HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN PERAWAT DALAM PELAKSANAAN IDENTIFIKASI PASIEN DI BANGSAL RAWAT INAP RS PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

(1)

KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN PERAWAT DALAM PELAKSANAAN IDENTIFIKASI PASIEN DI BANGSAL RAWAT INAP RS PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Keperawatan pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh:

YENITA DIAH RAHMANINGRUM 20120320192

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

i

KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN PERAWAT DALAM PELAKSANAAN IDENTIFIKASI PASIEN DI BANGSAL RAWAT INAP RS PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Keperawatan pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh:

YENITA DIAH RAHMANINGRUM 20120320192

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(3)

(4)

iii

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Yenita Diah Rahmaningrum

NIM : 20120320192

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UMY

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang penulis tulis ini benar-benar merupakan hasil karya penulis sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks yang dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka penulis bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, 18 Juni 2016 Yang membuat pernyataan,


(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan karya tulis ilmiah ini. Sholawat serta salam tidak lupa penulis curahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.

Karya Tulis Ilmiah ini saya persembahkan kepada :

Orangtua tercinta Bapak M. Sabirin, SIP dan Mama Dwi Rahayati Adikku Widyanti dan Yunita

Keluarga besar Alm. H. Imah Yusuf dan keluarga Alm H. Nurahman Lalu Bayu Dirgantara

Wisseso Setyo Kuntoro Ratna sari, Sita tiari, Rya Sabrina Gugun, Izmi, Winardi, Rizal, Erna, Chandra

Teman-teman skill lab 12 B Teman-teman Lombok Teman-teman PSIK 2012


(6)

v

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan karya tulis ilmiah ini. Sholawat serta salam tidak lupa penulis curahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW .

Ucapan terima kasih penulis haturkan kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, khususnya kepada:

1. dr. H. Ardi Pramono, Sp.An.,M.Kes selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Ibu Sri Sumaryani, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.Mat.,HNC., Selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Bapak Moh. Afandi, S.Kep.,Ns,MAN.,HNC., selaku mentor atau dosen pembimbing yang telah membimbing kami hingga menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

4. Ibu Novita Kurnia Sari S.Kep.,Ns.,M.Kep., selaku dosen penguji yang telah menyediakan waktunya untuk mengarahkan dan membimbing peneliti dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah.

5. Seluruh Tenaga Pengajar dan Administrasi di Program Studi Ilmu Keperawatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.


(7)

vi

6. Keluarga tercinta, teman dekat, teman seperjuangan dan sahabat yang selalu memberikan dukungan dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini

7. Seluruh Mahasiswa Ilmu Keperawatan angkatan 2012.

Penulis sadar bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, oleh karena itu penulis mengharapkan bimbingan, kritik dan saran demi kemajuan bersama. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih kepada pembaca semoga Allah SWT memberikan ilmu yang berkah untuk kita semua.

Wassalammu’alaikum Wr.Wb

Yogyakarta, 18 Juni 2016


(8)

vii DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN KTI ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x INTISARI ... Error! Bookmark not defined. ABSTRACT ... Error! Bookmark not defined. BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined. A.Latar Belakang ... Error! Bookmark not defined. B.Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined. C.Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. D.Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined. E.Keaslian Penelitian ... Error! Bookmark not defined. BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined. A.Landasan Teori ... Error! Bookmark not defined. 1. Keselamatan Pasien (Patient Safety) ... Error! Bookmark not defined. 2. Identifikasi Pasien ... Error! Bookmark not defined. 3. Pengetahuan ... Error! Bookmark not defined. 4. Kepatuhan ... Error! Bookmark not defined. B.Kerangka Konsep ... Error! Bookmark not defined. C.Hipotesis ... Error! Bookmark not defined. BAB III METODE PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined. A.Desain Penelitian ... Error! Bookmark not defined. B.Populasi dan Sampel Penelitian ... Error! Bookmark not defined. D.Variabel penelitian dan Definisi Operasional ... Error! Bookmark not defined. E.Instrumen Penelitian ... Error! Bookmark not defined. F. Cara Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined. G.Uji Validitas dan Reliabilitas ... Error! Bookmark not defined. H.Analisis Data ... Error! Bookmark not defined. I. Etika Penelitian ... Error! Bookmark not defined. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not defined. A.Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined.


(9)

viii

1. Deskripsi Wilayah Penelitian... Error! Bookmark not defined. 2. Gambaran Karakteristik Responden... Error! Bookmark not defined. 3. Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Kepatuhan Perawat .. Error! Bookmark not defined.

4. Crosstab Tingkat Pengetahuan dan Kepatuhan Perawat dalam Identifikasi Pasien dengan Karakteristik Perawat ... Error! Bookmark not defined. 5. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Kepatuhan Perawat dalam Identifikasi

Pasien... Error! Bookmark not defined. B.Pembahasan... Error! Bookmark not defined. 1. Data Demografi Responden ... Error! Bookmark not defined. 2. Pengetahuan Perawat tentang Identifikasi Pasien ...Error! Bookmark not defined.

3. Kepatuhan Perawat dalam Pelaksanaan Identifikasi Pasien ... Error! Bookmark not defined.

4. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Kepatuhan Perawat dalam Identifikasi Pasien... Error! Bookmark not defined. C.Kekuatan dan Kelemahan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... Error! Bookmark not defined. A.Kesimpulan ... Error! Bookmark not defined. B.Saran ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined. LAMPIRAN


(10)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional……… 30 Tabel 3.2 Distribusi Pertanyaan Instrumen Penelitian……… 31 Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Perawat………. 40 Tabel 4.2Gambaran Tingkat Pengetahuan Perawat tentang Identifikasi

Pasien………... 41 Tabel 4.3 Gambaran Kepatuhan Perawat dalam Identifikasi Pasien……….. 42 Tabel 4.4 Crosstab Tingkat Pengetahuan Perawat tentang Identifikasi Pasien dan

Karakteristik Responden………. 43 Tabel 4.5 Crosstab Kepatuhan Perawat dalam Identifikasi Pasien dan Karakteristik Responden………. 44 Tabel 4.6 Hubungan tingkat Pengetahuan dengan Kepatuhan Perawat dalam


(11)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat izin Studi Pendahuluan

Lampiran 2. Surat Permohonan izin Uji Validitas Lampiran 3. Surat Izin Uji Validitas dan Reliabilitas Lampiran 4. Surat Keterangan Kelayakan Etika Penelitian Lampiran 5. Surat Permohonan izin Penelitian

Lampiran 6. Surat Izin Penelitian RS PKU Muhammadiyah Bantul Lampiran 7. SPO Identifikasi Pasien

Lampiran 8. Lembar Content Validity Index

Lampiran 9. Lembar Permohonan menjadi responden Lampiran 10. Lembar Persetujuan menjadi responden Lampiran 11. Kuesioner Penelitian


(12)

(13)

xii

Yenita Diah Rahmaningrum. (2016). Correlation Between Level of Knowledge and Patient Identifications Adherence by Nurses in Inpatient Ward RS PKU Muhammadiyah Bantul.

Advisor:

Moh. Afandi, S.Kep.,Ns.,MAN., HNC

ABSTRACT

Background: Nursing error is the failure to plan action to be complete as expected or incorrect use of nursing plans to achieve goals. Adherence nurses in the identification of patient is expected to reduce the occurrence of nursing errors. Adherence person can be influenced by the level of knowledge. The purpose of this research is to know the correlation of level of knowledge with patient identifications adherence by Nurses in inpatient ward PKU Muhammadiyah Bantul Hospital.

Methods:This research was descriptif analytic design with cross sectional. Sample research of 60 people with a samping method use accidental sampling. Data analysis method used the fisher exact test.

Results: 93,3% nurses had high knowledge about patient identification and 71,7% nurses do not adherence to implementation patient identification. Correlation test results fisher exact test p = 0,570.

Conclusion: There is no correlation between level of knowledge with patient identifications adherence by nurses in inpatient ward PKU Muhammadiyah Bantul Hospital. Suggestion for nurses more adherence t in the implementation patient identification and the hospital can increase the motivation of nurses in the implementation patient identification.


(14)

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kesalahan karena keliru dalam mengidentifikasi pasien dapat terjadi di hampir semua aspek atau tahapan diagnosis dan pengobatan. Kesalahan identifikasi pasien bisa terjadi pada pasien yang dalam keadaan terbius, mengalami disorientasi, tidak sadar, bertukar tempat tidur/ kamar/ lokasi dirumah sakit, adanya kelainan sensori, atau akibat situasi lain (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2011).

Perawat memiliki peran dalam pemberian asuhan keperawatan diharapkan mampu mengatasi masalah–masalah yang timbul akibat dari kesalahan dalam proses identifikasi pasien. Kepatuhan perawat dalam mematuhi prosedur identifikasi pasien berpengaruh dalam keselamatan pasien. Sasaran keselamatan pasien (SKP) menjelaskan bahwa proses identifikasi bertujuan untuk melakukan dua kali pengecekan yaitu untuk mengidentifikasi pasien sebagai individu yang akan menerima pelayanan atau pengobatan dan penyesuaian antara pelayanan atau pengobatan yang diberikan terhadap individu tersebut (World Health Organization, 2007).

Dalam menjalankan perannya, perawat mungkin melakukan kesalahan. Nursing error adalah kegagalan merencanakan tindakan menjadi lengkap seperti yang diharapkan atau penggunaan rencana keperawatan yang salah untuk mencpai tujuan. (Institute of Medicine, 1999 cit. Silveira, 2008).


(16)

2

Menurut Kozier at al. (1995) Nursing Error meliputi kegagalan mengidentifikasi label obat, kesalahan membaca dan menghitung dosis, kesalahan mengidentifikasi klien, kesalahan dalam mengencerkan konsentrasi obat, kesalahan rute atau cara pemberian obat.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Aulawi (2006) tentang tujuh kriteria yang disebut Nursing error meliputi kesalahan memberikan obat, atau menghitung dosis atau pasien atau waktu atau cara pemberian, pasien jatuh, cairan infuse kehabisan, salah mempersiapkan pasien untuk suatu tindakan, tidak melakukan suatu pengobatan atau tindakan sesuai yang direncanakan , mengambil sampel pemeriksaan salah pasien, melakukan pengobatan atau tindakan salah pasien.

Kesalahan melakukan identifikasi pasien berpotensi besar menimbulkan masalah dan ancaman keselamatan pasien. Ancaman tersebut jika tidak diatasi akan menimbulkan masalah kesehatan secara berkelanjutan seperti terjadinya adverse events atau kejadian tidak diharapkan (KTD), kejadian nyaris cidera (KNC), dan kejadian tidak cidera (KTC). (Depkes RI, 2011).

KTD adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan yang mengakibatkan cidera pasien akibat melaksanakan suatu tindakan atau atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil, dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien (Depkes RI, 2008). Kejadian nyaris cidera/ Near Miss adalah kejadian memberikan tindakan atau penghilangan


(17)

3

yang dapat membahayakan pasien tetapi tidak terjadi bahaya disebabkan kerena keberuntungan, dibatalkan, dan peringanan (Aspen, et al. 2004 cited in Wagner, et al 2006). Sedangkan menurut Depkes RI (2008), kejadian nyaris cidera adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan suatau tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission) yang dapat menciderai pasien tetapi cidera tidak serius terjadi karena: (1) Keberuntungan, misalnya perawat memberikan obat kepada pasien tanpa mengidentifikasi pasien dan obat terlebih dahulu. pasien menerima suatu obat kontraindikasi tetapi tidak reaksi obat. (2) Pencegahan, misalnya suatu obat dengan overdosis lethal akan diberikan oleh perawat, tetapi perawat lain sempat mengidentifikasi dan membatalkan pemberian obat tersebut. (3) peringanan, misalnya perawat tanpa melakukan identifikasi memberikan obat dengan overdosis lethal, setelah dan diketahui secara dini lalu diberikan antidotenya.

Data Joint Commision International (JCI) tahun (2012) menunjukkan bahwa sebanyak 13% surgical error dan 68% kesalahan transfusi darah, terjadi karena kesalahan pada tahapan identifikasi pasien. Laporan Departemen Kesehatan Australia Barat pada tahun 2008/2009 dilaporkan adanya sepuluh kejadian sentinel. Empat dari kejadian sentinel tersebut karena salah pasien dan enam dari kejadian tersebut karena salah bagian tubuh (Snowball, 2010). KKP-RS (2008) melaporkan insiden keselamatan pasien terjadi sebanyak 145 insiden yang terdiri dari KTD sebanyak 46%, KNC 48% dan lainnya 6%.


(18)

4

Kota Yogyakarta menempati urutan ke-3 dari insiden tersebut dengan prosentase sekitar 13% setelah DKI Jakarta dan Jawa Tengah (Depkes RI, 2011).

Kebijakan atau prosedur yang secara kolaboratif dikembangkan untuk memperbaiki proses identifikasi, khususnya yang digunakan untuk mengidentifikasi pasien ketika pemberian obat, pengambilan darah dan specimen lain untuk pemeriksaan klinis, atau memberikan pengobatan atau tindakan lain. Kebijakan atau prosedur memerlukan sedikitnya dua cara untuk mengidentifikasi pasien seperti nama pasien, nomor identitas menggunakan nomor rekam medis, tanggal lahir, gelang (identitas pasien) dengan barcode atau cara lain. Nomor kamar atau lokasi pasien tidak bisa digunakan untuk identifikasi (Komisi Akreditasi Rumah Sakit, 2012).

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti pada suatu bangsal rawat inap pada Juli 2014 selama 3 hari di suatu bangsal rawat inap, peneliti menemukan 6 orang perawat ketika memberikan tindakan keperawatan kepada pasien masih menggunakan nomor kamar dan perawat tidak memastikan kembali identitas pasien terlebih dahulu. Alasan perawat menggunakan nomor kamar dan lokasi pasien yaitu karena masih terbawa kebiasaan dan ada juga perawat yang mengatakan bahwa nomor kamar masih bisa digunakan. Pengetahuan perawat dalam identifikasi pasien dari 10 perawat yang ditanyakan, semua mengetahui tentang identifikasi pasien akan


(19)

5

tetapi dari 10 perawat ada 4 perawat yang mengatakan bahwa nomor kamar dan lokasi pasien masih bisa digunakan.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada bulan Juni 2015, peneliti masih menemukan 7 perawat ketika akan memberikan tindakan kepada pasien masih ada yang tidak melakukan identifikasi pasien. Alasannya masih juga sama dengan observasi sebelumnya yaitu karena kebiasaan dan bisa menggunakan nomer kamar, padahal terkait pengetahuan perawat tentang identifikasi pasien, rumah sakit sudah melakukan penyuluhan kepada perawat terkait patient safety termasuk juga identifikasi pasien sehingga perawat sudah mengetahui tentang identifikasi pasien. Akan tetapi dalam pelaksanaannya perawat masih ada yang tidak melakukan tindakan identifikasi pasien.

Hasil penelitian yang dilakukan Azim (2014) tentang gambaran penerapan identifikasi pasien di bangsal rawat inap KPU Muhammadiyah Bantul yaitu menyebutkan bahwa penerapan identifikasi pasien yang dilakukan perawat 92% dalam kategori kurang, dan 7,9% cukup, sedangkan yang baik tidak ada. Penelitian yang juga memberikan saran kepada peneliti selanjutnya untuk menghubungkan pengetahuan perawat terkait identifikasi pasien dengan pelaksanaan identifikasi yang dilakukan perawat.

Kepatuhan perawat dalam memberikan asuhan sesuai prosedur berpengaruh dalam keselamatan pasien. Kepatuhan perawat adalah perilaku perawat sebagai seorang yang professional terhadap suatu anjuran, prosedur atau aturan yang harus dilakukan atau ditaati (Ulum, 2013).Selain kepatuhan


(20)

6

pengetahuan juga mempunyai peran dalam melakukan tindakan Identifikasi pasien. Seseorang bisa mematuhi suatu aturan atau rekomendasi apabila dia sudah mengetahui apa maksud dan tujuan dari aturan tersebut. Pengetahuan perawat tentang identifikasi pasien bisa mempengaruhi kepatuhan kinerja perawat dalam melakukan identifikasi pasien.

Alquran Surat An-Nahl Ayat 93

هنلأْستل ءاشي ْنم يدْ ي ءاشي ْنم ُلضي ْنكل ًةدحا ًةهمأ ْمكلعجل هَ ءاش ْول ول ْعت ْمتْنك اه ع

( 39 ) Artinya:

Dan kalau Allah menghendaki, niscaya Dia menjadikan kamu satu umat (saja), tetapi Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan sesungguhnya kamu akan ditanya tentang apa yang telah kamu kerjakan.

Maksud dari ayat diatas yaitu Allah SWT memberikan manusia kesempatan untuk menentukan pilihan dan mereka juga bebas memilih jalan hidupnya masing-masing termasuk dalam hal pekerjaan.Tetapi Allah SWT juga akan meminta pertanggung jawaban atas semua pilihan dan pekerjaan yang lakukan.

Berdasarkan uraian dalam latar belakang dan saran dari peneliti sebelumnya, peneliti tertarik untuk meneliti tentang hubungan tingkat pengetahuan dengan kepatuhan perawat dalam pelaksanaan identifikasi pasien.


(21)

7

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan masalah yang akan diteliti yaitu “bagaimana hubungan tingkat pengetahuan

dengan kepatuhan perawat dalam pelaksanaan identifikasi pasien?”

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan kepatuhan perawat dalam pelaksanaan identifikasi pasien

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui tingkat pengetahuan perawat tentang identifikasi pasien b. Mengetahui kepatuhan perawat dalam melaksanakan identifikasi

pasien D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan tentang patient safety dan khususnya pada tindakan identifikasi pasien.


(22)

8

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat bagi Rumah Sakit

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi Rumah sakit bagi upaya peningkatan keselamatan pasien khususnya identifikasi pasien

b. Manfaat bagi perawat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada perawat agar dapat menambah kepatuhan terhadap keselamatan pasien khususnya identifikasi pasien

c. Manfaat bagi masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan, keamanan, kenyamanan dan kepuasan masyarakat dalam menggunakan pelayanan kesehatan

d. Manfaat bagi Peneliti

Peneliti dapat menerapkan ilmu ataupun teori pada waktu masa perkuliahan yang digunakan untuk penelitian ini. Selain itu peneliti juga dapat menambah wawasan tentang pelaksanaan identifikasi pasien

e. Manfaat bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini dapat digunakan sebagai refrensi dalam pengembangan penelitian selanjutnya


(23)

9

E. Keaslian Penelitian

Penelitian ini memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda dengan penelitian lain yang pernah dilakukan sebelumnya, sehingga keaslian dari penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan sebagaimana mestinya. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan terkait identifikasi pasien yaitu:

1. Azim (2014),gambaran penerapan identifikasi pasien di bangsal rawat inap RS PKU Muhammadiyah Bantul. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional dengan sampel 38 perawat di Bangsal Rawat Inap RSU PKU Muhammadiyah Bantul. Pengambilan sampel menggunakan tehnik total sampling Instrumen penelitian ini menggunakan kuisioner dan checklist. Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa penerapan identifikasi pasien di bangsal rawat inap rumah sakit PKU Muhammadiyah Bantul 92,1% dalam kategori kurang. Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian selanjutnya yaitu sama–sama meneliti tentang identifikasi pasien, akan tetapi perbedaannya penelitian ini meneliti tentang gambaran pelaksanaan identifikasi pasien sedangkan penelitian selanjutnya akan meneliti identifikasi pasien dengan menghubungkan tingkat pengetahuan dengan kepatuhan perawat dalam identifikasi pasien.

2. Ariani (2014), evaluasi pelaksanaan identifikasi pasien di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan rancangan


(24)

10

penelitian kualitatif dengan desain deskriptif studi kasus, di ruang rawat inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Sampel di tentukan dan dipilih secara acidental sampling, purposive sampling, serta proporsi sampling. Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian selanjutnya yaitu sama – sama meneliti tentang identifikasi pasien, akan tetapi bedanya penelitian ini tentang evaluasi pelaksanaan identifikasi pasien, sedangkan penelitian selanjutnya tentang hubungan pengetahuan dengan kepatuhan perawat dalam pelaksanaan identifikasi pasien.

3. Lestari (2015), pelaksanaan identifikasi pasien berdasarkan standar akreditasi JCI guna meningkatkan program patient safety di RS PKU Muhammaditah Yogyakarta unit II. Jenis penelitian ini dapat dikategorikan sebagai penelitian eksperimen. Metode menggunakan mixed methode karena gabungan kuantitatif dan kualitatif. Penentuan sampelnya untuk kuantitatif secara acidental pada pasien rawat inap, kualitatif secara purposive meliputi perawat, bidan, penunjang medis melalui kuisioner, wawancara, pengamatan dan FGD. Hasilnya dianalisis secara statistik deskriptif dan deskriptif kualitatif. Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian selanjutnya. Persaman penelitian ini dengan penelitian berikutnya yaitu sama-sama meneliti tentang identifikasi pasien, akan tetapi bedanya yaitu penelitian ini tentang pelaksanaan identifikasi pasien menurut JCI guna meningkatkan program patient safety dengan


(25)

11

menggunakan metode penelitian eksperimental, sedangkan penelitian selanjutnya tentang hubungan pengetahuan dengan kepatuhan perawat dalam identifikasi pasien dengan metode penelitian non eksperimental. Selain itu tempat dan waktu penelitian juga berbeda.


(26)

(27)

12 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori

1. Keselamatan Pasien (Patient Safety)

a. Definisi Keselamatan Pasien (Patient Safety)

Patient safety adalah prinsip dasar dari perawatan kesehatan (WHO). Keselamatan pasien menurut Sunaryo (2009) adalah ada tidak adanya kesalahan atau bebas dari cidera karena kecelakaan. Keselamatan pasien di rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi assesment risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien pelaporan dan analisis insiden. Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjut serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan pencegahan terjadiya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (Depkes RI, 2011). b. Tujuan Keselamatan Pasien

Tujuan keselamatan pasien di rumah sakit yaitu (Depkes RI, 2011) : 1) Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit

2) Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat


(28)

13

4) Terlaksananya program–program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan (KTD)

c. Standar Keselamatan Pasien

Pentingnya akan keselamatan pasien dirumah sakit, maka dibuatlah standar keselamatan pasien dirumah sakit. Standar keselamatan pasien dirumah sakit ini akan menjadi acuan setiap asuhan yang akan diberikan kepada pasien. Menurut Depkes RI, (2011) ada tujuh standar keselamatan pasien yaitu:

1) Hak pasien

2) Mendidik pasien dan keluarga

3) Keselamatan pasien daam kesinambungan pelayanan

4) Penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien

5) Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien 6) Mendidik staf tentang keselamatan pasien

7) Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.

d. Sasaran Keselamatan Pasien (Patient Safety Goals)

Selain dari standar keselamatan, ada lagi yang menjadi poin penting dalam pelaksanaan keselamatan pasien yaitu sasaran keselamat pasien atau Patient Safety Goals. Sasaran keselamatan pasien merupakan syarat untuk diterapkan di semua rumah sakit yang


(29)

14

diakreditasi oleh komisi akreditasi rumah sakit. Penyusunan sasaran ini mengacu kepada Nine Life-Saving Patient Safety Solutions dari WHO Patient Safety (2007) yang digunakan juga oleh komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit PERSI (KKPRSI), dan Joint Commission International (JCI).

Menurut Joint Commission International (2013) terdapat enam sasaran keselamatan pasien yaitu:

1) Identifikasi pasien dengan benar 2) Meningkatkan komunikasi yang efektif

3) Meningkatkan keamanan obat yang perlu diwaspadai 4) Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi 5) Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan 6) Pengurangan risiko pasien jatuh.

2. Identifikasi Pasien

a. Definisi Identifikasi Pasien

Identifikasi merupakan penerapan atau penentu atau ciri – ciri atau keterangan lengkap seseorang (Hamzah, 2008). Identifikasi pasien adalah suatu upaya atau usaha yang dilakukan dalam sebuah pelayanan kesehatan sebagai suatu proses yang bersifat konsisten, prosedur yang memiliki kebijakan atau telah disepakati, diaplikasikan sepenuhnya, diikuti dan dipantau untuk mendapatkan data yang akan


(30)

15

digunakan dalam meningkatkan proses identifikasi (Joint Commission International, 2007).

b. Maksud dan Tujuan Identifikasi Pasien

Rumah sakit terus mengembangkan pendekatan untuk memperbaiki atau meningkatkan ketelitian dalam melakukan identifikasi pasien. Sasaran keselamatan pasien (SKP) bertujuan untuk mendorong peningkatan spesifik dalam keselamatan pasien, menjadi salah satu area bermasalah dalam pemberian pelayanan kesehatan dan menguraikan solusi atas permasalahan ini. Adapun usaha yang dilakukan yaitu dengan menerapkan 6 sasaran keselamatan pasien.

Identifikasi pasien menjadi salah satu bagian dari enam sasaran keselamatan pasien yang sangat penting dalam keberhasilan serta dalam mencegah masalah-masalah yang timbul akibat kesalahan tindakan, pemberian obat, dan pelayanan yang diberikan.

c. Elemen Identifikasi Pasien

Dalam mengidentifikasi pasien terdapat beberapa elemen penilaian antara lain:

1) Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak boleh menggunakan nomer kamar atau lokasi pasien

2) Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau produk darah


(31)

16

3) Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis

4) Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan tindakan atau prosedur

5) Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan identifikasi yang konsisten pada semua situasi dan lokasi.

d. Strategi dalam Identifikasi Pasien

Kegagalan yang sering terjadi pada saat melakukan identifikasi pasien akan mengarah kepada tindakan dalam pemberian obat, pelaksanaan prosedur, pemeriksaan klinis pada orang yang salah. Dalam rangka meminimalkan risiko tersebut WHO Collaborating Center for Patient Safety Solusions menerbitkan Sembilan solusi Keselamatan Pasien Rumah Sakit (World Health Organization, 2007), dimana pada solusi ke dua adalah identifikasi pasien. Strategi yang ditawarkan dalam identifikasi pasien yaitu:

1) Pastikan bahwa organisasi kesehatan memiliki sistem identifikasi pasien

a) Menekankan bahwa tanggung jawab perawat sebelum melakukan perawatan, pengobatan, pengambilan specimen atau pemeriksaan klinis harus memastikan identitas pasien secara benar.


(32)

17

b) Mendorong penggunaan setidaknya dua identitas (nama dan tanggal lahir)

c) Standarisasi pendekatan untuk identifikasi pasien antara fasilitas yang berbeda dalam sistem perawatan kesehatan d) Menyediakan protokol yang jelas untuk mengidentifikasi

pasien dan untuk membedakan identitas pasien dengan nama yang sama

e) Mendorong pasien untuk berpartisipasi dalam semua tahapan proses perawatan di rumah sakit

f) Mendorong pemberian label pada wadah yang digunakan untuk pengambilan darah dan specimen lainnya

g) Menyediakan protokol yang jelas untuk menjaga identitas sampel pasien pada pra- analitis, analitis dan proses pasca analitis.

h) Menyediakan protokol yang jelas untuk mempertanyakan hasil laboratorium atau temuan tes lain ketika mereka tidak konsisten dengan riwayat klinis pasien

i) Menyediakan pemeriksaan berulang dan review dalam rangka untuk mencegah multiplikasi otomatis dari kesalahan entry pada computer.

2) Memasukkan ke dalam program pelatihan atau orientasi tenaga kesehatan tentang prosedur pemeriksaan/ verifikasi identitas pasien.


(33)

18

e. Akibat Kesalahan Identifikasi Pasien

Kesalahan identifikasi pasien adalah adanya ketidakcocokan antara pasien yang terkait dengan identifikasi pasien yang akan mendapatkan pelayanan atau perawatan. Kesalahan identifikasi memiliki potensi untu menimbulkan kejadian adverse events atau kejadian tidak diharapkan (KTD), near miss atau kejadian nyaris cidera (KNC), kejdian potensi cidera(KPC), dan kejadian tidak cidera (KTC). (Australian on Safety and Quality in Health Care, 2008). 3. Pengetahuan

a. Definisi pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari mengetahui dan hal ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif adalah domain yang sangat penting untuk membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan bahwa bukan berarti seseorang yang pendidikan rendah pengetahuannya mutlak rendah. Hal ini mengingat bahwa peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh oleh pendidikan formal (Wawan & Dewi, 2011).


(34)

19

b. Tingkatan Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo, (2010), pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidakdidasari oleh pengetahuan. Notoadmojo (2010) membagi Pengetahuan berdasarkan kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu

1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu inimerupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

2) Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut dengan benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan dan sebagainya terhadap


(35)

20

objek yang dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus makan makanan bergizi.

3) Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hokum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan rumus statistic dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah di dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan. 4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen- komponen tetapi masih didalam satu struktur dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapatdilihatdari penggunaan katakerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

5) Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suetu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian- bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sistesis adalah


(36)

21

menyusun formulasi baru dari formulasi – formulasi yang pernah ada. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi merupakan kemampuan untuk melakukan penilaian dari materi-materi yang telah diperoleh. Penilaian itu berdasarkan kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya dapat membandingkan antara anak yang cukup gizi dengan anak yang kekurangan gizi. c. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor yang mempengaruhi pengetahuan (Notoatmodjo, 2010) yaitu:

1) Tingkat Pendidikan

Pendidikan mempengaruhi pemahaman dan pengetahuan karena pendidikann adalah salah satu upaya untuk mencari pengetahuan sehingga terjadi perubahan perilaku positif.

2) Informasi

Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan memperoleh pengetahuan yang lebih luas.


(37)

22

Tingkah laku individu atau kelompok manusia dalam memenihi kebutuhan yang meliputi sikap dan kepercayaan.

4) Pengalaman

Sesuatu yang pernah dialami oleh seorang individu bisa menambah pengetahuan

d. Cara Mengukur Pengetahuan

Pengetahuan dapat diukur dengan cara melakukan wawancara atau memberikan angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Pada pengisian angket pengetahuan yang dinilai hanyalah pengetahuan pada tingkat dua yaitu memahami (Notoatmodjo, 2010). Selain itu pengukuran pengetahuan dapat diketahui dengan cara yang bersangkutan mengungkapkan apa yang diketahuinya dalam bentuk jawaban lisan maupun tulisan. Menurut Arikunto (2010) pertanyaan tes yang biasa digunakan dalam pengukuran pengetahuan ada dua bentuk yaitu: 1) Bentuk Objektif

Bentuk objektif ini adalah tes yang menjawabnya dapat diberi skor nilai secara lugas menurut pedoman yang ditentukan sebelumnya. Ada lima macam tes yang termasuk dalam evaluasi ragam objektif yaitu

a) Tes benar – salah b) Tes pilihan ganda


(38)

23

c) Tes pelengkap melengkapi 2) Bentuk Subjektif

Tes subjektif adalah alat pengukur pengetahuan yang menjawabnya tidak ternilai dengan skor atau angka pasti seperti tes objektif. Hal ini disebabkan banyaknya ragam gaya jawaban yang diberikan oleh para responden.

Pengetahuan atau penilaian pengetahuan dapat dikategorikan menjadi tiga yaitu: tinggi apabila pertanyaaan dijawab dengan benar oleh responden ≥75%,cukup apabila pertanyaan dijawab dengan benar oleh responden 56%-74% dan rendah apabila pertanyaan dijawab dengan benar oleh responden <56%.

4. Kepatuhan

a. Definisi Kepatuhan

Kepatuhan berasal dari kata patuh. Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), patuh berarti suka menurut perintah, taat kepada pemerintah atau aturan dan berdisiplin. Kepatuhan yang dimaksud disini adalah ketaatan dalam pelaksanaan identifikasi pasien. Kepatuhan perawat dalam memberikan asuhan sesuai prosedur juga berpengaruh dalam keselamatan pasien.

Kepatuhan didefinisikan sebagai perubahan sikap dan tingkah laku seseorang untuk mengikuti permintaan atau perintah orang lain


(39)

24

(Feldman, 2003 dalam Kusumadewi, 2012) Kepatuhan perawat adalah perilaku perawat sebagai seorang yang profesional terhadap suatu anjuran, prosedur atau aturan yang harus dilakukan atau ditaati (Ulum, 2013).

b. Faktor yang mempengaruhi kepatuhan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Milgram (2007), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kepatuhan, antara lain: 1) Status lokasi, dimana semakin penting tempat diberikan instruksi

maka semakin tinggi pula tingkat kepatuhan.

2) Tanggung jawab personal, dimana semakin besarnya tanggung jawab personal maka tingkat kepatuhan akan semakin yinggi

3) Legitimasi dari figure otoritas. Legimasi dari hal ini dapat diartikan sebagai seberapa jauh masyarakat mau menerima dan mengakui kewenangan, keputusan, atau kebijakan yang diambil oleh seorang pemimpin. Menurut Milgram, sekelompok orang cenderung untuk memenuhi perintah dariorang lain jika mereka mengenal otoritas mereka dengan baik secara moral maupun hukum yang berlaku dalam berbagai situasi.

4) Status dari figur otoritas. Pada saat melakukan penelitian, mengenakan mantel laboratorium yang dapat memberikan status tinggi dan berakibat pada peningkatan kepatuhan dari subyek yang diteliti, namun ketika dia menggunakan pakaian sehari – hari


(40)

25

kepatuhan menjadi berkurang. Sehingga dia menyimpulkan bahwa statusa dapat mempengaruhi tingkat kepatuhan.

5) Dukungan rekan, dimana jika seseorang memiliki dukungan sosial dari teman mereka untuk tidak patuh, maka ketaatan mungkin bisa berkurang.selain itu kehadiran orang lain yang terlihat tidak mematuhi figure otoritas dapat mengurangi tingkat ketaatan.

6) Kedekatan dengan figure otoritas, dimana semakin dekat jarak instruksi dari sosok otoritas maka tingkat kepatuhan semakin tinggi.


(41)

26

B. Kerangka Konsep

2

Keterangan

: Diteliti : Tidak diteliti : Mempengaruhi : Berhubungan Pengetahuan perawat Kepatuhan perawat Identifikasi pasien Patient Safety Faktor yang mempengaruhi

pengetahuan: 1. Pendidikan 2. Informasi 3. Budaya 4. pengalaman

komunikasi yang efektif

keamanan obat yang perlu diwaspadai Kepastian tepat lokasi, tepat

prosedur, tepat pasien operasi

Pengurangan risiko infeksi

Pengurangan risiko pasien jatuh

Faktor yang mempengaruhi

kepatuhan 1. status lokasi 2.tanggung jawab 3. legitimasi dari figure

otoritas 4. status dari figure

otoritas 5. dukungan rekan


(42)

27

C. Hipotesis

Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan perawat tentang identifikasi pasien dengan kepatuhan perawat dalam pelaksanaan identifikasi pasien.


(43)

(44)

28 BAB III

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik. Dengan pendekatan cross sectional dimana peneliti menekankan waktu pengukuran/observasi data variabel indenpenden dan dependen hanya satu kali pada satu saat.

B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah perawat yang bekerja di bangsal rawat inap rumah sakit PKU Muhammadiyah Bantul berjumlah 70 orang.

2. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah accidental sampling. Dengan jumlah sampel penelitian 60 orang yang telah dihitung menggunakan rumus Slovin. Kriteria inklusi dan ekslusi penelitian ini adalah

a. Kriteria Inklusi

1) Perawat pelaksana yang sudah mendapat pelatihan/sosialisasi terkait patient safety

2) Pendidikan minimal D3


(45)

29

4) Perawat yang bersedia menjadi responden b. Kriteria Ekslusi

1) Perawat yang sedang cuti

2) Perawat yang sedang mengikuti pendidikan dan pelatihan 3) Perawat yang tidak bersedia menjadi responden

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di bangsal rawat inap rumah sakit PKU Muhammadiyah Bantul pada April – Mei 2016

D. Variabel penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini meliputi variabel independen dan variabel dependen, antara lain:

Variabel Independen :Tingkat pengetahuan

Variabel Dependen :Kepatuhan perawat dalam pelaksanaan identifikasi pasien


(46)

30

2. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Definisi

operasional

Alat ukur Hasil ukur Skala ukur 1. Pengetahuan perawat tentang identifikasi pasien 2. Kepatuhan identifikasi pasien Pemahaman

perawat terkait bagaimana

memastikan

identitas pasien agar tidak terjadi kesalahan dalam pemberian tindakan Ketaatan perawat dalam melakukan identifikasi pasien sebelum

memberikan tindakan kepada pasien

Kuesioner

Lembar observasi

Tinggi ≥75% Rendah ≤75%

Patuh ≥ 3,13 (cutting point mean)

Tidak patuh < 3,13 (cutting point mean)

Ordinal

Ordinal

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan kepatuhan perawat dalam pelaksanaan Identifikasi pasien kuesioner dan lembar observasi.

1. Kuesioner Tingkat Pengetahuan

Kuesioner tingkat pengetahuan ini dibuat sendiri oleh peneliti menggunakan skala Guttman dengan dua pilihan jawaban yaitu benar dan salah. Kuesioner ini dibuat dengan mengambil poin dari Identifikasi Pasien menurut Departement Kesehatan RI Nomor. 1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah sakit. Skor untuk jawaban benar pada pernyataan favourable adalah (1) dan untuk


(47)

31

jawaban salah adalah (0) sedangkan untuk pernyataan unfavourable jawaban benar mendapat nilai (0) dan jawaban salah mendapat nilai (1). Kuesioner ini telah di dilakukan uji validitas, reliabilitas dan uji konten sehingga bisa digunakan dalam penelitian.

Tabel 3.2 Distribusi Pernyataan Instrumen Penelitian No Sub–Skala

Tingkat Pengetahuan

Nomor

Item Favourable Unfavourable

Jumlah Pernyataan

1. Definisi identifikasi pasien 1,2,3,4 ,5,9 4 (1,2,4,5) 2 (3,9) 6

2. Tujuan identifikasi pasien 6,8,10, 14,16, 23 3 (8,10, 23) 3 (6,14,16) 6

3. Elemen identifikasi pasien 7,11,1 2,13,1 7,20 4 (7,11,12,13 , 20) 1 (11,17) 6

4. Akibat kesalahan identifikasi pasien 15,18, 19,21, 22, 24 5 (15,18,21, 22,24) 1 (19) 6

Jumlah Total 24

2. Lembar observasi/ Checklist

Dalam penelitian ini peneliti menilai kepatuhan perawat melakukan identifikasi pasien menggunakan lembar observasi atau checklist yang dibuat dan digunakan oleh Azim (2014) dalam penelitiannya dan telah di uji konten dan dinyatakan dapat digunakan sebagai lembar observasi dalam penelitiannya. Checklist yang digunakan terdiri dari 9 aspek yang dinilai tentang prosedur identifikasi pasien. penilaian dalam checklist berdasarkan


(48)

32

tingkat kemampuan perawat dalam menerapkan identifikasi pasien dengan jawaban “tidak” mendapat skor 0 dan jawaban “iya” mendapat skor 1. Hasil ukur dari lembar observasi ini akan dihitung total dari semua responden dan mencari nilai rata-rata untuk mengetahuai apakah perawat dikatakan patuh atau tidak dalam mengidentifikasi pasien.

F. Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara :

1. Melakukan observasi langsung tindakan identifikasi pasien yang dilakukan oleh perawat menggunakan checklist observasi

2. Memberikan kuesioner tingkat pengetahuan tentang identifikasi kepada perawat yang sudah diobservasi oleh peneliti

3. Setelah kuesioner terisi seluruhnya, kuesioner dikembalikan lagi kepada peneliti kemudian peneliti mengecek kelengkapan kuesioner

G. Uji Validitas dan Reliabilitas

Kuesioner pengetahuan yang digunakan dalam penelitian ini telah dilakukan uji validitas di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta dengan total 20 responden dan dilaksanakan pada bulan Februari 2016. Uji validitas menggunakan korelasi product moment dengan hasil 18 pernyataan valid dan uji konten dilakukan untuk menvalidkan 6 pernyataan yang tidak valid sehingga didapatkan 24 pernyataan valid dan bisa digunakan untuk penelitian. Pada pernyataan yang tidak valid kalimatnya telah disederhanakan


(49)

33

dan kemudian dilakukan uji konten didapatkan hasil 0,875 dinyatakan valid dan dapat dipergunakan dalam penelitan. Sedangkan uji reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan alpha cronbach didapatkan hasil sebesar 0,917 dan instrumen dikatakan reliabel dan dapat digunakan.

H. Analisis Data

1. Teknik Pengolahan Data

Dalam penelitian ini setelah semua data terkumpul, peneliti melakukan pengolahan data dengan langkah – langkah sebagai berikut : a. Editing ( Pemeriksaan data)

Setelah kuesioner dan lembar observasi terisi pada tahap ini peneliti melakukan pemeriksaan kelengkapan pengisian identitas maupun jawaban pada kuesioner perawat dan checklist observasi peneliti.

b. Scoring

Setelah memeriksa kelengkapan kuesioner dan checklist observasi, peneliti pada tahap ini memberikan penilaian terhadap item-item yang ada pada kuesioner yaitu pada pernyataan favourable nilai (1) untuk jawaban benar dan nilai (0) untuk jawaban salah. Tetapi pada pernyataan unfavourable nilai (0) untuk jawaban benar dan nilai (1) untuk jawaban salah. Pada lembar observasi pelaksanaan identifikasi pasien nilai (1) diberikan apabila perawat melakukan tindakan yang ada


(50)

34

di poin identifikasi pasien dan nilai (0) diberikan apabila perawat tidak melakukan tindakan yang ada di poin identifikasi pasien.

c. Coding

Setelah memberikan penilaian pada tahap ini peneliti memberikan kode numeric terhadap setiap jawaban yang akan dimasukkan kedalam komputer baik karakteristik responden yaitu contohnya jenis kelamin kode (1) untuk laki-laki dan kode (2) untuk perempuan. Pada variabel dalam penelitian yaitu contohnya pada level pengetahuan (1) untuk pengetahuan tinggi dan (2) untuk pengetahuan sedang.

d. Input data (Pemasukan data)

Setelah memberikan kode pada tahap ini peneliti mulai memasukan data kedalam program komputer untuk diolah lebih lanjut. e. Tabulating (Tabulasi)

Setelah dilakukan pengolahan pada program komputer, pada tahap ini peneliti menyusun hasil dari pengolahan dalam bentuk tabel kemudian dianalisa dan diinterpretasikan.

2. Teknik Analisa Data

Dalam penelitian ini menggunakan dua teknik analisa data, antara lain:


(51)

35

a. Analisa Univariat

Analisa univariat yang digunakan dalam penelitian ini untuk menjelaskan karakteristik responden (usia, jenis kelamin, pendidikan dan lama kerja) dan variabel penelitian yaitu tingkat pengetahuan dan kepatuhan perawat dalam identifikasi pasien yang ditampilkan dalam bentuk distribusi dan frekuensi.

b. Bivariat

Analisis bivariat digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur korelasi terhadap 2 variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi adalah. Fisher exact test. Bila pada uji Fisher exact test perhitungan nilai p < 0,05 maka terdapat hubungan yang bermakna antara variabel tingkat pengetahuan terhadap kepatuhan perawat dalam identifikasi pasien.

I. Etika Penelitian

Penelitian memproteksi hak–hak responden selama proses penelitian. Penelitian ini sudah dilakukan izin etik di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dengan Nomor: 518/EP-FKIK-UMY/I/2016, sesuai dengan peraturan yang ada di FKIK UMY masalah etik penelitian yang harus diperhatikan selama penelitian antara lain Hidayat (2007):


(52)

36

1. Memberikan Informed Concent

Pada prinsip informed concent, responden harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan penelitian yang akan dilaksanakan dan mempunyai hak untuk bebas berpartisipasi atau menolak menjadi responden. Prinsip ini diterapkan peneliti dengan cara ketika akan melakukan penelitian. Peneliti menyerahkan lembar pernyataan menjadi responden untuk dibaca dan diisi terlebih dahulu oleh responden serta memberikan tanda tangan sebagai bukti kesediaan untuk berpartisipasi menjadi responden dalam penelitian ini. Setelah menyetujui bersedia menjadi responden, peneliti memberikan kuesioner untuk diisi.

2. Tanpa Nama (Anonim)

Dalam penelitian ini, peneliti dalam penggunaaan subyek penelitian tidak mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur tetapi peneliti menggunakan kode responden untuk bisa membedakan responden satu dengan yang lain.

3. Kerahasiaan

Responden memiliki hak bahwa data yang diberikan harus dirahasiakan. Dalam penelitian ini untuk menjaga kerahasiaan data peneliti memberikan kuesioner secara langsung kepada responden tanpa dititipkan kepada orang lain dan ketika kuesioner yang sudah diisi lengkap oleh responden, kuesioner langsung dikembalikan kepada peneliti.


(53)

(54)

37 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Wilayah Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul yang berlokasi di Jl. Jendral Sudirman 124 Bantul Yogyakarta. Rumah Sakit PKU ini awalnya merupakan sebuah klinik dan rumah bersalin yang diberi nama Klinik dan Rumah Bersalin PKU Muhammadiyah Bantul yang kemudian diresmikan menjadi Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul pada tahun 2001 berdasarkan keputusan Ijin Kanwil Depkes Provinsi DIY no 503/1009/PK/IV/1995 dan dengan diterbitkannya izin operasional dari Dinas Kesehatan No : 445/4318/2001.

Visi yang dimiliki RS PKU Muhammadiyah Bantul yaitu terwujudnya rumah sakit islam yang mempunyai keunggulan kompetitif global dan menjadi kebanggaan umat. Mewujudkan visi yang telah dibuat, RS PKU Muhammadiyah Bantul mempunyai misi yaitu berdakwah melalui pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan mengutamakan peningkatan kepuasan pelanggan serta peduli pada kaum


(55)

Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul menyediakan berbagai macam jenis pelayanan. Salah satu pelayanan yang ditawarkan adalah pelayanan rawat inap. Ruang rawat inap yang ditawarkan ada berbagai macam kelas sesuai dengan kebutuhan dan biaya yang dimiliki oleh pasien jenis ruang rawat inap yang ditawarkan yaitu ruang perawatan VIP, ruang perawatan kelas 1, ruang perawatan kelas II dan ruang perawatan kelas III. Fasilitas perawatan yang diterima berbeda-bedasesuai ruang perawatan yang dipilih. Ruang rawat inap yang terdapat di RS PKU

Muhammadiyah Bantul yaitu bangsal umum dewasa (Al Insan, Al A’raf,

Al Kautsar), bangsal bedah (Al Kahfi), bangsal anak (Al Ikhlas), Bangsal perawatan bayi dan nifas (An Nuur-An Nisaa). Peneliti melakukan penelitian pada semua bangsal rawat inap yang tujuannya untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan kepatuhan perawat dalam pelaksanaan identifikasi pasien.

Rumah sakit PKU Muhammadiyah Bantul kelas C yang memiliki kewajiban menerapkan keselamatan pasien diseluruh area pelayanan. Keselamatan pasien mulai diperkenalkan di rumah sakit PKU Muhammadiyah Bantul sejak Agustus 2006. Hal ini mengacu pada kebijakan DEPKES RI tahun 2006. Pada tahun yang sama juga telah dilakukan pembentukan tim keselamatan pasien rumah sakit beserta pembuatan sistem kerja. Tahun 2012 standar akreditasi baru untuk rumah


(56)

sakit yang berfokus pada pasien yaitu standar Joint Commission International (JCI). Standar akreditasi ini yang sekarang diterapkan oleh rumah sakit PKU Muhammadiyah Bantul.

Pelatihan terkait keselamatan pasien di rumah sakit dilakukan setiap tahun. Pelatihan ini merupakan salah satu program dari keselamatan pasien. Program keselamatan pasien didalamnya terdapat 6 sasaran keselamatan pasien yaitu salah satunya identifikasi pasien. Di rumah sakit PKU Muhammadiyah Bantul sudah terdapat SPO terkait identifikasi pasien. SPO identifikasi pasien dibuat oleh tim keselamatan pasien yang ada rumah sakit PKU Muhammadiyah Bantul.

2. Gambaran Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini berjumlah 60 perawat yang bekerja dibangsal rawat inap RS PKU Muhammadiyah Bantul. Data gambaran karakteristik responden pada penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel, antara lain :


(57)

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Perawat di Bangsal Rawat Inap RS PKU Muhammadiyah Bantul pada April-Mei (n=60)

No Karakteristik Frekuensi (n) Prosentase (%) 1 Usia Responden

21-30 tahun 31-40 tahun 41-50 tahun 36 23 1 60 38,3 1,7 2 Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan 7 53 11,7 88,3

3 Pendidikan

DIII S1 49 11 81,7 18,3

4 Lama Kerja

1-5 tahun 6-10 tahun 11-15 tahun 16-20 tahun 41 15 3 1 68,3 25 5 1,7 Sumber : Data Primer 2016

Tabel 4.1 diketahui bahwa berdasarkan kelompok usia responden mayoritas pada usia 21-30 tahun sebanyak 36 (60%) responden. Pada kelompok jenis kelamin mayoritas responden adalah perempuan sebanyak 53 (88,3%) responden. Pada kelompok pendidikan mayoritas responden berpendidikan DIII sebanyak 49 (81,7%) responden. Dan pada kelompok lama kerja mayoritas responden pada 1-5 tahun sebanyak 41 (68,3%) responden.


(58)

3. Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Kepatuhan Perawat

Tingkat pengetahuan dan kepatuhan perawat dalam identifikasi pasien di bangsal rawat inap RS PKU Muhammadiyah Bantul disajikan dalam tabel 4.2 dan tabel 4.3 dibawah ini

Tabel 4.2 Gambaran Pengetahuan Perawat RS PKU Muhammadiyah Bantul tentang Identifikasi Pasien pada April – Mei 2012 (n=60)

No Tingkat Pengetahuan F (n) Prosentase (%) 1 2 Tinggi Rendah 56 4 93,3 6,7

Total 60 100

Sumber :Data primer 2016

Tabel 4.2 menunjukkan sebanyak 56 (93,3%) responden memiliki pengetahuan tinggi.

Tabel 4.3 Gambaran Kepatuhan Perawat RS PKU Muhammadiyah Bantul dalam Identifikasi Pasien pada April – Mei 2016 (n=60)

No Kepatuhan Perawat F (n) Prosentase (%) 1 2 Patuh Tidak Patuh 17 43 28,3 71,7

Total 60 100

Sumber : Data Primer 2016

Tabel tabel 4.3 menunjukkan sebanyak 43 (71,7%) responden tidak patuh dalam identifikasi pasien.


(59)

1. Crosstab Tingkat Pengetahuan dan Kepatuhan Perawat dalam Identifikasi Pasien dengan Karakteristik Perawat

Tabel 4.4 Crosstab Tingkat Pengetahuan Perawat RS PKU Muhammadiyah Bantul tentang Identifikasi Pasien dan Karakteristik Perawat pada April – Mei 2016 (n= 60)

No Karakteristik Responden

Tingkat Pengetahuan

Tinggi Rendah

n % N %

1. Usia Responden 21-30 tahun 31-40 tahun 41-50 tahun 32 23 1 53,3 38,3 1,7

4 6,7

2. Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 6 50 10 83,3 1 3 1,7 5 3. Pendidikan

DIII S1 46 3 76,7 5 10 1 16,7 1,7 4. Lama Kerja

1-5 tahun 6-10 tahun 11-15 tahun 16-20 tahun 37 15 3 1 61,7 25 5 1,7

4 6,7

Sumber :Data Primer 2016

Tabel 4.4 menunjukkan dalam kategori usia responden, mayoritas berusia 21-30 tahun memiliki pengetahuan tinggi sebanyak 32 (53,3%) responden. Kategori jenis kelamin mayoritas perempuan memiliki pengetahuan tinggi sebanyak 50 (83,3%) responden. Kategori pendidikan mayoritas DIII memiliki pengetahuan tinggi sebanyak 46 (76,7%) responden. Dan kategori lama bekerja mayoritas perawat 1-5 tahun dengan pengetahuan tinggi sebanyak 37 (61,7%) responden.


(60)

Tabel 4.5 Crosstab Kepatuhan Perawat RS PKU Muhammadiyah Bantul dalam Identifikasi Pasien dan Karakteristik Perawat pada April – Mei 2016 (n= 60)

No Karakteristik Responden

Kepatuhan

Patuh Tidak patuh

N % N %

1. Usia Responden 21-30 tahun 31-40 tahun 41-50 tahun 10 7 16,7 11,7 26 16 1 43,3 26,7 1,7 2. Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan 4 13 6,7 21,7 3 40 5 66,7 3. Pendidikan

DIII S1 14 3 23,3 5 35 8 58,3 13,3 4. Lama Kerja

1-5 tahun 6-10 tahun 11-15 tahun 16-20 tahun 11 5 1 18,3 3 1,7 31 10 1 1 51,7 16,7 1,7 1,7 Sumber : Data Primer 2016

Tabel 4.5 menunjukkan dalam kategori usia responden, mayoritas berusia 21-30 tahun tidak patuh terhadap identifikasi pasien sebanyak 26 (43,3%) responden. Kategori jenis kelamin mayoritas perempuan tidak patuh terhadap identifikasi pasien sebanyak 40 (66,7%) responden. Kategori pendidikan mayoritas DIII tidak patuh terhadap identifikasi pasien sebanyak 35 (58,3%) responden dan kategori lama kerja mayoritas responden bekerja 1-5 tahun tidak patuh terhadap identifikasi pasien sebanyak 31 (51,7%)responden.


(61)

2. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Kepatuhan Perawat dalam Identifikasi Pasien

Hubungan tingkat pengetahuan dengan kepatuhan perawat dalam identifikasi pasien disajikan dalam tabel 4.6 dibawah ini

Tabel 4.6 Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Kepatuhan Perawat RS PKU Muhammadiyah Bantul dalam Identifikasi Pasien pada April – Mei 2016 (n=60)

Variabel Kepatuhan perawat Total P

Pengetahuan perawat

Patuh Tidak patuh

F % F % F %

Tinggi 17 28,3 39 65,0 56 84,3 0,570

Rendah 4 6,7 4 6,7

Total 17 28,3 43 71,7 60 100

Sumber : Data Primer 2016

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kepatuhan perawat dalam identifikasi pasien didominasi oleh perawat yang tidak patuh dan memiliki pengetahuan tinggi yaitu sebesar 39 (65%) dan didapatkan nilai p = 0,570.

B. Pembahasan

1. Data Demografi Responden a. Usia

Karakteristik responden berdasarkan usia didominasi oleh usia 21-30 tahun. Perawat yang berusia 21-30 tahun masuk dalam usia dewasa dini yang berkisar antara 20-40 tahun. Hasil penelitian


(62)

menunjukkan pada usia dewasa dini mayoritas perawat tidak patuh terhadap pelaksanaan identifikasi pasien.

Seiring dengan bertambahnya usia seseorang, akan terjadi perubahan dari segi fisik maupun psikologi. Pertambahan usiapun bisa berpengaruh terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang termasuk pengetahuan dan kepatuhan. Akan tetapi hal tersebut tidak lepas dari faktor lain juga yang mempengaruhi (Nursalam,2012).

Perawat dengan usia dewasa dini lebih cenderung memiliki komitmen yang bisa berubah, memiliki ketergantungan, masa perubahan nilai, masa kreatif serta masa penyesuaian diri dengan cara hidup baru. Segala tindakan yang dilakukan perawat dengan usia dewasa dini lebih tergantung dari komitmen yang mereka miliki dan membutuhkan keberadaan seseorang yang bisa merubah sifat ketergantungannnya. Selain itu, usia dewasa dini lebih dituntut untuk menjalani peran baru ditempat kerja, rumah dan masyarakat, serta mengembangkan minat, nilai-nilai, sikap dengan peran tersebut sehinnga membutuhkan waktu beradaptasi (Kozier dkk, 2010).

Menurut penelitian yang dilakukan Setiawan dan Budoastuti (2012) menjelaskan bahwa usia sebagai salah satu kerakteristik pada individu memiliki hubungan yang stimulan dalam melakukan pekerjaannya, tetapi tergantung dari faktor-faktor yang mempengaruhi karakteristik individu itu sendiri. Adanya faktor tersebut akan


(63)

mempengaruhi karakteristik perawat itu sendiri dalam menampilkan kemampuannya dalam bekerja.

b. Jenis Kelamin

Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin didominasi oleh jenis kelamin perempuan. Banyak perawat yang memiliki pengetahuan tinggi dan tidak patuh terhadap identifikasi pasien juga didominasi oleh perempuan. Peneliti berasumsi hal tersebut bisa terjadi karena jumlah perawat perempuan lebih banyak dibandingkan dengan perawat laki sehingga membuat kesempatan perawat laki-laki untuk mencapai hasil yang lebih baik dalam menerapkan pengetahuan dan kepatuhan identifikasi pasien lebih sedikit dibandingkan perawat perempuan. Selain itu berdasarkan survei dan informasi kepala keperawatan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul didominasi oleh perawat perempuan yang tersebar diseluruh ruangan rawat inap maupun rawat jalan.

Hasil penelitian ini memiliki kesamaan dengan teori yang dikemukakan bahwa jenis kelamin perawat didominasi oleh perempuan, karena dalam sejarahnya keperawatan muncul sebagai peran care taking (pemberi perawatan) secara tradisional di dalam keluarga dan masyarakat (Rolinson & Kish, 2010). Selain itu, banyak penelitian yang menyebutkan hasil yang berbeda-bedadan berubah secara terus menerus tidak di pengaruhi oleh jenis kelamin melainkan


(64)

jumlah perawat yang melakukan berdasarkan jenis kelamin (Riyadi,2007). Sesuai dengan hasil penelitian dalam pelaksanaan identifikasi pasien mayoritas perawat tidak patuh didominasi oleh jenis kelamin perempuan, hal ini terjadi karena sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan .

c. Pendidikan

Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan didominasi DIII. Banyaknya perawat berpendidikan DIII dalam penelitian dipengaruhi oleh mayoritas perawat yang ada di daerah sekitar Bantul masih didominasi oleh lulusan DIII. Perawat dengan pendidikan DIII ini tersebar diseluruh ruangan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul sedangkan perawat dengan lulusan S1 masih berjumlah sedikit.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian (Azim, 2014) yang mengatakan perawat dengan latar belakang pendidikan DIII jauh lebih banyak dibandingkan dengan latar belakang pendidikan S1 sehingga membuka peluang yang jauh lebih besar pada perawat DIII untuk memberikan hasil yang berbeda. Sesuai dengan hasil penelitian perawat tidak patuh dalam identifikasi pasien didominasi oleh pendidikan DIII karena jumlah perawat DIII lebih banyak sehinnga berpeluang lebih besar tidak patuh dalam identifikasi pasien.


(65)

d. Lama Bekerja

Karakteristik responden berdasarkan lama kerja didominasi oleh perawat dengan lama kerja 1-5 tahun. Lama bekerja merupakan kurun waktu atau lama waktu yang telah dilalui seseorang seorang sejak mulai menekuni pekerjaannya. Lama kerja perawat di bangsal rawat inap RS PKU Muhammadiyah Bantul rata-rata 5 tahun. Pengalaman kerja yang rata-rata 5 tahun ini ternyata belum bisa membuat perawat patuh terhadap tindakan identifikasi pasien. Hal ini bisa terjadi karena tidak hanya faktor pengalaman kerja yang bisa menjamin seseorang menjadi patuh melainkan masih ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi kepatuhan seseorang.

Pengalaman yang banyak dapat memberikan keterampilan dan keahlian dalam bekerja. Setiap perawat memiliki pengalaman yang berbeda. Perbedaan pengalaman ini dapat menyebabkan kemampuan yang dimiliki perawat berbeda antara perawat satu dengan yang lain dalam pemecahan masalah. Menurut Azwar (2008), salah satu hal yang mempengaruhi pembentukan perilaku seseorang adalah pengalaman. Semakin lama seseorang bekerja pada suatu pekerjaan yang ditekuni maka akan semakin berpengalaman orang tersebut sehingga kecakapan kerjanya diharapkan semakin baik (Ranupandoyo dan Saud, 2005). Begitu juga dengan pelaksanaan identifikasi pasien,


(66)

semakin banyak pengalaman kerja yang dimiliki perawat harapannya pelaksanaan identifikasi pasien semakin baik.

2. Pengetahuan Perawat tentang Identifikasi Pasien

Berdasarkan hasil penelitian, mayoritas responden memiliki pengetahuan tinggi tentang identifikasi pasien. Tingginya pengetahuan perawat tentang identifikasi pasien terjadi karena perawat sebelumnya sudah mendapatkan pelatihan terkait identifikasi pasien. Hal ini juga disampaikan oleh kepala bagian keperawatan yang mengatakan bahwa sudah dilaksanakannya pelatihan terkait keselamatan pasien kepada perawat yang bekerja di rumah sakait PKU Muhammadiyah Bantul.

Selain itu, kuesioner yang digunakan dalam penelitian dibuat berdasarkan poin identifikasi pasien menurut Departemen Kesehatan RI Nomor 1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang keselamatan pasien rumah sakit. Dimana rumah sakit PKU Muhammadiyah Bantul juga menggunakan peraturan tersebut. Didalam kuesioner membahas mulai dari definisi identifikasi pasien, tujuan identifikasi pasien, elemen identifikasi pasien dan akibat jika tidak dilakukan identifikasi pasien. beberapa poin tersebut kemudian dikembangkan menjadi 24 pernyataan yang kemudian bisa digunakan untuk menilai tingkat pengetahuan perawat tentang identifikasi pasien.

Faktor lain yang mempengaruhi tingginya pengetahuan perawat yaitu perawat sudah mendapatkan materi terkait keselamatan pasien


(67)

ketika pendidikan. Hal ini diungkapkan oleh mayoritas perawat yang bekerja di rumah sakit. Selain faktor mendapat pelatihan dan mendapat materi keselamatan pasien ketika pendidikan, faktor mencari informasi juga memiliki peran dimana seperti yang diungkapkan oleh perawat dan kepala ruangan yang ada di bangsal rawat inap rumah sakit bahwasannya sebagian besar perawat pernah mencari informasi terkait keselamatan pasien baik itu di media cetak maupun media elektronik.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang mengatakan Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan memperoleh pengetahuan yang lebih luas. Menurut penelitian yang dilakukan oleh El-Jardali, Sheikh, Jamal dan Abdo (2014) yang mengatakan bahwa adanya tenaga profesional perlu mengedukasi stafnya tentang pentingnya keselamatan pasien berdasarkan standar nasional maupun internasiaonal dan diusahakan menjadi salah satu budaya dalam melaksanakan prosedur yang berlaku. Maksudnya yaitu perlu diberikan edukasi dalam hal ini pelatihan maupun penyuluhan kepada perawat terkait keselamatan pasien agar perawat dapat melaksanakan atau patuh terhadap tindakan yang mengacu pada keselamatan pasien.

Faktor – faktor diatas sesuai dengan teori yang mengatakan ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan antara lain usia, pendidikan, informasi, budaya dan pengalaman (Notoatmodjo, 2010).


(68)

3. Kepatuhan Perawat dalam Pelaksanaan Identifikasi Pasien

Pengetahuan tinggi yang dimiliki perawat tentang identifikasi pasien belum bisa menjadikan perawat patuh terhadap pelaksanaan identifiasi pasien. Penilaian kepatuhan perawat dilihat dari Checklist observasi mulai dari memastikan identitas, perkenalan diri, tujuan pelayanan dan meminta persetujuan sebelum tindakan sudah sesuai dengan isi kuesioner, yang harapannya ketika pengetahuan tinggi maka bisa membuat perawat menjadi patuh.

Berdasarkan hasil penelitian, mayoritas responden tidak patuh terhadap pelaksanaan identifikasi pasien. menurut Milgram (2007), kepatuhan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain (1) status lokasi, dimana pada lokasi penelitian ini sudah terdapat SPO terkait pelaksanaan identifikasi pasien. (2) tanggung jawab personal, dimana tanggung jawab responden terkait identifikasi masih kurang terlihat dari kurangnya kepatuhan responden dalam pelaksanaan identifikasi identifikasi pasien. (3) legitimasi dari figure otoritas, dimana seperti yang diketahui bahwa semua karyawan dirumah sakit menerima kebijakan terkaitidentifikasi pasien. (4) Status dari figure otoritas, dimana yang diketahui bahwa kebijakan dikeluarkan oleh pihak rumah sakit. (5) dukungan rekan, dimana dukungan rekan atau teman kerja masih terlihat kurang. Dari semua faktor diatas dapat dilihat bahwa faktor yang


(69)

berpengaruh dalam ketidak patuhan perawat dalam identifikasi pasien yaitu tanggung jawab personal dan dukungan rekan.

Sikap yang baik dapat terwujud jika didasarkan pada tanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko yang merupakan sikap yang paling tinggi. Suatu sikap belum tentu otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overtbehavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain adalah motivasi (Notoatmojo, 2003). Perawat akan termotivasi dalam menerapkan sebuah prosedur ketika mereka dievaluasi secara individu atau sesuai keadilan dengan penghargaan yang perawat terima seimbang terhadap sesuatu yang mereka kerjakan. Perawat yang menerima penghargaan sesuai akan perannya akan meningkatkan motivasi kerja perawat untuk lebih cenderung melakukan prosedur tersebut secara benar dan berkelanjutan (Nursalam, 2012). Selama penelitian peneliti tidak melihat adanya evaluasi terhadap tindakan identifikasi pasien dan tidak ada penghargaan yang diterima perawat ketika perawat patuh dalam melakukan identifikasi pasien. Hal ini bisa mempengaruhi ketidak patuhan perawat dalam identifikasi pasien sesuai dengan teori diatas meskipun pengetahuan perawat terbilang tinggi.


(70)

4. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Kepatuhan Perawat dalam Identifikasi Pasien

Menentukan ditolak atau diterimanya hipotesis penelitian maka data yang diperoleh dimasukkan ke dalam program statistik menggunakan Fisher’s Exact Test. Setalah itu dianalisa dan didapatkan hasil p yaitu 0,570 dimana p > 0,05 yang berarti tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kepatuhan perawat dalam pelaksanaan identifikasi pasien.

Tidak adanya hubungan antara kedua variabel dalam penelitian ini menunjukkan masih banyak faktor yang tidak berkontribusi dalam penelitian. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan antara lain yaitu status lokasi, dimana di rumah sakit PKU Muhammadiyah Bantul sudah terdapat SPO tindakan identifikasi pasien yang harus dilakukan ketika akan memberikan tindakan kepada pasien. Tanggung jawab personal, dimana tanggung jawab personal ini masih kurang pada perawat telihat dari banyaknya perawat yang tidak patuh dalam melakukan identifikasi pasien. Legitimasi dari figure otoritas, dimana seperti yang diketahui bahwa semua karyawan dirumah sakit baik medis mau pun non medis menerima kebijakan yang dikeluarkan oleh rumah sakit, dalam hal ini khususnya perawat menerima adanya SPO terkaiti dentifikasi pasien. Dan faktor yang terakhir yang dapat mempengaruhi adalah dukungan


(71)

rekan, dimana selama penelitian peneliti melihat dukungan dari sesama rekan kerja masih kurang.

Menurut hasil observasi yang dilakukan peneliti, terlihat bahwa faktor yang mempengaruhi kepatuhan identifikasi perawat yaitu tanggung jawab personal dan kurangnya dukungan rekan kerja. Dimana dalam tanggung jawab personal terlihat perawat kurang termotivasi sehingga perawat tidak patuh melakukan tanggung jawabnya dalam melakukan identifikasi pasien tersebut. Menurut teori motivasi Douglas Mc Gregor bahwa motivasi itu penting untuk mendorong seseorang dalam bekerja karena motivasi merupakan energi yang mendorong seseorang untuk bangkit menjalankan tugas pekerjaan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pencapaian tujuan menurut Hakcman dan Oldham (1989) menyebutkan bahwa pencapai tujuan dipengaruhi oleh tinggi rendahnya motivasi kerja yang pada akhirnya akan mempengaruhi hasil pekerjaan yang dilakukan (Suryanto, 2009).

Dukungan rekan kerja dapat mempengaruhi kepatuhan. Dalam hal ini bisa kepala ruang juga memiliki pengaruh terhadap konsistensi perawat dalam melakukan perannya. Hal tersebut terlihat dari adanya perbedaan peran kepala ruang dalam melakukan tugasnya secara profesional. Perawat yang berada di bangsal tertentu yang mendapat


(1)

dilakukan oleh El-Jardali, Sheikh, Jamal dan Abdo (2014) yang mengatakan bahwa adanya tenaga profesional perlu mengedukasi stafnya tentang pentingnya keselamatan pasien berdasarkan standar nasional maupun internasiaonal dan diusahakan menjadi salah satu budaya dalam melaksanakan prosedur yang berlaku. Maksudnya yaitu perlu diberikan edukasi dalam hal ini pelatihan maupun penyuluhan kepada perawat terkait keselamatan pasien agar perawat dapat melaksanakan atau patuh terhadap tindakan yang mengacu pada keselamatan pasien.

2. Kepatuhan Perawat dalam Pelaksanaan Identifikasi Pasien

Pengetahuan tinggi yang dimiliki perawat tentang identifikasi pasien belum bisa menjadikan perawat patuh terhadap pelaksanaan identifiasi

pasien. Penilaian kepatuhan perawat dilihat dari Checklist observasi mulai dari memastikan identitas, perkenalan diri, tujuan pelayanan dan meminta persetujuan sebelum tindakan sudah sesuai dengan isi kuesioner, yang harapannya ketika pengetahuan tinggi maka bisa membuat perawat menjadi patuh.

Berdasarkan hasil penelitian, mayoritas responden tidak patuh terhadap pelaksanaan identifikasi pasien. menurut Milgram (2007), kepatuhan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain (1) status lokasi, dimana pada lokasi penelitian ini sudah terdapat SPO terkait pelaksanaan identifikasi pasien. (2) tanggung jawab personal, dimana tanggung jawab responden terkait identifikasi masih kurang terlihat dari kurangnya


(2)

kepatuhan responden dalam pelaksanaan identifikasi identifikasi pasien. (3) legitimasi dari figure otoritas, dimana seperti yang diketahui bahwa semua karyawan dirumah sakit menerima kebijakan terkaitidentifikasi pasien. (4) Status dari figure otoritas, dimana yang diketahui bahwa kebijakan dikeluarkan oleh pihak rumah sakit. (5) dukungan rekan, dimana dukungan rekan atau teman kerja masih terlihat kurang. Dari semua faktor diatas dapat dilihat bahwa faktor yang berpengaruh dalam ketidak patuhan perawat dalam identifikasi pasien yaitu tanggung jawab personal dan dukungan rekan.

Sikap yang baik dapat terwujud jika didasarkan pada tanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko yang merupakan sikap yang paling tinggi.

Suatu sikap belum tentu otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain adalah motivasi (Notoatmojo, 2003). Perawat akan termotivasi dalam menerapkan sebuah prosedur ketika mereka dievaluasi secara individu atau sesuai keadilan dengan penghargaan yang perawat terima seimbang terhadap sesuatu yang mereka kerjakan. Perawat yang menerima penghargaan sesuai akan perannya akan meningkatkan motivasi kerja perawat untuk lebih cenderung melakukan prosedur tersebut secara benar dan berkelanjutan (Nursalam, 2012).


(3)

3. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Kepatuhan Perawat dalam Identifikasi Pasien

Menentukan ditolak atau diterimanya hipotesis penelitian maka data yang diperoleh dimasukkan ke dalam program statistik menggunakan Fisher’s Exact Test. Setalah itu dianalisa dan didapatkan hasil p yaitu 0,570 dimana p > 0,05 yang berarti tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kepatuhan perawat dalam pelaksanaan identifikasi pasien.

Tidak adanya hubungan antara kedua variabel dalam penelitian ini menunjukkan masih banyak faktor yang tidak berkontribusi dalam penelitian. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan antara lain yaitu status lokasi, dimana di rumah sakit PKU Muhammadiyah Bantul

sudah terdapat SPO tindakan identifikasi pasien yang harus dilakukan ketika akan memberikan tindakan kepada pasien. Tanggung jawab personal, dimana tanggung jawab personal ini masih kurang pada perawat telihat dari banyaknya perawat yang tidak patuh dalam melakukan identifikasi pasien. Legitimasi dari figure otoritas, dimana seperti yang diketahui bahwa semua karyawan dirumah sakit baik medis mau pun non medis menerima kebijakan yang dikeluarkan oleh rumah sakit, dalam hal ini khususnya perawat menerima adanya SPO terkaiti dentifikasi pasien. Dan faktor yang terakhir yang dapat mempengaruhi adalah dukungan rekan, dimana selama penelitian peneliti melihat dukungan dari sesama rekan kerja masih kurang.


(4)

Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Widaningrum (2015) dimana didapatkan hasil p = 0,930 dimana p> 0,05 yang berarti tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku perawat. dimana perilaku perawat yang dapat diobservasi dan dapat langsung diukur merupakan kepatuhan perawat (Praptianingsih, 2007).

Pada beberapa kasus, pengetahuan cukup untuk mengubah perilaku patuh seseorang, akan tetapi tidak demikian pada beberapa kasus lainnya. Belum tentu bila seseorang telah memiliki pengetahuan dijamin akan merubah perilaku khususnya kepatuhannya. Hal ini terlihat dari hasil penelitian ini dimana meskipun pengetahuan perawat di Bangsal Rawat Inap RS PKU Muhammadiyah Bantul dalam level tinggi, kepatuhan

mereka justru menunjukkan sebaliknya.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan tingkat pengetahuan dengan kepatuhan perawat dalam pelaksanaan Identifikasi pasien di Bangsal Rawat Inap RS. PKU Muhammadiyah Bantul dapat ditarik kesimpulan :

1. Mayoritas perawat memiliki Tingkat pengetahuan tinggi tentang identifikasi pasien

2. Mayoritas perawat tidak patuh terhadap tindakan identifikasi pasien

3. Tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kepatuhan perawat dalam pelaksanaan identifikasi pasien


(5)

SARAN

Setelah dilakukan penenlitian ini, harapannya perawat dapat meningkatkan kepatuhan dalam identifikasi pasien dan kepada pihak rumah sakit harapannya bisa meningkatkan motivasi perawat dalam pelaksanaan identifikasi pasien agar lebih terlaksananya program keselamatan pasien (patient safety).

DAFTAR PUSTAKA Alquran

Azim, M.S (2014). Gambaran Penerapan Identifikasi Pasien di Bangsal Rawat Inap PKU Muhammadiyah Bantul. Karya Tulis Ilmiah strata satu, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Yogyakarta.

El-Jardali, Fadi, Sheikh, Farheen, Garcia, Nereo A.,Jamal, Diana dan Abdo, Ayman. (2014). Patient Safety Cultur in a large Teaching hospital : in Riyadh: base assessment, comparative analysis and apportunities for improvement. Diakses 27 Mei

2016 dari

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/p mc/articles/PMC3975247/pdf/1 472-6963-14-122.pdf

Departemen Kesehatan RI. (2008). Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient Safety). Edisi KKP-RS.

Departemen Kesehatan RI. (2011). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor. 1691/MENKES/PER/VIII/2011. Tentang Keselamatan Pasien di

Rumah Sakit.

http://202.70.136.86/bprs/uploa ds/pdffiles/21%20PMK%20No .%201691%20ttg%20Keselama


(6)

tan%20Pasien%20Rumah%20 Sakit.pdf

Joint Commission International. (2013). Joint Commission International Acredditation Standards for Hospital.

Joint Commission Acreditation. (2015). Hospital National Patient Safety Goals. Diakses pada kamis, 4 Juni 2015 pukul

21.12 WIB. Dalam

http://www.jointcommission.or g/assets/1/6/2015_HAP_NPSG _ER.pdf.

Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat. (2008). Jakarta. PT Gramedia Pustaka. Komisi Akreditasi Rumah Sakit.

(2012). Instrumen Akreditasi Rumah Sakit Standar Akreditasi 2012. Edisi 1 tahun 2012.

Kozier, B., Erb, G., Olivery, R. (1995). Fundamental of Nursing Conceps Prosess and Practice ed.5. Addison Wesley. Publishing Company.

Martin Doll Associates. (2008, oktober). Australian commission on safety and quality in health care. Technology Solutions to Patient Misidentification. Report of review, final. Artikel pdf. Diakses 5 Juni 2015, dari http://www.safetyandquality.go v.au/wpcontent/uploads/2012/0

1/19794-TechnologyReview1.pdf.

Milgram R. (2007). Simply Psychology; Milgram Experiment. Dalam http://www.simplypsychology. org/milgram.html.

WHO. (2007).Patient Identification: Patient Safety Solutions. Diakses pada K4 Juni 2015 pukul 21.05 WIB. Dalam http://www.who.int/patientsafet y/solutions/patientsafety/PS- Solution2.pdf?ua=1

Widaningrum, D.D. (2015). Hubungan Pengetahuan dengan perilaku Hand Hygiene Perawat di Bangsal Ar Royan RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II. . Karya Tulis Ilmiah strata satu, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Yogyakarta.


Dokumen yang terkait

GAMBARAN PENERAPAN IDENTIFIKASI PASIEN DI BANGSAL RAWAT INAP RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

0 3 66

HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT PKU Hubungan Perilaku Caring Perawat Dengan Tingkat Kecemasan Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta.

0 0 15

HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Perilaku Caring Perawat dengan Kepuasan Pasien Rawat Inap di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta - DIGILIB UNISAYOGYA

0 0 17

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN TINGKAT STRES KERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN TINGKAT STRES KERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA - DI

0 0 28

HUBUNGAN SIKAP PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

0 0 17

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP KELAS III DI BANGSAL MARWAH RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

0 0 13

HUBUNGAN INTERPERSONAL DENGAN TINGKAT STRES PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP DEWASA RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Interpersonal dengan Tingkat Stres Perawat di Ruang Rawat Inap Dewasa RSU PKU Muhammadiyah Bantul - DIGILIB UNISAYOGYA

0 0 15

HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI BANGSAL RAWAT INAP WARDAH RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING NASKAH PUBLIKASI - HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI BANGSAL RAWAT INAP WARDAH RS PKU MUHAMMADIYAH GA

0 1 11

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP KELAS III RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA UNIT II NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat dengan Tingkat Kepuasan Pasien di Bangsal Kelas III RSU PKU Muhamma

0 0 15

HUBUNGAN MUTU PELAYANAN PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP KELAS III RS PKU MUHAMMADIYAH BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - HUBUNGAN MUTU PELAYANAN PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP KELAS III RS PKU MUHAM

1 1 10