iRespon Pertumbuhan Tanaman Jabon (Anthocephalus cadamba (Roxb.) Miq.) Terhadap Pengapuran di Areal Bekas Tambang

RESPON PERTUMBUHAN TANAMAN JABON (Anthocephalus
cadamba (Roxb.) Miq.) TERHADAP PENGAPURAN DI AREAL
BEKAS TAMBANG

ARYA PANJI WICAKSONO

DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Respon Pertumbuhan
Tanaman Jabon (Anthocephalus cadamba (Roxb.) Miq.) Terhadap Pengapuran di
Areal Bekas Tambang adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2014

Arya Panji Wicaksono
NIM E44090021

ABSTRAK
ARYA PANJI WICAKSONO. Respon Pertumbuhan Tanaman Jabon (Anthocephalus
cadamba (Roxb.) Miq.) Terhadap Pengapuran di Areal Bekas Tambang. Dibimbing
oleh IRDIKA MANSUR.
Kendala utama dalam melakukan aktivitas reklamasi pada lahan-lahan terbuka
pasca penambangan adalah kondisi lahannya yang tidak mendukung bagi pertumbuhan
tanaman, karena pH dan ketersediaan unsur hara yang rendah. Untuk itu perlu
dilakukan pemilihan jenis lokal yang adaptif dan perlakuan silvikultur yang tepat.
Jabon (Anthocephalus cadamba (Roxb.) Miq.) merupakan salah satu jenis pohon lokal
yang memiliki prospek tinggi, karena pertumbuhannya yang cepat, kemampuan
beradaptasinya pada berbagai kondisi tempat tumbuh, perlakuan silvikulturnya yang
relatif mudah. Kapur dan gipsum adalah bahan yang mengandung unsur Ca (Calsium)
yang dapat diberikan untuk meningkatkan pH tanah. Tujuan penelitian ini adalah

mengetahui pengaruh jenis pupuk kapur pertanian dan crude gypsum terhadap
pertumbuhan tanaman Jabon di lahan bekas tambang batu bara PT. Tunas Inti Abadi di
Kalimantan Selatan. Perlakuan jenis kapur terdiri dari 3 perlakuan yaitu pupuk kandang
2 kg (N), pupuk kandang 2 kg + kapur pertanian 200 g (KN), dan pupuk kandang 2 kg
+ gipsum 200 g (GN). Parameter yang diamati antara lain diameter, tinggi, diameter
tajuk, presentase hidup dan perubahan tingkat keasaman (pH) tanah. Pemberian jenis
kapur hanya memberikan pengaruh nyata untuk diameter pada perlakuan pada selang
kepercayaan 95%.
Kata Kunci: jabon, pemupukan, pengapuran, reklamasi

ABSTRACT
ARYA PANJI WICAKSONO. The Growth Response of Jabon (Anthocephalus
cadamba (Roxb.) Miq.) on The Application of Calcification in The Postmining
Area. Supervised by IRDIKA MANSUR.
The main problem of reclamation activities in the postmining land was marginal
land that could not support the growth of plants, due to pH and the low level of nutrient.
So that, the selection of local species which adaptable and the appropriate silviculture
treatment was needed. Jabon (A. cadamba) is one of local tree species that had high
prospect, because jabon classified into fast growing species, able to adapted various
site conditions, and the silviculture treatment was relatively easy. Dolomit and gypsum

were materials that contained of Ca (Calcium), which able being applied to increase
the soil pH. This objectives research was to determine the effect of dolomit, crude
gypsum and manure fertilizer on the growth of Jabon in postmining land at PT. Tunas
Inti Abadi. The fertilizers treatment consisted of three treatments. There were 2 kg of
manure fertilizer (N), 2 kg of manure fertilizer + 200 g of dolomit (KN), and 2 kg of
manure fertilizer + gipsum 200 g (GN). The parameters that be measured were diameter,
height, crown diameter, percentage of living. The combination of dolomit and manure
fertilizear had significant effect on the 95% confidence interval the diameter of Jabon.
Keywords: jabon, fertilizer, calcification, reclamation

RESPON PERTUMBUHAN TANAMAN JABON (Anthocephalus
cadamba (Roxb.) Miq.) TERHADAP PENGAPURAN DI AREAL
BEKAS TAMBANG

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Silvikultur


DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
ARYA PANJI
WICAKSONO

Judul Skripsi

Nama
NIM

:iRespon
Pertumbuhan
Tanaman
Jabon
(Anthocephalus cadamba (Roxb.) Miq.) Terhadap
Pengapuran di Areal Bekas Tambang
: Arya Panji Wicaksono

: E44090021

Disetujui oleh

Dr Ir Irdika Mansur, MForSc
Pembimbing

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Nurheni Wijayanto, MS
Ketua Departemen

Tanggal :

Judul Skripsi

Nama
NIM .

: Re -pon Pertumbuhan Tanaman Jabon (Anlhocephalus

cadamba (Roxb.) Mig.) Terhadap Pengapuran di Areal
Bekas Tambang
: Arya Panji Wicaksono
: E44090021

Disetujui oleh

Dr if lrdika Mansur, MForSc
Pembimbing

Tanggal:

fl·2 FEB 2014

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala
atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2013 ini ialah laju
pertumbuhan, dengan judul Respon Pertumbuhan Tanaman Jabon
(Anthocephalus cadamba (Roxb.) Miq.) Terhadap Pengapuran di Areal

Bekas Tambang.
Terima kasih kepada DriIr Irdika Mansur, MForSc selaku dosen
pembimbing. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak, Ibu, Adik dan
keluarga atas atas segala doa, bantuan dan kasih sayangnya. Kemudian
penghargaan penulis sampaikan kepada Pak Hari Sutikno, yang telah
memberikan perijinan dan bantuannya untuk melaksanakan kegiatan
penelitian di PT. Tunas Inti Abadi. Terima kasih kepada Bapak dan Ibu di
PT. Tunas Inti Abadi yang telah memberikan bimbingan dan kerjasamanya.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada keluarga besar silvikultur
46 dan teman-teman satu bimbingan, terima kasih atas kebersamaan dan
bantuannya. Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis
selama penelitian dan penyusunan skripsi yang tidak dapat penulis sebutkan
satu per satu.
Penulis menghargai segala bentuk saran dan kritik yang membangun
untuk penyempurnaan skripsi ini. Semoga hasil penelitian ini dapat
bermanfaat bagi pihak - pihak yang memerlukannya.

Bogor, Februari 2014
Arya Panji Wicaksono


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

viii

DAFTAR GAMBAR

viii

DAFTAR LAMPIRAN

viii

PENDAHULUAN

1

Latar belakang

1


Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2

METODE
Waktu dan Lokasi Penelitian

2

Bahan dan Alat

2

Prosedur Penelitian


3

Rancangan Percobaan

5

KONDISI UMUM

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

6

Pengamatan Persentase Hidup

6

Pertumbuhan Tanaman


7

Pertumbuhan Diameter

8

Pertumbuhan Tinggi

11

Pertumbuhan Diameter Tajuk

12

Perubahan Tingkat Keasaman (pH) Tanah

13

SIMPULAN DAN SARAN

14

Simpulan

14

Saran

15

DAFTAR PUSTAKA

15

LAMPIRAN

17

RIWAYAT HIDUP

20

DAFTAR TABEL
1 Rekapitulasi hasil pengukuran persentase hidup tanamanan jabon
(Anthocephalus cadamba) selama 25 MST (minggu setelah
7
tanam)
2 Hasil sidik ragam pengaruh pengapuran terhadap peubah
pertumbuhan tanaman jabon (Anthocephalus cadamba) selama 25
8
MST
3 Pengaruh perlakuan pengapuran terhadap rata-rata pertumbuhan
tinggi tanaman jabon (Anthocephalus cadamba) selama 25
11
MST
4 Pengaruh perlakuan pengapuran terhadap rata-rata pertumbuhan
diameter tajuk tanaman jabon (Anthocephalus cadamba) selama 25
13
MST

DAFTAR GAMBAR
1 Tahapan penelitian
3
2 Pertumbuhan diameter tanaman jabon (Anhocephalus cadamba)
dengan berbagai perlakuan pengapuran
9
3 Hasil uji Duncan pengaruh pengapuran terhadap rata-rata
pertumbuhan diameter tanaman jabon (Anthocephalus cadamba)
berumur 25 MST
9
4 Pertumbuhan diameter tanaman jabon (Anthocephalus cadamba)
dengan berbagai perlakuan
10
5 Pertumbuhan tinggi tanaman jabon (Anthocephalus cadamba)
dengan berbagai perlakuan pengapuran
11
6 Pertumbuhan diameter tajuk tanaman jabon (Anthocephalus
cadamba) dengan berbagai perlakuan pengapuran
12
7 Perubahan pH tanah pada lubang tanam berbagai perlakuan
pengapuran
13

DAFTAR LAMPIRAN
1 Data analisis pertumbuhan tanaman
2 Dokumentasi penelitian

17
19

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Potensi kekayaan alam Indonesia tidak hanya mencakup kekayaan sumber
daya hayati saja, tetapi juga kaya akan sumber daya energi dan mineral. Salah satu
jenis bahan tambang andalan negara ini, diluar minyak dan gas adalah batubara
(coal). Bahan tambang merupakan sumber daya alam potensial yang dapat
dimanfaatkan dan memberikan sumbangan yang besar bagi perekonomian negara.
Berdasarkan data yang dimiliki Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral
(ESDM) tahun 2013, produksi batubara telah mencapai 391 juta ton dan pada tahun
2013 juga telah mengeluarkan Surat Keputusan No.2901 Kl30/MEM/2013 Tentang
Perkiraan Kebutuhan dan Persentase Minimal Penjualan Batubara Untuk
Kepentingan Dalam Negeri tahun 2014 dimana jumlah pemakaian untuk
kebutuhan domestik sebesar 99.55 juta ton (25.90%) dari perkiraan produksi
batubara secara keseluruhan sebesar 368 899 464 ton.
Pertambangan merupakan suatu bidang usaha yang sifat kegiatannya selalu
menimbulkan perubahan pada alam lingkungannya (BPLHD Jabar 2005). Masalah
lingkungan menjadi salah satu isu penting dalam usaha pertambangan. Tanah yang
terdegradasi, tidak produktif, tidak subur dan masalah air asam tambang pada lahan
pasca tambang memerlukan perlakuan khusus untuk penanganannya. Permasalahan
yang dihadapi oleh perusahan tambang berbeda- beda, hal ini tergantung dari
kesuburan tanah dan jenis bahan galiannya. Sehingga perlu diadakan kegiatan
reklamasi untuk memulihkan kembali kondisi lahan dan vegetasi hutan yang rusak.
Reklamasi adalah kegiatan yang bertujuan memperbaiki atau menata kegunaan
lahan yang terganggu sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan agar dapat
berfungsi dan berdaya guna sesuai peruntukannya (Mansur 2010).
Rendahnya kadar unsur hara essensial seperti N, P, K, Ca, Mg, rendahnya
KTK (Kapasitas Tukar Kation) dan kandungan bahan organik, tingkat keasaman
tanah (pH) yang terlalu masam atau alkalin, toxic dari Fe dan Al, serta keberadaan
pyritei(FeS2), merupakan masalah-masalah umum yang sering ditemui pada tanahtanah di areal pasca penambangan. Kondisi seperti ini membuat tanaman tumbuh
lambat, kerdil dan seringkali mengalami kematian. Penanganan masalah ini terlebih
dahulu mengetahui sifat-sifat fisik, kimia dan biologi tanah, sehingga
penanganannya (soil amendment) dapat dilakukan dengan tepat (Setiadi 2010).
Pada tanah–tanah yang tergolong sangat masam, pemberian kapur perlu dilakukan
untuk meningkatkan pH tanah dan ketersediaan unsur-unsur lainnya, seperti P dan
berbagai unsur mikro. Pemberian bahan organik dalam bentuk kompos
dikombinasikan dengan pupuk dasar merupakan kunci pokok perbaikan lapisan
atas tanah (Iskandar 2012).
Kondisi lahan bekas tambang yang miskin unsur hara menyebabkan tanaman
lambat tumbuh. Jenis–jenis pioner diandalkan sebagai jenis awal yang dapat
tumbuh di lahan bekas tambang, sebelum ditanam jenis tanaman lokal. Menurut
Mulyana et al. (2011) jabon merupakan salah satu jenis pohon lokal Indonesia yang
pertumbuhannya cepat (fast growing species) dan sebagai tumbuhan pionir yang
dapat tumbuh di lahan terbuka dan kritis, seperti tanah liat, tanah lempung podsolik

2
cokelat, dan tanah berbatu. Karena itu, jabon dapat digunakan untuk berbagai tujuan,
diantaranya penghijauan, reklamasi lahan bekas tambang dan pohon peneduh.
Pada habitat alaminya, suhu maksimum untuk pertumbuhan jabon berkisar
o
32 –42o C dan suhu minimum berkisar 3o–15.5o C dengan suhu optimal 20o–36o C.
Curah hujan rata-rata tahunan di habitat alaminya berkisar 1i500–5i000 mm, dapat
pula tumbuh pada daerah kering dengan curah hujan tahunan sedikitnya 200 mm
(misalnya di bagian tengah Sulawesi Selatan). Jenis ini tumbuh baik pada
ketinggian 300–800 m di atas permukaan laut (Martawijaya et al. 1989). Hal
tersebut mendorong perlunya kajian mengenai respon pertumbuhan jabon
(Anthocephalus cadamba) terhadap pengapuran di areal lahan bekas tambang
dalam upaya meningkatan keberhasilan reklamasi.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan tanaman
jabon terhadap pengapuran jenis kapur pertanian dan crude gipsum di lahan bekas
tambang PT. Tunas Inti Abadi Kalimantan Selatan.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
respon dan pengaruh pertumbuhan tanaman reklamasi Jabon terhadap pengapuran
sehingga dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam salah satu teknik reklamasi
lahan tambang guna memperbaiki dan meningkatkan kualitas lahan tempat tumbuh.

METODE
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama enam bulan, dimulai pada bulan Juni sampai
dengan bulan Desember 2013. Lokasi penelitian di areal lahan bekas tambang PT.
Tunas Inti Abadi, Site Sebamban Kalimantan Selatan.
Bahan dan Alat
Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah bibit jabon yang sudah
siap tanam berumur 4–5 bulan, jumlah daun minimal 2, batang sehat, lurus dan
berkayu serta akar belum menembus polybag. Pupuk kandang (2kg/lubang tanam)
didapatkan dari perusahaan (pemupukan standar operasional prosedur PT. TIA),
sedangkan kapur pertanian (200 g/lubang tanam) dan crude gipsum (200 g/lubang
tanam) didapatkan dari SEAMEO BIOTROP.
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu cangkul, ajir, timbangan,
plastik ukuran 500 g, pita meter, penggaris, caliper digital, tally sheet, kamera,
kertas label, tali rafia, kalkulator dan alat tulis.

3
Prosedur Penelitian
Secara ringkas, alur tahapan kegiatan dari penelitian yang dilaksanakan
dapat dilihat pada Gambar 1.

Persiapan Media
Persiapan Bibit

Pemupukan

Pupuk Kandang

Pupuk Kandang+Kapur

Pupuk Kandang+Gipsum

Penanaman

Diameter tanaman

Tinggi tanaman

Diameter tajuk tanaman

Perubahan tingkat
keasaman (pH) tanah

Analisis Pertumbuhan

Gambar 1 Tahapan penelitian
Persiapan Penelitian
Persiapan penelitian dimulai dari penyiapan alat dan bahan kebutuhan
penelitian. Pengadaan bibit tanaman jabon putih, yang didapat di PT.TIA dari
pembelian di daerah Banjarmasin. Kemudian persiapan lainnya yaitu survei lokasi
penanaman, hal ini dilakukan untuk mengetahui kondisi lapangan sehingga
mempermudah dalam penentuan layout tanam dalam pelaksanaan penelitian.
Pemasangan ajir
Pemasangan ajir dilakukan untuk menentukan dan menandai posisi lubang
tanam, ajir terbuat dari kayu dengan ukuran tinggi 1.5 m dipasang pada jarak 4 x
4 m. Ajir ditancapkan dan dipasang pita berwarna merah, biru dan putih untuk
membedakan perlakuan.
Pembuatan lubang tanam dan Penanaman
Pembuatan lubang tanam dilakukan pada posisi ajir yang telah dipasang
sebelumnya, dengan ukuran sekitar 30 x 30 x 30 cm, kemudian diberikan
perlakuan pupuk kandang tanpa kapur, pupuk kandang + kapur pertanian dan pupuk
kandang + gipsum sesuai dengan dosis yang telah ditentukan. Bibit ditanam
tengah-tengah lubang dengan kondisi telah dibuka polibagnya dan ditimbun dengan

4
tanah bekas galian hingga mencapai leher akar, kemudian tanah tersebut dipadatkan.
Lubang tanam ditimbun sehingga membentuk gundukan untuk menghindari
terjadinya genangan air. Penanaman dilakukan dengan jarak tanam yang digunakan
4 x 4 m.
Perlakuan Pengapuran
Perlakuan pengapuran terdiri tiga perlakuan yaitu pupuk kandang tanpa kapur,
pupuk kandang + kapur pertanian dan pupuk kandang + gipsum. Pupuk kandang
merupakan pupuk yang biasa diaplikasikan di PT. Tunas Inti Abadi sebagai SOP
(standard operational procedur) perusahaan. Pemberian dosis pada pupuk kandang
di tiap perlakuan sebanyak 2 kg, perlakuan kapur pertanian dan gipsum dengan
dosis sebanyak 200 g. Pemberian perlakuan ini hanya dilakukan pada awal
penanaman.
Pengamatan
Parameter yang diamati dan diukur antara lain:
1. Tinggi tanaman
Pengukuran tinggi tanaman dilakukan setiap 2 minggu sekali sampai minggu
ke-5 MST (minggu setelah tanam), kemudian dilanjutkan kembali pada
minggu ke-25 MST. Pengukuran menggunakan pita meter dengan panjang
150 cm. Tinggi tanaman diukur dari 5 cm di atas permukaan tanah hingga
pucuk tanaman.
2. Diameter tanaman
Pengukuran diameter tanaman dilakukan setiap 2 minggu sekali sampai
minggu ke-5 MST, kemudian dilanjutkan kembali pada minggu ke-25 MST
dengan menggunakan calipper digital. Diameter tanaman diukur pada batang
dengan jarak 10 cm di atas permukaan tanah.
3. Diameter tajuk pada setiap tanaman
Pengukuran diameter tajuk dilakukan pada setiap 2 minggu sekali sampai
minggu ke-5 MST, kemudian dilanjutkan kembali pada minggu ke-25 MST.
Pengukuran menggunakan pita meter yang panjangnya 150 cm, dilakukan pada
tajuk terpanjang dan terpendek pada setiap tanaman, kemudian dirata-ratakan
untuk mendapatkan diameter tajuk.
5. Sifat-Sifat Tanah
Pengukuran dilakukan terhadap pH sebelum penanaman, 5 minggu setelah
tanam dan pada akhir pengamatan. Pengukuran pH tanah dilakukan dengan
menggunakan alat ukur pH soil meter dengan 5 titik pengambilan contoh pada
lubang tanam di setiap perlakuan. Waktu pengambilan sampel tanah dilakukan
sebelum penanaman, di tengah dan di akhir pengamatan. Sifat kimia tanah
menggunakan data sekunder dengan metode tanah terusik.

5
Rancangan percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan
Acak Lengkap (RAL) dengan 1 faktor yaitu pengapuran, dengan ulangan sebanyak
5 kali. Jumlah unit ulangan sebanyak 5 kali, sehingga jumlah seluruh kombinasi
perlakuan adalah 75 tanaman. Petak lahan yang digunakan adalah lahan yang
memiliki topografi datar. Respon prtumbuhan yang diukur adalah tinggi tanaman,
diameter tanaman dan diameter tajuk. Kombinasi perlakuannya yaitu sebagai
berikut:
Faktor jenis kapur, yang terdiri atas 3 perlakuan
1. Pupuk kandang tanpa kapur (N)
2. Pupuk kandang + kapur pertanian (KN)
3. Pupuk kandang + crude gypsum (GN)
Langkah-langkah pengacakan setiap kombinasi perlakuan dari 1 sampai
dengan 3. Kombinasi perlakuan diulang sebanyak 5 kali dan setiap ulangan terdapat
5 unit sehingga terdapat 75 tanaman uji. Langkah berikutnya memberi nomor pada
lubang tanam pada lahan yang digunakan dari lubang pertama sampai dengan
lubang tanam ke-75. Setiap kombinasi perlakuan diacak dan diurutkan dari lubang
tanam pertama sampai akhir. Setiap perlakuan dipetakan pada bagan petak lahan
sesuai hasil pengacakan.
Rancangan percobaan dilakukan untuk melihat pengaruh pemberian kapur.
Menurut Mattjik dan Sumertajaya (2000), model rancangan percobaan yang
digunakan adalah sebagai berikut:
Yij = μ
Yij

ij

+ αi + εij

: respon atau rata-rata pertumbuhan dalam dua minggu, untuk
unit percobaan dengan kapur i dan ulangan j
μ ij
: rataan umum pengaruh kapur i
αi
: pengaruh kapur i
: pengaruh faktor acak pada unit percobaan dengan kapur i,
εij
dan ulangan j
Pengaruh perlakuan yang diberikan terhadap pertumbuhan jabon, hipotesis
yang digunakan dalam pengujian tersebut adalah pengaruh jenis kapur:
H0: jenis kapur tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman
H1: minimal ada 1 jenis kapur yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman
Kriteria pengambilan keputusan dan hipotesis yang diuji adalah:
F hitung < F tabel, terima H0
F hitung > F tabel, terima H1
Analisis laju pertumbuhan merupakan hasil dari pengurangan data
pengamatan akhir dan pengamatan awal. Data tersebut merupakan respon
pertumbuhan dari tanaman jabon selama 25 minggu setelah tanam (MST)
pengamatan di lapangan parameter yang diamati meliputi pertumbuhan tinggi,
diameter dan diameter tajuk dan sifat kimia tanah.
Analisis dilakukan dengan menggunakan software SAS (Statistical Analysis
Software) versi 9.1 untuk software Windows. Analisis data yang dilakukan meliputi
analisis ragam dan uji DMRT (Duncan Multiple Range Test) untuk mengetahui
perbedaan antar perlakuan.

6

KONDISI UMUM
Lokasi PT. Tunas Inti Abadi (PT. TIA) secara administratif berada di dalam
empat wilayah kecamatan yang masuk dalam lokasi site PT. TIA antara lain adalah
wilayah Kecamatan Angsana, Sungai Loban, Kusan Hulu dan Satui. PT. TIA juga
berbatasan langsung dengan desa-desa sekitar, yaitu Desa Sebamban Lama, Desa
Sebamban Baru, Desa Trimartani, Desa Bunati, dan Desa Mangkalapi. Secara
astronomis areal kerja berada pada koordinat 115o54’00”-115o57’30” BT dan
3o34’3”-3o37’00” LS, dengan luas areal sebesar 2i355.2 ha (PT.iTIAi2010).
Secara morfologi, daerah Kabupaten Tanah Bumbu hampir sebagian besar
adalah dataran rendah, yaitu dengan ketinggian 0–25 mdpl dan sebagian daerah
merupakan daerah dengan ketinggian 25–100 mdpl (PT. TIA 2010). Berdasarkan
iklim Koppen, PT. TIA secara termasuk tipe Alfa (iklim hujan tropis) dengan ciri
suhu udara minimum bulanan sekitar 18 oC. Menurut Schmidt & Ferguson daerah
ini termasuk daerah berklim A (iklim hutan hujan tropis) dengan ciri yang sangat
basah. Berdasarkan data (PT. TIA 2010) curah hujan bulanan rata-rata di areal
tambang selalu di atas 200 mm dengan curah hujan berkisar antara 2i828 mm per
tahun sampai dengan 3i366 mm per tahun dan rata-rata curah hujan bulanan antara
257–394 mm, serta curah hujan tertinggi jatuh pada bulan Juni dan curah hujan
terendah jatuh pada bulan September.
Keadaan vegetasi di lokasi tambang adalah vegetasi hutan sekunder dengan
keanekaragaman dan kerapatan flora sedang. Jenis–jenis vegetasi yang berada di
lokasi penambangan adalah jenis akasia (Acacia mangium), meranti (Shorea sp.),
keruing (Dipterocarpus sp.), nyatoh (Palaqium sp.), ulin (Eusideroxylon zwageri),
laban (Vitex pubrescen), mahang (Macaranga javanica) (PT. TIA 2010).
Satwa atau fauna yang terdapat di areal pertambangan adalah fauna dari
beberapa jenis mammalia, reptil dan aves. Jenis mammalia antara lain babi hutan
(Sus scrofa), kera ekor panjang (Macacca fascicularis), bekantan (Nasalis larvatus),
tikus hutan (Ratus sp.) dan tupai (Tupaia javanica). Jenis reptil yang terdapat di
sekitar lokasi tambang antara lain biawak (Varanus salvator), kadal (Mabouya
multifasciata), bunglon (Colatus cobarus), ular hijau (Trimeresurus albbolabris),
ular tanah (Calloselasma rhodostoma), ular piton (Python sp.), ular kobra (Elapidae
sp.). Jenis Aves antara lain elang bondol (Haliastur indus), pipit (Lonchura
punctulata), tekukur (Streptopelia chinensis), srindit (Loriculus sp.), gagak (Corvus
sp.), perenjak (Prinia familaris), emprit/bondol jawa (Lonchura leucogastroides)
dan puyuh (Coturnic coturnix) (PT. TIA 2010).

HASIL DAN PEMBAHASAN
Persentase Tumbuh Tanaman
Hasil pengamatan presentase hidup merupakan indikator tanaman pada
tingkat ketahanan hidup terhadap kondisi lahan kritis. Rekapitulasi hasil
persentase hidup tanaman jabon pada tiap perlakuan dari minggu pertama
sampai minggu ke-25 disajikan pada Tabel 1.

7
Tabel 1

Rekapitulasi hasil pengukuran persentase hidup tanamanan jabon
(Anthocephalus cadamba) selama 25 MST (minggu setelah tanam)
Persen hidup tanaman (%)
Jumlah
persen hidup
Perlakuan
Ulangan ketanaman (%)
1
2
3
4
5
Pupuk
kandang
80
60
100
60
80
76
tanpa kapur
Pupuk
kandang +
80
80
100
100
60
84
kapur
Pupuk
kandang +
60
100
100
60
100
84
gipsum

Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan No.P.60/Menhut-II/2009 tentang
Pedoman Penilaian Keberhasilan Reklamasi Hutan dikatakan berhasil apabila nilai
persen tumbuh tanaman lebih dari 80%. Persentase pertumbuhan sampai
pengamatan 25 MST, terdapat persamaan jumlah persen hidup antara perlakuan
pupuk kandang + kapur dan pupuk kandang + gipsum sebesar 84% atau 21 tanaman
yang masih hidup. Jumlah persentase perlakuan tersebut dapat dikatakan berhasil,
dengan nilai persen tumbuh lebih dari 80%. Persentase pada perlakuan pupuk
kandang tanpa kapur hanya memiliki nilai hidup 76% hidup.
Pemberian pupuk kandang saja belum cukup untuk membantu tanaman
tumbuh optimal di areal bekas tambang. Menurut Jumin (2008) sebelum
dimanfaatkan oleh tanaman, pupuk kandang terlebih dahulu mengalami proses
mineralisasi dari humifikasi dengan bantuan mikroorganisme pengurai. Dalam
proses tersebut, suhu dapat meningkat dan mencapai 75 oC yang berakibat buruk
pada tanaman.
Pertumbuhan Tanaman
Pertumbuhan adalah pertambahan jumlah sel, volume dan bobot. Seluruh ciri
pertumbuhan dapat diukur, cara pengukuran yang biasa digunakan adalah
pengukuran volume atau massa (Salisbury dan Ross 1995). Kondisi lahan bekas
tambang merupakan daerah marjinal untuk pertumbuhan tanaman, perlu adanya
penambahan unsur hara tertentu untuk mengkondisikan tempat tumbuh dan
tanaman dapat tumbuh dengan baik.
Parameter pertumbuhan yang diukur dan diamati adalah presentase hidup
tanaman, pertumbuhan tinggi tanaman, pertumbuhan diameter tanaman, dan
pertumbuhan diameter tajuk. Tabel 2 menunjukkan bahwa perlakuan pengapuran
hanya berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan diameter pada 5 dan 25 MST.

8
Tabel 2 Hasil sidik ragam pengaruh pengapuran terhadap peubah pertumbuhan
tanaman jabon (Anthocephalus cadamba) selama 25 MST
Umur (MST)
F hitung
Pr > F
Peubah
Diameter
1
0.70
tn
3
1.21
tn
5
5.82
*
25
5.72
*
Tinggi
1
0.32
tn
3
1.36
tn
5
0.44
tn
25
1.46
tn
Diameter tajuk
1
0.93
tn
3
1.46
tn
5
0.82
tn
25
0.99
tn
(tn): tidak berbeda nyata, (*): berbeda nyata pada taraf uji 5%; MST: minggu setelah tanam.

Menurut Foth (1988) kapur (dolomit) dan gipsum merupakan mineralmineral kalsium yang penting. Kapur (dolomit) berfungsi sebagai pupuk untuk
menyediakan kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) sebagai nutrisi. Batu kapur
dolomit (CaCO3) akan terhidrolisa untuk menghasilkan (OH-), memperkaya tanah
untuk menaikkan pH dan meningkatkan kejenuhan basa. Sanusi (1986) dalam
Banurea (2011) menyebutkan bahwa gipsum (CaSO4.2H2O) yang biasa
dipergunakan dalam pembuatan semen Portland dapat bermanfaat sebagai pupuk
tanaman. Jenis ini meliputi 28% dari seluruh volume perdagangan.
Pertumbuhan Diameter Tanaman
Pengukuran diameter penting karena merupakan salah satu dimensi pohon
yang secara langsung dapat diukur untuk mengukur luas penampang, luas
permukaan, dan volume pohon (Husch et al. 2003). Grafik pertumbuhan diameter
tanaman jabon pada berbagai perlakuan pengapuran di areal lahan bekas tambang
PT. Tunas Inti Abadi yang dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2 menunjukkan pada minggu ke-25 perlakuan pupuk kandang +
kapur memiliki rata-rata diameter signifikan lebih besar dari pada perlakuan pupuk
kandang + gipsum dan pupuk kandang tanpa kapur, dengan diameter rata-rata
beturut-turut sebesar 11.3 mm, 9.2 mm dan 8.2 mm . Berdasarkan hasil sidik ragam
pada Tabel 2 pengapuran sampai minggu ke-3 tidak berbeda nyata terhadap
diameter tanaman, namun perlakuan tersebut mulai berpengaruh nyata pada 5 dan
25 MST. Untuk mengetahui pengapuran terbaik dalam pertumbuhan diameter maka
perlu dilakukan Uji Ducan.

9
12
10
8
6
4
2
0
1

3

5

7

9

11

13

15

17

19

21

23

25

Minggu ke-

Rata-rata pertumbuhan
diameter (mm)

Gambar 2 Pertumbuhan diameter tanaman jabon (Anhocephalus cadamba) dengan
berbagai perlakuan pengapuran
Pupuk kandang,
Pupuk
kandang + kapur dan
Pupuk kandang + gipsum

8
7
6
5
4
3
2
1
0

7.3 a

Pupuk
Kandang

5.3 b
4.4 b

Pupuk
Kandang +
Kapur
Pupuk
Kandang +
Gipsum
Perlakuan

Gambari 3

Hasil uji Duncan pengaruh pengapuran terhadap rata-rata
pertumbuhan idiameter tanaman jabon (Anthocephalus cadamba)
berumur 25 MST

Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa perlakuan pupuk kandang + kapur
berbeda nyata terhadap pupuk kandang + gipsum dan pupuk kandang, dengan ratarata pertumbuhan diameter sebesar 7.3 mm/25 minggu. Sedangkan pertumbuhan
diameter dengan perlakuan pupuk kandang + gipsum dan pupuk kandang sebesar
5.3 mm/25 minggu dan 4.4 mm/25 minggu. Perlakuan pupuk kandang + kapur
memiliki nilai lebih tinggi 65.9% dibandingkan dengan kontrol (pupuk kandang),
menunjukkan bahwa pemupukan saja belum cukup tanpa pengapuran.
Parameter diameter memberikan perbedaan nyata terhadap pemberian
pupuk kandang + kapur. Hal ini sama dengan dengan hasil penelitian yang telah
dilakukan (Safriati 2012) dan (Adiwicaksono 2013) menunjukkan bahwa jenis
jabon dapat bertahan hidup di lahan bekas tambang batu bara dengan kondisi pH

10
tanah yang rendah dan miskin unsur hara. Berikut perbandingan data pertumbuhan
antara beberapa perlakuan pupuk dalam Safriati (2012) dan Adiwicaksono (2013)
sampai 8 MST pada Gambar 4.

Pertumbuhan diameter (cm)

0.9

0.83

0.8
0.7

0.71
0.6

0.6
0.5

Pupuk Kompos 1 kg+
pupuk organik 0,25
kg + NPK mutiara
anorganik 15 g
Pupuk kandang 3 kg

0.4
0.3

Pupuk kandang 2 kg
+ kapur pertanian
200 gr

0.2
0.1
0
Perlakuan

Gambar 4 Pertumbuhan diameter tanaman jabon (Anthocephalus cadamba)
dengan berbagai perlakuan
Gambar 4 menunjukkan bahwa pemberian pupuk kompos 1 kg + pupuk
organik 0.25 kg + NPK mutiara anorganik 15 g berpengaruh nyata terhadap respon
pertumbuhan diameter, dengan rata-rata tanaman jabon sebesar 0.6 cm. Menurut
Adiwicaksono (2013) pemberian pupuk kandang 3 kg diperoleh diameter rata-rata
sebesar 0.83 cm. Sedangkan pada penelitian ini diperoleh pertumbuhan diameter
rata-rata sebesar 0.71 cm.
Perbedaan pertumbuhan diduga karena adanya perbedaan konsentrasi dan
jenis unsur tambahan pada pemupukan yang diberikan dan juga perbedaan tempat
tumbuh atau lokasi penanaman. Perlakuan pengapuran pada areal bekas tambang
harus dilakukan dengan berbagai pertambahan jenis pupuk lainnya atau pengapuran
untuk mengembalikan kesuburan tanah dan mengoptimalkan pertumbuhan.
Menurut Purwowidodo (1991) kondisi kesuburan tanah dapat berdampak terhadap
perilaku fisiologis tanaman dan ditunjukkan oleh perkembangan riap tumbuh,
seperti diameter dan tinggi.
Pertumbuhan Tinggi Tanaman
Menurut Sitompul dan Guritno (1995) menyebutkan bahwa tinggi tanaman
merupakan ukuran pertumbuhan yang paling mudah dilihat dan setiap harinya akan
mengalami perubahan. Pertumbuhan tinggi tanaman Jabon pada berbagai perlakuan
pengapuran dapat dilihat pada Gambar 5.

11
40
35
30
25
20
15
10
5
0
1

3

5

7

9

11

13

15

17

19

21

23

25

Minggu keGambar 5 Pertumbuhan tinggi tanaman jabon (Anthocephalus cadamba) dengan
berbagai perlakuan pengapuran
Pupuk kandang,
Pupuk
kandang + kapur dan
Pupuk kandang + gipsum
Gambar 5 menunjukkan bahwa perlakuan pengapuran memiliki
kecenderungan pertumbuhan tinggi yang cenderung meningkat, sedangkan bibit
yang hanya diberi pupuk kandang tanpa kapur pertumbuhan tingginya cenderung
menurun. Pupuk kandang tanpa kapur pada minggu ke-25 memiliki rata-rata tinggi
33 cm, pupuk kandang + kapur 34.2 cm dan pupuk kandang + gipsum 31 cm. Hasil
sidik ragam (Tabel 2) menunjukkan berbagai perlakuan pengapuran yang diberikan
belum memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi.
Tabel 3 Pengaruh perlakuan pengapuran terhadap rata-rata pertumbuhan tinggi
tanaman jabon (Anthocephalus cadamba) selama 25 MST
Perlakuan
Pertumbuhan tinggi rata-rata (cm)
Pupuk kandang tanpa kapur
9.2
Pupuk kandang + kapur
12.2
Pupuk kandang +gipsum
10.3
Perlakuan pupuk kandang + kapur menghasilkan rata-rata pertumbuhan
tinggi sebesar 12.2 cm, kemudian perlakuan pupuk kandang + gipsum 10.3 cm dan
pupuk kandang 9.2 cm. Pertumbuhan tinggi tanaman terhadap pengapuran tidak
berpengaruh nyata, hal ini diduga intensitas cahaya dan kuatnya penyinaran
matahari pada areal bekas tambang. Menurut Gardner et al. (1985) menyatakan
bahwa penyinaran yang kuat akan menurunkan hormon auksin dan mengurangi
tinggi tanaman. Ruas batang tanaman yang ternaungi, seperti pada tegakan yang
rapat akan lebih terentang atau lebih panjang. Secara teoritis, pengaruh naungan
menjadikan auksin bekerja sinergis dengan giberelin dan menghasilkan
pertumbuhan tinggi yang baik.
Secara analisis ragam pengapuran tidak memberikan pengaruh beda nyata
terhadap pertumbuhan tinggi tanaman. Hasil ini seiring dengan penelitian Safriati
(2012) menunjukkan bahwa tidak berpengaruh nyata pemberian pemupukan
terhadap pertumbuhan tinggi rata-rata tanaman jabon, melainkan berpengaruh nyata

12
terhadap sumber benih jabon tersebut. Adiwicaksono (2013) juga menunjukkan
bahwa tidak berpengaruh nyata pemberian pemupukan terhadap pertumbuhan tinggi
rata-rata tanaman jabon, melainkan berpengaruh nyata terhadap jenis tanaman
reklamasi, yaitu jenis sengon buto yang memiliki pengaruh nyata. Hal ini diduga
karena pertumbuhan jenis jabon terlihat lebih baik pada pertumbuhan daun,
sehingga tinggi tanaman jabon lebih pendek dibandingkan dengan jenis sengon
buto.
Pertumbuhan Diameter Tajuk
Daun pada pohon muda yang diberi pupuk umumnya lebih lebar, dengan
posisi lebih rendah di bagian pangkal dan meruncing di bagian puncak
(Soerianegara dan Lemmens 1993). Diameter tajuk didapatkan dari pengukuran
rata-rata lebar daun terpanjang dan lebar daun terpendek. Dari hasil pengukuran
keduanya, diperoleh grafik pertumbuhan sebagai berikut.
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
1

3

5

7

9

11

13

15

17

19

21

23

25

Minggu keGambar 6 Pertumbuhan diameter tajuk tanaman jabon (Anthocephalus cadamba)
dengan berbagai perlakuan pengapuran
Pupuk kandang,
Pupuk kandang + kapur dan
Pupuk kandang + gipsum
Gambar 6 menunjukkan bahwa pada minggu ke-25 perlakuan pupuk
kandang tanpa kapur, pupuk kandang + kapur dan pupuk kandang + gipsum
memiliki diameter tajuk rata-rata sebesar 40.5 cm dan 39.5 cm dan 34.3 cm. Hasil
sidik ragam (Tabel 2) menunjukkan berbagai perlakuan pengapuran yang diberikan
belum memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan diameter tajuk.
Pengaruh perlakuan jenis pengapuran terhadap pertumbuhan diameter tajuk
selama 25 MST disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4 Pengaruh perlakuan pengapuran terhadap rata-rata pertumbuhan diameter
tajuk tanaman jabon (Anthocephalus cadamba) selama 25 MST
Perlakuan
Pertumbuhan diameter rata-rata (cm)
Pupuk kandang tanpa kapur
21.3
Pupuk kandang + kapur
28.1
Pupuk kandang +gipsum
25.0

13
Pertumbuhan diameter tajuk tidak berpengaruh terhadap pengapuran, diduga
karena terjadi pencucian pupuk oleh hujan dan usia tanaman masih muda. Areal
bekas tambang memiliki unsur hara yang rendah, salah satunya unsur nitrogen.
Defisiensi nitrogen menyebabkan pengurangan luas daun karena menuanya daundaun yang lebih bawah. Pemupukan nitrogen (N) mempunyai pengaruh yang nyata
terhadap perluasan daun, terutama pada lebar dan luas daun (Gardner et al. 1985).
Perubahan Tingkat Keasaman (pH) Tanah
Menurut Adiwicaksono (2013), kondisi lahan bekas tambang PT. Tunas Inti
Abadi memiliki pH tanah sangat masam dan miskin unsur hara. Hasil evaluasi
kesuburan tanah menunjukkan bahwa rata-rata pH tanah ini berkisar antara 3.2–3.6
(H2O) dan nilai KTK tanah sangat rendah yaitu antara 4.42–5.27 cmol/kg.
Berdasarkan kriteria penilaian sifat kimia tanah Pusat Penelitian Tanah (1983)
dalam Hardjowigeno (2010), pH (H2O) tanah di bawah 4.5 tergolong dalam kriteria
tanah sangat masam dan KTK dibawah 5 cmol/kg tergolong sangat rendah.
Kapasitas Tukar Kation (KTK) merupakan sifat kimia tanah yang erat
hubugannya dengan kesuburan tanah. Tanah dengan KTK rendah akan sulit
menyerap air dan miskin unsur hara karena mudah tercuci, sehingga tanaman akan
sulit untuk tumbuh dengan baik (Hardjowigeno 2010). Berdasarkan data yang
didapatkan, kandungan unsur hara tanah di PT. Tunas Inti Abadi dari hasil analisis
kesuburan tanah sangat rendah. Pertumbuhan juga dipengaruhi oleh ketersediaan
unsur hara dalam tanah. Apabila unsur hara yang tersedia kurang maka akan
menyebabkan pertumbuhan yang tidak normal (Foth 1988).
Tingkat keasaman tanah (pH)

7
6

Pupuk Kandang

5
4

Pupuk Kandang +
Kapur
Pupuk Kandang +
Gipsum

3
2
1
0
0

5
Minggu ke-

25

Gambar 7 Perubahan pH tanah pada lubang tanam berbagai perlakuan pengapuran
Pengukuran tingkat keasaman (pH) di areal penelitian dengan mewakili setiap
lubang tanam perlakuan didapatkan rata-rata pH sebesar 4.7–6.12. Pengamatan pH
tanah pada minggu ke-25 bervariasi pada berbagai titik pengamatan berkisar 5.62–
6.6. Hasil pengamatan akhir, perlakuan pupuk kandang + kapur dan pupuk kandang
+ gipsum memberikan respon yang lebih baik untuk menaikkan pH mendekati
normal dibanding perlakuan lainnya. Secara berurutan mempunyai rata-rata
perubahan pH sebesar 1.2/6 bulan dan 1.9/6 bulan. Sedangkan pada perlakuan
pupuk kandang tanpa kapur mengalami penurunan pH (-0.8/6 bulan). Hal ini
menunjukkan bahwa telah terjadi perbaikan kualitas tanah oleh perlakuan

14
pengapuran, sedangkan terjadi perubahan pH yang negatif pada perlakuan pupuk
kandang tanpa kapur.
Ispandi dan Munip (2005) menyatakan reaksi tanah atau pH tanah yang
terlalu rendah menyebabkan tidak tersedianya unsur hara tanaman di dalam tanah,
seperti hara P, K, Ca, Mg dan unsur mikro yang menyebabkan tanaman mengalami
kahat unsur hara sehingga hasil tanaman tidak optimal. Perlakuan pupuk kandang
pada awal pengamatan sampai akhir pengamatan 25 MST mengalami penurunan
tingkat keasaman (pH). Menurut Sarief (1985) pupuk kandang adalah pupuk yang
berasal dari campuran kotoran ternak atau hewan, urin, serta sisa-sisa makanan
yang tidak dapat dihaluskan. Hal ini diduga menyebabkan kondisi keasaman tanah
menurun, dikarenakan kandungan pupuk kandang yang bersifat asam karena
berasal langsung dari fermentasi tubuh hewan. Efek kelebihan pupuk kandang akan
menimbulkan pencemaran nitrat (NO-3) dan ammonia (NH3+) sehingga
menyebabkan eutrofikasi yang menyebabkan kerusakan dan kematian pada
tanaman (Jumin 2008).
Pemberian tanur debu (CaO) dan kapur pertanian pada areal reklamasi dapat
memberikan dampak efektif untuk menetralkan tanah asam tambang dan
menurunkan jumlah bahan logam pada tanah dan mengakumulasikannya dengan
tanaman sehingga dapat meningkatkan pH tanah (Sheoran et al. 2010). Menurut
Gardner et al. (1985) status keberadaan (Ca) dalam tanaman erat hubungannya
dengan pH, yang mana pengaruhnya lebih besar dibandingkan pengaruh
ketersediaan Ca itu sendiri.iKalsium mempengaruhi ketersediaan nutrisi yang lain
dan pertumbuhan mikroflora tanah, terutama bakteri.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Pemberian pupuk kandang + kapur pertanian di lokasi areal bekas tambang
PT. Tunas Inti Abadi berpengaruh nyata pada pertumbuhan diameter bibit jabon.
Pemberian pupuk kandang 2 kg dan kapur 200 g memberikan pengaruh terbaik
dalam waktu 25 minggu untuk diameter tanaman jabon dengan laju pertumbuhan
7.3 mm/25 minggu dan dosis pupuk kandang 2 kg dan gipsum 200 g memberikan
pengaruh pada diameter dengan tingkat pertumbuhan 5.3 mm/25 minggu.
Perbedaan jenis kapur tidak berpengaruh nyata pada laju pertumbuhan tinggi
dan dameter tajuk, tetapi berpengaruh terhadap pH tanah, dengan pengaruh terbaik
menurunkan keasaman pada perlakuan pupuk kandang + kapur pertanian,
sedangkan untuk pupuk kandang tanpa kapur menjadikan keasaman berubah lebih
tinggi.
Saran
Berdasarkan dari hasil penelitian pada kegiatan reklamasi lahan bekas
tambang, pemupukan saja tidak cukup tetapi perlu ditambahkan dengan pengapuran.
Perlu ditemukan dosis yang tepat untuk melakukan pengapuran, karena dosis 200
g belum memberikan pengaruh yang signifikan. Pengapuran juga mampu

15
mempertahankan bahkan meningkatkan kualitas tempat tumbuh. Penelitian lebih
lanjut diperlukan untuk mengetahui dosis pengapuran yang tepat untuk
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan tanaman pada areal
bekas tambang.

DAFTAR PUSTAKA
Adiwicaksono. 2013. Pertumbuhan jabon merah, jabon dan sengon buto di lahan
bekas tambang batubara PT. Tunas Inti Abadi, Kalimantan Selatan [skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Provinsi Jawa Barat.
2005. Status Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Barat. Jawa Barat (ID):
BPLHD Jabar.
Banurea R. 2011. Pemanfaatan Serbuk Batang Kelapa Sawit Sebagai Pengisi Pada
Pembuatan Lembaran Plafon Gipsum Dengan Bahan Pengikat Poliuretan
[tesis]. Medan (ID): Universitas Sumatera Utara.
[ESDM] Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral. 2013. Surat Keputusan
No.2901 Kl30/MEM/2013 tentang Perkiraan Kebutuhan dan Persentase
Minimal Penjualan Batubara Untuk Kepentingan Dalam Negeri tahun 2014.
Jakarta (ID): ESDM.
Foth HD. 1988. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Purbayanti ED, Lukiwati DR,
Trimulatsih R, penerjemah; Hudoyo SAB, editor. Yogyakarta (ID): UGM
Press. Terjemahan dari: Fundamentals of Soil Science.
Gardner FP, Pearce RB, Mitchell RL. 1985. Fisiologi Tanaman Budidaya. Susilo
H, penerjemah. Jakarta (ID): UI Press. Terjemahan dari: Physology of Crop
Plants.
Hardjowigeno S. 2010. Ilmu Tanah. Jakarta (ID). PT Mediyatama Sarana Perkosa.
Husch B, Beers TW, Kershaw JA. 2003. Forest Mensuration. New Jersey (US):
John Wiley & Sons Inc.
Iskandar. 2012. Reklamasi dan Pengelolaan Lahan Bekas Tambang. Makalah
disampaikan pada “Seminar Reklamasi dan Pengelolaan Lahan Bekas
Tambang serta Kewajiban Iuran Pertambangan” di Muara Teweh, 10 dan
11 April 2012.
Ispandi A, Munip A. 2005. Efektifitas pengapuran terhadap serapan hara dan
produksi beberapa klon ubi kayu di lahan kering masam. J Ilmu Pertanian.
12(2):125-139.
Jumin HB. 2008. Dasar-Dasar Agronomi. Jakarta (ID): Raja Grafindo Persada.
[Kemenhut] Kementerian Kehutanan. 2009. Peraturan Menteri Kehutanan
Republik Indonesia Nomor: P.60/Menhut-II/2009 tentang Pedoman
Penilaian Keberhasilan Reklamasi Hutan. Jakarta (ID): Kemenhut.
Mansur I. 2010. Teknik Silvikultur untuk Reklamasi Lahan Bekas Tambang. Bogor
(ID): SEAMEO BIOTROP.
Martawijaya A, Kartasujana I, Mandang YI, Prawira SA, Kadir K. 1989. Atlas Kayu
Indonesia Jilid II. Bogor (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil
Hutan.
Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2000. Rancangan Percobaan. Bogor (ID): IPB Press.

16
Mulyana D, Asmahrahman C, Fahmi I. 2011. Panduan Lengkap Bisnis dan
Bertanam Kayu Jabon. Bogor (ID): Agromedia Pustaka.
[PT TIA] PT Tunas Inti Abadi. 2010. Laporan Rencana Penutupan Tambang PT
Tunas Inti Abadi Kabupaten Tanah Bumbu Kalimantan Selatan.
Banjarmasin (ID): PT Tunas Inti Abadi.
Purwowidodo. 1991. Gatra Tanah dalam Pembangunan Hutan Tanaman. Bogor
(ID): IPB.
Safriati. 2012. Respon pertumbuhan jabon terhadap sumber benih dan dosis pupuk
yang berbeda pada daerah bekas tambang batubara di PT Kaltim Prima
Coal, Sangatta, Kalimantan Timur [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Salisbury FB, Ross CW. 1995. Fisiologi Tumbuhan, Jilid 3. Bandung (ID):
Penerbit ITB Bandung.
Sarief ES. 1985. Kesuburan dan Pemupukan. Bandung (ID): Pustaka Buana CV.
Setiadi Y. 2010. Post Mining Restoration Technical Notes. Bogor (ID): Fahutan
IPB.
Sheoran V, Sheoran AS, dan Poonia P. 2010. Soil reclamation of abandoned mine
land by revegetation: A Review. International J. Soil, Sediment and Water.
[internet]. [diunduh 2013 Jan 12]; 3(2): 13. Tersedia pada
http://scholarworks.umass.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1107&context
=intljssw
Sitompul SM, Guritno B. 1995. Analsis Pertumbuhan Tanaman. Yogyakarta (ID):
Gadjah Mada University Press.
Soerianegara I, Lemmens RHMJ. 1993. Plant Resources of South-East Asia 5(1):
Timber Trees: Major Commercial Timbers. Wageningen (ND): Pudoc
Scientific Publishers.
.

17
Lampiran 1 Analisis regresi dan uji duncan parameter diameter

DIAMETER
The ANOVA Procedure
Source
Model

df
2

Sum of Square
21.66169333

Error

12

22.71664000

Corrected Total 14

44.37833333

Mean Square
10.83084667

F Value
5.72

Pr > F
0.0180

1.89305333

Means with the same letter are not significantly different.
Duncan Grouping

Mean
7.2840

N Perlakuan
5 KN

B

5.2960

5 GN

B

4.4100

5 N

A

Lampiran 2 Analisis regresi dan uji duncan parameter tinggi
TINGGI
The ANOVA Procedure
Source
Model

df
2

Sum of Square
23.4677733

Mean Square
11.7338867

Error

12

96.3079200

8.0256600

F Value
1.46

Pr > F
0.2702

Corrected
14
119.7756933
Total
Means with the same letter are not significantly different.
Duncan
Grouping

Mean
12.236

N
5

Perlakuan
KN

A

10.288

5

GN

A

9.214

5

N

A

A

18
Lampiran 3 Analisis regresi dan uji duncan parameter diameter tajuk
DIAMETER TAJUK
The ANOVA Procedure
Source
Model

df
2

Sum of Square
109.3978533

Mean Square
54.6989267

Error

12

661.0613200

55.0884433

Corrected Total 14

770.4591733

F Value
0.99

Pr > F
0.3990

Means with the same letter are not significantly different.
Duncan Grouping
A

Mean
27.368

N Perlakuan
5 KN

A

24.164

5 GN

A

20.754

5 N

19
Lampiran 4 Dokumentasi Penelitian

Tinggi jabon perlakuan
pupuk kandang+ kapur di 25
MST

Tinggi jabon perlakuan
pupuk kandang+ gipsum di
25 MST

Tinggi jabon perlakuan
pupuk kandang tanpa kapur
di 25 MST

Tanaman perlakuan pupuk
kandang+ kapur di 25 MST

Tanaman perlakuan pupuk
kandang+ gipsum di 25 MST

Tanaman perlakuan pupuk
kandang tanpa kapur di 25
MST

Diameter tajuk jabon
perlakuan kandang+ kapur di
25 MST

Diameter tajuk jabon
perlakuan kandang+ gipsum
di 25 MST

Diameter tajuk jabon pupuk
kandang tanpa kapur di 25
MST

20

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tangerang pada tanggal 9 Juli 1991 dari ayah
Subur Cahyono dan ibu Wilda Muchmi. Penulis adalah putra pertama dari dua
bersaudara. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Ciputat dan pada tahun
yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur
Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI-IPB) dan diterima di Departemen Silvikultur,
Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif berorganisasi, yakni Forum
Komti TPB, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Tingkat Persiapan Bersama
2009/2010 sebagai staff Departemen Budaya, Olahraga dan Seni. Badan
Eksekutif Mahasiswa Fakultas Kehutanan IPB sebagai staff Departemen
Advokasi dan Kesejahteraan Mahasiswa pada tahun 2010/2011, Tree Grower
Community (TGC) sebagai anggota grup keilmuan Seedling Group pada tahun
2010/2011, Tree Grower Community (TGC) sebagai Ketua Umum pada tahun
2011/2012, DKM Ibaadurahman sebagai anggota PSDM pada tahun 2011/2012
dan BEM KM IPB 2013 sebagai Menteri Lingkungan Hidup pada tahun
2012/2013.
Selain penulis aktif dalam organisasi penulis pernah menjadi asisten
praktikum Silvika dan Kebakaran Hutan pada tahun ajaran 2012/2013. Pada bulan
Juli tahun 2011 penulis melaksanakan Praktik Pengelolaan Ekosistem Hutan
(PPEH) di lokasi Pangandaran–Gunung Sawal, pada bulan Juni sampai
dengan bulan Juli tahun 2012 penulis melaksanakan Praktik Pengelolaan
Hutan (PPH) di lokasi Hutan Pendidikan Gunung walat (HPGW) Sukabumi,
Bandung dan Cianjur serta pada bulan Juni sampai dengan bulan Agustus tahun
2013 penulis melaksanakan Praktik Kerja Profesi (PKP) di PT. Tunas Inti Abadi
Kalimantan Selatan.
Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan
skripsi dengan judul “Respon Pertumbuhan Tanaman Jabon (Anthocephalus
cadamba (Roxb.) Miq.) Terhadap Pengapuran di Areal Bekas Tambang di bawah
bimbingan Dr Ir Irdika Mansur, MForSc.