PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM KESIMPULAN DAN SARAN IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

flowchart , use case, sequence diagram dan activity diagram, desain interface dan perancangan sistem. d. Implementasi Pada tahap ini menerapkan Algoritma Simple Additive Weighting SAW dan Preference Ranking Organization for Enrichment Evaluation PROMETHEE ke dalam bentuk kode program menggunakan PHP dan MySQL. e. Pengujian Proses pengujian terhadap program yang dihasilkan untuk mengetahui apakah program sudah berjalan dengan benar dan sesuai dengan perancangan yang dilakukan. f. Dokumentasi Tahap ini berisi kesimpulan akhir dari hasil analisa dan laporan tentang penelitian yang telah dilakukan.

1.7. Sistematika Penelitian

Adapun langkah-langkah dalam menyelesaikan penelitian ini adalah sebagai berikut :

BAB 1 : PENDAHULUAN

Bab ini akan menjelaskan mengenai latar belakang pemilihan judul skripsi “Implementasi Algoritma SAW dan PROMETHEE Untuk Pemilihan Sepeda motor”, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini membahas mengenai teori-teori yang berkaitan dengan perancangan model sistem pendukung keputusan dalam pemilihan Sepeda motor. Universitas Sumatera Utara

BAB 3 : ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

Bab ini menjelaskan analisis yang dilakukan terhadap permasalahan dan penyelesaian persoalan dalam pemilihan Sepeda motor dengan mengimplementasikan Algoritma SAW dan PROMETHEE untuk pemiihan.

BAB 4 : IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM

Bab ini berisi implementasi perancangan sistem dari hasil analisis dan perancangan yang sudah dibuat, serta menguji sistem untuk menemukan kelebihan dan kekurangan pada sistem yang dibuat.

BAB 5 : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan dari keseluruhan uraian bab-bab sebelumnya dan saran-saran yang diharapkan dapat bermanfaat dalam pengembangan selanjutnya. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sistem Pendukung Keputusan 2.1.1. Definisi keputusan Ralph C. Davis Hasan, 2004 berpendapat Keputusan adalah hasil pemecahan masalah yang dihadapinya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang pasti terhadap suatu pertanyaan. Keputusan harus dapat menjawab pertanyaan tentang apa yang dibicarakan dalam hubungannya dengan perencanaan. Keputusan dapat pula berupa tindakan terhadap pelaksanaan yang sangat menyimpang dari rencana semula. 2.1.2. Proses pengambilan keputusan Adapun proses dalam pengambilan keputusan terdiri dari 4 tahapan menurut Simon Umar, 2001, yaitu : 1. Penelusuran Intelligence Penelusuran adalah tahap pendefinisian masalah dan mengidentifikasi informasi yang dibutuhkan dan berkaitan dengan persoalan yang dihadapi serta keputusan yang akan diambil. 2. Perancangan Design Proses perancangan adalah proses dalam mempresentasikan model sistem yang akan dibangun yang berdasarkan pada asumsi yang telah ditetapkan. Dalam tahap ini, suatu model dari masalah dibuat, diuji, dan divalidasi. 3. Pemilihan Choice Pemilihan merupakan suatu proses pengujian yang dilanjutkan dengan pemilihan keputusan terbaik berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan dan mengarah kepada tujuan yang ingin dicapai. 4. Implementasi Implementation Universitas Sumatera Utara Implementasi adalah proses pelaksanaan dari keputusan yang sudah diambil. Pada tahap ini disusun serangkaian tindakan yang terencana, sehingga hasil keputusan dapat dipantau dan disesuaikan apabila diperlukan. Keempat proses pengambilan keputusan tersebut dapat dijelaskan seperti pada Gambar 2.1. Intelligence Penelusuran lingkup masalah Design Prancangan penyelesaian masalah Choice Pemilihan tindakan Implementation Pelaksanaan tindakan Sistem informasi manajemen pengolahan data elektronik Ilmu manajemen operations research Gambar 2.1. Proses Pengambilan Keputusan 2.1.3. Definisi SPK Konsep-konsep mengenai sistem pendukung keputusan atau Decision Support System diungkapkan pertama kali oleh Scott Morton pada awal 1970 dengan istilah Management Decision System. Management Decision System merupakan suatu sistem berbasis komputer yang membantu mengambil keputusan dengan memanfaatkan data dan model untuk menyelesaikan masalah yang tidak terstruktur. Turban, 2005. Sistem pendukung keputusan juga mempunyai karakteristik dan kapabilitas yang menjadi kunci dari sistem pendukung keputusan Turban, E., 2005 yaitu : 1. Dukungan kepada pengambil keputusan, terutama pada situasi semi terstruktur dan tak terstruktur, dengan menyertakan penilaian manusia dan informasi terkomputerisasi. 2. Dukungan untuk semua level manajerial, dari eksekutif puncak sampai manajer lini. 3. Dukungan untuk semua individu dan kelompok. Masalah yang kurang terstruktur sering memerlukan keterlibatan individu dari departemen dan tingkat organisasional yang berbeda atau bahkan dari organisasi lain. Universitas Sumatera Utara 4. ukungan untuk keputusan independen dan atau sekuensial. Keputusan bisa di buat satu kali, beberapa kali, atau berulang dalam interval yang sama. 5. Dukungan di semua fase proses pengambilan keputusan: intelegensi, desain, pilihan, dan implementasi. 6. Dukungan di berbagai proses dan gaya pengambilan keputusan 7. daptivitas sepanjang waktu. Pengambil keputusan seharusnya reaktif, bisa menghadapi perubahan kondisi secara cepat, dan mengadaptasi Sistem Pendukung Keputusan untuk memenuhi perubahan tersebut. Sistem Pendukung Keputusan bersifat fleksibel. Oleh karena itu, pengguna bisa menambahkan, menghapus, menggabungkan, mengubah, atau menyusun kembali elemen-elemen dasar. Sistem Pendukung Keputusan juga fleksibel dalam hal ini bisa di modifikasi untuk memecahkan masalah lain yang sejenis. 8. Peningkatan efektivitas pengambilan keputusan akurasi, timeliness, kualitas ketimbang pada efisiennya biaya pengambilan keputusan. Ketika Sistem Pendukung Keputusan disebarkan, pengambilan keputusan sering membutuhkan waktu yang lebih lama, tetapi hasilnya lebih baik. 9. Kontrol penuh oleh pengambil keputusan terhadap semua langkah proses pengambilan keputusan dalam memecahkan suatu masalah. Sistem Pendukung Keputusan secara khusus menekankan untuk mendukung pengambilan keputusan, bukannya menggantikan. 10. Peningkatan efektivitas pengambilan keputusan akurasi, timeliness, kualitas ketimbang pada efisiennya biaya pengambilan keputusan. Ketika Sistem Pendukung Keputusan disebarkan, pengambilan keputusan sering membutuhkan waktu yang lebih lama, tetapi hasilnya lebih baik. 11. Ramah pengguna, kapabilitas grafis yang sangat kuat, dan antarmuka manusia- mesin yang interaktif dengan satu bahasa alami bisa sangat meningkatkan efektivitas Sistem Pendukung Keputusan . 12. Pengguna akhir bisa mengembangkan dan memodifikasi sendiri sistem sederhana. 13. Biasanya, model-model di gunakan untuk menganalisis situasi pengambilan keputusan. Kapabilitas pemodelan memungkinkan eksperimen dengan berbagai strategi yang berbeda di bawah konfigurasi yang berbeda. 14. Akses di sediakan untuk berbagi sumber data, format, dan tipe, mulai dari sistem informasi geografis GIS sampai sistem berorientasi objek. Universitas Sumatera Utara 15. Dapat di gunakan sebagai alat standalone oleh seorang pengambil keputusan pada satu lokasi atau di distribusikan di suatu organisasi secara keseluruhan dan di beberapa organisasi sepanjang rantai persediaan. Karakteristik dan kapabilitas kunci dari sistem pendukung keputusan tersebut membolehkan para pengambil keputusan untuk membuat keputusan yang lebih baik dan lebih konsisten Gambar 2.2 Karateristik dan Kapabilitas SPK

2.2 Algoritma

Algoritma merupakan langkah-langkah penyelesaian masalah dalam bentuk kalimat dengan jumlah kata terbatas tetapi tersusun secara logis dan sistematis. Algoritma juga merupakan suatu prosedur yang jelas untuk menyelesaikan suatu persoalan dengan menggunakan langkah-langkah tertentu dan terbatas jumlahnya. Ciri-ciri Algoritma ini saya berpandangan sesuai dengan pendapat seorang ahli dibidang teknologi dan sains yaitu Donald E. Knuth yang menyatakan bahwa ada beberapa ciri algoritma, yaitu: Universitas Sumatera Utara 1. Algoritma mempunyai awal dan akhir, suatu algoritma harus berhenti setelah mengerjakan serangkaian tugas. Dengan kata lain, suatu algoritma memiliki langkah yang terbatas. 2. Setiap langkah harus didefinisikan dengan tepat sehingga tidak memiliki arti ganda, tidak membingungkan not ambigous. 3. Memiliki masukan input atau kondisi awal. 4. Memiliki keluaran output atau kondisi akhir. 5. Algoritma harus efektif, bila diikuti benar-benar maka akan menyelesaikan persoalan. 2.3. Fuzzy Multiple Attribute Decision Making Methods FMADMM Fuzzy Multiple Attribute Decision Making Methods ialah sekumpulan algoritma pemilihan untuk menentukan sebuah keputusan, algoritma SAW dan PROMETHEE merupakan sub bagian pada kesatuan ini. 2.3.1 Algoritma SAW Algoritma SAW sering juga dikenal dengan istilah algoritma penjumlahan terbobot. Konsep dasar algoritma SAW adalah mencari penjumlahan terbobot dari rating kinerja pada setiap alternatif pada semua atribut. Algoritma SAW membutuhkan proses normalisasi matriks keputusan ke suatu skala yang dapat dibandingkan dengan semua rating alternatif yang ada. Terdapat beberapa langkah dalam menggunakan algoritma SAW untuk memecahkan masalah, langkah-langkah perhitungan dengan algoritma SAW adalah sebagai berikut : 1. Mendefinisikan masalah dan menentukan tujuan, kriteria, dan alternatif yang dibutuhkan. 2. Memberikan nilai bobot W j pada tiap kriteria C j . 3. Memberikan nilai setiap alternatif A i pada setiap kriteria C j yang sudah ditentukan, dimana nilai i = 1, 2, 3, ..., m, dan j = 1, 2, 3, ..., n. 4. Melakukan normalisasi matriks dengan cara menghitung nilai rating kinerja ternormalisasi r ij dari alternatif A i pada atribut C j berdasarkan persamaan yang disesuaikan dengan jenis atribut atribut keuntungan ataupun biaya. Universitas Sumatera Utara Jika j adalah atribut keuntungan benefit : Jika j adalah atribut biaya cost : Keterangan : r ij = nilai rating kinerja ternormalisasi x ij = nilai atribut yang dimiliki dari setiap kriteria max x ij = nilai terbesar dari setiap kriteria min x ij = nilai terkecil dari setiap kriteria benefit = jika nilai terbesar adalah terbaik cost = jika nilai terkecil adalah terbaik 5. Hasil akhir diperoleh dari proses perangkingan, yaitu hasil penjumlahan dari perkalian matriks ternormalisasi r ij dengan nilai bobot W j sehingga diperoleh semua nilai untuk setiap alternatif A i , dan nilai alternatif terbesar adalah yang dipilih sebagai alternatif terbaik dan digunakan sebagai solusi. Untuk mengetahui nilai dan rangking setiap alternatif V i adalah dengan cara sebagai berikut: Keterangan : V i = nilai untuk setiap alternatif W j = nilai bobot dari setiap kriteria r ij = nilai rating kinerja ternormalisasi Langkah-langkah dalam algoritma SAW tersebut dapat dijelaskan dengan flowchart seperti pada Gambar 2.3. Universitas Sumatera Utara Mulai Mendefinisikan masalah Pembobotan kriteria Pembobotan alternatif tiap kriteria Normalisasi Perangkingan Selesai Gambar 2.3. Langkah-langkah dalam Algoritma SAW 2.3.2. Algoritma Preference Ranking Organization for Enrichment Evaluation PROMETHEE Diperkenalkan oleh Jean Pierre Brans dan Bertrand Marsechal pada tahun 1984.[5] PROMETHEE adalah suatu metode penentuan urutan prioritas dalam analisis multikriteria. PROMETHEE didasarkan atas kesederhanaan, kejelasan , dan kestabilan. Dugaan dari dominasi kriteria yang digunakan dalam PROMETHEE adalah penggunaan nilai dalam hubungan outranking Brans, 1984 . Ini adalah metode peringkat yang cukup sederhana dalam konsep dan aplikasi dibandingkan dengan metode lain untuk analisis multikriteria. PROMETHEE menyediakan kepada user untuk menggunakan data secara langsung dalam bentuk tabel multikriteria sederhana. PROMETHEE mempunyai kemampuan untuk menangani banyak perbandingan, pengambil keputusan hanya mendefenisikan skala ukurannya sendiri tanpa batasan, untuk mengindikasi prioritasnya dan preferensi untuk setiap kriteria dengan memusatkan pada nilai value . Metode PROMETHEE menggunakan kriteria dan bobot dari masing-masing kriteria yang kemudian diolah untuk menentukan pemilihan alernatif lapangan, yang hasilnya berurutan berdasarkan prioritasnya. Penggunaan metode PROMETHEE dapat dijadikan metode untuk pengambilan keputusan di bidang pemasaran, sumber daya manusia, pemilihan lokasi, atau bidang lain yang berhubungan dengan pemilihan alternatif. Universitas Sumatera Utara Dalam PROMETHEE disajikan enam bentuk fungsi preferensi kriteria. Hal ini tentu saja tidak mutlak, tetapi bentuk ini cukup baik untuk beberapa kasus, antara lain:

1. Kriteria Biasa Usual Criterion

Hd = Keterangan: H d = selisih kriteria antara alternatif d = selisih nilai kriteria { d = fa - fb } Pada kasus ini, tidak ada beda sama penting antara a dan b jika dan hanya jika f a = f b ; apabila nilai kriteria pada masing-masing alternative memiliki nilai berbeda, pembuat keputusan membuat preferensi mutlak untuk alternatif memiliki nilai yang lebih baik. Gambar 2.4 Kriteria Biasa

2. Kriteria Quasi Quasi Criterion

Hd = Keterangan: H d = fungsi selisih kriteria antara alternatif d = selisih nilai kriteria { d = fa - fb } Parameter q = harus merupakan nilai tetap Dua alternatif memiliki preferensi yang sama penting selama selisih atau nilai H d dari masing-masing alternatif untuk kriteria tertentu tidak melebihi nilai q, dan 0 jika d ≤ 0 1 jika d 0 0 jika ≤ q 1 jika d q Universitas Sumatera Utara apabila selisih hasil evaluasi untuk masing-masing alternatif melebihi nilai q maka terjadi bentuk preferensi mutlak. Gambar 2.5 Kriteria Quasi

3. Kriteria dengan preferensi linier

Hd = Keterangan: H d = fungsi selisih kriteria antara alternatif d = selisih nilai kriteria { d = fa - fb } p = nilai kecenderungan atas Kriteria preferensi linier dapat menjelaskan bahwa selama nilai selisih memiliki nilai yang lebih rendah dari p, preferensi dari pembuat keputusan meningkat secara linier dengan nilai d. Jika nilai d lebih besar dibandingkan dengan nilai p, maka terjadi preferensi mutlak Gambar 2.6 Kriteria Preferensi linear 0 jika d ≤ 0 dp jika 0 d ≤ p 1 jika d p Universitas Sumatera Utara

4. Kriteria Level

Level Criterion Hd = Keterangan: H d = fungsi selisih kriteria antara alternatif p = nilai kecenderungan atas q = harus merupakan nilai yang tetap Kecenderungan tidak berbeda q dan kecenderungan preferensi p adalah ditentukan secara simultan. Jika d berada di antara nilai q dan p, hal ini berarti situasi preferensi yang lemah Hd = 0.5 Brans, 1984. Gambar 2.7 Kriteria Level

5. Kriteria dengan preferensi linier dan area yang tidak berbeda

Hd = Keterangan: H d = fungsi selisih kriteria antara alternatif 0 jika d ≤ q 0,5 jika q d ≤ p 1 jika d p 0 jika d ≤ q d-qp-q jika q d ≤ p 1 jika d p Universitas Sumatera Utara d = selisih nilai kriteria { d = fa - fb } p = nilai kecenderungan atas q = harus merupakan nilai yang tetap Pengambilan keputusan mempertimbangkan peningkatan preferensi secara linier dari tidak berbeda hingga preferensi mutlak dalam area antara dua kecenderungan q dan p. dua parameter tersebut telah ditentukan. Gambar 2.8 Kriteria dengan preferensi linier dan area yang tidak berbeda

6. Kriteria Gaussian Gaussian Criterion

Hd = Fungsi ini bersyarat apabila ditentukan nilai , dimana dapat dibuat berdasarkan distribusi normal dalam statistik Brans, 1998. Gambar 2.9 Kriteria Gaussian Langkah-langkah perhitungan dengan Algoritma PROMETHEE adalah sebagai berikut : Diperlukan tahapan-tahapan yang harus dilakukan oleh pembuat keputusan untuk mendapatkan hasil penyeleksian dengan metode PROMETHEE. 0 jika d ≤ 0 1 – exp- jika d 0 Universitas Sumatera Utara 1. Menentukan beberapa alternatif Alternatif disini bisa diartikan dengan obyek yang akan diseleksi obyek seleksi. Pada perhitungan penyeleksian dengan PROMETHEE diperlukan penentuan beberapa obyek yang akan diseleksi minimal 2 obyek. Dimana antara obyek yang satu dengan obyek lainnya akan dibandingkan. 2. Menentukan beberapa kriteria Setelah melakukan penentuan obyek yang akan diseleksi, maka dalam perhitungan penyeleksian PROMETHEE juga diperlukan penentuan beberapa kriteria, penentuan kriteria disini sebagai syarat atau ketentuan dalam penyeleksian. 3. Menentukan dominasi kriteria Ketika menentukan kriteria, decision maker harus menentukan bobot atau dominasi kriteria dari kriteria lainnya. Setiap kriteria boleh memiliki nilai bobot yang sama atau berbeda. 4. Menentukan tipe preferensi untuk setiap kriteria yang paling cocok didasarkan pada data dan pertimbangan dari decision maker. Tipe preferensi ini berjumlah Enam Usual, Quasi, Linear, Level, Linear Quasi dan Gaussian. 5. Memberikan nilai threshold atau kecenderungan untuk setiap kriteria berdasarkan preferensi yang telah dipilih. Nilai kecenderungan tersebut adalah nilai indifference, preference, dan Gaussian. 6. Perhitungan Entering Flow, Leaving Flow dan Net Flow. a. Nilai Entering Flow adalah jumlah dari yang memiliki arah mendekat dari node a dan hal ini merupakan karakter pengukuran outranking. Untuk semua nilai node a dalam grafik nilai outranking ditentukan berdasarkan entering flow dengan persamaan: 2.3 Keterangan : a1 = Entering Flow b. Leaving flow adalah jumlah dari yang memiliki arah menjauh dari node a. dan hal ini merupakan pengukuran outrangking. Adapun persamaannya: 2.4 Universitas Sumatera Utara Keterangan : a2 = Leaving Flow c. Nilai Net Flow adalah penilaian secara lengkap. Lengkap disini adalah penilaian yang didapat dari nilai Entering Flow yang dikurangi nilai Leaving Flow . Jadi bisa diartikan, nilai Net Flow adalah nilai akhir atau hasil yang didapat dari nilai positif yang dikurangi nilai negatif dari sebuah node. Adapun persamaannya ialah: 2.5 Keterangan : a1 = Entering Flow a2 = Leaving Flow

2.4. Pendekatan Objek Oriented

2.4.1. UML Unified Modeling Language UML adalah bahasa pemodelan yang digunakan untuk sebuah sistem perangkat lunak yang berparadigma berorientasi objek. Bentley, 2007. Pemodelan digunakan untuk menyederhanakan permasalahan yang kompleks agar lebih mudah untuk dipelajari dan dipahami. Pemodelan juga digunakan sebagai sarana analisis, pemahaman, visualisasi, dan komunikasi antar anggota tim pengembang dan sebagai sarana dokumentasi yang berguna untuk menelaah prilaku perangkat lunak yang telah dikembangkan. Bentley, 2007. Adapun beberapa jenis diagram pada UML, yaitu Package Diagram, Sequence Diagram, StatiChart Diagram, Deployment Diagram, Composite Structure Diagram, Timing Diagram, Class Diagram, Object Diagram, Collaboration Diagram, Activity Diagram, Component Diagram, Interaction Overview Diagram, dan Use Case Diagram Bentley, 2007. Pada penulisan ini penulis hanya menggunakan beberapa di antaranya, yaitu Use Case Diagram, Activity Diagram , dan Sequence Diagram. 1. Use Case Diagram Use Case Diagram adalah jenis bahasa pemodelan yang digunakan untuk menganalisis komponen-komponen yang ada pada sistem yang dirancang, dan untuk memahami bagaimana sistem tersebut bekerja. Dengan bahasa pemodelan Use Case Diagram, dapat diperoleh dengan mudah sebuah gambaran proses dari sistem. Use Case Diagram dapat mempresentasikan Universitas Sumatera Utara interaksi yang terjadi antara actor dan sistem. Klasifikasi Use Case Diagram tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.1. Tabel 2.1. Pengklasifikasian dalam Use Case Diagram Klasifikasi Kegunaan Notasi Actor Menggambarkan semua objek yang ada di luar sistem namun berinteraksi dengan sistem yang dikembangkan, seperti pengguna dan perangkat lunak. Use Case Menggambarkan fungsi yang dimiliki oleh sistem. Use Case Selain itu, ada pula yang disebut relasi di dalam bahasa pemodelan Use Case Diagram . Relasi berfungsi untuk menggambarkan hubungan antara actor dan use case. Klasifikasi relasi tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.2. Tabel 2.2. Relasi-relasi dalam Use Case Diagram Relasi Kegunaan Notasi Asosiasi Lintasan komunikasi antara actor dengan use case. Extend Penambahan perilaku ke suatu use case dasar. extends Generalisasi Use Case Menggambarkan hubungan antara use case yang bersifat umum dengan use case-use case yang bersifat lebih spesifik. Include Penambahan perilaku ke suatu use case dasar yang secara eksplisit mendeskripsikan penambahan tersebut includes 2. Activity Diagram Activity Diagram adalah jenis bahasa pemodelan yang digunakan untuk menggambarkan proses yang terjadi pada awal hingga akhir aktivitas Bentley, Universitas Sumatera Utara 2007. Pada Activity Diagram terdapat simbol-simbol yang mudah digunakan. Simbol-simbol tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.3. Tabel 2.3. Simbol-simbol pada Activity Diagram Relasi Fungsi Notasi State sederhana State sederhana dan tanpa ada struktur lain di dalamnya. State State komposit State yang memiliki state-bagian lainnya. State and sub state Initial state State yang menggambarkan awal rangkain state dari diagram state. Final state State yang menggambarkan akhir rangkain state dari diagram state. 3. Sequence Diagram Diagram adalah salah satu jenis bahasa pemodelan yang berfungsi untuk menggambarkan rangkaian interaksi diagram dua dimensi. Dimensi vertical disebut sumbu yang menerangkan waktu, sedangkan dimensi horizontal disebut sumbu yang menerangkan peran pengklasifikasi yang mempresentasikan objek-objek mandiri. Peran pengklasifikasian yang dipresentasikan sebagai kolom-kolom vertical dalam Sequence Diagram disebut sebagai sumbu waktu. Bilamana objek ada maka peran digambarkan dengan garis tegas, dan bilamana aktivasi prosedur pada objek aktif maka sumbu waktu digambarkan dengan garis ganda. Pesan-pesan digambarkan dengan garis bertanda panah dari sumbu waktu ke sumbu objek. Tanda panah yang menjelaskan aliran pesan antar pengklasifikasi digambarkan sesuai urutan waktu kejadian dan dari atas ke bawah Bentley, 2007.

2.5. Flowchart

Flowchart adalah bagan-bagan yang mempunyai arus yang menjelaskan langkah- langkah untuk menyelesaikan masalah. Sebuah flowchart memperlihatkan urutan proses dalam sistem dengan menampilkan input, output dan alat penyimpanan dalam proses pengolahan data Al-Bahra, 2006. Ada dua kategori simbol flowchart, yaitu : Universitas Sumatera Utara 1. Program flowchart Program flowchart adalah simbol yang berfungsi untuk menjelaskan logika proses terhadap data Skitmore, 2013. Simbol dapat dilihat pada Tabel 2.4. Tabel 2.4. Simbol Program Flowchart Simbol Keterangan InputOutput Menerima input atau menampilkan output SeleksiPilihan Memilih aliran berdasarkan syarat Terminator Mulai atau selesai Proses Menyatakan proses terhadap data Connector Penghubung Off-page Connector Penghubung halaman halaman yang berbeda Predefined-Data Definisi dari awal dari variable atau data Predefined-Process Lambang fungsi atau sub-program 2. Sistem Flowchart Sistem flowchart adalah simbol yang menjelaskan proses pengolahan data. Simbol tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.5. Universitas Sumatera Utara Tabel 2.5. Sistem Flowchart Simbol Nama Keyboard Printer FileStorage DisplayMonitor Magnetic Tape Magnetic Disc Sorting Extract Merge Universitas Sumatera Utara BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

3.1 Analisis Masalah

Masalah utama yang diangkat dari penelitian ini adalah Perbandingan algoritma Simple Additive Weighting SAW dan Preference Ranking Organization for Enrichment Evaluation PROMETHEE untuk memecahkan permasalahan Sistem Pendukung Keputusan untuk Pemilihan sepeda motor yang ditentukan oleh beberapa kriteria. Kriteria yang Penulis buat ada 4 yaitu Harga beli, Keiritan bahan bakar, Garansi, dan Kapasitas mesin. Di dalam penelitian ini, dalam pemecahan masalahnya penulis menggunakan algoritma SAW dan PROMETHEE agar dapat membantu pengambil keputusan dalam mengambil keputusan dengan lebih akurat dan efisien. Gambar 3.1. merupakan diagram Ishikawa yang dapat digunakan untuk menganalisis masalah. Bagian kepala atau segiempat yang berada di sebelah kanan merupakan masalah. Sementara di pada bagian tulang merupakan penyebab. Menentukan pemilihan sepeda motor terbaik Material Method Man Machine User butuh waktu yang lama dalam mengambil keputusan Butuh interaksi tiap stake holder Metode Saw Dan Promethee Kriteria dan alternatif Sistem yang ada masih belum optimal Gambar 3.1 Diagram Ishikawa Untuk Analisis Masalah Universitas Sumatera Utara

3.2. Analisis Kebutuhan Sistem

Untuk membangun sebuah sistem, perlu dilakukan sebuah tahap analisis kebutuhan sistem. Tahap analisis kebutuhan sistem yang dimaksud dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu kebutuhan fungsional dan kebutuhan non fungsional.

1. Kebutuhan Fungsional

Kebutuhan fungsional adalah kebutuhan yang harus diberikan atau yang dapat disediakan oleh sistem atau berhubungan dengan fitur yang ingin dibuat. Adapun kebutuhan fungsional yang dimaksud adalah sistem dapat menyelesaikan masalah dalam perbandingan algoritma saw dan promethee dalam pemilihan sepeda motor.

2. Kebutuhan Non-Fungsional

Kebutuhan non-fungsional merupakan deskripsi dari beberapa fitur, karateristik, dan batasan suatu sistem. Kebutuhan Non-Fungsional dari sistem adalah: 1. Hasil Kuisioner Dalam menentukan nilai perbandingan kriteria global dan alternative digunakan hasil kuisioner. 2. Mudah digunakan User friendly Sistem yang akan dibangun harus user friendly, artinya bahwa sistem mudah digunakan oleh user dengan tampilan interface yang sederhana dan mudah dimengerti. 3. Menjadi Referensi Sistem yang akan dibangun diharapkan mampu menjadi referensi bagi user untuk pemilihan Sepeda motor.

3.3 Analisis Proses

Dalam pemilihan Sepeda motor, sistem ini menggunakan 2 proses utama, yaitu proses pemilihan menggunakan algoritma SAW dan proses pemilihan menggunakan Universitas Sumatera Utara algoritma Promethee. Untuk mengetahui bagaimana sistem ini dapat bekerja yaitu dengan mengimplementasikannya ke dalam analisis proses. 3.3.1 Analisis Proses Pemecahan Masalah Dengan Algoritma Simple Additive Weighting SAW. Langkah-langkah yang dilakukan untuk melakukan pemilihan Sepeda motor yang terbaik adalah sebagai berikut : Menentukan tujuan, kriteria, dan alternatif. 1. Tujuan : Menentukan sepeda motor yang terbaik. 2. Kriteri : Harga beli, Keiritan bahan bakar, Garansi, dan Kapasitas mesin. 3. Alternatif : Yamaha Mio Soul, Honda Supra 125 PGM-FI, Honda Revo, Yamaha Jupiter MX, Yamaha Byson, Honda Vario, Yamaha Vixion, Honda Beat, Honda Tiger, Suzuki Satria FU. 3.3.2. Analisis proses algoritma SAW Menentukan tujuan, kriteria, dan alternatif. Tujuan : Menentukan pemilihan sepeda motor terbaik. Kriteria : Harga Beli, Keiritan bahan Bakar, Garansi dan Kapasitas Mesin. Alternatif : Mio Soul A, Supra 125 PGM-FI B, Revo C, Jupiter MX D, Byson E, Vario F, Vixion G, Beat H, Tiger I, Satria Fu J. Pengambil keputusan memberikan bobot pada kriteria Harga Beli, Keiritan bahan Bakar, Garansi dan Kapasitas Mesin.sebagaimana terlihat pada Tabel 3.1. Tabel 3.1. Bobot Kriteria Kriteria Bobot Harga Beli 4 Keiritan Bahan Bakar 3 Garansi 2 Kapasitas Mesin 1 Pengambil keputusan memberikan bobot pada alternatif Mio Soul, Supra 125 PGM- FI, Revo, Jupiter MX, Byson, Vario, Vixion, Beat, Tiger dan Satria Fu untuk tiap kriteria sebagaimana terlihat pada Tabel 3.2. Universitas Sumatera Utara Tabel 3.2. Bobot Alternatif di Setiap Kriteria Alternatif Harga Beli Keiritan Bahan Bakar Garansi Kapasitas Mesin Mio Soul A 6 6 8 6 Supra 125 PGM- FI B 7 9 9 6 Revo C 6 7 8 6 Jupiter MX D 7 7 8 7 Byson E 8 7 8 7 Vario F 7 7 8 6 Vixion G 9 7 8 6 Beat H 6 7 8 6 Tiger I 7 7 8 9 Satria Fu J 8 6 8 7 Normalisasi. { } { } { } { } { } Universitas Sumatera Utara { } { } { } { } { } { } { } { } { } { } { } Universitas Sumatera Utara { } { } { } { } { } { } { } { } { } { } Universitas Sumatera Utara { } { } { } { } { } { } { } { } { } { } { } { } Universitas Sumatera Utara { } { } Hasil normalisasi keseluruhan dapat juga dirangkum di dalam sebuah tabel yang dapat dilihat seperti pada Tabel 3.3 Tabel 3.3. Nilai Alternatif di Setiap Kriteria yang dinormalkan Alternatif Harga Beli Keiritan Bahan Bakar Garansi Kapasitas Mesin Mio Soul 0,666 0,666 0,888 0,666 Supra 125 PGM- FI 0,777 1,000 1,000 0,666 Revo 0,666 0,777 0,888 0,666 Jupiter MX 0,777 0,777 0,888 0,777 Byson 0,888 0,777 0,888 0,777 Vario 0,777 0,777 0,888 0,666 Vixion 1,000 0,777 0,888 0,666 Beat 0,666 0,777 0,888 0,666 Tiger 0,777 0,777 0,888 1,000 Satria Fu 0,888 0,666 0,888 0,777 Setelah nilai alternatif di setiap kriteria dinormalkan, dilakukan penilaian akhir alternatif. Penilaian akhir alternatif adalah sebagai berikut : ∑ 7,11 Universitas Sumatera Utara 8,78 = 7,44 = 8,22 = 8,11 Universitas Sumatera Utara Hasil penilaian akhir tiap alternatif ini yang dijadikan acuan dalam menentukan pemilihan Sepeda motor yang terbaik. Hasil penilaian akhir dapat juga dirangkum di dalam sebuah tabel yang dapat.dilihat pada Tabel 3.4. Tabel 3.4. Total Nilai Akhir Pembobotan Alternatif Nilai Akhir Pembobotan Mio Soul 7,11 Supra 125 PGM- Fi 8,78 Revo 7,44 Jupiter Mx 8,00 Byson 8,44 Vario 7,89 Vixion 8,78 Beat 7,44 Tiger 8,22 Satria Fu 8,11 Bila diurutkan berdasarkan nilai akhir pembobotan, maka dapat diketahui pemilihan sepeda motor terbaik berdasarkan algoritma SAW dari tertinggi hingga yang terendah adalah seperti pada Tabel 3.5. Tabel 3.5. Total Nilai Akhir Pembobotan Setelah Pengurutan Alternatif Nilai Akhir Pembobotan Supra 125 PGM- FI 8,78 Vixion 8,78 Byson 8,44 Tiger 8,22 Satria Fu 8,11 Jupiter MX 8,00 Vario 7,89 Beat 7,44 Revo 7,44 Mio Soul 7,11 Universitas Sumatera Utara 3.3.3 Analisis Proses Pemecahan Masalah Dengan Algoritma Preference Ranking Organization Method For Enrichment Evaluation PROMETHEE. Urutan langkah-langkah pemecahan masalah untuk memilih sepeda motor terbaik dengan menggunakan Algoritma PROMETHEE adalah sebagai berikut: 1. Langkah pertama dalam penyelesaian masalah dalam PROMETHEE adalah membagi setiap kriteria menjadi beberapa sub kriteria. 2. Pilih tipe pilihan dalam PROMETHEE

3. Hitung Nilai Hd berdasarkan terhadap tipe pilihan.

4. Pada penelitian ini penulis menggunakan kriteria, antara lain: Harga Beli, Keiritan Bahan Bakar, Garansi, dan Kapasitas Mesin 5. Pada penelitian ini penulis membuat pemisalan alternative sehingga perhitungan lebih efisien antara lain: Mio Soul = A Supra 125 PGM-FI = B Revo = C Jupiter MX =D Byson = E Vario = F Vixion = G Beat = H Tiger = J Satria Fu = K 6. Hitung nilai Leaving Flow 7. Hitung nilai Entering Flow 8. Hitung nilai Net Flow Net Flow = Leaving Flow – Entering Flow Universitas Sumatera Utara Penyelesaian Dengan Algoritma PROMETHEE: Tabel 3.6 Tabel PROMETHEE Tahap 1 Kriteria Mi o So ul Supra 125 pGM- FI R ev o Jupi ter MX Byson Vari o Vi xi on Beat Tige r Satr ia FU Tipe P Q Harga Beli 6 7 6 7 8 7 9 6 7 8 Usual 9 6 Keiritan Bahan Bakar 6 9 7 7 7 7 7 7 7 6 Usual 9 6 Garansi 8 9 8 8 8 8 8 8 8 8 Usual 9 6 Kapasitas Mesin 6 6 6 7 7 6 6 6 9 7 Usual 9 6 1. Langkah Pertama ialah Tentukan Nilai Hd

1. H d untuk A,B

Harga Beli A, B = 6-7 = -1 → Usual → Hd = 0 Irit Bahan Bakar A, B = 6-9= -3 → Usual → Hd= 0 Garansi A, B = 8-9= - 1→ Usual → Hd= 0 Kapasitas Mesin A, B = 6-6= 0 → Usual → Hd= 0

A, B =

0+0+0+0 = 0 2. H d untuk A,C Harga Beli A, C = 6-6 = 0 → Usual → Hd = 0 Irit Bahan Bakar A, C = 6-7= - 1→ Usual → Hd= 0 Garansi A, C = 8-8=0 → Usual → Hd= 0 Kapasitas Mesin A, C = 6-6= 0 → Usual → Hd= 0

A, C =

0+0+0+0 = 0

3. H d untuk A,D

Harga Beli A, D = 6-7 = -1 → Usual → Hd = 0 Universitas Sumatera Utara Irit Bahan Bakar A, D = 6-7= - 1→ Usual → Hd= 0 Garansi A, D = 8-8=0 → Usual → Hd= 0 Kapasitas Mesin A, D = 6-7= -1 → Usual → Hd= 0

A, D =

0+0+0+0 = 0 4. H d untuk A, E Harga Beli A, E = 6-8 = -2 → Usual → Hd = 0 Irit Bahan Bakar A, E = 6-7= - 1→ Usual → Hd= 0 Garansi A, E = 8-8= 0 → Usual → Hd= 0 Kapasitas Mesin A, E = 6-7 = -1 → Usual → Hd= 0

A, E =

0+0+0+0 = 0 5. H d untuk A, F Harga Beli A, F = 6-7 = -1 → Usual → Hd = 0 Irit Bahan Bakar A, F = 6-7= - 1→ Usual → Hd= 0 Garansi A, F = 8-8=0 → Usual → Hd= 0 Kapasitas Mesin A, F = 6-6= 0 → Usual → Hd= 0

A, F =

0+0+0+0 = 0 6. H d untuk A, G Harga Beli A, G = 6-9 = -3 → Usual → Hd = 0 Irit Bahan Bakar A, G = 6-7= - 1→ Usual → Hd= 0 Garansi A, G = 8-8=0 → Usual → Hd= 0 Kapasitas Mesin A, G = 6-6= 0 → Usual → Hd= 0

A, G =

0+0+0+0 = 0 7. H d untuk A, H Harga Beli A, H = 6-6 = 0 → Usual → Hd = 0 Irit Bahan Bakar A, H = 6-7= - 1→ Usual → Hd= 0 Garansi A, H = 8-8=0 → Usual → Hd= 0 Kapasitas Mesin A, H = 6-6= 0 → Usual → Hd= 0

A, H =

0+0+0+0 = 0 8. H d untuk A, I Harga Beli A, I = 6-7 = -1 → Usual → Hd = 0 Irit Bahan Bakar A, I = 6-7= - 1→ Usual → Hd= 0 Universitas Sumatera Utara Garansi A, I = 8-8= 0 → Usual → Hd= 0 Kapasitas Mesin A, I = 6-9= -3 → Usual → Hd= 0

A, I =

0+0+0+0 = 0 9. H d untuk A, J Harga Beli A, J = 6-8 = -2 → Usual → Hd = 0 Irit Bahan Bakar A, J = 6-6=-0 → Usual → Hd= 0 Garansi A, J = 8-8=0 → Usual → Hd= 0 Kapasitas Mesin A, J = 6-7= -1 → Usual → Hd= 0

A, J =

0+0+0+0 = 0 10. H d untuk B, A Harga Beli B, A = 7- 6 = 1 → Usual → Hd = 1 Irit Bahan Bakar B, A = 9-6=- 3→ Usual → Hd= 1 Garansi B, A = 9- 8=1→ Usual → Hd= 1 Kapasitas Mesin B, A = 6-6= 0 → Usual → Hd= 0

B, A =

1+1+1+0 = 0,75 11. H d untuk B, C Harga Beli B, C = 7- 6 = 1 → Usual → Hd = 1 Irit Bahan Bakar B, C = 9-7=- 2→ Usual → Hd= 1 Garansi B, C = 9- 8=1→ Usual → Hd= 1 Kapasitas Mesin B, C = 6-6= 0 → Usual → Hd= 0

B, C =

1+1+1+0 = 0,75 12. H d untuk B, D Harga Beli B, D = 7- 7 = 0 → Usual → Hd = 0 Irit Bahan Bakar B, D = 9-7=- 2→ Usual → Hd= 1 Garansi B, D = 9- 8=1→ Usual → Hd= 1 Kapasitas Mesin B, D = 6-7= -1 → Usual → Hd= 0

B, D =

0+1+1+0 = 0.50 13. H d untuk B, E Harga Beli B, E = 7-8 = - 1 → Usual → Hd = 0 Irit Bahan Bakar B, E = 9-7=- 2→ Usual → Hd= 1 Garansi B, E = 9- 8=1→ Usual → Hd= 1 Universitas Sumatera Utara Kapasitas Mesin B, E = 6-7= -1 → Usual → Hd= 0

B, E =

0+1+1+0 = 0.50 14. H d untuk B, F Harga Beli B, F = 7- 7 = 0 → Usual → Hd = 0 Irit Bahan Bakar B, F = 9-7=- 2→ Usual → Hd= 1 Garansi B, F = 9- 8=1→ Usual → Hd= 1 Kapasitas Mesin B, F = 6-6= 0 → Usual → Hd= 0

B, F =

0+1+1+0 = 0.50 15. H d untuk B, G Harga Beli B, G = 7-9 = - 2 → Usual → Hd = 0 Irit Bahan Bakar B, G = 9-7=- 2→ Usual → Hd= 1 Garansi B, G = 9- 8=1→ Usual → Hd= 1 Kapasitas Mesin B, G = 6-6= 0 → Usual → Hd= 0

B, G =

0+1+1+0 = 0.50 16. H d untuk B, H Harga Beli B, H = 7- 6 = 1 → Usual → Hd = 1 Irit Bahan Bakar B, H = 9-7=- 2→ Usual → Hd= 1 Garansi B, H = 9- 8=1→ Usual → Hd= 1 Kapasitas Mesin B, H = 6-6= 0 → Usual → Hd= 0

B, H =

1+1+1+0 = 0.75 17. H d untuk B, I Harga Beli B, I = 7- 7= 0 → Usual → Hd = 0 Irit Bahan Bakar B, I = 9-7=- 2→ Usual → Hd= 1 Garansi B, C = 9- 8=1→ Usual → Hd= 1 Kapasitas Mesin B, C = 6-9= -3 → Usual → Hd= 0

B, C =

0+1+1+0 = 0.50 18. H d untuk B, J Harga Beli B, J = 7-8 = - 1 → Usual → Hd = 0 Irit Bahan Bakar B, J = 6- 6= 0→ Usual → Hd= 0 Garansi B, J = 8- 8=0→ Usual → Hd= 0 Kapasitas Mesin B, J = 6-7= -1 → Usual → Hd= 0 Universitas Sumatera Utara

B, J =

0+0+0+0 = 0 19. H d untuk C, A Harga Beli C, A = 6- 6 = 0 → Usual → Hd = 0 Irit Bahan Bakar C, A = 7-6=- 1→ Usual → Hd= 1 Garansi C, A = 8- 8=0→ Usual → Hd= 0 Kapasitas Mesin C, A = 6-6= 0 → Usual → Hd= 0

C, A =

0+1+0+0 = 0,25 20. H d untuk C, B Harga Beli C, B = 6-7 = - 1 → Usual → Hd = 0 Irit Bahan Bakar C, B = 7-9= - 2→ Usual → Hd= 0 Garansi C, B = 8-9= - 1→ Usual → Hd= 0 Kapasitas Mesin C, B = 6-6= 0 → Usual → Hd= 0

C, B =

0+0+0+0 = 0 21. H d untuk C, D Harga Beli C, D = 6-7 = - 1 → Usual → Hd = 0 Irit Bahan Bakar C, D = 7- 7= 0→ Usual → Hd= 0 Garansi C, D = 8- 8= 0→ Usual → Hd= 0 Kapasitas Mesin C, D = 6-7= -1 → Usual → Hd= 0

C, D =

0+0+0+0 = 0 22. H d untuk C, E Harga Beli C, E = 6-8 = - 2 → Usual → Hd = 0 Irit Bahan Bakar C, E = 7- 7= 0→ Usual → Hd= 0 Garansi C, E = 8- 8= 0→ Usual → Hd= 0 Kapasitas Mesin C, E = 6-7= -1 → Usual → Hd= 0

C, E =

0+0+0+0 = 0 23. H d untuk C, F Harga Beli C, F = 6-7 = - 1 → Usual → Hd = 0 Irit Bahan Bakar C, F = 7- 7= 0→ Usual → Hd= 0 Garansi C, F = 8- 8= 0→ Usual → Hd= 0 Kapasitas Mesin C, F = 6-6= 0 → Usual → Hd= 0

C, F =

0+0+0+0 = 0 Universitas Sumatera Utara

24. H d untuk C, G

Harga Beli C, G = 6-9 = - 3 → Usual → Hd = 0 Irit Bahan Bakar C, G = 7- 7= 0→ Usual → Hd= 0 Garansi C, G = 8- 8= 0→ Usual → Hd= 0 Kapasitas Mesin C, G = 6-6= 0 → Usual → Hd= 0

C, G =

0+0+0+0 = 0 25. H d untuk C, H Harga Beli C, F = 6- 6 = 0 → Usual → Hd = 0 Irit Bahan Bakar C, F = 7- 7= 0→ Usual → Hd= 0 Garansi C, F = 8- 8= 0→ Usual → Hd= 0 Kapasitas Mesin C, F = 6-6= 0 → Usual → Hd= 0

C, H =

0+0+0+0 = 0 26. H d untuk C, I Harga Beli C, I = 6-7 = - 1 → Usual → Hd = 0 Irit Bahan Bakar C, I = 7- 7= 0→ Usual → Hd= 0 Garansi C, I = 8- 8= 0→ Usual → Hd= 0 Kapasitas Mesin C, I = 6-9= -3 → Usual → Hd= 0

C, I =

0+0+0+0 = 0 27. H d untuk C, J Harga Beli C, F = 6-8 = - 2 → Usual → Hd = 0 Irit Bahan Bakar C, F = 7- 6= 1→ Usual → Hd= 1 Garansi C, F = 8- 8= 0→ Usual → Hd= 0 Kapasitas Mesin C, F = 6-7= -1 → Usual → Hd= 0

C, J =

0+1+0+0 = 0.25 28. H d untuk D, A Harga Beli D, A = 7- 6 = 1 → Usual → Hd = 1 Irit Bahan Bakar D, A = 7- 6= 1→ Usual → Hd= 1 Garansi D, A = 8- 8= 0→ Usual → Hd= 0 Kapasitas Mesin D, A = 7- 6= 1 → Usual → Hd= 1

D, A =

1+1+0+1 = 0.75 29. H d untuk D, B Universitas Sumatera Utara Harga Beli D, B = 7- 7 = 0 → Usual → Hd = 0 Irit Bahan Bakar D, B = 7-9= - 2→ Usual → Hd= 0 Garansi D, B = 8-9= - 1→ Usual → Hd= 0 Kapasitas Mesin D, B = 7- 6= 1 → Usual → Hd= 1

D, B =

0+0+0+1 = 0.25 30. H d untuk D, C Harga Beli D, C = 7- 6 = 1 → Usual → Hd = 1 Irit Bahan Bakar D, C = 7- 7= 0→ Usual → Hd= 0 Garansi D, C = 8- 8= 0→ Usual → Hd= 0 Kapasitas Mesin D, C = 7- 6= 1 → Usual → Hd= 1

D, C =

1+0+0+1 = 0.50 31. H d untuk D, E Harga Beli D, E = 7-8 = - 1 → Usual → Hd = 0 Irit Bahan Bakar D, E = 7- 7= 0→ Usual → Hd= 0 Garansi D, E = 8- 8= 0→ Usual → Hd= 0 Kapasitas Mesin D, E = 7- 7= 0 → Usual → Hd= 0

D, E =

0+0+0+0 = 0 32. H d untuk D, F Harga Beli D, F = 7- 7 = 0 → Usual → Hd = 0 Irit Bahan Bakar D, F = 7- 7= 0→ Usual → Hd= 0 Garansi D, F = 8- 8= 0→ Usual → Hd= 0 Kapasitas Mesin D, F = 7- 6= 1 → Usual → Hd= 1

D, F =

0+0+0+1 = 0.25 33. H d untuk D, G Harga Beli D, G = 7-9 = -2 → Usual → Hd = 0 Irit Bahan Bakar D, G = 7- 7= 0→ Usual → Hd= 0 Garansi D, G = 8- 8= 0→ Usual → Hd= 0 Kapasitas Mesin D, G = 7- 6= 1 → Usual → Hd= 1

D, G =

0+0+0+1 = 0.25 34. H d untuk D, H Harga Beli D, H = 7- 6 = 1 → Usual → Hd = 1 Universitas Sumatera Utara Irit Bahan Bakar D, H = 7- 7= 0→ Usual → Hd= 0 Garansi D, H = 8- 8= 0→ Usual → Hd= 0 Kapasitas Mesin D, H = 7- 6= 1 → Usual → Hd= 1

D, H =

1+0+0+1 = 0.50 35. H d untuk D, I Harga Beli D, I = 7- 7 = 0 → Usual → Hd = 0 Irit Bahan Bakar D, I = 7- 7= 0→ Usual → Hd= 0 Garansi D, I = 8- 8= 0→ Usual → Hd= 0 Kapasitas Mesin D, I = 7-9= - 2 → Usual → Hd= 0

D, I =

0+0+0+0 = 0 36. H d untuk D, J Harga Beli D, J = 7-8 = - 1 → Usual → Hd = 0 Irit Bahan Bakar D, J = 7-6 = 1→ Usual → Hd= 1 Garansi D, J = 8- 8= 0→ Usual → Hd= 0 Kapasitas Mesin D, J = 7- 7= 0 → Usual → Hd= 0

D, J =

0+1+0+0 = 0.25 37. H d untuk E, A Harga Beli E, A = 8- 6 = 2 → Usual → Hd = 1 Irit Bahan Bakar E, A = 7- 6= 1→ Usual → Hd= 1 Garansi E, A = 8- 8= 0→ Usual → Hd= 0 Kapasitas Mesin E, A = 7- 6= 1 → Usual → Hd= 1

E, A =

1+1+0+1 = 0.75 38. H d untuk E, B Harga Beli E, B = 8- 7 = 1 → Usual → Hd = 1 Irit Bahan Bakar E, B = 7-9= - 2→ Usual → Hd= 0 Garansi E, B = 8-9= - 1→ Usual → Hd= 0 Kapasitas Mesin E, B = 7- 6= 1 → Usual → Hd= 1

E, B =

1+0+0+1 = 0.50 39. H d untuk E, C Harga Beli E, C = 8- 6 = 2 → Usual → Hd = 1 Irit Bahan Bakar E, C = 7- 7= 0→ Usual → Hd= 0 Universitas Sumatera Utara Garansi E, C = 8- 8= 0→ Usual → Hd= 0 Kapasitas Mesin E, C = 7- 6= 1 → Usual → Hd= 1

E, C =

1+0+0+1 = 0.50 40. H d untuk E, D Harga Beli E, D = 8- 7 = 1 → Usual → Hd = 1 Irit Bahan Bakar E, D = 7- 7= 0→ Usual → Hd= 0 Garansi E, D = 8- 8= 0→ Usual → Hd= 0 Kapasitas Mesin E, D = 7- 7= 0 → Usual → Hd= 0

E, D =

1+0+0+0 = 0.25 41. H d untuk E, F Harga Beli E, F = 8- 7 = 1 → Usual → Hd = 1 Irit Bahan Bakar E, F = 7- 7= 0→ Usual → Hd= 0 Garansi E, F = 8- 8= 0→ Usual → Hd= 0 Kapasitas Mesin E, F = 7- 6= 1 → Usual → Hd= 1

E, F =

1+0+0+1 = 0.50 42. H d untuk E, G Harga Beli E, G = 8-9 = - 1 → Usual → Hd = 0 Irit Bahan Bakar E, G = 7- 7= 0→ Usual → Hd= 0 Garansi E, G = 8- 8= 0→ Usual → Hd= 0 Kapasitas Mesin E, G = 7- 6= 1 → Usual → Hd= 1

E, G =

0+0+0+1 = 0.25 43. H d untuk E, H Harga Beli E, H = 8- 6 = 2 → Usual → Hd = 1 Irit Bahan Bakar E, H = 7- 7= 0→ Usual → Hd= 0 Garansi E, H = 8- 8= 0→ Usual → Hd= 0 Kapasitas Mesin E, H = 7- 6= 1 → Usual → Hd= 1

E, H =

1+0+0+1 = 0.50 44. H d untuk E, I Harga Beli E, I = 8- 7 = 1 → Usual → Hd = 1 Irit Bahan Bakar E, I = 7- 7= 0→ Usual → Hd= 0 Garansi E, I = 8- 8= 0→ Usual → Hd= 0 Universitas Sumatera Utara Kapasitas Mesin E, I = 7-9= - 2 → Usual → Hd= 0

E, I =

1+0+0+1 = 0.50 45. H d untuk E, J Harga Beli E, J = 8- 8 = 0 → Usual → Hd = 0 Irit Bahan Bakar E, J = 7- 6= 1→ Usual → Hd= 1 Garansi E, J = 8- 8= 0→ Usual → Hd= 0 Kapasitas Mesin E, J = 7- 7= 0 → Usual → Hd= 0

E, J =

0+1+0+0 = 0.25 46. H d untuk F, A Harga Beli F, A = 7- 6 = 1 → Usual → Hd = 1 Irit Bahan Bakar F, A = 7- 6= 1→ Usual → Hd= 1 Garansi F, A = 8- 8= 0→ Usual → Hd= 0 Kapasitas Mesin F, A = 6- 6= 0 → Usual → Hd= 0

F, A =

1+1+0+0 = 0.50 47. H d untuk F, B Harga Beli F, B = 7- 7 = 0 → Usual → Hd = 0 Irit Bahan Bakar F, B = 7-9= - 2→ Usual → Hd= 0 Garansi F, B = 8-9= - 1→ Usual → Hd= 0 Kapasitas Mesin F, B = 6- 6= 0 → Usual → Hd= 0

F, B =

0+0+0+0 = 0 48. H d untuk F, C Harga Beli F, C = 7- 6 = 1 → Usual → Hd = 1 Irit Bahan Bakar F, C = 7- 7= 0→ Usual → Hd= 0 Garansi F, C = 8- 8= 0→ Usual → Hd= 0 Kapasitas Mesin F, C = 6- 6= 0 → Usual → Hd= 0

F, C =

1+0+0+0 = 0.25 49. H d untuk F, D Harga Beli F, D = 7-7 = 0 → Usual → Hd = 0 Irit Bahan Bakar F, D = 7- 7= 0→ Usual → Hd= 0 Garansi F, D = 8- 8= 0→ Usual → Hd= 0 Kapasitas Mesin F, D = 6-7= - 1 → Usual → Hd= 0 Universitas Sumatera Utara

F, D =

0+0+0+0 = 0 50. H d untuk F, E Harga Beli F, E = 7-8 = - 1 → Usual → Hd = 0 Irit Bahan Bakar F, E = 7- 7= 0→ Usual → Hd= 0 Garansi F, E = 8- 8= 0→ Usual → Hd= 0 Kapasitas Mesin F, E = 6-7= - 1 → Usual → Hd= 0

F, E =

0+0+0+0 = 0 51. H d untuk F, G Harga Beli F, G = 7-9 = - 2 → Usual → Hd = 0 Irit Bahan Bakar F, G = 7- 7= 0→ Usual → Hd= 0 Garansi F, G = 8- 8= 0→ Usual → Hd= 0 Kapasitas Mesin F, G = 6- 6= 0 → Usual → Hd= 0

F, G =

0+0+0+0 = 0 52. H d untuk F, H Harga Beli F, H = 7- 6 = 1 → Usual → Hd = 1 Irit Bahan Bakar F, H = 7-7= 0→ Usual → Hd= 0 Garansi F, H = 8- 8= 0→ Usual → Hd= 0 Kapasitas Mesin F, H = 6- 6= 0 → Usual → Hd= 0

F, H =

1+0+0+0 = 0.25 53. H d untuk F, I Harga Beli F, I = 7- 7 = 0 → Usual → Hd = 0 Irit Bahan Bakar F, I = 7- 7= 0→ Usual → Hd= 0 Garansi F, I = 8- 8= 0→ Usual → Hd= 0 Kapasitas Mesin F, I = 6-9= - 3 → Usual → Hd= 0

F, I =

0+0+0+0 = 0 54. H d untuk F, J Harga Beli F, J = 7-8 = - 1 → Usual → Hd = 0 Irit Bahan Bakar F, J = 7- 6= 1→ Usual → Hd= 1 Garansi F, J = 8- 8= 0→ Usual → Hd= 0 Kapasitas Mesin F, J = 6-7= - 1 → Usual → Hd= 0

F, J =

0+0+0+0 = 0 Universitas Sumatera Utara

55. H d untuk G, A

Harga Beli G, A = 9- 6 = 3 → Usual → Hd = 1 Irit Bahan Bakar G, A = 7- 6= 1→ Usual → Hd= 1 Garansi G, A = 8- 8= 0→ Usual → Hd= 0 Kapasitas Mesin G, A = 6- 6= 0 → Usual → Hd= 0

G, A =

1+1+0+0 = 0.50 56. H d untuk G, B Harga Beli G, B = 9- 7 = 2 → Usual → Hd = 1 Irit Bahan Bakar G, B = 7-9= - 2→ Usual → Hd= 0 Garansi G, B = 8-9= - 1→ Usual → Hd= 0 Kapasitas Mesin G, B = 6- 6= 0 → Usual → Hd= 0

G, B =

1+1+0+0 = 0.50 57. H d untuk G, C Harga Beli G, C = 9- 6 = 3 → Usual → Hd = 1 Irit Bahan Bakar G, C = 7- 7= 0→ Usual → Hd= 0 Garansi G, C = 8- 8= 0→ Usual → Hd= 0 Kapasitas Mesin G, C = 6- 6= 0 → Usual → Hd= 0

G, A =

1+0+0+0 = 0.25 58. H d untuk G, D Harga Beli G, D = 9- 7 = 2 → Usual → Hd = 1 Irit Bahan Bakar G, D = 7- 7= 0→ Usual → Hd= 0 Garansi G, D = 8- 8= 0→ Usual → Hd= 0 Kapasitas Mesin G, D = 6-7= - 1 → Usual → Hd= 0

G, D =

1+0+0+0 = 0.25 59. H d untuk G, E Harga Beli G, E = 9- 8 = 1 → Usual → Hd = 1 Irit Bahan Bakar G, E = 7- 7= 0→ Usual → Hd= 0 Garansi G, E = 8- 8= 0→ Usual → Hd= 0 Kapasitas Mesin G, E = 6-7= - 1 → Usual → Hd= 0

G, E =

1+0+0+0 = 0.25 60. H d untuk G, F Universitas Sumatera Utara Harga Beli G, F = 9- 7 = 2 → Usual → Hd = 1 Irit Bahan Bakar G,F = 7- 7= 0→ Usual → Hd= 0 Garansi G, F = 8- 8= 0→ Usual → Hd= 0 Kapasitas Mesin G, F = 6- 6= 0 → Usual → Hd= 0

G, F =

1+0+0+0 = 0.25 61. H d untuk G, H Harga Beli G, H = 9- 6 = 3 → Usual → Hd = 1 Irit Bahan Bakar G, H = 7- 7= 0→ Usual → Hd= 0 Garansi G, H = 8- 8= 0→ Usual → Hd= 0 Kapasitas Mesin G, H = 6- 6= 0 → Usual → Hd= 0

G, H =

1+0+0+0 = 0.25 62. H d untuk G, I Harga Beli G, I = 9- 7 = 2 → Usual → Hd = 1 Irit Bahan Bakar G, I = 7- 7= 0→ Usual → Hd= 0 Garansi G, I = 8- 8= 0→ Usual → Hd= 0 Kapasitas Mesin G, I = 6-9= - 3 → Usual → Hd= 0

G, I =

1+0+0+0 = 0.25 63. H d untuk G, J Harga Beli G, J = 9- 8 = 1 → Usual → Hd = 1 Irit Bahan Bakar G, J = 7- 6= 1→ Usual → Hd= 1 Garansi G, J = 8- 8= 0→ Usual → Hd= 0 Kapasitas Mesin G, J = 6-7= - 1 → Usual → Hd= 0

G, J =

1+1+0+0 = 0.50 64. H d untuk H, A Harga Beli H, A = 6- 6 = 0 → Usual → Hd = 0 Irit Bahan Bakar H, A = 7- 6= 1→ Usual → Hd= 1 Garansi H, A = 8- 8= 0→ Usual → Hd= 0 Kapasitas Mesin H, A = 6- 6= 0 → Usual → Hd= 0

H, A =

0+1+0+0 = 0.25 65. H d untuk H, B Harga Beli H, B = 6-7 = - 1 → Usual → Hd = 0 Universitas Sumatera Utara Irit Bahan Bakar H, B = 7-9= - 2→ Usual → Hd= 0 Garansi H, B = 8-9= - 1→ Usual → Hd= 0 Kapasitas Mesin H, B = 6- 6= 0 → Usual → Hd= 0

H, B =

0+0+0+0 = 0 66. H d untuk H, C Harga Beli H, C = 6- 6 = 0 → Usual → Hd = 0 Irit Bahan Bakar H, C = 7- 7= 0→ Usual → Hd= 0 Garansi H, C = 8- 8= 0→ Usual → Hd= 0 Kapasitas Mesin H, C = 6- 6= 0 → Usual → Hd= 0

H, C =

0+0+0+0 = 0 67. H d untuk H, D Harga Beli H, D = 6-7 = - 1 → Usual → Hd = 0 Irit Bahan Bakar H, D = 7- 7= 0→ Usual → Hd= 0 Garansi H, D = 8- 8= 0→ Usual → Hd= 0 Kapasitas Mesin H, D = 6-7= - 1 → Usual → Hd= 0

H, D =

0+0+0+0 = 0 68. H d untuk H, E Harga Beli H, E = 6-8 = - 2 → Usual → Hd = 0 Irit Bahan Bakar H, E = 7- 7= 0→ Usual → Hd= 0 Garansi H, E = 8- 8= 0→ Usual → Hd= 0 Kapasitas Mesin H, E = 6-7= - 1 → Usual → Hd= 0

H, E =

0+0+0+0 = 0 69. H d untuk H, F Harga Beli H, F = 6-7 = - 1 → Usual → Hd = 0 Irit Bahan Bakar H, F = 7- 7= 0→ Usual → Hd= 0 Garansi H, F = 8- 8= 0→ Usual → Hd= 0 Kapasitas Mesin H, F = 6- 6= 0 → Usual → Hd= 0

H, B =

0+0+0+0 = 0 70. H d untuk H, G Harga Beli H, G = 6-9 = - 3 → Usual → Hd = 0 Irit Bahan Bakar H, G = 7- 7= 0→ Usual → Hd= 0 Universitas Sumatera Utara Garansi H, G = 8- 8= 0→ Usual → Hd= 0 Kapasitas Mesin H, G = 6- 6= 0 → Usual → Hd= 0

H, G =

0+0+0+0 = 0 71. H d untuk H, I Harga Beli H, I = 6-7 = - 1 → Usual → Hd = 0 Irit Bahan Bakar H, I = 7- 7= 0→ Usual → Hd= 0 Garansi H, I = 8- 8= 0→ Usual → Hd= 0 Kapasitas Mesin H, I = 6-9= - 3 → Usual → Hd= 0

H, I =

0+0+0+0 = 0 72. H d untuk H, J Harga Beli H, J = 6-8 = - 2 → Usual → Hd = 0 Irit Bahan Bakar H, J = 7- 6= 1→ Usual → Hd= 1 Garansi H, J = 8- 8= 0→ Usual → Hd= 0 Kapasitas Mesin H, J = 6-7= - 1 → Usual → Hd= 0

H, J =

0+0+0+0 = 0 73. H d untuk I, A Harga Beli I, A = 7- 6 = 1 → Usual → Hd = 1 Irit Bahan Bakar I, A = 7- 6= 1→ Usual → Hd= 1 Garansi I, A = 8- 8= 0→ Usual → Hd= 0 Kapasitas Mesin I, A = 9- 6= 3 → Usual → Hd= 1

I, A =

1+1+0+1 = 0.75 74. H d untuk I, B Harga Beli I, B = 7- 7 = 0 → Usual → Hd = 0 Irit Bahan Bakar I, B = 7-9= - 2→ Usual → Hd= 0 Garansi I, B = 8-9= - 1→ Usual → Hd= 0 Kapasitas Mesin I, B = 9- 6= 3 → Usual → Hd= 1

I, B =

0+0+0+1 = 0.25 75. H d untuk I, C Harga Beli I, C = 7- 6 = 1 → Usual → Hd = 1 Irit Bahan Bakar I, C = 7- 7= 0→ Usual → Hd= 0 Garansi I, C = 8- 8= 0→ Usual → Hd= 0 Universitas Sumatera Utara Kapasitas Mesin I, C = 9- 6= 3 → Usual → Hd= 1

I, C =

1+0+0+1 = 0.50 76. H d untuk I, D Harga Beli I, D = 7- 7 = 0 → Usual → Hd = 0 Irit Bahan Bakar I, D = 7- 7= 0→ Usual → Hd= 0 Garansi I, D = 8- 8= 0→ Usual → Hd= 0 Kapasitas Mesin I, D = 9- 7= 2 → Usual → Hd= 1

I, D =

0+0+0+1 = 0.25 77. H d untuk I, E Harga Beli I, E = 7-8 = - 1 → Usual → Hd = 0 Irit Bahan Bakar I, E = 7- 7= 0→ Usual → Hd= 0 Garansi I, E = 8- 8= 0→ Usual → Hd= 0 Kapasitas Mesin I, E = 9- 7= 2 → Usual → Hd= 1

I, E =

1+1+0+1 = 0.75

78. H d untuk I, F

Harga Beli I, A = 7- 7 = 0 → Usual → Hd = 0 Irit Bahan Bakar I, A = 7- 7= 0→ Usual → Hd= 0 Garansi I, A = 8- 8= 0→ Usual → Hd= 0 Kapasitas Mesin I, A = 9- 6= 3 → Usual → Hd= 1

I, A =

0+0+0+1 = 0.25 79. H d untuk I, G Harga Beli I, G = 7-9 = - 2 → Usual → Hd = 0 Irit Bahan Bakar I, G = 7- 7= 0→ Usual → Hd= 0 Garansi I, G = 8- 8= 0→ Usual → Hd= 0 Kapasitas Mesin I, G = 9- 6= 3 → Usual → Hd= 1

I, G =

0+0+0+1 = 0.25 80. H d untuk I, H Harga Beli I, H = 6- 7 = 1 → Usual → Hd = 1 Irit Bahan Bakar I, H = 7- 7= 0→ Usual → Hd= 0 Garansi I, H = 8- 8= 0→ Usual → Hd= 0 Universitas Sumatera Utara Kapasitas Mesin I, H = 9- 6= 3 → Usual → Hd= 1

I, H =

1+0+0+1 = 0.50 81. H d untuk I, J Harga Beli I, J = 7-8 = - 1 → Usual → Hd = 0 Irit Bahan Bakar I, J = 7- 6= 1→ Usual → Hd= 1 Garansi I, J = 8- 8= 0→ Usual → Hd= 0 Kapasitas Mesin I, J = 9- 7= 2 → Usual → Hd= 1

I, J =

0+1+0+1 = 0.50 82. H d untuk J, A Harga Beli J, A = 8- 6 = 2 → Usual → Hd = 1 Irit Bahan Bakar J, A = 6- 6= 0→ Usual → Hd= 0 Garansi J, A = 8- 8= 0→ Usual → Hd= 0 Kapasitas Mesin J, A = 7- 6= 1 → Usual → Hd= 1

J, A =

1+0+0+1 = 0.50 83. H d untuk J, B Harga Beli J, B = 8- 7 = 1 → Usual → Hd = 1 Irit Bahan Bakar J, B = 6-9= - 3→ Usual → Hd= 0 Garansi J, B = 8-9= - 1→ Usual → Hd= 0 Kapasitas Mesin J, B = 7- 6= 1 → Usual → Hd= 1

J, B =

1+0+0+1 = 0.50 84. H d untuk J, C Harga Beli J, C = 8- 6 = 2 → Usual → Hd = 1 Irit Bahan Bakar J, C = 6-7= - 1→ Usual → Hd= 0 Garansi J, C = 8- 8= 0→ Usual → Hd= 0 Kapasitas Mesin J, C = 7- 6= 1 → Usual → Hd= 1

J, C =

1+0+0+1 = 0.50 85. H d untuk J, D Harga Beli J, D = 8- 7 = 1 → Usual → Hd = 1 Irit Bahan Bakar J, D = 6-7= - 1→ Usual → Hd= 0 Garansi J, D = 8- 8= 0→ Usual → Hd= 0 Kapasitas Mesin J, D = 7- 7= 0 → Usual → Hd= 0 Universitas Sumatera Utara

J, D =

1+0+0+1 = 0.50 86. H d untuk J, E Harga Beli J, E = 8- 8 = 0 → Usual → Hd = 0 Irit Bahan Bakar J, E = 6-7= - 1→ Usual → Hd= 0 Garansi J, E = 8- 8= 0→ Usual → Hd= 0 Kapasitas Mesin J, E = 7- 7= 0 → Usual → Hd= 0

J, E =

1+0+0+1 = 0.50 87. H d untuk J, F Harga Beli J, F = 8- 7 = 1 → Usual → Hd = 1 Irit Bahan Bakar J, F = 6-7= - 1→ Usual → Hd= 0 Garansi J, F = 8- 8= 0→ Usual → Hd= 0 Kapasitas Mesin J, F = 7- 6= 1 → Usual → Hd= 1

J, F =

1+0+0+1 = 0.50 88. H d untuk J, G Harga Beli J, G = 8-9 = - 1 → Usual → Hd = 0 Irit Bahan Bakar J, G = 6-7= - 1→ Usual → Hd= 0 Garansi J, G = 8- 8= 0→ Usual → Hd= 0 Kapasitas Mesin J, G = 7- 6= 1 → Usual → Hd= 1

J, G =

0+0+0+1 = 0.25 89. H d untuk J, H Harga Beli J, H = 8- 6 = 2 → Usual → Hd = 1 Irit Bahan Bakar J, H = 6-7= - 1→ Usual → Hd= 0 Garansi J, H = 8- 8= 0→ Usual → Hd= 0 Kapasitas Mesin J, H = 7- 6= 1 → Usual → Hd= 1

J, H =

1+0+0+1 = 0.50 90. H d untuk J, I Harga Beli J, I = 8- 7 = 1 → Usual → Hd = 1 Irit Bahan Bakar J, I = 6-7= - 1→ Usual → Hd= 0 Garansi J, I = 8- 8= 0→ Usual → Hd= 0 Kapasitas Mesin J, I = 7-9= - 2 → Usual → Hd= 0

J, I =

1+0+0+0 = 0.25 Universitas Sumatera Utara Tabel 3.7 Tabel PROMETHEE Tahap 2 PROMETHEE Tahap 2 A B C D E F G H I J A B 0,75 0,75 0,50 0,50 0,5 0,50 0,75 0,50 C 0,25 0,25 D 0,75 0,25 0,50 0,2 5 0,25 0,50 0,25 E 0,75 0,50 0,50 0,25 0,5 0,25 0,50 0,50 0,25 F 0,50 0,25 0,25 G 0,50 0,50 0,25 0,25 0,25 0,2 5 0,25 0,25 0,50 H 0,25 I 0,75 0,25 0,50 0,25 0,75 0,2 5 0,25 0,50 0,50 J 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,5 0,25 0,50 0,25 2. Menghitung Nilai Leaving Flow A = = = 0 B = = = Universitas Sumatera Utara C = = = D = = = E = = = F = = = G = = = H = = = I = = = Universitas Sumatera Utara J = = = 3. Menghitung Nilai Entering Flow A = = = B = = = C = = = D = = = E = = = F = = = G = = = H = Universitas Sumatera Utara = = I = = = J = = = 305 4. Hitung Nilai Net Flow A = 0 - 0,555 = -0,556 B = – 0,194 = 0,305 C = 0,055 – 0,361 = -0,306 D = 0,305 – 0,166 = -0,139 E = 0,416 – 0,111 = 0,306 F = 0,138 – 0,250 = -0,111 G = 0,305 – 0,166 = 0,139 H = 0,055 – 0,361 = -0,306 I = 0,388 – 0,138 = 0,250 J = 0,361 – 0,305 = 0,056 Universitas Sumatera Utara Hasil Akhir Ranking PROMETHEE Tabel 3.8 Tabel Ranking PROMETHEE Aternative Nilai Ranking Mio Soul -0,556 10 Supra 125 PGM-FI 0,389 1 Revo -0,306 9 Jupiter MX 0,139 3 Byson 0,222 2 Vixion 0,139 4 Vario -0,111 7 Beat -0,306 8 Tiger 0,028 6 Satria FU 0,056 5 3.4. Pemodelan Sistem Untuk menerangkan keadaan dan bagian-bagian yang berperan dalam sistem yang dirancang penulis membuat sebuah pemodelan sistem. Pemodelan sistem yang dibuat berupa use-case diagram, activity diagram dan sequence diagram. 3.4.1. Use Case Activity Diagram Use case digunakan untuk menggambarkan dan menganalisis interaksi yang terjadi antara user dan sistem sehingga dapat dipahami dengan lebih mudah. Universitas Sumatera Utara Pada Gambar 3.2. dijelaskan bahwa user dapat melakukan beberapa hal, yaitu input nilai preferensi matriks dan alternatif tiap matriks, dan mendapatkan hasil perangkingan. User depends on depends on depends on depends on Promethee Algorithm Hitung Net Flow Ranking Promethee Input nilai Promethee Tahap I SAW Algorithm Input nilai Promethee Tahap II Pembobotan Alternatif Harga Beli Pembobotan Alternatif Keiritan Bahan Bakar Pembobotan Alternatif Kapasitas Mesin Hitung Normalisasi Pembobotan Kriteria Pembobotan Alternatif Garansi Ranking SAW extends includes extends extends extends includes includes includes Depends on Gambar 3.2. Use Case Sistem 3.4.2. Spesifikasi Use Case Activity Diagram SAW Spesifikasi Use Case dari algoritma SAW dapat dilihat seperti pada Tabel 3.9. Activity diagram dari Algoritma SAW dapat dilihat seperti pada Gambar 3.3. Universitas Sumatera Utara Tabel 3.9. Spesifikasi Use Case Algoritma SAW Name Algoritma SAW. Actors User. Trigger User meng-klik tombol Algoritma SAW, lalu memasukkan nilai pada tiap kolom, lalu mendapatkan hasil perangkingan SAW berupa urutan perusahaan Sepeda motor terbaik. Preconditions Memasukkan nilai pada kriteria dan pada alternatif. Post Conditions Hasil perangkingan total. Success Scenario 1. User memasukkan nilai kriteria dan alternatif tiap kriteria. 2. Sistem melakukan perangkingan dengan algoritma SAW. 3. Sistem menampilkan hasil perangkingan total Gambar 3.3. Activity Diagram Algoritma SAW Universitas Sumatera Utara Gambar 3.4. Activity Diagram Algoritma Promethee 3.4.3. Sequence Diagram Sequence diagram adalah sebuah gambar yang menerangkan interaksi antara actor dengan sistem, yang terjadi di dalam sekenario use case. Pada penelitian ini penulis membagi sequence diagram menjadi 2 bagian, yaitu sequence diagram SAW dan sequence diagram Promethee. Sequence diagram SAW dapat dilihat pada Gambar 3.5., dan sequence diagram Promethee dapat dilihat pada Gambar 3.6. User Matriks Kriteria Matriks Alternatif M. Prioritas Global Input Bobot Kriteria Nilai Bobot Diterima Nilai Bobot Tidak Diterima Input Bobot Alternatif Semua Kriteria Normalisasi Alternatif Semua Kriteria Hitung Matriks Global Ranking Sepeda motor terbaik Gambar 3.5. Sequence Diagram SAW Universitas Sumatera Utara Gambar 3.6. Sequence Diagram Promethee

3.5. Perancangan Sistem

3.5.1. Pembuatan algoritma program Pembuatan algoritma program adalah penjelasan langkah-langkah yang dilakukan algoritma SAW dan algoritma Promethee yang diterjemahkan ke dalam bahasa pemrograman. Adapun langkah yang harus dilalui dalam pembuatan algoritma program adalah : 1. Pembuatan algoritma program berupa alur proses sebuah sistem secara umum. 2. Pembuatan alur proses sebuah sistem pendukung keputusan dengan menggunakan algoritma SAW ke dalam bahasa pemrograman PHP. 3. Pembuatan alur proses sebuah sistem pendukung keputusan dengan menggunakan algoritma Promethee ke dalam bahasa pemrograman PHP. 3.5.2. Alur proses sistem secara umum Ada dua alur proses sistem secara umum, yaitu alur proses sistem pada pemilihan sepeda motor terbaik dengan menggunakan algoritma SAW yang dapat dilihat pada Universitas Sumatera Utara Gambar 3.7. dan menggunakan algoritma Promethee yang dapat dilihat pada Gambar 3.8. Input bobot kriteria Mulai Nilai bobot diterima ? Input bobot alternatif tiap kriteria Normalisasi alternatif semua kriteria Hitung matriks global Selesai Tidak Iya Pemilihan Sepeda Motor Terbaik Gambar 3.7. Flowchart Sistem SAW Universitas Sumatera Utara Mulai Bagi Kriteria Menjadi Sub Kriteria Hitung nilai Hd Hitung Entering Flow Hitung Leaving Flow Input Nilai Preferensi Tiap Alternative Tentukan Tipe Preferensi serta nilai p dan q Menampilkan table PROMETHEE tahap 2 Hitung Net Flow Tampilan Sepeda Motor Terbaik Selesai Gambar 3.8. Flowchart Sistem Promethee Universitas Sumatera Utara

3.6. Perancangan Antarmuka Sistem

Interface 3.6.1. Halaman utama Halaman utama adalah yang pertama ditampilkan pada saat aplikasi digunakan. Pada halaman utama terdapat beberapa menu bar, seperti menu Promethee, SAW, Information, dan Exit. Rancangan tampilan dari Halaman Utama dapat dilihat pada Gambar 3.9. dan keterangannya dapat dilihat pada Tabel 3.10. INPUT KRITERIA INPUT ALTERNATIF METODE PROMETHEE LOG OUT METODE SAW Fasilkom-TI USU 1 2 3 4 5 6 7 Gambar 3.9 Rancangan Halaman Utama Tabel 3.10. Keterangan Bagian-Bagian Rancangan Halaman Utama No Jenis Objek Keterangan 1 Label Judul Menampilkan judul aplikasi yang akan dirancang. 2 Button Menu Input kriteria Tombol yang mengarahkan user ke input kriteria. 3 Button Menu Input Alternatif Tombol yang mengarahkan user ke Input Alternatif. Universitas Sumatera Utara 4 Button Menu Metode Saw Tombol yang mengarahkan user ke bagian informasi perhitungan Saw pada sepeda motor. 5 Button Menu promethee Tombol yang mengarahkan user ke bagian informasi perhitungan Promethee pada sepeda motor. 6 Button Menu Log Out Menu keluar Aplikasi 7 Label Gambar Gambar Sepeda Motor 3.6.2. Halaman Input Kriteria Halaman Input Kriteria adalah halaman yang berisi fitur untuk menyelesaikan persoalan SPK dengan menggunakan algoritma SAW dan Promethee. Rancangan tampilan dari Halaman Input Kriteria dapat dilihat pada Gambar 3.10. Dan ada empat bagian yang akan dibangun di dalamnya, keterangannya dapat dilihat pada Tabel 3.11. INPUT KRITERIA INPUT ALTERNATIF METODE PROMETHEE LOG OUT METODE SAW Fasilkom-TI USU Nama Kriteria text Cost Benefit Button Bobot Kriteria text add clear 1 2 3 4 5 Gambar 3.10. Rancangan Halaman Input Kriteria Universitas Sumatera Utara Tabel 3.11. Keterangan Bagian-Bagian Rancangan Halaman Input kriteria No Nama Keterangan 1 Text Input kriteria atau update criteria 2 Button Tabel yang berisi nilai Cost Benefit 3 Text Informasi yang berisi bobot criteria 4 Jbutton Menu Add Input kriteria atau update kriteria yang terbaru 5 Jbutton Menu Clear Menghapus criteria 3.6.3. Halaman Input alternatif Halaman Input alternatif adalah halaman yang berisi fitur untuk menyelesaikan persoalan SPK dengan menggunakan algoritma SAW dan Promethee. Rancangan tampilan dari Halaman Input alternatif dapat dilihat pada Gambar 3.11. Dan ada empat bagian yang akan dibangun di dalamnya, keterangannya dapat dilihat pada Tabel 3.12. INPUT KRITERIA INPUT ALTERNATIF METODE PROMETHEE LOG OUT METODE SAW Fasilkom-TI USU Nama Alternatif Text Add Clear 2 3 1 Gambar 3.11. Rancangan Halaman Input Alternatif Universitas Sumatera Utara Tabel 3.12. Keterangan Bagian-Bagian Rancangan Halaman Input Alternatif No Nama Keterangan 1 Text Bobot Kriteria Berisi input nama alternatif. 2 Button Add Berisi update nama Alternatif terbaru 3 Button Clear Berisi menghapus nama alternatif. 3.6.4. Halaman Metode SAW Halaman metode SAW dalah halaman yang berisi keterangan dari aplikasi tersebut seperti fungsi dari aplikasi. Rancangan tampilan dari Halaman metode SAW dapat dilihat pada Gambar 3.12. Keterangan dari rancangan tampilan dapat dilihat pada Tabel 3.13. INPUT KRITERIA INPUT ALTERNATIF METODE PROMETHEE LOG OUT METODE SAW Fasilkom-TI USU Nama Alternatif Nama Alternatif Nama Alternatif Nama Alternatif Nama Alternatif Harga beli Irit Banah Bakar garansi Kapasitas Mesin text text text text text text text text text text text text text text text text proses 2 Gambar 3.12. Rancangan Halaman Metode SAW Universitas Sumatera Utara Tabel 3.13. Keterangan Bagian-Bagian Rancangan Halaman Metode SAW No Nama Keterangan 1 Text Berisi input nilai dari metode saw 2 Button Proses Berisi proses perhitungan dari nilai SAW 3.6.5. Halaman Metode Promethee Halaman Metode Promethee adalah halaman yang berisi keterangan dari aplikasi tersebut seperti fungsi dari aplikasi. Rancangan tampilan dari Halaman Metode Promethee dapat dilihat pada Gambar 3.13. Keterangan dari rancangan tampilan dapat dilihat pada Tabel 3.14. INPUT KRITERIA INPUT ALTERNATIF METODE PROMETHEE LOG OUT METODE SAW Fasilkom-TI USU Harga Beli Irit Bahan Bakar Garansi Kapasitas Mesin Mio soul Supra 125 pgm-FI Revo Jupiter MX text text text text text text text text text text text text proses 2 byson vixion tipe Usual Usual text text text text Usual text text Gambar 3.13. Rancangan Halaman Metode promethee Universitas Sumatera Utara Tabel 3.14. Keterangan Bagian-Bagian Rancangan Halaman Metode Promethee No Nama Keterangan 1 Text Berisi input nilai dari metode Promethee 2 Button Proses Berisi proses perhitungan dari nilai Promethee 3.6.6. Halaman Log Out Halaman Log Out adalah halaman yang berisi keterangan dari aplikasi tersebut seperti fungsi dari aplikasi. Rancangan tampilan dari Halaman Log Out Universitas Sumatera Utara

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

4.1. Implementasi Sistem Implementasi dari aplikasi dirancang dengan menggunakan bahasa pemrograman php. Penulis menggunakan bahasa pemrograman php dengan tujuan untuk memberikan kemudahan dalam membangun aplikasi. Ada dua proses implementasi sistem yang terjadi dalam perancangan aplikasi berikut, yaitu : 1. Proses implementasi sistem pendukung keputusan dalam pemilihan sepeda motor terbaik dengan menggunakan algoritma SAW. 2. Proses implementasi sistem pendukung keputusan dalam pemilihan sepeda motor terbaik dengan menggunakan algoritma promethee. 4.1.1. Form menu utama Di dalam aplikasi terdapat form menu utama yang menampilkan tampilan awal sistem. Pada form menu utama terdapat lima menu, yaitu menu input kriteria, menu input alternatif, menu metode saw, menu metode promethee dan menu log out. Form menu utama dapat dilihat pada Gambar 4.1. berikut ini. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.1. Form Menu Utama 4.1.2. Form Menu input kriteria Di dalam menu input kriteria berisi input kriteria dan dapat mengedit data pada algoritma SAW dan Promethee. Pada form menu input kriteria memiliki form sub input kriteria yaitu form nama criteria, form cost benefit, form bobot kriteria, form add dan form clear. Form Menu input kriteria dapat dilihat pada Gambar 4.2. Gambar 4.2. Form Menu Input Kriteria Universitas Sumatera Utara 4.1.3. Form Menu Input Alternatif Di dalam menu input alternatif berisi input alternatif dan dapat mengedit data pada algoritma SAW dan Promethee. Pada form menu input alternatif memiliki form sub input alternatif yaitu form nama alternatif, form add dan form clear. Form menu input alternatif dapat dilihat pada Gambar 4.3. Gambar 4.3. Form Menu Input Alternatif 4.1.4. Form Menu Metode SAW Di dalam menu metode SAW berisi implementasi sistem dengan algoritma SAW yang berisi matriks alternatif kriteria pada metode saw dimana data yang sudah di input dari input kriteria dan input alternatif dimasukkan ke sistem ini. Form menu metode SAW dapat dilihat pada Gambar 4.4. berikut. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.4. Form Menu Metode SAW 4.1.5. Form Menu Metode Promethee Di dalam menu metode promethee berisi implementasi sistem dengan algoritma promethee yang berisi matriks alternatif kriteria pada metode saw dimana data yang sudah di input dari input kriteria dan input alternatif dimasukkan ke sistem ini. Form menu metode Promethee dapat dilihat pada Gambar 4.5. berikut. Gambar 4.5. Form Menu Metode Promethee Universitas Sumatera Utara 4.1.5. Form Menu Metode log out Di dalam menu log out berisi tentang cara mengeluarkan sistem aplikasi ini dari user. 4.2. Pengujian Sistem Pengujian sistem adalah pengimplementasian sistem algoritma SAW dan sistem algoritma Promethee ke dalam aplikasi sistem. 4.2.1. Pengujian sistem algoritma SAW Pengujian sistem algoritma SAW dapat dilakukan dengan cara memilih menu SAW. Setelah itu input nilai dari metode saw. Setelah itu pilih proses untuk proses perhitungan Metode SAW. Form perhitungan untuk perhitungan nilai SAW dapat dilihat pada Gambar 4.6. Gambar 4.6. Form Perhitungan SAW Universitas Sumatera Utara 4.2.2. Pengujian sistem algoritma Promethee Pengujian sistem algoritma Promethee dapat dilakukan dengan cara memilih menu Promethee dan masukkan data nilai dari Promethee. Setelah itu dilakukan perhitungan untuk mendapatkan nilai alternatif di setiap kriteria dan perhitungan untuk mendapatkan total nilai akhir dari promethee. Form perhitungan Promethee dapat dilihat pada Gambar 4.8. Gambar 4.7. Form Input Nilai alternatif pada setiap kriteria metode Promethee Universitas Sumatera Utara Gambar 4.8 Form Perhitungan metode Promethee Gambar 4.9. Form Hasil Akhir Perhitungan metode Promethee Universitas Sumatera Utara

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen yang terkait

Perbandingan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Metode Preference Ranking Organization Method For Enrichment Evaluation (PROMETHEE) untuk Pemilihan Hardisk Eksternal

19 131 147

SISTEM PAKAR PEMILIHAN SEPEDA MOTOR DENGAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING Sistem Pakar Pemilihan Sepeda Motor Dengan Metode Simple Additive Weighting.

0 4 18

Perbandingan Algoritma Simple Additive Weighting (SAW) dan Preference Ranking Organization for Enrichment Evaluation (PROMETHEE) Dalam Pemilihan Sepeda Motor

0 0 17

Perbandingan Algoritma Simple Additive Weighting (SAW) dan Preference Ranking Organization for Enrichment Evaluation (PROMETHEE) Dalam Pemilihan Sepeda Motor

0 0 1

Perbandingan Algoritma Simple Additive Weighting (SAW) dan Preference Ranking Organization for Enrichment Evaluation (PROMETHEE) Dalam Pemilihan Sepeda Motor

0 0 30

Perbandingan Algoritma Simple Additive Weighting (SAW) dan Preference Ranking Organization for Enrichment Evaluation (PROMETHEE) Dalam Pemilihan Sepeda Motor

0 0 12

Perbandingan Algoritma Simple Additive Weighting (SAW) dan Preference Ranking Organization for Enrichment Evaluation (PROMETHEE) Dalam Pemilihan Sepeda Motor

0 0 2

Perbandingan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Metode Preference Ranking Organization Method For Enrichment Evaluation (PROMETHEE) untuk Pemilihan Hardisk Eksternal

0 0 13

Perbandingan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Metode Preference Ranking Organization Method For Enrichment Evaluation (PROMETHEE) untuk Pemilihan Hardisk Eksternal

0 0 13

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN SEPEDA MOTOR MATIC MENGGUNAKAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING (SAW)

0 1 14