Pertumbuhan Semai Jabon (Anthocephalus cadamba) pada Media Bekas Tambang Pasir dengan Penambahan Sub Soil dan Arang Tempurung Kelapa

PERTUMBUHAN SEMAI JABON (Anthocephalus cadamba)
PADA MEDIA BEKAS TAMBANG PASIR
DENGAN PENAMBAHAN
SUB SOIL DAN ARANG TEMPURUNG KELAPA

BAYU WINATA

DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pertumbuhan Semai Jabon
(Anthocephalus cadamba) pada Media Bekas Tambang Pasir dengan Penambahan Sub
Soil dan Arang Tempurung Kelapa adalah benar karya saya dengan arahan dari
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal dari penulis lain atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2014
Bayu Winata
NIM E44100011

ABSTRAK
BAYU WINATA. Pertumbuhan Semai Jabon (Anthocephalus cadamba) pada Media
Bekas Tambang Pasir dengan Penambahan Sub Soil dan Arang Tempurung Kelapa.
Dibimbing oleh BASUKI WASIS dan DADAN MULYANA.
Dampak penambangan pasir adalah degredasi lingkungan dan penurunan kualitas
tanah baik secara fisik, kimia, maupun biologi. Lahan bekas penambangan pasir
demikian menjadi marginal dan menimbulkan kendala dalam revegetasi. Oleh karena
itu pembenahan tanah perlu dilakukan, salah satunya dengan penambahan tanah bawah
(sub soil) dan arang hayati (biocharcoal). Pemilihan jenis juga merupakan salah satu
aspek yang menentukan keberhasilan revegetasi. Jabon (Anthocephalus cadamba)
adalah jenis pionir, adaptif, dan cepat tumbuh. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis
pengaruh penambahan sub soil dan arang tempurung kelapa terhadap pertumbuhan dan

perkembangan semai jabon pada tanah bekas tambang pasir serta mengetahui dosis
penambahan sub soil dan arang tempurung kelapa yang optimal. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penambahan sub soil dan arang tempurung kelapa pada media
tanah bekas tambang pasir memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan semai
jabon. Kombinasi dosis penambahan terbaik bagi pertumbuhan semai jabon pada media
tanah bekas tambang pasir, yaitu kombinasi 500 g sub soil dan 20 g arang tempurung
kelapa.
Kata kunci: Anthocephalus cadamba, arang, penambangan pasir, sub soil, tempurung
kelapa

ABSTRACT
BAYU WINATA. Growth of Jabon Seedling (Anthocephalus cadamba) on Medium of
Ex-Sand Mining with the Addition of Sub Soil and Charcoal of Coconut Shell.
Supervised by BASUKI WASIS and DADAN MULYANA.
The effect of sand mining are environmental degredation and reduction of soil
quality (physically, chemistry, or biological). The land of ex-sand mining could be
marginal land and causes the revegetation barrier. Soil amendment is a necessary phase
for this problem i.e. additional of sub soil and charchoal of coconut shell on the soil.
The species selection also determine for revegetation result. Jabon (Anthocephalus
cadamba) is an pioneer, adaptive and fast growing species. The aim of this reasearch are

to analyze the effect of sub soil and charcoal of coconut shell increment to the growth of
jabon seedling on ex-sand mining soil and to find out the optimum dose of sub soil and
charcoal of coconut shell increment. The result of this research showed that sub soil and
charcoal of coconut shell increment on ex-sand mining soil extend positive influence.
The combination 500 g sub soil and 20 g charcoal of coconut shell gave the best growth
for jabon seddling on ex-sand mining soil.
Key words: Anthocephalus cadamba, charcoal, coconut shell, sand mining, sub soil

PERTUMBUHAN SEMAI JABON (Anthocephalus cadamba)
PADA MEDIA BEKAS TAMBANG PASIR
DENGAN PENAMBAHAN
SUB SOIL DAN ARANG TEMPURUNG KELAPA

BAYU WINATA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Silvikultur


DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Pertumbuhan Semai Jabon (Anthocephalus cadamba) pada Media
Bekas Tambang Pasir dengan Penambahan Sub Soil dan Arang
Tempurung Kelapa
Nama
: Bayu Winata
NIM
: E44100011

Disetujui oleh

Dr Ir Basuki Wasis, MS
Pembimbing I


Dadan Mulyana, SHut MSi
Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Nurheni Wijayanto, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya,
sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Pertumbuhan Semai Jabon (Anthocephalus
cadamba) pada Media Bekas Tambang Pasir dengan Penambahan Sub Soil dan Arang
Tempurung Kelapa” ini dapat diselesaikan. Solawat dan salam semoga senantiasa
tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kita selaku
umatnya.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr Ir Basuki Wasis, MS dan Bapak Dadan Mulyana, SHut MSi yang
senantiasa mendukung dan membimbing penulis menyelesaikan skripsi ini.

2. Kedua orang tua penulis (Bapak Sugiyono, SH dan Ibu Suparmi), ibu asuh
penulis (Ibu Iyam), serta kakak dan kakak ipar penulis (Mbak Dian Parlina
Ekawati dan Mas Himawan Suryo Atmojo) atas doa, dukungan, dan kasih
sayangnya.
3. Beasiswa Bidik Misi yang telah memberikan bantuan finansial dan
dukungan moral kepada penulis.
4. Seluruh Dosen dan Staf di lingkungan Departemen Silvikultur serta Fakultas
Kehutanan IPB.
5. Rekan-rekan Silvikultur 47, Arie Aqmarina, Agung Wahyu Hidayat, dan
Wahyu Dwi Atmoko.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan skripsi ini, yang tidak dapat penulis cantumkan satu per satu.
Semoga kebaikannya dibalas oleh Allah SWT.
Penulis menyadari akan kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan. Semoga skripsi ini memberikan
manfaat yang baik bagi seluruh pihak.

Bogor, Juli 2014
Bayu Winata


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vii

DAFTAR GAMBAR

vii

DAFTAR LAMPIRAN

vii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1


Tujuan Penelitian

1

Manfaat Penelitian

2

METODE

2

Waktu dan Tempat Penelitian

2

Alat dan Bahan

2


Prosedur Penelitian

2

Rancangan Percobaan

4

Analisis Data

5

HASIL DAN PEMBAHASAN

6

Pengaruh Penambahan Sub Soil dan Arang Tempurung Kelapa
terhadap Tinggi dan Diameter


6

Pengaruh Penambahan Sub Soil dan Arang Tempurung Kelapa
terhadap Berat Basah Total dan Berat Kering Total

8

Pengaruh Penambahan Sub Soil dan Arang Tempurung Kelapa
terhadap Nisbah Pucuk Akar dan Indeks Mutu Bibit

10

Analisis Kimia Tanah

14

SIMPULAN DAN SARAN

16


DAFTAR PUSTAKA

16

LAMPIRAN

18

RIWAYAT HIDUP

20

DAFTAR TABEL
1 Komposisi perlakuan
2 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh penambahan sub soil dan
arang tempurung kelapa terhadap pertumbuhan semai jabon
3 Hasil uji Duncan pengaruh penambahan sub soil dan arang tempurung
kelapa terhadap tinggi semai jabon
4 Hasil uji Duncan pengaruh penambahan sub soil dan arang tempurung
kelapa terhadap berat basah total semai jabon
5 Hasil uji Duncan pengaruh penambahan sub soil dan arang tempurung
kelapa terhadap berat kering total semai jabon
6 Hasil uji Duncan pengaruh penambahan sub soil dan arang tempurung
kelapa terhadap IMB semai jabon
7 Hasil analisis kimia tanah

5
6
7
9
9
11
15

DAFTAR GAMBAR
1 Rata-rata nisbah pucuk akar (NPA) semai jabon pada seluruh perlakuan
sub soil (a) dan arang tempurung kelapa (b)
2 Grafik laju pertumbuhan tinggi (cm) semai jabon pada berbagai kombinasi
perlakuan sub soil (a) dan arang tempurung kelapa (b)
3 Grafik laju pertumbuhan diameter (cm) semai jabon pada berbagai kombinasi
perlakuan sub soil (a) dan arang tempurung kelapa (b)
4 Pertumbuhan dan perkembangan semai jabon terbaik pada beberapa
perlakuan penambahan sub soil dan arang tempurung kelapa

10
12
13
15

DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil sidik ragam setiap parameter pertumbuhan semai jabon
2 Denah penempatan semai jabon dalam penelitian di ruang kaca

19
20

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Laju pembangunan yang pesat mendorong peningkatan kebutuhan bahan
material yaitu pasir. Penambangan pasir merupakan salah satu bentuk eksploitasi
sumberdaya alam. Maryani (2007) menyatakan bahwa dampak penambangan
pasir terhadap tanah, yaitu merubah sifat fisik tanah, meningkatkan bulk density,
menurunkan porositas, menurunkan kadar air, dan menurunkan permeabilitas
tanah. Perubahan sifat kimia tanah mengakibatkan penurunan pH, organik tanah,
unsur hara, dan KTK tanah. Perubahan sifat biologi tanah mengakibatkan
penurunan populasi organisme tanah. Penambangan pasir umumunya dilakukan
dengan sistem penambangan terbuka, sehingga sangat berdampak terhadap sifat
fisik, kimia, dan biologi tanah (Utami 2009). Lahan bekas penambangan pasir
demikian menjadi marginal dan menimbulkan kendala dalam revegetasi.
Pembenahan tanah perlu dilakukan, salah satunya dengan penambahan
tanah bawah (sub soil) dan arang hayati (biocharcoal). Sub soil adalah lapisan
tanah yang berada di bawah lapisan tanah pucuk (top soil). Sub soil memiliki
karakteristik dan kesuburan yang lebih rendah dari pada top soil (Murtilaksono
dan Iskandar 2008). Di balik kualitas sub soil yang kurang baik dibandingkan top
soil, tetapi penggunaannya bisa menjadi alternatif untuk menggantikan top soil
yang ketersediaannya relatif sedikit sebagai media tanam tanaman keras (pohon).
Biocharcoal adalah arang hayati yang berasal dari sisa makhluk hidup. Arang
bermanfaat bagi perbaikan karakteristik dan kesuburan tanah (Gusmailina 2010).
Tempurung kelapa adalah bahan terbaik untuk membuat arang karena memiliki
mikropori yang banyak, kadar abu yang rendah, dan reaktivitas yang tinggi
(Pambayun et al. 2013).
Pemilihan jenis juga merupakan salah satu aspek yang menentukan
keberhasilan revegetasi. Pemilihan jenis mempertimbangkan karakertistik seperti
jenis pionir, katalitik, adaptif, dan cepat tumbuh (fast growing species). Jabon
(Anthocephalus cadamba) merupakan salah satu jenis yang memiliki karakteristik
tersebut. Jenis ini memiliki tajuk lebar, daun yang lebar, perakaran yang baik,
mampu beradaptasi dengan lingkungan tempat tumbuh, dan memiliki kemampuan
pruning sendiri. Hal tersebut bermanfaat bagi perbaikan kualitas tanah dan lahan.
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis dan menemukan jawaban mengenai
pengaruh penambahan sub soil dan arang tempurung kelapa terhadap
pertumbuhan semai jabon yang ditanam pada tanah bekas tambang pasir.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh penambahan sub soil
dan arang tempurung kelapa terhadap pertumbuhan dan perkembangan semai
jabon (A. cadamba) pada tanah bekas tambang pasir dan mengetahui dosis
penambahan sub soil dan arang tempurung kelapa yang optimal.

2
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menyediakan informasi mengenai
respon pertumbuhan semai jabon (A. cadamba) pada tanah bekas tambang pasir
dengan penambahan sub soil dan arang tempurung kelapa, sehingga dapat
bermanfaat sebagai rekomendasi kegiatan revegetasi pada lahan bekas tambang
pasir.

METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan mulai bulan April hingga Juli 2013 di rumah kaca
bagian Ekologi Hutan Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB,
Laboratorium Pengaruh Hutan Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB,
dan analisis tanah di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya
Lahan Fakultas Pertanian IPB. Sementara itu, lokasi pengambilan sampel tanah
bekas penambangan pasir dilakukan di Cimangkok, Kecamatan Sukalarang,
Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.

Alat dan Bahan Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah cangkul, sekop kecil,
timbangan (neraca analitik), mistar 60 cm, kaliper, tallysheet, alat tulis, alat hitung
(kalkulator), alat penyiram, kamera digital, timbangan digital, software Microsoft
Excel 2007, dan software SAS 9.1.3.
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian adalah semai jabon (A.
cadamba) berumur 3 bulan, tanah bekas tambang pasir darat, arang tempurung
kelapa, tanah lapisan bawah atau sub soil (pada kedalaman ± 40 cm), dan polybag
berukuran 20 cm x 20 cm.

Prosedur Penelitian
Penelitian dilaksanakan melalui beberapa tahapan yaitu persiapan,
penyapihan, pemeliharaan, pengamatan dan pengambilan data, serta rancangan
percobaan dan analisis data. Adapun uraian lengkap tahapan prosedur penelitian
adalah sebagai berikut.
Persiapan
Tahap persiapan meliputi persiapan media dan semai jabon. Media yang
dipersiapkan terdiri atas komposisi yang disusun dari bahan tanah bekas tambang
pasir (pasir), sub soil, dan arang tempurung kelapa dalam keadaan kering udara.
Media yang digunakan ditimbang dan dimasukkan ke dalam polybag. Komposisi

3
dan takaran media didasarkan pada perlakuan yang diberikan. Komposisi takaran
untuk kontrol adalah pasir dengan takaran 1000 g. Setelah itu ditentukan
komposisi takaran masing-masing adalah 250 g (sub soil) + 750 g (pasir), 500 g
(sub soil) + 500 g (pasir), dan 750 g (sub soil) + 250 g (pasir). Sementara untuk
bahan arang tempurung kelapa komposisi takarannya, masing-masing adalah 0
g/polybag (kontrol), 20 g/polybag, 40 g/polybag, dan 60 g/polybag. Semai yang
digunakan yaitu semai jabon berumur 3 bulan, memiliki tinggi dan diameter yang
relatif sama, serta bebas dari hama dan penyakit.
Penyapihan
Penyapihan merupakan pemindahan semai jabon dengan bola akarnya (root
ball) ke media yang telah dipersiapkan pada tahap sebelumnya. Penyapihan
dilakukan pada sore hari, tujuannya agar semai jabon tidak terlalu mengalami
stress dan mengurangi penguapan.
Pemeliharaan
Semai jabon yang telah disapih, kemudian ditempatkan di dalam rumah
kaca selama 3 bulan dan diatur sedemikian rupa sesuai dengan layout pada
Lampiran 1. Selain itu, dilakukan penyiraman pagi dan sore serta penyiangan
seperlunya dengan memperhatikan kondisi media tanam di dalam polybag.
Pengamatan dan Pengambilan Data
Pengambilan data didasarkan pada pengamatan terhadap beberapa peubah,
yaitu tinggi, diameter, berat basah total, dan berat kering total. Selain itu
dilakukaan pengukuran terhadap parameter nisbah pucuk akar dan indeks mutu
bibit.
Tinggi Semai. Pengukuran tinggi semai dilakukan tepat setelah penyapihan,
lalu dilakukan pengukuran setiap satu minggu sekali selama 3 bulan pengamatan.
Pengukuran dilakukan menggunakan mistar 60 cm dari pangkal batang yang telah
diberi tanda (1 cm dari permukaan media) hingga ujung pucuk apikal.
Diameter Semai. Pengukuran diameter semai dilakukan tepat setelah
penyapihan, lalu dilakukan pengkuran setiap satu minggu sekali selama 3 bulan
pengamatan. Pengukuran dilakukan menggunakan kaliper pada bagian pangkal
batang yang telah ditandai seperti pada pengukuran tinggi (1 cm di atas
permukaan media).
Berat Basah Total. Pengukuran berat basah total dilakukan pada akhir
pengamatan, yaitu minggu ke-12. Semai dipanen dan dipisahkan antara bagian
daun, batang, dan akar. Daun dan batang disatukan menjadi bagian pucuk
sementara akar dipisahkan, kemudian masing-masing ditimbang menggunakan
timbangan digital. Berat basah total merupakan penjumlahan antara berat basah
akar dan berat basah pucuk.
Berat Kering Total. Berat kering total diukur setelah bagian tanaman yang
terdiri dari bagian akar dan pucuk (daun dan batang) dioven pada suhu 80oC
selama 24 jam. Selanjutnya, kedua bagian tersebut ditimbang menggunakan

4
timbangan digital. Berat kering total diperoleh dari penjumlahan berat kering akar
dengan berat kering pucuk.
Nisbah pucuk akar (NPA). NPA dihitung berdasarkan perbandingan nilai
berat kering total pucuk dengan nilai kering total akar.
Indeks mutu bibit (IMB). IMB dihitung berdasarkan persamaan (Dickson
et al. 1960 dalam Susanti 2012; Yuniarti et al. 2004)
IMB =

Keterangan :
IMB
= Indeks mutu bibit
BKT
= Berat kering total (g)
BKP
= Berat kering pucuk (g)

BKA = Berat kering akar (g)
T
= Tinggi (cm)
D
= Diameter (cm)

Analisisi Unsur Hara
Analisis unsur hara yang terkandung di dalam media dilakukan pada akhir
pengamatan dengan empat sampel, yaitu masing-masing dari setiap perlakuan
dengan hasil pertumbuhan paling baik. Analisis unsur hara dilakukan di
Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian
IPB.

Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
rancangan acak lengkap (RAL) faktorial dengan dua faktor. Faktor pertama, yaitu
sub soil yang terdiri dari empat taraf. Faktor kedua, yaitu arang tempurung kelapa
yang terdiri dari empat taraf. Setiap faktor dirinci sebagai berikut.
Faktor pemberian sub soil (A), terdiri dari:
a0 = 0 g (sub soil) + 1000 g (pasir bekas tambang)
a1 = 250 g (sub soil) + 750 g (pasir bekas tambang)
a2 = 500 g (sub soil) + 500 g (pasir bekas tambang)
a3 = 750 g (sub soil) + 250 g (pasir bekas tambang)
Faktor pemeberian arang tempurung kelapa (B), terdiri dari:
b0 = 0 g (arang tempurung kelapa) + 1000 g (pasir bekas tambang)
b1= 20 g (arang tempurung kelapa) + 1000 g (pasir bekas tambang)
b2 =40 g (arang tempurung kelapa) + 1000 g (pasir bekas tambang)
b3= 60 g (arang tempurung kelapa) + 1000 g (pasir bekas tambang)
Adapun komposisi perlakuan dapat dilihat pada Tabel 1.

5
Tabel 1 Komposisi Perlakuan
Arang tempurung
kelapa
b0

b1

b2

b3

Ulangan
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3

Sub soil dan pasir bekas tambang
a0
a1
a2
a0b0-1
a1b0-1
a2b0-1
a0b0-2
a1b0-2
a2b0-2
a0b0-3
a1b0-3
a2a0-3
a0b1-1
a1b1-1
a2b1-1
a0b1-2
a1b1-2
a2b1-2
a0b1-3
a1b1-3
a2b1-3
a0b2-1
a1b2-1
a2b2-1
a0b2-2
a1b2-2
a2b2-2
a0b2-3
a1b2-3
a2b2-3
a0b3-1
a1b3-1
a2b3-1
a0b3-2
a1b3-2
a2b3-2
a0b3-3
a1b3-3
a2b3-3

a3
a3b0-1
a3b0-2
a3b0-3
a3b1-1
a3b1-2
a3b1-3
a3b2-1
a3b2-2
a3b2-3
a3b3-1
a3b3-2
a3b3-3

Data yang diperoleh berdasarakan pengamatan dan pengukuran, kemudian
dianalisis dengan menggunakan model linier:
Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij+ εijk
dimana :
Yijk
: Nilai respon dari pengamatan pada faktor A (sub soil dan pasir bekas
tambang) taraf ke-i, faktor B (arang tempurung kelapa) taraf ke-j dan
ulangan ke-k.
µ
: Nilai rataan umum.
αi
: Pengaruh perlakuan pemberian sub soil ke-i.
βj
: Pengaruh perlakuan pemeberian arang tempurung kelapa ke-j.
(αβ)ij : Pengaruh interaksi faktor sub soil pada taraf ke-i dengan faktor arang
tempurung kelapa pada taraf ke-j.
εijk
: Pengaruh acak faktor sub soil pada taraf ke-i dengan faktor arang
tempurung kelapa pada taraf ke-j dan ulangan ke-k.
i
: Campuran sub soil dan pasir (1000 pasir + 0 g sub soil, 750 g pasir +
250 g sub soil, 500 g pasir + 500 g sub soil, 250 g pasir + 750 g sub
soil).
j
: Arang tempurung kelapa dengan dosis (0 g, 20 g, 40 g, dan 60 g).
k
: Ulangan 1, 2dan 3.

Analisis Data
Untuk mengetahui pengaruh perlakuan dalam penelitian ini, dilakukan sidik
ragam dengan uji F. Data diolah menggunakan software SAS 9.1.3, jika:
a. Nilai P-value > α (0,05), maka perlakuan tidak memberikan pengaruh
nyata terhadap tinggi, diameter, berat basah total, berat kering total, NPA,
dan IMB.
b. Nilai P-value < α (0,05), maka perlakuan memberikan pengaruh nyata
terhadap tinggi, diameter, berat basah total, berat kering total, NPA, dan
IMB lalu dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan’s Multiple Range Test.

6

HASIL DAN PEMBAHASAN
Pertumbuhan adalah pertambahan volume dan massa tanaman. Pertambahan
volume ditunjukkan oleh pertumbuhan primer dan sekunder. Pertumbuhan primer
terjadi pada jaringan meristem (ujung pucuk dan akar) berupa pertambahan tinggi
(vertikal). Pertumbuhan sekunder terjadi pada jaringan kambium dan ditunjukkan
oleh pertambahan diameter (horizontal) (Darmawan dan Baharsjah 2010). Berat
basah total dan berat kering total merupakan indikator pertambahan massa dalam
pertumbuhan tanaman. Nisbah pucuk akar dan indeks mutu bibit dapat digunakan
sebagai indikator yang menggambarkan kualitas semai berdasarkan kemampuan
adaptasinya terhadap lingkungan.
Hasil sidik ragam pengaruh penambahan sub soil dan arang tempurung
kelapa terhadap pertumbuhan semai jabon disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh penambahan sub soil dan arang
tempurung kelapa terhadap pertumbuhan semai jabon
Parameter
Tinggi
Diameter
BBT
BKT
NPA
IMB

Sub Soil
0,0036*
0,219tn
< 0,0001*
0,0071*
0,3807tn
0,003*

Perlakuan
Arang
0,042*
0,862tn
0,4014tn
0,1691tn
0,0526tn
0,074tn

Sub Soil x Arang
0,0182*
0,082tn
0,0003*
0,0441*
0,2062tn
0,018*

Angka-angka dalam tabel adalah nilai signifikan.
* = perlakuan berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95% dengan nilai signifikan (P-value) <
0,05 (α).
tn = perlakuan tidak berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95% dengan nilai signifikan (Pvalue) > 0,05 (α).

Berdasarkan penelitian diketahui bahwa penambahan sub soil dan arang
tempurung kelapa berpengaruh nyata terhadap tinggi, berat basah total (BBT),
berat kering total (BKT), dan indeks mutu bibit (IMB). Namun penambahan sub
soil dan arang tempurung kelapa tidak berpengaruh nyata terhadap diameter dan
nisbah pucuk akar (NPA).

Pengaruh Penambahan Sub Soil dan Arang Tempurung Kelapa terhadap
Tinggi dan Diameter
Uji Duncan pengaruh penambahan sub soil dan arang tempurung kelapa
terhadap tinggi semai jabon pada Tabel 3 menunjukkan bahwa a2b2 (penambahan
sub soil 500 g dan arang tempurung kelapa 40 g) menghasilkan respon
pertumbuhan tinggi terbaik. Perlakuan ini tidak berbeda nyata dengan perlakuan
a3b1 (penambahan sub soil 750 g dan arang tempurung kelapa 20 g), a0b1
(penambahan sub soil 0 g dan arang tempurung kelapa 20 g), dan a2b1
(penambahan sub soil 500 g dan arang tempurung kelapa 20 g). Perlakuan a0b1

7
(penambahan sub soil 0 g dan arang tempurung kelapa 20 g) juga mampu
memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan semai jabon pada media bekas
tambang pasir. Hal tersebut mengindikasikan bahwa tanpa penambahan sub soil,
semai jabon masih bisa tumbuh pada media bekas tambang pasir. Fakta ini
menunjukkan bahwa jabon merupakan jenis pionir dan adaptif terhadap kondisi
lingkungan yang relatif marginal. Mulyana et al. (2011) menyatakan bahwa jabon
merupakan jenis pionir yang memiliki kemampuan adaptasi relatif baik terhadap
kondisi lingkungan yang kurang mendukung.
Respon pertumbuhan tinggi terendah ditunjukkan pada perlakuan a1b1
(penambahan sub soil 250 g dan arang tempurung kelapa 20 g) yang tidak berbeda
nyata dengan perlakuan a0b3 (penambahan sub soil 0 g dan arang tempurung
kelapa 60 g), dan a3b0 (penambahan sub soil 750 g dan arang tempurung kelapa 0
g). Peningkatan masing-masing perlakuan terhadap kontrol, yaitu a1b1 (-33,340)
a0b3 (-29,085%), dan a3b0 (-18,447). Hal tersebut menunjukkan bahwa pada
dasarnya penambahan sub soil saja atau arang tempurung kelapa saja tidak akan
optimal bagi pembenahan karakteristik tanah dan daya dukungnya terhadap
pertumbuhan semai jabon pada tanah bekas tambang pasir. Selain itu,
penambahan sub soil dan arang tempurung kelapa tunggal dengan dosis terlalu
tinggi diduga justru berpotensi mengganggu pertumbuhan semai jabon (tanaman).
Tabel 3 Hasil uji Duncan pengaruh penambahan sub soil dan arang tempurung
kelapa terhadap tinggi semai jabon
Perlakuan

Rata-rata pertumbuhan tinggi (cm)

a2b2
a3b1
a0b1
a2b1
a0b2
a2b3
a0b0
a2b0
a1b3
a3b2
a3b3
a1b2
a1b0
a3b0
a0b3
a1b1

6,500 a
5,800 ab
5,367 abc
5,200 abc
4,900 bcd
4,733 bcde
4,700 bcde
4,367 bcde
4,133 cde
4,067 cde
4,067 cde
4,000 cde
3,933 cde
3,833 cde
3,333 de
3,133 e

% Peningkatan terhadap
kontrol
38,298
23,404
14,191
10,638
4,255
0,702
0,000
-7,085
-12,064
-13,468
-13,468
-14,894
-16,319
-18,447
-29,085
-33,340

Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda nyata pada selang
kepercayaan 95%.

Pada hakikatnya, pertumbuhan tanaman akan lebih optimal pada kondisi
media (tanah) yang optimal. Penambahan sub soil tentu akan membantu
memperbaiki sifat tanah bekas tambang pasir yang marginal dari aspek sifat fisik,

8
kimia dan biologi tanah. Berdasarkan hal tersebut, maka penambahan sub soil
pada media bekas tambang pasir diperlukan untuk tujuan amandemen tanah serta
mendukung pertumbuhan tanaman dalam jangka panjang. Dengan demikian,
maka perlakuan a2b2 (penambahan sub soil 500 g dan arang tempurung kelapa 40
g) yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan a2b1 (penambahan sub soil 500 g
dan arang tempurung kelapa 20 g) merupakan perlakuan yang paling optimal serta
memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan tinggi semai jabon pada media
bekas tambang pasir dengan respon paling baik.
Penambahan sub soil pada media bekas tambang pasir memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap perbaikan kualitas tanah dan mendukung
pertumbuhan tinggi semai jabon. Murtilaksono dan Iskandar (2008) menyatakan
bahwa meskipun lebih rendah dari top soil, sub soil masih memiliki kadungan Corganik, kapasitas tukar kation, kemantapan agregat, dan kesuburan tanah.
Selain itu, penambahan arang hayati juga berperan dalam perbaikan
karakteristik media tanah bekas tambang pasir dan mendukung pertumbuhan
tinggi semai jabon. Gani (2010) menyatakan bahwa arang hayati bersifat porous,
berasal dari pembakaran bahan organik yang tidak sempurna. Arang hayati
merupakan bahan alami yang berguna dalam amandemen tanah.
Sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan penambahan sub soil dan arang
tempurung kelapa tidak berpengaruh nyata terhadap diameter semai jabon.
Pertumbuhan diameter merupakan pertumbuhan sekunder dan umumnya terjadi
pada saat tanaman sudah dewasa dan sudah tidak mengalami pertumbuhan primer.
Hal tersebut diduga berhubungan dengan pertumbuhan tinggi yang lebih dominan
pada fase semai, karena pada fase ini sel-sel pada jaringan meristem lebih aktif
membelah. Dugaan ini didasarkan pada alasan bahwa pada fase semai,
pertumbuhan pucuk (untuk fotosintesis) dan perakaran (untuk penyerapan hara)
akan diutamakan, karena bagian tersebut memiliki fungsi yang sangat mendasar
bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman dalam jangka panjang seperti
diameter, berat basah, dan berat kering.

Pengaruh Penambahan Sub Soil dan Arang Tempurung Kelapa terhadap
Berat Basah Total dan Berat Kering Total
Berat basah menggambarkan aktivitas metabolisme, karena berkaitan
dengan kadar air, unsur hara, dan hasil metabolisme tanaman (Sitompul dan
Guritno 1995). Berat basah total memiliki keterkaitan yang mendasar dengan
berat kering total, karena berkaitan dengan akumulasi dari sintesis hasil
metabolisme yang digunakan untuk pertumbuhan tanaman. Wulandari dan Susanti
(2012) menyatakan bahwa berat kering tanaman menunjukkan proses fisiologis
tanaman yang efisien. Berat kering total merupakan berat kering tanaman tanpa
kadar air, sehingga menggambarkan biomassa sebagai hasil dari metabolisme.
Putri dan Nurhasybi (2010) menyatakan bahwa semakin tinggi berat kering total
menggambarkan kualitas pertumbuhan semai semakin baik. Uji Duncan pengaruh
penambahan sub soil dan arang tempurung kelapa terhadap berat basah total dan
berat kering total semai jabon disajikan pada Tabel 4 dan Tabel 5.

9
Tabel 4 Hasil uji Duncan pengaruh penambahan sub soil dan arang tempurung
kelapa terhadap berat basah total semai jabon
Perlakuan

Rata-rata berat basah total (g)

a2b1
a3b0
a2b2
a2b0
a3b3
a0b1
a0b2
a2b3
a3b2
a1b3
a3b1
a0b0
a1b0
a0b3
a1b2
a1b1

35,333 a
26,333 b
24,000 bc
24,000 bc
23,333 bc
22,667 bc
22,333 bc
22,000 bc
20,333 bcd
19,667 bcd
18,000 cd
17,667 cd
17,000 cd
15,000 d
14,333 d
13,333 d

% Peningkatan terhadap
kontrol
99,994
49,052
35,846
35,846
32,071
28,301
26,411
24,526
15,090
11,321
1,885
0,000
-3,775
-15,096
-18,871
-24,532

Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda nyata pada selang
kepercayaan 95%.

Tabel 5 Hasil uji Duncan pengaruh penambahan sub soil dan arang tempurung
kelapa terhadap berat kering total semai jabon
Perlakuan

Rata-rata berat kering total (g)

a2b1
a2b2
a0b0
a1b0
a3b0
a0b2
a2b0
a2b3
a0b1
a3b3
a3b2
a1b3
a0b3
a3b1
a1b2
a1b1

11,333 a
9,667 ab
8,333 abc
8,333 abc
8,333 abc
7,667 abcd
7,667 abcd
7,333 abcd
7,000 abcd
6,667 abcd
6,667 abcd
6,333 bcd
4,000 cd
3,667 cd
3,667 cd
3,333 d

% Peningkatan terhadap
control
36,001
16,009
0,000
0,000
0,000
-7,992
-7,992
-12,000
-15,997
-19,993
-19,993
-24,001
-51,998
-55,994
-55,994
-60,002

Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda nyata pada selang
kepercayaan 95%.

10
Perlakuan a2b1 (penambahan sub soil 500 g dan arang tempurung kelapa 20
g) memberikan respon terbaik. Persentase peningkatan rata-rata terhadap kontrol
relatif tinggi, yaitu 99,994% untuk berat basah total dan 36,001% untuk berat
kering total. Fakta ini menunjukkan bahwa perlakuan a2b1 (penambahan sub soil
500 g dan arang tempurung kelapa 20 g) mampu mendukung perkembangan
massa semai jabon secara optimal. Selain itu, perlakuan ini juga diduga mampu
memperbaiki karakteristik media tanah bekas tambang pasir. Dugaan tersebut
didasarkan pada indikasi perkembangan berat basah total dan berat kering total
dengan respon terbaik, sehingga menunjukkan perbaikan aerasi dan ketersediaan
unsur hara pada media tanah bekas tambang pasir.
Respon perkembangan berat basah total dan berat kering total terendah
ditunjukkan oleh perlakuan a1b1 (penambahan sub soil 250 g dan arang
tempurung kelapa 20 g) dengan peningkatan terhadap kontrol masing-masing
adalah -24,532% untuk berat basah total dan -60,002% untuk berat kering total.
Hal ini diduga disebabkan oleh penambahan sub soil 250 g kurang optimal
dikombinasikan dengan penambahan arang tempurung kelapa 20 g. Sub soil
memiliki fraksi debu dan liat dalam teksturnya (Murtilaksono dan Iskandar 2008).
Fraksi debu dan liat merupakan fraksi yang memiliki luas permukaan paling luas
dalam tekstur tanah. Fraksi halus memiliki kemampuan paling baik menahan air
dan menjerap unsur hara. Penjerapan air dan unsur hara juga dapat dilakukan oleh
arang tempurung kelapa, karena memiliki porositas dan adsorpsi yang tinggi. Hal
tersebut diduga merupakan faktor yang menyebabkan semai jabon justru
mengalami kekurangan air dan unsur hara bagi pertumbuhannya.
Pengaruh Penambahan Sub Soil dan Arang Tempurung Kelapa terhadap
Nisbah Pucuk Akar dan Indeks Mutu Bibit
Sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan penambahan sub soil dan arang
tempurung kelapa tidak berpengaruh nyata terhadap nisbah pucuk akar (NPA)
semai jabon. Adapun rata-rata NPA semai jabon disajikan pada Gambar 1.
5,7

Nisbah pucuk akar

6
5

4,2

4
3
2

3,0 3,0

2,6

4,1
3,4

2,8 2,7 2,8

2,7

1,9
1,3

1,3

1,6

1,1

1
0
Perlakuan penambahan sub soil dan arang tempurung kelapa

Gambar 1 Rata-rata nisbah pucuk akar (NPA) semai jabon pada seluruh perlakuan
penambahan sub soil(a) dan arang tempurung kelapa (b)
Nisbah pucuk akar merupakan perbandingan antara bagian pucuk dengan
bagian akar tanaman. Nilai NPA menunjukkan kemampuan akar menyerap air dan

11
hara dari tanah untuk mendukung laju fotosintesis dan transpirasi pada bagian
pucuk tanaman (Wulandari dan Susanti 2012). Semai jabon pada seluruh
perlakuan penambahan sub soil dan arang tempurung kelapa memiliki NPA antara
1,1-5,7. NPA dapat dijadikan sebagai indikator untuk menentukan kesuburan
media (Frianto 2007). Berdasarkan hal tersebut, maka NPA dapat
menggambarkan kondisi hara dan air dalam media (tanah) yang mempengaruhi
kemampuan akar menjerap air dan hara. NPA yang besar menunjukkan
ketersediaan air dan hara bagi tanaman relatif optimal, akibatnya pertumbuhan
bagian pucuk akan lebih dominan. Sebaliknya, NPA yang kecil menunjukkan air
dan unsur hara yang tersedia relatif lebih rendah, akibatnya perkembangan akar
akan menjadi lebih dominan untuk meningkatkan jerapan air dan hara oleh
tanaman.
Nilai indeks mutu bibit (IMB) diperoleh dari beberapa parameter
pertumbuhan seperti tinggi, diameter, berat kering pucuk, berat kering akar,dan
berat kering total. IMB digunakan untuk mengetahui kualitas semai dari
kemampuan adaptasinya terhadap lingkungan. Yuniarti et al. (2004) menyatakan
bahwa semakin tinggi nilai IMB, maka semakin tinggi kualitasnya dan begitu juga
sebaliknya. Penelitian Wulandari dan Susanti (2012) menyatakan bahwa semai
jabon yang memiliki nilai IMB > 0,09 memiliki kualitas baik karena relatif dapat
beradaptasi dengan baik di lapang. Tabel 6 menunjukkan hasil uji Duncan
pengaruh penambahan sub soil dan arang tempurung kelapa terhadap IMB semai
jabon.
Tabel 6 Hasil uji Duncan pengaruh penambahan sub soil dan arang tempurung
kelapa terhadap IMB semai jabon
Perlakuan

Rata-rata indeks mutu bibit (IMB)

a2b1
a0b0
a3b0
a2b2
a2b0
a2b3
a1b0
a0b2
a3b3
a3b2
a0b1
a1b3
a3b1
a0b3
a1b1
a1b2

0,360 a
0,273 ab
0,270 ab
0,245 ab
0,224 bc
0,223 bc
0,222 bc
0,221 bc
0,205bc
0,186 bc
0,181 bc
0,171 bc
0,106 c
0,105 c
0,099 c
0,093 c

% Peningkatan terhadap
kontrol
31,868
0,000
-1,099
-10,256
-17,949
-18,315
-18,681
-19,048
-24,908
-31,868
-33,700
-37,363
-61,172
-61,538
-63,736
-65,934

Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda nyata pada selang
kepercayaan 95%.

12

Tinggi (cm)

Berdasarkan penelitian diketahui bahwa seluruh perlakuan memberikan
respon baik terhadap kemampuan adaptasi lingkungan dari semai jabon. Hal
tersebut ditunjukkan oleh rata-rata nilai IMB > 0,09 untuk semua perlakuan.
Berdasarkan uji Duncan perlakuan a2b1 (penambahan sub soil 500 g dan arang
tempurung kelapa 20 g) memberikan pengaruh terbaik pada IMB dengan
peningkatan terhadap kontrol mencapai 31,868%. Adapun nilai rata-rata IMB
perlakuan a2b1 mencapai 0,360. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan a2b1
(penambahan sub soil 500 g dan arang tempurung kelapa 20 g) mampu
meningkatkan kemampuan adaptasi semai jabon yang ditanaman pada media
bekas tambang pasir. Kualitas semai terendah ditunjukkan oleh perlakuan a1b2
(penambahan sub soil 250 g dan arang tempurung kelapa 40 g) dengan
peningkatan terhadap kontrol sebesar -65,934%. Hal tersebut diduga akibat dosis
arang yang lebih tinggi, sehingga daya adsorpsinya terlalu kuat terhadap air tanah,
bahan organik dan unsur hara yang terkandung di dalam sub soil. Kondisi tersebut
mengakibatkan akar relatif kekurangan air dan hara bagi pertumbuhannya.
Grafik laju pertumbuhan tinggi dan diameter semai jabon dapat dilihat pada
Gambar 2 dan Gambar 3.
30

20

a0b0

10

a0b1

0

a0b2
1

2

3

4

5
6
7
8
9
Waktu (Minggu ke-)

10

11

12

a2b0

Tinggi (cm)

30
20
a0b0
10

a2b1

0

a2b2
1

2

3

4

5
6
7
8
9
Waktu (Minggu ke-)

10

11

12

Gambar 2 Grafik laju pertumbuhan tinggi (cm) semai jabon pada berbagai
kombinasi perlakuan sub soil (a) dan arang tempurung kelapa (b)
Gambar 2 menunjukkan peningakatan laju pertumbuhan tinggi semai jabon
setiap minggu selama 3 bulan penelitian. Perlakuan a2b1 (penambahan sub soil
500 g dan arang tempurung kelapa 20 g) menunjukkan respon pertumbuhan tinggi
yang relatif konstan peningkatannya. Peningkatan laju pertumbuhan tinggi
tersebut diduga akibat interaksi penambahan sub soil dan arang tempurung kelapa.
Berdasarkan penelitian ini diketahui bahwa pemberian sub soil dan arang
tempurung kelapa pada tanah bekas tambang pasir mampu memberikan pengaruh
terhadap pertumbuhan semai jabon yang optimal.

Diameter (cm)

Diameter (cm)

13
1,0
a0b0

0,5

a0b1

a0b2

0,0
1

2

3

4

5
6
7
8
9
Waktu (Minggu ke-)

10

11

12

a2b0

1,0
a0b0

0,5

a2b1
0,0
1

2

3

4

5
6
7
8
9
Waktu (Minggu ke-)

10

11

12

a2b2

Gambar 3 Grafik laju pertumbuhan diameter (cm) semai jabon pada berbagai
kombinasi perlakuan sub soil (a) dan arang tempurung kelapa (b)
Gambar 3 menunjukkan grafik pertumbuhan diameter semai jabon selama 3
bulan penelitian. Pertumbuhan diameter yang ditunjukkan oleh semai jabon dalam
penelitian ini tidak seperti pertumbuhan diameter pada fase pohon, karena
pertumbuhan diameter pada fase pohon adalah pertumbuhan sekunder.
Pertumbuhan diameter pada semai lebih berkaitan dengan perkembangan dan
pertumbuhan sel pada jaringan meristem yang senantiasa mebelah dan membesar
sesuai dengan tahap pertumbuhan primer.
Pertumbuhan diameter semai jabon menunjukkan dinamika yang bervariasi.
Namun pada perlakuan a2b1 (pemberian sub soil 500 g dan arang tempurung
kelapa 20 g) dan a2b2 (pemberian sub soil 500 g dan arang tempurung kelapa 40
g) menunjukkan pertumbuhan diameter yang relatif meningkat secara konstan.
Fakta dalam penelitian tersebut mengindikasikan bahwa pemberian sub soil dan
arang tempurung kelapa mampu memberikan pengaruh positif bagi perbaikan
karakteristik tanah pada media tanah bekas tambang pasir. Kondisi demikian akan
mendukung pertumbuhan semai jabon, seperti tinggi dan diameter. Apabila
pertumbuhan tinggi dan diameter saja menunjukkan respon positif, maka
biomassa (berat basah dan berat kering) akan menunjukkan respon yang positif
juga.
Pertumbuhan tinggi, diameter, dan biomassa yang baik akan menentukan
IMB yang baik di lapangan. Tanah bertekstur sedang (loam) merupakan tekstur
tanah terbaik bagi pertumbuhan tanaman (Indranada 1989). Loam adalah tanah
yang tidak didominasi oleh salah satu fraksi tekstur tanah. Berdasarkan hal
tersebut, maka loam memiliki fraksi kasar (pasir) dan fraksi halus (debu dan liat)
yang seimbang. Fraksi kasar bermanfaat bagi perbaikan aerasi dan drainase tanah,
sehingga sangat bermanfaat bagi pasokan air dan udara bagi perakaran. Selain itu
fraksi kasar juga penting bagi daya topang perakaran. Di sisi lain, fraksi halus
memiliki kemampuan yang efektif dalam menahan air dan unsur hara yang

14
bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman. Gambar 4 menunjukkan hasil
pertumbuhan semai jabon pada berbagai perlakuan dengan respon yang terbaik.

a0b0

a0b1

a2b0

a2b1

a0b0

a0b1

a2b0

a2b1

Gambar 4 Pertumbuhan dan perkembangan semai jabon terbaik pada beberapa
perlakuan penambahan sub soil dan arang tempurung kelapa

Gambar 4 menunjukkan bahwa penambahan sub soil 500 g (a2b0),
penambahan arang tempurung kelapa 20 g (a0b1), dan interakasi (kombinasi)
penambahan keduanya (a2b1) pada tanah bekas tambang pasir memberikan
respon pertumbuhan dan perkembangan semai jabon yang lebih dibandingkan
dengan perlakuan kontrol (a0b0). Hal tersebut mengindikasikan bahwa
penambahan sub soil dan arang tempurung kelapa dapat memperbaiki
karaktersitik tanah bekas tambang pasir yang marjinal, sehingga mendukung
pertumbuhan semai jabon lebih optimal.

Analisis Kimia Tanah
Kimia tanah adalah sifat tanah yang berkaitan dengan pH, KTK, dan unsur
hara tanah. Pada dasarnya, pertumbuhan tanaman dipengaruhi faktor internal dan
eksternal (lingkungan) diantaranya kimia tanah. Analisis kimia tanah digunakan
untuk mengetahui kondisi unsur hara tanah. Tanah bekas tambang pasir umumnya
memiliki karakteristik fisik dan kimia tanah yang tidak optimal bagi pertumbuhan
tanaman
Berdasarkan analisis kimia tanah, diketahui bahwa tanah bekas tambang
pasir dalam penelitian ini memiliki kemasaman yang tinggi, KTK yang rendah, Corganik rendah, unsur hara yang rendah, dan tekstur tanah didominasi oleh pasir.
Hal tersebut ditunjukkan oleh hasil analisis kimia tanah pada perlakuan a0b0.
Penambahan arang tempurung kelapa melalui perlakuan a0b1 juga mampu
memperbaiki tanah, diantaranya meningkatkan beberapa unsur hara makro (P) dan
mikro (Fe, Cu, dan Mn), serta meningkatan nisbah fraksi liat. Selain itu,
penambahan sub soil melalui perlakuan a2b0 juga mampu meperbaiki
karakteristik tanah seperti meningkatkan pH, C-organik, N-total, dan unsur hara
makro maupun mikro. Pada perlakuan a2b1 menunjukkan respon yang baik
terhadap perbaikan kualitas tanah dan pertumbuhan semai jabon. Perlakuan ini
dapat meningkatkan pH, KTK, C-organik, N-total, unsur hara makro dan mikro,
serta memperbaiki tekstur tanah menjadi lebih baik dan seimbang. Kondisi fisik
dan kimia tanah yang positif diharapkan mampu mendukung perkembangan
kehidupan biologi di dalam tanah. Hal tersebut tentunya akan sangat bermanfaat

15
bagi pertumbuhan tanaman. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 7 yang
menyajikan hasil analisis kimia tanah terhadap media kontrol dan media dengan
perlakuan penambahan sub soil dan arang tempurung kelapa dengan respon
pertumbuhan semai jabon terbaik.
Tabel 7 Hasil analisis kimia tanah
Parameter
pH
C-org (%)
N-Total (%)
P Bray I (ppm)
P HCl 25% (ppm)
Ca (me/100g)
Mg (me/100g)
K (me/100g)
Na (me/100g)
KTK (me/100g)
KB (%)
Al (me/100g)
H (me/100g)
Fe (ppm)
Cu (ppm)
Zn (ppm)
Mn (ppm)
Tekstur
Pasir (%)
Debu (%)
Liat (%)

Perlakuan
a0b0
4,5
0,43
0,04
18,3
225,3
0,53
0,46
0,32
0,87
4,66
46,8
0,99
0,24
36,93
0,5
0,38
3,71

a0b1
4,5
0,36
0,04
32,5
362,8
0,4
0,43
0,51
1,43
4,58
60,5
0,8
0,24
42,09
0,8
0,38
5,44

a2b0
5,1
2,32
0,16
20,8
246,2
0,9
0,6
0,41
0,87
9,55
29,1
1,57
0,44
17,72
0,53
1,01
22,33

a2b1
5
2,02
0,14
13,3
168
0,82
1,11
0,58
1,3
8,4
45,3
1,36
0,44
12,56
1,89
0,79
9,32

86,34
9,63
4,03

86,42
8,94
4,64

41,53
37,2
21,27

43,72
35,91
20,37

Penambahan sub soil membantu memperbaiki kandungan unsur hara pada
media bekas tambang pasir, karena sub soil masih memiliki kandungan unsur hara
walaupun lebih rendah daripada top soil. Selain itu, arang berperan dalam
perbaikan sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Bahkan arang dapat menyediakan
habitat bagi mikroba (bukan sebagai bahan makanan) (Santi dan Goenadi 2010).
Gani (2010) menyatakan bahwa dalam jangka waktu yang lama, arang mampu
menjaga keseimbangan beberapa unsur hara tanah seperti Karbon (C) dan
Nitrogen (N). Arang juga memiliki kemampuan mengadsorbsi air dan kation lebih
besar daripada bahan organik biasa, mampu meningkatkan jerapan unsur P,
meningkatkan KTK dan pH tanah.
Hardjowigeno (2003) menyatakan bahwa pH, KTK, dan tekstur tanah
sangat mempengaruhi kandungan unsur hara dalam tanah. Kondisi tersebut juga
mempengaruhi kemampuan perakaran menyerap air dan unsur hara bagi
pertumbuhannya.

16

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Penambahan sub soil dan arang tempurung kelapa pada media tanah bekas
tambang pasir memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan semai jabon.
Perlakuan penambahan sub soil dan arang tempurung kelapa berpengaruh nyata
terhadap hampir semua parameter, kecuali diameter dan nisbah pucuk akar.
Penambahan sub soil dan arang tempurung kelapa tidak dapat dilakukan secara
tunggal untuk memperoleh hasil pertumbuhan yang optimal. Kombinasi dosis
penambahan terbaik bagi pertumbuhan semai jabon pada media tanah bekas
tambang pasir, yaitu kombinasi 500 g sub soil dan 20 g arang tempurung kelapa.

Saran
Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap
semai yang ditanam di lapang (lahan bekas tambang pasir). Pemupukan berupa
penambahan kompos perlu dilakukan dengan tujuan optimalisasi amandemen
tanah dan daya dukung pertumbuhan tanaman, sehingga perlu dikaji lebih lanjut.
Adanya informasi dan analisis karaktersitik tanah sebelum penanaman merupakan
hal yang perlu dilakukan sebelum melakukan penanaman.

DAFTAR PUSTAKA
Darmawan J, Baharsjah JS. 2010. Dasar-Dasar Fisiologi Tanaman. Jakarta (ID):
SITC.
Frianto D. 2007. Aplikasi arang kompos pada media sapih dan pengaruhnya
terhadap pertumbuhan (Hopea odorata) di persemaian. Riau (ID): Balai
Penelitian Hutan Penghasil Serat.
Gani A. 2010. Multiguna Arang-Hayati Biochar. Subang (ID): Balai Besar
Penelitian Tanaman Padi.
Gusmailina. 2010. Pengaruh arang kompos bioaktif terhadap pertumbuhan anakan
bulian (Eusyderoxylon zwageri) dan gaharu (Aquilaria malaccensis). Bogor
(ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan.
Hardjowigeno S. 2003. Ilmu Tanah. Jakarta (ID): Akademika Pressindo.
Indranada HK. 1989. Pengelolaan Kesuburan Tanah. Semarang (ID): Bina
Aksara.

17
Maryani IS. 2007. Dampak penambangan pasir pada lahan hutan alam terhadap
sifat fisik, kimia, dan biologi tanah [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor.
Mulyana D, Asmarahman C, Fahmi I. 2011. Bertanam Jabon. Jakarta (ID):
AgroMedia Pustaka.
Murtilaksono K, Iskandar. 2008. Recovery sumberdaya alam paska eksploitasi
guna mencegah erosi (teknologi konservasi tanah dan air pada tambang
migas). Semarang (ID): Forum Teknologi K3LL PT. Pertamina (Persero).
Pambayun GS, Yulianto RYE, Rachimoellah M, Putri EMM. 2013. Pembuatan
karbon aktif dari arang tempurung kelapa dengan aktivator ZnCl2 dan NaCO3
sebagai adsorben untuk mengurangi kadar fenol dalam air limbah. Jurnal
Teknik Pomits. 2(1):116-120.
Putri KP, Nurhasybi. 2010. Pengaruh jenis media organik terhadap kualitas bibit
takir (Duabanga moluccana). Jurnal Penelitian Hutan Tanaman. 7(3):141146.
Santi LP, Goenadi DH. 2010. Pemanfaatan biochar sebagai pembawa mikroba
untuk pemantap agregat tanah ultisol dari Taman Bogo-Lampung. Bogor
(ID): Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan.
Sitompul SM, Guritno B. 1995. Analisa Pertumbuhan Tanaman. Yogyakarta
(ID): Gadjah Mada University Press.
Susanti S. 2012. Aplikasi pupuk daun organik untuk meningkatkan pertumbuhan
bibit jabon (Anthocephalus cadamba Roxb. Miq.) [skripsi]. Bogor (ID):
Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Utami NH. 2009. Kajian sifat fisik, sifat kimia, dan sifat biologi tanah paska
tambang galian c pada tiga penutupan lahan (studi kasus pertambangan pasir
(galian c) di Desa Gumulung Tonggoh, Kecamatan Astanajapura, Kabupaten
Cirebon, Provinsi Jawa Barat) [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor.
Wulandari AS, Susanti S. 2012. Aplikasi pupuk daun organik untuk
meningkatkan pertumbuhan bibit jabon (Anthocephalus cadamba Roxb.
Miq.). Jurnal Silvikultur Tropika. 3(2):137-142.
Yuniarti N, Heryati Y, Rostiwati T. 2004. Pengaruh media tanam dan frekuensi
pemupukan kompos terhadap pertumbuhan dan mutu bibit damar (Agathis
loranthifolia Salisb.). Jurnal Agronomi. 9(2):59-66.

18
Lampiran 1 Hasil sidik ragam setiap parameter pertumbuhan semai jabon
Hasil sidik ragam parameter pertumbuhan tinggi
Sumber keragaman

Db

JK

KT

Sub Soil
Arang Tempurung Kelapa
Sub Soil x Arang Temp.Kelapa
Galat
Total

3
3
9
32
47

11,868
6,574
17,431
22,887
58,759

3,956
2,191
1,937
0,715

F
hitung

F Tabel

P