Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Auditor Swittching (Studi Empiris pada Perusahaan Real Estate dan Properti yang terdaftar di BEI)

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDITOR SWITCHING

(Studi Empiris pada Perusahaan Real Estate dan Properti yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Disusun Oleh:

FRIDA AURORA PRAHARTARI NIM: 109082000164

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP Identitas Pribadi

 Nama : Frida Aurora Prahartari

 Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 19 Juni 1992  Jenis Kelamin : Perempuan

 Alamat : Jl. Pepaya Gg. Pahala No. 41 RT 012 RW 05 Jagakarsa Jakarta Selatan 12620

 Agama : Islam

 No.Telp/Hp : 0217864852/085710535417

 E-mail : miss_catfish@yahoo.co.id

Pendidikan Formal

 S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Jakarta : 2009 - 2013

 SMAN 38 Jakarta : 2006 - 2009

 SMPN 166 Jakarta : 2003 - 2006

 SDN 06 Jagakarsa Jakarta Selatan : 1997 - 2003

 TK Harapan Utama Jakarta : 1996 - 1997

Pendidikan Non-Formal

 Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Brevet AB IAI, Des 2012 - Apr 2013  Pendidikan Musik (Biola) Bina Vokalia Pranadjaya, 2005-2008

 Lembaga Bahasa Inggris BBC Pondok Labu, 2001-2004

Pengalaman Organisasi

 BEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis sebagai anggota Div. Forum Akuntansi, 2010-2011

 Anggota Foreign Language Association UIN Jakarta, 2009 – 2012  Anggota Tae Kwon Do SMAN 38 Jakarta, 2006-2008


(7)

vii Pengalaman Kepanitiaan

 Panitia Propesa UIN 2011

 Panitia FLAT Orientation (FLO) 2010

Seminar dan Workshop

 Pelatihan Sekolah Pasar Modal - Basic Training of Fundamental & Technical Analysis, 2012

 Seminar Umum: Bongkar Skandal Century Menuju Indonesia Tanpa Korupsi 2012

 Seminar oleh Dirjen Pajak: Potret Perpajakan Indonesia Menuju Sistem Perpajakan yang Transparan, 2011

 Seminar oleh International Islamic Youth: Unity in Diversity, 2010  Seminar Nasional: Peran Asuransi dalam Era Globalisasi, 2010  Pelatihan Manajemen Kualitas Diri, 2010

 Talkshow Pemberantasan Korupsi bersama KPK, 2009

 Think Acct 2009, “ToBe Happy In Community Of Accounting”, 2009

Latar Belakang Keluarga

 Ayah : Pramudjito


(8)

viii ABSTRACT

THE ANALYSIS OF THE DETERMINANT FACTORS THAT AFFECT AUDITOR SWITCHING

The purpose of this research is to examine the effect of change in management, audit opinion, client size, and change in audit fee on the auditor switching. This research used the sample of real estate and property industries which listed in Indonesian Stock Exchange during 2006-2012 period. The number of real estate and property industries sampled in this study were 14 companies with 6 years observation. Based on purposive sampling method, sample consist of 84 financial statements in this research. Hypothesis in this research are tested by logistic regression analytical method.

Data analysis show that client size has significantly effect on auditor switching with negative direction. Otherwise, change in management, audit opinion, and change in audit fee do not have significantly effect on the auditor switching.

Keywords: Change in management, audit opinion, client size, audit fee, and auditor switching


(9)

ix ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDITOR SWITCHING

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pergantian manajemen, opini audit, ukuran perusahaan klien, dan perubahan fee audit terhadap auditor switching. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan real estate dan properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2006-2012. Jumlah perusahaan real estate dan properti yang dijadikan sampel penelitian ini adalah 14 perusahaan dengan pengamatan selama 6 tahun. Berdasarkan metode purposive sampling, total sampel penelitian adalah 84 laporan keuangan. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi logistik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan klien berpengaruh signifikan dengan arah negatif terhadap auditor switching. Sedangkan pergantian manajemen, opini audit, dan perubahan fee audit tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan auditor switching.

Kata kunci: Pergantian manajemen, opini audit, ukuran perusahaan klien, fee audit, dan auditor switching


(10)

x

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Segala puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, Sumber Ilmu Pengetahuan, Sumber Cahaya yang mampu menerangi jalan menuju kepada kebenaran, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya yang tiada henti hingga detik ini sehingga penulis dapat meyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Auditor Switching (Studi Empiris pada Perusahaan Real Estate dan Properti yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)” dengan baik. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang merupakan teladan, beserta keluarga dan para sahabatnya. Skripsi ini disusun dalam rangka untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih atas bantuan, bimbingan, dukungan, semangat dan doa, baik langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini, kepada: 1. Kedua orangtuaku tercinta yang tidak hentinya melantunkan doa, mencurahkan kasih sayang, semangat, dukungan, dan perhatian yang tidak sedikitpun berongga kepada penulis. Terimakasih atas doa, saran, didikan serta nasehatnya sehinggan membuat penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 2. Kakak-kakakku Dian Aurora Pramawati, Pratiwi Wahyu Hidayati, dan Pratitis

Wahyu Kusuma Anggraeni yang selalu mendoakan, memberikan inspirasi, dan dukungan untuk kesuksesan penulis. Terutama untuk Mbak Rora, terimakasih untuk saran dan motivasinya, semoga kita menjadi anak yang dapat membanggakan kedua orangtua di dunia dan akhirat kelak.

3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Dr. Rini, SE., Ak., M.Si selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan juga sebagai Dosen Pembimbing Skripsi I yang telah bersedia meluangkan waktu untuk


(11)

xi

berdiskusi, memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih atas ilmu, saran, dan bimbingan yang telah Ibu berikan selama ini.

5. Pak Hepi Prayudiawan, SE., Ak., MM selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Ibu Reskino, SE., Ak., M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang telah meluangkan waktu, mencurahkan perhatian dan kesabaran, membimbing dan memberikan pengarahan kepada penulis. Terima kasih atas saran yang Ibu berikan selama proses penulisan skripsi sampai terlaksananya sidang skripsi. 7. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu dan karyawan Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bantuan kepada penulis.

8. Teman-teman seperjuangan Lyta, Aya, Una, Nabila, Asad, Heru, Fauzi Raziz, Tege, Dellia, Aris, Eva, Arci, Tsaurah, Fahmi, serta teman-teman yang masih bergulat dengan skripsi yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, terimakasih banyak atas doa dan dukungannya. Ayo wisuda bareng.

9. Teman seangkatan Fadlun Usman, Via, Nila, Niday, Imma, Dinda, Destia, Isil, serta Erna dan Fauzi yang memberikan bantuan, masukan dan doa kepada penulis. Terimakasih atas dukungannya.

10. Ka Ipul, Ka Ocid, Heri, Ka Ardi, dan Ka Anna, yang telah memberikan bantuan, saran dan masukannya kepada penulis. Terimakasih atas doa dan dukungannya.

11. Teman-teman angkatan 2009 akuntansi yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu, terima kasih atas semua persahabatan, doa, dan motivasinya.

12. Lyna dan Retno, teman-teman sejak mengenal rok abu-abu, terimakasih atas doa dan dukungannya.

13. Semua pihak yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu atas bantuannya dalam terselesainya penyusunan skripsi ini. Semoga amal kebaikan kalian semua dapat dibalas oleh Allah SWT.


(12)

xii

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran, masukan, maupun kritik yang membangun dari berbagai pihak.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Jakarta, 30 Juni 2013


(13)

xiii DAFTAR ISI

Halaman Judul... i

Lembar Pengesahan Skripsi ... ii

Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif ... iii

Lembar Pengesahan Ujian Skripsi... iv

Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ... v

Daftar Riwayat Hidup ... vi

Abstract ... viii

Abstrak ... ix

Kata Pengantar ... x

Daftar Isi ... xiii

Daftar Tabel ... xvii

Daftar Gambar ... xviii

Daftar Lampiran... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 12

C. Tujuan dan Manfaat penelitian ... 12

1. Tujuan Penelitian... 12

2. Manfaat Penelitian ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 14


(14)

xiv

1. Teori Agensi ... 14

2. Peraturan Menteri Keuangan No. 17/PMK.01/2008 ... 16

3. Auditor Switching ... 17

4. Pergantian Manajemen ... 20

5. Opini Audit ... 22

6. Ukuran Perusahaan Klien ... 27

7. Perubahan Fee Audit ... 28

B. Penelitian Sebelumnya... 30

C. Kerangka Berpikir ... 35

D. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis ... 37

1. Pergantian Manajemen dengan Auditor Switching ... 37

2. Opini Audit dengan Auditor Switching ... 38

3. Ukuran Perusahaan Klien dengan Auditor Switching ... 39

4. Perubahan Fee Audit dengan Auditor Switching ... 41

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 43

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 43

B. Metode Penentuan Sampel ... 43

C. Metode Pengumpulan Data ... 44

D. Metode Analisis Data ... 44

1. Definisi Regresi Logistik ... 45

2. Tahapan Regresi Logistik ... 46

a. Statistik Deskriptif ... 46


(15)

xv

E. Operasionalisasi Variabel Penelitian ... 51

1. Variabel Dependen ... 51

2. Variabel Independen ... 52

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 57

A. Sekilas Gambaran Umum Objek penelitian ... 57

1. Deskripsi Objek Penelitian ... 57

2. Deskripsi Sampel Penelitian ... 59

B. Hasil Uji Instrumen Penelitian ... 60

1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 60

2. Hasil Uji Hipotesis Penelitian ... 62

a. Hasil Uji Keseluruhan Model (Overall Model Fit) ... 62

b. Hasil Uji Koefisien Determinasi (Nagelkerke R. Square) ... 64

c. Hasil Uji Kelayakan Model Regresi ... 65

d. Hasil Uji Multikolinieritas ... 66

e. Hasil Matriks Klasifikasi ... 66

f. Hasil Uji Regresi Logistik ... 67

1) Pengaruh Pergantian Manajemen (CEO) terhadap Auditor Switching (CHANGES) ... 69

2) Pengaruh Opini Audit (OPINI) terhadap Auditor Switching (CHANGES) ...70

3) Pengaruh Ukuran Perusahaan Klien (LnTA) terhadap Auditor Switching (CHANGES) ... 72


(16)

xvi

4) Pengaruh Perubahan Fee Audit (FEE) terhadap Auditor

Switching (CHANGES) ... 73

BAB V PENUTUP ... 76

A. Kesimpulan ... 76

B. Implikasi ... 77

C. Keterbatasan ... 79

D. Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 82


(17)

xvii

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Halaman

1.1 Kasus ... 8

2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu ... 31

3.1 Operasionalisasi Variabel dan Pengukurannya ... 54

4.1 Tahapan Seleksi Sampel dengan Kriteria ... 58

4.2 Sampel Penelitian ... 59

4.3 Statistik Deskriptif ... 61

4.4 Menilai Keseluruhan Model ... 63

4.5 Koefisien Determinasi ... 65

4.6 Menguji Kelayakan Model Regresi ... 65

4.7 Hasil Uji Multikolinieritas ... 66

4.8 Matriks Klasifikasi ... 67

4.9 Hasil Uji Koefisien Regresi Logistik ... 68


(18)

xviii

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Halaman


(19)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

No. Keterangan Halaman

1 Data Sampel………... 87 2 Hasil Output SPSS... 102


(20)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Laporan keuangan adalah alat utama untuk menginformasikan informasi keuangan perusahaan kepada pihak luar suatu badan usaha. Laporan ini menampilkan sejarah, kejadian, maupun peristiwa dalam perusahaan yang dikuantifikasi dalam nilai moneter. Menurut PSAK nomor 1 (revisi 2009), laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, dan perubahan posisi keuangan suatu entitas yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan dan sebagai pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya oleh para pemegang saham.

Perusahaan yang terkena kewajiban untuk menyampaikan laporan keuangan tahunan merupakan perusahaan yang telah memenuhi kriteria berikut, yaitu merupakan bentuk usaha, melakukan kegiatan secara tetap dan terus menerus, bertujuan mencari untung/laba, diselenggarakan oleh perseorangan atau badan, serta didirikan dan berkedudukan di wilayah Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1998 menyebutkan bahwa laporan keuangan tahunan yang telah diaudit oleh akuntan publik harus disampaikan oleh perusahaan


(21)

2 yang merupakan perseroan terbuka, bidang usaha perseroan berkaitan dengan pengerahan dana masyarakat, perseroan mengeluarkan surat pengakuan utang, serta memiliki jumlah aktiva paling sedikit Rp 50.000.000.000. Pelaporan keuangan ini diperkuat dengan adanya Pasal 66 ayat (4) Undang-Undang Republik Indonesia No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT) yang mengsyaratkan keharusan bagi perseroan yang bidang usahanya berkaitan dengan pengerahan dana masyarakat, mengeluarkan surat pengakuan hutang, atau merupakan perseroan terbatas terbuka, untuk menyerahkan perhitungan tahunan perseroan kepada akuntan publik untuk diperiksa, sebelum perhitungan tahunan tersebut disetujui oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Perusahaan dengan kriteria yang disebutkan diatas wajib menyampaikan laporan keuangan tahunan. Laporan keuangan yang disampaikan berupa laporan posisi keuangan perusahaan, laporan laba rugi, laporan perubahan modal, laporan arus kas, serta catatan atas laporan keuangan.

Informasi keuangan yang asimetris atau informasi keuangan yang salah berpotensi menimbulkan konflik kepentingan antar pihak manajemen perusahaan dengan pihak pengguna laporan keuangan yang berasal dari luar perusahaan. Audit yang dilakukan oleh pihak ketiga yang independen (KAP) terhadap laporan keuangan dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan seperti yang dilaporkan oleh pihak manajemen serta dapat meningkatkan kualitas informasi keuangan tersebut sehingga investor akan mendapatkan nilai dari perdagangan sekuritas yang dilakukannya.


(22)

3 Menurut Boynton (2008:19), auditor independen di Amerika biasa disebut dengan Certified Public Accountant (CPA) bertindak sebagai praktisi perseorangan ataupun anggota kantor akuntan publik yang memberikan jasa auditing professional kepada klien. Menurut Agoes (2004), akuntan publik adalah akuntan yang memiliki izin dari menteri keuangan atau pejabat yang berwenang lainnya untuk menjalankan praktik akuntan publik. Sedangkan menurut penulis, akuntan publik adalah badan ataupun perseorangan yang telah mendapat izin dari menteri keuangan Republik Indonesia untuk memberikan assurance services dan jasa atestasi terhadap laporan keuangan suatu perusahaan, serta dapat memberikan jasa non-atestasi seperti jasa kompilasi, jasa konsultasi, dan jasa-jasa lainnya yang berhubungan dengan akuntansi dan keuangan.

Pentingnya peran akuntan publik membuat kebutuhan akan jasa dari akuntan publik semakin banyak dibutuhkan, terlebih lagi dengan berkembangnya perusahaan publik. Meningkatnya kebutuhan jasa audit berpengaruh terhadap perkembangan profesi akuntan publik di Indonesia. Bertambahnya jumlah kantor akuntan publik (untuk selanjutnya disebut KAP) yang beroperasi dapat menimbulkan persaingan antara KAP yang satu dengan lainnya, sehingga memungkinkan perusahaan untuk berpindah dari satu KAP ke KAP lain (Damayanti dan sudarma, 2007:2).

Masa perikatan audit yang lama menyebabkan perusahaan merasa nyaman dengan hubungan yang terjalin selama ini antara auditor (KAP) dengan pihak manajemen perusahaan, yang akan mencapai tahap dimana auditor akan terikat secara


(23)

4 emosional dan mengancam independensinya. Giri (2010:5) juga menyatakan bahwa hubungan dalam waktu yang lama antara auditor dan klien akan menyebabkan kualitas dan kompetensi kerja auditor cenderung menurun dari waktu ke waktu. Hubungan yang semakin dekat antara auditor dan manajemen dapat menyebabkan auditor lebih mempercayai klien dalam mengaudit sehingga menurunkan kualitas auditnya. Disamping itu, dengan adanya hubungan yang semakin dekat tersebut membuat auditor lebih mengidentifikasikan dirinya dengan kepentingan manajemen daripada dengan kepentingan publik.

Dalam melaksanakan tugasnya, auditor mengalami peran konflik yang substansial karena mereka harus menjaga profesionalisme dan pada saat yang sama mempertimbangkan harapan manajer. Mautz dan Sharaf (1961) dalam Nasser, et al. (2006) percaya bahwa hubungan yang panjang bisa menyebabkan auditor memiliki kecenderungan kehilangan independensinya. Auditor yang memiliki hubungan yang lama dengan klien diyakini akan membawa konsekuensi ketergantungan tinggi atau ikatan ekonomik yang kuat antara auditor terhadap klien. Semakin tinggi keterikatan auditor secara ekonomik dengan klien, makin tinggi kemungkinan auditor membiarkan klien untuk memilih metode akuntansi yang ekstrim.

Dalam entitas atau perusahaan go public, manajemen memiliki peranan penting dalam memilih KAP yang akan mengaudit perusahaan tersebut. Pihak manajemen ingin mempengaruhi keputusan pemilihan auditor untuk kepentingan mereka sendiri (Williams, 1998 dalam Chadegani et al., 2011:161). Dengan adanya


(24)

5 pergantian manajemen, manajemen yang baru akan memilih auditor yang dapat mengakomodasi pilihan mereka dalam kebijakan akuntansi (Schwartz dan Menon, 1985 dalam Chadegani et al., 2011:161).

Krishnan dan Ye (2005) dalam Damayanti dan Sudarma (2007:6) menyatakan bahwa penunjukan KAP oleh perusahaan, yang diwakili oleh pemegang saham, berhubungan dengan total fees yang mereka bayarkan. Untuk KAP yang berukuran besar, seperti KAP yang berafiliasi dengan big four, besarnya fee audit yang ditetapkan tentunya menyesuaikan dengan nama besar serta image dari KAP tersebut. Banyak ditemukan perusahaan yang melakukan perpindahan KAP, baik dari KAP yang berafiliasi dengan the big four ke KAP yang tidak berafiliasi dengan the big four dan sebaliknya. Pergantian kelas KAP ini dirasa perlu dilakukan oleh perusahaan karena dapat memperkecil fee audit. Perusahaan dapat menyesuaikan KAP yang dipilih dengan fee audit yang dapat dibayar oleh perusahaan pada KAP tersebut.

Timbulnya kajian mengenai masalah pergantian auditor ini berawal dari terbongkarnya kasus enron ke ranah publik pada Desember 2001, dimana KAP nya yang merupakan salah satu dari anggota KAP big five saat itu yakni Arthur Andersen gagal mempertahankan independensinya dalam mengaudit kliennya, Enron. Akibat dari kasus ini, lahirlah The Sarbanes-Oxley Act (SOX) tahun 2002 sebagai solusi dari skandal perusahaan besar yang terjadi di Amerika. Di Indonesia, PT. Kimia Farma Tbk. sempat tidak mendapatkan kepercayaan dari para pemegang sahamnya sendiri yang disebabkan penyajian penjualan yang overstated yang tidak mampu dideteksi


(25)

6 oleh KAP Hans Tuanakotta dn Mustofa. The Sarbanes-Oxley Act (SOX) tahun 2002 merupakan pesan yang digunakan oleh banyak negara untuk memperbaiki struktur pengawasan terhadap KAP dengan menerapkan rotasi KAP maupun auditor.

Menindaklanjuti The Sarbanes-Oxley Act (SOX) tahun 2002, Pemerintah Indonesia, melalui Menteri Keuangan (KMK 423/KMK.06/2002 dan KMK 359/KMK.06/2003), mengharuskan perusahaan mengganti auditor yang telah mendapat penugasan audit lima tahun berturut-turut. Perusahaan harus telah menggantinya setelah tahun buku 2003 jika sebelumnya belum mengganti auditor selama lima tahun (belakangan, tahun 2008 batasan itu dirubah menjadi enam tahun, PMK 17/PMK.01/2008). Konkretnya, jika sebuah perusahaan telah menunjuk satu auditor yang sama sejak tahun 1999, maka pada tahun 2004 mereka harus mengganti auditornya dengan auditor yang lain. Menurut (Prastiwi dan Wilsya, 2009), manfaat lain adanya rotasi KAP adalah meningkatkan lingkungan kompetitif audit akibat meningkatnya kebutuhan akan jasa audit pada perusahaan-perusahaan go public maupun yang non-go public, dan mengurangi biaya audit. Perusahaan mempunyai banyak pilihan KAP mana yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan, juga adanya pilihan biaya audit (mencari KAP dengan audit fee yang lebih murah). Selain memiliki manfaat, rotasi KAP juga memiliki beberapa kelemahan (Petty dan Cuganesan, 1996 dalam Prastiwi dan Wilsya, 2009:63), yaitu (1) Hubungan baik antara auditor dan klien berakhir secara “premature” akibat adanya pergantian auditor secara mandatory, (2) Kemungkinan kehilangan kualitas kerja, (3) Meningkatnya


(26)

7 audit fees, (4) Rotasi KAP yang berakibat pada meningkatnya persaingan diantara KAP dapat juga mengakibatkan solidaritas profesional yang rendah. Keadaan posisi keuangan mungkin juga menjadi faktor dalam proses pergantian auditor.

Hubungan berakhir secara premature yang disebabkan adanya kewajiban untuk mengganti auditor setelah jangka waktu tertentu berarti klien harus mencari KAP lain yang sesuai dengan kebijakan akuntansi dan manajemen perusahaan. Klien juga dapat kehilangan kualitas kerja dengan mengganti auditornya karena KAP baru belum tentu memahami entitas bisnis dengan lebih baik dibanding dengan KAP yang lama. Disamping itu, pergantian auditor akan membuat perusahaan mengeluarkan biaya awal audit (start fee audit) yang lebih besar untuk pelaksanaan jasa audit dari KAP baru. Rotasi KAP juga akan menyebabkan solidaritas profesional antar KAP rendah yang disebabkan oleh tingkat persaingan yang tinggi untuk mendapatkan klien.


(27)

8 Berikut merupakan kasus-kasus perusahaan yang memiliki hubungan yang panjang dengan auditornya yang disajikan pada tabel 1.1 ini:

Tabel 1.1 Kasus

No. Nama Perusahaan Kasus

1 Enron Corporation Diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Arthur Andersen selama 16 tahun sejak 1985, yang menyebabkan tidak independensinya Kantor Akuntan Publik tersebut karena Arthur juga menyediakan jasa non-audit bagi Enron. Banyak pihak berpendapat bahwa hal ini disebabkan akibat adanya hubungan kerja yang panjang antara KAP dan klien yang memungkinkan menciptakan suatu resiko excessive familiarity (berlebihnya keakraban) yang dapat mempengaruhi obyektivitas dan independensi KAP. 2 PT BAT Indonesia PT BAT Indonesia hanya memiliki satu auditor yaitu

kantor akuntan yang sama dengan yang berafiliasi ke PWC (Price Waterhouse Coopers) sekarang ini, walaupun KAP tersebut telah berganti nama beberapa kali sejak tahun 1979 hingga 2004. Artinya, selama 25 tahun mereka tidak pernah mengganti auditor.

3 PT Aqua Golden Mississippi

Tahun 1989-2001 (13 tahun) Aqua diaudit oleh KAP Utomo dan KAP Prasetio Utomo dimana kedua KAP ini merupakan KAP yang sama. Tahun 2002 mereka pindah ke KAP Prasetio, Sarwoko, dan Sanjaya. KAP ini adalah kelanjutan dari KAP Prasetio Utomo yang bubar dan menggabungkan diri ke KAP Sarwoko dan Sanjaya. Sebagian orang berpendapat bahwa KAP yang baru ini (yang berafiliasi ke Ernst & Young) adalah kelanjutan dari KAP yang pertama (Arthur Andersen). Sehingga, bisa dikatakan bahwa selama 14 tahun PT Aqua diaudit oleh satu KAP.


(28)

9 Penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Chadegani, et.al., (2011) yang menguji 6 faktor (opini audit, kualitas audit, perubahan fee audit, pergantian manajemen, financial distress, dan ukuran perusahaan klien) yang dianggap berpengaruh terhadap auditor switching di Tehran Stock Exchange, dan hasilnya menunjukkan bahwa hanya kualitas audit yang berpengaruh secara signifikan terhadap auditor switching.

Penelitian yang dilakukan oleh Sulistiarini dan Sudarno (2012) menggunakan variabel ukuran KAP, kesulitan keuangan perusahaan, kepemilikan oleh publik, pergantian manajemen, serta pergantian komite audit terhadap auditor switching. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran KAP berpengaruh negatif terhadap auditor switching dan pergantian manajemen berpengaruh positif terhadap auditor switching.

Penelitian yang dilakukan oleh Prastiwi dan Wilsya (2009:62) menyatakan bahwa tipe KAP dan pertumbuhan perusahaan (yang diukur dengan total asset) berpengaruh secara signifikan terhadap kemungkinan pergantian KAP. Sedangkan ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan (yang diukur dengan perubahan sales, perubahan MVE dan perubahan income) dan masalah keuangan tidak berpengaruh signifikan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi pergantian auditor di Indonesia. Kecenderungan untuk melakukan auditor switching telah ditemukan dipengaruhi oleh pergantian manajemen (Sinarwati, 2010; Wijayani, 2011).


(29)

10 Penelitian Divianto (2011) menguji ukuran KAP dan opini auditor terhadap auditor switching. Penelitian ini memberikan bukti bahwa opini audit berpengaruh terhadap auditor switching, sedangkan ukuran KAP tidak berpengaruh terhadap auditor switching.

Penelitan yang dilakukan oleh Damayanti dan Sudarma (2007) menguji pengaruh pergantian manajemen perusahaan, opini akuntan, fee audit, kesulitan keuangan perusahaan, ukuran KAP, dan persentase perubahan ROA sebagai variabel independen, terhadap perusahaan go public di Indonesia berpindah KAP sebagai variabel dependennya. Penelitian ini membuktikan bahwa fee audit memiliki pengaruh positif terhadap auditor switching dan ukuran KAP memiliki pengaruh negatif terhadap auditor switching di Indonesia.

Dalam penelitian Nasser, et al,. (2006), ukuran klien serta financial distress berpengaruh secara signifikan terhadap audit switching. Beberapa penelitian yang dilakukan menemukan bahwa perusahaan kecil yang lebih sering menerima opini wajar dengan pengecualian (qualified) dibanding dengan perusahaan besar cenderung untuk melakukan pergantian auditor (Gul et al., 1992; Krishnan et al., 1996 dalam Chadegani et al., 2011:162). Karena hasil yang berbeda-beda tersebut, peneliti akan menguji mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi auditor switching pada perusahaan real estate dan properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sebenarnya faktor apa saja yang mempengaruhi mempengaruhi auditor switching di Indonesia, mengingat beragamnya hasil dari penelitian-penelitian sebelumnya.


(30)

11 Disamping itu, auditor switching masih sangat menarik untuk diteliti karena banyaknya faktor yang dapat mempengaruhi keputusan perusahaan untuk melakukan auditor switching. Faktor tersebut dapat berasal dari klien ataupun dari auditor. Faktor penyebab pergantian auditor yang berasal dari klien, seperti adanya pergantian manajemen, initial public offering, kondisi keuangan perusahaan, dan sebagainya. Sedangkan faktor yang berasal dari auditor seperti fee audit, opini audit yang diberikan, kualitas audit, dan sebagainya.

Penelitian ini mengacu pada penelitian-penelitian sebelumnya terutama pada penelitian yang dilakukan oleh Chadegani et.al (2011) dan Divianto (2011). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu:

1. Penelitian ini menggunakan 4 variabel independen serta 1 variabel dependen, dimana variabel dependen merupakan auditor switching, sedangkan variabel independennya berupa pergantian manajemen, opini audit, ukuran perusahaan klien, serta perubahan fee audit, dimana variabel penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Divianto (2011) dimana penelitian ini menambah jumlah variabel seperti pergantian manajemen, ukuran perusahaan klien, serta perubahan fee audit.

2. Penelitian ini dilakukan di Indonesia, sedangkan pada penelitian Chadegani et.al (2011) dilakukan di Malaysia.


(31)

12 3. Penelitian ini mengambil sampel tahun penelitian yang lebih baru, yaitu dengan menggunakan laporan keuangan dari tahun 2006-2012, sedangkan penelitian Chadegani et al., (2011) mengambil sampel dari tahun 2003-2007.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis merumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut:

Apakah pergantian manajemen, opini audit, ukuran perusahaan klien, dan perubahan fee audit berpengaruh secara signifikan terhadap auditor switching?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang dan perumusan masalah, tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah untuk menguji secara empiris pengaruh pergantian manajemen, opini audit, ukuran perusahaan, dan perubahan fee audit terhadap auditor switching.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat serta berguna bagi berbagai pihak, antara lain:

a. Bagi Ilmu Pengetahuan

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan akuntansi khususnya dalam bidang auditing dengan memberikan bukti empiris mengenai pengaruh pergantian manajemen, opini audit, ukuran perusahaan klien, serta


(32)

13 perubahan fee audit terhadap auditor switching. Disamping itu, penelitian ini diharapkan dapat memperkuat temuan-temuan dari penelitian sebelumnya. b. Bagi Auditor

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi praktik bagi auditor dan untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan klien melakukan auditor switching serta sebagai referensi agar auditor dapat selalu menjaga profesionalitas serta independensinya saat melakukan hubungan kerja dengan klien.

c. Bagi Penulis

Penelitian ini dapat digunakan untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis mengenai pengaruh pergantian manajemen, opini audit, ukuran perusahaan klien, serta perubahan fee audit terhadap auditor switching sebagai kajian dalam bidang akuntansi, khususnya auditing.

d. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi bagi penelitian yang akan datang serta dapat memberikan perbandingan dalam mengadakan penelitian terkait dengan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perusahaan dalam melakukan auditor switching.


(33)

14 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori yang Berkenaan dengan Variabel yang Diambil 1. Teori Agensi

Hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa, kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agen tersebut. Penyebab timbulnya masalah agensi ini yaitu adanya konflik kepentingan antara principal dan agent, akibat tidak bertemunya tujuan yang sejalan diantara mereka. Pada saat pemegang saham (principal) menunjuk manajer (agent) sebagai pengelola dan pengambil keputusan bagi perusahaan, pada saat itulah muncul hubungan keagenan antara pemegang saham dengan manajer. Manajer mengemban tanggung jawab moral untuk mengoptimalkan kepentingan pemegang saham (principal). Namun, di sisi lain manajer juga memiliki tujuan untuk memaksimumkan kesejahteraan dan kepentingannya sehingga terdapat kemungkinan agent tidak selalu bertindak untuk kepentingan terbaik principal (Jensen dan Meckling, 1976:5).

Manajer sebagai pihak yang mengelola perusahaan, dimana ia memiliki informasi internal yang lebih banyak mengenai keadaan serta prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan dengan informasi yang dimiliki oleh


(34)

15 pemegang saham. Ketidakmampuan atau keenggsanan manajemen untuk mengoptimalkan kepentingan pemegang saham menimbulkan apa yang disebut dengan masalah keagenan (agency problem). Jensen (1986) menyatakan bahwa masalah keagenan timbul karena orang cenderung untuk mementingkan dirinya sendiri serta munculnya konflik ketika beberapa kepentingan bertemu dalam suatu aktivitas bersama.

Manajer (agent) yang memiliki informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan pemegang saham (principal) harus mengungkapkan informasi akuntansi yang memaparkan keadaan perusahaan melalui laporan keuangan. Permasalahan akan muncul saat informasi yang diterima pihak yang berkepentingan tidak sama dengan keadaan perusahaan yang sesungguhnya. Keadaan ini dikenal sebagai asimetri informasi yang terjadi karena agent lebih unggul dalam mengetahui dan memahami informasi dibanding dengan principal. Principal menginginkan pengembalian secepatnya serta menguntungkan atas investasi yang telah dilakukannya terhadap perusahaan. Sedangkan agent memiliki tujuan untuk memperoleh kesempatan menerima bonus dan insentif yang lebih besar atas pencapaian kinerjanya.

Penilaian prestasi agent dinilai oleh principal berdasarkan kemampuan agent memperbesar keuntungan yang akan dibagikan pada pembagian dividen. Semakin tinggi keuntungan yang diperoleh perusahaan, maka agent dianggap sukses sehingga dapat memperoleh bonus dan insentif yang lebih besar. Oleh


(35)

16 karena itu, agent berusaha untuk memenuhi tuntutan principal untuk memperoleh insentif yang memadai. Jika tidak dilakukan pengawasan yang cukup, agent bisa melakukan berbagai cara sehingga seolah-olah target perusahaan tercapai. Agent dapat melakukan perubahan-perubahan di beberapa kondisi perusahaan untuk membuat laba yang seolah-olah naik, padahal pada kenyataannya perusahaan merugi ataupun mengalami penurunan laba.

Bukti teoritis mengenai pergantian auditor didasarkan pada teori agensi. (Sulistiarini dan Sudarno, 2012:2). Baik principal maupun agent ingin mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya serta ingin terhindar dari resiko yang mungkin terjadi dalam perusahaan. Dalam teori agensi, auditor independen berperan sebagai penengah kedua belah pihak (agent dan principal) yang berbeda kepentingan. Auditor independen juga berfungsi untuk mengurangi biaya agensi yang timbul dari perilaku mementingkan diri sendiri yang dilakukan oleh manajer. Teori ini digunakan sebagai dasar hipotesis pertama dan ketiga dimana pergantian manajemen dan ukuran perusahaan klien dapat mempengaruhi keputusan perusahaan untuk melakukan auditor switching.

2. Peraturan Menteri Keuangan No. 17/PMK.01/2008

Di Indonesia, peraturan mengenai rotasi KAP telah diterapkan dalam Keputusan Menteri Keuangan. Pasal 4 ayat 1 dan 2 UU Nomor 5 tahun 2011 tentang akuntan publik menyebutkan bahwa pemberian jasa audit oleh Akuntan Publik dan/atau KAP atas informasi keuangan historis suatu klien untuk tahun


(36)

17 buku yang berturut-turut dapat dibatasi dalam jangka waktu tertentu. Ketentuan mengenai pembatasan pemberian jasa audit atas informasi keuangan historis diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Dimulai dengan KMK No.423/KMK.06/2002 yang kemudian diamandemen menjadi KMK No.359/KMK.06/2003. Aturan tersebut disempurnakan dengan dikeluarkannya PMK No.17/PMK.01/2008. Dalam pasal 3 ayat 1 Peraturan Menteri Keuangan tahun 2008 disebutkan bahwa pemberian jasa audit umum dalam suatu entitas dilakukan oleh KAP paling lama enam tahun berturut-turut dan oleh seorang akuntan publik paling lama tiga tahun buku berturut-turut pada satu klien yang sama. Disamping itu, dalam pasal 3 ayat 2 dan 3 diatur bahwa akuntan publik dan kantor akuntan dapat menerima kembali penugasan audit setelah satu tahun buku tidak memberikan jasa audit kepada klien yang seperti yang disebutkan di atas.

Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 359/KMK.06/2003 dan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008 tentang “Jasa Akuntan Publik” merupakan dasar yang digunakan dalam penelitian karena periode waktu penelitian ini adalah tahun 2006-2012.

3. Auditor Switching

Auditor switching merupakan perilaku yang dilakukan oleh perusahaan untuk berpindah auditor. Hal itu muncul karena adanya kewajiban rotasi audit.


(37)

18 Berdasarkan bukti teoritis, dengan adanya rotasi auditor mengakibatkan masa perikatan audit (audit tenure) yang lebih pendek dan perusahaan akan melakukan perpindahan auditor (Nasser et al, 2006:4). Dalam menerima suatu perikatan, seorang auditor memiliki tanggung jawab profesional terhadap masyarakat, klien, dan anggota profesi akuntan publik lainnya. Oleh karena itu, keputusan untuk menerima klien audit baru atau melanjutkan hubungan dengan klien yang telah ada tidak boleh dianggap remeh.

Auditor perlu memperhatikan dengan cermat setiap penugasan audit terutama audit atas klien baru. Klien baru ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu (1) klien yang sama sekali belum pernah diaudit dan (2) klien pindahan dari KAP lain. Auditor harus memahami terlebih dahulu latar belakang serta informasi-informasi yang berhubungan dengan entitas bisnis klien untuk memperoleh pemahaman yang memadai sebelum menandatangani kontrak penugasan audit.

Pemerintah Indonesia melalui Keputusan Menteri Keuangan No.423/KMK.06/2002 yang diubah menjadi Keputusan Menteri Keuangan No.359/KMK.06/2003 mengharuskan agar perusahaan mengganti KAP yang telah mendapat penugasan audit selama lima tahun berturut-turut. Perusahaan yang mengganti KAP-nya yang sudah mengaudit selama lima tahun tidak akan menimbulkan pertanyaan karena perpindahan auditor bersifat mandatory. Peraturan tersebut diperbarui dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008 tentang “Jasa Akuntan Publik” pasal


(38)

19 3. Peraturan ini mengatur tentang pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dilakukan oleh KAP paling lama untuk enam tahun buku berturu-turut dan oleh seorang akuntan publik paling lama untuk tiga tahun buku berturut-turut.

Pergantian auditor secara wajib dengan secara sukarela bisa dibedakan atas dasar pihak mana yang menjadi fokus perhatian dari isu independensi auditor. Jika pergantian auditor terjadi secara sukarela, maka perhatian utama adalah pada sisi klien. Sebaliknya, jika pergantian terjadi secara wajib, perhatian utama beralih kepada auditor (Febrianto, 2009). Perhatian pada sisi klien seperti kesulitan keuangan perusahaan, manajemen yang gagal, perubahan kepemilikan/ownership, initial public offering, ukuran perusahaan klien, dan sebagainya. Perhatian dari sisi auditor seperti fee audit, kualitas audit, opini audit, dan sebagainya.

Perusahaan yang mengganti auditor akan mengeluarkan biaya yang seharusnya tidak perlu dikeluarkan apabila dia tetap menggunakan auditor yang sama. Contohnya, auditor yang baru ditugaskan atas perusahaan klien, hal pertama yang harus dilakukan adalah memahami lingkungan kerja klien dan menentukan resiko audit. Bagi auditor yang sama sekali belum mengerti dengan keadaan tersebut, maka auditor akan memerlukan biaya awal (start-up) yang lebih tinggi, yang akhirnya dapat menaikkan fee audit. Selain itu, auditor yang menjalankan tugasnya ditahun awal terbukti memiliki kemungkinan kekeliruan yang tinggi (Pratitis, 2012:28).


(39)

20 Akibat lain dari adanya rotasi auditor yang terlalu sering adalah dari sisi klien, yaitu auditor yang melaksanakan tugas audit di perusahaan klien di tahun pertama sedikit banyak akan mengganggu kenyamanan kerja karyawan, dengan bertanya semua persoalan tentang perusahaan yang seharusnya tidak dilakukan apabila auditor tidak berganti. American Institute of Certified Public Accountans (AICPA) menyatakan bahwa kelemahan dari rotasi auditor adalah bahwa pengetahuan yang diperoleh selama meningkatkan kualitas pekerjaan audit akan sia-sia dengan pengangkatan auditor baru, dengan kata lain kualitas audit akan menurun.

Klien mengganti auditornya ketika tidak ada aturan yang mengharuskan pergantian dilakukan, yang terjadi adalah salah satu dari dua hal yaitu auditor mengundurkan diri atau auditor diberhentikan oleh klien. Manapun di antara keduanya yang terjadi, perhatian adalah pada alasan mengapa peristiwa itu terjadi dan ke auditor mana klien tersebut akan berpindah. Jika alasan pergantian tersebut adalah karena ketidaksepakatan atas praktik akuntansi tertentu, maka diekspektasi klien akan pindah ke auditor yang dapat bersepakat dengan klien.

4. Pergantian Manajemen

Teori yang berkaitan dengan pergantian manajemen adalah teori agensi yang dikemukakan oleh Anthony dan Govindarajan (2002), yang menyatakan bahwa hubungan agensi ada ketika salah satu pihak (principle) menyewa pihak lain (agent) untuk melaksanakan suatu jasa dan dalam melakukan hal itu,


(40)

21 mendelegasikan wewenang untuk membuat keputusan kepada agen tersebut. Hubungan antara auditor dengan klien merupakan hubungan timbal balik, dimana klien menyewa jasa auditor untuk mengaudit laporan keuangannya sehingga laporan tersebut dapat diandalkan dan relevan sehingga dapat menarik investor, sedangkan auditor harus secara professional dalam mengaudit laporan keuangan klien serta mengungkapkan secara transparan dan objektif. Jika manajemen menilai auditor tidak kompeten dalam melaksanakan tugasnya, tentu akan membuat manajemen berpikir untuk melakukan auditor switching.

Pergantian manajemen dalam suatu perusahaan memungkinkan manajer yang baru untuk memilih auditor yang memiliki hubungan baik dengan perusahaan ataupun memilih auditor yang dapat menghormati pilihan-pilihan serta kebijakan akuntansi mereka (Schwartz dan Menon, 1985, dalam Chadegani et.al, 2011:161). Menurut Damayanti dan Sudarma (2007:9), pergantian manajemen merupakan pergantian direksi perusahaan yang dapat disebabkan karena keputusan rapat umum pemegang saham atau direksi berhenti karena kemauan sendiri. Adanya manajemen yang baru mungkin juga diikuti oleh perubahan kebijakan dalam bidang akutansi, keuangan, dan pemilihan KAP. Disini manajer yang baru membutuhkan auditor yang mampu memenuhi tuntutan pertumbuhan perusahaan yang cepat.


(41)

22 5. Opini Audit

Opini yang terdapat dalam laporan audit sangat penting sekali dalam proses audit atapun proses atestasi lainnya karena opini tersebut merupakan informasi utama yang dapat diinformasikan kepada pemakai informasi tentang apa yang dilakukan auditor dan kesimpulan yang diperolehnya. Pemberian opini audit dilakukan oleh auditor melalui beberapa tahap proses audit sehingga auditor dapat memberikan kesimpulan atas opini yang harus diberikan terhadap laporan kuangan klien yang telah diaudit.

Berdasarkan standar profesional akuntan publik seksi 508, pendapat auditor dikelompokkan ke dalam lima tipe, yaitu :

a. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified)

Pendapat ini dikeluarkan auditor jika tidak adanya pembatasan terhadap auditor dalam lingkup audit dan tidak ada pengecualian yang signifikan mengenai kewajaran, tidak menemukan adanya kesalahan material atau penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, serta penerapan standar akutansi keuangan dalam laporan keuangan disertai dengan pengungkapan yang memadai dalam laporan keuangan. Laporan audit tipe ini merupakan laporan yang paling diharapkan dan dibutuhkan oleh semua pihak, baik oleh klien maupun oleh pihak-pihak berkepentingan lainnya.

Arens et. al., (2004:27) menyatakan bahwa terdapat beberapa kondisi laporan keuangan yang harus dipenuhi untuk menilai laporan keuangan yang


(42)

23 dianggap menyajikan secara wajar kepada posisi keuangan dan hasil suatu organisasi agar sesuai dengan standar akuntansi keuangan yaitu:

1) Standar akuntansi keuangan digunakan sebagai pedoman untuk menyusun laporan keuangan,

2) Perubahan standar akuntansi keuangan dari periode ke periode telah cukup dijelaskan,

3) Informasi dalam catatan-catatan yang mendukungnya telah digambarkan dan dijelaskan dengan cukup dalam laporan keuangan, sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku.

Pendapat wajar tanpa pengecualian ini dikeluarkan jika semua laporan keuangan (neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, serta catatan atas laporan keuangan) telah lengkap diberikan dan tidak ada keadaan yang mengharuskan auditor untuk menambah paragraf penjelas atau modifikasi kata-kata dalam laporan audit. Dengan mengeluarkan pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified), auditor menyatakan bahwa laporan keuangan klien disajikan secara wajar dalam semua hal material sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia.

b. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan Paragraf Penjelas (Unqualified Opinion with Explanatory Paragraph)

Suatu paragraf penjelas dalam laporan audit diberikan oleh auditor dalam keadaan tertentu yang mungkin mengharuskannya melakukan hal


(43)

24 tersebut, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan. Keadaan yang menjadi penyebab utama ditambahkannya suatu kalimat penjelas atau modifikasi kata-kata dalam laporan audit baku adalah:

1) Ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi berterima umum, 2) Keraguan besar tentang kelangsungan hidup entitas,

3) Auditor setuju dengan suatu penyimpangan dari prinsip akuntansi yang dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan,

4) Penekanan atas suatu hal,

5) Di antara dua periode akuntansi terdapat suatu perubahan material dalam penggunaan prinsip akuntansi atau dalam metode penerapannya,

6) Pendapat wajar sebagian didasarkan pada laporan audit yang melibatkan auditor lain.

Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelas diberikan ketika auditor merasa perlu memberikan informasi tambahan mengenai laporan keuangan yang disajikan klien. Meskipun suatu proses audit telah dilaksanakan dengan hasil yang memuaskan serta laporan keuangan telah disajikan secara wajar, jika auditor merasa perlu untuk memberikan informasi tambahan, maka dikeluarkanlah pendapat wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelas.


(44)

25 c. Pendapat Wajar dengan Pengecualian (Qualified)

Ada beberapa kondisi yang mengharuskan seorang auditor memberikan pendapat wajar dengan pengecualian, diantaranya yaitu:

1) Klien membatasi ruang lingkup audit,

2) Kondisi-kondisi yang ada diluar kekuasaan klien ataupun auditor menyebabkan auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting, 3) Laporan keuangan tidak disusun berdasarkan standar akuntansi keuangan, 4) Ketidakkonsistenan penerapan standar akuntansi keuangan yang

digunakan dalam menyusun laporan keuangan.

Auditor menyimpulkan bahwa keseluruhan laporan keuangan memang telah disajikan secara wajar, tetapi lingkup audit telah dibatasi secara material atau terjadi penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum pada saat penyiapan laporan keuangan. Dengan adanya kondisi-kondisi tersebut, auditor dapat mengeluarkan pendapat wajar dengan pengecualian (qualified). d. Pendapat tidak Wajar (Adverse)

Pendapat ini merupakan kebalikan dari pendapat wajar tanpa pengecualian. Auditor memberikan pendapat tidak wajar jika laporan keuangan klien tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan arus kas perusahaan klien. Hal ini disebabkan karena laporan keuangan tidak disusun berdasar standar akuntansi keuangan.


(45)

26 Selain itu, pendapat tidak wajar disebabkan karena ruang lingkup auditor dibatasi sehingga bukti kompeten yang cukup untuk mendukung pendapatnya tidak dapat dikumpulkan. Jika laporan keuangan diberi pendapat tidak wajar oleh auditor maka informasi yang disajikan klien dalam laporan keuangan sama sekali tidak dapat dipercaya, sehingga tidak dapat dipakai oleh pemakai informasi keuangan untuk pengambilan keputusan.

e. Pernyataan tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer)

Jika auditor tidak memberikan pendapat atas objek audit, maka laporan ini disebut laporan tanpa pendapat (disclaimer). Hal ini disebabkan beberapa kondisi, yaitu adanya pembatasan yang sifatnya luar biasa terhadap lingkungan auditnya, kemudian karena auditor dan manajemen tidak mencapai kata sepakat dalam aspek kinerja, maka kondisi ini dapat menyebabkan auditor untuk memberikan opini disclaimer.

Perbedaan antara pernyataan tidak memberikan pendapat dengan pendapat tidak wajar adalah pendapat tidak wajar ini diberikan dalam keadaan auditor mengetahui adanya ketidakwajaran dalam laporan keuangan klien, sedangkan auditor menyatakan tidak memberikan pendapat (disclaimer) karena ia tidak cukup memperoleh bukti atau kurang memiliki pengetahuan mengenai kewajaran laporan keuangan auditan atau karena adanya ketidaktercapaian kata sepakat dengan klien.


(46)

27 6. Ukuran Perusahaan Klien

Variabel ini menunjukkan besar kecilnya perusahaan klien. Ukuran perusahaan dapat diukur dengan menggunakan total aktiva, nilai pasar saham, nilai penjualan, dan lain-lain. Umumnya, perusahaan dikategorikan menjadi tiga kelompok berdasarkan total aset perusahaan, yaitu perusahaan besar, perusahaan menengah, dan perusahaan kecil. Menurut Machfoedz (1994) dalam Febrianty (2011:297) mengemukakan bahwa penentuan perusahaan ini didasarkan pada total aset perusahaan. Berikut disajikan kategori ukuran perusahaan:

a. Perusahaan Besar

Perusahaan besar adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp 10 Milyar termasuk tanah dan bangunan. Memiliki penjualan lebih dari Rp 50 Milyar/tahun.

b. Perusahaan Menengah

Perusahaan menengah adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih Rp 1-10 Milyar termasuk tanah dan bangunan. Memiliki hasil penjualan lebih besar dari Rp 1 Milyar dan kurang dari Rp 50 Milyar/tahun.

c. Perusahaan Kecil

Perusahaan kecil adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200 juta tidak termasuk tanah dan bangunan dan memiliki hasil penjualan minimal Rp 1 Milyar/tahun.


(47)

28 Selain itu, ukuran perusahaan yang didasarkan pada total aset diatur dengan ketentuan BAPEPAM No. 11/PM/1997, yang menyatakan bahwa: “Perusahaan menengah atau kecil adalah perusahaan yang memiliki jumlah total aset tidak lebih dari 100 milyar rupiah”. Ukuran perusahaan dalam penelitian ini dilihat berdasarkan besarnya total aset yang dimiliki perusahaan karena nilai aktiva relatif lebih stabil dibandingkan dengan nilai kapitalisasi pasar dan penjualan dalam mengukur ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan ini dihitung dengan menggunakan logaritma natural (Ln) dari total aktiva. Semakin besar total aset yang dimiliki perusahaan, semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut. 7. Perubahan Fee Audit

Fee audit adalah honorarium atau upah yang dibebankan oleh akuntan publik kepada perusahaan auditee atas jasa audit yang dilakukan akuntan publik terhadap laporan keuangan. Fee audit merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam penerimaan penugasan audit. Besarnya fee anggota dapat bervariasi tergantung oleh risiko penugasan, kompleksitas jasa yang diberikan, tingkat keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan jasa tersebut, struktur biaya KAP yang bersangkutan, dan pertimbangan profesional lainnya. Anggota KAP tidak diperkenankan mendapatkan klien dengan cara menawarkan fee yang dapat merusak citra profesi. Masyarakat pada umumnya cenderung mengasosiasikan harga yang mahal sebanding dengan kualitas yang didapatkan, dan sebaliknya.


(48)

29 Menurut Halim (2008:36), ada beberapa cara dalam penentuan atau penetapan fee audit antara lain: (1) per diem basis, (2) flat atau kontrakbasis dan (3) maksimum fee basis. Penjelasannya adalah sebagai berikut:

a. Per diem basis

Pada cara ini fee audit ditentukan dengan dasar waktu yang digunakan oleh tim auditor. Pertama kali audit fee per jam ditentukan, kemudian dikalikan dengan jumlah waktu atau jam yang dihabiskan oleh tim. Tarif fee auditper jam untuk tiap tingkatan staf tertentu dapat berbeda-beda.

b. Flat atau Kontrak basis

Pada cara ini audit fee dihitung sekaligus secara borongan tanpa memperhatikan waktu audit yang dihabiskan. Yang penting pekerjaan terselesaikan sesuai dengan aturan atau perjanjian.

c. Maksimum fee basis

Cara ini menggunakan gabungan dari kedua cara diatas. Pertama kali tentukan tarif per jam, kemudian dikalikan dengan jumlah waktu tertentu tetapi dengan batasan maksimum. Hal ini dilakukan agar auditor tidak mengulur-ulur waktu sehingga menambah jam atau waktu kerja.

Seorang auditor tentunya bekerja untuk memperoleh penghasilan yang memadai. Oleh sebab itu, penentuan fee audit harus disepakati bersama baik oleh klien maupun auditor tersebut. Pengurangan fee audit telah diidentifikasi dalam penelitian sebelumnya sebagai alasan utama dalam auditor switching.


(49)

30 Eichenseher dan Shields (1983) dalam Chadegani et.al (2011:163) menemukan bahwa fee audit dan hubungan kerja yang baik merupakan dua faktor penting yang dapat mempengaruhi keputusan pemilihan auditor yang dilakukan perusahaan. Perusahaan tentunya dihadapkan dengan persoalan-persoalan baru yang muncul setiap waktu yang dapat memicu kenaikan dalam fee audit.

Ketika fee audit melampaui batas toleransi yang ditetapkan perusahaan, perusahaan akan mencari auditor dengan penawaran fee audit yang lebih rendah meskipun mereka harus melepas auditor yang biasa mereka gunakan untuk mengaudit laporan keuangan perusahaan. Saat manajer merasa tidak nyaman dengan fee audit yang mereka bayarkan, mereka akan mencoba untuk melakukan auditor switching sehingga dapat menemukan penawaran yang lebih baik dengan fee audit yang mereka tawarkan.

B. Penelitian Sebelumnya

Adapun hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat pada tabel 2.1.


(50)

31 Tabel 2.1

Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

Pergantian Manajemen (X1), Opini Audit (X2), Ukuran Perusahaan Klien (X3),

Perubahan Fee Audit (X4), Auditor Swtiching (Y)

No Judul & Peneliti Metodologi Hasil X1 X2 X3 X4 Y

1 The Determinant Factors of Auditor Switch among Companies Listed on Tehran Stock Exchange (Arezoo A.Chadegani, Zakiah M.Mohamed, dan Azam Jari, 2011)

 Jenis data: Sekunder  Responden: 182

perusahaan yang terdaftar di Tehran Stock

Exchange

 Metode analisis data: Metode regresi logistik  Variabel lain: qualified audit opinion, ukuran KAP, dan financial distress. Ukuran KAP berpengaruh signifikan terhadap auditor switching √ - √ √ √

2 Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Pergantian Auditor: Studi Empiris Perusahaan Publik di Indonesia (Andri Prastiwi dan Frenawidayuarti Wilsya, 2009)

 Jenis data: Sekunder  Responden: Perusahaan

manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2002-2006

 Metode analisis data: Metode regresi logistik  Variabel lain: Masalah

keuangan perusahaan, pertumbuhan perusahaan, dan ukuran KAP

Ukuran KAP dan pertumbuhan perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap auditor switching - - √ - √


(51)

32 Tabel 2.1 (Lanjutan)

No Judul & Peneliti Metodologi Hasil X1 X2 X3 X4 Y

3 Analisis Pengaruh Opini Audit Going Concern dan Pergantian Manajemen pada Auditor Switching

(Nur Wahyuningsih dan I Ketut Suryanawa, 2012)

 Jenis data: Sekunder  Responden: Perusahaan

manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2005-2009

 Metode analisis data: Metode regresi logistik  Variabel lain: Opini audit

going concern

Hanya pergantian manajemen yang berpengaruh secara signifikan terhadap auditor switching.

√ - - - √

4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perusahaan dalam Melakukan Auditor Switch. Studi Kasus Perusahaan Manufaktur di BEI (Divianto, 2011)

 Jenis data: Sekunder  Responden:

Perusahaanmanufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2007-2009  Metode analisis data:

Metode regresi berganda  Variabel lain: Ukuran

KAP

Ukuran KAP dan opini auditor berpengaruh positif dan signifikan secara simultan terhadap auditor switching

- √ - - √


(52)

33 Tabel 2.1 (Lanjutan)

No Judul & Peneliti Metodologi Hasil X1 X2 X3 X4 Y

5 Analisis Faktor-faktor Pergantian Kantor Akuntan Publik. Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur di BEI Periode 2006-2010 (Endina Sulistiarini dan Sudarno, 2012)

 Jenis data: Sekunder  Responden: Perusahaan

manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2006-2010

 Metode analisis data: Analisis regresi logistik  Variabel lain: Ukuran

KAP, financial distress, kepemilikan publik, dan pergantian komite audit

Ukuran KAP dan pergantian manajemen berpengaruh signifikan terhadap auditor switching √ - - - √

6 Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Pergantian Auditor Oleh Klien (R.M Aloysius Pangky Wijaya, 2013)

 Jenis data: Sekunder  Responden: Perusahaan

manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2007-2010

 Metode analisis data: Analisis regresi logistik  Variabel lain: Ukuran

KAP, pertumbuhan perusahaan, financial distress, kepemilikan publik, dan peluang manipulasi income

Opini auditor, ukuran KAP, dan pertumbuhan perusahaan berpengaruh signifikan terhadap pergantian auditor √ √ - - √


(53)

34 Tabel 2.1 (Lanjutan)

No Judul & Peneliti Metodologi Hasil X1 X2 X3 X4 Y

7 Analisis Empiris Pergantian Kantor Akuntan Publik Setelah Ada Kewajiban Rotasi Audit (Andayani dan Suparlan, 2010)

 Jenis data: Sekunder  Responden: Perusahaan

non-keuangan dan

investasi yang terdaftar di BEI tahun 2006-2008  Metode analisis data:

Analisis regresi logistik  Variabel lain:

Kepemilikan

institusional, kepemilikan publik, share growth, dewan komisaris, leverage, dan ROE

Kepemilikan publik, share growth, dan ukuran perusahaan

memiliki pengaruh terhadap auditor switching.

√ - √ - √

8 Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Perusahaan Berpindah Kantor Akuntan Publik (Damayanti dan Sudarma, 2007)

 Jenis data: Sekunder  Responden: Perusahaan

go public yang terdaftar di BEJ tahun 2003-2005  Metode analisis data:

Analisis regresi logistik  Variabel lain: kesulitan

keuangan perusahaan, ukuran KAP, dan ROA

Fee audit dan Ukuran KAP berpengaruh terhadap auditor switching.


(54)

35 C. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah penting. Faktor-faktor tersebut yaitu pergantian manajemen, opini audit, ukuran perusahaan klien, dan perubahan fee audit yang dianggap dapat mempengaruhi perusahaan dalam melakukan auditor switching. Penelitian ini menguji pengaruh pergantian manajemen (X1), opini audit (X2), ukuran perusahaan klien (X3), serta perubahan fee audit (X4) terhadap auditor switching (Y).

Berdasarkan teori yang telah dikemukakan di atas, gambaran menyeluruh penelitian ini yang mengangkat tentang pengaruh yang terjadi pada pergantian KAP dapat disederhanakan dalam bentuk kerangka berpikir sebagai berikut:


(55)

36 Gambar 2.1

Skema Kerangka Pemikiran

Variabel Independen Variabel Dependen

Variabel Independen Variabel Dependen

Pergantian Manajemen

Auditor Switching Ukuran Perusahaan Klien

Opini Audit

Perubahan Fee Audit

“Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Auditor Switching”

Adanya tingkat kedekatan antara auditor dengan klien yang menyebabkan skandal akuntansi yang dilakukan oleh Akuntan Publik.

Dikeluarkannya The Sarbanes-Oxley Act tahun 2002 dan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 423/KMK.06/2002 tentang pembatasan praktik jasa akuntan

publik yang diperbaharui dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008 tentang jasa akuntan publik

Basis Teori

Metode Analisis: Regresi Logistik

Hasil Pengujian dan Pembahasan


(56)

37 D. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis

1. Pergantian Manajemen dengan Auditor Switching

Pergantian manajemen perusahaan terjadi jika perusahaan mengubah jajaran dewan direksinya. Damayanti dan Sudarma (2007:9) menyatakan bahwa pergantian manajemen merupakan pergantian direksi perusahaan yang dapat disebabkan karena keputusan rapat umum pemegang saham atau direksi berhenti karena kemauan sendiri. Apabila perusahaan mengubah dewan direksi, baik direktur maupun komisaris akan menimbulkan adanya perubahan dalam kebijakan perusahaan. Setiap manajemen memiliki gaya kepemimpinan dan tujuan masing-masing. Jadi, jika terdapat pergantian manajemen secara langsung atau tidak langsung mendorong auditor switch karena manajemen perusahaan yang baru cenderung akan mencari KAP yang sesuai dengan kebijakan-kebijakan manajemen.

Berdasarkan teori agensi yang mengasumsikan bahwa manusia itu memiliki sifat self interest, maka pihak agen lebih cenderung memilih KAP yang sesuai dengan keinginan agen. Schwartz dan Menon (1985) dalam Chadegani et.al. (2011:161), serta Wahyuningsih dan Suryanawa (2012:7) menyatakan bahwa perusahaan yang melakukan pergantian manajemen akan mengganti KAP-nya karena manajemen akan mencari KAP yang sesuai dengan keinginan perusahaan.


(57)

38 Berdasar statistik tersebut bahwa ketika terjadi pergantian CEO di dalam perusahaan, maka pihak CEO cenderung memilih KAP yang sesuai dengan keinginannya. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Zadeh dan Roohi (2010), Wijayani dan Januarti (2011), Wahyuningsih dan Suryanawa (2012), Sulistiarini dan Sudarno (2012) menemukan bukti bahwa pergantian manajemen berpengaruh secara signifikan terhadap auditor switching. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Damayanti dan Sudarma (2007) serta Chadegani et al., (2011) tidak menemukan pengaruh yang signikan antara pergantian manajemen dengan auditor switching. Berdasarkan hasil yang berbeda-beda tersebut, maka dirumuskan hipotesa sebagai berikut:

Ha1: Pergantian manajemen berpengaruh positif terhadap auditor switching. 2. Opini Audit dengan Auditor Switching

Setelah mengaudit laporan keuangan klien, auditor memberikan opininya terhadap laporan keuangan tersebut. Opini yang diberikan oleh auditor dapat mempengaruhi pengambilan keputusan yang dilakukan oleh para pihak yang berkepentingan, misalnya investor. Investor akan merasa lebih yakin untuk menanamkan modalnya pada perusahaan yang memiliki opini WTP pada laporan keuangan.

Jika auditor tidak dapat memberikan opini wajar tanpa pengecualian (tidak dengan harapan perusahaan), perusahaan akan berpindah KAP yang mungkin dapat memberikan opini sesuai dengan yang diharapkan perusahaan


(58)

39 (Tandirerung, 2006 dalam Damayanti dan Sudarma, 2007:5). Manajemen akan memberhentikan auditornya atas opini yang tidak diharapkan perusahaan atas laporan keuangannya dan berharap untuk mendapatkan auditor yang lebih lunak/more pliable (Carcello dan Neal, 2003 dalam Damayanti dan Sudarma, 2007:5). Divianto (2011) mendapatkan bukti empiris bahwa perusahaan cenderung berpindah KAP setelah menerima qualified opinion atas laporan keuangannya. Jadi dapat disimpulkan bahwa klien yang mendapat opini audit yang tidak diharapkan atas laporan keuangannya akan cenderung mengganti KAP.

Hal ini didukung oleh penelitian Chow dan Rice (1982), Hudaib dan Cooke (2005) dan Divianto (2011) menemukan bukti empiris bahwa opini audit meningkatkan tingkat auditor switching, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Chadegani, Mohamed, dan Jari (2011) menemukan bahwa opini audit tidak berpengaruh secara signifikan pada perusahaan go public di Malaysia. Dengan adanya hasil penelitian yang beragam tersebut, maka dirumuskan hipotesa sebagai berikut:

Ha2: Opini audit berpengaruh positif terhadap auditor switching. 3. Ukuran Perusahaan Klien dengan Auditor Switching

Ukuran perusahaan klien merupakan suatu skala di mana dapat diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan yang dihubungan dengan keadaan keuangan perusahaan. Perusahaan yang besar dipercayai dapat menyelesaikan kesulitan-kesulitan keuangan yang dihadapinya daripada perusahaan kecil (Mutchler, 1985). Untuk mengukur ukuran perusahaan dapat diproyeksikan pada


(59)

40 total aset. Francis et al. (1988), Naaser et al. (2006), serta Suparlan dan Andayani (2010) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan klien memiliki pengaruh signifikan terhadap pemilihan kantor akuntan publik. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Chadegani, Mohamed, dan Jari (2011) menemukan bahwa ukuran perusahaan klien tidak berpengaruh signifikan terhadap auditor switching.

Sinason et al., (2001:4) mengemukakan bahwa perusahaan besar mungkin memerlukan biaya awal yang lebih besar untuk auditor baru. Kenaikan biaya (baik langsung dan tidak langsung) dapat menyebabkan peningkatan hubungan auditor-klien, sehingga meningkatkan penguasaan auditor. Klien juga dikenai biaya awal saat terlibat auditor baru. Misalnya, personil klien banyak menghabiskan waktu dengan auditor baru untuk memberikan informasi mengenai bisnis klien. Hal itu menimbulkan biaya tidak langsung ketika membina hubunganbaru dengan auditor baru.

Auditee yang lebih besar, karena kompleksitas operasi mereka dan peningkatan pemisahan antara manajemen dan kepemilikan, sangat memerlukan KAP yang dapat mengurangi agency cost dan ancaman kepentingan pribadi auditor (Hudaib dan Cooke, 2005:8). Hal ini berarti, klien besar memiliki kecenderungan lebih rendah untuk berganti auditor dibandingkan klien yang kecil. Berdasarkan penemuan tersebut, dapat dirumuskan hipotesa sebagai berikut:


(60)

41 4. Perubahan Fee Audit dengan Auditor Switching

Pengurangan fee audit telah diidentifikasi dalam penelitian-penelitian sebelumnya sebagai alasan utama dalam auditor switching. Menurut Eichenseher dan Shields (1983) dalam Chadegani et al. (2011:163), fee audit dan hubungan kerja yang baik merupakan dua faktor penting yang dapat mempengaruhi keputusan pemilihan auditor yang dilakukan perusahaan. Perusahaan tentunya dihadapkan dengan persoalan-persoalan baru yang muncul setiap waktu yang dapat memicu kenaikan dalam fee audit. Ketika fee audit melampaui batas toleransi yang ditetapkan perusahaan, perusahaan akan mencari auditor dengan penawaran fee audit yang lebih rendah meskipun mereka harus melepas auditor yang biasa mereka gunakan untuk mengaudit laporan keuangan perusahaan. Saat manajer merasa tidak nyaman dengan fee audit yang mereka bayarkan, mereka akan mencoba untuk melakukan auditor switching sehingga dapat menemukan penawaran yang lebih baik dengan fee audit yang mereka tawarkan.

Auditor menetapkan fee audit yang sesuai dan wajar dengan mempertimbangkan tugas yang akan dikerjakan, apakah dalam pelaksanaannya membutuhkan biaya yang tinggi, tingkat kesulitan, serta waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proses auditnya. Tinggi rendahnya fee audit yang ditetapkan menggambarkan image kantor akuntan publik di masyarakat dan apakah auditor professional dalam bidangnya. Dorongan untuk melakukan auditor switching dapat disebabkan oleh fee audit yang terlalu tinggi yang ditawarkan oleh suatu


(61)

42 KAP terhadap suatu perusahaan sehingga tidak tercapainya kesepakatan antara perusahaan klien dengan KAP mengenai besarnya fee audit yang akan diterima oleh auditor tersebut.

Penelitian yang dilakukan oleh Chadegani, Mohamed, dan Jari (2011) menemukan bahwa perubahan fee audit tidak berpengaruh signifikan terhadap auditor switching di Malaysia. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Calderon dan Ofobike (2008), Damayanti dan Sudarma (2007), Zadeh dan Roohi (2010), Wijayanti (2010) memperoleh bukti bahwa fee audit berpengaruh secara signifikan terhadap auditor switching. Oleh karena itu, dapat dirumuskan hipotesa sebagai berikut:


(62)

43 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat kausalitas yang bertujuan untuk menjelaskan hubungan serta pengaruh antara dua atau lebih gejala atau variabel. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pergantian manajemen, opini audit, ukuran perusahaan klien, serta perubahan fee audit terhadap auditor switching dengan menggunakan data laporan keuangan perusahaan real estate dan properti yang terdaftar di BEI dengan periode 2006-2012.

B. Metode Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan real estate dan properti yang terdaftar di BEI periode 2006-2012. Penentuan populasi selama enam tahun ini berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan tentang auditor swiching yang mengatur pemberian jasa audit oleh KAP paling lama selama 6 tahun berturut-turut. Metode penentuan sampel dalam penelitian ini termasuk dalam purposive sampling karena terlebih dahulu sudah ditentukan kriteria-kriteria sampel yang akan diambil. Purposive sampling adalah teknik mengambil sampel dengan menyesuaikan diri berdasar kriteria atau tujuan tertentu (disengaja). Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat faktor-faktor yang mempengaruhi auditor switching pada perusahaan real estate dan properti yang terdaftar di BEI sehingga hanya perusahaan-perusahaan


(63)

44 yang bergerak di bidang tersebut yang dapat dijadikan sampel. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan metode purposive sampling.

C. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua cara dalam memperoleh data, yaitu:

1. Penelitian Pustaka

Peneliti memperoleh data mengenai masalah yang diteliti melalui buku, jurnal, tesis, internet, serta perangkat lain yang berkaitan dengan judul penelitian.

2. Penelitian Lapangan

Data yang digunakan merupakan data sekunder dengan mengambil data laporan keuangan perusahaan real estate dan properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2006-2012. Pertimbangan pengambilan data sekunder ini karena data sekunder lebih mudah didapat, lebih murah, dan efisien sesuai dengan bidang yang diteliti oleh penulis.

D. Metode Analisis Data

Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif dilakukan dengan cara menganalisis permasalahan yang diwujudkan dengan data yang dapat dijelaskan secara kuantitatif. Dalam penelitian ini, analisis kuantitatif dilakukan dengan cara mengkuantifikasi data-data penelitian sehingga menghasilkan informasi yang dibutuhkan dalam analisis data.


(64)

45 1. Definisi Regresi Logistik

Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi logistik (logistic regression). Alasan penggunaan alat analisis regresi logistik (logistic regression) adalah karena variabel dependen bersifat dikotomi (melakukan auditor switching dan tidak melakukan auditor switching). Ghozali (2006:333) menyatakan bahwa metode regresi logistik sebenarnya mirip dengan analisis diskriminan. Analisis ini ingin menguji apakah terjadinya variabel terikat (dependen) dapat diprediksi dengan variabel bebasnya (independen). Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang merupakan penekanan pada pengujian teori melalui pengukuran variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik.

Asumsi multivariate normal distribution tidak dapat dipenuhi karena variabel bebasnya merupakan campuran antara kontinyu (metrik) dan kategorikal (non-metrik). Menurut Ghozali (2011:333) penggunaan metode regresi tidak memerlukan asumsi normalitas pada variabel bebasnya. Artinya, variabel penjelasnya tidak harus memiliki distribusi normal, linear, maupun memiliki varian yang sama dalam setiap kelompok. Gujarati (2003) menyatakan bahwa logistic regression juga mengabaikan masalah heteroscedacity. Variabel dependen tidak memerlukan homoscedacity untuk masing-masing variabel independennya, sehingga tahapan analisis hanya akan terdiri dari penjelasan statistik deskriptif dan pengujian hipotesis penelitian.


(65)

46 2. Tahapan Regresi Logistik

Tahapan dalam analisis regresi logistik terdiri dari statistik deskriptif dan pengujian hipotesis penelitian yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan dan mendeskripsikan variabel-variabel dalam penelitian. Statistik deskriptif dalam penelitian pada dasarnya merupakan proses transformasi data penelitian dalam bentuk tabulasi sehingga mudah dipahami dan di interpretasikan. Tabulasi menyajikan ringkasan, pengaturan atau penyusunan data dalam bentuk tabel dan grafik. Statistik deskriptif umumnya digunakan oleh peneliti untuk memberikan informasi mengenai karakteristik variabel penelitian yang utama.

Penelitian statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskriptif suatu data yang dapat dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varians, dan maksimum-minimum (Ghozali, 2011:19). Mean digunakan untuk memperkirakan besar rata-rata populasi yang diperkirakan dari sampel. Maksimum-minimum digunakan untuk melihat nilai minimum dan maksimum dari populasi. Hal ini perlu dilakukan untuk melihat gambaran keseluruhan dari sampel yang brhasil dikumpulkan dan memenuhi syarat untuk dijadikan sampel penelitian.


(66)

47 b. Pengujian Hipotesis Penelitian

Uji Wald digunakan untuk menguji parameter βi secara parsial pengaruh masing-masing variabel independen (x) terhadap variabel dependennya (y). Hipotesis yang diuji adalah:

Ho: βi = 0 Ha: βi≠ 0

Hipotesis nol menyatakan bahwa variabel independen (x) tidak mempunyai pengaruh terhadap variabel respon yang diperhatikan (dalam populasi). Pengujian terhadap hipotesis dilakukan dengan menggunakan α = 5%. Umumnya, untuk ilmu sosial, termasuk ekonomi dan keuangan, besarnya α adalah 5% (Nachrowi dan Usman, 2006:15). Nilai α dinyatakan sebagai besarnya tingkat kesalahan yang dapat ditolerir. Kaidah pengambilan keputusan adalah:

a) Jika nilai probabilitas (sig.) < α = 5% maka hipotesis alternatif didukung. b) Jika nilai probabilitas (sig.) > α = 5% maka hipotesis alternatif tidak

didukung.

Untuk melakukan pengujian terhadap hipotesis, dalam penggunaan regresi logistik digunakan analisis sebagai berikut:

1) Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit)

Menurut Ghozali (2011:340), langkah pertama adalah menilai overall model fit terhadap data. Beberapa tes statistik diberikan untuk


(67)

48 menilai hal ini. Hipotesis yang digunakan untuk menilai model fit adalah sebagai berikut:

H0 = Model yang dihipotesiskan fit dengan data HA = Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data

Dari hipotesis ini jelas bahwa kita tidak akan menolak hipotesis nol agar model fit dengan data. Statistik yang digunakan berdasarkan pada fungsi likelihood. Likelihood L dari model adalah probabilitas bahwa model yang dihipotesiskan menggambarkan data input. Untuk menguji hipotesis nol dan alternatif, L ditransformasikan menjadi -2LogL. Penurunan likelihood (-2LL) menunjukkan model regresi yang lebih baik atau dengan kata lain model yang dihipotesiskan fit dengan data.

2) Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square)

Menurut Ghozali (2011:341), Cox dan Snell’s R Square merupakan ukuran yang mencoba meniru ukuran R2 pada multiple regression yang didasarkan pada teknik estimasi likelihood dengan nilai maksimum kurang dari 1 (satu) sehingga sulit diinterpretasikan.

Nagelkerke’s R square merupakan modifikasi dari koefisien Cox dan

Snell untuk memastikan bahwa nilainya bervariasi dari 0 (nol) sampai 1 (satu). Hal ini dilakukan dengan cara membagi nilai Cox dan Snell’s R2 dengan nilai maksimumnya. Nilai Nagelkerke’s R2 dapat diinterpretasikan seperti nilai R2 pada multiple regression. Nilai yang kecil berarti


(1)

103

Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases

Included in Analysis 84 100.0

Missing Cases 0 .0

Total 84 100.0

Unselected Cases 0 .0

Total 84 100.0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Dependent Variable Encoding

Original Value Internal Value

0 0

1 1

Iteration Historya,b,c

Iteration -2 Log likelihood Coefficients

Constant

Step 0

1 98.702 -.905

2 98.618 -.974

3 98.618 -.975

4 98.618 -.975

a. Constant is included in the model. b. Initial -2 Log Likelihood: 98.618

c. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than .001.


(2)

104

Classification Tablea,b

Observed Predicted

Auditor Switching Percentage

Correct

0 1

Step 0

Auditor Switching 0 61 0 100.0

1 23 0 .0

Overall Percentage 72.6

a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 0 Constant -.975 .245 15.890 1 .000 .377

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 0 Variables

CEO 2.663 1 .103

OPINI 5.059 1 .024

LnTA 5.753 1 .016

FEE 30.106 1 .000


(3)

105

Iteration Historya,b,c,d

Iteration -2 Log likelihood Coefficients

Constant CEO OPINI LnTA FEE

Step 1

1 58.846 10.315 .582 -.335 -.414 3.503

2 50.889 17.930 1.153 -.581 -.706 5.486

3 49.103 22.502 1.555 -.760 -.882 7.167

4 48.799 23.985 1.687 -.822 -.939 8.420

5 48.716 24.121 1.699 -.828 -.944 9.454

6 48.687 24.124 1.699 -.828 -.944 10.460

7 48.676 24.124 1.699 -.828 -.944 11.462

8 48.672 24.124 1.699 -.828 -.944 12.463

9 48.670 24.124 1.699 -.828 -.944 13.463

10 48.670 24.124 1.699 -.828 -.944 14.463

11 48.670 24.124 1.699 -.828 -.944 15.463

12 48.670 24.124 1.699 -.828 -.944 16.463

13 48.670 24.124 1.699 -.828 -.944 17.463

14 48.670 24.124 1.699 -.828 -.944 18.463

15 48.669 24.124 1.699 -.828 -.944 19.463

16 48.669 24.124 1.699 -.828 -.944 20.463

17 48.669 24.124 1.699 -.828 -.944 21.463

18 48.669 24.124 1.699 -.828 -.944 22.463

19 48.669 24.124 1.699 -.828 -.944 23.463

20 48.669 24.124 1.699 -.828 -.944 24.463

a. Method: Enter

b. Constant is included in the model. c. Initial -2 Log Likelihood: 98.618

d. Estimation terminated at iteration number 20 because maximum iterations has been reached. Final solution cannot be found.


(4)

106

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1

Step 49.948 4 .000

Block 49.948 4 .000

Model 49.948 4 .000

Model Summary

Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

1 48.669a .448 .649

a. Estimation terminated at iteration number 20 because maximum iterations has been reached. Final solution cannot be found.

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.


(5)

107

Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test

CHANGES = tidak melakukan auditor switching

CHANGES = melakukan auditor switching

Total

Observed Expected Observed Expected

Step 1

1 8 7.933 0 .067 8

2 8 7.863 0 .137 8

3 8 7.780 0 .220 8

4 8 7.727 0 .273 8

5 8 7.444 0 .556 8

6 6 6.742 2 1.258 8

7 5 6.390 3 1.610 8

8 6 5.204 2 2.796 8

9 2 3.483 6 4.517 8

10 2 .433 10 11.567 12

Classification Tablea

Observed Predicted

CHANGES Percentage

Correct tidak melakukan

auditor switching

melakukan auditor switching

Step 1

CHANGES

tidak melakukan auditor

switching 57 4 93.4

melakukan auditor switching 7 16 69.6

Overall Percentage 86.9


(6)

108

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 1a

CEO 1.699 .926 3.369 1 .066 5.469

OPINI -.828 .801 1.068 1 .301 .437

LnTA -.944 .333 8.054 1 .005 .389

FEE 24.463 11828.739 .000 1 .998 42087814731.4

76

Constant 24.124 8.730 7.636 1 .006 29984688198.6

05 a. Variable(s) entered on step 1: CEO, OPINI, LnTA, FEE.

Correlation Matrix

Constant CEO OPINI LnTA FEE

Step 1

Constant 1.000 .314 .273 -.998 .000

CEO .314 1.000 -.092 -.330 .000

OPINI .273 -.092 1.000 -.300 .000

LnTA -.998 -.330 -.300 1.000 .000

FEE .000 .000 .000 .000 1.000

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

CHANGES 84 0 1 .27 .449

CEO 84 0 1 .19 .395

OPINI 84 0 1 .67 .474

LnTA 84 25.0247247407

98

30.3406295508 37

27.8299647849 0018

1.36519453125 6273

FEE 84 0 1 .12 .326


Dokumen yang terkait

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Sosial pada Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar di BEI

0 20 81

ANALISIS FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUSAHAAN UNTUK MELAKUKAN PERGANTIAN KAP (Studi Empiris pada Perusahaan Properti dan Real Estate yang Terdaftar di BEI)

0 7 88

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDIT DELAY Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Delay (Studi Empiris Pada Perusahaan Real Estate Dan Property Yang Terdaftar Di Bei Periode 2013-2015).

0 4 14

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDIT DELAY Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Delay (Studi Empiris Pada Perusahaan Real Estate Dan Property Yang Terdaftar Di Bei Periode 2013-2015).

0 5 16

PENDAHULUAN Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Delay (Studi Empiris Pada Perusahaan Real Estate Dan Property Yang Terdaftar Di Bei Periode 2013-2015).

0 3 8

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERGANTIAN AUDITOR (Studi Empiris pada Perusahaan Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pergantian Auditor (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI tahun 2011-2014).

0 4 20

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERGANTIAN AUDITOR ( Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pergantian Auditor (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI tahun 2011-2014).

0 3 17

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perusahaan dalam Melakukan Auditor Switch pada Perusahaan Jasa Komunikasi Properti dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

0 0 28

SKRIPSI DEWI LESTARI

0 0 100

Analisis Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Profitabilitas Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Sektor Properti Dan Real Estate

0 2 16