Skenario Pengembangan Wilayah Berbasis Daerah Irigasi (DI Cihea Kabupaten Cianjur)

SKENARIO PENGEMBANGAN WILAYAH BERBASIS
DAERAH IRIGASI
(STUDI KASUS : DI CIHEA KABUPATEN CIANJUR)

ENDANG PURNAMA DEWI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis berjudul Skenario Pengembangan
Wilayah Berbasis Daerah Irigasi (Studi Kasus : DI Cihea Kabupaten Cianjur)
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2015
Endang Purnama Dewi
NIM F451120041

RINGKASAN
ENDANG PURNAMA DEWI. Skenario Pengembangan Kawasan Berbasis
Daerah Irigasi (Studi kasus : Daerah Irigasi Cihea Kabupaten Cianjur). Dibimbing
oleh M.YANUAR J PURWANTO dan ASEP SAPEI.
Pengembangan wilayah bertujuan untuk mendorong laju pertumbuhan suatu
wilayah, dengan meningkatkan kesejahteraan petani dan mengurangi kesenjangan
antar wilayah. Pada prinsipnya, pengembangan wilayah bertujuan untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dengan indikator pendapatan
perkapita yang merata. Di daerah irigasi, pengembangan wilayah juga bisa
menambah pendapatan kawasan dengan meningkatkan nilai tambah produk.
Dalam Rencana Tata Ruang dan Wilayah Cianjur (RTRW) 2013-2031, Daerah
Irigasi Cihea direncanakan akan dikonversi menjadi areal industri seluas 4209,903
ha. Penelitian ini bertujuan untuk menyediakan arahan strategi untuk Daerah
Irigasi Cihea sebagai implementasi dari RTRW.
Dalam sistem irigasi, ada sumber daya air dan aktivitas pertanian dengan

komoditas pertanian yang bisa diarahkan untuk pengembangan wilayah sebagai
implementasi RTRW. Sumber daya ini yang akan dipertimbangkan dalam
penelitian ini. Berdasarkan perhitungan neraca air dan produksi kawasan, maka
daerah ini berpotensi sebagai daerah industri dengan pengolahan bahan baku
pertanian.
Sebagai hasilnya, konversi lahan yang seharusnya diperbolehkan hanya 16
persen. Berdasarkan skenario, sumber daya air mampu mengairi lahan seluas
5.484 ha dengan pola tanam padi-padi-palawija dengan debit andalan minimum
terjadi pada bulan september yaitu 0,553 m3/detik. Jumlah produksi dari bahan
baku pertanian diproses menjadi chiki dan cereal, sehingga bisa memberikan
pendapatan petani sebesar Rp 2.461.706,- per musim tanam. Berdasarkan analisis
spasial dengan metode overlay dan pembobotan maka diperoleh desa yang bisa
dilakukan pengembangan. Desa-desa tersebut mencakup daerah yaitu Ciranjang,
Sukaratu, Sindangjaya, Sindangsari, Bojongpicung, Kertajaya, dan Hegarmanah.
Kata kunci : Pengembangan wilayah, Lahan terkonversi, Daerah Irigasi Cihea,
Pendapatan perkapita

SUMMARY
ENDANG PURNAMA DEWI. Scenario of regional planning based on irrigation
system of Cihea (Case Study : Cihea Irrigation System of Cianjur). Supervised by

M.YANUAR J PURWANTO and ASEP SAPEI.
Regional development is targeted to make better growth in the rural area, by
improving farmer’s welfare and minimizing the gap among the regions. In
particular, the developement aims to increase farmers income percapita as an
income indicators of developement in rural area. In the irrigation area, the
regional development can also increase the domestic revenue by providing value
added program in this region. The existing regional plan (RTRW) of Cianjur in
2013 –2031 a part of the study area (Cihea irrigation system) are planned to be
converted in to industrial area, it reaches 4209.903 ha. This research aims to
provide an irrigation system based developement strategy for guiding to the
implementation of the RTRW.
In the irrigation system, there are water resources and agricultural activities,
mostly in food comodities. These resources will be considered in the study in
order to achieve the target of rural development as for the implemention of
RTRW. In this research, it analyzed suply and demand of irrigation, based on
water balance calculation and farm production, the prospective industrial area in
the region for processing the raw product of farming.
As the result, The agricultural land convertion should be targeted into
processing plant for rice. By these scenarios, the water resources were able to
irrigate area of 5484 ha with cropping pattern of rice-rice -secondary foodcrop as

the minimum discharge occured in September its about 0.553 m3/second. The
total production of this raw agricultural product can be processed to rice snack
and cereal beisde of rice, thus being able to gave income of farmer to Rp 2 461
706,- per planting season.based on spatial analyze, the area which is can be
developed are Ciranjang, Sukaratu, Sindangjaya, Sindangsari, Bojongpicung,
Kertajaya, dan Hegarmanah.
Keywords: regional developement,converted land, irrigation of cihea, percapita
income

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

SKENARIO PENGEMBANGAN WILAYAH BERBASIS

DAERAH IRIGASI
(STUDI KASUS : DI CIHEA KABUPATEN CIANJUR)

ENDANG PURNAMA DEWI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Teknologi Industri Pertanian

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr.Yudi Setiawan,SP,M.Sc

Judul Tesis : Skenario Pengembangan Wilayah Berbasis Daerah Irigasi (DI
Cihea Kabupaten Cianjur)

Nama
: Endang Purnama Dewi
NIM
: F451120041
Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr.Ir.M.Yanuar J Purwanto,MS
Ketua

Prof.Dr.Ir.Asep Sapei,MS
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Teknik Sipil dan Lingkungan

Dr.Ir.Satyanto K Saptomo,M.Sc


Tanggal Ujian: 22 Desember 2014

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Lulus:

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga tesis dengan judul “Skenario Pengembangan Wilayah Berbasis
Daerah Irigasi (Studi Kasus : DI Cihea Kabupaten Cianjur)” dapat diselesaikan
dengan baik.
Terima kasih penulis ucapkan kepada pihak-pihak yang membantu dalam
penyusunan tesis ini, yaitu kepada :
1. Bapak Dr.Ir.M.Yanuar J Purwanto, MS. dan Bapak Prof.Dr.Ir.Asep Sapei,MS.
selaku pembimbing yang telah banyak memberi saran dan masukan kepada
penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
2. Selanjutnya terimakasih juga penulis ucapkan kepada Pemerintah Daerah
Kabupaten Cianjur (BAPPEDA, PU dan DINAS PERTANIAN) yang telah

memberikan dukungan dan memberikan data – data penelitian.
3. Dr.Yudi Setiawan,SP,M.Sc selaku penguji luar komisi dan Dr.Yudi
Chadirin,S.TP,M.Agr selaku penguji wakil program studi saat pelaksanaan
ujian sidang atas segala arahan dan saran perbaikan yang diberikan kepada
penulis.
4. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Ahmad Rabai
dan Ibu Mega Wati selaku orang tua penulis yang memberikan semangat, cinta,
kasih sayang dan doa. Terimakasih juga buat adik-adik (Edwin, Helmi,
Rahmad, Satria, Kiki, Ali dan Icha) atas doa-doanya. At least but not the last
terima kasih buat Muhammad Amin,S.HI,MH atas doa dan semangat nya.
5. Terimakasih juga kepada Dirjen Pendidikan Tinggi Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan atas Beasiswa Unggulan yang telah diberikan kepada Penulis.
6. Rekan-rekan mahasiswa Pasca Sarjana Teknik Sipil dan Lingkungan Angkatan
2012 atas segala dukungan dan kebersamaannya.
7. Rekan-rekan mahasiswa Pasca Sarjana Teknik Sipil dan Lingkungan 2013 (
Eris dan Ijah) terimakasih atas bantuannya selama penelitian.
Semoga tesis ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2015
Endang Purnama Dewi


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kerangka pikir penelitian
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian


1
1
2
3
4
4

2 TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian pembangunan dan perencanaannya
Penggunaan dan kemampuan lahan
Pengelolaan air di kawasan pertanian
Ketersediaan air
Kebutuhan air irigasi
Ruang lingkup kawasan agroindustri
Pengertian pengembangan wilayah
Sistem informasi geografis

5
5

6
7
7
8
8
9
10

3 METODE PENELITIAN
Kerangka piikir penelitian
Lokasi dan waktu penelitian
Bahan dan alat penelitian
Metode analisis data

12
12
13
13
13

4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi kawasan daerah irigasi cihea
Kemiringan lahan
Rencana struktur kabupaten cianjur
Perencanaan nilai tambah dan industri hilir
Analisis ketersediaan dan kebutuhan air
Neraca air dengn kondisi luasan eksisting
Neraca air dengn kondisi luasan setelah konversi
Menentukan lokasi pengembangan

18
18
23
24
25
29
32
33
34

5 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

41
41
41

DAFTAR PUSTAKA

42

DAFTAR TABEL
Skor kelas untuk faktor bahan baku
Skor kelas untuk faktor pasar
Skor kelas untuk saluran irigasi
Skor kelas untuk faktor jalan
Skor kelas untuk energi
Data infrastruktur daerah irigasi cihea
Jumlah petani tiap desa
Wilayah administrasi daerah irigasi cihea
Penggunaan lahan daerah irigasi cihea
Deskripsi kelas lereng
Luasan lahan terkonversi menjadi kawasan industri
PDRB Kabupaten Cianjur
Luasan lahan sawah yang dikonversi untuk tiap desa
Luasan lahan bukan sawah yang terkonversi
Hasil produksi kedelai tiap kecamatan di DI Cihea
Perbandingan revenue kedelai sebelum pengolahan
Revenue beberapa hasil olahan kedelai
Revenue total kawasan dengan beberapa produk olahan

15
15
15
16
16
18
19
20
22
23
24
26
29
38
39
39
40
41

DAFTAR GAMBAR
Skema kaitan antara perencanaan dan pembangunan dalam sebuah
pembangunan yang berencana
Diagram alir kerangka pikir penelitian
Diagram alir penelitian
Kondisi real saluran irigasi DI Cihea
Peta lokasi penelitian
Peta tata guna lahan di sekitar Daerah Irigasi Cihea
Peta kemiringan lahan
Peta rencana kawasan industri
Grafik revenue kawasan dengan konversi lahan
Revenue kawasan dengan skenario 2
Revenue kawasan dengan skenario 1 dan 2
Grafik lahan yang optimal untuk terkonversi
Curah hujan rata-rata daerah Irigasi Cihea
Curah hujan efektif harian
Peta jaringan irigasi
Debit andalan
Grafik neraca air eksisting DI Cihea
Perbandingan kebutuhan air sebelum dan sesudah konversi lahan
Grafik konversi lahan terhadap penurunan bahan baku
Peta hasil skoring bahan baku
Peta jaringan jalan
Peta hasil skoring kriteria jalan
Peta hasil skoring pasar
Peta hasil skoring saluran irigasi
Peta wilayah pengembangan agroindustri
Mata rantai pengolahan industri lahan kedelai

5
12
17
19
20
21
23
24
24
27
28
29
30
30
31
32
32
33
33
35
35
36
37
37
38
39

DAFTAR LAMPIRAN
Data debit harian sungai cisokan
Pola tanam DI Cihea
Kondisi saluran irigasi DI Cihea

46
54
55

1

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembangunan pertanian merupakan bagian terpenting yang tidak dapat
dipisahkan dari pembangunan ekonomi dan pembangunan nasional. Mengingat
selama ini sebagian besar kawasan di negara ini dari segi struktur
perekonomiannya lebih didominasi oleh sektor pertanian dibandingkan sektor
lainnya. Pembangunan pertanian menggambarkan suatu usaha pertumbuhan
sektor pertanian yang tinggi sekaligus perubahan pada masyarakat tani dari yang
kurang baik menjadi yang lebih baik. Pembangunan sektor pertanian diarahkan
untuk mencapai berbagai tujuan, antara lain meningkatkan produksi pangan,
memperbaiki tingkat hidup para petani, menciptakan lapangan pekerjaan di
perdesaan dan meningkatkan perekonomian nasional.
Pembangunan perdesaan menjadi kawasan berbasis komoditas unggulan
pada umumnya tidak memperhitungkan mengenai pengolahan lanjut komoditas
tersebut, oleh karena itu pengembangan kawasan berbasis daerah irigasi
merupakan alternatif solusi untuk pengembangan wilayah berdasarkan
pemanfaatan sumber daya air dan lahan yang ada. Kawasan ini diartikan sebagai
sistem fungsional desa-desa yang ditunjukkan dari adanya hirarki keruangan desa
yakni dengan adanya industri hilir untuk produk-produk pertanian. Disamping itu,
Kawasan ini juga dicirikan dengan kawasan pertanian yang tumbuh dan
berkembang karena berjalannya sistem dan usaha agribisnis yang diharapkan
dapat melayani dan mendorong kegiatan-kegiatan pembangunan pertanian di
wilayah sekitarnya.
Dalam pengembangannya, kawasan tersebut tidak bisa terlepas dari
pengembangan sistem pusat-pusat kegiatan nasional dan sistem pusat kegiatan
pada tingkat Kabupaten. Hal ini disebabkan, Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) merupakan kesepakatan bersama tentang pengaturan ruang wilayah.
Terkait dengan Rencana Tata Ruang Nasional (RTRWN), maka pengembangan
kawasan harus mendukung pengembangan kawasan andalan. Dengan demikian
tujuan pembangunan nasional dapat diwujudkan.
Daerah Irigasi Cihea Kabupaten Cianjur sesuai dengan RTRW Kabupaten
Cianjur tahun 2013 akan dijadikan sebagai daerah industri. Hal tersebut akan
berdampak terhadap penggunaan lahan yang sebagian besar adalah daerah
pertanian. Oleh karena itu dibutuhkan kajian untuk menganalisis penggunaan
lahan yang bisa dikembangkan namun tidak berdampak negatif terhadap daerah
pertanian. Pada dasarnya setiap daerah memiliki potensi dan kondisi sumber daya
lahan yang berbeda satu sama lain. Pemanfaatan lahan yang belum tepat akan
berdampak pada pendapatan masyarakat atau daerahnya. Dan sebaliknya daerah
dengan adanya pengelolaan sumber daya lahan dan air yang tepat dapat
meningkatkan kuantitas dan kualitas hasil pertanian dan dapat diolah menjadi
produk hilir yang memiliki nilai tambah tinggi sehingga pendapatan yang
dihasilkan pun lebih besar.
Berdasarkan Undang-undang No 7 tahun 2004 tentang sumber daya air
khususnya pasal 29 (3), maka peruntukan penyediaan air irigasi untuk kebutuhan
tanaman atau pertanian rakyat melalui suatu sistem irigasi merupakan prioritas

2
utama dalam kerangka pembangunan sumber daya air. Mengingat tingkat
kepentingannya yang sangat strategis maka perlu diupayakan pengelolaan irigasi
secara berkelanjutan. Hal tersebut didasarkan pada kenyataan bahwa prioritas
utama pembangunan pengairan di Indonesia masih ditujukan pada pengelolaan
irigasi untuk menunjang sektor pertanian.
Kerangka pikir penelitian
Pembangunan merupakan kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka
mengelola sumber daya yang dimiliki suatu daerah. Pengembangan wilayah harus
berdasar pada sektor yang ada pada daerah tersebut. Selain memperhatikan sektorsektor yang ada, faktor-faktor dasar seperti sumber daya alam, sumber daya
manusia, modal, teknologi dan kelembagaan juga harus diperhatikan. Oleh karena
itu adanya sektor yang berkontribusi terhadap pendapatan dan kesejahteraan
masyarakat setempat namun belum maksimal untuk dikembangkan perlu
diprioritaskan.
Sektor pertanian merupakan sektor potensial yang dapat memberikan
kontribusi yang besar terhadap laju pertumbuhan perekonomian dan dapat
menciptakan peningkatan ketahanan pangan di Kabupaten Cianjur. Oleh karena
itu diperlukan penelitian yang dapat menganalisis dan mengidentifikasi wilayah
yang dapat dikembangkan menjadi areal industri yang berbasis sektor pertanian
yang didasarkan pada potensi wilayah, dengan mengacu pada aspek spasial,teknis
dan sosial ekonomi. Aspek spasial didasarkan pada RTRW kabupaten Cianjur
untuk menjadikan sebagian Daerah Irigasi Cihea menjadi kawasan industri, aspek
teknis yaitu ketersedian dan kebutuhan air di Daerah Irigasi Cihea, dan aspek
sosial ekonomi yaitu aspek yang menyangkut pengembangan dan skenario untuk
meningkatkan pendapatan kawasan dengan adanya proses industri hilir.
Kesesuaian lahan adalah penggambaran tingkat kecocokan sebidang lahan
untuk penggunaan lahan tertentu. Kelas kesesuaian lahan berbeda-beda tergantung
penggunaan jenis lahannya. Di dalam penelitian ini, potensi pengembangan
wilayah diperoleh dari overlay peta penggunaan lahan yang di overlay dengan
peta arah pemanfaatan lahan RTRW Kabupaten Cianjur yang dijadikan pedoman
secara spasial untuk penentuan lokasi yang dapat dikembangkan.

3
Perumusan Masalah
Pengembangan wilayah merupakan salah satu program pembangunan yang
bertujuan untuk mendorong laju pertumbuhan suatu wilayah, memperbaiki tingkat
kesejahteraan hidup di wilayah tertentu, serta memperkecil kesenjangan
pertumbuhan dan ketimpangan kesejahteraan antar wilayah. Pada prinsipnya,
pengembangan wilayah bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi
suatu wilayah dengan indikator pendapatan perkapita yang merata dan tingkat
pengangguran yang rendah. Pengembangan wilayah dilaksanakan melalui
optimasi pemanfaatan sumberdaya yang dimiliki secara harmonis, serasi dan
terpadu melalui pendekatan yang bersifat komperehensif mencakup aspek
fisik,ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan hidup untuk pembangunan
berkelanjutan.
Kabupaten Cianjur merupakan salah satu kabupaten sentra padi di Jawa
Barat. Sektor pertanian masih merupakan lapangan pekerjaan yang dominan dan
penyumbang pendapatan domestik regional bruto (PDRB) terbesar yakni 47,65%.
Oleh karena itu produktivitas tanaman pangan khususnya padi perlu terus
ditingkatkan. Produksi padi pada tahun 2012 mencapai sekitar 832.193 ton. Pada
tahun 2012, produksi padi di Kabupaten Cianjur mengalami peningkatan dari
tahun sebelumnya yaitu sebesar 7,59 persen. Sedangkan produktivitas padi
sebesar 60,12 kuintal/ha. Meskipun pada tahun 2012 produksi padi meningkat,
namun apabila dilihat dari luas tanam sebaliknya malah mengalami penurunan.
Luas tanam padi sawah pada tahun 2011 yaitu 138.042 Ha menurun menjadi
137.027 Ha pada tahun 2012. Kondisi ini bisa menggambarkan terjadinya alih
fungsi lahan.
Pertanian merupakan sektor basis perkembangan ekonomi Kabupaten
Cianjur. Walaupun demikian pada saat ini, sektor pertanian belum berkembang
kearah industrialisasi pengolahan penunjang sektor pertanian yang merupakan
tahapan yang lebih maju dari pembangunan sektor pertanian saja serta industri
penghasil sarana produksi pertanian. Beberapa hal yang menunjukkan hal tersebut
antara lain berkaitan dengan penggunaan lahan, petani, produksi maupun
distribusi.
Dengan melihat Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) terbesar
yakni 47,65%. tersebut menunjukkan bahwa perhatian pembangunan wilayah
Kabupaten Cianjur harus lebih banyak terfokus kepada bidang pertanian. Dalam
hal ini bukan tetap harus mempertahankan keberadaan bidang pertanian dengan
segala ciri tradisionalnya, namun harus lebih mengarah kepada transformasi
modern atau industrialisasi pertanian yang mampu memberikan nilai tambah
terhadap sektor pertanian. Austin (1992) menyatakan bahwa alasan diperlukan
pengembangan industri khususnya agroindustri adalah karena sektor pertanian
membutuhkan industri ekstraktif yang mampu mengolah seluruh hasil-hasil
pertanian dan sektor industri membutuhkan bahan baku dalam proses
pengolahannya.
Seperti yang diketahui, Kabupaten Cianjur sebagai penghasil beras
memiliki keunggulan komparatif yaitu adanya sumber daya alam air dan lahan
serta besarnya jumlah tenaga kerja yang berbasis pada pertanian (petani). Hal
inilah yang menjadi dasar bahwa basis industri memang tepat dalam
pengembangan wilayah di Kabupaten Cianjur dan akan memberikan added value

4
berupa peningkatan nilai hasil dari sektor pertanian dan penyerapan tenaga kerja
sektor industri yang lebih besar sehingga akan meningkatkan pendapatan
masyarakat. Oleh karena itu diperlukan pengembangan kawasan berbasis daerah
irigasi untuk menghasilkan nilai tambah bagi sektor pertanian.
Di areal pertanian pedesaan pada lahan sawah beririgasi teknis ditemukan
lahan – lahan yang tidak dimanfaatkan, sementara dari segi ketersediaan air
seharusnya daerah irigasi dapat dimanfaatkan secara optimal dengan produktivitas
lahan yang tinggi. Selain itu umumnya pendapatan petani berasal dari hasil penjualan
padi yang harga jual relatif lebih rendah dibandingkan dengan harga jual beras. Hal
ini menyebabkan keuntungan petani relatif kecil dan belum dapat memenuhi
kebutuhan hidup layak. Timbul beberapa pertanyaan dalam rangka peningkatan
kesejahteraan petani di Daerah Irigasi Cihea Cianjur secara khusus dan kesejahteraan
petani Indonesia secara umum, yaitu :
1) Bagaimana ketersediaan air di daerah irigasi?
2) Bagaimana skenario pengembangan wilayah irigasi sehingga bisa
meningkatkan kesejahteraan petani?
3) Produk hilir apa yang bisa dikembangkan untuk industri di sektor
pertanian?
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk :
a.
b.
c.

Mengetahui potensi yang dimiliki oleh Daerah Irigasi, yaitu dalam hal
pengembangan kawasan di sekitar daerah irigasi yang terkait dengan
ketersediaan air di Daerah Irigasi Cihea.
Menetapkan dan memprediksi kebutuhan lahan kawasan industri berbasis
Daerah Irigasi untuk peningkatan revenue kawasan
Memberikan rekomendasi lokasi kawasan industri sebagai bahan
pertimbangan pemerintah daerah dalam memilih kawasan yang tepat.
Manfaat Penelitian

1.
2.

Memberikan informasi mengenai wilayah - wilayah di sekitar irigasi yang
berpotensi sebagai wilayah pengembangan
Memberikan rekomendasi kepada stakeholder terkait melalui skenario
pengembangan wilayah berbasis daerah irigasi

5

2 TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Pembangunan dan Perencanaannya
Pembangunan adalah perubahan kearah kondisi yang lebih melalui upaya
yang dilakukan secara terencana. Pembangunan adalah pembaharuan yang juga
merupakan suatu bentuk perubahan ke arah yang dikehendaki tetapi lebih terkait
dengan nilai-nilai atau sistem nilai.
Soekartawi (1990) menjelaskan bahwa pembangunan dapat berarti
pertumbuhan dan pemerataan. Pertumbuhan yang dimaksudkan adalah
pertumbuhan ekonomi yang lebih baik, sedangkan perubahan sosial dapat
diartikan lebih luas, misalnya pemerataan, apakah itu pemerataan pendapatan,
pemerataan hasil-hasil pembangunan, pemerataan keadilan, atau lainnya.
Perencanaan dianggap sebagai ”alat” pembangunan, karena perencanaan
memang merupakan alat strategis dalam menuntun jalannya pembangunan.
Secara skematis, dan alasan praktis dari perlunya penelitian dilakukan, dan
bagaimana masalah tersebut dapat dipecahkan dan manfaat dari penyelesaian
masalah. Kaitan antara aspek perencanaan dan pembangunan dapat digambarkan
seperti pada Gambar 1. (Soekartawi, 1990).

Perencanaan

Pembangunan
yang berencana

Gambar 1. Skema kaitan antara perencanaan dan pembangunan dalam
sebuah pembangunan yang berencana (Soekartawi, 1990)
Perencanaan merupakan salah satu dari empat fungsi manajemen yang
penting dan saling terkait. Empat fungsi manajemen tersebut adalah
merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan dan mengendalikan.
Merencanakan (to plan) membutuhkan pemahaman dimana posisi daerah dan
kemana mau melangkah ke depan, bagaimana formulasi visi dan misi serta
strategi apa yang dipiloih untuk mencapai target. Mengorganisasikan (to organize)
adalah bagaimana pemimpin daerah mengelola semua sumber daya yang dimiliki ,
baik sumber daya manusia (SDM) maupun sumber daya alam (SDA) untuk
melakukan apa yang sudah direncanakan. Mengarahkan (to direct) adalah
bagaimana pemimpin mengarahkan sumber daya agar mencapai visi, misi dan
target yang telah direncanakan dan ditetapkan dengan memberi motivasi dan
melakukan komunikasi secara terus menerus. Mengendalikan (to control)
merupakan fungsi terakhir yang intinya mengevaluasi dan melaporkan kinerja
organisasi dan daerahnya.
Perencanaan didefenisikan sebagai suatu proses berkesinambungan yang
mencakup keputusan – keputusan atau pilihan – pilihan berbagai alternatif
penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan – tujuan teretentu pada masa
yang akan datang. Berdasarkan defenisi tersebut, terdapat empat elemen dasar

6
perencanaan, yaitu (1) merencanakan berarti memilih, (2) perencanaan merupakan
alat pengalokasian sumber daya, (3) perencanaan merupakan alat mencapai
tujuan, (4) perencanaan untuk masa depan.
Maka dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Perencanaan
Pembangunan adalah suatu proses penyusunan tahapan-tahapan yang melibatkan
berbagai unsur didalamnya guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber-sumber
daya yang ada dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial dalam suatu
lingkungan, wilayah atau daerah dalam jangka waktu tertentu.
Penggunaan dan Kemampuan Lahan
Menurut Sitorus (2001) bahwa lahan merupakan bagian dari bentang lahan
(landscape) yang mencakup pengertian lingkungan fisik termasuk iklim,
topografi/relief, hidrologi termasuk keadaan vegetasi alami yang semuanya secara
potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan.
Kemampuan lahan (land capability) menunjukkan potensi atau kapasitas
lahan untuk berbagai penggunaan lahan secara umum yang dapat diusahakan di
suatu wilayah. Semakin banyak jenis tanaman/jenis penggunaan lahan yang dapat
dikembangkan atau diusahakan di suatu wilayah, maka kemampuan lahan tersebut
semakin tinggi (Sitorus, 2001).
Rencana penggunaan lahan harus disesuaikan atau tergantung dari
kemampuan sumberdaya lahan itu sendiri untuk dapat diusahakan bagi suatu
penggunaan tertentu. Oleh karena itu terlebih dahulu harus diketahui potensi dari
sumberdaya lahan itu sendiri untuk dapat mendukung suatu kegiatan usahatani
tertentu serta tindakan-tindakan yang diperlukan agar lahan tersebut dapat
memberikan hasil yang baik secara berkesinambungan (Purwanto, 2003).
Untuk mengkaji penetapan kebutuhan lahan teknis untuk pengembangan
kawasan pertanian diperlukan suatu pemahaman tentang hubungan (relevansi)
karakteristik lahan terhadap revenue dari suatu kawasan. Model persamaan fungsi
revenue tersebut dijabarkan secara matematis sebagai berikut R = CL x f (L),
dimana R merupakan revenue suatu kawasan dalam satuan rupiah, CL adalah
koefisien produktivitas lahan (konstanta), dan L menyatakan luas lahan dalam
satuan hektar (Purwanto, 2003).

7
Pengelolaan Air Di Kawasan Pertanian
Sumber daya air adalah salah satu unsur yang harus disediakan dalam
strategi pembangunan dan pengembangan pertanian. Dalam usaha budidaya
tanaman faktor ketersediaan air harus dipertimbangkan agar terhindar dari resiko
kegagalan panen, air akan berfungsi memberikan lingkungan tumbuh yang baik
bagi tanaman dan juga berperan dalam proses fisiologi tanaman (Nusa, 1991).
Menurut Ahmad (2003) air terbatas menurut waktu, tempat dan jumlah air yang
tersedia diatas permukaan bumi, untuk itu perlu diusahakan penyediaan air yang
cukup agar tidak menimbulkan kekurangan air.
Menurut Nusa (1991) sistem irigasi dapat diartikan sebagai satu kesatuan
yang tersusun dari berbagai komponen, menyangkut upaya penyediaan,
pembagian, pengelolaan dan pengaturan air dalam rangka meningkatkan produksi
pertanian. Beberapa komponen dalam sistem irigasi diantaranya adalah : (a) siklus
hidrologi (iklim, air atmosferik, air permukaan, air bawah pemukaan), (b) kondisi
fisik dan kimiawi (topografi, infrastruktur, sifat fisik dan kimiawi lahan) ,(c)
kondisi biologis tanaman, (d) aktivitas manusia (teknologi, sosial, budaya,
ekonomi).
Pengelolaan air di kawasan pertanian dimaksudkan agar produktivitas lahan
menjadi meningkat dengan memberikan fasilitas irigasi dan drainase. Kemampuan
lahan untuk dapat berproduksi sepanjang tahun menjadi tujuan utama irigasi
sehingga lahan dapat mensuplai bahan baku hasil pertanian untuk keperluan
industri pengolahan. Drainase sangat menentukan keberhasilan panen pada
musim penghujan.
Pengertian irigasi, bangunan irigasi, daerah irigasi, dan petak irigasi dalam
Peraturan Pemerintah (PP) No. 23/1982 Ps 1, adalah :
 Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang
pertanian.
 Jaringan irigasi adalah saluran dan bangunan yang merupakan satu
kesatuan yang diperlukan untuk pengaturan air irigasi mulai dari
penyediaan, pengambilan, pemberian dan penggunaannya.
 Daerah irigasi adalah kesatuan wilayah yang mendapat satu jaringan
irigasi.
 Petak irigasi adalah petak tanah yang memperoleh air irigasi.
Dari tahun ke tahun keperluan air terus meningkat seiring dengan
pertumbuhan penduduk serta perkembangan pembangunan di segala sektor.
Sedangkan ketersediaan air belum tentu dapat mencukupi kebutuhan air tersebut
oleh karena itu sangat diperlukan pengaturan penyediaan air dan pengalokasian
air yang efektif dan efisien (Astuti, 2003). Demikian pula dalam usaha
pengembangan lahan teknis dimana perlu dilakukan pengelolaan sumberdaya air
yang baik sehingga ketersediaan air untuk lahan tersebut tetap terpenuhi
sepanjang tahun.
Ketersediaan Air (Debit Andalan)
Penyediaan sumber daya air untuk berbagai kebutuhan harus memenuhi
persyaratan perencanaan tertentu dimana ketersediaannya harus memenuhi
probabilitas tertentu yang disebut dengan debit andalan. Debit andalan adalah

8
debit minimum sungai dengan kemungkinan debit terpenuhi dalam prosentase
tertentu, misalnya 90%, 80% atau nilai prosentase lainnya, sehingga dapat dipakai
untuk berbagai kebutuhan. Debit andalan pada umumnya dianalisis sebagai debit
rata-rata untuk periode 10 hari, setengah bulanan atau bulanan. Kemungkinan tak
terpenuhi dapat ditetapkan 20%, 30% atau nilai lainnya untuk menilai tersedianya
air berkenaan dengan kebutuhan pengambilan (diversion requirement). Debit
andalan dihitung berdasarkan data debit harian yang tersedia selama 10 tahunan.
Debit Andalan digunakan untuk mengetahui sejauh mana ketersediaan air irigasi
bisa terpenuhi.
Dalam menentukan besarnya debit andalan dengan peluang 80%
digunakan probabilitas Metode Weibull dengan rumus :
m
P
x100%
n 1
Dengan

P = Peluang (%)
m = nomor urut data
n = jumlah data
Kebutuhan Air Irigasi

Kebutuhan air adalah jumlah air yang dibutuhkan oleh tanaman untuk
tumbuh secara normal. Untuk tumbuh secara normal tersebut menyangkut
kebutuhan untuk pembasahan tanah, pengolahan tanah, pertumbuhan tanaman dan
pematangan butir. Disamping dipengaruhi pula oleh jenis tanaman, periode
pertumbuhan, sifat tanah, keadaan iklim dan keadaan topografi.
Sedangkan kebutuhan air untuk irigasi tergantung pada besarnya
kebutuhan air untuk pengolahan tanah dan penjenuhan, nilai consumtive use
(kebutuhan masa pertumbuhan), perkolasi, genangan hujan effective dan besarnya
kehilangan air selama penyaluran (effisiensi irigasi). Untuk tanaman palawija
masih harus tergantung dari faktor tampungan air hujan yang tergantung dari jenis
tanamannya dan dalamnya akar.
Secara garis besar kebutuhan air irigasi ditentukan oleh faktor-faktor
sebagai berikut : (a) Penyiapan Lahan, (b) Penggunaan consumtive, (c) Perkolasi,
(d) Penggantian lapisan air (untuk padi), (e) Curah hujan efektif dan (f) Efisiensi
Irigasi.
Ruang Lingkup Kawasan Agroindustri
Menurut Jayadinata, 1999, bahwa kegiatan produksi industri
(manufactural industries) adalah kegiatan manusia dalam mengubah barang
mentah menjadi barang yang lebih berguna atau barang industri, yaitu barang
setengah jadi dan barang jadi. Dalam kegiatan industri akan terdapat penambahan
nilai atau value adding.
Agroindustri merupakan bagian dari kegiatan agribisnis yang mencakup
empat sub yaitu : (a) sub agroindustri hulu (Up-stream Agribusiness) dimana
seluruh kegiatan ekonomi yang menghasilkan sarana produksi bagi pertanian
primer (usaha tani), (b) sub agribisnis usaha tani (On-farm Agribusiness) atau

9
pertanian primer, (c) sub agribisnis hilir (Down-stream Agribusiness) merupakan
kegiatan ekonomi yang mengolah komoditas pertanian primer menjadi produk
olahan baik untuk produk antara (intermediate product) maupun bentuk produk
akhir (finished product), termasuk industri pengolahan, industri farmasi dan
kecantikan beserta kegiatan perdagangan produknya, dan (d) sub jasa penunjang
(Supporting sub system) merupakan kegiatan yang menyediakan jasa bagi ketiga
sub agribisnis diatas, termasuk industri keuangan, infrastruktur, penelitian dan
pengembangan (Sukandar, 2000).
Agroindustri akan dijadikan sebagai pusat pengembangan suatu kawasan
pertanian. Agroindustri berperan dalam peningkatan nilai tambah, peningkatan
lapangan kerja, yang selanjutnya akan memperluas sektor jasa/pelayanan,
peningkatan sarana dan prasarana, kemudian memberikan keuntungan bagi
seluruh pihak yang terlibat (Anwar 1999). Wilayah yang dijadikan agroindustri
sebaiknya memiliki sumber daya yang potensial seperti sumber daya alam,
sumber daya manusia, sumber daya buatan dan sumber daya sosial. Di kawasan
agroindustri itu akan dilihat komoditas yang bisa dikembangkan dan dijadikan
bahan baku industri. Selain itu sarana dan prasarana pendukung juga harus
tersedia sehingga kawasan itu akan mudah berkembang.
Pengertian Pengembangan Wilayah
Pengembangan wilayah merupakan usaha memberdayakan suatu
masyarakat yang berada di suatu daerah untuk memanfaatkan sumber daya alam
yang terdapat di sekeliling mereka dengan menggunakan teknologi yang relevan
dengan kebutuhan dan bertujuan meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang
bersangkutan. Pada umumnya pengembangan wilayah mengacu pada perubahan
produktivitas wilayah, yang diukur dengan peningkatan populasi penduduk,
kesempatan kerja, tingkat pendapatan, dan nilai tambah industri pengolahan.
Selain definisi ekonomi, pengembangan wilayah mengacu pada pengembangan
sosial, berupa aktivitas kesehatan, pendidikan, kualitas lingkungan, kesejahteraan
dan lainnya. Pengembangan wilayah lebih menekankan pada adanya perbaikan
wilayah secara bertahap dari kondisi yang kurang berkembang menjadi
berkembang, dalam hal ini pengembangan wilayah tidak berkaitan dengan
eksploitasi wilayah.
Pengembangan wilayah dalam jangka panjang lebih ditekankan pada
pengenalan potensi sumber daya alam dan potensi pengembangan lokal wilayah
yang mampu mendukung (menghasilkan) pertumbuhan ekonomi, dan
kesejahteraan sosial masyarakat, termasuk pengentasan kemiskinan, serta upaya
mengatasi kendala pembangunan yang ada di daerah dalam rangka mencapai
tujuan pembangunan. Berkaitan dengan hal tersebut, maka dalam rencana
pembangunan nasional, pengembangan wilayah lebih ditekankan pada
penyusunan paket pengembangan wilayah terpadu dengan mengenali sektor
strategis (potensial) yang perlu dikembangkan di suatu wilayah (Friedmann &
Allonso, 2008)
Sedangkan pengembangan wilayah sangat dipengaruhi oleh komponenkomponen tertentu seperti (Friedman and Allonso, 2008):
a) Sumber daya lokal, Merupakan kekuatan alam yang dimiliki wilayah tersebut
seperti lahan pertanian, hutan, bahan galian, tambang dan sebagainya. Sumber

10
daya lokal harus dikembangkan untuk dapat meningkatkan daya saing wilayah
tersebut.
b) Pasar, Merupakan tempat memasarkan produk yang dihasilkan suatu wilayah
sehingga wilayah dapat berkembang.
c) Tenaga kerja, Tenaga kerja berperan dalam pengembangan wilayah sebagai
pengolah sumber daya yang ada.
d) Investasi, Semua kegiatan dalam pengembangan wilayah tidak terlepas dari
adanya investasi modal. Investasi akan masuk ke dalam suatu wilayah yang
memiliki kondisi kondusif bagi penanaman modal.
e) Kemampuan pemerintah, Pemerintah merupakan elemen pengarah
pengembangan wilayah. Pemerintah yang berkapasitas akan dapat mewujudkan
pengembangan wilayah yang efisien karena sifatnya sebagai katalisator
pembangunan.
f) Transportasi dan Komunikasi, Transportasi dan komunikasi berperan sebagai
media pendukung yang menghubungkan wilayah satu dengan wilayah lainnya.
Interaksi antara wilayah seperti aliran barang, jasa dan informasi akan sangat
berpengaruh bagi tumbuh kembangnya suatu wilayah.
g) Teknologi, Kemampuan teknologi berpengaruh terhadap pemanfaatan sumber
daya wilayah melalui peningkatan output produksi dan keefektifan kinerja sektorsektor perekonomian wilayah.
Sistem Informasi Geografis (SIG)
Geographic Information System (GIS) atau yang biasa dikenal dengan
Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan suatu sistem basis data di mana
sebagian besar data spasial diindeks, dan seperangkat prosedur spasial
dioperasikan berdasarkan koordinat geografi tertentu untuk menjawab pertanyaan
tentang entitas spasial dalam geodatabase yang dimiliki (Smith, 1987). Menurut
Aronoff (1989), sistem informasi geografi didefinisikan sebagai suatu sistem
berbasis komputer yang memiliki kemampuan dalam menangani data bereferensi
geografi melalui proses pemasukan data, manajemen data (penyimpanan dan
pemanggilan kembali), manipulasi dan analisis data, serta keluaran sebagai hasil
akhir (output). Hasil akhir (output) dapat dijadikan acuan dalam pengambilan
keputusan pada masalah yang berhubungan dengan geografi. Dalam
perkembangannya, SIG berbasis komputer dimulai pada awal tahun 1960an dan
penerapan SIG pada komputer berbasis desktop dimulai pada era 1990an (Starr,
1991).
Penggunaan SIG memiliki sejumlah keunggulan yang tidak dimiliki oleh
pemetaan secara konvensional. Efisiensi dan efektivitas dalam menyelesaikan dan
memecahkan persoalan yang terkait dengan lokasi atau ruang menjadi pilihan
yang tepat. Selain itu, dalam upaya perencanaan dan pemecahan permasalahan
lingkungan diperlukan pula kemampuan prediksi dengan data yang terus
diperbarui. Kemampuan tersebut mampu dipenuhi oleh SIG yang didukung oleh
perangkat keras dan perangkat lunak komputer (ESRI, 2009). Hingga saat ini,
perangkat lunak SIG terus berkembang, diantaranya ArcView, Ilwis, ArcGIS,
MapWindow, dll.
Dalam penentuan wilayah – wilayah pengembangan, didasarkan pada
penilaian pengambilan keputusan melalui berbagai kriteria yang disesuaikan oleh

11
karakteristik kawasan yang dikaji. Kriteria – kriteria tersebut selanjutnya
dilakukan tumpang – tindih (overlay) dan diberi bobot masing – masing.Wilayah
yang memiliki bobot terbesar dan memenuhi sebagian kriteria – kriteria yang
ditetapkan melalui proses SIG, akan memiliki peringkat tertinggi dan menjadi
prioritas utama. Demikian sebaliknya, pada lokasi yang hanya memenuhi
beberapa kriteria atau tidak memenuhi kriteria yang ditetapkan, maka tidak akan
dipilih sebagai wilayah pengembangan.

12

3 METODE PENELITIAN
Kerangka pikir penelitian
Pembangunan merupakan kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka
mengelola sumber daya yang dimiliki suatu daerah. Pengembangan wilayah harus
berdasar pada sektor yang ada pada daerah tersebut. Selain memperhatikan sektorsektor yang ada, faktor-faktor dasar seperti sumber daya alam, sumber daya
manusia, modal, teknologi dan kelembagaan juga harus diperhatikan. Oleh karena
itu adanya sektor yang berkontribusi terhadap pendapatan dan kesejahteraan
masyarakat setempat namun belum maksimal untuk dikembangkan perlu
diprioritaskan.
Data spasial:
- Peta administrasi
- Peta kelas lereng
- Peta tata guna lahan
- Peta jaringan irigasi
- Peta RTRW

Data tabular :
- Data Debit
- Data curah hujan
- Data PDRB
- Sosial ekonomi
- Kependudukan
- Produktivitas

Data base kawasan eksisting
- Produksi
- Revenue
Lokasi
dan Waktu
- Ketersediaan
air penelitian

Perencanaan alih fungsi
sesuai RTRW 2013-2031

Pemilihan alternatif
kawasan berdasarkan
parameter ketersediaan
air, komoditas dan
revenue

Luasan kawasan

Analisis lokasi
Rekomendasi

Gambar 2. Diagram alir kerangka pikir penelitian

Konversi lahan sawah irigasi
ke industri yang potensial
untuk dikembangkan

13
Lokasi dan Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Daerah Irigasi Cihea Kabupaten Cianjur
pada bulan Oktober 2013 – April 2014.
Bahan
Bahan yang diolah dalam penelitian ini terdiri atas data hidrologi berupa
data debit dan curah hujan, data penggunaan lahan di lokasi penelitian, data
Digital Elevation Model (DEM), data infrastruktur jaringan irigasi dan data sosial
ekonomi di Kabupaten Cianjur.
a)
Data hidrologi, meliputi :
 Data debit harian (Januari 2002 – Desember 2012) Sungai Cisokan
yang diperoleh dari Dinas PSDA-P Wilayah 3 Ciranjang Kabupaten
Cianjur
 Data curah hujan dari 2 stasiun yang mewakili lokasi penelitian (Data
tahun 2007-2012)
b)
Data penggunaan lahan dan penutupan lahan, meliputi :
 Peta Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kabupaten Cianjur tahun 20132031 yang diperoleh dari BAPPEDA Kabupaten Cianjur
 Peta Pola ruang Kabupaten Cianjur tahun 2013
c)
Data DEM berupa data ASTER-GDEM dengan resolusi 30 x 30 meter
yang diunduh dari http://gdem.ersdac.jspacesystems.or.jp/search.jsp untuk
melihat elevasi dan kemiringan lahan di lokasi penelitian.
d)
Data sosial ekonomi dalam penelitian ini meliputi:
 Data PDRB Kabupaten Cianjur
 Data kependudukan
 Data produktivitas pertanian Daerah Irigasi Cihea
Alat
Alat yang digunakan pada penelitian perangkat untuk mengolah data spasial
dan peninjauan di lapangan yang masing – masing perangkat terdiri atas :
 Kamera
 Perangkat komputer
 GPS tipe Garmin
Perangkat lunak (software) yang digunakan adalah :
 Perangkat lunak ArcGIS 9.3 untuk mengolah data spasial.
 Perangkat lunak Google Earth untuk digitasi.
 Perangkat lunak Microsoft Office 2010 untuk penulisan tesis dan
pengolahan data.
Metode Analisis Data
Pada penelitian ini, penentuan wilayah pengembangan dilakukan melalui
enam tahap, yaitu : 1) Identifikasi cakupan Daerah Irigasi Cihea Cianjur 2)
Identifikasi rencana tata ruang untuk kawasan industri ; 3) Identifikasi
ketersediaan air dari sumber air irigasi ;4) Menganalisis kebutuhan air dengan

14
luasan sebelum dan sesudah konversi ; (5) Menentukan skala prioritas untuk
setiap kriteria pengembangan wilayah; (6) Menentukan wilayah yang mungkin
dikembangkan. Tahapan penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.
Adapun analisis yang dilakukan pada penelitian ini meliputi :
1. Analisis nilai tambah untuk agroindustri
Analisis nilai tambah untuk industri dirumuskan berdasarkan jenis produk
industri yang bernilai tambah dan luasan lahan yang diperlukan untuk areal
agroindustri tersebut. Jenis produk industri yang terkait adakah beras yang
diproduksi oleh Rice Milling Unit (RMU) Dalam penelitian ini, dibuat
perencanaan adanya tempat penggilingan beras yang dapat menampung
kapasitas produksi dari Daerah Irigasi Cihea. Produk industri lain adalah
makanan ringan berbasis beras.
2. Analisis revenue
Analisis dihitung berdasarkan produktivitas hilir serta untuk perbandingan
sebelum dan sesudah adanya alih fungsi kawasan. Model persamaan fungsi
revenue tersebut dijabarkan secara matematis
R = CL x f (L) ............................................. (2)
dimana R merupakan revenue suatu kawasan dalam satuan rupiah, CL adalah
koefisien produktivitas lahan (konstanta), dan L menyatakan luas lahan dalam
satuan hektar (Nur Friday,2012).
3. Analisis penetapan areal kawasan industri yang optimal
Analisis dihitung berdasarkan skenario dan revenue kawasan yang telah
dihitung. Pendekatan kawasan industri yang ber nilai tambah pada hasil panen
sebagai sumber bahan baku produk nilai tambah akan menjadi dasar kebutuhan
alih fungsi lahan. Titik temu antara luasan panen dan luasan kebutuhan lahan
industri merupakan luas optimal.
4. Analisis ketersediaan sumber air irigasi
Ketersediaan air daerah aliran sungai pada prinsipnya menunjukkan potensi
debit air sungai dengan peluang tertentu (Departemen PU, SK SNI, 1993).
Dihitung berdasarkan Rumus Probability (Peluang) pada data debit harian
selama 10 tahun terakhir.
Kebutuhan air irigasi ditentukan oleh faktor-faktor penyiapan lahan,
penggunaan konsumtif, perkolasi, penggantian lapisan air dan curah hujan
efektif serta efisiensi irigasi (Departemen PU, KP-01,1986).
5. Analisis spasial.
Analisis spasial untuk mengetahui produktivitas kawasan dan lokasi kawasan
yang optimal dilakukan dengan teknik superimpose (overlay) dengan metode
pembobotan berdasarkan parameter yang memiliki pengaruh untuk
pengembangan wilayah. Identifikasi skala prioritas untuk kriteria
pengembangan wilayah dilakukan untuk penentuan lokasi pada area DI Cihea
yaitu: penentuan lokasi dengan kriteria: bahan baku, jarak ke pasar, kondisi
saluran irigasi, jalan dan energi. Dalam tahap ini yang merupakan bagian akhir
dari proses analisis, digunakan metode analisis Pembobotan. Analisa ini
dimaksudkan untuk memperoleh bobot dari setiap desa berdasarkan faktor-

15
faktor yang telah ditemukan pada tahap analisis sebelumnya sehingga akan
diperoleh alternatif lokasi yang potensial dikembangkan sebagai kawasan
agroindustri berdasarkan bobot yang paling tinggi. Faktor – faktor yang
digunakan dalam proses penilaian skoring diasumsikan mempunyai bobot yang
sama. Dalam melakukan analisis spasial digunakan teknik overlay peta.
Analisis superimpose (overlay) merupakan suatu teknik analisis dengan cara
mengoverlaykan data peta. Dengan analisis ini dapat diketahui kondisi suatu
wilayah berdasarkan data dan informasi yang ada.
Pada penelitian ini, untuk penentuan kawasan yang dapat dikembangkan
menjadi agroindustri dipilih faktor yang memiliki pengaruh yaitu : bahan baku,
jarak ke pasar, kondisi saluran irigasi, jalan dan energi. Pada masing-masing
parameter dilakukan reclass yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Untuk
skor kelas pada kriteria bahan baku dibuat kelas 1-5 dengan produktivitas 6,6 –
7,82 ton/ha.
Tabel 1. Skor kelas untuk faktor bahan baku
Skor kelas
1
2
3
4
5

Bahan baku
< 6,6 ton
>= 6,6 ton
>= 6,8 ton
>= 7,67 ton
>= 7,82 ton

Keterangan
Rendah
Agak rendah
Sedang
Agak tinggi
Tinggi

Untuk skor kelas faktor pasar dilakukan analisis buffering dengan jarak 2
km dari pasar, daerah terdekat diberikan skor 5 dan daerah yang paling jauh
diberikan skor 1. Skor kelas selengkapnya dapat dilihat pada tabel 2
Tabel 2. Skor kelas untuk faktor pasar
Skor kelas
1
2
3
4
5

Pasar
> 8 km