Pengaruh Pemberian Kompos dan Arang Kayu terhadap Pertumbuhan Semai Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb. Miq.) pada Media Bekas Tambang Pasir

PENGARUH PEMBERIAN KOMPOS DAN ARANG KAYU TERHADAP
PERTUMBUHAN SEMAI JABON (Anthocephalus cadamba Roxb. Miq.)
PADA MEDIA BEKAS TAMBANG PASIR

DWI ATRI INDRIANA

DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Pemberian
Kompos dan Arang Kayu terhadap Pertumbuhan Semai Jabon (Anthocephalus
cadamba Roxb. Miq.) pada Media Bekas Tambang Pasir adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir

skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2013
Dwi Atri Indriana
NIM E44090042

ABSTRAK
DWI ATRI INDRIANA. Pengaruh Pemberian Kompos dan Arang Kayu terhadap
Pertumbuhan Semai Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb. Miq) pada Media
Bekas Tambang Pasir. Dibimbing oleh BASUKI WASIS
Penambangan pasir dapat menyebabkan jumlah pasir berkurang, polusi
udara, rusaknya jalan, dan penurunan kualitas air. Penambangan pasir akan
menghasilkan limbah berupa bekas tambang pasir. Pasir memiliki karakteristik
rendah unsur hara, kurang menahan air, dan porous. Hal ini merupakan kendala
untuk melakukan revegetasi di lahan penambangan yaitu kondisi lahan yang tidak
sesuai bagi pertumbuhan tanaman. Kegiatan revegetasi dilakukan untuk
mengetahui pertumbuhan tanaman pada media bekas tambang pasir. Pemilihan
jenis pohon sangat penting dalam keberhasilan revegetasi pada media bekas
tambang pasir. Jabon (A. cadamba) merupakan jenis cepat tumbuh pada waktu

muda dan dapat tumbuh di segala macam tanah. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap dengan dua faktorial yaitu faktor
pertama adalah kompos dan faktor kedua adalah arang kayu. Parameter yang
digunakan dalam penelitian ini adalah tinggi, diameter, dan berat kering total.
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa pemberian kompos memberikan pengaruh
yang nyata terhadap pertumbuhan tinggi semai jabon pada selang kepercayaan
95%. Interaksi antara kompos dan arang kayu memberikan pengaruh yang nyata
terhadap pertumbuhan tinggi semai jabon pada selang kepercayaan 95%.
Pemberian arang kayu tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi,
diameter, maupun berat kering total.
Kata kunci: arang kayu, jabon, kompos, penambangan pasir, revegetasi

ABSTRACT
DWI ATRI INDRIANA. The Effect of Compost and Wood Charcoal toward
Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb. Miq) Seedling Growth in Ex Sand Mine
Media. Supervised by BASUKI WASIS
The sands mining can cause decreasing of sand number, make air pollution,
damage the roads, and water quality degradation. The sands mining will produce
waste in the form of ex sand mine. The characteristic of sands are low nutrients,
less on water retention, and porous. This is an obstacle for revegetation in mining

land that not suitable for plant growth. Revegetation activities conducted to know
the plant growth in ex sand mine media. The selection of tree species is important
to the success of revegetation in ex sand mine media. Jabon (A. cadamba) is fast
growing species at a young age and grow in various soil. The method in this
research is completely randomized design with two factorial. The first factor is
compost and the second factor is wood charcoal. The parameters are height,
diameter, and total dry weight. Statistical test showed that compost gave
significant effect on jabon seedling height growth at 95% confidence interval.
Interaction between compost and wood charcoal gave significant effect on jabon
seedling height growth at the 95% confidence interval. Charcoal didn’t give
significant effect on height, diameter, and total dry weight.
Keywords: compost, jabon, revegetation, sand mining, wood charcoal

PENGARUH PEMBERIAN KOMPOS DAN ARANG KAYU TERHADAP
PERTUMBUHAN SEMAI JABON (Anthocephalus cadamba Roxb. Miq.)
PADA MEDIA BEKAS TAMBANG PASIR

DWI ATRI INDRIANA

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Silvikultur

DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

ludul Skripsi: Pengaruh Pemberian Kompos dan Arang Kayu terhadap
Perturnbuhan Sernai laban (Anthocephalus cadamba Roxb . Miq.)
pada Media Bekas Tambang Pasir
: Dwi Atri Indriana
Nama
: E44090042
NIM

Disetujui oleh


Dr Ir Basuki Wasis, MS
Pembimbing I

MS

Tanggal Lulus:

23 JUL 2013

Judul Skripsi : Pengaruh Pemberian Kompos dan Arang Kayu terhadap
Pertumbuhan Semai Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb. Miq.)
pada Media Bekas Tambang Pasir
Nama
: Dwi Atri Indriana
NIM
: E44090042

Disetujui oleh


Dr Ir Basuki Wasis, MS
Pembimbing I

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Nurheni Wijayanto, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala ridho dan
rahmat-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan dengan judul
“Pengaruh Pemberian Kompos dan Arang Kayu terhadap Pertumbuhan Semai
Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb. Miq.) pada Media Bekas Tambang Pasir”.
Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui informasi mengenai pertumbuhan
semai jabon pada media bekas tambang pasir dengan penambahan kompos dan
arang kayu.
Penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr Ir Basuki Wasis, MS selaku dosen pembimbing yang senantiasa

memberikan dukungan dan bimbingannya dalam menyelesaikan karya
ilmiah ini.
2. Kedua orang tua penulis (Muhammad Idris dan Yulis Herwina) dan kakak
(Muhammad Fauzi Kadarisman) yang telah memberikan dukungan moril,
materil, dan doa serta kasih sayangnya kepada penulis.
3. Seluruh Staf dan Dosen Pengajar Departemen Silvikultur atas segala
bimbingannya.
4. Keluarga besar Laboratorium Pengaruh Hutan (Ibu Atikah, Yoyo, Ka Ardi)
dan rekan satu bimbingan (Desi Ratnasari dan Nuri Jelma Megawati) atas
semangat dan dukungannya.
5. Rekan-rekan Silvikultur 46 atas kebersamaan serta dukungan semangat
selama menjalani kuliah (Dina, Rai, Fida, Eneng).
Terimakasih juga penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam penulisan karya ilmiah ini yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu, semoga amal ibadahnya diberikan pahala oleh Allah SWT.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2013
Dwi Atri Indriana


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

viii

DAFTAR GAMBAR

viii

DAFTAR LAMPIRAN

viii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1


Tujuan Penelitian

1

Manfaat Penelitian

2

METODE

2

Waktu dan Lokasi

2

Alat dan Bahan

2


Prosedur Penelitian

2

HASIL DAN PEMBAHASAN

5

Pertumbuhan Tinggi

5

Pertumbuhan Diameter

9

Berat Kering Total

9


Analisis Sifat Kimia Tanah
SIMPULAN DAN SARAN

10
13

Simpulan

13

Saran

13

DAFTAR PUSTAKA

13

LAMPIRAN

15

RIWAYAT HIDUP

16

DAFTAR TABEL
1 Rancangan pengamatan
2 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh berbagai perlakuan terhadap
parameter pertumbuhan semai jabon (Anthocephalus cadamba)
3 Hasil uji Duncan pengaruh pemberian kompos terhadap pertumbuhan
tinggi semai jabon (Anthocephalus cadamba)
4 Hasil uji Duncan pengaruh interaksi pemberian kompos dan arang kayu
terhadap pertumbuhan tinggi semai jabon
5 Hasil analisis sifat kimia tanah

4
5
6
6
10

DAFTAR GAMBAR
1 Pertumbuhan semai jabon dengan berbagai perlakuan kompos pada
akhir pengamatan (a) dan Pertumbuhan semai jabon dengan berbagai
perlakuan arang kayu pada akhir pengamatan (b)

12

DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil sidik ragam pengaruh pemberian kompos dan arang kayu
terhadap pertumbuhan tinggi semai Anthocephalus cadamba
2 Hasil sidik ragam pengaruh pemberian kompos dan arang kayu
terhadap diameter semai Anthocephalus cadamba
3 Hasil sidik ragam pengaruh pemberian kompos dan arang kayu
terhadap berat kering total semai Anthocephalus cadamba

15
15
15

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penambangan pasir yang dilakukan secara terus menerus dapat
menyebabkan jumlah pasir di dasar sungai menjadi menurun. Apabila hal ini terus
terjadi maka akan menyebabkan kerusakan pada sungai tersebut karena dasar
sungai yang terus menerus mengalami penggalian sehingga terdapat lubanglubang di beberapa titik sungai bekas galian. Selain itu penambangan pasir
menyebabkan rusaknya jalan, polusi udara, dan penurunan kualitas air. Bekas
tambang pasir merupakan limbah utama dari kegiatan penambangan pasir. Pasir
memiliki beberapa karakter yaitu kurang sekali menahan air, porous, dan
kandungan unsur hara rendah (AAK 1973).
Kegiatan revegetasi dilakukan pada lahan penambangan untuk mengetahui
pertumbuhan tanaman pada media bekas tambang pasir. Terdapat kendala untuk
melakukan revegetasi yaitu kondisi lahan yang tidak sesuai bagi pertumbuhan
tanaman, yaitu adanya bekas tambang pasir. Hal tersebut diatasi dengan cara
dilakukannya perbaikan pada bekas tambang pasir berupa penambahan kompos
dan arang kayu. Kompos tidak hanya menambah unsur hara, tetapi juga menjadi
perekat pada butir-butir tanah sehingga tanah mempunyai aliran udara dan air
yang masuk dengan baik, serta mampu mengikat dan menahan ketersediaan air di
dalam tanah (Yuwono 2007). Arang kayu mempunyai karakteristik mampu
menyimpan dan menyerap air lebih baik dibandingkan dengan jenis arang lainnya
(Soemeinaboedhy dan Tejowulan 2007).
Pemilihan jenis pohon sangat penting dalam keberhasilan revegetasi pada
lahan penambangan pasir. Jenis yang dipilih yaitu jenis cepat tumbuh (fast
growing species) dan dapat tumbuh di segala macam tanah seperti jabon. Setiap
jabon yang ditanam dapat membantu meningkatkan kesuburan tanah,
memperbaiki sistem pengairan, dan memperbaiki iklim mikro (Mulyana et al.
2010).
Penambahan kompos dan arang kayu untuk perbaikan bekas penambangan
pasir belum banyak dilakukan. Diharapkan penambahan kompos dan arang dapat
meningkatkan pertumbuhan jabon, khususnya pada bekas tambang pasir.

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh pemberian
kompos dan arang kayu terhadap pertumbuhan semai jabon (Anthocephalus
cadamba) pada media bekas tambang pasir dan mendapat informasi mengenai
dosis kompos dan arang kayu yang paling sesuai bagi pertumbuhan semai jabon
(Anthocephalus cadamba) pada media tambang pasir.

2
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai teknik budidaya
jabon (Anthocephalus cadamba) sehingga dapat digunakan dalam kegiatan
revegetasi pada lahan sekitar penambangan pasir.

METODE
Waktu dan Lokasi
Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca bagian Silvikultur, Fakultas
Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, pada bulan Juni sampai dengan Oktober
2012. Analisis unsur hara dilakukan di Laboratorium Kesuburan Tanah,
Departemen Manajemen Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.

Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, timbangan, alat
penyiram, mistar, caliper, alat tulis, alat hitung, kamera, label, polybag (ukuran 20
cm x 20 cm), tallysheet, software Ms. Word, Ms. Excel, dan SAS versi 9 portable.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit sosis jabon
(Anthocephalus cadamba) berumur 3 bulan dengan rata-rata tinggi sebesar 3 cm,
media bekas tambang pasir, kompos, dan arang kayu.

Prosedur Penelitian
Pelaksanan penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan, yaitu tahap
persiapan media tanam, pemilihan semai sosis jabon, penyapihan, pemeliharaan,
pengamatan dan pengambilan data, rancangan percobaan, dan analisis data.
Persiapan media tanam
Media tanam yang digunakan adalah bekas tambang pasir di Sungai
Cikabayan, Dermaga, Bogor. Pasir tersebut ditimbang dan dimasukan ke dalam
48 polybag yang masing-masing diisi sebanyak 1 kg. Kompos disiapkan dengan
takaran 0 gr/tanaman, 20 gr/tanaman, 40 gr/tanaman, dan 60 gr/tanaman. Arang
kayu disiapkan dengan takaran 0%, 1%, 2%, dan 3%. Media tanam berupa bekas
tambang pasir yang telah dikombinasikan dengan berbagai perlakuan penambahan
kompos dan arang kayu dengan dosis yang telah ditetapkan. Kemudian media
tanam diinkubasi selama satu minggu dengan pemeliharaan berupa penyiraman
pagi dan sore hari dengan mempertimbangkan kondisi media tanam dalam
polybag, apabila terasa basah maka penyiraman tidak dilakukan.

3

Pemilihan semai sosis jabon
Semai yang dipilih adalah semai sosis jabon yang telah berumur 3 bulan
dengan rata-rata tinggi 3 cm. Semai sosis dipilih dengan kriteria sehat, memiliki
batang lurus, dan daun tidak keriting.
Penyapihan
Penyapihan adalah proses pemindahan semai jabon ke dalam polybag.
Penyapihan dilakukan pada waktu sore hari untuk mengurangi terjadinya
penguapan pada semai. Kegiatan ini dilakukan satu minggu setelah media tanam
diinkubasi. Semai sosis jabon disapih ke dalam 48 polybag yang telah diisi media
tanam berupa pasir bekas tambang pasir yang dicampur dengan kompos dan arang
kayu. Penyapihan dilakukan dengan cara memasukan semai sosis jabon ke dalam
lubang tanam tanpa membuang media dan plastik pelindung media dari semai
sosis jabon.
Pemeliharaan
Pemeliharaan terhadap semai sosis jabon yang telah disapih adalah
penyiraman yang dilakukan 2 kali sehari, yaitu setiap pagi dan sore dengan
mempertimbangkan kondisi media tanam di dalam polybag, jika terasa masih
basah maka penyiraman tidak dilakukan.
Pengamatan dan Pengambilan Data
Parameter yang diukur adalah tinggi, diameter, dan berat kering total.
Pengamatan terhadap diameter dan tinggi selama 3 bulan, pengukuran dilakukan 1
minggu sekali. Diameter semai diukur dengan menggunakan caliper pada
ketinggian 1 cm di atas pangkal batang, sedangkan tinggi semai diukur dengan
menggunakan penggaris pada ketinggian 1 cm di atas pangkal batang hingga titik
tumbuh pucuk semai. Data yang didapatkan langsung di rekapitulasi di dalam
tally sheet. Pada akhir penelitian, dilakukan pengukuran berat kering akar dan
pucuk setelah dilakukan pemanenan. Setelah dilakukan panen, bagian akar dan
pucuk dipisah kemudian dikeringkan dan dioven dengan suhu 70˚C selama 24 jam.
Setelah dioven, berat kering akar dan pucuk ditimbang dan dinyatakan dalam
satuan gram. Analisis unsur hara dilakukan pada akhir penelitian dengan total
sample sebanyak 2 yaitu kontrol dan perlakuan kompos dosis 60 gr dan arang
kayu dosis 3%.
Rancangan Percobaan
Data yang diperoleh disusun dan diolah dalam bentuk tabulasi. Analisa data
yang dilakukan secara deskriptif berdasarkan tabulasi serta pengujian dengan
menggunakan rancangan percobaan, yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL)
faktorial dengan 2 faktor. Faktor pertama, yaitu kompos yang terdiri dari 4 taraf
dan faktor kedua, yaitu arang kayu yang terdiri dari 4 taraf. Masing-masing taraf
perlakuan terdiri dari 3 ulangan, masing-masing ulangan terdiri dari satu tanaman
sehingga dalam percobaan dibutuhkan 48 semai sosis jabon. Untuk masingmasing faktor dirinci sebagai berikut :
Faktor A : Kompos
K0 : 0 gr/tanaman

4
K1 : 20 gr/tanaman
K2 : 40 gr/tanaman
K3 : 60 gr/tanaman
Faktor B : Arang Kayu
A0 : Arang 0% (0 gr arang kayu/kg media)
A1 : Arang 1% (10 gr arang kayu/kg media)
A2 : Arang 2% (20 gr arang kayu/kg media)
A3 : Arang 3% (30 gr arang kayu/kg media)
Bagan pengamatan dibuat untuk memudahkan dalam
berikut:
Tabel 1 Rancangan pengamatan
Arang
Ulangan
Kompos
Kayu
K0
K1
K2
A0
1
K0A0 1
K1A0 1
K2A01
2
K0A0 2
K1A0 2
K2A02
3
K0A0 3
K1A0 3
K2A03
A1
1
K0A1 1
K1A1 1 K2A1 1
2
K0A1 2
K1A1 2 K2A1 2
3
K0A1 3
K1A1 3 K2A1 3
A2
1
K0A2 1
K1A2 1 K2A2 1
2
K0A2 2
K1A2 2 K2A2 2
3
K0A2 3
K1A2 3 K2A2 3
A3
1
K0A3 1
K1A3 1 K2A3 1
2
K0A3 2
K1A3 2 K2A3 2
3
K0A3 3
K1A3 3 K2A3 3

analisis data seperti

K3
K3A01
K3A02
K3A03
K3A1 1
K3A1 2
K3A1 3
K3A2 1
K3A2 2
K3A2 3
K3A3 1
K3A3 2
K3A3 3

Data yang diperoleh dari hasil pengamatan dan pengukuran dapat
digambarkan dalam model linear:
Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij+ εijk
Dimana :
Yijk = nilai / respon dari pengamatan pada faktor kompos taraf ke-i, faktor
arang kayu taraf ke-j dan ulangan ke-k
µ
= nilai rataan umum
αi
= pengaruh perlakuan ke-i
βj
= pengaruh perlakuan ke-j
(αβ)ij = pengaruh interaksi faktor A pada taraf ke-i dengan faktor B pada taraf
ke-j
εijk
= pengaruh acak
Analisis Data
Untuk mengetahui pengaruh perlakuan, dilakukan sidik ragam dengan uji F.
Data diolah dengan menggunakan perangkat lunak statistika SAS versi 9 portable,
jika:
a. F hitung ≤ F Tabel, maka perlakuan tidak memberikan pengaruh nyata
terhadap parameter yang diuji.

5
b. F hitung > F Tabel, maka perlakuan memberikan pengaruh nyata terhadap
parameter yang diuji. Apabila terdapat perbedaan yang nyata, maka dilakukan
uji lanjut Duncan`s Multiple Range Test.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah tinggi, diameter, dan
berat kering total (BKT) dari semai jabon pada media bekas tambang pasir dengan
penambahan kompos dan arang kayu. Respon pengaruh pemberian kompos dan
arang kayu terhadap parameter yang diamati dapat diketahui dengan melakukan
analisis ragam. Hasil rekapitulasi analisis ragam dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh berbagai perlakuan terhadap
parameter pertumbuhan semai jabon (Anthocephalus cadamba)
Perlakuan
Parameter
Tinggi
Diameter
Berat Kering Total
(BKT)
Kompos
0.0080 *
0.4163 tn
0.0747 tn
Arang kayu
0.2822 tn
0.2651 tn
0.1526 tn
Kompos x arang kayu
0.0399 *
0.2370 tn
0.1554 tn
Keterangan: Angka-angka dalam tabel adalah nilai signifikan; * = perlakuan berpengaruh nyata
pada selang kepercayaan 95% dengan nilai signifikan (Pr>F) 0.05 (α); tn = perlakuan tidak
berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95% dengan nilai signifikan (Pr>F) 0.05 (α).

Tabel 2 menunjukkan bahwa pemberian kompos berpengaruh nyata terhadap
pertumbuhan tinggi jabon tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan
diameter jabon maupun berat kering total. Interaksi antara kompos dan arang kayu
berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi semai jabon tetapi tidak
berpengaruh terhadap pertumbuhan diameter jabon maupun berat kering total.
Pertumbuhan Tinggi
Pengaruh pemberian kompos berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan
tinggi semai jabon. Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa pemberian kompos
dosis 40 gr dan 60 gr memberikan hasil berbeda nyata dibandingkan pemberian
dosis kompos lainnya, karena dosis 40 gr dan dosis 60 gr memiliki huruf a pada
nilai rata-rata tinggi setelah uji Duncan. Perlakuan yang memberikan huruf a
memberikan hasil yang beda nyata dari perlakuan lainnya. Dapat dilihat
pemberian kompos dengan dosis 40 gr peningkatan pertumbuhan tinggi semai
jabon sebesar 73.27%, sedangkan pemberian kompos dengan dosis 60 gr
peningkatan pertumbuhan semai jabon sebesar 95.50%. Pemberian kompos
dengan dosis 20 gr tidak memberikan hasil berbeda nyata. Pemberian dosis 20
gram hanya memberikan peningkatan sebesar 20.42%. Pemberian dosis terbaik
kompos yaitu pada dosis 60 gr. Pertumbuhan tinggi semai jabon meningkat saat
dosis kompos meningkat pula, terlihat dari persen peningkatan pertumbuhan
tinggi semai jabon.
Hasil uji Duncan pengaruh pemberian kompos terhadap pertumbuhan tinggi
semai jabon dapat dilihat pada Tabel 3.

6
Tabel 3 Hasil uji Duncan pengaruh pemberian kompos terhadap pertumbuhan
tinggi semai jabon (Anthocephalus cadamba)
Faktor
Rata-rata Tinggi (cm)
Peningkatan (%)
Pemberian pupuk kompos
 K0 (dosis 0 gr)
2.78c
 K1 (dosis 20 gr)
3.34bc
20.42
 K2 (dosis 40 gr)
4.81ab
73.27
a
 K3 (dosis 60 gr)
5.43
95.50
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda
nyata pada selang kepercayaan 95%.

Interaksi antara pupuk kompos dan arang kayu terhadap pertumbuhan tinggi
semai jabon dilakukan uji Duncan untuk melihat pengaruh pemberian pupuk
kompos dan arang kayu dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Hasil uji Duncan pengaruh interaksi pemberian kompos dan arang kayu
terhadap pertumbuhan tinggi semai jabon
Perlakuan
Rata-rata Tinggi (cm)
Peningkatan (%)
bcd
K0A0
2.87
K0A1
2.33cd
-18.63
K0A2
2.90bcd
1.15
bcd
K0A3
3.00
4.64
K1A0
3.07bcd
6.98
bcd
K1A1
3.50
22.08
K1A2
4.90abcd
70.91
d
K1A3
1.90
-33.73
K2A0
3.90bcd
36.03
abcd
K2A1
5.00
74.40
K2A2
3.83bcd
33.69
ab
K2A3
6.50
126.72
K3A0
3.00bcd
4.64
K3A1
5.10abcd
77.89
K3A2
5.93abc
106.94
K3A3
7.67a
167.42
Keterangan: K0A0 = pemberian kompos 0 gr dan arang 0%, K0A1 = pemberian kompos 0 gr
arang 1%, K0A2 = pemberian kompos 0 gr dan arang 2%, K0A3 = pemberian kompos 0 gr
arang 3%, K1A0 = pemberian kompos 20 gr dan arang 0%, K1A1 = pemberian kompos 20 gr
arang 1%, K1A2 = pemberian kompos 20 gr dan arang 2%, K1A3 = pemberian kompos 20 gr
arang 3%, K2A0 = pemberian kompos 40 gr dan arang 0%, K2A1 = pemberian kompos 40 gr
arang 1%, K2A2 = pemberian kompos 40 gr dan arang 2%, K2A3 = pemberian kompos 40 gr
arang 3%, K3A0 = pemberian kompos 60 gr dan arang 0%, K3A1 = pemberian kompos 60 gr
arang 1%, K3A2 = pemberian kompos 60 gr dan arang 2%, K3A3 = pemberian kompos 60 gr
arang 3%

dan
dan
dan
dan
dan
dan
dan
dan

Pemberian kompos dan arang kayu memberikan pengaruh yang nyata
terhadap pertumbuhan tinggi tanaman semai jabon. Hasil uji Duncan
menunjukkan bahwa pemberian kompos dosis 60 gr dan arang kayu dosis 3%,
kompos dosis 60 gr dan arang kayu 2%, kompos dosis 60 gr dan arang kayu dosis
1%, kompos dosis 40 gr dan arang kayu dosis 3%, kompos dosis 40 gr dan arang
kayu dosis 1%, dan kompos 20 dosis gr dan arang kayu dosis 2% memberikan
hasil yang berbeda nyata dibandingkan dengan interaksi lainnya, karena perlakuan

7
tersebut memberikan huruf a pada nilai rata-rata tinggi setelah uji Duncan.
Pemberian kompos dosis 60 gr dan arang kayu dosis 3% terhadap terhadap
kontrol memberikan persentase peningkatan pertumbuhan tertinggi sebesar
167.42%. Pemberian kompos dosis 20 gr dan arang kayu dosis 3% memberikan
penurunan untuk pertumbuhan tinggi semai jabon terhadap kontrol yaitu
persentase pertumbuhan sebesar -33.73%. Nilai persentase pertumbuhan tinggi
didapatkan dengan cara membandingkan suatu perlakuan terhadap kontrol. Nilai
minus menunjukkan bahwa pertumbuhan tinggi suatu perlakuan lebih kecil
dibandingkan dengan pertumbuhan tinggi perlakuan kontrol.
Salah satu parameter yang digunakan dalam penelitian ini adalah tinggi.
Parameter tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang sering diamati baik
sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter yang digunakan untuk
mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang diterapkan. Tinggi tanaman
merupakan ukuran pertumbuhan yang paling mudah dilihat (Sitompul dan Guritno
1995).
Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor antara lain
sinar matahari, suhu, udara, air, dan unsur-unsur hara dalam tanah (N,P,K dan
lain-lain). Tanah merupakan perantara penyediaan faktor-faktor tersebut kecuali
sinar matahari. Pertumbuhan tanaman tidak hanya dipengaruhi oleh tersedianya
unsur hara dalam tanah, tetapi juga faktor-faktor lain seperti sinar matahari, suhu,
udara, air, dan sebagainya (Hardjowigeno 2003).
Manfaat utama dari energi matahari yang bisa sampai ke permukaan bumi
adalah untuk kepentingan tumbuhan hijau yang dalam proses kehidupan tanaman
disebut dengan fotosintesis dan respirasi (Indriyanto 2008). Hasil dari fotosintesis
berupa karbohidrat yang berfungsi meningkatkan raga ketika tanaman tumbuh dan
berkembang (Munawar 2011).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian kompos memberikan
pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tinggi semai jabon pada selang
kepercayaan 95%. Menurut Yuwono (2007), kompos sangat berperan dalam
proses pertumbuhan tanaman. Kompos tidak hanya menambah unsur hara, tetapi
juga menjaga fungsi tanah sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik. Beberapa
manfaat kompos bagi tanaman, yaitu kompos memberikan nutrisi bagi tanaman,
memperbaiki strukur tanah, meningkatkan kapasitas tukar kation, menambah
kemampuan tanah untuk menahan air, meningkatkan aktivitas biologi tanah,
mampu meningkatkan pH pada tanah asam, dan meningkatkan ketersediaan unsur
mikro. Ketersediaan bahan organik tanah penting dalam mendukung pertumbuhan
jabon. Dengan pupuk organik, kandungan unsur hara dalam tanah yang ditanami
jabon menjadi lebih baik bagi tanaman. Selain itu, penambahan pupuk organik
juga dapat menjadikan akar tanaman jabon bekerja lebih sempurna dalam
penyerapan unsur hara tanaman, sehingga hal ini akan mempercepat tumbuhnya
tanaman. Selain itu tanaman jabon membutuhkan tanah dengan porositas dan
aerasi yang baik. Porositas baik artinya tanah harus dapat menahan dan melepas
air secukupnya. Aerasi yang baik artinya terdapat rongga udara dalam tanah serta
sirkulasi udara tanah dan udara atmosfer. Tanah yang memiliki porositas dan
aerasi yang baik dapat dilihat dari tanah cepat kering dan membentuk remahremah (Warisno dan Dahana 2011).
Pemberian pupuk kompos dan arang kayu terhadap pertumbuhan tinggi
semai jabon memberikan pengaruh yang nyata pada selang kepercayaan 95%.

8
Media tanam yang digunakan dalam penelitian ini adalah media bekas tambang
pasir. Tanah pasir kurang sekali menahan air dan bersifat longgar. Udara mudah
masuk ke celah-celah butir pasir dengan kata lain tata udara baik. Udara mudah
masuk maka tanah pasir cepat mengering. Selain itu, tanah pasir itu kurus karena
kurang menahan zat-zat makanan. Disimpulkan bahwa tanah pasir termasuk tanah
ringan sehingga mudah dikerjakan, air dan udara mudah masuk ke dalamnya,
cepat mengering, dan kandungan zat makanan sangat sedikit. Tanah pasir agar
dapat ditanami dengan baik, harus dipupuk dengan pupuk organis, seperti pupuk
kandang, kompos, pupuk hijau dan sebagainya. Adanya pupuk organis, tanah
yang tadinya ringan dapat menjadi agak berat (AAK 1973).
Media bekas tambang pasir diperbaiki agar dapat menjadi media tanam yang
baik yaitu dengan menambahkan pupuk kompos dan arang kayu. Manfaat yang
diberikan kompos untuk tanah dan tanaman yaitu kompos dapat memperkaya
mikroba tanah sehingga pemberian kompos dapat menambah mikroba ke dalam
tanah. Kompos juga dapat menyehatkan tanah dan tanaman dimana tanaman yang
memperoleh unsur hara akan tumbuh baik dan sehat (Djaja 2008). Selain faktor
genetis, pertumbuhan tanaman dapat dipengaruhi juga oleh faktor lingkungan
seperti media tumbuh dan ketersediaan unsur hara. Unsur hara sangat diperlukan
untuk menunjang pertumbuhan tanaman (Supriyanto dan Fiona 2010). Menurut
Dwijdoseputro (1984), suatu tanaman akan tumbuh subur apabila segala unsur
yang dibutuhkannya tersedia dan terdapat dalam bentuk yang sesuai untuk diserap
tanaman.
Salah satu cara yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan efisiensi
pemupukan adalah dengan pemberian arang (charcoal). Arang merupakan jenisjenis bahan organik yang berasal dari berbagai sumber. Sumber dan komposisi
bahan yang berbeda akan menyebabkan kemampuan mempengaruhi penyediaan
fosfor dan kalium pada tanah berbeda pula (Nurhayati et al. 1986 dalam
Soemeinaboedhy dan Tejowulan 2007). Arang dapat digunakan untuk menyerap
racun yang membahayakan tanaman dan akan memberikan hara kepada tanaman
apabila tanaman kekurangan hara, pada tanah yang kritis atau miskin hara
(Istantini 2012).
Soemeinaboedhy dan Tejowulan (2007) mengungkapkan bahwa arang kayu
memiliki kadar lengas paling tinggi dibandingkan dengan ketiga jenis arang
tempurung kelapa, sekam padi, dan serbuk gergaji. Hal ini disebabkan arang kayu
mempunyai karakteristik mampu menyimpan dan menyerap air lebih baik
dibandingkan dengan jenis arang lainnya. Selain itu disebabkan sebelum
pembakaran arang kayu tidak mengalami penjemuran seperti jenis arang lainnya.
Pemberian pupuk kompos dan arang kayu menunjukkan adanya pertumbuhan
tinggi semai jabon yang berarti pada media bekas tambang pasir.
Pemberian arang kayu terhadap media bekas tambang pasir tidak
memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tinggi semai jabon pada
selang kepercayaan 95%, hal ini disebabkan semua jenis arang dengan berbagai
ukuran sebenarnya merupakan sumber unsur hara tambahan yang baik bagi
pertumbuhan tanaman walaupun kandungannya masih relatif rendah yaitu sebagai
penyedia unsur hara P dan K tambahan (Soemeinaboedhy dan Tejowulan 2007).
Tanaman membutuhkan unsur hara makro seperti C, H, O, N, P, K, S, Ca, Mg
dalam jumlah yang banyak (0.1% - 5%) sedangkan unsur hara mikro seperti Fe,
Mn, Cu, Zn, Mo, B, dan Cl adalah unsur-unsur yang diperlukan tanaman dalam

9
jumlah yang kecil yakni kurang dari 0.025%. Unsur N, P, dan K sering disebut
hara primer karena merupakan unsur yang paling sering menjadi faktor pembatas
pertumbuhan tanaman. Unsur S, Ca, dan Mg disebut sebagai hara sekunder yang
jumlahnya di dalam tanah pada umumnya dapat mencukupi kebutuhan tanaman
(Munawar 2011).
Pertumbuhan Diameter
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk kompos atau arang
kayu tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan diameter semai jabon.
Menurut Campbell et al. (2008), ketika pertumbuhan primer menambahkan daun
dan memperpanjang batang serta akar di daerah-daerah tumbuhan yang lebih
muda, pertumbuhan sekunder mempertebal batang dan akar di daerah-daerah
tempat pertumbuhan primer telah berhenti. Selain itu pada usia muda, tanaman
cenderung menunjukkan pertumbuhan yang cepat ke atas (vertikal), pertumbuhan
diameter akan terpenuhi apabila keperluan hasil fotosintesis untuk respirasi,
pergantian daun, pergantian akar, dan tinggi telah terpenuhi (Lewenusa 2009).
Berat Kering Total (BKT)
Pemberian pupuk kompos dan arang kayu tidak berpengaruh nyata terhadap
berat kering total. Berat kering total (BKT) diperoleh dari penambahan berat
kering akar dan berat kering pucuk. Berat kering tanaman merupakan salah satu
indikasi untuk mengetahui respon tanaman dalam memanfaatkan unsur hara yang
tersedia dalam suatu media tumbuh pada kondisi tertentu (Gusmailina dan Pari
2002).
Biomassa tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan untuk
menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman karena biomassa (berat)
tanaman relatif mudah diukur dan merupakan integrasi dari hampir semua
peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya. Tanaman selama masa hidupnya
membentuk biomassa yang digunakan untuk membentuk bagian-bagian tubuhnya.
Biomassa tanaman meliputi semua bahan tanaman yang secara kasar berasal dari
hasil fotosintesis, serapan unsur hara dan air. Produksi biomassa mengakibatkan
pertambahan berat dapat diikuti dengan pertambahan ukuran lain yang dapat
dinyatakan secara kuantitatif. Tidak semua bagian tanaman mengalami
pertambahan berat atau ukuran lain yang sama pada waktu yang sama.
Pengukuran biomassa total tanaman merupakan parameter yang paling baik
digunakan sebagai indikator pertumbuhan tanaman karena bahan kering tanaman
dipandang sebagai menifestasi dari semua proses dan peristiwa yang terjadi dalam
pertumbuhan tanaman (Sitompul dan Guritno 1995).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian kompos atau arang kayu
tidak memberikan hasil yang nyata terhadap berat kering total. Menurut Sitompul
dan Guritno (1995), berat kering dapat tidak pernah konstan, perubahan dapat
terus terjadi menurut waktu yaitu menurun secara terus-menerus atau kemudian
meningkat dengan perlahan. Produksi biomassa mengakibatkan pertambahan
berat dapat diikuti dengan pertambahan ukuran lain yang dapat dinyatakan secara
kuantitatif. Tidak semua bagian tanaman mengalami pertambahan berat atau
ukuran lain yang sama pada waktu yang sama. Pengukuran biomassa total
tanaman merupakan parameter yang paling baik digunakan sebagai indikator
pertumbuhan tanaman karena bahan kering tanaman dipandang sebagai

10
menifestasi dari semua proses dan peristiwa yang terjadi dalam pertumbuhan
tanaman.
Analisis Sifat Kimia Tanah
Analisis sifat kimia tanah yang dilakukan pada akhir penelitian
menunjukkan bahwa pemberian kompos dan arang kayu meningkatkan
ketersediaan unsur hara pada media bekas tambang pasir. Hasil analisis
menunjukkan nilai pH, C-organik, N-total, P-tersedia, Ca, Mg, K, dan KTK pada
saat diberikan kompos dan arang kayu mengalami peningkatan terhadap kontrol.
Hasil analisis sifat kimia tanah dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Hasil analisis sifat kimia tanah
No
Perlakuan
Kontrol (K0A0) Kompos 60 gram
+ Arang Kayu
3% (K3A3)
1
pH
H2O
6.4
6.5
KCl
5.5
5.8
2
C-Organik (%)
2.49
2.6
3
N-total (%)
0.22
0.23
4
P-tersedia
29.9
57.3
5
P HCL 25% (ppm)
269.5
493.8
6
Ca (me/100g)
11.8
12.29
7
Mg (me/100 g)
2.24
2.43
8
K (me/100 g)
0.56
1.17
9
Na (me/100 g)
0.82
1.25
10 KTK (me/100 g)
10.35
12.34
11 KB (%)
100
100
12 Al (me/100 g)
Tidak terukur
Tidak terukur
13 H (me/100 g)
0.04
0.04
14 Fe (ppm)
569.98
342.43
15 Cu (ppm)
9.54
5.96
16 Zn (ppm)
26.77
26.46
17 Mn (ppm)
180.52
152.97
18 Tekstur (%)
Pasir
59.71
58.06
Debu
26.72
22.45
Liat
13.57
19.46
Keterangan: Analisis sifat kimia tanah dilakukan di Laboratorium Kesuburan Tanah, Departemen
Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

Reaksi tanah atau pH tanah menunjukkan sifat kemasaman yang dinyatakan
dengan nilai pH. Pentingnya mengetahui nilai pH tanah adalah menentukan
mudah tidaknya unsur-unsur hara diserap tanaman, karena unsur hara mudah
diserap akar tanaman pada pH tanah sekitar netral, karena pada pH tersebut
kebanyakan unsur hara mudah larut dalam air, dan menunjukkan kemungkinan
adanya unsur-unsur beracun (Hardjowigeno 2003). Analisis sifat kimia tanah
dilakukan pada dua sampel yaitu sampel kontrol dan perlakuan kompos dosis 60
gr dan dosis arang kayu 3% yang memiliki dosis tertinggi serta pertumbuhan
terbaik. Media bekas tambang pasir yang diberikan kompos dan arang kayu
memberikan kenaikan pH yaitu dari 6.4 menjadi 6.5. Menurut Sarief (1985),

11
reaksi tanah sangat mempengaruhi ketersediaan unsur hara bagi tanaman.
Kenaikan pH cenderung menambah ketersediaan fosfor dan nitrogen yang lebih
mudah tercuci. Kenaikan pH pula dapat menambah perkembangan mikroba tanah
dan populasi bertambah dengan cepat ke tingkat sebelumnya (Daniel et al. 1987).
Media bekas tambang pasir dengan perlakuan kompos dosis 60 gram dan dosis
arang kayu 3% memiliki pH sebesar 6.5. Menurut Sarief (1985), pada reaksi tanah
yang netral, yaitu pH 6.5 – 7.5 unsur hara tersedia dalam jumlah yang cukup
banyak (optimal).
C-organik menunjukkan kandungan bahan organik yang ada di dalam tanah.
Bahan organik ini memiliki peranan yang sangat penting dalam tanah terutama
pengaruhnya terhadap kesuburan tanah (Isminanda 2012). Kesuburan tanah adalah
status suatu tanah yang menunjukkan kapasitas untuk memasok unsur-unsur
esensial dalam jumlah yang mencukupi untuk pertumbuhan tanaman tanpa adanya
konsentrasi meracun dari unsur manapun (Foth dan Ellis 1997 dalam Munawar
2011). Penambahan bahan organik sangat banyak memperbaiki kualitas tanah.
Bahan organik mempunyai nilai tertentu yaitu pembentukan agregat dari partikelpartikel tanah. Pengaruh terhadap sifat kimia tanah adalah bahwa bahan organik
mengandung unsur nitrogen, fosfat, dan kalium, serta unsur-unsur mikro akan
menambah kelarutan fosfat. Selain itu bahan organik berupa penyangga kation,
jadi dapat mempertahankan unsur-unsur hara sebagai bahan makanan untuk
tanaman (Sarief 1985). Hasil analisis laboratorium menunjukkan bahwa C-organik
meningkat saat diberikan kompos dan arang kayu. Hal ini menunjukkan bahwa
kandungan bahan organik pada media bekas tambang pasir meningkat 0.11% dari
perlakuan kontrol sebesar 2.49% menjadi 2.6% saat ditambahkan kompos dan
arang kayu.
Pemberian kompos dan arang kayu dapat meningkatkan unsur hara seperti N,
P, K, Ca, dan Mg. Menurut Siregar (2004), penambahan arang mampu
meningkatkan ketersediaan N, P, K, Ca, dan Mg. Kompos tidak hanya
menyediakan unsur makro saja tetapi juga unsur mikro (Yuwono 2007). Menurut
Sarief (1985), nitrogen merupakan unsur hara utama bagi pertumbuhan tanaman
sebab merupakan penyusun dari semua protein, apabila unsur nitrogen tersedia
lebih banyak daripada unsur lainnya, dapat dihasilkan protein lebih banyak dan
daun dapat tumbuh lebih lebar sebagai akibatnya maka fotosintesis lebih banyak.
Fosfor memegang peranan yang penting dalam kebanyakan reaksi enzim. Oleh
karena itu fosfor merupakan bagian dari inti sel, sangat penting dalam pembelahan
sel, dan juga untuk perkembangan jaringan meristem. Dengan demikian fosfor
dapat merangsang pertumbuhan akar dan tanaman muda, mempercepat
pembungaan dan pemasakan buah serta sebagai penyusun lemak dan protein.
Kalsium (Ca) merupakan unsur esensial yang sangat diperlukan untuk
pertumbuhan meristem dan menjamin pertumbuhan dan berfungsinya ujung-ujung
akar (Sarief 1985).
Hardjowigeno (2003) menyatakan bahwa magnesium (Mg) memiliki fungsi
dalam pembentukan klorofil, sistem enzim (activator), dan pembentukan minyak.
Kalium (K) memiliki fungsi pembentukan pati, mengaktifkan enzim, pembukaan
stomata (mengatur pernafasan dan penguapan), proses fisiologis dalam tanaman,
proses metabolik dalam sel, mempengaruhi penyerapan unsur-unsur lain,
mempertinggi daya tahan terhadap kekeringan, penyakit, serta berfungsi dalam
perkembangan akar.

12
Kapasitas tukar kation merupakan sifat kimia yang sangat erat hubungannya
dengan kesuburan tanah. Tanah dengan KTK tinggi mampu menjerap dan
menyediakan unsur hara lebih baik daripada tanah dengan KTK rendah. Tanah
dengan KTK tinggi bila didominasi oleh kation basa Ca, Mg, K, Na dapat
meningkatkan kesuburan tanah, tetapi bila didominasi oleh kation asam, Al, H
dapat mengurangi kesuburan tanah (Hardjowigeno 2003). Pemberian kompos dan
arang kayu dapat meningkatkan KTK tanah yaitu 10.35 me/100g menjadi 12.34
me/100g. Akan tetapi nilai ini termasuk rendah (