami adalah mencari tambahan pekerjaan (16.3%),
perbaikan rumah (12.2%), keikutsertaan keluarga dalam kerja bakti (12.2%), dan
menentukan biaya sumbangan (12.2%).
Berdasarkan Tabel 6 bahwa menunjukkan bahwa masih terdapat
pengambilan keputusan yang dilakukan secara sendiri atau secara dominan.
Pengambilan keputusan yang dilakukan sendiri istri adalah dalam hal pangan
(25.9%). Hal ini dapat dilihat bahwa masih terdapat beberapa pengambilan
keputusan yang dilakukan sendiri oleh istri, seperti dalam menentukan menu
makanan (30.6%), mengatur kebutuhan pangan sehari-hari (38.8%). Sebanyak
24.5 persen pengambilan keputusan keuangan dominan dilakukan istri. Hal ini
dapat dilihat dari menentukan pengeluaran untuk makan (28.6%), pembelian
makanan (26.5%), mengatur keuangan keluarga (26.5%) dominan dilakukan oleh
istri.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan pengambilan
keputusan keluarga dilakukan secara bersama (73.5%). Artinya, suami-istri
melakukan koordinasi yang baik sebelum menentukan keputusan. Suami-istri
mendiskusikan hasil yang tepat sebelum memutuskan keputusan. Namun terdapat
sebanyak 24.5 persen pengambilan keputusan dilakukan secara dominan oleh istri
atau suami. Hanya 2 persen pengambilan keputusan dalam keluarga yang
termasuk dalam kategori sendiri oleh istri atau suami.

14

Kesejahteraan Subjektif Keluarga
Berdasarkan Tabel 7 menunjukkan bahwa sebanyak 32.7 persen
kesejahteraan fisik berada pada kategori tinggi. Hasil dapat dilihat dari temuan
bahwa keluarga merasa sangat puas dengan kesehatan fisik keluarga (32.7%),
kesehatan rohani keluarga (26.5%), keadaan air di sekitar rumah (26.5%), keadaan
kehidupan keluarga (26.5%), dan keadaan makanan keluarga (24.5%). Namun
masih terdapat sebanyak 20.4 persen kesejahteraan fisik yang berada pada
kategori rendah. Hal ini dapat dilihat bahwa keluarga merasa tidak puas dengan
kebersihan di dalam rumah (6.1%), kebersihan pekarangan (6.1%), dan keadaan
lingkungan hidup (6.1%).
Sebanyak 14.3 persen kesejahteraan psikologi berada pada kategori tinggi.
Hal ini dapat dilihat dari beberapa keluarga yang merasa sangat puas dengan
keadaan mental keluarga (24.5%), merasa puas dengan kepribadian anak (49.0%),
keluarga merasa puas dengan keadaan spiritual keluarga (46.9%). Namun masih
ditemukan sebanyak 40.8 persen kesejahteraan psikologi yang berada pada
kategori rendah. Hal ini dapat dilihat bahwa keluarga merasa tidak puas dengan
keterampilan yang dimiliki istri (16.3%), keadaan spiritual istri (8.2%)
Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan sub-variabel kesejahteraan subjektif keluarga
Kesejahteraan subjektif

Kesejahteraan fisik
Kesejahteraan ekonomi
Kesejahteraan psikologi
Kesejahteraan sosial

Rendah (80)

n

%

n

%

N

%

10
16
20
16

20.4
32.7
40.8
32.7

23
26
16
24

46.9
53.1
32.7
49.0

26
7
13
9

32.7
14.3
26.5
18.4

Sebanyak 14.3 persen kesejahteraan ekonomi berada pada kategori tinggi.
Hal ini dapat dilihat dari beberapa keluarga merasa sangat puas dengan
pendapatan suami (18.4%), keadaan tempat tinggal keluarga (18.4%), keadaan
pakaian keluarga (18.4%), dan keadaan aset keluarga (16.3%). Namun terdapat
sebanyak 32.7 persen keluarga yang berada pada kategori rendah. Hal ini dapat
dilihat dari istri merasa tidak puas dengan pendapatannya (10.2%), tidak puas
dengan keuangan (10.2%), tidak merasa puas dengan keadaan transfortasi
keluarga (8.2%).
Hasil menunjukkan bahwa terdapat sebanyak 18.9 persen kesejahteran
sosial berada pada kategori tinggi. Hal ini dapat dilihat dari beberapa keluarga
merasa puas dengan keadaan interaksi ibu-anak (30.6%), interaksi antara suamiistri (26.5%), keadaan akses informasi keluarga (24.5%), dukungan yang didapat
istri dari keluarga (22.5%). Selain itu, terdapat sebanyak 32.7 persen
kesejahteraan sosial berada pada kategori rendah. Hal ini dapat dilihat dari
beberapa istri merasa tidak puas dengan gaya manajemen waktu (16.3%), gaya
manajemen pekerjaan (14.3%), kapasitas diri dalam pekerjaan (12.2%),
keterlibatan istri dalam kegiatan sosial (12.2%), pengetahuan dan keterampilan
yang dimiliki oleh istri (12.2%).
Secara keseluruhan kesejahteraan subjektif berada pada kategori sedang.
Hal ini menunjukkan bahwa keluarga dengan suami-istri bekerja merasa puas
dengan kesejahteraannya. Namun masih terdapat kesejahteraan psikologi yang

15

masih berada pada kategori rendah, faktor yang mempengaruhi kesejahteraan
psikologi adalah rendahnya keterampilan yang dimiiliki istri, rendahnya keadaan
spiritual keluarga, rendahnya keadaan mental keluarga, dan beban kerja yang
ditanggung oleh istri terlalu banyak.
Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan kesejahteraan subjektif keluarga
Kesejahteraan subjektif keluarga

n

%

Rendah (80)

14
25
10
49

28.6
51.0
20.4
100

Total
Min – Max
Rataan ± STD

31-100
68.2±16.3

Hubungan antara Karakteristik Keluarga, Interaksi Keluarga, Pengambilan
Keputusan Keluarga, dan Kesejahteraan Subjektif Keluarga
Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 9, terdapat hubungan positif
antara interaksi keluarga dengan pendapatan per kapita. Artinya, semakin tinggi
pendapatan per kapita, maka akan meningkatkan interaksi keluarga. Selain itu,
interaksi suami-istri berhubungan negatif dengan usia istri, artinya semakin tinggi
usia ibu maka akan menurunkan interaksi suami-istri. Pengambilan keputusan
berhubungan positif dengan pendidikan suami, artinya semakin tinggi pendidikan
suami maka, akan semakin tinggi pengambilan keputusan yang dilakukan secara
bersama. Kesejahteraan subjektif memiliki hubungan positif dengan pendidikan
istri. Artinya semakin tinggi pendidikan istri maka kesejahteraan subjektif akan
semakin baik.
Tabel 9 Hubungan antara karakteristik keluarga, interaksi keluarga, pengambilan
keputusan keluarga, dan kesejahteraan subjektif keluarga
Variabel
Usia istri (thn)
Besar keluarga (org)
Lama pendidikan suami (thn)
Lama pendidikan istri (thn)
Pendapatan per kapita (Rp)
Interaksi ibu-anak (skor)
Interaksi suami-istri (skor)
Pengambilan keputusan (skor)

Interaksi
ibu-anak
-0.307*
-0.243
-0.006
0.111
0.320*
1

Interaksi
suamiistri
-0.388**
-0.197
0.103
0.229
0.316*
0.789**
1

Pengambilan
keputusan

Kesejahteraan
subjektif

0.081
-0.074
0.293*
0.039
0.277
0.347*
0.438**
1

0.002
0.152
0.228
0.344*
0.211
0.480**
0.621**
0.383**

Hasil uji hubungan menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif
signifikan antara interaksi suami-istri, pengambilan keputusan, kesejahteraan
subjektif dengan interaksi ibu-anak. Artinya semakin tinggi interaksi ibu- anak
akan meningkatkan interaksi suami-istri, meningkatkan pengambilan keputusan
yang dilakukan secara bersama, dan kesejahteraan subjektif semakin baik.
Interaksi suami-istri memiliki hubungan positif signifikan dengan interaksi ibuanak, pengambilan keputusan, dan kesejahteraan subjektif. Pengambilan

16

keputusan memiliki hubungan positif signifikan dengan interaksi keluarga dan
kesejahteraan subjektif. Kesejahteraan subjektif memiliki hubungan positif
signifikan dengan interaksi keluarga dan pengambilan keputusan.
Pengambilan keputusan keluarga memiliki hubungan positif dengan
kesejahteraan ekonomi, psikologi, dan sosial. Artinya semakin sering keluarga
melakukan pengambilan keputusan secara bersama maka kesejahteraan ekonomi,
psikologi, dan sosial semakin baik. Interaksi suami_istri berhubungan positif
dengan kesejahteraan fisik, ekonomi, psikologi, dan sosial. Artinya semakin tinggi
interaksi suami_istri maka kesejahteraan fisik, ekonomi, psikologi, dan sosial
semakin meningkat. Interaksi ibu_anak berhubungan positif dengan kesejahteraan
fisik, ekonomi, psikologi, dan sosial. Artinya semakin tinggi interaksi ibu_anak
maka kesejah