STRATEGI PEMERINTAH INDONESIA DALAM KERJASAMA PARIWISATA DENGAN TURKI ERA PRESIDEN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena hanya dengan kehendak, berkat, serta karunia-Nya lah penyusunan skripsi yang berjudul “Strategi Pemerintah Indonesia Dalam Kerjasama Pariwisata Dengan Turki Era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono” ini dapat terselesaikan.

Penyusunan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi dan melengkapi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana ilmu politik atas jenjang studi S1 pada Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan dan keterbatasan yang perlu disempurnakan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran maupun kritik yang membangun agar tidak terjadi kesalahan yang sama dikemudian hari dan dapat meningkatkan kualitas ke tahap yang lebih baik.

Yogyakarta,05 September 2016

Penulis,


(6)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ... i

HALAMAN PERSEMBAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Kerangka Pemikiran / Teori yang digunakan ... 10

1. Diplomasi Kebudayaan (Cultural Diplomation) ... 11

D. Tujuan Penelitian ... 21

E. Hipotesa ... 21

F. Metodelogi Penelitian ... 22

G. Jangkauan Penelitian ... 22

H. Sistematika Penulisan Skripsi ... 23

BAB IIKEBIJAKAN UMUM NEGARA REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENINGKATAN PARIWISATA INTERNASIONAL……….24

A. Kondisi Pariwisata Indonesia ... 24

B. Kebijakan Pariwisata Indonesia ... 26

1. Program Pengembangan Industri Pariwisata Indonesia ... 27


(7)

4. Program Pengembangan Kemitraan ... 35

BAB IIIDINAMIKA HUBUNGAN BILATERAL INDONESIA DENGAN TURKI ERA KEPEMIMPINAN PRESIDEN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO………37

A. Sejarah Hubungan Bilateral Indonesia Dengan Turki ... 38

B. Dinamika Hubungan Bilateral Indonesia Dengan Turki... 41

C. Diplomasi Budaya Indonesia Di Turki ... 47

D. Perkembangan Kerjasama Pariwisata Indonesia Dan Turki Di Era Kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ... 53

BAB IVSTRATEGI PEMERINTAH INDONESIA DI BAWAH PRESIDEN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO DALAM KERJASAMA PARIWISATA DENGAN TURKI………...65

A. Upaya Diplomasi Budaya Pemerintah Indonesia Dalam Kerjasama Pariwisata Dengan Turki ... 70

1. Eksebisi Sebagai Ajang Promosi Kebudayaan Yang Diadakan Oleh Indonesia Di Turki ... 75

2. Propaganda Sebagai Promosi Kebudayaan Indonesia... 86

3. Kompetisi Indonesia dan Turki ... 91

B. Kerjasama Sektor Lain Untuk Meningkatkan Sektor Pariwisata Indonesia97 1. Bebas Visa Diplomatik Dan Pemberlakuan Visa On Arrival (Voa) Yang Disepakati Oleh Indonesia Dan Turki ... 98

2. Jalur Transportasi Darat Dan Laut Indonesia Ke Turki ... 99


(8)

(9)

STRATEGI PEMERINTAH INDONESIA DALAM KERJASAMA PARIWISATA DENGAN TURKI ERA PRESIDEN SUSILO BAMBANG

YUDHOYONO ABSTRAK

Republik Indonesia dan Republik Turki telah menyepakati kerjasama dalam bidang Pariwisata pada 6 Oktober 1993 yang di tanda tangani dalam MoU (Nota Kesepahaman) dan dapat diperpanjang setiap 5 (lima) tahun sekali. MoU tersebut ditanda tangani oleh kedua negara yang diwakili oleh Joop Ave sebagai Menteri Pariwisata Indonesia dan Abdul Kadir Ates sebagai Menteri Pariwisata Turki.

Kerjasama tersebut kembali diperpanjang hingga tahun dimana Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menjabat sebagai Presiden ke 6 Republik Indonesia. Pada era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Pemerintah Indonesia gencar melakukan diplomasi budaya nya ke Negara Transkontinental tersebut guna mencapai kepentingan yaitu meningkatkan sektor pariwisata internasional Indonesia.

Dalam skripsi ini, penulis menggunakan 2 (dua) teori konsep, yang pertama adalah Diplomasi Kebudayaan, konsep ini digunakan untuk mengetahui bentuk dari soft diplomacy yang dilakukan Pemerintah Indonesia di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono seperti mengadakan promosi, eksebisi hingga kompetisi guna membuktikan kualitas Indonesia kepada Turki dan dunia internasional. Konsep kedua menggunakan konsep Implementasi Kebijakan yang digunakan untuk mengetahui


(10)

kebijakan yang dibuat oleh kedua negara guna menyesuaikan perjanjian yang telah disetujui dalam MoU kerjasama pariwisata tersebut.

Berdasarkan penelitian yang telah ditulis oleh penulis dalam skripsi ini dapat disimpulkkan bahwa Pemerintah Indonesia di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono serius untuk meningkatkan sektor pariwisata nasional melalui kerjasama dengan Republik Turki. Pasalnya jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia mengalami peningkatan yang juga diiringi dengan jumlah devisa yang diterima Indonesia melalui sektor pariwisata tahun dari tahun 2004 hingga 2014.

Keywords : Pemerintah Indoensia, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Kerjasama Bilateral, MoU (Nota Kesepahaman), Pariwisata (Tourism), Turki, Indonesia.


(11)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Sebuah negara dalam dunia internasional sama hal nya dengan manusia yang bersifat sosial di mana terdapat interaksi serta ketergantungan antara individu atau kelompok yang satu dengan yang lain. Faktor ketergantungan dan melakukan interaksi dengan aktor atau negara lain ini mendesak sebuah negara untuk dapat menjalin hubungan dan kerjasama, mengingat bahwa masing-masing negara memiliki dominan yang berbeda dengan negara lain, seperti sumber daya alam, sumber daya manusia, militer, industri, teknologi, bentang alam dan lain sebagainya. Kerjasama antar negara baik yang bersifat bilateral, multirateral, regional dan lain sebagainya akan membentuk suatu hubungan yang saling menguntungkan satu sama lain demi memenuhi kepentingan nasionalnya.

Kemudian dalam dunia hubungan internasional yang semakin kompleks seiring berjalanya waktu, terdapat aturan yang bersifat normatif dan etika yang dapat menyelaraskan antara metode dan kepentingan yang akan dicapai. Ilmu hubungan internasional merupakan landasan teori dan sekaligus menjadi kontrol akan keberlangsungan politik dalam maupun luar negeri sesuai etika berpolitik yang baik dan benar serta dapat mencegah adanya konflik di dalamnya.


(12)

Hubungan antar negara atau yang disebut dengan hubungan internasional merupakan interaksi antara dua atau lebih negara. Esensi dalam praktek hubungan internasional sendiri yaitu melahirkan kepentingan yang ingin dicapai oleh kedua aktor. Kemudian alat yang digunakan dalam melakukan hubungan trans nasional tersebut merupakan diplomasi.

Diplomasi telah dilakukan oleh negara negara dunia sebelum masa Perang Dunia 1 dan telah mengalami variasi seiring berjalan waktu serta berbagai kompleksitas akan kebutuhan yang muncul pada konteks dunia internasional kekinian. Meski pada awalnya urusan kenegaraan dengan negara atau aktor lain hanya dilakukan oleh pemegang kekuasaan secara langsung seperti Raja, Kaisar, Menteri atau bahkan Presiden, tetapi pada saat ini berbagai aktor dalam maupun luar negri dapat terlibat dan berperan dalam kegiatan diplomasi demi mencapai kepentingannya.

Diplomasi adalah sebuah sistem yaitu seni yang diangkat dari bahasa Yunani untuk mengatur hubungan internasional melalui proses negosiasi yang diselaraskan oleh aktor-aktor negara, juga diasumsikan sebagai aktifitas yang menjaga, mengedepankan serta memajukan asas kepentingan nasional dalam hubungan antar negara lain dengan jalan damai (S.L.Roy 1991). Diplomasi dalam arti klasik yang mengutamakan pertahanan teritorial dan militer semata, namun kini diplomasi yang telah mengalami perubahan signifikan dimana penggunaan politik internasional dengan lebih mengedepankan kepentingan


(13)

politik yang bermanfaat dengan cara membina dan meningkatkan kerjasama agar berjalan sehaluan dengan kepentingan yang akan dicapai.

Salah satu bentuk diplomasi modern yang mengalami modifikasi dengan cara memanfaatkan nilai nilai budaya adalah diplomasi kebudayaan. Diplomasi kebudayaan merupakan bentuk soft diplomacy yang dapat mempengaruhi dan membentuk keamanan agar kepentingan tetap akan tercapai. Tujuan dari itu merupakan usaha untuk mempengaruhi dengan cara memperkenalkan budaya ke negara lain demi mencapai kepentingan dalam negeri dengan baik serta menimbulkan interaksi antar masyarakat masing-masing negara dalam pelaksaan diplomasi kebudaayan tersebut. Target dalam menjalankan diplomasi budaya ini adalah memperkenalkan kepada dunia internasional akan warisan budaya yang dimiliki agar menimbulkan kesan menarik lalu mengekspornya dengan tujuan mendapatkan dukungan dari dunia internasional dalam setiap politik yang dijalankan. Hal ini membawa dampak positif agar pemerintah negara lebih mengeksplor serta menggali potensi dan budaya yang ada di negaranya, pencitraan melalui diplomasi budaya ke dunia internasional jauh lebih indah dibanding militer yang berpotensi menimbulkan konflik.

Pada kenyataanya, strategi diplomasi melalui sebuah ekspedisi budaya ke dunia internasional akan lebih mudah dan menguntungkan dibandingkan dengan unsur militer dan atau imperialisme, kebudayaan dianggap sebagai


(14)

usaha menaklukan jiwa manusia serta sebagai instrument untuk mengubah hubungan power antara kedua negara menjadi lebih harmonis. Oleh karena itu media diplomasi kebudayaan kerap digunakan demi meningkatkan hubungan antar negara menjadi lebih diplomatis. Diplomasi kebudayaan yang diperkenalkan oleh S.L Roy lebih merujuk kepada pengiriman misi kebudayaan dan kesenian ke suatu negara dengan tujuan dan harapan adanya pencitraan yang dapat menjadikan negara pengirim misi tersebut menjadi baik di mata dunia internasional.

Negara Republik Turki merupakan sebuah negara besar yang terletak di kawasan Eurasia yang teritoritinya terletak di antara daratan Eropa dan Asia, luas wilayahnya yang terbentang dari Anatolia di kawasan Asia Barat hingga ke Balkan di Eropa Tenggara sehingga Turki dikenal sebagai negara transkontinental. Turki memiliki ibukota negara yaitu Ankara, namun kota terbesar di Turki adalah Istanbul (bagian Eropa) disebabkan letak Istanbul yang membentang diantara persilangan benua Asia dan Eropa sehingga adaptasi budaya dari negara ini mengalami asimilasi antara budaya timur (Asia) dan barat (Eropa). Akibat dari percampuran ini menjadikan Turki disebut sebagai negara jembatan budaya antara Asia dan Eropa yang notabenenya memiliki kultur yang berbeda.

Kota Istanbul merupakan pusat perkembangan kebudayaan yang ada di Turki sejak dahulu kala sehingga melahirkan perpaduan bermacam-macam


(15)

budaya yang dibawa oleh bangsa Turki Usmani yang banyak mengambil ajaran etika, tata krama dan politik pada bangsa-bangsa lain (Amin 1997). Sejarah bangsa Turki sering berasimilasi dan melakukan hubungan dengan bangsa lain, misalnya dalam bidang pemerintahan dan militer yang berpedoman pada kebudayaan Bynzantium, sedangkan dalam ilmu keagamaan, prinsip ekonomi, sains, prinsip kemasyarakatan, dan hukum mengadopsi dari bangsa Arab. Dengan adanya percampuran dan penyerapan budaya yang berbeda-beda oleh Turki ini kemudian melahirkan harmoni baru dengan ciri khas dan keunikan tersendiri dalam elemen budaya yang ada di negara Turki.

Republik Indonesia sendiri merupakan negara demokratis yang telah lama menjalin hubungan dengan Turki sejak abad 18 - an, hal ini ditandai dengan adanya interaksi perdagangan kala itu. Meskipun hubungan itu dianggap belum menyentuh pada tahap yang optimal terhadap pelibatan kedua negara tersebut. Kemudian Indonesia dan Turki terus memperluas lingkup kerjasama bilateral dalam berbagai bidang seperti militer, industri, pariwisata dan lain semacamnya. Kerjasama yang dijalin menunjukkan kurva yang positif, diindikasikan oleh mitra serta kerjasama yang terjalin dengan baik, salah satu nya adalah penandatanganan deklarasi “Indonesia-Turkey: Towards an Enhanced Partnership in a New World Setting” pada 5 April 2011 di Jakarta. Dan pada bidang perdagangan, Turki adalah mitra dagang Indonesia ketujuh


(16)

terbesar dari Eropa dengan total perdagangan tahun 2014 mencapai 2,47 miliar dolar AS dengan surplus bagi Indonesia 415 juta dolar AS (JurnalAsia 2015).

Wilayah Republik Indonesia yang terbentang sekitar 13.487 pulau dan jumlah penduduk sebanyak 237.641.326 jiwa (Statistik, Sensus Penduduk 2010), menjadikan pariwisata Indonesia memiliki potensi berskala internasional. Potensi yang dimiliki dapat dimaksimalkan dan menjadi spot bagi pemerintah untuk mempromosikan pariwisata Indonesia ke dunia dan mendapatkan keuntungan dari kerjasama pariwisata dengan negara Turki.

Kerjasama dalam bidang pariwisata antara Republik Indonesia dan Republik Turki yang telah ditandatangani dalam memorandum saling pengertian pada 6 Oktober 1993 (KEMENLU 2015), menjadi proyek sekaligus bantuan besar bagi Indonesia dalam kiprah pariwisata dalam maupun luar negri. Kondisi kerjasama pariwisata antar kedua negara ini terus membaik. Indikasinya yaitu peningkatan jumlah wisatawan mancanegara yang masuk berkunjung di kedua negara tersebut dan melalui berbagai pagelaran pengiriman misi budaya sebagai ajang promosi bagi kedua negara tersebut. Kerjasama pariwisata yang telah terjalin sampai dengan saat ini membuktikan bahwa potensi yang ada dapat terus dikembangkan dan menjadi keuntungan yang maksimal bagi kedua negara ini.

Implementasi kebijakan yang dilandasi oleh kesepakatan yang tertuang dalam nota kesepahaman tersebut dapat menjadi signal akan konsistensi kedua


(17)

negara dalam menjalankan kebijakan yang telah dispekati untuk kemudian menjadikan sektor pariwisata meningkat. Seperti melalui training and education yang terdapat pada areas of coorporation dalam MoU dapat menjadi tonggak pembelajaran kedua negara dan sebagai media untuk sharing informasi dalam mengelola sektor pariwisata kedua negara.

Republik Turki yang notabenenya memiliki keunggulan dari segi posisi yang strategis ini membuka sebuah akses baru dalam pasar global khususnya sektor pariwisata. Adanya kemudahan akses untuk berwisata ke Turki memperlihatkan kunjungan para wisatawan mancanegara Eropa maupun Asia untuk berwisata ke Turki, letaknya yang mudah dijangkau, bahkan dengan biaya yang tidak begitu mahal namun berkelas dunia yang ditawarkan oleh turki. Pada 2010, kunjungan wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Turki mencapai 80 juta orang (6 kali lipat dari kunjungan wisatawan ke Indonesia), terutama wisatawan asal Inggris, Jerman dan Belanda. Besarnya jumlah wisatawan yang mengunjungi Turki ditambah dengan kurang lebih 70 juta jiwa penduduknya (furqan 2010). Potensi wisata serta berbagai macam kebudayaan yang dimilikinya merupakan peluang dalam pasar global yang bernilai devisa cukup tinggi bagi Turki dan menjadi kesempatan bagi Indoneisa untuk menjadikan partner kerjasama bilateral bidang pariwisata yang baik.

Kemudian pada tahun dimana Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dilantik untuk yang kedua kalinya sebagai Presiden Indonesia, efek positif yang


(18)

ditimbulkan muncul dari sektor pariwisata Indonesia yang terus meningkat bahkan di tengah ekonomi global sedang melambat. Kinerja Kementrian Pariwisata dibawah kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menunjukan hasil positif, yaitu jumlah wisatawan mancanegara yang masuk ke Indonesia terus meningkat secara signifikan setiap tahun, rata-rata sebanyak 622.342 wisman dari tahun 2009 hingga 2014 (Statistik, Jumlah Kedatangan Wisatawan Mancanegara ke Indonesia per Bulan Menurut Pintu Masuk 2015). Ditinjau dari hasil dan prospek yang baik, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menekankan bahwa sektor pariwisata Indonesia masih punya potensi untuk berkembang dan diharapkan memberi kontribusi lebih besar lagi bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Upaya diplomasi budaya Indonesia ke Turki terus ditingkatkan demi kemajuan sektor pariwisata kedua negara. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berkunjung ke Turki pada 28 Juni 2010 untuk melakukan pertemuan bilateral dan agenda lain untuk menandatangani nota kesepahaman mengenai kerjasama bidang teknik serta usaha kecil menengah (Edukasi 2010). Setelah kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Turki, presiden menghimbau agar masyarakat berinvestasi dan mendirikan usaha di Turki sebagai negara pintu gerbang pasar Uni Eropa. Kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Turki merupakan yang pertama kalinya sejak 25 tahun lalu (M. O. Indonesia 2010).


(19)

Kemudian Pemerintah Indonesia mengadakan promosi budaya dan pariwisata Indonesia selama 5 hari di Istanbul, Turki sejak 29 Juni hingga 3 Juli 2010 Kegiatan bertajuk “Misi Budaya dan Promosi Indonesia“ yang diselenggarakan oleh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (Kembudpar) bekerjasama dengan Kemlu RI, Kemendag, Kemenperin, Kemeneg KUKM, Kementerian BUMN, BKPM, Kedutaan Besar Republik Indonesia di Ankara dan instansi terkait lainnya serta Yayasan Batik Indonesia (YBI) bertempat di Hotel Marmara (Diplomasi 2010). Ditinjau dari kegiatan tersebut Indonesia menjajakan kaki ke level yang lebih serius dalam kerjasama bilateral dengan Turki. Kemudian Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Abdullah Gul sepakat kerja sama bidang imigrasi berupa bebas visa masuk bagi warga kedua negara yang saling berkunjung (Suprapto 2010).

Salah satu upaya promosi yang dilakukan pemerintah Indonesia di Turki tersebut menjadi cara untuk memperkenalkan budaya khas Indonesia kepada masyarakat Turki. Hal itu dapat membawa positif bagi misi Pemerintah Indonesia untuk meningkatkan sektor pariwisata nasional.

Melalui kerjasama pariwisata dengan Turki, membawa angin segar bagi Indonesia yang dapat mempelajari kelola sektor pariwisata Turki. Begitu juga Turki yang memiliki partner bilateral yang notabenya memiliki kesamaan kultur, agama yaitu Indonesia.


(20)

Oleh karena itu, asas resiprositas yang baik sudah seharusnya diciptakan dalam kerjasama pariwisata Indonesia dan Turki. Dengan demikian kedua negara yang telah menyetujui kerjasama pariwisata ini dapat bersinergi dalam mencapai kepentingan nasional masing masing negara, terutama Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Susilo Bambanng Yudhoyono yang memiliki peluang untuk meningkatkan sektor pariwisata nasional melalui kerjasama pariwisata dengan Turki.

B. Rumusan Masalah

Dari pemaparan latar belakang permasalahan diatas, maka penulis menarik sebuah rumusan masalah, yaitu :

Bagaimana strategi Pemerintah Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meningkatkan sektor pariwisata dalam kerjasama pariwisata dengan Turki ?

C. Kerangka Pemikiran / Teori yang digunakan

Untuk membantu mengulas permasalahan di atas, penulis akan menggunakan sebuah teori konsep yaitu diplomasi kebudayaan dan implementasi kebijakan. Karena pendekatan tersebut dianggap memiliki relevansi dalam menjabarkan permasalahan secara rinci mengenai upaya strategi pemerintah Indonesia bekerjasama dengan Turki dalam meningkatkan sektor pariwisata di Indonesia pada era kepresidenan Susilo Bambang


(21)

pemerintah Indoensia dalam mempromosikan serta melakukan politik luar negerinya terhadap Turki dengan memanfaatkan nilai-nilai budaya, pariwisata serta ciri khas negara Indonesia. Sementara implementasi kebijakan digunakan untuk menerapkan kebijakan yang sesuai dengan nota kesepahaman yang disepakati kedua negara.

1. Diplomasi Kebudayaan (Cultural Diplomation)

Secara definitif arti diplomasi kebudayaan terbagi menjadi dua istilah yang berbeda. Yaitu istilah diplomasi dan istilah kebudayaan.

Definisi diplomasi yang dijelaskan dalam The Oxford English Dictionary merupakan manajemen hubungan internasional melalui negosiasi dimana hubungan antar kedua negara diatur dan diwakili oleh duta besar dan para wakil negara atau seni para diplomat.

Secara konvensional, pengertian diplomasi adalah sebagai usaha suatu negara-bangsa untuk meperjuangkan kepentingan nasional di kalangan masyarakat Internasional (Holsti 1978).

Diplomasi digunakan suatu negara sebagai alat dalam melakukan politik dengan aktor/negara lain. Dalam hal ini diplomasi diartikan tidak sekedar sebagai perundingan, melainkan semua upaya dalam hubungan luar negeri. Tujuannya adalah untuk memenuhi kepentingan dalam negeri suatu negara. Maka, secara garis besar pengertian diplomasi merupakan seni


(22)

mengedepankan kepentingan suatu negara dalam hubunganya dengan negara lain (S.L.Roy 1991).

Kemudian kata kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta buddhayah, yaitu bentuk jamak dari kata buddhi (akal atau budi); dan juga dapat ditafsirkan bahwa kata budaya merupakan perkembangan dari kata majemuk ‘budi-daya’ yang berarti daya dari budi yang berupa cipta, karsa, dan rasa. Karenanya ada juga yang mengartikan bahwa kebudayaan merupakan hasil dari cipta, karsa dan rasa (Poerwanto 2000).

Sedangkan, Koentjaraningrat merumuskan budaya sebagai keseluruhan sistem gagasan, tindakan, serta hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik manusia itu dengan belajar (Kuntjaraningrat 1997).

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa diplomasi kebudayaan dapat diartikan sebagai usaha suatu negara untuk memperjuangkan kepentingan nasionalnya melalui dimensi kebudayaaan, baik secara mikro seperti pendidikan, ilmu pengetahuan, olahraga, dan kesenian, ataupun secara makro sesuai dengan ciri-ciri khas yang utama, misalnya propaganda dan lain-lain, yang dalam pengertian konvensional dapat dianggap sebagai bukan politik, ekonomi, maupun militer (Wahyuni.K 2007).


(23)

menyampaikan isi atau misi politik luar negeri tertentu, termasuk di dalamnya sarana diplomatik maupun militer.

Diplomasi kebudayaan ini merupakan bagian atau salah satu jenis dari begitu banyak diplomasi yang lain, sedangkan politik luar negeri negara sedang berkembang begitu luas. Diplomasi kebudayaan juga merupakan instrument untuk menghantarkan politik luar negeri suatu bangsa melalui kekayaan budaya yang dimiliki oleh suatu negara (Wahyuni.K 2007).

Meskipun diplomasi kebudayaan dapat diartikan sebagai pelaksanaan dengan menggunakan pendekatan kebudayan sebagai sarana bantu untuk mencapai tujuannya. Pemilihan unsur budaya dalam melakukan diplomasi ini tetap harus diperhatikan, sebab keberadaan manusia manapun yang ada di dunia sudah pasti memiliki unsur kebudayaan yang berbeda beda.

Perbedaan sistem budaya tersebut tentu memerlukan pemahaman dari berbagai pihak, agar tidak terjadi pertentangan, apalagi permusuhan diantara setiap negara yang menjalankan diplomasi melalui pertukaran budaya. Dalam hal ini Turki dan Indonesia yang memiliki perbedaan bentuk kultur dan budaya diharapkan dapat mengoptimalkan kerjasama bidang pariwisata ini.


(24)

Negara Republik Turki pada konteks masa kini menjelaskan bahwa negara tersebut kini telah berdiri sebagai salah satu aktor internasional yang cukup maju. Peningkatan pada sektor ekonomi, keberhasilan dalam bidang pariwisata, industrialisasi, tingginya kualitas pendidikan serta peran Turki dalam kancah internasional memberikan asumsi bahwa pemerintah Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dituntut untuk dapat berperan lebih aktif dalam kerjasama pariwisata dengan Turki melalui peng-implementasi-an diplomasi budaya secara baik dan benar agar dapat meningkatkan sektor pariwisata yang menjadi penyumbang devisa nomor dua terbesar ke negara setelah minyak dan gas bumi.

2. Konsep Implementasi Kebijakan

Konsep Implementasi kebijakan publik merupakan salah satu aspek yang akan dibahas dalam penelitian ini, dikarenakan Implementasi merupakan aspek yang penting dari keseluruhan proses kebijakan, sebagaimana yang dikemukakan Grindle (1980) berpendapat bahwa Implementasi Kebijaksanaan sesungguhnya bukanlah yang sekedar menyangkut mekanisme dan penjabaran keputusan-keputusan politik kedalam prosedur-prosedur rutin lewat saluran birokrasi saja, melainkan lebih dari itu, ia menyangkut konflik, keputusan dan siapa yang memperoleh apa dari suatu kebijakan.


(25)

Dalam konteks yang sama, Sofian Effendi (2000) menyatakan bahwa "implementasi kebijakan adalah proses pelaksanaan kebijakan atau menerapkan kebijakan setelah kebijakan itu disahkan untuk menghasilkan outcome yang diinginkan". Berarti tidak hanya mengandung maksud terjadinya suatu proses tunggal atau berdiri sendiri, tapi ada proses lain yang dilakukan dalam upaya persiapan implementasi dan proses "yang sebenarnya" dari implementasi kebijakan itu sendiri.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa implementasi kebijakan adalah suatu proses melaksanakan atau menerapkan kebijakan melalui serangkaian tindakan operasional untuk menghasilkan outcome yang diinginkan.

Terdapat beberapa teori dari beberapa ahli mengenai implementasi kebijakan, yaitu:

1) Teori George C. Edward Edward III (subarsono 2011) berpandangan bahwa implementasi kebijakan dipengaruhi oleh empat variabel, yaitu:

a) Komunikasi, yaitu keberhasilan implementasi kebijakan mensyaratkan agar implementor mengetahui apa yang harus dilakukan, dimana yang menjadi tujuan dan sasaran kebijakan harus ditransmisikan kepada kelompok sasaran (target group), sehingga akan mengurangi distorsi implementasi.

b) Sumberdaya, meskipun isi kebijakan telah dikomunikasikan secara jelas dan konsisten, tetapi apabila implementor kekurangan sumberdaya untuk melaksanakan, maka implementasi tidak akan berjalan efektif. Sumber daya tersebut dapat berwujud sumber daya manusia, misalnya kompetensi implementor dan sumber daya finansial.

c) Disposisi, adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh implementor, seperti komitmen, kejujuran, sifat demokratis. Apabila implementor memiliki disposisi yang baik, maka implementor tersebut dapat menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan. Ketika


(26)

implementor memiliki sikap atau perspektif yang berbeda dengan pembuat kebijakan, maka proses implementasi kebijakan juga menjadi tidak efektif.

d) Struktur Birokrasi, struktur organisasi adalah yang bertugas untuk mengimplementasikan kebijakan dan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan. Aspek dari struktur organisasi adalah Standard Operating Procedure (SOP) dan fragmentasi. Struktur organisasi yang terlalu panjang akan cenderung melemahkan pengawasan dan menimbulkan red-tape, yakni prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks, yang dapat menjadikan aktivitas organisasi tidak fleksibel.

Kemudian Menurut pandangan Edwards (Winarno 2008) sumber-sumber yang penting meliputi, staff yang memadai serta 13 keahlian-keahlian yang baik untuk melaksanakan tugas-tugas mereka, wewenang dan fasilitas-fasilitas yang diperlukan untuk menerjemahkan usul-usul di atas kertas guna melaksanakan pelayanan-pelayanan publik.

Struktur Birokrasi menurut Edwards terdapat dua karakteristik utama, yakni Standard Operating Procedures (SOP) dan Fragmentasi:

SOP atau prosedur-prosedur kerja ukuran-ukuran dasar berkembang sebagai tanggapan internal terhadap waktu yang terbatas dan sumber-sumber dari para pelaksana serta keinginan untuk keseragaman dalam bekerjanya organisasi-organisasi yang kompleks dan tersebar luas. Sedangkan fragmentasi berasal dari tekanan-tekanan diluar unit-unit birokrasi, seperti komite-komite legislatif, kelompok-kelompok kepentingan pejabat-pejabat eksekutif, konstitusi negara dan sifat kebijakan yang mempengaruhi organisasi birokrasi pemerintah.

2) Teori Merilee S. Grindle

Keberhasilan implementasi menurut Merilee S. Grindle (subarsono 2011) dipengaruhi oleh dua variabel besar, yakni isi kebijakan (content of policy) dan lingkungan implementasi (context of implementation). Variabel tersebut mencakup


(27)

sejauh mana kepentingan kelompok sasaran atau target group termuat dalam isi kebijakan, jenis manfaat yang diterima oleh target group, sejauh mana perubahan yang diinginkan dari sebuah kebijakan, apakah letak sebuah program sudah tepat, apakah sebuah kebijakan telah menyebutkan implementornya dengan rinci, dan apakah sebuah program didukung oleh sumber daya yang memadai.

Sedangkan Wibawa (Samodra 1994) mengemukakan model Grindle ditentukan oleh isi kebijakan dan konteks implementasinya. Ide dasarnya adalah bahwa setelah kebijakan ditransformasikan, barulah implementasi kebijakan dilakukan. Keberhasilannya ditentukan oleh derajat implementability dari kebijakan tersebut. Isi kebijakan tersebut mencakup hal-hal berikut:

a. Jenis manfaat yang akan dihasilkan b. Derajat perubahan yang diinginkan c. Kedudukan pembuat kebijakan d. Pelaksana program (Siapa), dan e. Sumber daya yang dihasilkan

Sementara itu, konteks implementasinya adalah:

a. Kekuasaan, kepentingan, dan strategi aktor yang terlibat. b. Karakteristik lembaga dan penguasa.

c. Kepatuhan dan daya tanggap.

Keunikan dari model Grindle terletak pada pemahamannya yang komprehensif akan konteks kebijakan, khususnya yang menyangkut dengan implementor, penerima implementasi, dan arena konflik yang mungkin terjadi di


(28)

antara para aktor implementasi tersebut, serta kondisi-kondisi sumber daya implementasi yang diperlukan.

3) Teori Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabatier

Menurut Mazmanian dan Sabatier (Subarsono 2009) ada tiga kelompok variabel yang mempengaruhi keberhasilan implementasi, yakni karakteristik dari masalah (tractability of the problems), karakteristik kebijakan/undang-undang (ability of statute to structure implementation) dan variabel lingkungan (nonstatutory variables affecting implementation).

4) Teori Donald S. Van Meter dan Carl E. Van Horn

Menurut Meter dan Horn (Subarsono 2009) ada lima variabel yang mempengaruhi kinerja implementasi, yakni standar dan sasaran kebijakan, sumber daya, komunikasi antar organisasi dan penguatan aktivitas, karakteristik agen pelaksana dan kondisi sosial, ekonomi dan politik.

Menurut pandangan Edward III (Winarno 2008) proses komunikasi kebijakan dipengaruhi tiga hal penting, yaitu:

a) Faktor pertama yang berpengaruh terhadap komunikasi kebijakan adalah transmisi. Sebelum pejabat dapat mengimplementasikan suatu keputusan, ia harus menyadari bahwa suatu keputusan telah dibuat dan suatu perintah untuk pelaksanaannya telah dikeluarkan.

b) Faktor kedua adalah kejelasan, jika kebijakan-kebijakan diimplementasikan sebagaimana yang diinginkan, maka petunjuk-petunjuk


(29)

pelaksanaan tidak hanya harus diterima oleh para pelaksana kebijakan, tetapi juga komunikasi kebijakan tersebut harus jelas. Seringkali instruksi-intruksi yang diteruskan kepada pelaksana kabur dan tidak menetapkan kapan dan bagaimana suatu program dilaksanakan.

c) Faktor ketiga adalah konsistensi, jika implementasi kebijakan ingin berlangsung efektif, maka perintah-perintah pelaksaan harus konsisten dan jelas. Walaupun perintah-perintah yang disampaikan kepada pelaksana kebijakan jelas, tetapi bila perintah tersebut bertentangan maka perintah tersebut tidak akan memudahkan para pelaksana kebijakan menjalankan tugasnya dengan baik.

Dari beberapa teori mengenai implementasi kebijakan tersebut, penulis menggunakan teori implementasi kebijakan dari Merilee S. Grindle yang menyebutkan bahwa keberhasilan implementasi dipengaruhi oleh dua variabel besar, yakni isi kebijakan dan lingkungan implementasi. Penggunaan teori tersebut dapat membantu peneliti untuk menganalisis implementasi Kebijakan Mou kerjasama pariwisata Indonesia dengan Turki secara lebih mendalam.

Untuk mengetahui sejauh mana implementasi Kebijakan dalam nota kesepahaman kerjasama pariwisata Indonesia dan Turki ini perlu dilakukan penelitian secara mendalam. Dengan alasan tersebut peneliti memutuskan untuk menggunakan teori implementasi kebijakan dengan model Merilee S. Grindle. Model tersebut menyebutkan bahwa keberhasilan implementasi kebijakan


(30)

ditentukan oleh derajat implemenbility dari kebijakan tersebut. Derajat tersebut ditentukan dua variabel, yaitu:

1.

Isi kebijakan, meliputi:

a. Kepentingan yang terpengaruhi oleh kebijakan. b. Jenis manfaat yang akan dihasilkan.

c. Derajat perubahan yang diinginkan. d. Kedudukan pembuat kebijakan. e. (Siapa) pelaksana program. f. Sumber daya yang dihasilkan.

2.

Konteks implementasi, meliputi:

a. Kekuasaan, kepentingan, dan strategi aktor yang terlibat. b. Karakteristik lembaga dan penguasa.

c. Kepatuhan dan daya tanggap.

Konsep dari implementasi kebijakan ini menjadi cara untuk melakukan kebijakan yang tertera dalam MoU yang disepakati oleh pemerintah Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Susilo bambang Yudhoyono dengan Turki.

Dari evaluasi pelaksanaan kebijakan melalui indikator tersebut dapat diketahui bagaiaman pelaksanaan/ implementasi Kebijakan dalam areas of coorporation dan apa saja hambatan dalam pelaksanaan/ implementasi Kebijakan areas of coorporation dalam kerjasama pariwisata Indonesia dengan Turki di era kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.


(31)

D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian :

1. Untuk menjelaskan upaya strategi pemerintah Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam meningkatkan sektor pariwisata melalui diplomasi budaya pada kerjasama bidang pariwisata dengan Turki.

2. Untuk mengetahui dan menjelaskan kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah Indonesia di bawah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam menjalankan areas of coorporation dalam MoU (Nota Kesepahaman) kerjasama pariwisata.

3. Untuk mengetahui dan menjelaskan prospek kerjasama bilateral antara Indonesia dengan Turki dalam bidang ekonomi melalui budaya dan pariwisata.

E. Hipotesa

Dari penjelasan teori konsep di atas, penulis memiliki hipotesa yang merupakan jawaban sementara atas permasalahan yang dikemukakan, yaitu :

1. Strategi diplomasi kebudayaan yang dijalankan Pemerintah Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk meningkatkan sektor pariwisata Indonesia.


(32)

2. Implementasi kebijakan oleh Pemerintah Indonesia sesuai kesepakatan dalam MoU kerjasama pariwisata dengan Turki.

F. Metodelogi Penelitian

Penulis menggunakan metode pengumpulan data sekunder dengan cara melakukan studi kepustakaan berbagai literatur, jurnal, beberapa kliping, koran, makalah, serta penelusuran situs-situs resmi di internet dan sumber lainnya yang berhubungan dengan masalah tersebut yang dianggap relevan.

G. Jangkauan Penelitian

Penelitian dengan judul “Kerjasama Indonesia dan Turki Meningkatkan Sektor Pariwisata Era Presiden Susilo Bambang Yuhdoyono” dibatasi dengan fakta - fakta yang terjadi sejak tahun 2004, dimana saat Indonesia mulai dipimpin oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang meneruskan kerjasama bilateral pariwisata dengan Turki yang pada saat bersamaan mengalami peningkatan signifikan di bidang pariwisata. Namun tidak menutup kemungkinan terdapat masalah yang relevan pada tahun tahun sebelumnya.

H. Sistematika Penulisan Skripsi

Adapun sistematika penulisan penelitian yang berjudul Strategi Indonesia Dalam Meningkatkan Sektor Pariwisata Pada Kerjasama Pariwisata Dengan Turki Era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini yaitu :


(33)

BAB I : Pada bab I terdapat pendahuluan yang berisikan latar belakang masalah, rumusan masalah, kerangka pemikiran, tujuan penulisan, hipotesa, metode pengumpulan data, jangkauan penilitian dan sistematika penulisan skripsi.

BAB II : Pada bab II terdapat pembahasan mengenai kebijakan umum negara Republik indonesia tentang peningkatan pariwisata internasional.

BAB III : Pada bab III terdapat pembahasan mengenai dinamika hubungan bilateral Indonesia dengan Turki.

BAB IV : Pada bab IV terdapat pembahasan mengenai strategi Pemerintah Indonesia di bawah Presiden Susilo Bambang Yudhoyno dalam kerjasama pariwisata dengan Turki.


(34)

BAB II

KEBIJAKAN UMUM NEGARA REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENINGKATAN PARIWISATA INTERNASIONAL

A. Kondisi Pariwisata Indonesia

Undang-Undang Republik Indonesia nomor 10 tahun 2009 bab 1 pasal 1 bagian ketentuan umum menjelaskan bahwa kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pengusaha.

Penjelasan tersebut menegaskan bahwa Pemerintah Republik Indonesia serius untuk memaksimalkan kekayaan alam Indonesia untuk kemudian dijadikan sebagai industri yang dapat menyokong perekonomian Negara Indonesia. Selain itu, Pemerintah juga mengharapkan partisipasi para pengusaha dan seluruh masyarakat Indonesia tentunya untuk terjun langsung dalam memajukan pariwisata Indonesia. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan pariwisata ini menjadi hal yang positif sebagai pemantau akan transparansi serta menimbulkan interaksi antara masyarakat dengan Pemerintah Indonesia secara langsung, sebagaimana negara yang demokratis.

Pada kenyataanya pariwisata Indonesia memang memiliki pesona dan daya tarik tersendiri bagi wisatawan domestik pada umumnya dan wisatawan mancanegara


(35)

pada khususnya. Keistimewaan alam Indonesia pada setiap sudutnya selalu menjadi hal yang dirindukan, belum lagi aneka ragam budaya di dalamnya yang menambah harmonisasi keindahan akan sosial budaya Indonesia. Oleh karena itu Indonesia tidak pernah sepi oleh para pelancong mancanegara yang ingin secara langsung menikmati pariwisata di Indonesia.

Oleh sebabnya pariwisata Indonesia memiliki peran penting terhadap negara, salah satunya bidang ekonomi. Pariwisata di Indonesia yang merupakan salah satu industri sekaligus pembantu perekonomian Indonesia dan merupakan program ekonomi kreatif negara. Kemampuan sektor pariwisata di Indonesia dalam menghasilkan devisa telah memposisikan pariwisata sebagai komoditi ekspor yang penting di samping migas. Seperti tragedi yang terjadi pada tahun 2002 dan 2003. Meskipun telah mengalami tragedi Bom Bali di Kuta pada tahun 2002 silam, namun nilai devisa pasca tragedi tersebut masih tinggi yaitu sebesar 4,496 milyar dolar dan pada tahun 2003 sebesar 4.037 milyar dolar (Prof. Dr. I Gede Pitana M.Si. 2005).

Dalam RPJMN 2004 – 2009 memaparkan bahwa pada tahun 2003 total jumlah wisatawan asing yang berkunjung ke Indonesia melalui 13 pintu masuk hanya mencapai 3,7 juta orang, turun sekitar 9,8 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan ini disebabkan oleh belum pulihnya iklim pariwisata di Indonesia pasca Tragedi Bali serta meningkatnya ketidakamanan internasional berkaitan dengan merebaknya aksi terorisme di beberapa belahan dunia. Sejak triwulan III/2003 arus wisatawan asing mulai pulih. Selama sebelas bulan


(36)

pertama tahun 2004 arus wisatawan asing yang masuk melalui 13 pintu utama meningkat sekitar 24,0 persen.

Keunggulan pariwisata Indonesia membawa keuntungan tersendiri bangsa ini. Pariwisata Indonesia mendapatkan banyak kategori penghargaan dunia dari PBB belum lama ini yaitu kategori Innovation Enterprises, kategori Coral Reef Reborn in Pemuteran Bali dan kategori Innovation Public Policy and Goverment (Ibo 2016). Keunggulan wisata Indonesia merupakan salah satu anugrah Tuhan yang tiada tara, kondisi alam yang nan elok menghasilkan berbagai macam objek serta budaya yang beragam di Indonesia. Hal tersebut tentu akan menjadi potensi Indonesia sebagai destinasi wisata yang berskala internasional.

B. Kebijakan Pariwisata Indonesia

Persaiangan dalam bidang ekonomi setiap negara pasca perang dunia II semakin ketat. Sebabnya tragedi yang sempat menghancurkan roda ekonomi dunia, membuat beberapa negara tidak dapat berkembang dan menjadi stuck dalam memakmurkan kehidupan rakyatnya.. Hal ini membuat negara negara mencari peluang ekonomi dari kondisi negara nya. Salah atunya melalui sektor pariwisata

Setelah Perang Dunia Kedua kegiatan pariwisata internasional tumbuh pesat karena ekonomi dunia mulai membaik. Keamanan terjamin dan teknologi angkutan yang semakin maju (Kaelany 1997).


(37)

Pariwisata merupakan sektor ekonomi/budaya yang sangat cepat berkembang. Tidak hanya bagi negara yang baru berkembang, tetapi juga negara maju (Kaelany 1997). Karenanya Indonesia yang merupakan negara berkembang dengan segala potensi wisata yang dimiliki mulai menjajakan kaki untuk lebih serius dalam menanggapi peluang dari sektor pariwisata ini.

Kebijakan pariwisata di Indonesia diatur dalam Undang – Undang tentang Pariwisata Indonesia nomor 10 tahun 2009. Di dalam Undang – Undang tersebut telah dijabarkan mengenai pengembangan dan pembinaan tentang peningkatan pariwisata Indonesia baik nasional maupun internasional.

1. Program Pengembangan Industri Pariwisata Indonesia

Industri pariwisata terdiri atas berbagai komponen yang merupakan mata rantai yang panjang. Komponen tersebut meliputi segala macam fasilitas penunjang kegiatan pariwisata itu sendiri (Kaelany 1997). Oleh karena itu di Indonesia mengeluarkan aturan yang mengatur jalanya pengembangan industri wisata agar dapat berjalan dengan baik sesuai aturan negara.

Pembangunan Industri pariwisata ini menjadi bahan pembahasan dalam kebijakan yang dikeluarkan pemerintah Indonesia dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 50 tahun 2011, hal tersebut meliputi :


(38)

b. Peningkatan Daya Saing Produk Pariwisata c. Pengembangan Kemitraan Usaha Pariwisata d. Penciptaan Kredibilitas Bisnis

e. Pengembangan Tanggung Jawab Terhadap Lingkungan

Ke lima kebijakan yang disebutkan diatas menjelaskan bahwa pembangunan industri harus bersinergi dengan pembangunan aspek lainya. Di dalamnya juga terdapat partisipasi rakyat dalam pembangunan industri pariwisata. Artinya adalah perlu adanya keseimbangan antara peran pemerintah maupun peran rakyat dalam pembangunan industri pariwisata.

Kemudian program pembangunan industri pariwisata Indonesia juga dibahas dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional disingkat RPJMN, tahun 2004 – 2009. Terdapat penjelasan kebijakan yang di keluarkan oleh kepemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono. Arah kebijakan pengembangan pariwisata dalam 5 (lima) tahun ke depan didalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2004 – 2009 adalah meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara dengan fokus pada upaya:

a. Peningkatan efektivitas kelembagaan promosi pariwisata, baik di dalam maupun di luar Negeri.


(39)

b. Pengembangan jenis dan kualitas produk-produk wisata, terutama pengembangan wisata bahari yang potensinya sangat besar dengan tetap memperhatikan pembangunan yang berkelanjutan;

c. Harmonisasi dan simplifikasi berbagai perangkat peraturan yang terkait di dalam mendukung pengembangan pariwisata, termasuk di dalamnya wisata bahari; dan

d. Optimalisasi dan sinkronisasi dalam pengelolaan jasa pelayanan pariwisata, terutama yang melibatkan lebih dari satu moda transportasi.

2. Program Pengembangan Destinasi Pariwisata

Masing – masing daerah tujuan wisata memiliki daya tarik serta kelebihan tersendiri. Wisatawan yang berkungjung memiliki hak untuk menentukan kemana tujuan yang diminati. Apakah itu pantai, pegunungan, atau tempat lain yang memiliki nilai sejarah dan budaya. Sebagai negara yang memajukan sektor pariwisata, Indonesia memperhatikan pengembangan destinasi pariwisata.

Didalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2004 – 2009 Program Pengembangan Destinasi Pariwisata ditujukan untuk meningkatkan pengelolaan

destinasi wisata dan aset-aset warisan budaya menjadi obyek daya tarik wisata yang atraktif dengan pendekatan profesional, kemitraan swasta, pemerintah, dan masyarakat dan memperkuat jaringan kelembagaan serta mendorong investasi. Untuk mewujudkan


(40)

tujuan di atas, kegiatan kegiatan pokok yang akan dilakukan dalam lima tahun ke depan adalah:

1. Mendorong pertumbuhan dan perkembangan investasi dalam industri pariwisata melalui

penyederhanaan perizinan dan insentif perpajakan bagi investor.

2. Mendorong pengembangan daya tarik wisata unggulan di setiap propinsi (“one province one primary tourism destination”) secara bersama dengan pemerintah daerah, swasta dan masyarakat;

3. Pengembangan paket-paket wisata yang kompetitif di masing-masing destinasi pariwisata;

4. Peningkatan kualitas pelayanan dan kesiapan daerah tujuan wisata dan aset-aset warisan budaya sebagai obyek daya tarik wisata yang kompetitif.

5. Revitalisasi dan pembangunan kawasan pariwisata baru, termasuk pula prasarana dan sarana dasarnya (seperti jaringan jalan, listrik, telekomunikasi, air bersih dan sarana kesehatan);

6. Pemberian insentif dan kemudahan bagi pelaku usaha pariwisata dalam membangun produk pariwisata (daya tarik dan sarana pariwisata);

7. Pemberian perhatian khusus kepada pengembangan kawasan ekowisata dan wisata bahari,

terutama di lokasi-lokasi yang mempunyai potensi obyek wisata alam bahari yang sangat besar;


(41)

8. Pengembangan pariwisata yang berdaya saing melalui:

(a) terbangunnya komitmen nasional agar sektor-sektor di bidang keamanan, hukum, perbankan; perhubungan, dan sektor terkait lainnya dapat memfasilitasi berkembangnya kepariwisataan terutama pada wilayah-wilayah yang memiliki destinasi pariwisata unggulan;

(b) Harmonisasi dan simplifikasi perangkat peraturan baik di tingkat pusat, daerah dan antara pusat dan daerah;

(c) memformulasi, menerapkan, dan mengawasi standar industri pariwisata yang dibutuhkan.

Kemudian mengenai visi pembangunan kepariwisataan nasional sebagaimana dimaksud dalam bab II pasal 2 ayat 4 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 50 tahun 2011 adalah terwujudnya Indonesia sebagai negara tujuan pariwisata berkelas dunia, berdaya saing, berkelanjutan, mampu mendorong pembangunan daerah dan kesejahteraan rakyat.

Mendasarkan kepada segenap prinsip penyelenggaraan kepariwisataan diatas, Undang – Undang Republik Indonesia nomor 10 tahun 2009 juga telah mengarahkan bahwa tujuan kepariwisataan Indonesia adalah untuk :

a. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi b. Meningkatkan kesejahteraan rakyat c. Menghapus kemiskinan


(42)

d. Mengatasi pengangguran

e. Melestarikan alam, lingkunga dan sumber daya f. Memajukan kebudayaan

g. Mengangkat citra bangsa h. Memupuk rasa cinta tanah air

i. Memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa dan j. Mempererat persahabatan antar bangsa

Selanjutnya dalam penyusunan tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional (RIPPARNAS) sebagai langkah lanjut dari mandat kewenangan penyelenggaraan kepariwisataan yang telah diberikan oleh Undang - Undang nomor 10 tahun 2009 kepada pemerintah telah berhasil diselesaikan oleh Pemerintah dan ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 50 tahun 2011, tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional (RIPPARNAS) yang diundangkan di Jakarta pada tanggal 2 Desember 2011 (Drs. Bambang Sunaryo 2013).

3. Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata

Pemasaran digunakan untuk menarik wisatawan untuk berkunjung wisata ke Indonesia dan juga memberikan kesan baik serta meberikan citra dalam memasarkan pariwisata Indonesia. Didalam undang undang telah dijelaskan bahwasanya pemasaran pariwisata sangat penting mengingat mempengaruhi


(43)

banyak atau tidaknya devisa melalui kunjungan wisatawan yang akan diterima ditentukan juga oleh usaha pemasaran.

Strategi Pemasaran yang dijabarkan dalam Undang-Undang Pariwisata Indonesia nomor 10 tahun 2009 pasal 6 yang berbunyi :

“Pembangunan kepariwisataan dilakukan berdasarkan asas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 yang diwujudkan melalui pelaksanaan rencana pembangunan kepariwisataan dengan memperhatikan keanekaragaman, keunikan, dan kekhasan budaya dan alam, serta kebutuhan manusia untuk berwisata”.

Kemudian didalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2004 – 2009 Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata ditujukan untuk menciptakan promosi pariwisata yang efektif dengan pendekatan profesional, kemitraan antara swasta, pemerintah, dan masyarakat dan memperkuat jaringan kelembagaan. Untuk mewujudkan tujuan di atas, kegiatan kegiatan pokok yang akan dilakukan adalah:

1. Optimalisasi kegiatan pameran baik yang bertaraf nasional maupun internasional baik di dalam maupun di luar negeri baik pada negara-negara mitra pariwisata potensial maupun negara-negara yang memilki kedekatan secara historis dan kultural dengan Indonesia, seperti Asia Timur, India dan Timur Tengah;


(44)

3. Fasilitasi kerjasama pemasaran antar negara, antar pusat dengan daerah, dan antar pelaku industri pariwisata dalam bentuk aliansi strategis, seperti kerjasama antar travel agent dan antar tour operator, antara pelaku pariwisata dengan perusahaan transportasi udara, laut dan darat;

4. Peningkatan sadar wisata di kalangan masyarakat, baik sebagai tuan rumah maupun sebagai calon wisatawan;

5. Memotivasi dan memberikan kemudahan bagi perjalanan wisata domestik; 6. Pengembangan sistim informasi yang efisien dan efektif.

Adapun pemasaran pariwisata Indonesia melalui strategi promosi. Promosi pariwisata Indonesia diatur pemerintah dalam undang-undang Republik Indonesia nomor 10 tahun 2009. Promosi dilakukan dengan mengadakan agenda yang menonjolkan pariwisata baik sisi budaya, sejarah dan lainya yang dimiliki Indonesia

Melalui strategi promosi yang baik Indonesia akan mendapatkan pasar wisatawan mancanegara yang lebih banyak lagi. Seperti contoh strategi promosi dalam agenda visit Indonesia dan wonderful Indonesia.

Melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia mempromosikan diri sebagai tujuan wisata untuk turis-turis asing dengan kampanye "Wonderful Indonesia". Penting bagi Pemerintah untuk berinvestasi dalam kampanye-kampanye promosional sejenis itu untuk menyebarkan citra positif Indonesia karena kebanyakan negara-negara Barat menerima berita-berita headline negatif dari


(45)

Indonesia , contohnya Islam radikal, bencana alam seperti tsunami dan letusan gunung berapi, menyebabkan citra negatif yang tidak tepat dari negara ini (Indonesia-Investments 2016).

4. Program Pengembangan Kemitraan

Tujuan program ini adalah untuk mengembangkan dan memperkuat jaringan kerjasama antara Pemerintah (pusat-kabupaten/kota)-swasta-dan masyarakat dan pelaku industri budaya dan pariwisata di dalam maupun di luar negeri dalam bidang penelitian, sumber daya manusia, dan kelembagaan dan sekaligus mengembangkan pariwisata yang berbasis budaya.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2004 – 2009 menyebutkan dalam rangka pencapaian tujuan di atas, kegiatan-kegiatan pokok yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Pembangunan dan perkuatan jaringan database dan informasi kebudayaan dan kepariwisataan, baik di dalam negeri (antara pusat-propinsi, dan kabupaten/kota) dan luar negeri termasuk pengembangan SDM-nya;

2. Pengembangan Litbang dan pengembangan SDM dalam bentuk joint research, dual-training serta aliansi strategis terutama dengan lembaga sejenis di luar negeri; 3. Fasilitasi pembentukan forum komunikasi antar pelaku industri budaya dan pariwisata dan pelaku sosio-ekonomi lainnya.


(46)

Kebijakan yang dipaparkan diatas meliputi pengembangan dan pembinaan serta strategi pemerintah dibawah kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk meningkatkan pariwisata nasional dan internasional Indonesia.


(47)

BAB III

DINAMIKA HUBUNGAN BILATERAL INDONESIA DENGAN TURKI ERA KEPEMIMPINAN PRESIDEN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Pada bab ini penulis akan membahas bagaimana kerjasama pariwisata yang berlangsung antara Indonesia dengan Turki yang meliputi sejarah hubungan diplomasi Indonesia dan Turki, diplomasi budaya Indonesia di Turki, perkembangan serta dinamika dalam hubungan bilateral Republik Indonesia dibawah kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan Republik Turki.

Hubungan bilateral Indonesia dengan Turki di era Presiden Susiolo Bambang Yudhoyono terhitung baik seperti yang telah dilakukan oleh Presiden - Presiden Indonesia sebelumnya. Jalinan berbagai kerjasama antar kedua negara yang telah berlangsung lama menjadi semakin mempererat hubungan kedua negara. Kerjasama yang dijalin meliputi berbagai bidang, mulai dari politik, ekonomi, sosial budaya, hingga di bidang militer. Hubungan baik kedua negara ini pun diselimuti oleh berbagai kepentingan yang menimbulkan dinamika dalam keberlangsungan hubungan kedua negara.

Hubungan antara Indonesia dengan Turki terbilang sangatlah erat. Seperti pepatah jauh di mata dekat dihati. Kesamaan yang dimiliki oleh kedua bangsa ini menjadikan hubungan kerjasama bilateral memiliki emosional persaudaraan. Mulai


(48)

dari sistem negara nya hingga kondisi sosial masyarakatnya yang sama antar kedua negara.

Hal itu seolah menjadikan motivasi untuk terus mengadakan kerjasama bilateral dalam berbagai area antar kedua negara ini. Kemudian seperti pada umumnya dalam menindak lanjuti setiap nota kesepahaman kerjasma bilateral negara akan terdapat berbagai entrik. Oleh karena itu tentu akan adanya gerakan atau dinamika yang menghiasi dalam proses hubungan kerjasama tersebut.

A. Sejarah Hubungan Bilateral Indonesia Dengan Turki

Secara historis, awal mula hubungan Indonesia dengan Turki dimulai sejak abad ke 12. Saat itu pelajar Turki yang mengunjungi Indonesia membawa misi penyebaran ajaran agama Islam di Indonesia. Pelajar Turki membawa dan menyebarkan ajaran agama Islam dengan cara berdakwah di wilayah Indonesia yang bermula dari wilayah Nanggroe Aceh Darussalam (Ministry of Foreign Affairs n.d.).

Sejarah pun telah membuktikan bahwa hubungan kedua negara sebenarnya sudah dimulai sejak abad ke 16. pada saat itu Turki dibawah kepemimpinan Utsmaniyah mengadakan ekspedisi ke Indonesia tepatnya ke wilayah Aceh. Alasan kaum Utsmaniyah mengadakan ekspedisi tersebut adalah untuk merespon permintaan dan membantu Kesultanan Aceh dalam konflik dengan penjajah Portugis di wilayah Malaka (Ministry of Foreign Affairs n.d.). Dimana pada saat itu, Aceh yang merupakan salah satu provinsi Republik Indonesia di era modern, adalah negeri Imperium Utsmani


(49)

di wialayah Asia Timur. Kemudian hal ini juga diekspresikan dengan kemiripan bendera kerajaan Aceh tempo dulu dengan bendera Turki Utsmani, yaitu berlatar belakang Bulan Sabit (Baddal 2015).

Seiring berjalan waktu, hubungan antar kedua negara semakin baik dan masuk ke ranah yang lebih serius. Hal itu dikarenakan sistem dalam negeri dikedua negara tersebut berangsur menjadi negara yang berdaulat dan berdemokrasi tinggi serta menuntut kedua negara ini untuk memiliki politik luar negeri yang bebas aktif dan strategis. Seperti negara Republik Turki yang sebelumnya menganut sistem pemerintahan otoriter, merubah sistem menjadi demokrasi. Meskipun awalnya hanya dengan menggunakan sistem satu partai (Zurcher 2003).

Kemudian pengakuan secara kedaulatan antar kedua negara yang menjadikan hubungan bilateral menjadi formal dan intens sesuai dengan undang – undang serta peraturan yang ada di dunia internasional. Negara Indonesia mengakui kedaulatan negara Republik Turki pada saat negara Turki memproklamasikan kemerdekaan bulan Oktober tahun 1923. Kemudian negara Turki mengakui Indonesia pada 29 Desember 1949 dan hubungan diplomatik telah dibangun pada 1950. Dan 8 (delapan) tahun kemudian, Kedutaan besar Turki di Jakarta telah dibuka pada tanggal 10 April 1957 (Ministry of Foreign Affairs n.d.).

Repbulik Indonesia dan Republik Turki sama-sama anggota Organisasi Konferensi Islam (OKI), D8 (komunitas Islam untuk perekonomian dan


(50)

pembangunan), dan G20. Kedua negara juga aktif dalam dialog antarperadaban (Dialogue Among Civilization). Keterlibatan dalam berbagai forum internasional tersebut menjadi kesempatan bagi kedua negara untuk mempererat hubungan bilateral dan jalinan kerjasama yang disepakati dalam berbagai bidang lainya. Presiden Susilo Bambang yudhoyono mengatakan bahwa Ini modal, opportunity, yang baik untuk bersinergi memainkan peran di forum internasional (Malau 2010).

Dalam pengakuan ikatan berkembang sejak tahun 2004, kedua negara sepakat untuk meningkatkan hubungan kemitraan strategis pada bulan April 2011 ketika Presiden ke-11 dari Turki , Abdullah Gül mengunjungi Indonesia untuk bertemu dengan Presiden ke-6 dari Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono. Selama kunjungan mereka menandatangani deklarasi bersama yaitu Turki dan Indonesia : Menuju Kemitraan Ditingkatkan dalam pengaturan New World, yang tetap menjadi dasar yang kuat dari hubungan bilateral hingga saat ini (Ministry of Foreign Affairs n.d.).

Kemudian hubungan dalam bidang ekonomi terus ditingkatkan hingga merambah pada ekonomi kreatif di bidang pariwisata. Dalam hal ini Indonesia dapat menuntut ilmu dan belajar dengan Republik Turki mengenai bagaimana pengolahan sumber daya alam wisata yang dimiliki Indonesia dan kemudian menjadikan sektor pariwisata nasional Indonesia menjadi pariwisata berkelas internasional seperti Turki. Dengan itu Indonesia dapat memaksimalkan hasil yang diperoleh untuk kemudian menyokong perekonomian negara seperti negara Turki.


(51)

Dalam bidang pendidikan, hubungan bilateral antar kedua negara melalui berbagai media. Salah satunya melalui sekolah buatan Turki yang sudah lama beroperasi di Indonesia yang bernama PASIAD (Pasifik Ulkeleri Sosyal ve Iktisadi Dayanisma Denergi). Indonesia dan Turki telah memiliki MoU bidang pendidikan yang mengatur pendirian Sekolah Turki di bawah yayasan pendidikan PASIAD di beberapa kota di Indonesia (K. L. Indonesia n.d.).

Sekolah ini telah menghasilkan banyak peserta didik yang kemudian tidak sedikit yang mendapatkan beasiswa dari pemerintah Turki untuk melanjutkan studi ke Turki langsung. Hal tersebut disambut baik oleh pemerintah Indonesia terlihat dari Indonesia menyikapi nya dengan turut memberikan beasiswa bagi pelajar Indonesia untuk melanjutkan studi di Turki.

B. Dinamika Hubungan Bilateral Indonesia Dengan Turki

Hubungan diplomatik antara Indonesia dengan Turki ini telah dimulai sejak tahun 1957. Hal tersebut ditandai dengan dibangun dan dibukanya kantor kedaulatan Republik Turki di Indonesia pada 10 April pada tahun tersebut (Ministry of Foreign Affairs n.d.). Kantor Kedutaan Turki tersebut dibangun dengan tujuan untuk menangani permasalahan yang mencakup urusan administratif antara negara Turki dan Indonesia. Namun sebelumnya hubungan negara Indonesia dengan negara Turki telah terjalin pada 29 Desember 1949 dimana waktu itu Turki mengakui secara de jure atas kemerdekaan negara Republik Indonesia sebagai negara yang berdaulat. Ketertundaan


(52)

hubungan bilateral kedua negara tersebut dikarenakan situasi politik di kedua negara yang sedang kurang kondusif.

Namun dalam perjalananya, hubungan diplomasi antara Indonesia dan Turki tidak selamanya berjalan mulus. Terdapat dinamika dalam hubungan kedua negara, salah satunya ditandai dengan tidak adanya kunjungan kenegaraan antara Indonesia dan Turki sejak tahun 1985. Hal ini dikarenakan fokus masing-masing negara yang berbeda saat itu. Indonesia lebih memfokuskan pada hubungan dengan Amerika Serikat dan negara-negara Asia Tenggara. Sedangkan Turki lebih memilih untuk menjalin hubungan dengan Eropa sehubungan dengan keinginannya untuk bergabung dengan Eropa dan menjalin hubungan baik dengan negara-negara di lingkup kawasan regionalnya.

Setelah tahun tersebut, kunjungan presiden baru berlanjut pada tahun 1995. Pada tahun tersebut, Presiden Turki saat itu, Süleyman Demirel, mengunjungi Indonesia guna menghadiri tahun pertama pembukaan sekolah PASIAD (Pasifik Ulkeleri Sosyal ve Iktisadi Dayanisma Denergi) di Indonesia serta memfasilitasi kerjasama ekonomi kedua negara. Pada periode pertama Susilo Bambang Yudhoyono menjabat sebagai presiden, Indonesia dan Turki telah memiliki tanggung jawab dalam menindak lanjuti beberpa nota kesepahaman kerjasama antar kedua negara tersebut. Kelanjutan kesepakatan kerjasama yang diteruskan oleh presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada periode pertama nya menjabat telah dilakukan dengan baik sesuai


(53)

Yudhooyono ke Turki menandai hubungan tersebut masih berjalan dengan baik. Di periode pertama tersebut, Indonesia juga telah mengadakan hubungan kerjasama bilateral dengan Turki di berbagai bidang.

Secara perkembangannya, hubungan bilateral antara negara Turki dengan Republik Indonesia dibawah kepemimpinan Presiden Susilo Bambnag Yudhoyono semakin meningkat. Hubungan yang dijalin diantara kedua negara merambah hingga sektor perekonomian. Hal ini dibuktikan dengan Hubungan bilateral Republik Indonesia dan Turki dari tahun ke tahun yang semakin meningkat. Pada tahun 2005, volume perdagangan kedua negara senilai hampir 635 juta dolar AS. Pada tahun 2008, jumlah itu meningkat menjadi sekitar 1,3 miliar dolar AS dengan surplus ada pada Indonesia. Perinciannya, ekspor Indonesia sebesar 678 juta dolar, sedangkan impor sekitar 587 juta dolar AS (Malau 2010).

Oleh karenanya faktor politik dan kepentingan negara dapat mempengaruhi kerjasama bilateral tersebut. Hal ini yang dapat menjadikan hubungan bilateral kedua negara tidak selalu berjalan sehaluan atau dapat berhenti sejenak. Dalam hal ini, Turki sebagai negara Demokrasi yang sempat berkiblat ke negara negara Eropa dengan tujuan memperoleh kesempatan untuk bergabung dengan Uni Eropa menjadikan fokus dengan kerjasama dengan negara negara Asia termasuk Indonesia berkurang intensitasnya.


(54)

Namun secara keseluruhan dinamika yang ada tersebut menjadikan Indonesia dan Turki sebagai rival bilateral yang memiliki prospek baik. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menjadikan Turki sebagai negara sahabat yang dapat dijadikan rival bilateral baik yang dapat memajukan masing masing negara (Malau 2010).

Pada periode kedua Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menjabat, hubungan bilateral Indonesia dengan Turki semakin erat. Kerjasama ekonomi, militer, dan lainya yang dibangun semakin produktif.

Pada tanggal 28 Juni – 1 Juli 2010, Presiden SBY telah melakukan kunjungan kenegaraan ke Turki pada atas undangan Presiden Turki. Dalam kunjungan tersebut ditandatangani 8 perjanjian kerjasama di bidang Industri Pertahanan, Tenaga Kerja, Industri Kecil dan Menengah, Pertukaran Budaya, Pertukaran Program dan Berita, Kerjasama Teknik, dan Kerjasama Penanaman Modal (K. L. Indonesia n.d.).

Hal tersebut direspon dengan baik oleh pemerintah Turki. Pada tanggal 4 – 6 April 2011 Presiden Turki, Abdullah Gül telah melakukan kunjungan kenegaraan balasan ke Indonesia. Dalam kunjungan tersebut ditandatangani 3 (tiga) persetujuan yaitu: Persetujuan Pembebasan Visa bagi Pemegang Paspor Diplomatik Diplomatik dan Dinas RI – Turki, Persetujuan mengenai Konsultasi Bilateral dan Persetujuan Kerjasama Pengelolaan Bencana Alam (K. L. Indonesia n.d.).

Pada kerjasama ekonomi perdagangan, Indonesia dan Turki membentuk asosiasi perdagangan. Berdasarkan data Kemenperin, neraca perdagangan kedua


(55)

negara relatif masih kecil. Nilai impor Turki dari Indonesia pada 2010 tercatat sekitar US$1,48 miliar, sedangkan ekspor Turki ke Indonesia hanya US$250 juta. Nilai impor Turki dari Indonesia ini hanya berkontribusi 0,8 persen dari total impor negara tersebut (K. I. Indonesia n.d.).

Kemudian pada tahun 2013 neraca perdagangan Indonesia-Turki surplus 1,6 miliar dolar AS dari total volume perdagangan kedua negara yang mencapai 2,2 miliar dolar AS. Sedangkan nilai ekspor Indonesia ke Turki mencapai 1,9 miliar dolar AS dengan impor senilai 300 juta dolar AS. Volume perdagangan tersebut meningkat 500 juta dolar AS dibanding tahun sebelumnya senilai hanya 1,7 miliar dolar AS (Fauziah 2014).

Republik Indonesia dibawah pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono juga diketahui memiliki visi pembangunan salah satunya visi dalam pembangunan militer negara. Turki sebagai rival bilateral Indonesia ini juga dikenal dengan kepemilikan pertahanan yang baik. Sebagai anggota Organisasi Peratahan Atlantik Utara (NATO), Turki memiliki 700.000 tentara aktif, 230 unit pesawat tempur f-16 serta alutsista berkelas dunia lainya. Oleh sebab itu pemerintah Indonesia menganggap penting untuk mengembangkan serta memanfaatkan kerjasama di bidang pertahanan dengan Turki ini agar dapat belajar untuk menciptakan dan berinovasi dalam pembuatan alat militer pertahanan (Kawilarang 2010).


(56)

Republik Turki memang dikenal sebagai salah satu inovator dalam pembuatan alat berat, salah satunya alat pertahanan militer. Sebuah prestasi yang baik juga diterima oleh produsen alat militer yang dimiliki Turki yaitu perusahaan Aselsan dan TUSAS. Kedua perusahaan tersebut termasuk dalam 100 perusahaan militer terbesar dunia. Oleh karenanya, Turki berpotensi untuk menguasai pasar alat pertahanan Eropa, Asia, Timur Tengah dan Afrika dan menjadi pesaing yang diperhitungkan oleh perusahaan perusahaan militer lainya dari negara barat.

Hal tersebut menjadi salah satu alasan dalam kebijakan yang dituangkan dalam kerjasama militer adalah mengadakan kerjasama dengan Turki dalam pembuatan Tank militer yang di mulai pada tahun 2013. Tank yang akan dibuat nantinya akan digunakan untuk kebutuhan militer Republik Indonesia dan Turki.

Di pihak Indonesia, produksi tank Republik Indonesia - Turki akan melibatkan dua Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yakni PT Pindad dan PT Len Industri. PT Len merupakan mitra perusahaan Aselsan asal Turki yang sudah berpengalaman memproduksi peralatan komunikasi militer taktis dan sistem pertahanan elektronik untuk Angkatan Bersenjata Turki (Anggi Kusumadewi 2013).

Sementara dari pihak Turki, pada proyek tank bersama Indonesia ini akan ditangani oleh kontraktor pertahanan Turki, FNSS Defense System, yang kerap memproduksi roda kendaraan tempur lapis baja dan senjata untuk militer Turki dan


(57)

sekutunya. Dari segi teknologi, FNSS jelas lebih maju dari PT Pindad. Ini menjadi peluang bagi Indonesia untuk menerima transfer teknologi dari Turki.

Kemudian pada tahun 2004, terdapat kunjungan Perdana Menteri Turki, Reccep Tayyip Erdogan ke Indonesia pasca terjadinya tsunami di Aceh, yang kemudian dibalas dengan kunjungan Presiden SusiloBambang Yudhoyono ke Istanbul, Turki (Sally 2015).

C. Diplomasi Budaya Indonesia Di Turki

Sistem kebijakan luar negeri Indonesia mengenal diplomasi kebudayaan bukan sebagai sebuah cabang ilmu diplomasi yang masih sangat baru, akan tetapi media kerjasama ini telah berkembang dengan memanfaatkan transformasi nilai – nilai kebudayaan yang ada. Sebelumnya model kerjasama seperti ini hanya dibatasi dalam pengertian alat untuk mengelolah hubungan antar bangsa dan menganggap kebudayaan hanya pada sebatas kesenian (bersifat mikro). Namun seiring dengan adanya perkembangan dalam tatanan hubungan antar negara maka diplomasi kebudayaan pun kini mengalami asimilasi sehingga bersifat makro yang menganggap bahwa esensi kebudayaan dalam gaya berdiplomasi semakin luas samapai dengan nilai – nilai ideologi, nasionalisme ataupun globalisasi.

Transformasi politik pemerintahan yang pernah melanda republik Indonesia dari corak sistem pemerintahan otoriter sejak tahun 1998 kini menjadi tanggungjawab negara untuk menekankan politik pencitraan sebagai suatu basis kekuatan untuk


(58)

melakukan diplomasi Internasional. Sebagai negara bekas rezim otoriter Indonesia pun kini memiliki agenda strategis untuk memperoleh pengakuan sebagai negara dengan sosok baru yang lebih demokratis di mata internasional sehingga dapat diterima dalam pergaulan dunia. Misalnya saja politik pencitraan yang dilakukan Indonesia sebagai langkah strategis untuk memberikan kepercayaan dan image positif terhadap salah satu negara mitra kerjasama yaitu Republik Turki.

Dukungan Internasional pascareformasi merupakan salah satu faktor penting untuk memperkuat legitimasi Indonesia serta menumbuhkan kepercayaan terhadap rezim pemerintahan yang baru kepada pemerintahan Turki. Melalui politik pencitraan tadi maka segenap upaya teknis dilakukan pemerintah Indonesia untuk meyakinkan sekaligus menghilangkan stigma negatif yang pernah melekat yaitu sebagai negara tidak aman, sarang teroris, rawan kekerasan, rawan akan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) dsb. Sebab stigma ini tidak hanya bisa mempengaruhi laju pertumbungan ekonomi dalam negeri tetapi juga akan berpengaruh pada hubungan bilateral negara tertentu.

Diplomasi kebudayaan nasional yang dilakukan Indonesia dewasa ini memerlukan manajemen modern dengan melibatkan partisipasi aktif dan menyeluruh dari kalangan masyarakat. Peran diplomasi kebudayaan bagi Indonesia disinyalir bahwa diplomasi media ini tidak kalah pentingnya dengan operasi militer, bahkan dalam kondisi seperti saat sekarang ini di tengah kebijakan soft power, maka diplomasi


(59)

kebudayaan yang digencarkan Indonesia pada tahun ini dinilai semakin aktif karena diplomasi kebudayaan akan berdampak langsung terhadap pengaruh sosial dan ekonomi yang dapat bersifat jangka panjang.

Sebagai salah satu institusi negara yang berperan sekaligus bertanggungjawab menanangani bidang public relation antar negara – negara di dunia, Departemen Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) memegang peran penting dalam alur sistemik diplomasi kebudayaan. Institusi yang memiliki visi dan misi untuk mewujudkan Indonesia bersatu, aman, adil, demokratis dan sejahtera untuk meningkatkan citra Indonesia di masyarakat Internasional melalui pengoptimalan peran informasi. Selain itu upaya yang dilakukan sebagai salah satu sasaran kebijakan dari kemenlu adalah mengoptimalkan diplomasi sosial budaya dan diplomasi kemanusiaan, dengan melibatkan seluruh komponen bangsa dalam rangka pelaksanaan diplomasi total, melaksanakan diplomasi publik dalam implementasi kebijakan politik luar negeri Indonesia (Kemenlu n.d.).

Mengetahui akan pentingnya peran serta elemen masyarakat (civil society) serta aktor non – pemerintah (non-state actors) dalam level hubungan diplomasi publik maka kebijakan dari kementerian luar negeri akhirnya memutuskan untuk membentuk Direktorat Diplomasi Publik. Direktorat Diplomasi Publik Departemen Luar Negeri RI pertama kali dibentuk berdasarkan surat keputusan menteri luar negeri RI nomor 053/OT/II/2002/01, tanggal 1 Februari 2002 tentang organisasi dan tata kerja departemen luar negeri. Pada tahun 2005 organisasi dan tata kerja departemen luar


(1)

Mengenai bentuk strategi yang general dan penting untuk dilakukan oleh negara negara di dunia yaitu saling respect antar negara bangsa. Negara Indonesia dengan negara Turki memiliki tingkat saling respect yang tinggi satu sama lain. Hal tersebut dipraktekan dengan dilakukanya kunjungan kenegaraan oleh kedua pemimpin negara. Kunjungan kepresidenan atau kenegagraan tersebut dilakukan selain untuk menjaga keharmonisan hubungan kedua negara, juga digunakan sebagai forum bagi kedua pemimpin negara untuk membahass setiap kerjasama yang telah disepakati serta mengenai prospeknya. Hal ini yang dilakukan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan mengunjungi negara Turki dalam rangka kunjungan kepresidenan. Kunjungan kepresidenan tersebut merupakan pertama kalinya semenjak terakhir kali setelah 25 tahun silam (Kusumaputra 2010). Di dalam kunjungan kepresiden tersebut menjadikan pertemuan yang mempererat hubungan kedua negara sekaligus menjadi forum internasional dan juga memperbincangkan mengenai tindak lanjutan dari beberapa MoU (Nota Kesepahaman) yang telah disepakati dan ditandatangani kedua negara dan termasuk MoU kerjasama bidang pariwisata di dalamnya (Bambang 2010).

Melalui strategi yang dilakukan Pemerintah Indonesia tersebut, hubungan bilateral Indonesia dibawah kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan Turki sangat baik. Hal ini ditandai dengan respon positif Pemerintah Turki yang respect kepada Indonesia. Berbagai kesempatan untuk berkoalisi dalam berbagai forum internasional menambah intensitas kedekatan kedua negara ini. Belum lagi kesamaan kondisi budaya dalam negeri yang beragam serta agama yang menjadikan alasan mengapa hubungan kedua negara ini semakin kuat seiring berjalan waktu.

Upaya Diplomasi Budaya Pemerintah Indonesia Dalam Kerjasama Pariwisata Dengan Turki

Dalam ilmu hubungan internasional, Diplomasi Kebudayaan merupakan sistem pelaksanaan diplomasi yang menggunakan pendekatan kebudayaan sebagai sarana bantu untuk mencapai sasaran dan tujuan, baik dalam bidang diplomasi dengan misi khusus. Diplomasi Kebudayaan adalah usaha suatu negara untuk memperjuangkan kepentingan nasionalnya melalui dimensi kebudayaan, baik secara mikro seperti pendidikan, ilmu pengetahuan, olah raga dan kesenian, ataupun secara makro sesuai dengan ciri-ciri khas yang utama, misalnya propaganda dan lain-lain, yang dalam pengertian konvensional dapat dianggap sebagai bukan politik, ekonomi ataupun militer (Kartikasari 2007).

Eksebisi Sebagai Ajang Promosi Kebudayaan Yang Diadakan Oleh Indonesia Di Turki

Eksebisi atau pameran dapat dilakukan untuk menampilkan konsep – konsep atau karya kesenian dan ilmu pengetahuan. Bentuk dari eksebisi ini merupakan


(2)

bentuk diplomasi kebudayaan yang paling konvensional mengingat gaya diplomasi yang modern adalah gaya diplomasi yang bersifat terbuka (Kartikasari 2007).

Eksebisi budaya yang dilakukan oleh Indonesia dan Turki bertujuan untuk memamerkan budaya kedua negara agar saling mengenali kebudayaan yang khas nan unik dari kedua negara. Salah satu bentuk diplomasi ini digunakan sebagai metode utama untuk langsung memperkenalkan budayanya oleh kedua negara.

Program pameran atau eksebisi yang diadakan untuk melangsungkan kegiatan pertukaran budaya antar negara dilakukan untuk menarik perhatian wisatawan kedua negara maupun negara lain untuk berkunjung dan menikmati keberagaman budaya kedua negara. Pada setiap event yang digelar oleh kedua negara memiliki misi, selain untuk mempererat kerjasama bilateral bidang pariwisata, namun juga untuk dijadikan ajang promosi budaya kedua negara secara langsung. Dengan cara mengadakan promosi budaya yang dimiliki Indonesia dalam pertukaran budaya dengan Turki dapat dijadikan peningkatan kerjasama dan meningkatkan kualitas kunjungan wisatawan dari Turki maupun negara lain ke Indonesia (Kedutaan Besar Republik Indonesia di Ankara 2013).

Melalui eksebisi budaya ini, Indonesia dapat memaksimalkan kekayaan ragam budaya nasional yang dimiliki untuk dipromosikan ke negara Turki. Program pertukaran budaya Indonesia pun disambut hangat di negara Turki. Terlihat antusisasme masyarakat Turki terhadap budaya yang dimiliki Indonesia di setiap event pertukaran budaya yang diadakan di Turki.

Pemerintah Indonesia yakin bahwa potensi alam wisata dan ragam budaya yang dimiliki Tanah Air dapat diterima masyarakat internasional dan menjadi perhatian dunia Internasional. Hal tersebut dibuktikan oleh Pemerintah Indonesia yang menggandeng Pemerintah Turki dalam kerjasama kebudayaan. Dalam upaya meningkatkan hubungan kerjasama budaya ini, Pemerintah Republik Indonesia dan Turki menandatangani persetujuan kerjasama pertukaran program kebudayaan untuk tahun 2010 – 2012 (K. L. Indonesia n.d.).

Propaganda Sebagai Promosi Kebudayaan Indonesia

Propaganda mirip dengan eksebisi, propaganda disini bukan dalam artian negatif yang mengacu pada sebuah konflik melainkan merupakan penyebaran informasi baik mengenai kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, maupun nilai sosial ideologis suatu bangsa kepada bangsa lainya. Hanya saja tidak diampaikan secara tidak langsung (biasanya melalui berbagai media terutama elektronik) dan secara awam berkonotasi negatif, bahkan juga sering dianggap subversif (Kartikasari 2007).

Strategi diplomasi kebudayaan oleh Pemerintah Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam kerjasama dengan Turki di bidang pariwisata juga dilakukan melalui berbagai media seperti koran dan media


(3)

elektronik lainya seperti televisi, radio dan internet. Hal ini diperlukan sebagai alat bantu dalam menyampaikan kebuyaan khas kedua negara kepada seluruh masyarakat kedua negara tersebut atau bahkan dunia internasional.

Peropaganda yang dilakukan oleh Indonesia dalam memperkenalkan kebudayaan Indonesia dilakukan melalui media. Salah satun ya melalui media cetak seperti koran dan majalah. Diketahui pada setiap pagelaran atau promosi kebudayaan Indonesia yang dilakukan di negeri 2 benua tersebut diliput oleh media nasional Turki. Hal ini dibuktikan dengan beberapa arsip yang menyimpan berita acara eksebisi kebudayaan Indonesia di Turki.

Kompetisi Indonesia dan Turki

Dalam pengertian paling umum, kompetisi merupakan pertandingan atau persaingan. Dalam konteks ini pertandingan adalah dalam arti positif, misalnya olahraga, kontes kecantikan, atau kompetisi dalam bidang ilmu pengetahuan dan lain sebagainya (Kartikasari 2007).

Kerjasama Sektor Lain Untuk Meningkatkan Sektor Pariwisata Indonesia Kerjasama yang dibangun oleh Indonesia dalam bidang pariwisata oleh negara Turki memiliki misi meningkatkan sektor pariwisata nasional Indonesia. Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam misi tersebut terdapat faktor lain yang mendukung keerjasama tersebut.

Bebas Visa Diplomatik Dan Pemberlakuan Visa On Arrival (Voa) Yang Disepakati Oleh Indonesia Dan Turki

Hubungan kerjasama antara Republik Indonesia dengan Republik Turki dalam misi meningkatkan sektor pariwisata bagi kedua negara melahirkan kebijakan lain yang relevan terhadap misi meningkatan pariwisata tersebut. Kebijakan yang mendukung tersebut dianggap sangat penting demi melancarkan kepentingan dalam kerjasama bidang pariwisata. Dalam hal ini kerjasama lain yang mendukung kegiatan pariwisata internasional Indonesia maupun Turki adalah persetujuan Visa on Arrival (VoA) untuk kunjungan antar negara ini dibuat guna memudahkan wisatawan yang memutuskan untuk berwisata dari maupun ke Indonesia dan Turki.

Pelayanan konsuleran mengenai pemegang bebas visa diplomatik dan dinas Indonesia antara Turki yang diberlakukan sejak 18 Agustus 2004 dengan masa berlaku visa selama 14 hari. Di tahun 2011, Indonesia dan Turki kembali menyepakati bebas visa bagi pemegang paspor diplomatik dari kedua negara. Pemberlakuan bebas visa bagi pemegang paspor diplomatik kedua negara dtingkatkan menjadi 30 hari namun tidak dapat melebihi 90 hari. Kesepakatan ini diitandatangani oleh Menteri Luar Negeri Indonesia, Marty Natalegawa dan Mehmet Aydin, Mentri Negara Turki (M. L. Indonesia 2011).


(4)

Jalur Transportasi Darat Dan Laut Indonesia Ke Turki

Dalam Ilmu Hubungan Internasional dijelaskan bahwa materi dari diplomasi kebudayaan adalah segala hal secara makro maupun mikro yang dianggap sebagai pendayagunaan aspek budaya dalam konteks politik luar negeri, antara lain adalah teknologi (Kartikasari 2007). Dalam kerjasama yang menggunakan teknologi transportasi ini, Indonesia dan turki memiliki tujuan yang sama yaitu untuk mempermudah akses dari kedua negara tersebut.

Kerjasama antara Republik Indonesia dan Republik Turki dalam bidang pariwisata ini tidak terlepas dari kebutuhan lain yang menunjang kegiatan pariwisata antar kedua negara. Misi untuk meningkatkan produktifitas dalam negeri khususnya melalui bidang pariwisata ini dibutuhkan strategi yang apik. Adalah alat transportasi sebagai sarana penunjang kegiatan wisata tersebut. Alat transportasi seakan menjadi kebutuhan utama para wisatwan.

Kerjasama bidang pariwisata yang dibangun merambah kepada kerjasama di bidang transportasi setelah Menteri Perhubungan Republik Indonesia, Freddy Numberi bersama Menteri Perhubungan dan Komunikasi Turki Binali Yildirim menandatangani kerjasama bidang transportasi laut (Agreement Between the Government of the Republic of Indonesia and the Government of the Republic of Turkey on Maritime Transport).

Tantangan yang harus dihadapi Indonesia dalam melakukan misi diplomasi budaya terhadap Turki secara umum adalah penyesuaian diri untuk bermitra dengan salah satu negara maju di kancah internasional saat sekarang ini. Turki yang unggul pada beberapa sektor sebut saja Ekonomi, Pendidikan, Industri dan Pariwisata mengindikasikan bahwa upaya diplomasi budaya Indonesia dalam hal ini tidak akan mudah, sebab jika Indonesia memiliki target untuk pencapaian melebihi pada sektor – sektor disebutkan maka paling tidak perlu memerlukan waktu untuk beberapa dasawarsa. Oleh karena itu yang dituntut dari permainan ini adalah strategi dan pola Pemerintah Indonesia didalam memainkan segenap instrumen dan peran dalam upaya diplomasi tersebut.

KESIMPULAN

Hubungan kerjasama bilateral bidang pariwisata anatara Indonesia dengan Turki telah dimulai sejak penandatangan MoU (Nota Kesepahaman) oleh kedua negara pada tanggal 6 Oktober 1993. Kerjasama tersebut diperpanjang hingga tahun Susilo Bambang Ydhoyono menjabat sebagai Presiden Indonesia.

Di dalam kerjasama di bidang pariwisata tersebut, Pemerintah Indonessia memiliki strategi yaitu dengan cara Diplomasi Kebudayaan. Strategi tersebut dilakukan demi mendulang prestasi pada sektor parwisata seperti negara rival bilateral kerjasama yaitu negara Turki. Strategi Pemerintah Indonesia meliputi :


(5)

Program beberapa eksebisi ragam budaya yang diadakan di Turki. Melalui beberapa event yang diadakan oleh pemerintah Indonesia tersebut menjadi upaya Pemerintah Indonesia dalam memperkenalkan budaya Indonesia kepada Turki. Bentuk strategi ini bertujuan untuk mempromosikan keberagaman budaya khas Indonesia kepada negara Turki yang dapat berdampak positif pada sektor pariwisata Indonesia.

Propaganda melalui media yang dilakukan untuk menambah daya promosi hingga ke seluruh kalangan masyarakat Turki maupun Internasional. Pemerintah Indonesia mengupayakan hal tersebut melalui beberapa pengadaan kerjasama dengan media untuk peliputan setiap acara eksebisi budaya yang diadakan di negara 2 benua tersebut. Serta kerjasama dalam penyiaran oleh Pemerintah Indonesia melalui Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dengan lembaga regulator penyiaran Turki yaitu Radio Televizion Ust Kuruulu (RUTK).

Bentuk diplomasi budaya lainnya adalah kompetisi. Pemerintah Indonesia mengirimkan delegasi untuk mengikuti kompetisi yang diadakan oleh negara Turki. Salah satunya adalah delegasi Indonesia yang dikirim oleh pemerintah Indonesia melalui Dinas Pendidikan untuk mengikuti International Biology Olympiad (IBO) pada tahun 2007 di Turki dan meraih medali emas pada kompetisi tersebut. Dengan peraihan prestasi dalam kompetisi tersebut, Indonesia mendapat pengakuan akan kualitas oleh negara Turki hinga dunia internasional yang salah satunya akan berdampak pada sektor pariwisata Indonesia.

Bentuk strategi yang dijalankan oleh pemerintah Indonesia tersebut telah direspon cukup baik oleh pemerintah Turki. Pada setiap program pertukaran budaya yang dibuat oleh pemerintah Indonesia juga mendapat apresiasi oleh pemerintah hingga masyarakat umum Turki. Sehingga seiring berjalan waktu reputasi akan kebudayaan yang dimiliki Indonesia terus diakui oleh masyarakat internasional, terkhusus negara rival bilateral Turki. Hal ini tentu berdampak positif bagi Indonesia, terkhusus di bidang pariwisata.

Demi kepentingan dalam menaikkan sektor pariwisata Indonesia, Pemerintah Indonesia juga melakukan beberapa strategi lain yang dituangkan dalam kebijakan pada kerjasama yang dijalin dengan Turki. Strategi tersebut dianggap mendukung dalam peningkatan sektor pariwisata Indonesia.

Kerjasama pemberlakuan visa diplomatik dan visa on arrival (VoA) yang disetujui sejak 18 Agustus 2004 dan kembali di setujui oleh Indonesia dan Turki pada 5 April 2011. Kebijakan ini menjadi kemudahan dalam hal birokrasi bagi wisatawan asal Turki untuk berkunjung Indonesia.

Kerjasama dalam pembukaan jalur transportasi dengan Turki juga menjadi bala bantuan dalam misi peningkatan sektor pariwisata nasional Indonesia. Kerjasama


(6)

ini telah ditandatangani pada 29 Juni 2010 di Ankara, oleh kedua Presiden. Kerjasama bidang transportasi ini meliputi transportasi udara dan laut. Dengan ini memudahkan wisatwan Turki yang berkunjung dengan menggunakan transportasi yang disediakan seperti Turkish Airline yang terbang langsung dari Istanbul ke Jakarta.

Alhasil dengan menjalankan strategi soft diplomacy nya tersebut, sektor pariwisata Indonesia mengalami peningkatan melalui jumlah kunjungan wisatawan mancanegara yang meningkat secara signifikan di kedua periode Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yaitu tahun 2004 hingga 2014. Peningkatan jumlah kedatangan wisatawan tersebut juga diiringi dengan peningkatan jumlah devisa pada tahun tersebut yang diterima melalui wisman yang berkunjung ke Indonesia.