RESPON PEMERINTAH INDONESIA TERHADAP ISU TERORISME INTERNASIONAL PADA MASA PRESIDEN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO TAHUN 2004-2009

(1)

SKRIPSI

RESPON PEMERINTAH INDONESIA TERHADAP ISU TERORISME INTERNASIONAL PADA MASA PRESIDEN SUSILO BAMBANG

YUDHOYONO TAHUN 2004-2009

Disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana ilmu politik (S.IP) strata-1

Jurusan Ilmu Hubungan Internasional

Oleh:

Lady Avisca Syandi NIM (07260114)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(2)

ii LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

Nama : Lady Avisca Syandi

NIM : 07260114

Jurusan : Ilmu Hubungan Internasional Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi :Respon Pemerintah Indonesia Terhadap Isu Terorisme Internasional Pada Masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono Tahun 2004-2009

Disetujui Dosen Pembimbing,

Pembimbing I Pembimbing II

Ruli Inayah Ramadhoan, M.Si Dr. Asep Nurjaman, M.Si

Mengetahui,

Dekan Ketua Jurusan

FISIP UMM HI UMM


(3)

iii LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Lady Avisca Syandi

NIM : 07260114

Jurusan : Hubungan Internasional Fakultas :Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : Respon Pemerintah Indonesia Terhadap Isu Terorisme Internasional Pada Masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono Tahun 2004-2009

Telah dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan Hubungan Internasional Dan dinyatakan LULUS

Pada hari : Rabu

Tanggal : 30 Januari 2013

Tempat : Laboratorium Hubungan Internasional UMM

Mengesahkan, Dekan FISIP-UMM

Dr. Wahyudi, M.Si Dewan Penguji :

1. Gonda Yumitro, M.A ( )

2. Tonny Dian Effendi, M.Si ( )

3. Ruli Inayah Ramadhoan, M.Si ( )


(4)

iv LEMBAR ORISINALITAS

Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Lady Avisca Syandi

NIM : 07260114

Jurusan : Ilmu Hubungan Internasional Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Menyatakan bahwa karya skripsi berjudul : Respon Pemerintah Indonesia Terhadap Isu Terorisme Internasional Pada Masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono Tahun 2004-2009 adalah bukan karya tulis ilmiah (skripsi) orang lain, baik sebagian atau seluruhnya, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya dengan benar.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila ini tidak benar, saya bersedia mendapat sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Malang, 9 Februari 2013 Yang menyatakan,


(5)

v BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI

1. Nama : Lady Avisca Syandi

2. NIM : 07260114

3. Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 4. Jurusan : Hubungan Internasional

Judul Skrips : Respon Pemerintah Indonesia Terhadap Isu Terorisme Internasional Pada Masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono Tahun 2004-2009

5. Pembimbing : 1. Ruli Inayah Ramadhoan, M.Si 2. Dr. Asep Nurjaman, M.Si

6. Kronologi Bimbingan :

Tanggal

Paraf Pembimbin

g 1

Keterangan Tanggal

Paraf Pembimbing II Keterangan 11 Februari 2011 Pengajuan Judul Skripsi 11 Februari 2011 Pengajuan Judul Skripsi

6 Mei 2012 ACC Ujian

Proposal Skripsi

6 Mei 2012 ACC Ujian

Proposal Skripsi

12 Juni 2012 Seminar

Proposal Skripsi

12 Juni 2012 Seminar

Proposal Skripsi 8 November

2012

ACC Bab I 8 November 2012

ACC Bab I 8 November

2012

ACC Bab II 8 November 2012

ACC Bab II 9 Januari

2013

ACC Bab III 9 Januari 2013

ACC Bab III 9 Januari

2013

ACC Bab IV 9 Januari 2013

ACC Bab IV 12 Januari 2013 ACC Ujian Skripsi 12 Januari 2013 ACC Ujian Skripsi


(6)

vi ABSTRAKSI

Lady Avisca Syandi, 2013, 07260114, Universitas Muhammadiyah Malang Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Hubungan Internasional, Respon Pemerintah Indonesia terhadap Isu terorisme Internasional Pada Masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono Tahun 2004-2009, Pembimbing I: Ruli Inayah Ramadhoan, M.Si. Pembimbing II : Dr. Asep Nurjaman, M.Si

Isu terorisme internasional menjadi sorotan di dunia setelah adanya tragedi 9/11 di Amerika Serikat, isu tersebut kemudian membuat pihak Amerika Serikat menyatakan perang untuk melawan terorisme kepada seluruh negara di dunia. Indonesia pun turut bergabung dalam usaha memerangi aksi terorisme tersebut semenjak tragedi Bom Bali yang menewaskan sejumlah penduduk dari negara lain. Setelah peristiwa Bom Bali tersebut, SBY sebagai presiden RI di awal pemerintahannya tahun 2004-2009 berusaha berupaya untuk merespon aksi terorisme tersebut karena setelah tragedi Bom Bali masih ada kegiatan aksi terorisme yang muncul di Indonesia. Konsep yang diambil oleh peneliti adalah konsep keamanan nasional dimana isu terorisme ini berhubungan erat dengan keamanan suatu negara, selain itu konsep terorisme internasional membantu untuk menjelaskan makna dari terorisme global tersebut. Kemudian peneliti juga mengambil konsep kebijakan luar negeri karena merupakan bentuk respon yang diambil oleh pemimpin negara untuk menyelesaikan masalah negaranya. Uniknya, di tahun 2004-2009 presiden SBY menemukan berbagai aksi terorisme di beberapa wilayah di Indonesia sampai menemukan pemimpin dari kegiatan terorisme tersebut. Bentuk respon yang diambil oleh pemerintah presiden SBY untuk mengatasi aksi terorisme tersebut adalah berupa kebijakan yang dilakukan dalam negara Indonesia dan kerjasama dalam lingkup internasional. Melalui kebijakan-kebijakan tersebut dapat diketahui respon pemerintahan presiden SBY dalam mengatasi aksi terorisme di Indonesia semenjak maraknya perang melawan terorisme di dunia.

Keywords: Terorisme, respon pemerintah, kebijakan, keamanan.

Pembimbing I Pembimbing II


(7)

vii ABSTRACT

Lady Avisca Syandi, 2013,07,260,114, Muhammadiyah University of Malang, Faculty of Social and Political Science, International Relations, Indonesian Government Response to Issues On The International Terrorism During The President Susilo Bambang Yudhoyono In The Year 2004-2009, Advisor : Ruli Inayah Ramadhoan, M.Si, Advisor II: Dr. Asep Nurjaman, M.Si

The issue of international terrorism be the spotlight in the world after the tragedy of 9/11 in the United States, then the issue make the United States declared war for against terrorism to the all country of the world. Indonesia also joined in the effort to combat terrorism since the tragedy of the Bali bombings, which killed a number of people from other countries. After the tragedy of Bali bombings, the Indonesian president Susilo Bambang Yudhoyono at the beginning of his government in 2004-2009 try to respond the acts of terrorism such as in the wake of the Bali bombing still emerging terrorism activities in Indonesia. The concept adopted by researchers is the concept of national security in which the issue of terrorism is closely linked to the security of a country, in the others the concept of international terrorism helps to explain the significance of global terrorism. Then the researchers also took the concept of foreign policy because it is a form of response taken by the country's leaders to resolve the country's problems. Interestingly, in the year 2004-2009 the Indonesian president Susilo Bambang Yudhoyono find numerous acts of terrorism in parts of Indonesia to find the leader of the terrorism activities. Shape the response taken by the government of President SBY to tackle the terrorism action is the form of policies which is conducted in the Indonesia and cooperation in the international sphere. Through these policies can be seen in the response of the government of President SBY tackle the terrorism in Indonesia since the rise of the war against terrorism in the world.

Keywords: Terrorism, the government's response, policies, security.

Pembimbing I Pembimbing II


(8)

viii KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, peneliti dapat menyelesaikan penelitian dengan judul Respon Pemerintah Indonesia terhadap Isu Terorisme Internasional Pada Masa Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono Tahun 2004-2009. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan umat islam sekalian.

Isu dunia internasional sekarang telah mengalami banyak perubahan, sejak berakhirnya perang dingin dunia internasional di dominasi oleh banyaknya masalah keamanan di negaranya. Salah satu masalah keamanan tersebut seperti isu terorisme yang semakin lama semakin berkembang di dunia. Hal tersebut mengemuka seiring dengan adanya globalisasi yang membuat mudahnya aksi terorisme tersebut dapat meningkatkan jaringan dan organisasinya di setiap negara. Kasus tersebut juga dialami oleh negara Indonesia, karena aksi terorisme yang berskala internasional tersebut sampai akhirnya muncul aksi-aksi teror di negara ini. Menanggapi hal tersebut pemerintahan presiden SBY di awal masa pemerintahannya sebagai presiden mengambil beberapa langkah kebijakan yang menyangkut keamanan negaranya. Dari kebijakan tersebut akan terlihat kebijakan yang diambil selama masa pemerintahan presiden SBY pada tahun 2004-2009.

Di sini peneliti menyadari dalam penelitian ini masih terdapat kekurangan dan kelemahan, oleh karena itu dalam penyempurnaannya diharapkan kontribusi dan ide yang bersifat membangun sehingga penelitian ini dapat menjadi salah satu referensi yang bermanfaat bagi mahasiswa hubungan internasional.

Dalam kesempatan ini, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada para pihak yang telah memberikan bantuan dan dorongan kepada peneliti, sehingga penelitian ini bisa terselesaikan.

1. Drs. Muhadjir Effrendy., M.AP Selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Drs. Wahyudi., M.Si Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang.


(9)

ix 3. Tonny Dian Efendi,M.Si Selaku Ketua Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Malang. Sekaligus Dosen Penguji Pertama yang juga memberikan masukan dan kritikan terhadap penelitian ini terutama tentang pengaruh globalisasi pada kasus terorisme.

4. Ruli Inayah Ramadhoan, M.Si Selaku Dosen Pembimbing pertama yang telah banyak membimbing peneliti dalam memberi masukan, arahan sitematika penulisan serta dukungan untuk segera menyelesaikan penelitian ini.

5. Gonda Yumitro,M.A selaku Dosen Penguji kedua yang juga sangat berpengaruh dalam pembenahan penelitian ini untuk menjadi lebih baik serta saran-saran yang dapat membangun untuk peneliti.

6. Dr. Asep Nurjaman, M.Si Selaku Dosen Pembimbing Kedua yang juga selalu memberikan arahan terhadap penulisan yang baik dan dorongannya kepada peneliti untuk segera menyelesaikan penelitian ini dengan baik.

7. Kepada kedua orang tua peneliti, Bapak Drs. Sukistono,M.Pd dan Mamaku tercinta Ibu Indi Astuti yang selalu memberikan dorongan untuk selalu mendukung dan turut mendo’akan peneliti guna terselesaikannya penelitian ini dengan baik.

8. Kepada adik-adik peneliti, Rehan dan Sely, terima kasih untuk selalu menanyakan penelitian ini kepada peneliti agar peneliti segera menyelesaikannya. Semoga kalian juga selalu semangat dalam belajar dan menjadi anak yang dapat membanggakan orang tua dan keluarga. Amin 9. Teman-teman peneliti di jurusan Ilmu Hubungan Internasional angkatan

2007. Semangat dan doa dalam mengerjakan skripsi. Skripsi memang sulit, but just do it.

10. Untuk teman-temanku semua dan sahabat-sahabatku yang ada di Malang ini, terima kasih karena juga selalu mendo’akan agar terselesaikannya penelitian ini.

11. Kepada teman-teman peneliti yang selama Kuliah di Universitas Muhammadiyah Malang yang tidak dapat peneliti sebutkan satu-persatu, semoga selalu sukses dan selalu mendapat ridho dan rahmad dari Allah...AMIN Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan kalian semua


(10)

x yang telah memberikan bantuan dan dorongan kepada peneliti, sehingga penelitian ini dapat terselesaikan.

Akhirnya, peneliti berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi siapapun yang membacanya khususnya bagi mahasiswa ilmu hubungan internasional dan kalangan yang tertarik dengan kajian Ilmu Hubungan Internasional, khususnya yang berhubungan dengan kasus terorisme.

Malang, 9 Februari 2013 Peneliti,


(11)

xi Motto

Harga kebaikan manusia adalah diukur menurut apa yang telah

dilaksanakan atau diperbuatnya.

Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok adalah

harapan.


(12)

xii DAFTAR ISI

Lembar Cover Sampul Dalam ... i

Lembar Persetujuan Skripsi ... ii

Lembar Pengesahan ... iii

Lembar Orisinalitas ... iv

Berita Acara Bimbingan Skripsi ... v

Abstraksi ... vi

Kata Pengantar ... viii

Motto ... xi

Daftar Isi ... xii

Daftar Tabel ... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

1.3.1. Tujuan Penelitian ... 6

1.3.2. Manfaat Penelitian ... 6

1.3.2.1. Praktis... 6

1.3.2.2. Akademis ... 7

1.4.Penelitian Terdahulu ... 7

1.5. Kerangka Pemikiran ... 9

1.5.1. Konsep Keamanan Nasional (National Security) ... 9

1.5.2. Konsep Terorisme Internasional ... 15

1.5.3. Konsep Kebijakan Luar Negeri ... 19

1.6. Metodologi Penelitian... ... 21

1.6.1. Metode Penelitian ... ... 21

1.6.2. Teknik Pengumpulan Data... ... 22

1.6.3. Teknik Analisa Data ... 22


(13)

xiii 1.6.4.1. Batasan Materi ... 23 1.6.4.2. Batasan Waktu ... 23 1.7.Struktur Penulisan... 23

BAB II Isu Terorisme Internasional dan Pengaruhnya Terhadap Sistem Internasional (global)

2.1.Gambaran Fenomena dan Isu Terorisme Internasional ... 25 2.1.1. Isu Terorisme Internasional dan Peristiwa 9/1I ... 27 2.1.2. Terorisme Dalam Perspektif Indonesia ... 31 2.2. Jaringan Terorisme Internasional Dalam Penyebarannya

Di Dunia Terutama Di Indonesia ... 41 2.3. Penyebaran Jaringan Terorisme ... 46

BAB III RESPON INDONESIA TERHADAP ISU TERORISME INTERNASIONAL

3.1. Respon Internal: Bentuk Kebijakan Indonesia

(Internal Security Act) ... 53 3.1.1.Kebijakan Pemerintah Indonesia dalam Batas Negara ... 59 3.2 Respon Eksternal ( Lingkup Internasional ) ... 68

3.2.1.Bentuk Respon Pemerintah Indonesia pada tingkat

Regional (Negara-negara ASEAN ... 70 3.2.2. Bentuk Respon Pemerintah Indonesia pada Tingkat

Internasional ... 74

BAB IV PENUTUP

4.1. Kesimpulan... 83 4.2. Saran ... 86 Daftar Pustaka ... 88


(14)

xiv Daftar Tabel

Tabel Posisi Penelitian 1.1 ... 10

Daftar Gambar

Gambar 2.3.1 Hubungan antara Jamaah Islamiyah dengan Al-Qaeda .... 49 Gambar2.3.2 Struktur kepemimpinan Jaringan Terorisme


(15)

15 Daftar Pustaka

Sumber Buku:

Jemadu, Aleksius. 2008. Politik Global dalam Teori dan Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Mas’oed, Mochtar. 1994. Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi. Jakarta: LP3ES.

Nainggolan, Poltak. P, Terorisme dan Tata Dunia Baru, Jakarta: Pusat Pengkajian dan Pelayanan Informasi Sekretaris Jendral DPR-RI, 2002.

Perwita, Anak Agung Banyu dan Yanyan Mochammad Yani. 2006. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset. Purwanto, Wawan H. Terorisme ancaman Tiada Akhir.Jakarta: Grafindo, cetakan

pertama 2004.

Sudarsono, Juwono. Indonesia dan terorisme Internasional dalam Poltak Partogi Nainggolan Terorisme dan Tata Dunia Baru.2002. Jakarta. Penerbit Tiga Putra Utama.

Thontowi, Jawahir. Islam, Politik, dan Hukum, Yogyakarta:Madyan Press, cetakan I-2002.

Ulber, Sillalahi. 2010. Metode Penelitian Soaial. Bandung: refika aditama. Wahid, Abdul et.al., 2004, Kejahatan Terorisme Perspektif Agama, HAM dan


(16)

16 Sumber Internet:

Anggoro, Kusnanto. 2003. Keamanan Nasional, Pertahanan Negara dan Ketertiban Umum. Makalah Pembanding Seminar Pembangunan Hukum Nasional VllI Denpasar, 14 Juli 2003. Dalam

http://ditpolkom.bappenas.go.id/basedir/Politik%20Luar%20Negeri/1%29%20 Indonesia%20dan%20isu%20global/6%29%20Food%20and%20Energy%20Se

curity/Keamanan%20Nasional%20Pertahanan%20Negara%20-%20koesnanto%20anggoro.pdf

Asfar, Muhammad. 2003. Islam Lunak Islam Radikal; Pesantren, Terorisme dan Bom Bali. Surabaya: JP Press dalam

http://ejournal.umm.ac.id/index.php/salam/article/viewFile/454/461_umm_scie ntific_journal.pdf

AS dan Australia Tawarkan Bom Kuningan dalam

http://beritahankam.blogspot.com/2009_07_19_archive.html

Asia Tenggara sebagai “The Secong Front” Terkait Perang Melawan Terorisme Internasional, http://elokizra-y-fisip10.web.unair.ac.id/artikel_detail-48879-Asia%20Tenggara%28week%209%29%20Asia%20Tenggara%20sebagai%20 %E2%80%98the%20Second%20Front%E2%80%99%20%20Terkait%20Peran g%20Melawan%20Terorisme%20Internasional%20%20.html, 6 Februari 2013 Bab 5, Pencegahan dan Penanggulangan Terorisme dalam

http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad =rja&ved=0CDMQFjAA&url=http%3A%2F%2Fhukum.unsrat.ac.id%2Fpres %2Fbuku2-bab5.doc&ei=P0jsUKLMKo3ckgXcyICIBg&usg=AFQjCNHRK- \


(17)

17 Caomk09x9ZLBes5MXIVlUZew&bvm=bv.1357316858,d.dGI hal 3, 8 Januari 2013.

Critical Review Terhadap RUU Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme, 11 Mei 2011 - 16:35 WIB, 25 September 2009.

Darmono, Bambang dkk. 2010. Keamanan Nasional Sebuah Konsep Dan Sistem Keamanan Bagi Bangsa Indonesia. Sekertariat Jenderal Dewan Ketahanan Nasional dalam

http://www.dkn.go.id/wantannas/images/stories/Buku%20Kamnas%20wantann as.pdf

Data Sejarah Bom Di Indonesia Sejak Orde Lama. 13 September 2009 . www.muslimdaily.net pdf, 27 April 2012.

Deretan ladang luas untuk dicangkul: Sebuah Penilaian Kritis terhadap Kerjasama ASEAN untuk Melawan Terorisme dalam

http://kyotoreviewsea.org/KCMS/?p=72&lang=id, 28 Desember 2012.

Gurulle, Jimmy. U.S. Foreign Policy Agenda, American Internationalism, dapat dilihat di: An Electronic Journal of The U.S. Department of State, No.1, Volume: 8, Agustus 2003.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31106/4/Chapter%20I.pdf. Gubernur Aceh: Ini Tiga Cara Kerja Terorisme. Dalam

http://m.tribunnews.com/2010/07/27/gubernur-aceh-ini-tiga-cara-kerja-terorisme


(18)

18 Haryani, Silvia. Kerjasama Kontra-Terorisme Indonesia-Australia: Perbandingan Antara Masa Pemerintahan Megawati Soekarnoputri dan Susilo Bambang Yudhoyono, Jurnal Masyarakat Kebudayaan dan Politik Volume 21, Nomor 4:352-360, 18 November 2010, 4 April 2012.

http://www.TERORISME/TERORISME/perpu 1_02.htm,diakses tanggal 28 Agustus 2012.

http://www.propatria.or.id/download/Paper%20Diskusi/ep_isa_malaysia.pdf, 6 Novemmber 2012.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20229/5/Chapter%20I.pdf

http://wulandecassiopeian.wordpress.com/2011/06/08/upaya-upaya-dan- tantangan-diplomasi-indonesia-terhadap-penanggulangan-isu-terorisme-di-indonesia/, 7 Januari 2013.

http://eeas.europa.eu/delegations/indonesia/documents/eu_indonesia/blue_book/b b2006.pdf Diakses pada 9 Januari 2013.

https://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:IMfxZSeS87oJ:repository.unhas.ac .id/bitstream/handle/123456789/221/BARU%2520SEKALI%2520BAB%2520

I-BAB%2520V.doc%3Fsequence%3D2+&hl=en&pid=bl&srcid=ADGEESj8Y0

eF2Vz-FHFg_yz6lqPynqwhTH8H3q-p87DJhQEjN4VHgk-

wce2UQeaaUsfUyroM2mX1rlOdL-CVhfGMtwrwOyOoypXLPvE2sdav8v2SABqehkmc06tIpo6ySUQww09ZqO9


(19)

19 a&sig=AHIEtbQV2hnkXgb3oIWjJ4YI03QgvKiJrw. Hal 80. Diakses pada 25 april 2012.

http://eeas.europa.eu/delegations/indonesia/documents/eu_indonesia/eu_idnpca_id .pdf . Hal 7, 8 Januari 2013.

http://www.thejakartapost.com/news/2008/11/08/ri-launch-bali-democracy-forum.html, 9 Januari 2013.

Lustick,Ian S. 2007. Fractured Fairy Tale: The War on Terrorand the Emperor’s NewClothes,HomelandSecurityAffairs,VolIII,February,http://www.newamerica .net/publications/articles/2007/beyond_american_hegemony_5381.

Muladi, “Penanggulangan Terorisme Sebagai Tindak Pidana Khusus”, bahan seminar Pengamanan Terorisme sebagai Tindak Pidana Khusus, Jakarta, 28 Januari 2004 dalam Ewit Soetriadi.

NCB Interpol Indonesia . Teroris Di Indonesia Dan Usaha-Usaha Yang Diambil Untuk Mengalahkan Masalah. Sabtu, 20 September 2003 20:35 pdf, 1 Desember 2011.

NCB Interpol Indonesia, Upaya Memerangi Terorisme dalam

http://www.interpol.go.id/fr/la-criminalite-transnationale/le-terrorisme/70-upaya-memerangi-terorisme

Pemantapan Politik Luar Negeri dan Peningkatan Kerjasama Internasional ,www.bappenas.go.id

http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=5&cad


(20)

=rja&ved=0CFAQjAE&url=http%3A%2F%2Fwww.bappenas.go.id%2Fget-20 fileserver%2Fnode%2F6124%2F&ei=En3mUNKnFoasrAePwoHwBA&usg= AFQjCNGAb6KNG7ZWGiXcSy_axiauFY_MGA&bvm=bv.1355534169,d.b mk,pdf, 3 Desember 2012.

Pencegahan dan Penanggulangan Terorisme dalam

http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad =rja&ved=0CC8QFjAA&url=http%3A%2F%2Fwww.bappenas.go.id%2Fget-fileserver%2Fnode%2F3327%2F&ei=_ayUNu5DdDjrAfU2oGgCA&usg=AF QjCNFbc2Idf2u76OB8RfdXgV1NsMuntA.

Pramodhawardani, Jaleswari. Cara Pandang Baru Terhadap `Keamanan Nasional` Indonesia, dalam www.metrotvnews.com.

Poetranto,PencegahandanPenanggulanganTerorismedalam.

http://buletinlitbang.dephan.go.id/index.asp?vnomor=19&mnorutisi=7, 21 Agustus 2010.

Prijambodo, 2005, Agenda dan Prioritas, Bagian I.1 11-12. 27 Januari 2005, www.bappenas.go.id.pdf, diakses pada 7 Januari 2013.

Rahmianto, Andy.Memerangi Terorisme Internasional perlu Wadah Koordinasi Internasional,dapat dilihat di: Harian KOMPAS, Edisi 13 Oktober 2001. http://groups.yahoo.com/group/ambon/message/18636.

Record, Jefrey. 2003, Bounding The Global War on Terrorism,

www.globalsecurity.org/military/library/report/2003/recordbounding.pdf dalam


(21)

21 Sukma, Rizal. 2004. Konsep Keamanan Nasional. CSIS, Jakarta FGD ProPatria, Jakarta 28 November 2002. Dalam http://www.lfip.org/english/pdf/bali-seminar/Keamanan%20Intl%20-%20rizal%20sukma.

Terorisme - PLN Indo & Isu GLobal Terorisme. 11 Mei 2009. www.muslimdaily.net pdf.

Terrorism in Southeast Asia. Bruce Vaughn, Coordinator :Specialist in Asian Affairs, Emma Chanlett-Avery: Specialist in Asian Affairs, Ben Dolven: Section Research Manager, Mark E. Manyin:Specialist in Asian Affairs, Michael F. Martin:Analyst in Asian Trade and Finance,LarryA. N Larry A. Niksch: Specialist in Asian Affairs. October 16, 2009. Congressional ResearchService, http://www.fas.org/sgp/crs/terror/RL34194.pdf

Terorisme di Asia Tenggara dalam http://vinandhika-p

fisip10.web.unair.ac.id/artikel_detail-47052-MBP%20Asia%20Tenggara-Terorisme%20di%20Asia%20Tenggara.html

Undang-undang Nomor 15 Tahun 2003, Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme,Bandung: Fokus Media, 2003.pdf diakses pada 21 Desember 2011. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2012 Tentang Pengesahan

ASEAN Convention On Counter Terrorism (konvensi ASEAN Mengenai Pemberantasan Terorisme).

U.S. National Security Council (2002), The National Security Strategy of The United States of America, Washington DC.,

http://www.whitehouse.gov/nsc/nss/2002/nss.pdf


(22)

22 studi kebijakan keamanan, Global, Jurnal Ilmu Politik FISIP UI, Depok dalam

http://hankam.kompasiana.com/2011/01/18/keamanan-nasional-dan-uu-intelijen/, 24 Oktober 2012.

www.hukumonline.com, 13 Juni 2012.

www.mail-archive.com, 2006, diakses pada 14 Mei 2007, Silvia Haryani.

Yani, Yanyan Mochammad. Politik Luar Negeri dalam Ceramah Sistem Politik Luar Negeri bagi Perwira Siswa Sekolah Sekolah Staf dan Komando Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (Sesko TNI AU) Angkatan ke-44 TP 2007, Bandung, 16 Mei 2007. Dalam http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2010/06/politik_luar_negeri.pdf

Skripsi:

Danang Sukowiyono. 2010. Pengaruh 11 September 2001Terhadap Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat Ke Indonesia dalam War on Terrorism. Laporan Skripsi Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang.

Mia Hasniyah. 2012. Perbandingan Kebijakan Luar Negeri Indonesia Dengan Filipina Terkait Isu Terorisme Tahun 2001-2004. Laporan Skripsi Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang .


(23)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Terorisme bukanlah hal yang baru dalam isu internasional, tetapi menjadi aktual kembali terutama sejak terjadinya peristiwa gedung World Trade Center (WTC) di New York, Amerika Serikat, pada 11 September 2001. Jaringan dan operasi teroris dan kelompok teroris merupakan masalah yang kompleks dan memiliki dinamika lintas negara, sehingga upaya pencegahan dan pemberantasannya memerlukan kerjasama oleh semua negara. Dalam hal ini diplomasi dan dialog tingkat multilateral sangat penting untuk dilakukan, termasuk melalui peningkatan kerjasama multilateral. Peristiwa ini banyak membawa perubahan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat dunia.

Isu terorisme adalah isu yang sedang menjadi sorotan dunia internasional saat ini. Isu ini mulai menyebar setelah adanya penyerangan terhadap gedung WTC di Amerika Serikat pada tanggal 11 September 2001 yang disusul kemudian dengan kampanye Amerika Serikat melawan terorisme global (Global War on Terrorism). Runtuhnya dua gedung menara kembar World Trade Center (WTC) tahun 2001 telah mengangkat isu terorisme sebagai isu yang paling banyak dibicarakan masyarakat dunia. Pasca peristiwa pemboman WTC, Presiden Amerika George W. Bush mengeluarkan pernyataan kepada dunia untuk waspada terhadap


(24)

2 terorisme dan melakukan tindakan pencegahan terhadap aksi terorisme dengan pre emptive strike1.

Untuk menanggapi atas serangan tersebut, Amerika menganggap bahwa teror merupakan wabah yang paling mematikan maka Amerika Serikat di bawah pemerintahan George W. Bush menyatakan dan mengkampanyekan bahwa yang terjadi di Amerika Serikat merupakan Tragedi kemanusiaan akibat perbuatan para teroris seperti pernyataan Presiden Amerika George Walker Bush dalam pidatonya tanggal 24 September 2001 yang secara tegas menyatakan perang melawan terorisme, yaitu:

“Today, we have launched the first strike on the financial foundation of the global terror network. ...; We will direct every resources at our commant to win the war against terrorist, every meants of diplomacy, every tool of intelligence, every instrument of law enforcement, every financial influence, we will starve terrorist funding, turn them against each other, rout them out of their safe hiding places and bring them to justice.”2

Sehingga melalui pernyataan ini, Presiden Bush mengemukakan bahwa terorisme bukan hanya ancaman untuk rakyat Amerika saja melainkan ancaman bagi seluruh Negara di dunia. Oleh sebab itu, teroris atau yang berkaitan dengan teroris harus dimusnahkan dan diperangi supaya tercipta keamanan, kenyamanan

1

pre emptive strike atau bentuk serangan pencegahan yang digunakan oleh negara-negara yang terkena dampak aksi terorisme. Aksi pre-emptive strike ini menjadi basis kuat mendukung aksi negara seperti Amerika Serikat untuk melakukan penyerangan militer. AS dapat menggiring publik dunia serta meyakinkan dunia internasional bahwa aksi preemptive yang dilakukan adalah untuk tujuan self-defence, tidak hanya untuk AS, tapi untuk seluruh masyarakat dunia.

2

Jimmy Gurulle, U.S. Foreign Policy Agenda, American Internationalism, dapat dilihat di: An Electronic Journal of The U.S. Department of State, No.1, Volume: 8, Agustus 2003., Hal. 21.dalam http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31106/4/Chapter%20I.pdf Hal 15


(25)

3 dan kedamaian di dunia. Sejak saat itu Perang melawan terror dinyatakan di Negara tersebut.3

Jaringan operasi teroris dan kelompok teroris merupakan masalah yang kompleks dan mencakup hingga antar negara, sehingga upaya pencegahan dan pemberantasannya memerlukan kerjasama oleh semua negara. Peristiwa ini banyak membawa perubahan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat dunia. Konstelasi politik global berubah total terbukti dengan adanya pernyataan presiden Amerika pada saat itu George W. Bush tentang perang melawan terorisme tersebut. Menyikapi tentang isu terorisme tersebut maka Amerika memulai dengan melakukan penyerangan ke Afganistan untuk memburu Osama Bin Laden yang di tuduh sebagai orang yang harus bertanggung jawab atas kejadian di Gedung WTC. Lalu meneruskan ke Iraq dengan alasan memburu Saddam Husein dengan alasan bahwa Saddam Husein adalah orang yang mengancam perdamaian dunia.

Kejahatan terorisme seperti itu juga telah terjadi di Indonesia dan juga telah memakan banyak korban jiwa baik warga negara Indonesia sendiri maupun warga negara asing. Seperti yang tercantum di sebuah sumber yang menyatakan bahwa aksi peledakan bom bunuh diri pada tanggal 12 Oktober 2002 pada saat terjadi peledakan bom di Legian, Bali, yang menyebabkan Indonesia menjadi fokus publik internasioanal. Sebenarnya sebelum terjadinya serangan teror bom di

3

Noam Chomsky, Perang Melawan Teror, dalam Buku Karya: Bern Hamm The Bush Gang, Hal. 305 dalam skripsi C.Simanjutak, 2007, Dampak Tragedi 11 September 2001 di Amerika Terhadap

Kebijakan Pertahanan Keamanan Indonesia Dalam Upaya Mengatasi Terorisme,Departemen

Ilmu Politik FISIP,universitas Sumatera Utara,Medan. Hal 15 dalam http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31106/4/Chapter%20I.pdf


(26)

4 Amerika Serikat pada tanggal 11 September 2001, dan jauh sebelum terjadinya tragedi bom bali pada tanggal 12 Oktober 2002, sejak tahun 1999 telah mengalami dan mengatasi aksi-aksi teror di dalam negeri. Data yang ada pada POLRImenunjukkan bahwa pada periode tahun 1999 sampai dengan tahun 2002 bom yangmeledak tercatat 185 buah, dengan korban meninggal dunia 62 orang dan luka berat22 orang.4

Aksi teroris ini bukan hal yang pertama di Indonesia, hingga saat ini pun kasus terorisme masih menjadi perbincangan yang hangat dikalangan masyarakat Indonesia sendiri. Negara Indonesia dikenal dengan Negara yang mudah dimasuki dan dijadikan sasaran aksi-aksi terorisme. Aksi Bom Bali di tahun 2002 merupakan salah satu pengalaman pertama Indonesia memburu terorisme. Berbagai aksi teror sampai pengeboman di kedutaan Australia di Kuningan hingga pengeboman di dua hotel Internasional, JW Marriot dan Ritz Carlton karena hal inilah pihak AS dan Australia menawarkan bantuannya untuk mengungkap aksi terorisme di Indonesia. Melalui tindakan tersebut tidak ada travel warning dari negara lain yang melarang penduduknya berkunjung di Indonesia.5

Ketika isu untuk memerangi terorisme mengemuka telah menempatkan Indonesia pada posisi yang membingungkan. Di satu sisi ada tekanan dunia internasional agar Indonesia ikut dalam kampanye melawan terorisme, tetapi di sisi lain, sebagai negara dengan penduduknya mayoritas Muslim, isu terorisme ini

4

Susilo Bambang Yudhoyono,oktober 2002. Selamatkan Negeri kita dari Terorisme dalam Ewit Soetriadi dalam Kebijakan Penanggulangan Tindak Pidana terorisme Dengan Hukum Pidana dalam tesis Program magister Ilmu Hukum Universitas Diponegoro.Semarang. 2008. hal. 7

5

AS dan Australia Tawarkan Bom Kuningan dalam


(27)

5 seringkali dimaknai sebagai isu melawan gerakan Islam, sehingga tekanan luar negeri agar Indonesia serius terhadap kampanye anti terorisme mendapatkan perlawanan pada politik domestik terutama untuk melawan dominasi barat yang mendiskreditkan Islam.

Polemik terorisme dalam hal ini berhubungan erat dengan keamanan nasional. Keamanan nasional tidak sekedar didefinisikan sebagai bebas dari ancaman yang dimasukkan ke dalam bahaya kelangsungan hidup dari suatu bangsa atau sekadar integritas teritorial. Tapi ada seperangkat nilai yang harus dipertahankan sebagai elemen kunci dari keamanan nasional yang sudah meningkat dalam beberapa dekade terakhir. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk memerangi terorisme baik sebelum terjadinya peristiwa Bom Bali atau tepatnya pasca tragedi 911 maupun pasca bom Bali, yang terjadi selama masa pemerintahan Megawati terutama sejak Februari 2001 hingga pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono pada tahun 2004, terutama dalam melakukan kerjasama dengan negara-negara lain.

Hal inilah yang menarik untuk dicermati oleh peneliti yakni bagaimana respon Indonesia menanggapi isu-isu terorisme internasional terutama pada tahun 2004-2009 atau pada masa pemerintahan presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Semenjak maraknya isu terorisme di Amerika Serikat atau pasca tragedi 9/11 dan melalui pernyataan Bush untuk memerangi aksi terorisme, Indonesia ternyata juga mengalami masalah yang sama dari aksi terorisme tersebut. Oleh karena itulah setelah adanya tragedi bom bali 1 dan 2 Indonesia turut serta bergabung dengan pihak barat untuk memerangi aksi terorisme. Jadi disinilah peneliti akan mencoba


(28)

6 menjelaskan bagaimana respon Indonesia mengenai aksi terorisme internasional tersebut dan membatasi masalah ini dengan mengambil tahun 2004-2009 yang berjudul Respon Indonesia terhadap Isu Terorisme Internasional pada masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tahun 2004-2009.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana respon pemerintah Indonesia pada masa pemerintahan SBY terhadap isu terorisme internasional?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pemerintahan Indonesia pada masa presiden SBY tahun 2004-2009 terkait isu terorisme internasional. Melaui respon-respon tersebut kita bisa mengetahui langka-langkah apa saja yang diambil oleh presiden terhadap isu tersebut.

1.3.2 Manfaat Penelitian 1.3.2.1 Praktis

Adapun manfaat dari penelitian ini bagi masyarakat luas dan juga khususnya bagi mahasiswa yakni merupakan suatu upaya terhadap pemahaman dan pendalaman ilmu pengetahuan Hubungan Internasional sehingga hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan, sumbangan pemikiran serta


(29)

7 penggunaan konsep hubungan internasional dalam mengoperasionalkan dengan isu yang akan dibahas.

1.3.2.2 Akademis

Secara akademis, penelitian ini bermanfaat untuk memperkaya penelitian dibidang ilmu hubungan internasional yakni untuk mengetahui respon pemerintah Indonesia pada masa pemerintahan presiden Susilo Bambang Yudhoyono terhadap kasus terorisme internasional dengan menggunakan konsep keamanan nasional sebagai cara pandang untuk melindungi negara dari ancaman luar negeri. Selain itu penelitian ini menggunakan konsep terorisme internasional sebagai bentuk penjelasan isu yang diteliti dan konsep kebijakan luar negeri sebagai landasan untuk merespon terhadap isu yang sudah ada.

1.4 Penelitian Terdahulu

Untuk memudahkan penelitian dalam tulisan ini maka penulis mengambil penelitian terdahulu dari penelitian Mia Hasniyah6 yang menjelaskan bahwa dalam perbandingan kebijakan luar negeri Indonesia dengan Filipina terkait isu terorisme tahun 2001-2004 yakni telah bergesernya paradigma mengenai ancaman keamanan menjadi ancaman terhadap terorisme. Ancaman keamanan menjadi lebih spesifik dikarenakan munculnya perang global terhadap terorisme pasca tragedi 11 September 2001 di AS. AS dengan tegas dan resmi mengeluarkan kebijakan luar negerinya untuk memerangi terorisme dan mengajak dunia internasional mendukung kebijakan global tersebut.

6

Mia Hasniyah. 2012. Perbandingan Kebijakan Luar Negeri Indonesia Dengan Filipina Terkait

Isu Terorisme Tahun 2001-2004. Laporan Skripsi Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Fakultas


(30)

8 Kemudian yang membuat kebijakan luar negeri kedua Negara tersebut berbeda yaitu hubungan kedua Negara dengan AS. Isu terorisme global adalah isu yang dikeluarkan AS sebagai wujud bergesernya bentuk ancaman didalam sistem internasional yang menjadi ancaman terhadap terorisme. Dengan dikeluarkannya isu tersebut, AS mengajak dunia internasional untuk bersama-sama memerangi terorisme. AS pun tak segan-segan memberikan bantuan bagi Negara yang medudukung kebijakan global tersebut, serta tak segan-segan pula memerangi Negara yang tidak memberikan dukungannya karena dianggap bagian dari kelompok terorisme. Saat-saat seperti ini membuat setiap kedekatan hubungan dengan AS menjadi penting guna menempatkan diri dari posisi aman di dalam sistem internasional.

Tidak hanya cukup di situ saja, peneliti juga mengambil penelitian terdahulu dari Danang Sukowiyono7 yang menjelaskan bahwa pengaruh peristiwa 11 September 2001 terhadap kebijakan luar negeri Amerika Serikat ke indonesia dalam pemberantasan terorisme menunjukkan bahwa dengan adanya kejadian 11 September 2001 menjadi babak baru bagi kebijakan luar negeri Amerika Serikat di bawah pemerintahan George W. Bush untuk menyatakan perang terhadap terorisme. Menurut pengamatan Danang, AS sebagai negara adidaya setelah berakhirnya Perang Dingin dengan kalahnya Uni Soviet, menjadikan AS sebagai negara yang mempunyai sistem persenjataan dan tingkat keamanan nasional yang begitu tinggi dibandingkan dengan negara-negara lain. Akibat serangan terorisme

7

Danang Sukowiyono. 2010. Pengaruh 11 September 2001Terhadap Kebijakan Luar Negeri

Amerika Serikat Ke Indonesia dalam War on Terrorism. Laporan Skripsi Jurusan Ilmu Hubungan


(31)

9 11 September 2001 menunjukkan bahwa tidak ada jaminan yang tinggi, sehingga mampu terhindar dari serangan terorisme.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yakni pada penelitian ini penulis lebih memfokuskan kebijakan yang diambil pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tahun 2004-2009 saja yang kemudian bisa memunculkan respon dan respon tersebut dibagi menjadi respon internal dan respon eksternal. Melalui respon-respon tersebut akan dapat diketahui bentuk kebijakan yang diambil oleh presiden dalam menangani kasus terorisme ini.


(32)

10 Tabel 1.1 Posisi Penelitian

Peneliti Aspek Metodologi Alat

Analisa Ruang Lingkup Hipotesa (argumen pokok)

Mia Hasniyah

Perbandingan kebijakan luar negeri Indonesia dengan Filipina terkait isu terorisme tahun 2001-2004.

Deskriptif Komparatif

Deskriptif Kualitatif

Perbandingan respon antar negara Filipina dengan negara Indonesia masa pemerintahan Megawati tahun 2001-2004

Hasil: Perbedaan Kebijakan luar negeri Indonesia dan Filipina terkait isu terorisme disebabkan karena hubungan kedua negara tersebut dengan pihak AS. Danang

Sukowiyono

Pengaruh peristiwa 11 September 2001 terhadap kebijakan luar negeri Amerika Serikat ke indonesia dalam pemberantasan terorisme.

Deskriptif Deskriptif kualitatif

Perbandingan respon antar negara Amerika Serikat masa pemerintahan George W. Bush dengan negara Indonesia

Hasil: Amerika Serikat mengkampanyekan “War on Terrorism” setelah peristiwa 11 September 2001, dalam

tujuannya untuk memberantas jaringan terorisme internasional dengan meningkatkan kerjasama dengan negara-negara lain, termasuk Indonesia. Lady

Avisca

Respon Indonesia terhadap isu terorisme intrnasional.

Deskriptif Deskriptif Kualitatif

Respon Pemerintah Indonesia terhadap isu terorisme Internasional

Respon pemerintah Indonesia terhadap isu terorisme internasional itu dilakukaan dengan berbagai cara yang kemudian menghasilkan respon internal dan respon eksternal

1


(33)

11 1.5 Kerangka pemikiran

1.5.1 Konsep Keamanan Nasional (National Security)

Berdasarkan rumusan masalah yang sudah ditetapkan, penulis menjelaskan fenomena yang ada ini dengan menggunakan konsep keamanan nasional (national security). Di mana pada kasus terorisme ini merupakan aksi yang bertujuan menimbulkan perasaan teror terhadap sekelompok masyarakat suatu negara maka hal ini dikaitkan dengan keamanan nasional negara tersebut.

Keamanan nasional karenanya tidak hanya didefinisikan sebagai bebas dari ancaman yang dimasukkan ke dalam bahaya kelangsungan hidup dari suatu bangsa atau sekadar integritas teritorial. Tapi ada seperangkat nilai yang harus dipertahankan sebagai elemen kunci dari keamanan nasional yang sudah meningkat dalam beberapa dekade terakhir.8

Pemahaman konsep keamanan nasional fokus kepada suatu totalitas mengenai kemampuan negara untuk melindungi apa yang ditetapkan sebagai nilai-nilai inti (core values), menurut K.J. Holsti core values atau disebut juga kepentingan yang dianggap paling vital bagi eksistensi suatu negara, contohnya keamanan demi pertahanan suatu negara. Kemudian dalam pencapaiannya merupakan sebuah proses terus-menerus, dengan menggunakan segala elemen power dan resources yang ada serta melingkupi semua aspek kehidupan. Pemahaman komprehensif demikian akan membantu kita dalam menempatkan Kebijakan Keamanan nasional sebagai payung bersama dalam merumuskan

8

Jaleswari Pramodhawardani, Cara Pandang Baru Terhadap `Keamanan Nasional` Indonesia, dalam www.metrotvnews.com., 31 agustus 2010 ( diakses 5 Februari 2012)


(34)

12 berbagai strategi manajemenen ancaman (threat management), baik ancaman dari dalam maupun dari luar, sehingga tercipta sinergi nasional dalam menyelesaikan berbagai problem yang terus melanda bangsa ini.9 Oleh karenanya keamanan tidak lagi hanya berorientasi pada keamanan negara untuk menghadapi ancaman tra-disonal yang mengandalkan kekuatan militer semata, akan tetapi juga ditujukan untuk melindungi keamanan dan keselamatan umat manusia dari situasi dan kondisi insecurity yang disebabkan oleh faktor-faktor nonmiliter baik yang berasal dari luar maupun dalam negeri.

Sektor keamanan tidak lagi dilihat sebagai bagian militer saja, namun telah menjadi bagian multisektor. Sektor keamanan tidak hanya bertujuan mengamankan negara, tetapi sekaligus juga mengamankan keselamatan warga negara dan umat manusia. Karenanya konsep keamanan lebih dipandang sebagai satu kesatuan yang menyeluruh mencakup pertahanan negara (defence), keamanan dalam negeri (internal security), keamanan publik (public security), dan keamanan insani (human security).10

Kalaupun keamanan nasional akan diidentifiskasi sebagai “keamanan negara” - dengan asumsi bahwa negara tidak lagi menghadapi gugatan atas legitimasinya - maka ia perlu mengandung sedikit-dikitnya tiga komponen: kedaulatan wilayah, lembaga-lembaga negara (termasuk pemerintahan) yang

9

Rizal Sukma. 2004. Konsep Keamanan Nasional. CSIS, Jakarta FGD ProPatria, Jakarta 28 November 2002.pdf. Hal 2 - 3 Lihat juga penjelasan Roskin, Michael G. 1994. NATIONAL

INTEREST: From Abstraction to Strategy.USA: US Army War College dalam

http://luthfiana12unairacid-fisip12.web.unair.ac.id/artikel_detail-60664-PIHI-DEFINING%20NATIONAL%20INTEREST.html

10

Bambang Darmono, dkk. 2010. Keamanan Nasional Sebuah Konsep Dan Sistem Keamanan


(35)

13 dapat berfungsi sebagaimana mestinya; dan terjaminnya keselamatan, ketertiban serta kesejahteraan masyarakat.11

Konsep keamanan nasional menjadi penting untuk diperhatikan karena konsep tersebut tidak bisa dilepaskan dari prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik (good governance), aturan hukum (Rule of Law) dan pengawasan yang seimbang (check and balances). Prinsip ini penting karena mengingat bahwa kepentingan keamanan nasional bisa memunculkan akses politik dan sosial yang tidak diharapkan publik. Oleh karena itu untuk tindakan-tindakan tertentu terkait kepentingan keamanan nasional seperti pengawasan terhadap kehidupan publik dan sensor media mensyaratkan satu keputusan politik yang bisa diterima publik.

Dalam lingkup sosial politik keamanan nasional menjadi sesuatu yang amatmendesak. Sebab, dapat berjalannya proses sosial politik di masyarakat amat tergantung kepada stabilitas suatu wilayah. Ancaman terhadap keamanan nasional dalam proses sosial politik dimasyarakat bersifat terbuka, sebab kondisi secara emosional masyarakat mudah sekali terpengaruh oleh isu-isu negatif yang dibuat oleh pihak-pihak yang tidak menginginkan adanya stabilitas dimasyarakat. Bagaimanapun juga keamanan nasional dengan segala bentuk ancaman yang mungkin terjadi menjadi prioritas untuk diselesaikan. Penyelesaian ini sangat bergantung cepat atau lambatnya adanya payung hukum yang mengatur permasalahan ini. Penanganan terhadap kasus terorisme oleh pelaku keamanan

11

Kusnanto Anggoro. 2003. Keamanan Nasional, Pertahanan Negara dan Ketertiban Umum. Makalah Pembanding Seminar Pembangunan Hukum Nasional VllI Denpasar, 14 Juli 2003. http://ditpolkom.bappenas.go.id/basedir/Politik%20Luar%20Negeri/1%29%20Indonesia%20dan% 20isu%20global/6%29%20Food%20and%20Energy%20Security/Keamanan%20Nasional%20Pert ahanan%20Negara%20-%20koesnanto%20anggoro.pdf. Hal 3. Diakses pada 4 Juni 2012


(36)

14 memerlukan hukum yang kuat dalam menjalankan tugas untuk memberantas terorisme.

Akan tetapi tidak berarti bahwa dengan adanya hal yang khusus dalam kejahatan terhadap keamanan negara berarti penegak hukum mempunyai wewenang yang lebih atau tanpa batas semata-mata untuk memudahkan pembuktian bahwa seseorang telah melakukan suatu kejahatan terhadap keamanan negara, akan tetapi penyimpangan itu adalah suatu hal yang berhubungan dengan kepentingan yang lebih besar lagi yakni keamanan negara yang harus dilindungi.

Kenyataan menunjukkan perkembangan masalah ancaman terhadap keamanan nasional yang semakin mengkhawatirkan bahkan cenderung meningkat dan seakan sulit untuk diatasi oleh negara. Ancaman keamanan berskala kecil dan bersifat lokal bisa menjadi pemicu ancaman keamanan berskala nasional. Beberapa kali kita telah mengalami peristiwa demi peristiwa semacam itu. Kasus-kasus konflik horizontal yang bermula dari perselisihan kecil menjadi kerusuhan besar seperti halnya masalah terorisme ini. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia mengambil langkah nyata dengan menetapkan strategi pencegahan dan merumuskan kembali UU Keamanan Nasional untuk mengatasi permasalahan terorisme tersebut yang berpotensi memperluas celah bagi kelompok teroris untuk beraksi dan membahayakan keselamatan seluruh rakyat suatu negara.

Sedangkan jika dilihat dari sifat ancaman yang dijelaskan oleh Philips J Vermonte membagi masalah ancaman keamanan nasional menjadi dua yaitu yang bersifat transnasional yaitu ancaman yang berasal dari negara-negara sekitar maupun negara lainnya dan ancaman keamanan tradisional yaitu ancaman yang


(37)

15 bersumber dari dalam negeri dan bersifat lokal.12 Dalam penelitian ini jelas bahwa konsep keamanan nasional sangat diperlukan dalam menangani kasus terorisme internasional ini terkait masuknya isu tersebut ke negara Indonesia. Dua pendapat terakhir tentang keamanan nasional jelas menegaskan kembali bahwa betapa ancaman keamanan nasional bukan hanya dari dalam namun juga dari luar harus menjadi perhatian aktor-aktor keamanan. Dalam upaya yang dilakukan oleh negara Indonesia untuk memberikan rasa aman bagi seluruh komponen bangsa telah dibuktikan yakni salah satunya pemerintah mengeluarkan berbagai bentuk upaya kerjasama dengan negara lain. Dan itu merupakan bentuk respon pemerintah terhadap kasus terorisme internasional yang masuk ke negara Indonesia.

1.5.2 Konsep Terorisme Internasional

Konsep yang diambil oleh penulis dari penelitian ini tidak hanya itu saja tetapi penulis juga mengambil konsep terorisme internasional dimana terorisme yang bersifat internasional merupakan kejahatan yang terorganisasi, sehingga pemerintah dan bangsa Indonesia wajib meningkatkan kewaspadaan dan bekerja sama memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemberantasan aksi terorisme di Indonesia tidak semata-mata merupakan masalah hukum dan penegakan hukum melainkan juga merupakan masalah sosial, budaya, ekonomi yang berkaitan erat dengan masalah ketahanan bangsa sehingga kebijakan dan

12

Philips J. Vermonte.2003. Isu Terorisme dan Human Security, Implikasi terhadap studi

kebijakan keamanan, Global, Jurnal Ilmu Politik FISIP UI, Depok dalam

http://hankam.kompasiana.com/2011/01/18/keamanan-nasional-dan-uu-intelijen/ diakses 24 Oktober 2012


(38)

16 langkah pencegahan dan pemberantasannyapun ditujukan untuk memelihara keseimbangan dalam kewajiban melindungi kedaulatan negara, hak asasi korban dan saksi, serta hak asasi tersangka atau terdakwa.13

Jadi menurut US Central Intelligence Agency (CIA) terorisme Internasional adalah Terorisme yang dilakukan dengan dukungan pemerintah atau organisasi asing dan atau diarahkan untuk melawan negara, lembaga atau pemerintahan asing.14

Aksi terorisme yang bersifat domestik terkait dengan pertarungan kekuasaan didalam sebuah Negara yang mempunyai kepentingan yang berbeda, sedangkan aksi terorisme yang berskala internasional merefleksikan adanya konflik kepentingan dari pihak asing atau Negara lain terhadap sebuah Negara.15

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan ciri-ciri daripada terorisme : 1. Penggunaan kekerasan dan ancaman kekerasan dengan tujuan tertentu secara sistematis atau tindakan perorangan maupun kampanye kekerasan yang dirancang untuk menciptakan ketakutan terhadap masyarakat.

2. Menggunakan ancaman kekerasan atau melakukan kekerasan tanpa pandang bulu atau tanpa melihat status sosial, baik terhadap musuh atau sekutu, untuk mencapai tujuan-tujuan politik diantaranya mempublikasikan suatu alasan lewat aksi kekejaman, karena dengan demikian publikasi mereka akan dapat terpublikasikan dengan cepat dan masif, mobilisasi massa, menebar kebencian dan konflik intern komunal, mengumumkan musuh atau kambing hitam,

13

http://www.TERORISME/TERORISME/perpu 1_02.htm,diakses tanggal 28 Agustus 2012

14

Drs. Abdul Wahid, KejahatanTerorisme perspektif Agama, HAM dan Hukum, Refika Aditama Bandung,2004. Hal 24

15

Poltak P Nainggolan, Terorisme dan Tata Dunia Baru, Jakarta: Pusat Pengkajian dan Pelayanan Informasi Sekretaris Jendral DPR-RI, 2002., Hal. 1.


(39)

17 menciptakan iklim panik massa, menghancurkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dan sebagainya.

3. Sengaja menciptakan dampak psikologis atau fisik terhadap kelompok masyarakat atau korban tertentu, dalam rangka mengubah sikap dan perilaku politik sesuai dengan maksud dan tujuan pelaku terror.

4. Meliputi kaum revolusioner, ekstrimis politik, penjahat yang bertujuan politik dan para lunatic sejati.

5. Pelakunya dapat beroperasi sendiri ataupun sebagai anggota kelompok yang terorganisasi, bahkan pemerintah tertentu.

6. Motifnya dapat bersifat pribadi, atau destruksi atas pemerintahan atau kekuasaan kelompok. Sedang ambisinya dapat terbatas (local) seperti pengulingan rezim tertentu, dan global seperti revolusi simultan di seluruh dunia.

7. Modusnya dapat berupa penculikan untuk mendapat tebusan, pembajakan atau pembunuhan kejam yang mungkin tidak dikehendaki oleh para pelakunya. Teroris dapat atau tidak mengharapkan terbunuhnya korban, seringkali menemukan saat untuk membunuh guna memperkuat kredibilitas ancaman, walaupun tidak di inginkan untuk membunuh korban.

8. Aksi-aksinya dirancang untuk menarik perhatian dunia atas eksistensinya, sehingga korban dan targetnya dapat saja tidak berkaitan sama sekali dengan perjuangan para pelakunya.

9. Aksi-aksi terror dilakukan karena termotivasi secara politik, atau karena keyakinan kebenaran yang melatarbelakanginya, sehingga cara-cara kekerasan ditempuh untuk mencapai tujuannya. Dengan demikian, aksi-aksi terror pada


(40)

18 dasarnya dikategorikan sebagai tindakan kriminal, illegal, meresahkan masyarakat dan tidak manusiawi.

10. Kegiatan terorisme ditujukan pada suatu pemerintahan, kelompok, kelas, atau partai politik tertentu, dengan tujuan untuk membuat kekacauan dibidang politik, ekonomi atau sosial.16

Di samping itu, aksi terorisme dapat menjadi berskala internasional (terorisme internasional) apabila:

 Diarahkan kepada warga asing atau target luar negeri.

 Dilakukan secara bersama-sama oleh pemerintah atau faksi dari lebih satu negara.

 Diarahkan untuk mempengaruhi kebijakan dari pemerintahan asing.17 Sedangkan bentuk-bentuk terorisme internasional dapat berupa:

State-sponsored terrorism, yaitu tindakan terorisme yang dilakukan oleh suatu negara untuk mencapai tujuannya.

Privately – based terrorism, yaitu tindakan terorisme yang dilakukan oleh suatu kelompok terorisme privat.18

Jelas terlihat bahwa disini terorisme internasional mengganggu stabilitas suatu negara. Dimana didalamnya terdapat oknum atau lembaga yang bekerjasama untuk membuat aksi teror didalam suatu negara dan di sini tidak

16

Jawahir Thontowi, Islam, Politik, dan Hukum, Yogyakarta:Madyan Press, cetakan I-2002. Hal 70-71.

17

Paul Wilkinson. 1977. Terrorism and the Liberal state. New York: The Macmillan Press Ltd., hal 174 dalam Dr. Anak Agung Banyu Perwita dan Dr. Yanyan Mochammad Yani. 2006.

Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset. Hal 141

18

Lihat juga Conway W. Henderson. 1998. International Relations: conflict and Cooperation at

the Turn of 21st Century. New York: McGraw – Hill International, hal 153- 154 dalam Dr. Anak


(41)

19 hanya satu negara saja melainkan lebih. Tindakan terorisme pada dasarnya dalam menentukan targetnya, mereka memilih target yang potensial untuk menimbulkan ketakutan orang banyak. Bahkan ditujukan pada perhatian internasional yang kemudian menimbulkan reaksi dari masyarakat Internasional. Oleh karena itulah negara Indonesia menanggapi isu teror ini melakukan kerjasama dengan negara – negara yang memiliki latar belakang sama untuk mengungkap aksi teror tersebut.

1.5.3 Kebijakan Luar Negeri

Terkait dengan isu terorisme ini, peneliti mengambil konsep keijakan luar negeri dikarenakan dalam mengungkap aksi-aksi terorisme ini mengingat aksi tersebut mempunyai jaringan yang luas antar negara maka dibutuhkan kerjasama banyak pihak termasuk antar negara dan diharapkan melalui kerjasama tersebut dapat membuahkan hasil yang optimal.

Terdapat beberapa definisi yang menjelaskan tentang kebijakan luar negeri seperti strategi atau rencana tindakan yang dibuat oleh para pembuat keputusan negara dalam menghadapi negara lain atau unit politik internasional lainnya, dan dikendalikan untuk mencapai tujuan nasional spesifik yang dituangkan dalam terminologi kepentingan nasional.19

Selain itu, kebijakan luar negeri menurut Rosenau ditujukan untuk memelihara dan mempertahankan kelangsungan hidup suatu negara.20 Selanjutnya

19

Jack C. Plano dan Roy Olton.. 1999. Kamus Hubungan Internasional. Bandung: Abardin, hal. 5 dalam Yanyan Mochammad Yani dalam Politik Luar Negeri dalam Ceramah Sistem Politik Luar Negeri bagi Perwira Siswa Sekolah Sekolah Staf dan Komando Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (Sesko TNI AU) Angkatan ke-44 TP 2007, Bandung, 16 Mei 2007. Hal 3

20

James N. Rosenau, Gavin Boyd, Kenneth W. Thompson. 1976. World Politics: An Introduction. New York: The Free Press,hal 32 dalam Yanyan Mochammad Yani Ibid. Hal 4 .


(42)

20 menurut Rosenau, apabila kita mengkaji kebijakan luar negeri suatu negara maka kita akan memasuki fenomena yang luas dan kompleks, meliputi kehidupan internal (internal life) dan kebutuhan eksternal (eksternal needs) termasuk didalamnya adalah kehidupan internal dan eksternal seperti aspirasi, atribut nasional, kebudayaan, konflik, kapabilitas, institusi, dan aktivitas rutin yang ditujukan untuk mencapai dan memelihara identitas sosial, hukum, dan geografi suatu negara sebagai negara-bangsa.21

Sedangkan kebijakan luar negeri yang diungkapkan oleh Mark R. Amstutz adalah sebagai explicit and implisit actions of governmental officials designed to promote national interests beyond a country’s territorial boundaries.22 Di dalam makna tersebut terdapat tiga tekanan utama yaitu tindakan atau kebijakan pemerintah, pencapaian kepentingan nasional dan jangkauan kebijakan luar negeri yang melewati batas kewilayahan suatu negara. Oleh karena itu dapat dipahami bahwa kebijakan luar negeri mencakup bagian yang luas baik itu ekonomi, keamanan maupun sosial budaya.

Dari berbagai definisi yang telah dijelaskan diatas terlihat bahwa yang menjadi acuan adalah strategi atau rencana yang diambil oleh para pembuat keputusan negara (pemerintah) untuk menindaklanjuti respon eksternal terhadap isu yang mempengaruhi di negaranya. Dalam penelitian ini jelas bahwa isu yang diangkat berhasil membuat pemerintah Indonesia mengeluarkan suatu kebijakan dalam merespon isu terorisme Internasional ini dan bentuk kebijakan yang

21

Ibid. Hal 15 dalam Yanyan Mochammad Yani, Ibid. Hal 4

22

Mark R. Amstutz. 1995. International Conflict and Cooperation: An introduction to World Politics. Hal 146 dalam Aleksius Jemadu. 2008. Politik Global dalam Teori dan Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal 64


(43)

21 diambil oleh pemerintah tersebut salah satunya adalah kerjasama antra negara yang termasuk dalam kebijakan luar negeri. Sehingga melalui kebijakan yang diambil tersebut akan menghasilkan dampak bagi negaranya.

1.6 Metodologi penelitian 1.6.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan penulis melalui makalah internasional ini adalah menggunakan jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif bertujuan menggambarkan secara cermat karakteristik dari suatu gejala atau masalah yang diteliti, penelitian deskriptif juga fokus pada pertanyaan dasar "bagaimana" dengan berusaha mendapatkan dan menyampaikan fakta-fakta dengan jelas, teliti dan lengkap tanpa banyak detail yang tidak penting.23

Tipe penelitian deskriptif dalam hal ini deskriptif kualitatif digunakan jika ada pengetahuan atau informasi tentang gejala sosial yang diselidiki atau dipermasalahkan. Disini penulis mencoba dengan metode tersebut untuk menjelaskan masalah teroris yang sudah berlangsung lama ada di dunia, namun dalam hal ini penulis lebih memfokuskan penelitiannya pada isu teroris yang ada di Indonesia terutama pada masa pemerintahan SBY.

Melalui pengetahuan atau informasi yang dimiliki tentang gejala yang diselidiki atas masalah tersebut akan dapat diseskripsikan dengan jelas dan terperinci tentang apa, siapa, kapan, di mana, bagaimana dan mengapa dari gejala

23


(44)

22 yang dipermasalahkan.24 Jadi kita bisa mengetahui permasalahan terorisme itu dari awal sehingga menjadi isu yang sudah men-dunia yang juga melanda di Indonesia yang harus kita lawan bersama dengan kerjasama pemerintah dan dengan tindakan-tindakan khusus aparat pemerintah.

1.6.2 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data secara primer dan sekunder. Melalui penelitian ini data atau sumber primer antara lain meliputi dokumen historis dan legal, hasil dari suatu eksperimen, data statistik, lembaran-lembaran penulisan kreatif dan objek-objek seni. Sedangkan dalam ilmu-ilmu alam dan sosial, hasil suatu eksperimen atau studi yang secara khas ditemukan dalm artikel-artikel atau karangan-karangan yang disajikan hasil original dianggap sebagai sumber primer.25

Sedangkan sumber data sekunder merupakan data yang dikumpulkan dari sumber-sumber lain yang telah tersedia sebelum penelitian dilakukan atau data yang dikumpulkan melalui sumber-sumber lain.26

1.6.3 Teknik Analisa Data

Teknik analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif. Dimana, data yang dikumpulkan melalui penelitian lapang dilakukan dengan metode kualitatif, karena sifat data penelitian ini merupakan informasi kualitatif. Metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskrpitif berupa kata-kata tertulis maupun yang terucapkan dari para pelaku yang diamati.

24

Ibid. Hal. 29

25

Ibid. Hal, 289

26


(45)

23 1.6.4 Ruang Lingkup Penelitian

1.6.4.1 Batasan Materi

Untuk membatasi ruang pembahasan dalam penelitian ini agar tidak terlampau jauh maka penulis membatasinya dengan menjelaskan gambaran isu terorisme internasional itu muncul, masuknya ke Indonesia,jaringan terorisme dan penyebarannya di dunia kemudian menghasilkan respon internal dan eksternal Indonesia dalam menyikapi kasus terorisme internasional tersebut.

1.6.4.2 Batasan Waktu

Untuk lebih fokus tehadap materi yang akan diteliti, penelitian ini hanya terbatas pada isu terorisme internasional yang berdampak bagi Indonesia pasca terjadinya isu terorisme (9/11) di Amerika.

1.7 Sistematika Penulisan

Tabel 1.2 Struktur Penulisan

JUDUL SUB BAB

BAB I Pendahuluan

1.1.Latar belakang 1.2.Rumusan masalah

1.3.Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

1.3.2 Manfaat Penelitian 1.3.2.1 Praktis 1.3.2.2 Akademis

1.4.Penelitian terdahulu (literature review) 1.5.Kerangka pemikiran


(46)

24 1.5.1. Konsep Keamanan Nasional

1.5.2. Konsep Terorisme internasional 1.5.3. Kebijakan Luar Negeri

1.6. Metodologi Penelitian 1.6.1. Metode Penelitian

1.6.2. Teknik Pengumpulan Data 1.6.3. Teknik Analisa Data 1.6.4. Ruang Lingkup Penelitian 1.6.4.1 Batasan Materi 1.6.4.2 Batasan Waktu 1.7. Struktur Penulisan

BAB II

Isu Terorisme Internasional dan Pengaruhnya terhadap Sistem Internasional (global)

2.1 Gambaran fenomena dan isu terorisme internasional 2.1.1 Isu Terorisme Internasional dan pasca 9/11

2.1.2 Terorisme dalam Perspektif Indonesia

2.2 Jaringan Terorisme Internasional Dalam Penyebarannya Di Dunia Terutama Di Indonesia

2.3 Penyebaran Jaringan Terorisme

BAB III

Respon Indonesia Terhadap Isu Terorisme Internasional

3.1. Respon Internal: Kebijakan Indonesia (Internal Security Act)

3.1.1 Respon Pemerintah Indonesia Dalam Batas Negara 3.2 Respon Eksternal

3.2.1 Bentuk Respon Pemerintah Indonesia pada tingkat Regional (Negara-negara ASEAN)

3.2.2 Bentuk Respon Pemerintah Indonesia pada tingkat Internasional

BAB IV

Daftar Pustaka

Penutup


(1)

19 hanya satu negara saja melainkan lebih. Tindakan terorisme pada dasarnya dalam menentukan targetnya, mereka memilih target yang potensial untuk menimbulkan ketakutan orang banyak. Bahkan ditujukan pada perhatian internasional yang kemudian menimbulkan reaksi dari masyarakat Internasional. Oleh karena itulah negara Indonesia menanggapi isu teror ini melakukan kerjasama dengan negara – negara yang memiliki latar belakang sama untuk mengungkap aksi teror tersebut.

1.5.3 Kebijakan Luar Negeri

Terkait dengan isu terorisme ini, peneliti mengambil konsep keijakan luar negeri dikarenakan dalam mengungkap aksi-aksi terorisme ini mengingat aksi tersebut mempunyai jaringan yang luas antar negara maka dibutuhkan kerjasama banyak pihak termasuk antar negara dan diharapkan melalui kerjasama tersebut dapat membuahkan hasil yang optimal.

Terdapat beberapa definisi yang menjelaskan tentang kebijakan luar negeri seperti strategi atau rencana tindakan yang dibuat oleh para pembuat keputusan negara dalam menghadapi negara lain atau unit politik internasional lainnya, dan dikendalikan untuk mencapai tujuan nasional spesifik yang dituangkan dalam terminologi kepentingan nasional.19

Selain itu, kebijakan luar negeri menurut Rosenau ditujukan untuk memelihara dan mempertahankan kelangsungan hidup suatu negara.20 Selanjutnya

19

Jack C. Plano dan Roy Olton.. 1999. Kamus Hubungan Internasional. Bandung: Abardin, hal. 5 dalam Yanyan Mochammad Yani dalam Politik Luar Negeri dalam Ceramah Sistem Politik Luar Negeri bagi Perwira Siswa Sekolah Sekolah Staf dan Komando Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (Sesko TNI AU) Angkatan ke-44 TP 2007, Bandung, 16 Mei 2007. Hal 3 20

James N. Rosenau, Gavin Boyd, Kenneth W. Thompson. 1976. World Politics: An Introduction. New York: The Free Press,hal 32 dalam Yanyan Mochammad Yani Ibid. Hal 4 .


(2)

20 menurut Rosenau, apabila kita mengkaji kebijakan luar negeri suatu negara maka kita akan memasuki fenomena yang luas dan kompleks, meliputi kehidupan internal (internal life) dan kebutuhan eksternal (eksternal needs) termasuk didalamnya adalah kehidupan internal dan eksternal seperti aspirasi, atribut nasional, kebudayaan, konflik, kapabilitas, institusi, dan aktivitas rutin yang ditujukan untuk mencapai dan memelihara identitas sosial, hukum, dan geografi suatu negara sebagai negara-bangsa.21

Sedangkan kebijakan luar negeri yang diungkapkan oleh Mark R. Amstutz adalah sebagai explicit and implisit actions of governmental officials designed to promote national interests beyond a country’s territorial boundaries.22 Di dalam makna tersebut terdapat tiga tekanan utama yaitu tindakan atau kebijakan pemerintah, pencapaian kepentingan nasional dan jangkauan kebijakan luar negeri yang melewati batas kewilayahan suatu negara. Oleh karena itu dapat dipahami bahwa kebijakan luar negeri mencakup bagian yang luas baik itu ekonomi, keamanan maupun sosial budaya.

Dari berbagai definisi yang telah dijelaskan diatas terlihat bahwa yang menjadi acuan adalah strategi atau rencana yang diambil oleh para pembuat keputusan negara (pemerintah) untuk menindaklanjuti respon eksternal terhadap isu yang mempengaruhi di negaranya. Dalam penelitian ini jelas bahwa isu yang diangkat berhasil membuat pemerintah Indonesia mengeluarkan suatu kebijakan dalam merespon isu terorisme Internasional ini dan bentuk kebijakan yang

21

Ibid. Hal 15 dalam Yanyan Mochammad Yani, Ibid. Hal 4 22

Mark R. Amstutz. 1995. International Conflict and Cooperation: An introduction to World Politics. Hal 146 dalam Aleksius Jemadu. 2008. Politik Global dalam Teori dan Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal 64


(3)

21 diambil oleh pemerintah tersebut salah satunya adalah kerjasama antra negara yang termasuk dalam kebijakan luar negeri. Sehingga melalui kebijakan yang diambil tersebut akan menghasilkan dampak bagi negaranya.

1.6 Metodologi penelitian 1.6.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan penulis melalui makalah internasional ini adalah menggunakan jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif bertujuan menggambarkan secara cermat karakteristik dari suatu gejala atau masalah yang diteliti, penelitian deskriptif juga fokus pada pertanyaan dasar "bagaimana" dengan berusaha mendapatkan dan menyampaikan fakta-fakta dengan jelas, teliti dan lengkap tanpa banyak detail yang tidak penting.23

Tipe penelitian deskriptif dalam hal ini deskriptif kualitatif digunakan jika ada pengetahuan atau informasi tentang gejala sosial yang diselidiki atau dipermasalahkan. Disini penulis mencoba dengan metode tersebut untuk menjelaskan masalah teroris yang sudah berlangsung lama ada di dunia, namun dalam hal ini penulis lebih memfokuskan penelitiannya pada isu teroris yang ada di Indonesia terutama pada masa pemerintahan SBY.

Melalui pengetahuan atau informasi yang dimiliki tentang gejala yang diselidiki atas masalah tersebut akan dapat diseskripsikan dengan jelas dan terperinci tentang apa, siapa, kapan, di mana, bagaimana dan mengapa dari gejala

23


(4)

22 yang dipermasalahkan.24 Jadi kita bisa mengetahui permasalahan terorisme itu dari awal sehingga menjadi isu yang sudah men-dunia yang juga melanda di Indonesia yang harus kita lawan bersama dengan kerjasama pemerintah dan dengan tindakan-tindakan khusus aparat pemerintah.

1.6.2 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data secara primer dan sekunder. Melalui penelitian ini data atau sumber primer antara lain meliputi dokumen historis dan legal, hasil dari suatu eksperimen, data statistik, lembaran-lembaran penulisan kreatif dan objek-objek seni. Sedangkan dalam ilmu-ilmu alam dan sosial, hasil suatu eksperimen atau studi yang secara khas ditemukan dalm artikel-artikel atau karangan-karangan yang disajikan hasil original dianggap sebagai sumber primer.25

Sedangkan sumber data sekunder merupakan data yang dikumpulkan dari sumber-sumber lain yang telah tersedia sebelum penelitian dilakukan atau data yang dikumpulkan melalui sumber-sumber lain.26

1.6.3 Teknik Analisa Data

Teknik analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif. Dimana, data yang dikumpulkan melalui penelitian lapang dilakukan dengan metode kualitatif, karena sifat data penelitian ini merupakan informasi kualitatif. Metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskrpitif berupa kata-kata tertulis maupun yang terucapkan dari para pelaku yang diamati.

24

Ibid. Hal. 29 25

Ibid. Hal, 289 26


(5)

23 1.6.4 Ruang Lingkup Penelitian

1.6.4.1 Batasan Materi

Untuk membatasi ruang pembahasan dalam penelitian ini agar tidak terlampau jauh maka penulis membatasinya dengan menjelaskan gambaran isu terorisme internasional itu muncul, masuknya ke Indonesia,jaringan terorisme dan penyebarannya di dunia kemudian menghasilkan respon internal dan eksternal Indonesia dalam menyikapi kasus terorisme internasional tersebut.

1.6.4.2 Batasan Waktu

Untuk lebih fokus tehadap materi yang akan diteliti, penelitian ini hanya terbatas pada isu terorisme internasional yang berdampak bagi Indonesia pasca terjadinya isu terorisme (9/11) di Amerika.

1.7 Sistematika Penulisan

Tabel 1.2 Struktur Penulisan

JUDUL SUB BAB

BAB I Pendahuluan

1.1.Latar belakang 1.2.Rumusan masalah

1.3.Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

1.3.2 Manfaat Penelitian 1.3.2.1 Praktis 1.3.2.2 Akademis

1.4.Penelitian terdahulu (literature review)


(6)

24 1.5.1. Konsep Keamanan Nasional

1.5.2. Konsep Terorisme internasional 1.5.3. Kebijakan Luar Negeri

1.6. Metodologi Penelitian 1.6.1. Metode Penelitian

1.6.2. Teknik Pengumpulan Data 1.6.3. Teknik Analisa Data 1.6.4. Ruang Lingkup Penelitian 1.6.4.1 Batasan Materi 1.6.4.2 Batasan Waktu 1.7. Struktur Penulisan

BAB II

Isu Terorisme Internasional dan Pengaruhnya terhadap Sistem Internasional (global)

2.1 Gambaran fenomena dan isu terorisme internasional 2.1.1 Isu Terorisme Internasional dan pasca 9/11

2.1.2 Terorisme dalam Perspektif Indonesia

2.2 Jaringan Terorisme Internasional Dalam Penyebarannya Di Dunia Terutama Di Indonesia

2.3 Penyebaran Jaringan Terorisme

BAB III

Respon Indonesia Terhadap Isu Terorisme Internasional

3.1. Respon Internal: Kebijakan Indonesia (Internal Security Act)

3.1.1 Respon Pemerintah Indonesia Dalam Batas Negara 3.2 Respon Eksternal

3.2.1 Bentuk Respon Pemerintah Indonesia pada tingkat Regional (Negara-negara ASEAN)

3.2.2 Bentuk Respon Pemerintah Indonesia pada tingkat Internasional

BAB IV

Daftar Pustaka

Penutup