PENGARUH FUNGSI AUDIT INTERNAL, KOMPLEKSITAS DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP FEE AUDIT (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2015)

(1)

THE EFFECTS OF INTERNAL AUDIT FUNCTION, COMPLEXITY AND COMPANY SIZE TO AUDIT FEE

(An Empirical Study on Manufacturing Companies listed in Indonesia Stock Exchange in the period of 2013-2015)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Akuntansi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh:

DITA NURWULANSARI 20130420021

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2017


(2)

(3)

v

kesulitan ada kemudahan” . (QS. Al-Insyiraah: 5-6)

“Dia (Musa) berkata,”Ya Tuhanku, lapangkanlah dadaku, dan mudahkanlah

untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, agar mereka mengerti

perkataanku”. (QS. Thaahaa: 25-28)

“Janganlah takut akan perubahan yang terjadi, perubahan itu akan membawa


(4)

vi Persembahan

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

1. Orang tua Tercinta, Ayah dan Ibu yang sudah merawat, mendidik dan mencurahkan kasih sayang kepadaku hingga saat ini. Terimakasih untuk segala dukungan dan do’a yang tiada henti supaya putrinya dapat mencapai cita-citanya.

2. Ketiga kakakku tercinta. Alandari Barliana Wachyudin, Deriansyah Wachyudia dan Lea Andarini serta Kakak iparku Yuni Catur Utami dan Acep Kurniawan. Terimakasih sudah memberikan semangat adiknya dan do’a yang tak pernah putus.

3. Keempat Keponakanku tercinta. Muhammad Fathin , Nailah , Muhammad Fathan dan dede Khay. Terimakasih sudah menjadi penghibur tante disaat mengerjakan skripsi ini. Mudah-mudahan kalian menjadi anak yang sholeh dan sholehah.

4. Kepada teman spesialku Ridwan Permadi. Terimakah selalu menyemangatiku sampai saat ini. Semoga kamu selalu diberi kelancaran dalam menyelesaikan kuliahnya dan diberikan kesuksesan atas apa yang kamu usahakan.

5. Kepada Mutiara Dewi, teman sepejuangan asrama, organisasi HIMA, hingga pendadaran bisa bareng. Terimakasih sudah memberikan cerita dan pengalaman selama masa kuliah. Sukses terus buat kamu dek.


(5)

vii

A. Terimakasih atas dukungan kalian dan semoga kalian sukses selalu. 7. Semua pihak yang membantu selama kuliah sampai terselesainya skripsi


(6)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING .... Error! Bookmark not defined.ii HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

INTISARI ... viii

ABSTRAK ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah Penelitian ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ...10


(7)

xiii

3. Audit Internal ... 15

4. Kompleksitas ... 20

5. Ukuran Perusahaan ... 21

6. Fee Audit ... 22

B. Hipotesis ... 25

C. Model Penelitian ... 31

BAB III MODEL PENELITIAN ... 32

A. Obyek/Subyek Penelitian ... 32

B. Jenis Data ... 32

C. Teknik Pengambilan Sampel ... 32

D. Teknik Pengumpulan Data ... 33

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 33

F. Uji Kualitas Data ... 36

G. Uji Hipotesis dan Analisis Data ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43

A. Gambaran Umum Obyek/Subyek Penelitian ... 43

B. Uji Kualitas Data ... 44

C. Hasil Penelitian (Uji Hipotesis)... 49

D. Pembahasan ... 54


(8)

xiv

A. Simpulan ... 59 B. Saran ... 60 C. Keterbatasan Penelitian ... 61 DAFTAR PUSTAKA


(9)

xv

4. 1. Model Pengambilan Sampel Penelitian ... 43

4. 2. Statistik Deskriptif ... 44

4. 3. Hasil Uji Normalitas ... 46

4. 4. Hasil Uji Multikolinearitas ... 46

4. 5. Hasil Uji Heteroskedastisitas (Uji Glejser) ... 47

4. 6. Hasil Uji Autokorelasi ... 48

4. 7. Hasil Pengujian Koefisien Determinasi ... 50

4. 8. Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ... 51


(10)

xvi

DAFTAR GAMBAR

2.1. Kedudukan Internal Auditor dalam Struktrur Organisasi Perusahaan ... 20 2.2. Model Penelitian ... 31


(11)

THE EFFECTS OF INTERNAL AUDIT FUNCTION, COMPLEXITY AND COMPANY SIZE TO AUDIT FEE

(An Empirical Study on Manufacturing Companies listed in Indonesia Stock Exchange in the period of 2013-2015)

Oleh:

DITA NURWULANSARI 20130420021

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2017


(12)

(13)

(14)

vii INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh fungsi audit internal, kompleksitas dan ukuran perusahaan terhadap fee audit dalam laporan tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2013-2015. Fungsi audit internal diukur menggunakan jumlah aktivitas audit internal yang terdapat di perusahaan pada tahun berjalan, kompleksitas diukur menggunakan jumlah anak perusahaan dan ukuran perusahaan diukur dengan total asset kemudian diubah dalam bentuk logaritma natural.

Jumlah perusahaan manufaktur yang dijadikan sampel pada penelitian ini sebanyak 20 perusahaan dengan pengamatan selama 3 tahun dan metode pemilihan sampel pada penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Alat analisis yang digunakan adalah regresi berganda pada program SPSS versi 22. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap fee audit sedangkan fungsi audit internal dan kompleksitas tidak berpengaruh signifikan terhadap fee audit. Kata kunci: fungsi audit internal, kompleksitas, ukuran perusahaan, fee audit.


(15)

viii ABSTRACT

This research was aimed at analyzing the effects of internal audit function, complexity and size of companies toward audit fee in the annual report of manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange in the period of 2013-2015. The function of internal audit is measured using internal audit activities in companies in the current year, complexity is measured using the number of subsidiary companies and the size of companies is measured with the total asset then it is changed into natural logarithm.

The number of manufacturing companies that becomes the sample of this research consists of 20 companies with observation during 3 years and the sampling method was done using Purposive Sampling. The analysis instrument was using Multiple Regression with SPSS program version 22. Based on the analysis, the result of company size has positive significant effect towards audit fee, while the function of internal audit and complexity does not significantly effect audit fee.


(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Laporan keuangan merupakan salah satu informasi yang didapatkan dari suatu perusahaan. Perusahaan membuat laporan keuangan guna untuk memberikan informasi bagi pihak internal maupun eksternal tentang keadaan kondisi perusahaan terhadap laporan neraca, laporan arus kas, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas serta catatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan dapat mempengaruhi pengambilan keputusan bagi Manajer maupun Stakeholder. Sehingga pada penyampaiannya laporan keuangan yang disampaikan oleh perusahaan harus menunjukkan informasi yang benar, jujur, akurat dan bebas dari tindakan atau kegiatan pemanipulasian angka-angka akuntansi. Manajer memiliki informasi menyeluruh terhadap kinerja perusahaan yang kemudian disajikan dalam bentuk laporan keuangan dan dilaporkan kepada pemilik perusahaan serta pihak eksternal seperti investor, kreditur dan masyarakat umum.

Manajer pada perusahaan berperan sebagai agent yang mempunyai tanggungjawab untuk mengelola dan melaporkan aktivitas perusahaan kepada stakeholder. Stakeholder mempunyai peran sebagai principals, pemilik perusahaan atau yang menunjuk dan memberikan kepercayaan manajer untuk menjalankan perusahaan. Manajer tidak secara langsung


(17)

diawasi oleh stakeholder dalam menjalankan perusahaan, sehingga dapat terjadi kemungkinan manajer melakukan manipulasi laporan keuangan. Stakeholder pun tidak menginginkan terjadinya manipulasi laporan keuangan yang disengaja untuk keuntungan pribadi bagi manajer, maka kegiatan audit mempunyai peran penting untuk mengawasi hubungan antara manajer dan stakeholder. Proses audit pada perusahaan memerlukan jasa dari akuntan publik guna untuk memeriksa laporan keuangan.

Akuntan publik yang memberikan jasa audit untuk memeriksa laporan keuangan perusahan adalah auditor eksternal. Menurut Mulyadi (2010) menyatakan auditor independen adalah auditor profesional yang menyediakan jasanya kepada masayarakat umum, terutama ditujukan untuk memenuhi kebutuhan para pemakai informasi keuangan: kreditur, investor, dan instansi pemerintah (terutama instansi pajak).

Dalam SA Seksi 110 (PSA 02) yang mengatur tentang Tanggung Jawab dan Fungsi Auditor Independen yang berkaitan dengan proses laporan keuangan perusahaan. Tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekutitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

Auditor eksternal merupakan salah satu pihak eksternal dari perusahaan. Perusahaan menggunakan jasa dari auditor untuk memberikan opini pada laporan keuangan dengan wajar. Perusahaan yang telah


(18)

3

menggunakan jasa dari auditor ekstenal akan mengeluarkan biaya untuk membayar jasa auditor eksternal. Terkait honorarium auditor eksternal telah dijelaskan dalam Kode Etik Akuntan Publik tahun 1986 Bab VII pasal 20 yang menyebutkan bahwa seorang akuntan publik berhak menerima honorarium untuk kemahiran pengetahuan yang ia berikan kepada pekerjaan profesional. Honorarium kepada akuntan publik atau auditor eksternal sering dikenal dengan istilah fee. Menurut Rimawati (2011) dalam Hapsari (2013), semakin besar jasa audit yang dilaksanakan oleh auditor eksternal, maka semakin besar fee yang akan diberikan oleh klien, dan indikasi berkurangnya independensi auditor semakin tinggi.

Adapun kasus yang terjadi pada berkurangnya independensi auditor eksternal yaitu terjadi pada Kantor Akuntan Publik Arthur Andersen, yang mengaudit laporan keuangan perusahaan Enron. Kasus tersebut lebih dikenal dengan disebut kasus Enron. Penyebab pada kasus Enron, yaitu Arthur Andersen selaku auditor eksternal berperan juga sebagai auditor internal pada perusahaan Enron serta fee yang diberikan kepada Arthur Endersen melebihi fee yang seharusnya diterima oleh auditor eksternal.

Pada November 2013 terkait isu fee audit di Indonesia, Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) mengusulkan kepada Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk menaikkan fee audit dana kampanye Pemilu 2014. Audit dana kampanye 2014 mengharuskan akuntan publik melakukan dua pekerjaan yaitu Agreed Upon Prosedur (AUP) dan malakukan audit


(19)

kepatuhan. Dua pekerjaan audit itu membutuhkan waktu dan biaya operasional akuntan publik meningkat dibandingkan dengan pemilu 2009 yang hanya mengaudit Agreed Upon Prosedur (AUP). Sementara pada saat itu KPU menetapkan fee audit sama dengan audit Pemilu tahun 2009 (Sumber: akuntanonline.com). Seharusnya dengan bertambahnya pekerjaan audit atau dengan adanya kompleksitas dalam proses audit maka akan meningkatkan fee audit yang diterima oleh auditor eksternal.

Menurut Gatot dalam Aryani (2011), pasar audit di Indonesia sangat ketat dan tidak hanya didominasi oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) yang terdaftar menjadi big four saja. Pasar audit di Indonesia juga masih bersifat cost focus dibandingkan brand/quality focus. Hal tersebut berarti bahwa perusahaan-perusahaan di Indonesia kebanyakan masih mempertimbangkan pemilihan Kantor Akuntan Publik (KAP) melalui fee audit daripada kualitas ataupun nama KAP.

Indonesia memiliki Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) yang mengeluarkan kebijakan dan aturan terkait akuntan publik. IAPI mengeluarkan surat keputusan No. KEP.024/IAPI/VII/2008 pada tanggal 2 Juli 2008 tentang kebijakan penentuan fee audit, panduan ini dikeluarkan sebagai panduan bagi seluruh Anggota Institut Akuntan Publik Indonesia yang menjalankan praktik sebagai akuntan publik dalam menetapkan besaran imbalan yang wajar atas jasa profesional yang diberikan dari kliennya. Ketentuan tersebut berlaku hingga sekarang, tetapi hingga saat ini pihak IAPI mengatakan bahwa surat keputusan No.


(20)

5

KEP.024/IAPI/VII/2008 tentang kebijakan Penentuan fee audit belum dapat dilaksanakan dengan maksimal mungkin dan perlunya revisi terhadap kebijakan tersebut. Selain dengan adanya kebjikan dalam penentuan fee audit ada faktor-faktor lain yang ada pada suatu perusahaan dapat mempengaruhi besar kecilnya pemberian fee kepada akuntan publik. Fungsi audit internal secara tradisional dirancang untuk melindungi aset perusahaan dan membantu dalam memberikan informasi akuntansi yang dapat diandalkan untuk pengambilan keputusan pihak manajemen (Gay dan Simnett dalam Singh dan Newby, 2009). Dalam menjalankan tugasnya, auditor eksternal dan auditor internal memiliki pertanggungjawaban, sasaran, dan kualifikasi, serta tugas dalam aktivitas yang berbeda, tetapi keduanya memiliki kepentingan bersama untuk menuntut adanya koordinasi untuk kepentingan perusahaan. Jika tidak ada koordinasi yang baik diantara auditor eksternal dan auditor internal, maka akan terjadi tumpang tindih dan duplikasi yang tidak perlukan, sehingga akan mempertinggi fee audit dan membuat rumit pertanggungjawaban audit (Sawyer et al dalam Hapsari dan Laksito 2013).

Penelitian Hapsari dan Laksito (2013) menunjukkan bahwa fungsi audit internal memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap fee auditor eksternal. Fungsi audit internal yang ada pada perusahaan akan menambah kompleksitas pekerjaan auditor eksternal karena tanggung jawab auditor eksternal semakin besar dalam hal menilai kompetensi dan objektivitas, serta menentukan relevansi dari pekerjaan auditor internal


(21)

yang berhubungan dengan struktur kontrol internal dan pengaruhnya terhadap laporan keuangan atau terhadap potensi salah saji dari laporan keuangan. Hazmi dan Sudarno (2013) menyatakan bahwa fungsi audit internal berpengaruh positif dan signifikan terhadap fee audit. Penelitian sebelumnya didukung oleh Goodwin-Stewart dan Kent (2006) mengatakan bahwa penggunaan audit internal mempunyai hubungan dengan fee audit eksternal yang lebih tinggi. Namun berbeda dengan penelitian Wibowo dan Rohman (2013), Nugrahani dan Sabeni (2013) serta Widiasari dan Prabowo (2008) yang mengatakan bahwa fungsi audit internal tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap fee audit.

Kompleksitas menjadi faktor yang dapat mempengaruhi fee audit. Perusahaan yang memiliki anak perusahaan maka akan mempunyai kompleksitas yang rumit. Menurut Beams dalam Septianingrum (2014) menyatakan perusahaan yang memiliki jumlah anak perusahaan yang banyak di dalam negeri maka transaksi yang dilakukan perusahaan tersebut akan semakin rumit karena perlu membuat laporan konsolidasi, sedangkan perusahaan yang memiliki anak perusahaan diluar negeri juga akan memiliki transaksi yang semakin rumit karena perlu membuat laporan remeasurement dan atau membuat laporan translasi. Setelah proses pembuatan lapotan remeasurement dan atau laporan translasi maka akan dibuat laporan konsolidasi oleh perusahaan yang diaudit. Jumlah anak perusahaan yang dimiliki oleh perusahaan yang terdaftar di Bursa


(22)

7

Efek Indonesia (BEI) akan mempengaruhi besar dan kecilnya penetapan fee audit eksternal (Septianingrum, 2014).

Kompleksitas pada perusahaan semakin tinggi maka akan meningkatkan waktu proses audit yang dibutuhkan oleh auditor semakin lama atau banyak sehingga akan mempengaruhi jumlah fee audit yang diberikan perusahaan kepada auditor eksternal. Penelitian terkait kompleksitas perusahaan telah diteliti oleh Hassan dan Naser (2013) mengatakan bahwa pada faktor penentu fee audit dalam penelitiannya, kompleksitas usaha menjadi faktor yang paling mempengaruhi fee audit. Penelitian terkait kompleksitas dilakukan juga oleh penelitian Siregar dan Lestari (2015) yang mengatakan bahwa kompleksitas entitas mempunyai pengaruh terhadap fee audit karena kompleksitas entitas berhubungan dengan banyaknya waktu dan pekerjaan tambahan auditor untuk memeriksa laporan keuangan yang menyebabkan tingginya fee audit yang dibayarkan. Namun, penelitian Ardianingsih (2013), Soyemi dan Kolawole (2013) serta Rusmanto dan Waworuntu (2015) menunjukkan hasil yang berbeda, penelitian tersebut mengatakan bahwa kompleksitas tidak mempunyai pengaruh terhadap fee audit.

Faktor selanjutnya yang menyebabkan fee audit dapat dipengaruhi adalah ukuran perusahaan. Ukuran perusahan menjadi salah satu indikator pengukur dari suatu perusahaan. Auditor eksternal akan memperhatikan terlebih dahulu ukuran perusahaan yang akan diauditnya guna untuk menentukan fee yang akan dibayarkan oleh perusahaan. Semakin besar


(23)

ukuran perusahaan maka jumlah bukti yang harus dikumpulkan pun akan semakin banyak sehingga memerlukan prosedur audit tambahan dan secara otomatis waktu yang diperlukan untuk melakukan audit akan semakin banyak yang pada gilirannya akan berpengaruh pada fee audit yang lebih besar (Wibowo, 2012).

Hassan dan Naser (2013) mengatakan bahwa pada faktor penentu fee audit dalam penelitiannya, ukuran perusahaan menjadi faktor yang paling mempengaruhi fee audit. Penelitian Siregar dan Lestari (2015) juga mengatakan bahwa ukuran perusahaan mempengaruhi fee audit. Tetapi pada penelitian yang dilakukan oleh Ferdiano, dkk (2015) membuktikan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap pergantian auditor yang menyebabkan tidak adanya pengaruh ukuran perusahaan terhadap biaya audit.

Penelitian ini merupakan relipikasi modifikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Hassan dan Naser (2013) mengenai Determinants of Audit Fees: Evidence from an Emerging Economy. Persamaan dengan penelitian Hassan dan Naser (2013) yaitu penggunaan variabel ukuran perusahaan dan kompleksitas serta variabel dependen fee audit.

Perbedaan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Hassan dan Naser (2013), yaitu adanya penambahan variabel fungsi audit internal. Penelitian ini akan menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2013 sampai dengan 2015 sebagai objek penelitian. Penelitian ini dilaksanakan karena


(24)

9

terjadinya research gap dari penelitian-penelitian sebelumnya yang memberikan hasil yang berbeda-beda pada faktor yang mempengaruhi fee audit.

Dari uraian diatas peneliti tertarik untuk meneliti “Pengaruh Fungsi Audit Internal, Kompleksitas dan Ukuran Perusahaan Terhadap Fee Audit”. Motivasi dari penelitian ini dikarenakan tidak ada konsistensi dalam hasil penelitian terkait fee audit dengan menujukkan yang hasil berbeda antara peneliti satu dengan peneliti lainnya. Serta belum adanya keterbukaan pengungkapan pemberian fee audit oleh perusahaan dalam laporan keuangan.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang hendak diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah Fungsi Audit Internal berpengaruh terhadap Fee Audit ? 2. Apakah Kompleksitas berpengaruh terhadap Fee Audit ?

3. Apakah Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap Fee Audit ? C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui pengaruh dari Fungsi Audit Internal terhadap terhadap Fee Audit.

2. Mengetahui pengaruh dari Kompleksitas terhadap Fee Audit. 3. Mengetahui pengaruh dari Ukuran Perusahan terhadap Fee Audit.


(25)

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat untuk Bidang Teoritis

Penelitian ini diharapkan akan memberikan kontribusi tambahan bagi pengembangan teori perilaku di dalam literatur akuntansi yang menyangkut faktor- faktor dalam mempengaruhi fee audit dalam lingkungan Auditing. Penelitian ini pun dapat bermanfaat sebagai bahan referensi penelitian selanjutnya dan pembanding untuk menambah ilmu pengetahuan terkait Auditing khususnya fee audit. 2. Manfaat untuk Bidang Praktik

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan baru, pengetahuan, pengertian dan pemahaman lebih mendalam bagi para praktisi akuntansi dan auditor ekstenal maupun akuntan profesional tentang hubungan antara fungsi audit internal, kompleksitas dan ukuran perusahaan dengan fee audit.


(26)

11 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Teori Keagenan (Agency Theory)

Menurut Jensen dan Meckling (1976) mengatakan bahwa teori keagenan menjelaskan hubungan antara dua pihak yaitu principal dan agent, dimana principal mempekerjakan pihak lain yaitu agent untuk melaksanakan jasa atas nama mereka yang melibatkan pendelegasian wewenang pembuatan keputusan kepada agent. Teori agensi dilandasi oleh tiga asumsi sifat dasar manusia yaitu pertama, sifat manusia yang lebih memilih untuk menghindari risiko (risk averse); kedua, sifat manusia yang memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality); dan ketiga, sifat manusia yang pada umumnya mementingkan diri sendiri (self interest) (Eisenhardt, 1989). Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia tersebut manajer sebagai manusia akan bertindak opportunistic, yaitu mengutamakan kepentingan pribadinya.

Menurut Eisenhardt (1989) teori keagenan digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang ada diantara hubungan principl dan agent. Permasalahan tersebut diantaranya: pertama, masalah keagenan yang timbul pada saat (a) keinginan-keinginan atau tujuan dari principal dan agent bertentangan dan (b) merupakan suatu hal yang sulit atau mahal


(27)

bagi principal untuk melakukan verifikasi tentang apa yang benar-benar dilakukan oleh agent.

Agent yaitu manajer mempunyai kewajiban untuk memberikan pengungkapan informasi melalui laporan keuangan. Laporan keuangan tersebut penting bagi pihak eksternal maupun principal sebagai pemilik perusahaan karena dengan kondisi yang paling besar ketidakpastiannya, misalnya kurang dalam penguasaan informasi dalam sebuah perusahaan. Adanya ketidakseimbangan penguasaan informasi dapat menjadi pemicu munculnya suatu kondisi yang disebut sebagai asimetri informasi (information asymmetry).

Asimetri informasi (information asymmetries) adalah situasi dimana tidak semua keadaan diketahui oleh kedua belah pihak dan sebagai akibatnya, konsekuensi-konsekuensi tertentu tidak dipertimbangkan oleh pihak-pihak tersebut (Hendriksen, 1992). Manajer pada perusahaan memiliki lebih banyak informasi dibandingkan dengan pemilik serta pemilik tidak dapat mengawasi kegiatan operasional secara langsung.

Asimetri informasi (information asymmetries) dibagi menjadi dua jenis yaitu: Adverse selection, dimana salah satu pihak memiliki informasi yang lebih sedikit dibandingkan dengan pihak lain. Dalam situasi ini pihak internal perusahaan seperti manajer (agent) memililiki informasi lebih banyak dengan mengetahui keadaan perusahaan pada saat itu juga dibanding pemilik (principal) yang hanya mengetahui sebagian informasi


(28)

13

saja. Maka apabila manajer (agent) telah mengelola perusahaan lebih baik dari standar yang telah ditetap oleh pemilik (principal), tetapi pemilik (principal) hanya menilai sesuai dengan standar umum saja maka hal tersebut sangatlah merugikan pihak manajer karena seharusnya mendapatkan nilai yang lebih dari pemilik (principal). Serta, Moral hazard, dimana pihak manajer (agent) melakukan tindakan dalam perusahaan tanpa sepengetahuan pemilik (principal) atau bertentangan dengan keinginan pemilik (principal). Hal tersebut karena pemilik (principal) tidak dapat mengawasi semua tindakan yang dilakukan oleh manajer (agent). Maka pemilik (principal) akan memberikan insentif guna untuk menyelaraskan keinganan atau preferensi dari manajer (agent) dan pemilik (principal).

Konflik keagenan diantara manajer (agent) dan pemilik (principal) diperlukannya pihak independen sebagai mediator untuk menjebatani kepentingan ataupun keinginan antara manajer (agent) dan pemilik (principal). Pihak independen tersebut bertugas untuk mengawasi manajer (agent) dengan memberikan penilaian kinerja dalam bertindak di perusahaan apakah telah sesuai dengan kepentingan dari pemilik (principal). Penilaian tersebut akan disampaikan dengan saran melalui laporan keuangan. Pihak independen tersebut yaitu auditor eksternal. Auditor eksternal tidak mempunyai keterikatan secara langsung dengan perusahaan yang diauditnya. Auditor eksternal akan diberikan fee sebagai pengganti atas jasanya dalam melakukan auditing pada perusahaan. Fee


(29)

tersebut termasuk dalam professional fee untuk tenaga ahli yang telah bekerja bagi perusahaan.

2. Agency Cost

Konflik kepentingan antara agent dengan principal terjadi karena kemungkinan agent tidak selalu berbuat sesuai dengan kepentingan principal, sehingga memicu munculnya biaya keagenan (agency cost) (Immanuel, 2014). Manajer melakukan tindakan yang hanya sesuai dengan kepentingan pribadi bukan untuk memaksimalkan kepentingan perusahaan, hal tersebut akan menjadi penyebab munculnya biaya keagenan (agency cost).

Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan agency cost sebagai jumlah dari biaya yang dikeluarkan principal untuk melakukan pengawasan agent. Agency cost didefinisikan sebagai penjumlahan dari monitoring cost, bonding cost dan residual loss.

a. Monitoring Cost

Monitoring Cost adalah biaya yang dikeluarkan oleh principals untuk mengukur, mengamati, dan mengontrol perilaku manajer. Dalam hal ini, termasuk biaya audit, rencana kompensasi eksekutif dan biaya untuk memberhentikan manajer.

b. Bonding Cost

Bonding Cost adalah biaya pengikatan agent agar agent bertindak yang terbaik untuk kepentingan pemilik perusahaan. Para agent akan diberi kompensasi yang wajar dan bila mereka tidak


(30)

15

bertindak sesuai dengan keinginan pemilik kompensasi tersebut tidak akan diberikan.

c. Residual Loss

Adanya monitoring dan bonding, kadang kepentingan shareholders dan agents masih sulit diselaraskan karena itu muncul agency losses dari perbedaan kepentingan tersebut dan ini disebut residual loss. Residual loss menunjukkan trade off antara membatasi manajer dan memaksakan mekanisme kontrak yang didesain untuk mengurangi agency problems. Secara umum tidak ada perusahaan yang tidak memiliki biaya keagenan kecuali bagi perusahaan yang dimiliki dan dikelola sepenuhnya oleh seorang manajer.

3. Audit Internal

a. Pengertian Audit Internal

Menurut Institute of Internal Auditors (IIA) dalam Hapsari (2013) audit internal adalah aktivitas assurance yang objektif dan konsultasi yang independen, yang dirancang untuk memberi nilai tambah dan memperbaiki operasi suatu perusahaan. Aktivitas tersebut membantu perusahaan mencapai tujuan dengan melalui pendekatan yang sistematis dan displin untuk mengevaluasi dan memperbaiki efektivitas proses tata kelola perusahaan, kontrol serta manajemen risiko yang dihadapi perusahaan.


(31)

b. Tujuan dan Fungsi Audit Internal

Menurut Mulyadi (2010), fungsi audit internal merupakan kegiatan penilaian yang terdapat dalam organisasi, dilaksanakan dengan cara memeriksa akuntansi, keuangan, dan kegiatan operasional, untuk memberikan jasa bagi manajemen dalam melaksanakan tanggung jawab mereka.

Fungsi audit internal dilaksanakan oleh auditor internal. Menurut Mulyadi (2010), auditor internal adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan yang tugas pokoknya adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen telah dipatuhi, menentukan baik tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menentukan efisiensi dan efektivitas prosedur kegiatan organisasi, serta menentukan kualitas informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi.

Menurut Nasution (2003), menyimpulkan dari beberapa ahli bahwa tujuan dari adanya audit internal dalam suatu perusahaan adalah sebagai berikut :

1) Menentukan kebenaran dari data keuangan yang dibuat dan keefektifan dari prosedur intern.

2) Membantu manajemen untuk mendapatkan administrasi perusahaan yang paling efisien dengan memuat kebijaksanaan operasi kerja perusahaan.


(32)

17

4) Menetukan tingkat koordinasi dan kerja sama dari kebijaksanaan manajemen.

5) Menentukan sejauh mana perlindungan pencatatan dan pengamanan harta kekayaan perusahaan terhadap penyelewengan.

6) Membuat rekomendasi perubahan yang diperlukan dalam beberapa fase kerja.

c. Tugas Audit Internal

Audit internal mempunyai tugas dan berkewajiban untuk memberikan pendapat dan saran kepada direksi atas operasional perusahaan yang sedang terlaksana ataupun sudah dilaksanakan oleh perusahaan. Menurut Mulyadi (2010), tugas yang dilaksanakan oleh auditor internal meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

1) Pemeriksaan dan penilaian terhadap efektifitas pengendalian internal dan mendorong penggunaan pengendalian internal yang efektif dengan biaya yang minimum.

2) Menentukan seberapa jauh pelaksanaan kebijakan manajemen puncak dipatuhi.

3) Menentukan seberapa jauh kekayaan perusahaan dipertanggungjawabkan dan dilindungi dari segala macam kerugian.

4) Menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian dalam perusahaan.


(33)

5) Memberikan rekomendasi perbaikan terhadap kegiatan -kegiatan perusahaan.

d. Posisi Audit Internal dalam Struktur Organisasi

Audit internal merupakan bagian penting suatu perusahaan, karena dapat membantu pihak manajemen untuk memberikan saran atas evaluasi dalam aktivitas yang ada pada perusahaan guna untuk membantu mencapai tujuan. Audit internal pun mempunyai posisi yang penting karena dapat secara langsung memberikan pertanggungjawabannya kepada pimpinan perusahaan.

Menurut Nasution (2003), Secara garis besar ada tiga alternatif posisi dari Internal Auditor dalam struktur organisasi perusahaan yaitu:

1) Berada dibawah Dewan Komisaris

Dalam hal ini star internal auditing bertanggung jawab pada Dewan Komisaris. lni disebabkan karena bentuk perusahaan membutuhkan pertanggung jawaban yang lebih besar, termasuk direktur utama dapat diteliti oleh internal auditor. Dalam cara ini, bagain pemeriksa intern sebenarnya merupakan alat pengendali terhadap performance manajemen yang dimonitor oleh komisiaris perusahaan. Dengan demikian bagian pemeriksa intern mempunyai kedudukan yang kuat dalam organisasi.


(34)

19

2) Berada dibawah Direktur Utama

Menurut sistem ini internal auditor bertanggung jawab pada direktur utama. Sistem ini biasanya jarang dipakai mengingat direktur utama terlalu sibuk dengan tugas-tugas yang berat. Jadi kemungkinan tidak sempat untuk mempelajari laporan yang dibuat internal auditor.

3) Berada dibawah Kepala Bagian Keuangan

Menurut sistem ini kedudukan internal auditor dalam struktur organisasi perusahaan berada dibawah koordinasi kepala bagian keuangan. Bagian Internal auditor bertanggung jawab sepenuhnya kepada kepala keuangan atau ada yang menyebutnya sebagai Controller. Tapi perlu juga diketahui bahwa biasanya kepala bagian keuangan tersebut bertanggung jawab juga pada persoalan keuangan dan akuntansi.


(35)

Sumber : USU digital library, 2003, hal 5 Gambar 2.1.

Kedudukan Internal Auditor dalam Struktur Organisasi Perusahaan

4. Kompleksitas

Komplesitas terkait pada kerumitan transaksi-transaksi yang ada pada perusahaan. Kompleksitas sebagian besar berada pada perusahaan menengah besar yang hampir memiliki masalah kerumitan transaksi-transaksi. Kompleksitas pada perusahaan audit menjadi faktor penting dalam menentukan besaran fee audit. Semakin tinggi kompleksitas entitas maka semakin banyak waktu dan usaha yang dibutuhkan oleh auditor untuk menyelesaikan jasa auditnya maka hal ini akan mempengaruhi jumlah fee audit yang dibayarkan oleh entitas (Siregar dan Lestari, 2015). Beberapa proksi yang mengukur kompleksitas pada perusahaan yaitu jumlah anak perusahaan, komposisi aset terdiri piutang dan persediaan, aktivitas ekspor dan impor, serta industri dimana perusahaan tersebut beroperasi.


(36)

21

Beberapa penelitian terdahulu banyak menggunakan jumlah anak perusahaan untuk mengukur kompleksitas pada perusahaan (Simunic, 1980; Xu, 2011; El-Gammal 2012; Siregar dan Lestari 2015). Hal tersebut disebabkan karena adanya globalisasi maka perusahaan-perusahaan mulai melebarkan usahanya dengan mendirikan anak perusahan di dalam negeri maupun luar negeri maka akan berhubungan dengan waktu dan perkerjaan tambahan auditor yang mengaudit perusahaan untuk memeriksa laporan keuangan konsolidasi. Semakin banyak laporan keuangan konsolidasi yang diperiksa maka pekerjaan tambahan auditor akan semakin bertambah dan akan mempengaruhi banyaknya fee audit yang dibayarkan (Siregar dan Lestari, 2015).

5. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan merupakan salah satu indikator yang menunjukkan keadaan dari suatu perusahaan. Ukuran perusahaan dapat menunjukkan kondisi dan karakteristik dari perusahaan, dimana parameter mengukur besar atau kecilnya perusahaan dapat dilihat dari berbagai segi seperti jumlah aktiva yang dimiliki perusahaan, total penjualan yang dicapai oleh perusahaan dalam satu periode, jumlah saham yang beredar selama perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia serta jumlah aset yang dimiliki oleh perusahaan. Ukuran perusahaan menjadi salah satu pertimbangan auditor eksternal sebelum melakukan surat perikatan audit dengan perusahaan klien.


(37)

Menurut Iskak (1999) dalam Attya (2013), Ukuran perusahaan dengan pendapatan 5 miliyar rupiah per tahun dikategorikan perusahaan kecil. Sedangkan perusahaan dengan jumlah pendapatan diatas 5 miliyar rupiah per tahun dikategorikan perusahaan sedang. Perusahaan dengan jumlah pendapatan atau penjualan lebih dari 50 mliyar rupiah per tahun dikategorikan perusahaan besar. Ukuran perusahaan pun dapat dilihat dari total aset yang dimiliki perusahaan, hal tersebut yang mendasari hubungan antara ukuran perusahaan dengan fee audit (Attya, 2013).

Semakin besar ukuran perusahaan, maka semakin panjang waktu proses audit yang dilaksanakan oleh auditor. Hal ini disebabkan oleh kompleksitas transaksi perusahaan yang juga semakin tinggi. Oleh karena itu, auditor membutuhkan durasi audit yang lebih panjang dibandingkan ketika auditor melakukan audit pada perusahaan dengan ukuran perusahaan yang kecil dengan kompleksitas transaksi yang rendah juga (Immanuel, 2014). Pada penelitian Hasan dan Naser (2013), mengatakan ukuran perusahaan menjadi faktor yang dapat mempengaruhi fee audit, meraka pun menyimpulkan bahwa semakin besar perusahaan, semakin rumit transaksi dan kegiatan pada perusahaan.

6. Fee Audit

Fee audit dikemukakan pertama kali oleh Simunic (1980) dalam penelitian menyatakan bahwa fee audit dapat di pengaruhi oleh besar kecilnya perusahaan yang diaudit (client size), kompleksitas audit


(38)

23

(subsidiaries, foriegn listed) dan risiko audit (atas dasar current ratio, quick ratio, D/E, litigation risk).

Iskak (1999) dalam Suharli dan Nurlaelah (2008) mendefinisikan fee audit adalah honorarium yang dibebankan oleh akuntan publik atau auditor eksternal kepada perusahaan auditee atas jasa audit yang dilakukan akuntan publik terhadap laporan keuangan. Penetapan biaya audit yang dilakukan oleh kantor akuntan publik berdasarkan perhitungan dari biaya pokok pemeriksaan yang terdiri dari biaya langsung dan tidak langsung. Biaya langsung terdiri dari biaya tenaga yaitu manager, superpiser, auditor junior dan auditor senior. Sedangkan biaya tidak langsung seperti biaya percetakan, biaya penyusutan computer, gedung dan asuransi. Setelah menentukan biaya pokok pemeriksaan bagi perusahaan auditee maka akan dilakukannya perikatan serta tawar menawar antara klien dengan kantor akuntan publik.

Mulyadi (2010), menjelaskan bahwa besarnya fee profesional akuntan publik dapat bervariasi tergantung antara lain: risiko penugasan, kompleksitas jasa yang diberikan, tingkat keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan jasa tersebut, struktur biaya KAP yang bersangkutan dan pertimbangan profesional lainnya.

Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) telah menerbitkan Surat Keputusan No. KEP.024/IAPI/VII/2008 pada tanggal 2 Juli 2008 terkait Kebijakan Penentuan Fee Audit. Pedoman ini diperuntukkan bagi semua kantor akuntan publik dalam menentukan fee yang diperoleh atas jasanya


(39)

kepada klien. Dalam Surat Keputusan mengenai penetapan fee audit, yang harus dipertimbangkan oleh akuntan publik adalah sebagai berikut:

a. Kebutuhan klien; b. Independensi.

c. Tugas dan tanggungjawab menurut hukum.

d. Tingkat keahlian dan tanggungjawab yang melekat pada pekerjaan yang dilakukan, serta tingkat kompleksitas pekerjaan. e. Banyaknya waktu yang diperlukan dan secara efektif digunakan

oleh akuntan publik dan sifatnya menyelesaikan pekerjaan. f. Basis penetapan fee yang disepakati.

Adapun faktor yang dapat mempengaruhi besar kecilnya fee audit yang terdapat pada perusahaan auditee yaitu bergantung pada profit yang miliki perusahaan. Professional fee terbagi atas dua yaitu: (1) besaran fee dan (2) fee kontinjen (Halim, 2008). Penjelasannya adalah sebagai berikut:

1) Besaran fee

Audit fee adalah biaya yang harus ditanggung klien karena telah mendapatkan jasa audit dari sebuah KAP. Audit fee merupakan hal yang tidak kalah pentingnya di dalam penerimaan penugasan. Besarnya fee dapat bervariasi tergantung antara lain risiko penugasan, kompleksitas jasa yang diberikan, tingkat keahlian yang diperlukan, struktur biaya KAP yang bersangkutan dan pertimbangan profesional lainnya. Anggota KAP tidak


(40)

25

diperkenankan mendapatkan klien dengan cara menawarkan fee yang dapat merusak citra profesi.

2. Fee kontijen

Fee kontijen adalah fee yang ditetapkan untuk pelaksanaan suatu jasa profesional tanpa adanya fee yang akan dibebankan, kecuali ada temuan atau hasil tertentu dimana jumlah fee tergantung pada temuan atau hasil tertentu tersebut. Fee dianggap tidak kontinjen jika ditetapkan oleh pengadilan atau badan pengatur atau dalam hal perpajakan, jika dasar penetapan adalah hasil penyelesaian hukum atau temuan badan pengatur. Anggota KAP tidak diperkenankan untuk menetapkan fee kontijen apabila penetapan tersebut dapat mengurangi independensi.

B. Hipotesis

1. Fungsi audit internal pada fee audit

Fungsi audit internal pada perusahaan yang dilaksanakan oleh auditor internal membantu manajemen untuk pengawasan dan tata kelola perusahaan. Dalam SA Seksi 322 menjelaskan Pertimbangan Auditor mengenai Fungsi Audit Internal dalam Audit Laporan Keuangan, memberikan panduan bagi auditor eksternal dalam mempertimbangkan pekerjaan auditor internal dan dalam menggunakan pekerjaan auditor internal untuk membantu pelaksanaan audit atas laporan keuangan klien. Secara tidak langsung auditor eksternal mempunyai hubungan ikatan dengan auditor internal, hal ini dikarenakan auditor internal dapat


(41)

membantu auditor eksternal dalam menjalankan proses audit suatu perusahaan sehingga dapat berjalan dengan tepat waktu dan auditor eksternal dapat memberikan opini terhadap laporan keuangan.

Dalam SAS 65, menjelaskan bahwa beberapa pekerjaan audit internal dapat mempengaruhi pekerjaan auditor eksternal seperti dalam pemahaman tentang struktur kontrol internal, penentuan risiko dalam bidang-bidang yang terdapat salah saji material, serta kinerja pengujian substantif. Sehingga, auditor ekternal harus menilai objektivitas dan kompetensi dari fungsi audit internal.

Penelitian sebelumnya oleh Hapsari dan Laksito (2013) mengatakan hubungan fungsi audit internal dan fee auditor eksternal adalah dalam kaitannya untuk memperkuat kontrol operasi lingkungan secara keseluruhan. Hal tersebut dapat meningkatkan keterlibatan auditor eksternal dalam fungsi audit internal. Keberadaan fungsi audit internal dalam suatu perusahaan akan membayar fee audit yang lebih tinggi kepada auditor eksternal karena permintaan kualitas audit yang lebih tinggi. Dengan adanya permintaan kuliatas audit yang lebih tinggi, tentu akan semakin tinggi tanggungjawab dan risiko seorang auditor ekstenal yang pada akhirnya nanti akan meningkatkan jumlah fee yang akan diberikan kepada auditor ekstenal. Hasil penelitian Hapsari dan Laksito pun menunjukkan bahwa fungsi audit internal mempunyai pengaruh terhadap fee audit. Penelitian Hazmi dan Sudarno (2013) serta Putri dan Utama (2014) menunjukkan bahwa internal audit mempunyai pengaruh


(42)

27

positif dan signifikan terhadap fee audit. Penelitian tersebut didukung pula oleh Goodwin-Steward dan Kent (2006) menyatakan bahwa hubungan yang positif antara keberadaan fungsi audit internal dan peningkatan permintaan terhadap audit eksternal yang menyebabkan peningkatan terhadap fee audit.

Namun penelitian yang dilakukan oleh Wibowo dan Rohman (2013) menunjukkan bahwa fungsi audit internal tidak berpengaruh terhadap fee audit. Penelitian serupa yang menunjukkan tidak adanya pengaruh fungsi audit internal terhadap fee audit diungkapkan oleh Nugrahani dan Sabeni (2013) serta Widiasari dan Prabowo (2008)

Berdasarkan kajian teoritis dan penelitian terdahulu, maka hipotesis yang dirumuskan pada penelitian ini sebagai berikut:

H1 : Fungsi audit internal berpengaruh positif terhadap fee audit.

2. Kompleksitas pada fee audit

Kompleksitas merupakan salah satu variabel penting dalam menentukan fee audit. Kerumitan dan banyaknya transaksi pada perusahaan merupakan contoh berhubungan dengan kompleksitas. Ada banyak proksi untuk mengukur kompleksitas pada perusahaan, dalam penelitian ini akan menggunakan jumlah anak perusahaan yang ada di dalam negeri maupun di luar negeri untuk mengukur kompleksitas pada perusahaan. Semakin banyak jumlah anak perusahaan maka hal ini berhubungan dengan waktu dan pekerjaan tambahan auditor untuk


(43)

memeriksa laporan keuangan konsolidasi yang menyebabkan tingginya fee audit yang dibayarkan kepada auditor (Vu, 2012).

Penelitian sebelumnya oleh Hasan dan Naser (2013) menunjukkan bahwa adanya hubungan langsung antara fee audit dengan kompleksitas. Penelitian Siregar dan Lestari (2015) juga menunjukkan bahwa kompleksitas memiliki pengaruh signifikan terhadap fee audit. Penelitian oleh Ulfasari dan Marsono (2014) menyatakan bahwa kompleksitas perusahaan yang meningkat dengan adanya penerapan IFRS, hal tersebut akan berkaitan dengan jumlah dan level kesulitan yang tinggi dari jasa audit sehingga fee audit yang akan diberikan semakin tinggi. Semakin tinggi kompleksitas entitas maka semakin banyak waktu dan usaha yang dibutuhkan oleh auditor untuk menyelesaikan jasa auditnya maka hal ini akan mempengaruhi jumlah fee audit yang dibayarkan oleh entitas (Siregar dan Lestari, 2015).

Namun penelitian oleh Soyemi dan Kolawole (2013) menunjukkan hasil yang berbeda yaitu menyatakan bahwa kompleksitas tidak berpengaruh terhadap fee audit. Penelitian serupa oleh Ardianingsih (2013) serta Rusmantoa dan Waworuntu (2015) yang menyatakan bahwa kompleksitas yang ada perusahaan tidak mempunyai pengaruh terhadap fee audit.

Berdasarkan kajian teoritis dan penelitian terdahulu, maka hipotesis yang dirumuskan pada penelitian ini adalah:


(44)

29

H2: Kompleksitas pada perusahaan berpengaruh positif terhadap fee audit.

3. Ukuran perusahaan pada fee audit

Ukuran perusahaan merupakan salah satu tolak ukur penilaian suatu perusahaan oleh pihak eksternal. Ukuran perusahaan sangat penting bagi perusahaan yang maju guna membuktikan kinerja dalam menjalankan proses kegiatannya yang telah mencapai tujuan.

Ukuran perusahaan yang besar akan mempunyai banyak kegiatan dalam operasionalnya dibandingkan dengan ukuran perusahaan yang lebih kecil. Ukuran perusahaan yang besar biasanya lebih terlihat oleh publik dan cenderung mengungkapkan informasi lebih dari perusahaan-perusahaan kecil. Akibatnya, jasa audit membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mengaudit ukuran perusahaan yang besar. Perusahaan tersebut juga memiliki sumber daya keuangan yang memadai untuk merekrut perusahaan audit internasional yang terkenal (Hasan dan Naser, 2013). Ukuran perusahaan yang besar dengan jumlah asset yang tinggi akan membuat proses audit yang dilakukan auditor eksternal akan semakin rumit (Immanuel, 2014). Oleh karena itu, perusahaan ukuran besar akan mengeluarkan biaya yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil untuk auditor eksternal atas jasa yang diberikannya dalam mengaudit perusahaan.

Penelitian sebelumnya dilaksanakan oleh Hasan dan Naser (2013) menyatakan bahwa ukuran perusahaan menjadi faktor yang paling


(45)

mempengaruhi fee audit. Penelitian Siregar dan Lestari (2015) juga menunjukkan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh signifikan terhadap fee audit. Maka semakin besar ukuran perusahaan, maka semakin banyak usaha dan waktu yang akan dibutuhkan oleh auditor dalam menyelesaikan jasanya, sehingga fee audit yang dibayarkan akan semakin tinggi.

Penelitian ini juga selaras dengan penelitian yang dilakukan Kusharyanti (2013) serta Rusmanto dan Waworuntu (2015) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan mempunyai pengaruh terhadap fee audit. Namun berbeda dengan penelitian oleh Ferdiano, dkk (2015) membuktikan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap pergantian auditor yang menyebabkan tidak adanya pengaruh ukuran perusahaan terhadap fee audit.

Berdasarkan kajian teoritis dan penelitian terdahulu, maka hipotesis yang dirumuskan pada penelitian ini adalah:


(46)

31

H2 (+) H1 (+)

H3 (+) C. Model Penelitian

Penelitian ini menggunakan variabel dependen yaitu fee audit dan variabel independen dalam penelitian yaitu fungsi audit internal, kompleksitas dan ukuran perusahaan.

Variabel Independen

Variabel Dependen

Gambar 2.2. Model Penelitian Fungsi Audit

Internal

Kompleksitas

Ukuran Perusahaan


(47)

32

Penelitian ini membahas mengenai variabel dependen yaitu fee audit yang dipengaruhi oleh variabel independen yaitu fungsi audit internal, kompleksitas dan ukuran perusahaan. Adapun obyek yang menjadi penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2013 sampai dengan 2015.

B. Jenis Data

Pada penelitian ini jenis data yang digunakan yaitu data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber dengan secara tidak langsung atau data yang didapatkan dari data yang telah diolah terlebih dahulu contohnya seperti laporan keuangan pada perusahaan.

Penelitian ini menggunakan data sekunder karena data mudah didapatkan serta penggunaan laporan keuangan yang didalamnya telah diaudit oleh akuntan publik sehingga data terpercaya keabsahannya.

C. Teknik Pengambilan Sampel

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Purposive sampling dimana adanya penentuan dalam pengambilan sampel, sehingga ada kriteria tentu dalam penentuan sampel.


(48)

33

Adapun kriteria-ktiteria tersebut sebagai berikut:

1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar secara berturut-turut di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2013-2015.

2. Tidak mengalami delisting selama periode pengamatan dan perusahaan menyajikan laporan keuangan secara berkelanjutan selama periode penelitian.

3. Perusahaan yang menyertakan laporan tahunan (annual report) beserta laporan keuangan dan telah diaudit oleh auditor eksternal. 4. Data yang dibutuhkan tersedia dalam laporan keuangan perusahaan

tersebut.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data dokumenter. Data dokumenter adalah data yang memberikan informasi mengenai suatu obyek atau kejadian yang telah lampau dan data tersebut dikumpulkan, dicatat, serta disusun dalam suatu arsip. Data pada penelitian ini diperoleh dari website Bursa Efek Indonesia www.idx.co.id, website perusahaan yang diteliti dan berbagai macam literatur yang ada.

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Variabel Dependen

Variabel dependen untuk penelitian ini adalah fee audit. Fee audit adalah honorarium yang diberikan oleh perusahaan auditee kepada akuntan publik sebagai ganti atas jasa audit yang telah dilakukan oleh auditor eksternal. Data fee audit dalam penelitian ini diperoleh dari akun


(49)

professional fees yang terdapat dalam laporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2013-2015.

Data untuk fee audit menggunakan professional fees, karena pada saat ini perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) masih belum banyak yang mengungkapkan tentang fee audit dalam laporan keuangan karena pengungkapannya masih bersifat sukarela (voluntary disclosure) (Hapsari dan Laksito, 2013). Pemberian fee audit yang diberikan kepada auditor eksternal merupakan pemberian fee atas pekerjaaan professional sehingga fee audit termasuk dalam professional fees. Fee audit di ukur menggunakan logaritma natural dari professional fees. Selanjutnya variabel ini akan disimbolkan dengan LNAUFEE di dalam persamaan.

2. Variabel Independen a. Fungsi Audit Internal

Audit internal adalah kegiatan yang dilakukan oleh auditor internal dalam perusahaan yang memberikan nilai tambah serta memperbaiki operasi pada perusahaan. Sehingga, audit internal mempunyai fungsi yang penting bagi suatu perusahaan guna membantu mewujudkan pencapaian tujuan dengan baik.

Alat pengukuran audit internal biasanya menggunakan faktor ada tidaknya audit internal pada perusahaan. Namun, pada saat ini alat pengukur tersebut tidak bisa digunakan, karena Bapepam telah


(50)

35

mengeluarkan Peraturan Nomor: KEP-496/BL/2008 pada 28 November 2008 mengenai Pembentukan dan Pedoman Penyusunan Piagam Unit Audit Internal, yang mewajibkan perusahaan publik membentuk unit audit internal.

Pada penelitian ini fungsi audit internal akan diukur dengan menggunakan jumlah aktivitas/kegiatan audit, yaitu dengan berapa banyak jumlah aktivitas/kegiatan yang dilaksanakan oleh unit audit internal selama satu periode. Variabel ini selanjutnya akan disimbolkan dengan FAI di dalam persamaan.

b. Kompleksitas

Kompleksitas pada perusahaan merupakan bagian penting bagi auditor eksternal untuk mengukur rumit atau tidaknya transaksi yang dimiliki oleh perusahaan yang diaudit. Jumlah anak perusahaan mewakili kompleksitas pada perusahaan. Semakin banyak jumlah anak perusahaan maka akan semakin banyak laporan konsolidasi maka akan semakin rumit transaksi yang dimiliki oleh perusahaan yang diaudit.

Variabel ini akan diukur dengan menggunakan jumlah anak perusahaan. Selanjutnya variabel ini disimbolkan dengan KOMPLEKS di dalam persamaan.

c. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan merupakan salah satu tolak ukur untuk menujukkan besar kecilnya perusahaan. Perusahaan yang memiliki


(51)

total aktiva besar menunjukkan arus kas perusahaan sudah positif dan dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif lama, selain itu juga mencerminkan bahwa perusahaan relatif lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan laba dibanding perusahaan dengan total aktiva yang kecil (Nugrahani, 2013).

Variabel ini akan diukur dengan menggunakan logaritma natural dari total aset perusahaan. Selanjutnya variabel ini disimbolkan dengan LNASSET di dalam persamaan.

F. Uji Kualitas Data

1. Analisis Statistik Deskriptif

Sugiyono (2010), mendefinisikan statistik deskriptif sebagai statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Dalam statistik deskriptif dapat dilakukan guna mencari kuatnya hubungan antara variabel melalui analisis korelasi, regresi, atau membandingkan dua rata-rata data sampel atau populasi (Sugiyono, 2010).

Dalam penelitian ini, analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui fungsi audit internal, kompleksitas, ukuran perusahaan dan fee audit. Pengukuran yang digunakan adalah nilai maksimum, nilai minimum, rata-rata (mean), dan standar deviasi.


(52)

37

Maksimum-minimum dalam analisis deskriptif digunakan untuk melihat nilai maksimum dan nilai minimum dari populasi pada penelitian ini . Mean digunakan untuk memperkirakan besar rata-rata populasi yang diperkirakan menjadi sampel penelitian. Standar deviasi digunakan untuk menilai dispersi rata-rata dari sampel pada penelitian ini.

2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Data

Uji normalitas data diperlukan dalam penelitian ini guna untuk menguji model regresi antara variabel dependen dan variabel independen dapatkah berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini proses uji normalitas data menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Jika nilai Kolmogorov-Kolmogorov-Smirnov (K-S) tidak signifikan, maka data yang ada pada penelitian berdistribusi secara normal. Tetapi, jika nilai Kolmogorov-Smirnov (K-S) signifikan, maka data yang ada pada penelitian tidak berdistribusi secara normal. Adapun kriteria pengujian dalam uji Kolmogorov-Smirnov (K-S) adalah (Nazaruddin dan Basuki, 2015) :

1) Jika Nilai Signifikan pada Kolmogorov-Smirnov (K-S) < 0.05, maka data tidak menyebar normal.

2) Jika Nilai Signifikan pada Kolmogorov-Smirnov (K-S) > 0.05, maka data menyebar normal.


(53)

b. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas pada penelitian ini untuk menunjukkan adanya hubungan linear antara variabel independen sebagai peubah dalam model regresi ganda. Multikolinearitas terjadi apabila antar variabel-variabel independen terdapat hubungan yang signifikan dapat saling mempengaruhi satu sama lain. Seharusnya dalam model regresi yang baik diantara variabel independen tidak terjadi korelasi.

Menurut Nazaruddin dan Basuki (2015), pendeteksian multikolinearitas dapat dinilai Variance Inflation Factors (VIF) dan nilai Tolerance. Kriteria pengujiannya yaitu apabila nilai VIF < 10 dan nilai Tolerance > 0,10 maka tidak terdapat multikolinearitas diantara variabel independen dan sebaliknya.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas pada penelitian ini untuk menunjukkan ketidaksamaan varians pada residual variabel independen yang berbeda. Model persamaan regresi yang memenuhi persyaratan adalah terdapatnya kesamaan varians dari residual variabel independen yang berbeda atau dapat disebut homoskedastisitas.

Pengujian heteroskedastisitas menggunakan uji statistik dengan uji Glejser. Uji Glejser digunakan untuk meregresikan antara variabel bebas dengan variabel residual absolute, dimana apabila nilai p > 0,05 maka variabel bersangkutan dinyatakan bebas heteroskedastisitas atau sebaliknya (Nazaruddin dan Basuki, 2015).


(54)

39

d. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi pada penelitian ini di gunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik autokorelasi yaitu korelasi yang terjadi antara residual yang ada pada model regresi. Model regresi yang baik tidak adanya autokorelasi pada penelitian ini.

Menurut Nazaruddin dan Basuki (2015), metode pengujian yang sering digunakan adalah dengan uji Durbin-Watson (uji DW) dengan ketentuan sebagai berikut:

1) Jika d lebih kecil dari dL atau lebih besar dari (4-dL), maka hipotesis nol ditolak, yang berarti terdapat autokorelasi

2) Jika d terletak antara dU dan (4-dU), maka hipotesis nol diterima, yang berarti tidak ada autokorelasi

3) Jika d terletak antara dL dan dU atau diantara dU) dan (4-dL), maka tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti.

Nilai dU dan dL dapat diperoleh dari tabel statistik Durbin Watson yang bergantung banyaknya obseravasi dan banyaknya variabel yang menjelaskan.

G. Uji Hipotesis dan Analisa Data

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis Multiple Regression atau regresi berganda dikarenakan variabel independen yang ada pada penelitian ini lebih dari satu. Analisis ini digunakan untuk menentukan hubungan antara variabel dependen yaitu fee audit dengan variabel


(55)

independen yaitu fungsi audit internal, kompleksitas dan ukuran perusahaan. Persamaan regresi pada penelitian ini sebagai berikut:

LNAUFEE = + 1 (FAI) + 2 (KOMPLEKS) + 3 (LNASSET) +

Dimana:

LNAUFEE = Fee audit

α = Konstanta

1,2,3 = Koefisien

FAI = Fungsi Audit Internal

KOMPLEKS = Komplesitas pada perusahaan LNASSET = Ukuran Perusahaan

= Error

Selanjutnya untuk mengetahui pengaruh antara variabel-variabel independen dengan fee audit maka dilakukan pengujian-pengujian hipotesis pada penelitian terhadap variabel-variabel dengan beberapa pengujian sebagai berikut:

1. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menjelaskan variasi variabel dependen. Koefisien Determinasi dapat dilihat dari nilai adjusted R2 . Nilai adjusted R2 adalah antara 0 (nol) dan 1 (satu). Jika nilai adjusted R2 kecil berarti kemampuan dari variabel independen pada penelitian ini menjelaskan variasi dalam variabel dependen sangat terbatas. Sedangkan jika nilai


(56)

41

adjusted R2 mendekati satu maka variabel independen pada penelitian ini menjelaskan variasi dalam variabel dependen dengan hampir sempurna. 2. Uji Signifikasi Simultan (Uji F)

Uji signifikansi simultan atau lebih dikenal dengan Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah seluruh variabel independen secara bersama-sama dapat mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan tingkat signifikansi 5 % (α = 0,05). Penerimaan atau penolakan hipotesis mempunyai kriteria sebagai berikut: a. Jika nilai signifikan kurang dari atau sama dengan 5 % (α = 0,05)

maka hipotesis diterima yang berarti secara bersama-sama variabel FAI, KOMPLEKS dan LNASSET berpengaruh terhadap fee audit. b. Jika nilai signifikan lebih dari 5 % (α = 0,05) maka hipotesis ditolak

yang berarti secara bersama-sama variabel FAI, KOMPLEKS dan LNASSET tidak berpengaruh terhadap fee audit.

3. Uji Siginifikan Parameter Individual (Uji Statistik t)

Uji signifikan parameter individual atau dikenal dengan Uji t digunakan pada penelitian ini untuk mengetahui apakah masing-masing variabel independen secara individu (partial) dapat menjelaskan perilaku dalam variabel dependen. Uji t dilakukan dengan menggunakan tingkat signifikansi 5% (α = 0,05). Penerimaan atau penolakan hipotesis dilakukan dengan kriteria sebagai berikut:


(57)

a. Jika nilai signifikansi kurang atau sama dengan 5% (α = 0,05) maka hipotesis diterima yang berarti secara partial variabel FAI, KOMPLEKS dan LNASSET berpengaruh terhadap fee audit.

b. Jika nilai signifikansi lebih dari 5% (α = 0,05) maka hipotesis ditolak yang berarti secara partial variabel FAI, KOMPLEKS dan LNASSET tidak berpengaruh terhadap fee audit.


(58)

43 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Obyek/Subyek Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sedangkan sampel dalam penelitian ini yaitu perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa efek Indonesia (BEI) selama periode 2013 sampai dengan 2015. Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu purposive sampling dengan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya pada bab 3.

Tabel 4.1. menyajikan seleksi sampel berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan.

Tabel 4.1.

Prodedur Pengambilan Sampel Penelitian

NO KETERANGAN JUMLAH

1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama periode 2013-2015

151

2. Perusahaan yang tidak terdaftar berturut-turut di BEI selama periode 2013-2015

(19)

3. Data laporan tahunan tidak lengkap (112) 4. Data perusahaan yang dapat dianalisis 20

5 Perusahaan yang menjadi sampel penelitian selama periode 2013-2015


(59)

Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2013-2015 berjumlah 151 perusahaan. Pada periode tersebut ada sebanyak 19 perusahaan yang tidak terdaftar secara berturut-turut selama periode 2013-2015, sebanyak 112 perusahaan yang tidak memiliki data yang lengkap pada laporan tahunan. Sehingga perusahaan manufaktur yang dijadikan sampel sebanyak 20 perusahaan. Sedangkan total pengamatan yang dijadikan sampel penelitian sebanyak 60 perusahaan.

B. Uji Kualitas Data 1. Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif dilakukan dengan membandingkan nilai minimum, nilai maksimum, rata-rata dan standar deviasi dari sampel. Analisis statistik deskriptif dalam Tabel 4.2 merupakan analisis deskriptif untuk variabel dependen yaitu fee audit serta variabel independen dari fungsi audit internal, kompleksitas dan ukuran perusahaan.

TABEL 4. 2. Statistik Deskriptif

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

FAI 60 2 35 8,52 7,072

KOMPLEKS 60 0 20 5,42 5,247

ASSET 60 291.489.240.000 91.831.526.000.000 10.571.053.018.310,09 19.414.490.479.278,434

AUFEE 60 232.505.000 196.128.000.000 19.167.477.993,88 33.950.358.390,145

Valid N


(60)

45

Berdasarkan Tabel 4.2 dari 60 sampel perusahaan, variabel dependen fee audit yang diukur berdasarkan nilai professional fees. Pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa nilai rara-rata AUFEE adalah 19.167.477.993,88 dengan nilai minimum 232.505.000 dan nilai maksimum 196.128.000.000 serta nilai standar deviasi 33.950.358.390,145. Variabel Fungsi Audit Internal yang diukur berdasarkan jumlah aktivitas/kegiatan yang dilaksanakan oleh auditor internal dalam satu periode. FAI menunjukkan nilai rata-rata sebesar 8,52 dengan nilai minimum 2, nilai maksimum 35 dan nilai standar deviasi sebesar 7,072. Variabel kompleksits yang diukur berdasarkan jumlah ank perushaan. KOMPLEKS memiliki nilai rata-rata sebesar 5,42, nilai minimum 0 dan nilai maksimum 20 serta nilai standar deviasi sebesar 5,247. Variabel Ukuran perusahaan yang di ukur berdasarkan total asset. Pada tabel 4.2 ASSET memiliki nilai rata-rata sebesar 10.571.053.018.310,09, nilai minimum 291.489.240.000 dan nilai maksimum 91.831.526.000.000 serta nilai standar deviasi sebesar 19.414.490.479.278,434.

2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Data

Uji normalitas data diperlukan untuk menguji apakah dalam model regresi antara variabel dependen dan variabel independen dapat berdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik harus memiliki data yang berdistribusi normal atau mendekati normal. Dalam penelitian ini uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Hasil Kolmogorov-Smirnov (K-S) dapat dilihat dari nilai signifikansi


(61)

data residual dengan syarat nilai Sig > 0,05 maka data dapat dikatakan berdistribusi normal. Sebaliknya apabila nilai Sig < 0,05 maka data dapat dikatakan tidak berdistribusi dengan normal. Adapun hasil uji normalitas pada penelitian ini dapat dilihar dalam tabel 4.3.

Tabel 4.3. Hasil Uji Normalitas

Berdasarkan hasil tabel 4.3. nilai Sig Kolmogorov-Smirnov (K-S) sebasar 0,200 lebih besar dari 0,05. Hasil tersebut menunjukkan bahwa data telah berdistribusi secara normal. Maka pada model penilitian ini pengujian asumsi klasik normalitas telah terpenuhi.

b. Uji Multikolinearitas

Tabel 4.4.

Hasil Uji Multikolinearitas

Variabel Collinearity Statistics Keterangan

Tolerance VIF

FAI 0,660 1,515 Tidak terjadi

Multikolinearitas

KOMPLEKS 0,705 1,418 Tidak terjadi

Multikolinearitas

LNASSET 0,531 1,883 Tidak terjadi

Multikolinearitas

Metode uji multikolinearitas dalam penelitian ini menggunakan nilai dari Variance Inflation Factors (VIF) dan nilai Tolerance. Kriteria pengujiannya yaitu apabila nilai VIF < 10 dan nilai Tolerance > 0,10 , maka tidak terdapat multikolinearitas.

Kolmogorov-Smirnova

Statistic Df Sig.


(62)

47

Dari Tabel 4.4 diatas dapat dilihat bahwa variabel FAI memiliki nilai VIF < 10 yaitu 1,515 dan nilai Tolerance > 0,10 yaitu 0,660. Variabel KOMPLEKS nilai VIF < 10 yaitu 1,418 dan nilai Tolerance > 0,10 yaitu 0,705 dan variabel LNASSET nilai VIF < 10 yaitu 1,883 dan nilai Tolerance > 0,10 yaitu 0,531. Hal ini menunjukkan bahwa data tersebut sudah memenuhi uji multikolinearitas dan tidak ada multikolinearitas didalamnya. Artinya, tidak ada hubungan antara variabel independen satu dengan variabel independen yang lainnya.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas menunjukkan ketidaksamaan varians dari residual variabel independen yang berbeda. Metode yang digunakan untuk menguji heteroskedastisitas yaitu Uji Glejser, yang dilakukan dengan cara meregresikan nilai absolute residual dengan variabel independen dalam model. Syarat tidak terjadinya heteroskedastisitas dapat dilihat dari nilai Sig > 0,05. Hasil uji heteroskedastisitas atau uji glejser dapat dilihat pada tabel 4.5

Tabel 4.5.

Hasil Uji Heteroskedastisitas (Uji Glejser )

Variabel Sig Keterangan

FAI 0,084 Tidak Terjadi Heteroskedastisitas KOMPLEKS 0,506 Tidak Terjadi Heteroskedastisitas LNASSET 0,438 Tidak Terjadi Heteroskedastisitas Dependent Variable: ABS_RES1


(63)

Pada Tabel 4.5. dapat dilihat bahwa nilai Sig pada variabel fungsi audit internal (FAI) menunjukkan angka sebesar 0,084 > 0,05, variabel kompleksitas (KOMPLEKS) menunjukkan angka sebesar 0,506 > 0,05 dan variabel ukuran perusahaan (LNASSET) menunjukkan angka sebesar 0,438 > 0,05. Pada semua variabel independen pada penelitian ini menunjukkan Sig > 0,05 yang artinya syarat heteroskedastisitas terpenuhi tidak terjadi heteroskedastisitas yang menunjukkan residual pada pengamatan tidak berpengaruh terhadap variabel independen yang diteliti.

d. Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik autokorelasi yaitu korelasi yang terjadi antara residual yang ada pada model regresi. Metode yang digunakan pada uji autokorelasi dalam penelitian ini yaitu Uji Durbin Watson dengan ketentuan dU < d < 4-dU. Nilai d diperoleh dari hasi uji autokorelasi sedangkan nilai dU di peroleh dari tabel statistik Durbin Watson yang nilainya tergantung pada banyak sampel dan variabel independennya. Pada penelitian ini terdapat 60 sampel dan 3 variabel independen sehingga diperoleh nilai dU sebesar 1,6889

Tabel 4.6. Hasil Uji Autokorelasi

Model

Durbin-Watson


(64)

49

Nilai Durbin Watson pada Tabel 4.6. diatas menunjukan angka 2,162. Syarat terpenuhinya uji autokorelasi yaitu dU < d < 4- dU, nilai dU yang diperoleh dari tabel Durbin Watson sebesar 1,6889. Maka didapatkan rumusan sebagai berikut:

dU < d < 4- dU 1,6889 < 2,162 < 2,311

Hasil angka diatas telah memenuhi syarat untuk uji autokorelasi yang berarti bahwa tidak ada korelasi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi penelitian ini.

C. Hasil Penelitian (Uji Hipotesis)

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan model analisi regresi berganda (Multiple Regression), yaitu dilakukan dengan melalui Uji Koefisien Determinasi, Uji Signifikansi Simultan (Uji F), dan Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t) 1. Koefisien Determinasi

Koefisien Determinasi digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menjelaskan variasi variabel dependen yang dipengaruhi oleh variabel independen. Dalam penelitian ini mengunakan variabel independen yaitu, fungsi audit internal, kompleksitas dan ukuran perusahaan serta variabel dependen yaitu, fee audit. Adapun hasil uji koefisien determinasi dapat dilihat dari hasil Adjusted R Square disajikan dalam tabel 4.7. dibawah ini:


(65)

Tabel 4.7

Hasil Pengujian Koefisien Determinasi

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 ,887a ,787 ,776 ,87186 2,162

a. Predictors: (Constant), LNASSET, KOMPLEKS, FAI b. Dependent Variable: LNAUFEE

Pada tabel 4.7. menunjukkan Adjusted R Square sebesar 0,776. Hal tersebut berarti sebesar 77,6% variabel fee audit dapat dijelaskan oleh variabel fungsi audit internal, kompleksitas dan ukuran perusahaan. Sedangkan sisanya yaitu 22,4% ( 100% - 77,6%) dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak termasuk dalam analisa regresi pada penelitian ini.

2. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

Uji signifikansi simultan atau Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh dari semua variabel independen yang masuk dalam model regresi secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Pengujian dilakukan dengan menggunakan tingkat signifikansi α = 0,05. Jika nilai signifikansi kurang atau sama dengan α = 0,05, maka hipotesis akan diterima yang menyatakan bahwa variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Sebaliknya, jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka hipotesis akan ditolak yang menyatakan bahwa variabel independen tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.


(66)

51

Tabel 4.8.

Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

Berdasarkan hasil pengujian signifikansi simultan atau uji F diperoleh nilai F hitung sebesar 69,067 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Maka dapat disimpulkan nilai signifikansi lebih kecil α = 0,05 ( 0,000 < 0,05), hal tersebuut dapat diartikan bahwa variabel independen yaitu fungsi audit internal, kompleksitas dan ukuran perusahaan mempunyai pengaruh secara bersama-sama atau simultan terhadap fee audit.

3. Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t)

Uji Signifikan Parameter Individual atau Uji Statistik t digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen secara individual atau parsial. Tabel 4.9. menyajikan hasil dari uji statistik t dalam penelitian ini, yaitu:

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 157,503 3 52,501 69,067 ,000b

Residual 42,568 56 ,760

Total 200,071 59

a. Dependent Variable: LNAUFEE


(67)

Tabel 4.9. Hasil Uji Statistik t

Hipotesis Variabel B Sig Keterangan

(Constant)

-1,877 0,470 -

1 FAI

-0,028 0,161 Tidak Berpengaruh

2 KOMPLEKS

0,012 0,636 Tidak Berpengaruh

3 LNASSET

0,853 0,000 Berpengaruh

Berdasarkan tabel 4.9. menunjukkan bahwa hipotesis H1 yaitu

fungsi audit internal (FAI) tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen fee audit (LNAUFEE) karena memiliki nilai signifikansi sebesar 0,161, Hipotesis H2 yaitu variabel kompleksitas (KOMPLEKS) tidak

berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen fee audit (LNAUFEE) karena memiliki nilai signifikansi sebesar 0,636. Karena signifikansi pada Hipotesis 1 dan Hipotesis 2 lebih besar dari α = 0,05. Sedangkan Hipotesis H3

yaitu variabel ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen fee audit (LNAUFEE) dengan nilai signifikansi sebesar 0,000, hal tersebut karena nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari α = 0,05.

Berdasarkan pada tabel 4.9. di atas maka dapat diartikan bahwa nilai konstanta yaitu sebesar -1,877, menunjukkan bahwa variabel fee audit tanpa dipengaruhi oleh variabel independen akan bernilai -1,877. Koefisien regresi untuk variabel fungsi audit internal (FAI) sebesr -0,028 menunjukkan bahwa aktivitas dari fungsi audit internal menurunkan fee audit sebesar -0,028 jadi fungsi audit internal tidak berpengaruh terhadap peningkatan fee audit.


(68)

53

Koefisien regresi untuk variabel kompleksitas (KOMPLEKS) sebesar 0,012, menujukkan bahwa kompleksitas dengan banyaknya anak perusahaan akan meningkatkan fee audit sebesar 0,012 tetapi dengan Sig 0,636 > α = 0,05, jadi kompleksitas tidak berpengaruh terhadap peningkatan fee audit. Selanjutnya, untuk koefisien regresi variabel ukuran perusahaan (LNASSET) sebesar 0,853 menunjukkan bahwa setiap adanya perubahan 1 satuan dalam ukuran perusahaan maka dapat meningkatkan varaibel fee audit sebesar 0,853.

Hasil persamaan regresi linear berganda dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

LNAUFEE = -1,877 + 0,853 LNASSET + ε

Dimana:

LNAUFEE = Fee audit

α = Konstanta

β =Koefisien

LNASSET = Ukuran Perusahaan


(69)

D. Pembahasan

1. Pengaruh Fungsi Audit Internal terhadap Fee Audit

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesis H1 fungsi audit

internal tidak mempunyai pengaruh terhadap fee audit. Fungsi audit internal dengan jumlah aktivitas yang dilaksanakan oleh auditor internal pada satu periode tidak akan mempengaruhi fee audit yang akan diberikan kepada auditor eksternal oleh perusahaan.

Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian sebelumnya oleh Hapsari dan Laksito (2013) Hazmi dn Sudarno (2013), Putri dan Utama (2014) serta Goodwin-Steward dan Kent (2006) yang menyatakan bahwa fungsi audit internal berrpengaruh secara positif terhadap fee auditor eksternal. Hapsari dan Laksito (2013) menyatakakan bahwa fungsi audit internal dianggap sebagai komplementer, yaitu tidak akan menggantikan fungsi audit eksternal, melainkan melengkapi fungsi audit eksternal. Fungsi audit internal bertugas untuk melakukan pengawasan dan tata kelola perusahaan. Fungsi audit internal yang ada pada perusahaan akan meningkatkan permintaan audit eksternal, yaitu untuk menilai kompetensi dan objektivitas, serta mengevaluasi pekerjaan auditor internal. Hal ini dikarenakan fungsi audit internal dianggap sebagai salah satu unsur dari proses kontrol auditor eksternal. Peningkatan permintaan terhadap audit eksternal inilah yang pada akhirnya akan meningkatkan fee auditor eksternal. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Nugrahani dan Sabeni (2013), Wibowo dan Rohman (2013) serta Widiasari dan Prabowo (2008)


(1)

Lampiran 2 Data Variabel Penelitian No Tahun Kode

Perusahaan FAI Kompleksitas

Ukuran

Perusahaan Fee Audit

41 2015 AISA 12 6 9.060.979.000.000 11.490.000.000

42 2015 BRAM 8 2 4.045.995.199.408 5.069.579.560

43 2015 CTBN 14 6 3.198.145.107.664 39.936.832.496

44 2015 EKAD 7 2 389.691.595.500 1.542.118.240

45 2015 ETWA 6 3 1.332.731.163.136 11.218.176.068

46 2015 IMAS 4 9 24.860.957.839.497 18.046.303.110

47 2015 INDF 5 20 91.831.526.000.000 85.097.000.000

48 2015 JECC 12 1 1.358.464.081.000 2.319.314.000

49 2015 KLBF 7 15 13.696.417.381.439 29.951.262.401

50 2015 KRAS 35 11 513.265.244.160 317.624.240

51 2015 MBTO 6 2 648.899.377.240 1.414.255.338

52 2015 MYOR 3 4 11.342.715.686.221 6.371.646.804

53 2015 SIDO 3 3 2.796.111.000.000 3.729.000.000

54 2015 SMGR 3 13 38.153.118.932.000 75.932.076.000

55 2015 SRSN 4 0 574.073.314.000 1.306.792.000

56 2015 SULI 5 6 1.178.651.869.648 5.477.985.272

57 2015 TOTO 7 0 2.439.540.859.205 13.159.702.233

58 2015 TRST 8 2 3.357.359.499.954 2.146.030.393

59 2015 UNIC 7 4 3.084.012.140.000 3.842.019.408


(2)

Lampiran 2 Data Variabel Penelitian

No Tahun Kode

Perusahaan LNASSET LNAUFEE

1 2013 AISA 29,24 22,44

2 2013 BRAM 28,71 21,66

3 2013 CTBN 28,84 24,39

4 2013 EKAD 26,56 20,64

5 2013 ETWA 27,89 22,64

6 2013 IMAS 30,74 23,92

7 2013 INDF 31,99 26,00

8 2013 JECC 27,85 21,91

9 2013 KLBF 30,06 24,01

10 2013 KRAS 24,10 16,96

11 2013 MBTO 27,14 21,53

12 2013 MYOR 29,90 22,71

13 2013 SIDO 28,71 22,35

14 2013 SMGR 31,06 25,04

15 2013 SRSN 26,77 20,67

16 2013 SULI 27,57 23,27

17 2013 TOTO 28,19 22,12

18 2013 TRST 28,81 21,00

19 2013 UNIC 28,82 22,49

20 2013 UNVR 30,22 23,76

21 2014 AISA 29,63 22,47

22 2014 BRAM 28,98 21,63

23 2014 CTBN 28,81 24,58

24 2014 EKAD 26,74 20,67

25 2014 ETWA 27,92 22,56

26 2014 IMAS 30,79 23,53

27 2014 INDF 32,08 25,60

28 2014 JECC 27,69 21,44

29 2014 KLBF 30,15 24,31

30 2014 KRAS 24,20 17,16

31 2014 MBTO 27,15 20,71

32 2014 MYOR 29,96 21,83

33 2014 SIDO 28,67 22,31

34 2014 SMGR 31,17 24,68

35 2014 SRSN 26,86 20,77

36 2014 SULI 27,53 22,67

37 2014 TOTO 28,34 22,32

38 2014 TRST 28,81 21,40

39 2014 UNIC 28,71 21,63


(3)

Lampiran 2 Data Variabel Penelitian

No Tahun Kode

Perusahaan LNASSET LNAUFEE

41 2015 AISA 29,83 23,16

42 2015 BRAM 29,03 22,35

43 2015 CTBN 28,79 24,41

44 2015 EKAD 26,69 21,16

45 2015 ETWA 27,92 23,14

46 2015 IMAS 30,84 23,62

47 2015 INDF 32,15 25,17

48 2015 JECC 27,94 21,56

49 2015 KLBF 30,25 24,12

50 2015 KRAS 24,66 17,27

51 2015 MBTO 27,20 21,07

52 2015 MYOR 30,06 22,58

53 2015 SIDO 28,66 22,04

54 2015 SMGR 31,27 25,05

55 2015 SRSN 27,08 20,99

56 2015 SULI 27,80 22,42

57 2015 TOTO 28,52 23,30

58 2015 TRST 28,84 21,49

59 2015 UNIC 28,76 22,07


(4)

Lampiran 3 Hasil Output SPSS

Hasil Uji Statistik Deskriptif

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

FAI 60 2 35 8,52 7,072

KOMPLEKS 60 0 20 5,42 5,247

ASSET 60 291.489.240.000 91.831.526.000.000 10.571.053.018.310,09 19.414.490.479.278,434

AUFEE 60 232.505.000 196.128.000.000 19.167.477.993,88 33.950.358.390,145

Valid N

(listwise) 60

Hasil Uji Normalitas Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. Unstandardized

Residual ,084 60 ,200

*

,967 60 ,103

*. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction


(5)

Hasil Uji Multikolinearitas Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) -1,877 2,578 -,728 ,470

FAI -,028 ,020 -,108 -1,420 ,161 ,660 1,515

KOMPLEKS ,012 ,026 ,035 ,476 ,636 ,705 1,418

LNASSET ,853 ,089 ,814 9,620 ,000 ,531 1,883

a. Dependent Variable: LNAUFEE

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Hasil Uji Autokorelasi Model Summaryb Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 ,887a ,787 ,776 ,87186 2,162

a. Predictors: (Constant), LNASSET, KOMPLEKS, FAI b. Dependent Variable: LNAUFEE

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) -,723 1,609 -,450 ,655

FAI ,022 ,012 ,282 1,761 ,084 ,660 1,515

KOMPLEK

S -,011 ,016 -,104 -,669 ,506 ,705 1,418

LNASSET ,043 ,055 ,139 ,782 ,438 ,531 1,883


(6)

Hasil Uji Koefisien Determinasi Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 ,887a ,787 ,776 ,87186 2,162

a. Predictors: (Constant), LNASSET, KOMPLEKS, FAI b. Dependent Variable: LNAUFEE

Hasil Uji Statistik F ANOVAa Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 157,503 3 52,501 69,067 ,000b

Residual 42,568 56 ,760

Total 200,071 59

a. Dependent Variable: LNAUFEE

b. Predictors: (Constant), LNASSET, KOMPLEKS, FAI

Hasil Uji Statistik t Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) -1,877 2,578 -,728 ,470

FAI -,028 ,020 -,108 -1,420 ,161 ,660 1,515

KOMPLEKS ,012 ,026 ,035 ,476 ,636 ,705 1,418

LNASSET ,853 ,089 ,814 9,620 ,000 ,531 1,883


Dokumen yang terkait

Pengaruh Kualitas Auditor Dan Ukuran Komite Audit Terhadap Manajemen Laba Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Dibursa Efek Indonesia Tahun 2009-2011

0 59 86

Pengaruh ukuran perusahaan, kepemilikan institusional, manajemen laba, tipe auditor dan internal audit terhadap audit fees: studi empiris pada sektor manufaktur yang terdaftar di BEI Periode 2010-2013

0 6 145

Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Auditor Swittching (Studi Empiris pada Perusahaan Real Estate dan Properti yang terdaftar di BEI)

0 4 127

Pengaruh Struktur Governance dan Internal Audit Terhadap Fee Eksternal Audit (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2014)

1 5 103

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, Kompleksitas Operasi, Dan Ukuran Kap Terhadap Audit Delay (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2015).

0 2 17

PENDAHULUAN Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, Kompleksitas Operasi, Dan Ukuran Kap Terhadap Audit Delay (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2015).

0 4 10

PENGARUH UKURAN KAP, FEE AUDIT, DAN AUDIT Pengaruh Ukuran Kap, Fee Audit, Dan Audit Tenure Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2015).

0 10 14

PENGARUH UKURAN KAP, FEE AUDIT, DAN AUDIT TENURE TERHADAP KUALITAS AUDIT Pengaruh Ukuran Kap, Fee Audit, Dan Audit Tenure Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2015).

2 4 20

BAB I PENDAHULUAN Pengaruh Ukuran Kap, Fee Audit, Dan Audit Tenure Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2015).

0 3 8

PENDAHULUAN Pengaruh Kompleksitas Operasi Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Audit Delay (Study Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2015).

0 3 8