Museum tekstil Bandung

(1)

(2)

(3)

(4)

DATA PRIBADI

PENDIDIKAN FORMAL

Nama : Nopella Sitanggang

Tempat Tanggal Lahir : Medan 01 November 1988 Jenis Kelamin : Laki - laki

Agama : Kristen Protestan

Kewarganegaraan : Indonesia

Status : Belum Menikah

Golongan Darah : B

Alamat : Jl. Sukamulya No. 22, RT:03/RW:10, Kel. Kopo , Kec. Bojongloa Kaler, Bandung.

Telepon : 082126082228

Email : accapella.sitanggang@yahoo.com

Pendidikan Nama Instansi Tahun Ajaran

Kuliah

Universitas Komputer Indonesia ( Jurusan Teknik Arsitektur )

Jl. Dipati Ukur, Bandung

2007- Sekarang

SMA SMA Pahlawan Toha Bandung 2004-2007

SMP SMP.Negeri 24 Bandung 2001-2004


(5)

PENGALAMAN ORGANISASI

KEMAMPUAN PENGALAMAN kERJA 2007-2008 : PMK Unikom.

2002-2004 : PMR SMP Negeri 24 Bandung

Wirausaha

1. Operasi Aplikasi Komputer

 Microsoft Office

 Auto Cad

 Google Sketch Up

 Adobe Photoshop


(6)

Nopella Sitanggang (104.070.10) i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas kasih dan anugerahNya penulis dapat menyelesaikan Ar-38313S studio tugas akhir yang berjudul “Museum Tekstil Bandung”.

Penulisan laporan tugas akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat wajib untuk memenuhi gelar sarjana S1 dengan bobot 8 sks dari Program Studi Sarjana, Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer, Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM).

Sejak masa persiapan, penyusunan hingga penyelesaian tugas akhir ini, penulis mendapat banyak bantuan berupa saran, kritik, bimbingan, dukungan, dan doa dari berbagai pihak.

Dengan rasa hormat dan penghargaan yang setinggi–tingginya serta ucapan terima kasih atas segala upaya dan telah sudi meluangkan waktu serta bimbingan sehingga tersusunlah laporan tugas akhir ini, khususnya yang terhormat :

1. Dr. Salmon P. Martana ST., M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Teknik & Ilmu Komputer UNIKOM atas bimbingan dan arahannya.

2. Firman Irmansyah.ST.,MT. Selaku Pembimbing tugas akhir 3. Dhini D,Tartanto Ir,.MT, Selaku ketua coordinator tugas akhir 4. Untuk keluarga, teman-teman, dan pihak-pihak lain yang telah banyak membantu dan memberikan dukungan dalam penyususan laporan tugas akhir ini.

Akhir kata penulis berharap adanya masukan serta saran yang bersifat konstruktif untuk perbaikan laporan ini.

Bandung, Agustus 2013


(7)

Nopella Sitanggang (104.070.10) i

DAFTAR ISI ABSTRAKSI………..i

KATAPENGANTAR……….ii

DAFTAR ISI……….iii

DAFTAR TABEL………..vi

DAFTAR GAMBAR ………vii

DAFTAR LAMPIRAN………..vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang………1

1.2. Maksud dan Tujuan Perancangan Museum Tekstil………..3

1.2.1.Maksud………3

1.1.1 Tujuan………...3

1.1.2 Potensi……….4

1.1.3 Manfaat Penelitian……….4

1.1.4 Sasaran Pengguna………..4

1.1.5 Asumsi……….5

1.1.6 Masalah Perancangan………..5

1.1.7 Pengolahan……….5

1.1.8 Lingkup Batasan………....5

1.3. Kerangka Berpikir………...6

1.4. Metoda Perancangan………...…...7


(8)

Nopella Sitanggang (104.070.10) ii

BAB II DESKRIPSI PROYEK PERANCANGAN MUSEUM 2.1. Deskripsi Proyek………...……...…..9

2.1.1. Latar belakang pemilihan lokasi……….10

2.2. Studi Literatur………...……...…..11

2.2.1. Pengertian Museum. ………..11

2.2.2. Sejarah Museum………...11

2.2.3. Fungsi Museum……….12

2.2.4. Tipologi Museum……….13

2.3. Pengertian Tekstil……….13

2.3.1. Program Kegiatan……….………..16

2.4. Studi Banding……….16

2.4.1. Museum Tekstil Jakarta………...16

2.5. Studi Banding……….…………..………...16

2.5.1. Museum Tekstil Jakarta……….….………16

2.6. Fasilitas………...17

2.7. Sejarah………...21

2.7.1. Denah……….…...24

2.8. Museum Sri Baduga………...……….…….25

2.8.1. Sejarah Museum sri baduga……….……25

2.8.2. Fasilitas……….…....27

2.9. Museum Tekstile nagara. Malaysia. ………..……30

2.9.1. Pameran Galeri……….…….30

2.9.2. Kesimpulan studi banding. ………....35

2.9.3. Pencahayaan dan Penghawaan……….………..……..38

2.9.4. Ergonomi dan Tata Letak………..……...38

2.9.5. Jalur Sirkulasi di Dalam Ruang Pamer……….39


(9)

Nopella Sitanggang (104.070.10) iii

BAB III ELABORASI TEMA 3.1. Ruang aktif. ……….…42

3.1.1.. Pengertian ruang aktif………42

3.2. Interpretasi tema………42

3.3. kajian teori tema. ………..…….44

BAB IV ANALISIS MUSEUM TEKSTIL BANDUNG 4.1. Analisis Tapak………51

4.2. Analisis Pencapaian ………52

4.3. Pencahayaan, vegetasi dan kebisingan……….53

4.4. Analisis zona dalam tapak………54

4.5. Analisis Bangunan……….55

4.6. Hubungan Antar Ruang………55

4.7. Program Ruang………..58

BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1.Konsep Dasar……….……….66

5.2.Tata letak………67

5.3.Sirkulasi………..69

5.4.Konsep Atap………...70

5.5. Konsep Fasad………...71

5.6.Utilitas.………...71

BAB VI HASIL RANCANGAN DAFTAR PUSTAKA


(10)

Nopella Sitanggang (104.070.10) iv

DAFTAR TABEL Tabel 1. Kerangka berpikir………...6

Tabel 2. Metoda perancangan……….7

Tabel 3. Produksi bahan kain………15

Table 4. Studi Banding……….35

Tabel 5. Sistem buble diagram……….55

Tabel 6. Hubungan Antar Ruang Museum Tekstil Bandung…………..55

Tabel 7. Hubungan Fasilitas Pendidikan………56

Tabel 8. Hubungan Fasiltas Kuratorial………56

Tabel 9. Hubungan Fasiltas Pameran………56

Tabel 10. Hubungan Fasiltas Operasional………57

Tabel 11. Hubungan Fasiltas penunjang………57

Tabel 12. Hubungan Keamanan Servis dan Utilitas………57


(11)

Nopella Sitanggang (104.070.10) v

DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Peta lokasi site………...9

Gambar 2. Tampak depan gedung museum tekstil Jakarta. ……….18

Gambar 3. Interior utama, museum tekstil Jakarta. ………....18

Gambar 4. Interior pamer batik. ………...…...19

Gambar 5. Interior gedung workshop. ……….…19

Gambar 6. Perpustakaan. ……….….20

Gambar 7. Taman tekstil. ……….…..20

Gambar 8. Ruang peralatan tenun. ……….21

Gambar 9. Perspektif Museum Tekstil Jakarta. ……….….22

Gambar 10. Perspektif Museum Tekstil Jakarta……….….22

Gambar 11. Denah Museum Tekstil Jakarta. ………...24

Gambar 12. parkir. ………..….27

Gambar 13. perpustakaan………..….27

Gambar 14. Auditorium. ………..…28

Gambar 15. Ruang seminar. ………..……28

Gambar 16. Denah lantai 1. ………..….29

Gambar 17. Denah lantai 2. ……….…..29

Gambar 18. Tampak museum tekstil nagara. ……….…30

Gambar 19. Menenun. ……….…...31

Gambar 20. Display. ………..…..32

Gambar 21. Area pamer………...…33

Gambar 22. Pamer kain……….….….34

Gambar 23. Pamer kain……….….….34

Sumbar 24. Peta lokasi……….…….…..34

Gambar 25. Pencahayan dan Penghawaan. ………....….38

Sumbar 26. Tata letak. ……….…...39

Gambar 27. Tata letak……….….…39


(12)

Nopella Sitanggang (104.070.10) vi

Gambar 29. Ruang luar (plaza). ……….. ……..……....43

Gambar 30. Macam – macam bentuk………...47

Gambar. 31. Lingkaran Warna ………..….48

Gambar. 32. Berbagai macam Tekstur………...50

Gambar 33. Kegiatan pengunjung melihat koleksi museum…………..…50

Gambar 34. Lokasi site pada lingkungan sekitar ………....52

Gambar 35. Akses ………..….53

Gambar 36. Pencahayaan, vegetasi dan kebisingan. ………..….53

Gambar 37. Pembagian ruang dengan warna. ………..….54

Gambar 38. Pembangian warna. ………..….68

Gambar 39. sirkulasi denah……….……....69

Gambar 40. sirkulasi perpekstif………...….69

Gambar 41. Arah atap miring………...…70

Gambar 42. Arah atap.. ……….…...70

Gambar 41. utilitas ………...….72

Gambar 42. Museum museum dibandung ……….…...73

Gambar 44. tampak dari arah barat. ………...73

Gambar 45. tampak dari arah selatan……….73

Gambar 46. tampak dari arah timur……….74

Gambar 47. tampak dari arah utara………...….74

Gambar 48. Ekterior dari arah barat ………..…74

Gambar 49. Ekterior, suasana diruang terbuka, Plaza. ………..…....74

Gambar 50. Ekterior cafetaria………..…....75

Gambar 51. Ekterior gedung penelola ……….….…....75

Gambar 52. Pasad gedung utama ………..………….……..75

Gambar 53. Interior, suasana pergerakan orang dan area display yang ada dilantai 3. ………..…..76

Gambar 54. Interior, suasana pergerakan orang dan area display dilantai 2. ………..…76


(13)

Nopella Sitanggang (104.070.10) vii

Gambar 55. Interior, suasana pergerakan orang dan area display dilantai


(14)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 77

Daftar Pustaka.

- Struktur ekonomi Regional Badan Promosi dan Penanaman Modal Daerah. ( BPPMD ) Jabar. (RTRW Kota Bandung 2013.

- Kasmadi, Hartono. 1996. Model-Model dalam Pengajaran Sejarah. Semarang: IKIP Semarang Press.

- Widja, I Gde. 1989. Dasar-Dasar pengembangan Strategi serta Metode

Pengajaran Sejarah. Jakarta: Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan.

- Departemen Kebudayaan dan Pariwisata (2006). Pedoman

Pengelolaan Museum. Direktorat Museum Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala Departemen Kebudayaan dan Pariwisata.

- Noor Fitrihana, pengetahuan tekstil, batik jogya. - Museum tekstil jakarta.

- Data arsitek. - D.K.ching.

- Wawan Yogaswara Kepala Seksi Dokumentasi dan Publikasi Subdirektorat Registrasi dan Dokumentasi Direktorat Museum

- Autocad dan Googlemap

- Kriya tekstil, mila karmila, S.pd.,M.ds.dan Dra,Marlina, M.si. - http://batikyogya.wordpress.com/2008/08/21/pengetahuan-tekstil/ - http://www.sribadugamuseum.com/a-profil.php#tupoksi.

- http://www.bubblesgoestravel.com/2010/10/muzium-tekstil-negara-national-textile.html.

- http://bandung.indonetwork.co.id/comp/Tekstil_&_Kulit/Sutera/0.html. - Dokumentasi Pribadi.


(15)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kebudayaan memiliki unsur budi dan akal yang digunakan dalam penciptaan sekaligus, pelestariannnya, keluhuran dan kemajuan suatu budaya menandakan keluhuran dan kemajuan akal budi manusia sebagai pelaku kebudayaan tersebut. Dari unsur-unsur budaya tersebut banyak karya-karya manusia dikoleksi atau di Museumkan salah satunya Tekstil.

Tekstil merupakan kebutuhan utama manusia, dalam

perkembangannya Tekstil menjadi penanda atas keberadaan suatu kelompok masyarakat sekaligus status sosial seseorang dalam kelompok masyarakat tersebut. Tekstil kemudian menjadi hasil salah satu budaya yang mencerminkan buah pemikiran kompleks suatu kelompok masyarakat beserta latar belakang pembentuknya yang mampu menegaskan identitas kelompok masyarakat tersebut dalam bentuk yang representatif

Hingga kini Kota Bandung dan sekitarnya masih menjadi pusat industri perstekstilan modern dan garmen. Perkembangan industri tekstil di Bandung mulai sejak pengembangan tekstil tradisional hingga kini lebih mengarah ke pengembangan tekstil modern, merupakan kumpulan fenomenal dalam dunia industri tekstil di Bandung yang tidak hanya berpengaruh pada perkembangan industri tekstil di Bandung, namun juga turut mempengaruhi perkembangan industri tekstil nasional. Dengan kata lain, melacak dan merunut ( bertahap-tahap) jejak perkembangan tekstil Bandung sama dengan mengurai dan menengarai sebagian asal-usul tekstil yang berkembang sampai sekarang. Lebih dari itu, makna maupun kondisi fisik dari desain tekstil semestinya dapat digunakan untuk melihat kebudayaan apa saja yang masuk, mempengaruhi, dan akhirnya melekat menjadi kebudayaan khususnya di Bandung.


(16)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 2

Kini, industri tekstil sandang Bandung menjadi sektor yang akan terus dikembangkan dan menjadi sektor penunjang promosi Kota Bandung. Sementara itu, persaiangan industri tekstil sandang dalam ranah internasional di era globalisasi ini menuntut peningkatan mutu dari produk tekstil dalam negeri.

Selain tuntutan peningkatan mutu dari segi penguasan teksnis produksi, kenyataannya industri tekstil global juga menuntut perancangan sekaligus perancang tekstil untuk mendorong perubahan dari persaingan nasional ke arah komunitas global dengan tetap memelihara jatidiri kebudayaannya.

Menilik visi dan misi kota Bandung sebagai ibu kota dan pusat industri tekstil dan garmen di Bandung dalam RTRW Kota Bandung 2013, pemerintah kota Bandung melihat adanya potensi dari kegiatan-kegiatan perkotaan dimana komoditas tekstil, wisata belanja, dan wisata pendidikan menjadi tiga hal terkait sebagai daya tarik tersendiri bagi wisatawan domestik mapun luar negeri yang akan terus dikembangkan.

Disamping itu, banyaknya pengusaha tekstil dan garmen, serta Perguruan Tinggi maupun Sekolah Menegah Kejuruan yang membuka jurusan maupun secara khusus memusatkan pendidikannya dalam bidang tekstil di Bandung khususnya, menjadi potensi bagi dunia industri tekstil dan garmen untuk memberi asupan referensi dan menyediakan wadah bagi sumber daya Manusia-nya untuk dapat terus berapresiasi dan memiliki acuan dalam mengembangkan mutu produksi tekstil. Berdasarkan kebutuhan dan kondisi-kondisi potensial dari Kota Bandung pusat industri tekstil, dapat disimpulkan bahwa terdapat kebutuhan untuk mempromosikan tekstil Bandung disamping kebutuhan akan wadah untuk menampung kegiatan wisata belanja dari komoditas tekstil Maka diperlukan sebuah wadah atau Museum.

Museum ini sebagai wadah bagi Sumber Daya Manusia sebagai industri tekstil Bandung, terutama untuk berapresiasi dan memperoleh referensi dalam rangka mengembangkan mutu produksi


(17)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 3

tekstil Bandung, dalam hal ini memperoleh wawasan dan informasi mengenai dunia tekstil yang cukup dan layak. Lebih dari itu, dibutuhkan wadah untuk berapresiasi dan berkaca kembali kepada nilai nilai budaya lokal beserta jejak-jejak historisnya untuk meningkatkan rasa memiliki terhadap kearifan lokal dan menegaskan identitas diri di tengah globalisasi. Berdasarkan RTRW Kota Bandung tahun 2013 dan interpretasi dari fungsi-fungsi dalam arsitektur, dalam perkembangannya fungsi museum merupakan fungsi yang mampu memenuhi kebutuhan dan mengakomodasi potensi-potensi yang telah disebutkan di atas. Berdasarkan dari latar belakang diatas maka, dipilihlah kasus Museum Tekstil Bandung sebagai penjabaran dari kebutuhan dan potensi-potensi tersebut.

1.2. Maksud dan Tujuan Perancangan Museum Tekstil 1.2.1. Maksud

a. Untuk mewadahi kalangan pecinta atau komunitas Tekstil yang ada di Kota Bandung maupun luar Bandung.

b. Menjadikan ilmu pengetahuan bagi masyarakat luas. c. Mengadakan event-event setiap bulan.

d. Mengadakan Acara Pameran Tekstil. e. Ruang publik untuk masyarakat

f. Menjadikan pertunjukan fashion untuk kalangan dunia mode. g. Sebagai area workshop tekstil Bandung.

1.2.2. Tujuan

1. Museum yang bisa mewadahi karya-karya masyarakat, mahasiswa, yang nantinya bisa menjadi ilmu pengetahuan bagi masyarakat luas.

2. Pusat penyimpanan barang Tekstil yang sudah langka dan unik 3. Memberikan pengetahuan bagi pengunjung supaya mengetahui

cara cara membuat tekstil dan ikut berpartisipasi dalam mendesain atau merancang kain.


(18)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 4

5. Berusaha untuk menggali, melestarikan, memelihara, dan mengembangkan tekstil-tekstil yang ada dibandung maupun luar Bandung, yang berupa hasil kreativitas masyarakat. Tercapainya tujuan tersebut tentunya akan menjadi salah satu kebanggaan tersendiri, serta memiliki fungsi.

1.2.3. Potensi

1. Potensinya menjadikan kawasan pengetahuan, sejarah dan berwisata. Yang bisa membuat kota bandung bisa dikenal masyarakat luar lewat tekstil.

2. Sebagai galeri karya karya mahasiswa yang berhubungan dengan tekstil.

1.2.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil pemikiran ini adalah dapat memberikan masukan dalam pengembangan ilmu terutama yang berhubungan dengan industri tekstil. dan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil suatu langkah kebijaksanaan

1.2.5. Sasaran Pengguna

Pengguna museum tekstil bandung yaitu : 1. Pengunjung

2. Mahasiswa atau pelajar sekolah atau perguruan tinggi yang memiliki spesifikasi khusus dibidang tekstil atau memiliki program studi yang berkaitan dengan tekstil

3. Desaigner tekstil 4. Pengamat tekstil

5. Budayawan

6. Pedagang tekstil 7. Industriawan tekstil 8. Peneliti tekstil


(19)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 5

9. Peminat atau pencinta tekstil 10.Wisatawan

11.Pengelola

12.Merawat dan penjaga benda – benda koleksi. 1.2.6.Asumsi

1. Tanah ( berada di wilayah pemukiman yang sudah dibebaskan ) 2. Untuk pendanaan belum diketahui

3. Dana pemerintah daerah Kota Bandung/ maupun pihak swasta. 4. Lahan datar tidak berkontur.

1.2.7.Masalah Perancangan

Menciptakan kebutuhan ruang dengan bentuk yang dapat membaur serta mampu membaurkan konteks – konteks lingkungan sekitarnya. Menciptakan ruang pamer yang menarik, informatif dan interaktif dengan suasana yang kondusif untuk berapresiasi, berkomunikasi, membantu pengunjung, mengalami pengalaman intelektual serta mengakomodasi perkembangan koleksi.

1.2.8.Pengolahan

Pencahayaan alami dan digital khususnya untuk ruang pamer. Cara memajang koleksi yang sesuai dengan dimensi, bentuk bahan, informasinya tersampaikan, serta ergonomis bagi pengunjung.

1.2.9.Lingkup Batasan

Lingkup perancangan dari kasus ini adalah Perancangan Arsitektur Museum Tekstil sandang Bandung yang mengakomodasi kebutuhan pengiat tekstil, masyarakat umum akan fasilitas publik untuk pameran pendidikan rekreasi serta promosi tekstil sandang khususnya di Bandung.


(20)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 6

1.3. Kerangka Berpikir

Tabel 1. Kerangka berpikir Museum Tekstil Bandung

Permasalahan

1 Museum di Indonesia kebanyakan belum memenuhi fungsi kesenangan dan

penginformasian kepada masyarakat.

2 Museum di Indonesia yang selalu sepi pengunjung disebabkan karena museum terkesan membosankan, suram, tidak ada yang menarik, tidak menyenangkan, tidak terawat, atau bahkan tidak diketahui keberadaannya.

Tema

Berdasarkan dari survey lapangan, studi banding, studi literature dan dari hasil rancangan, maka Tema bisa ditentukan berdasarkan dari pola ruang. Pola ruang yang saling terhubung secara fungsional dan aktif.

Metoda Penelitian 1. Malakukan

penelitian terhadap proyek museum yang sama 2. Mencari data

mengenai museum 3. Mencari data

mengenai tekstil di Kota Bandung. 4. Survei lapangan,

Mengenai lokasi proyek

Kesimpulan.

Museum tekstil Bandung merupakan sebuah wadah bagi masyarakat Bandung yang memilki nilai-nilai budaya dan museum tekstil bisa menjadi pusat penelitian atau perawatan kain-kain tekstil dalam hal ini, dan museum tekstil bisa menjadi wadah bagi komunitas komunitas tertentu yang berhubungan dengan pertekstilan

Perancangan

1. Analisis tapak 2. Analisis bangunan 3. Konsep rancangan

berdasarkan kondisi lingkungan


(21)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 7

1.4. Metoda Perancangan

Tabel 2. Metoda perancangan

Pengamatan langsung dan Studi Literatur Studi Banding standar

Survei lahan persyaratan teknis Wawancara definisi dan

interprestasi proyek, peraturan, rencana dan kebijakan kota provinsi

Latar Belakang

Visi Misi Proyek

Visi. Museum yang bisa wadah bagi masyarakat maupun mahasiswa melalui hasil karya tekstil sandang. Misi. Menjadikan pusat

pengetahuan, pelatihan, tentang tekstil sandang.

Analisis Lahan Tapak Fungsi

Masalah Perancangan

Kriteria Perancangan

- Penciptaan ruang konteks – konteks yang ada

disekitarnya

- Mengakomodasi

Penambahan koleksi, keamanan dan

kenyamanan pengguna

Konsep Utama Perancangan

Pengembangan Rancangan Hasil Rancangan


(22)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 8

1.5. SISTEMATIKA LAPORAN Bab I Pendahuluan

Pendahuluan merupakan uraian tentang latar belakang, maksud dan tujuan perancangan, asumsi-asumsi, permasalahan perancangan, pendekaran perancangan, lingkup perancangan, kerangka berpikir, dan sistematika pembahasan.

Bab II Deskripsi Proyek

Terdiri atas uraian umum mengenai proyek, tinjauan proyek, program kegiatan, kebutuhan ruang, hubungan fungsional, persyaratan teknis, studi banding kasus sejenis, dan kesimpulan.

Bab III Elaborasi Tema

Berisi latar belakang pemilihan tema, interpretasi tema dan elaboorasi tema, studi banding tema sejenis serta kesimpulan dari studi banding.

Bab IV Analisis

Berisi pengertian kasus, analisis kegiatan, analisis hubungan fungsional, analisis program ruang, dan persyaratan teknis ruang, analisis eksisting lahan mel liputi analisis kondisi alam, analisis tata guna lahan, analisis konteks lingkungan sekitar, analisis orientasi lahan, analisis aksesibilitas, analisis citra kawasan, dan analisis tata bangunan.

Bab V Konsep Perancangan

Merupakan uraian mengenai landasan konseptual yang diterapkan dalam proses perancangan, diantaranya : konsep pemintakatan, konsep rancangan massa, konsep rancangan ruang dalam dan ruang luar.


(23)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 9

BAB II

DESKRIPSI PROYEK PERANCANGAN MUSEUM

2.1.Deskripsi Proyek

Judul : Museum Tekstil Bandung

Status Proyek : Fiktif

Lokasi : Jl. Jakarta. Kelurahan. Kebonwaru. Batu Nunggal. wilayah Karees. Bandung.

Luas Lahan : 11250 m2 Luas bangunan : 5625m2 KDB : 50 %

KLB : 1.5 GSB : 8 m

Batas-batas wilayah lokasi proyek.

Utara : lembaga permasyarakatan kebon waru, STT.Tekstil, Kantor Perhutani.

Barat : Kantor Pos Indonesia, Pemukiman Timur : Kantor Kejaksaan, Gudang Garmen Selatan : Pabrik dan Pemukiman.

Studi lokasi.

Gambar 1. Peta lokasi site Sumber googlemap.


(24)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 10

2.1.1. Latar belakang pemilihan lokasi a. Kriteria menurut sejarah.

Berdasarkan nilai sejarah memiliki kriteria sebagai berikut. 1. Lokasi memiliki nilai sejarah secara planologis

2. Lokasi memiliki nilai sejarah yang relevan terhadap nilai koleksi b. Kriteria menurut sistem kegiatan masyarakat

1.Lokasi dihubungkan dengan lingkungan yang bersifat community center.

2. Lokasi dihubungkan dengan kedekatan terhadap pendidikan. 3. Lokasi dihubungkan dengan lokasi yang masih berkembang. c. Berdasarkan hasil survey lapangan.

1. Lokasi dekat dengan pendidikan. ( Sekolah Tinggi Teknik Tekstil ) 2. Bandung, STIMK AMIKOM, lembaga permasyakatan kebon waru 3. Lokasi dekat dengan pemukiman masyarakat.

4. Dekat dengan pabrik garmen. 5. Dekat dengan kantor pemerintahan. 6. Lokasi berada dipusat perkotaan.(urban) 7. Untuk pencpain kelokasi mudah diakses. 8. Kondisi lingkungan yang ramai dan padat

d. Table perhitungan luas lahan lokasi site proyek museum tekstil Bandung.

Luas lahan 11250 x kdb 50% = 5625m2 luas bangunan

Klb 1.5 x luas lahan 11250m2 = 16875m2 luas lantai bangunan Luas lantai bangunan 16875m2 : 5625 m2 = 3 lantai.

Keterangan Luas lahan Luas

bangunan

Jumlah lantai

Gsb


(25)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 11

2.2. Studi Literatur

2.2.1. Pengertian Museum.

Menurut Perpem Nomor 19/1995 Museum adalah lembaga penyimpanan, perawatan, pengamanan, dan pemanfaatan benda bukti material manusia serta alam dan lingkungan guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya bangsa. Museum adalah sebuah lembaga yang rumah dan peduli untuk koleksi artefak dan benda-benda lain yang penting ilmiah, seni, atau sejarah dan membuat mereka tersedia untuk dilihat publik melalui pameran yang mungkin permanen atau sementara.

Museum berdasarkan definisi yang diberikan International Council of Museum disingkat ICOM, adalah institusi permanen, nirlaba, melayani kebutuhan publik dengan sifat terbuka dengan cara

melakukan usaha pengoleksian, mengkonservasi, meriset,

mengomunikasikan dan memamerkan benda nyata kepada

masyarakat.

Untuk kebutuhan studi, pendidikan, dan kesenangan.Karena itu ia bisa menjadi bahan studi oleh kalangan akademis, dokumentasi kekhasan masyarakat tertentu, ataupun dokumentasi dan pemikiran imajinatif di masa depan dan sejak tahun 1977 tiap tanggal 18 Mei diperingati sebagai hari Hari Museum Internasional.

Museum di Indonesia berdiri pada tanggal 24 april 1778 yang

dipelopori oleh Bataviaacsh Genootschap Van Kunsten

Wetenschaapen yaitu pencinta seni dan ilmu pengetahuan bangsa Eropa yang tinggal di Batavia (Jakarta).

2.2.2. Sejarah Museum

Museum awal dimulai sebagai koleksi pribadi orang kaya, keluarga atau lembaga-lembaga seni dan benda-benda alam yang jarang atau penasaran dan artefak. Ini sering ditampilkan dalam apa yang disebut kamar atau lemari heran keingintahuan. Akses publik sering mungkin untuk "terhormat", terutama untuk koleksi seni pribadi, tetapi pada kehendak pemilik dan stafnya. Seperti museum tertua


(26)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 12

dibukti adalah museum Ennigaldi-Nanna itu, berasal dari c. 530 SM dan dikhususkan untuk Mesopotamia antik, itu tampaknya memiliki lalu

lintas yang cukup untuk surat perintah label untuk

koleksimemerintahkan.

Museum publik tertua di dunia dibuka di Roma selama Renaissance. Namun, museum yang signifikan di dunia itu tidak didirikan sampai abad ke-18 dan Abad Pencerahan: Museum Capitoline, koleksi publik seni tertua di dunia, dimulai pada 1471 ketika Paus Sixtus IV menyumbangkan sekelompok patung kuno penting bagi orang-orang Roma. Museum Vatikan, museum tertua kedua di dunia, jejak asal-usulnya ke koleksi patung publik ditampilkan dimulai pada 1506 oleh Paus Julius II.

2.2.3. Fungsi Museum

Museum memiliki banyak fungsi yang menjadikan Museum sangat penting diperhatikan oleh semua kalangan. Fungsi Museum yaitu :

1. Melakukan pengumpulan, perawatan, pengawetan dan penyajian benda yang mempunyai nilai budaya dan ilmiah.

2. Melakukan urusan perpustakaan dan dokumentasi ilmiah.

3. Memperkenalkan dan menyebar luaskan hasil penelitian koleksi benda yang mempunyai nilai budaya dan ilmiah.

4. Melakukan bimbingan edukatif cultural dan penyajian rekreatif benda yang mempunyai nilai budaya dan ilmiah. Dalam makalah ini saya akan membahas tentang fungsi Museum dalam pembelajaran Sejarah baik di tingkat Sekolah ataupun tingkat Perguruan Tinggi. Dalam hal ini fungsi Museum yang akan saya ulas adalah fungsi museum poin ke empat yaitu Melakukan bimbingan edukatif cultural dan penyajian rekreatif benda yang mempunyai nilai budaya dan ilmiah.

2.3.4. Tipologi Museum

Museum Dibagi Menjadi beberapa hal Tipologi yaitu: 1.Berdasarkan Materi Koleksi

1. Museum seni 2. Museum sejarah


(27)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 13

3. Museum ilmu pengetahuan 2.Berdasarkan arsitektur

1. Museum dalam bentuk istana dan kuil 2. Museum yang berasal dari monumen

2. Museum baru ( dirancang dan direncanakan sebagai museum) 3.Berdasarkan cara penyajian

1. Presentasi estetis 2. Presentasi historis 3. Presentasi ekologis 4.Berdasakan kawasan

1. Museum nasional

2. Museum daerah atau kota

5.Berdasarkan museum khusus 1.Museum terbuka

2.Museum ana-anak dan lain-lain

Berdasarkan klasifikasi tipologi diatas, maka museum tekstil dapat dimasukkan sebagai klasifikasi museum seni dan sejarah, komunikatif, interaktif, rekreatif.

2.4. Pengertian Tekstil

Tekstil adalah bahan yang berasal dari serat yang diolah menjadi benang atau kain sebagai bahan untuk pembuatan busana dan berbagai produk kerajinan lainnya. Dari pengertian tekstil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa bahan/produk tekstil meliputi produk serat, benang, kain, pakaian dan berbagai jenis benda yang terbuat dari serat. Pada umumnya bahan tekstil dikelompokkanmenurut jenisnya sebagai berikut:

1. Berdasar jenis produk/bentuknya: serat staple, serat filamen, benang, kain, produk jadi (pakaian / produk kerajinan dll)

2. Berdasar jenis bahannya: serat alam, serat sintetis, serat campuran 3. Berdasarkan jenis warna/motifnya: putih, berwarna,

bermotif/bergambar

4. Berdasarkan jenis kontruksinya: tenun, rajut, renda, kempa. benang tunggal, benang gintir.


(28)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 14

Pengetahuan tentang jenis dan sifat serat tekstil merupakan modal dasar bagi mereka yang akan terjun di Industri tekstil dan fashion Pengetahuan tentang jenis dan sifat serat tekstil sangat diperlukan untuk mengenali, memilih, memproduksi,menggunakan dan merawat berbagai produk tekstil seperti serat, benang, kain, pakaian dan tekstil lenan rumah tangga lainnya. Karakteristik dan sifat bahan tekstil sangat ditentukan oleh karakteristik dan sifat serat penyusunnya.

Disamping itu sifat-sifat bahan tekstil juga dipengaruhi oleh proses pengolahannya sperti dari serat dipintal menjadi benang, dari

benang ditenun menjadi kain kemudian dilakukan proses

penyempurnaan hingga menjadi produk jadi. Oleh karena itu untuk memahami lebih jauh tentang bahan tekstil diperlukan pengetahuan tentang karakteristik dan sifat berbagai jenis serat dan teknik pengolahannya menjadi bahan tekstil.

Karakteristik dan sifat serat juga sangat menentukan proses pengolahannya baik dari sisi penmilihan peralatan , prosedur pengerjaan maupun jenis zat-zat kimia yang digunakan. Selama proses pengolahan tekstil sifat-sifat dasar serat tidak akan hilang. Proses pengolahan tekstil hanya ditujukan untuk memperbaiki, meningkatkan, menambah dan mengoptimalkan sifat dasar serat tersebut sehingga menjadi bahan tekstil berkualitas sesuai tujuan pemakaiannya.

Tidak semua jenis serat dapat diproses menjadi produk tekstil. Untuk dapat diolah menjadi produk tekstil maka serat harus memiliki sifat-sifat sebagai berikut

1.Perbandingan panjang dan lebar yang besar 2.Kekuatan yang cukup

3.Fleksibilitas tinggi

4.Kemampuan Mulur dan elastis

5.Cukup keriting agar memiliki daya kohesi antar serat 6.Memiliki daya serap terhadap air


(29)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 15

8.Tidak rusak dalam pencucian 9.Tersedia dalam jumlah besar 10.Tahan terhadap zat kimia tertentu

Untuk lebih jelasnya proses pengolahan mekanik dan kimia dari serat menjadi produk tekstil dapat dilihat pada tabel berikut.

Table 3. Proses produksi bahan kain

sumber : Noor Fitrihana, pengetahuan tekstil, batik jogya.

http://batikyogya.wordpress.com/2008/08/21/pengetahuan-tekstil/(diakses (pada tanggal 12 april 2013)


(30)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 16

2.4.1. Program Kegiatan

Kegiatan – kegiatan yang dilakukan di museum tekstil adalah 1. Pameran

a. Pameran tetap / permanent b. Pameran temporer

2. Kegiatan Pendidikan a. Kursus

b. Pelatihan c. Seminar

d. Penyediaan yang disediakan pengelola dan akses informasi dalam bentuk cetak maupun non cetak

3. Kegiatan kuratorial dan konservasi 4. Pencatat dana dan dokumentasi

5. Kegiatan operasional mengelola museum secara keseluruhan dan menjaga hubungan antar fungsi dalam museum

6. Kegiatan Penunjang ( kegitan yang mendukung museum secara finasial )

2.5. Studi Banding

2.5.1. Museum Tekstil Jakarta

Museum Tekstil Jakarta merupakan sebuah lembaga edukatif kultural yang mengemban misi untuk melestarikan budaya tekstil tradisional Indonesia. Sebagai satu-satunya Museum Tekstil di Jakarta dan pertama di Indonesia yang memiliki tugas khusus tersebut, Museum Tekstil senantiasa berupaya untuk menjalankan fungsinya melalui berbagai program kegiatan yang digelar bagi publik.

Adapun aktivitas yang digelar oleh Museum Tekstil antara lain pameran (koleksi museum maupun koleksi pihak ketiga); seminar, diskusi dan workshop tentang tekstil; penyuluhun bagi para pelajar; penelitian koleksi ke berbagai daerah maupun kepustakaan; perawatan koleksi museum; pelayanan konservasi tekstil dan aneka pelatihan (batik, jumputan, warna alami, dll).


(31)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 17

Visi : Menjadikan Museum Tekstil sebagai institusi nirlaba yang menjadi pusat pelestarian alam dan budaya, media aktivitas ilmiah, seni-budaya, penunjang pendidikan, media informasi dan sebagai rekreasi edukatif-kultural yang menjadi salah satu acuan dan referensi bagi proses pembangunan bangsa.

Misi : Melakukan usaha-usaha pelestarian alam baik hewani maupun nabati dalam hal yang berkaitan dengan budaya pertekstilan di Indonesia, melakukan kegiatan inventarisasi sumber-sumber daya alam sebagaimana tersebut di atas dan koleksi-koleksi tekstil tradisional dari berbagai wilayah di Indonesia berikut bentuk dan ragamnya, melakukan kegiatan dokumentasi,penelitian-penelitian, dan melakukan penyajian informasi dan mengkomunikasikannya kepada masyarakat agar dapat dimanfaatkan sepenuhnya bagi kepentingan masyarakat yang lebih luas. Kami sangat berharap agar segenap masyarakat dapat memanfaatkan berbagai fasilitas serta aktivitas yang ada di Museum Tekstil.

2.6. Fasilitas.

Gedung Museum Tekstil yang merupakan salah satu cagar budaya di Kota Jakarta berdiri megah di atas tanah seluas 2 Ha, ditunjang juga dengan fasilitas-fasilitas lainnya bagi kepentingan museum dan masyarakat.

1. Gedung Utama

Gambar 2. Tampak depan gedung museum tekstil Jakarta. Sumber : Dokumentasi Pribadi.


(32)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 18

Fasad gedung museum tekstil Jakarta, yang merupakan rumah tinggal bangsawan. Bentuk fasad adanya gaya arsitektur Eropa, Betawi dengan atap miring yang merupakan daerah tropis.

2. Ruang Display

Gambar 3. Interior utama, museum tekstil Jakarta. Sumber : Dokumentasi Pribadi.

Interior museum tekstil Jakarta, tempat meletakkan benda koleksi berada di tengah tengah area utama dan penerangan buatan secukupnya.

3. Gedung Galeri Batik

Gambar 4. Interior pamer batik. Sumber : Dokumentasi Pribadi.

Berupa area display batik yang berbaris, yang tersusun secara beraturan, sehingga pengunjung dapa mengitari area display batik.


(33)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 19

4. Gedung Workshop Center (Pendopo)

Gambar 5. Interior gedung workshop. Sumber : Dokumentasi Pribadi.

Digedung workshop telah disediakan alat-alat tenun tradisional yang nantinya para pengunjung bisa mempelajari cara menenun dan membatik yang dibantu oleh ahli-ahli batik.

5. Perpustakaan

Gambar 6. Perpustakaan. Sumber : Dokumentasi Pribadi.

Gedung perpustakaan yang memberikan informasi tentang pertekstilan dan sebagainya


(34)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 20

6. Taman Pewarna Alam.

Gambar 7. Taman tekstil. Sumber : Dokumentasi Pribadi.

Ditaman tekstil memberikan pengetahuan tentang tanaman-tanaman tekstil, dan juga sebagai ruang terbuka hijau.

7. Ruang Labolatorium & Konservasi Ruang Penyimpanan (Storage) 8. Gerai Cinderamata (Souvenir Shop)

9. Ruang Multimedia (Auditorium)

10. Ruang pengenalan wastra 11. Ruang Betawi

12. Mini Teater

13. Ruang Rapat 14. Musholla

15. Mushalla 16. Taman Wastra Jamu Alami”Honcoro”

17. Area Parkir


(35)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 21

Gambar 8. Ruang peralatan tenun. Sumber : Dokumentasi Pribadi

Ruang peralatan tenun, memyimpan koleksi berupa mesin mesin tenun modern dan tradisional.

2.7. Sejarah

Museum Tekstil menempati gedung tua yang dilindungi undang-undang, memiliki nilai arsitektur kolonial dan sejarah yang memiliki daya tarik tersendiri ditinjau dari sudut pariwisata. Gedung Museum Tekstil pada awalnya adalah rumah pribadi seorang warga negara Perancis (abad ke-19), yang kemudian dijual kepada seorang Konsul Turki. Kepemilikan selanjutnya beralih kepada Karel Christian Crucq (1942). Sewaktu Jakarta sedang dibakar semangat juang merebut kemerdekaan, gedung ini digunakan sebagai markas BKR. Setelah masa revolusi selesai, gedung ini secara berturut-turut dihuni oleh Lie Sion Phin (1947), Departemen Sosial, sebelum pada akhirnya diresmikan sebagai Museum Tekstil.

Gambar 9. Perspektif Museum Tekstil Jakarta. Sumber : Museum Tekstil Jakarta


(36)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 22

Gambar 10. Perspektif Museum Tekstil Jakarta. Sumber : Museum Tekstil Jakarta

Gagasan untuk mendirikan Museum Tekstil muncul sejak Tahun 1975 yang dilatarbelakangi sinyalemen bahwa dengan membanjirnya tekstil modern telah banyak menggeser tekstil tradisional nusantara. Pemrakarsa gagasan tersebut adalah Kelompok Pecinta Kain Tradisional Indonesia Wastraprema, Bapak Ir.Safioen (saat itu selaku Dirjen Tekstil Departemen Perindustrian). Gubernur DKI Jakarta pada waktu itu dijabat oleh Bapak Ali Sadikin mendukung upaya ini dan menyediakan tempat bagi museum yang akan didirikan yaitu gedung yang berada di Jl. KS Tubun No. 4 Petamburan, Jakarta Barat. Pada tanggal 28 Juni 1976 gedung ini diresmikan sebagai Museum tekstil oleh Ibu Tien Soeharto (Ibu Negara pada saat itu) dengan disaksikan oleh Bapak Ali Sadikin selaku Gubernur DKI Jakarta.

Pada tahun 1998 Pemda DKI Jakarta melakukan perluasan areal Museum Tekstil ke sebelah timur dan sekaligus menjadikan gedung tua di Jl KS Tubun No. 2 tersebut sebagai sarana penunjang kegiatan museum dengan menampung partisipasi masyarakat untuk turut mengembangkan tekstil kontemporer yang berkembang di Indonesia, sehingga gedung ini diberi nama Galeri Tekstil Kontemporer. Gedung II diresmikan penggunaannya pada tanggal 21 November 2000, ditandai dengan berlangsungnya kegiatan perdana berupa Pameran Koleksi Batik Iwan Tirta, hasil kerja sama Museum


(37)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 23

Tekstil dengan Wastraprema dan Yayasan Mitra Museum Indonesia. Selanjutnya berturut-turut pernah diselenggarakan juga kerja sama kegiatan dengan Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Amerika (PPIA), Pusat Kebudayaan Perancis, Pusat Kebudayaan Meksiko, serta beberapa lembaga/kelompok masyarakat lainnya.

Koleksi awal yang dihimpun di Museum Tekstil diperoleh dari sumbangan Wastraprema (sekitar 500 koleksi), selanjutnya makin bertambah melalui pembelian oleh Dinas Museum dan Sejarah/ Dinas Museum dan Pemugaran/Dinas Kebudayaan dan Permuseuman, serta sumbangan dari masyarakat baik secara individu maupun kelompok. Hingga saat ini koleksi Museum Tekstil tercatat sejumlah 1914 buah.


(38)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 24

2.7.1.Denah

Gambar 11. Denah Museum Tekstil Jakarta. Sumber : Museum Tekstil Jakarta

Berdasarkan dari denah, pembagian ruang-ruang dan fasilitas-fasilitas diurutkan dari gedung utama, gedung pengelola dan fasilitas-fasilitas pendukung. Semua ruangan saling terhubung namun gedung pengelola hanya khusus karyawan dan kepala pengelola.


(39)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 25

2.8. Museum Sri Baduga

2.8.1. Sejarah Museum sri baduga

Propinsi Jawa Barat merupakan wilayah yang sebagian besar didiami oleh orang Sunda, oleh karena itu sering disebut Tatar sunda atau Tanah Sunda. Dari perjalanan sejarah dan lingkup geografis Budaya Jawa Barat secara umum berada pada lingkup budaya Sunda, sebagai budaya daerah yang menunjang pembangunan kebudayaan nasional.

Wilayah yang sarat dengan ragam budaya serta didukung oleh kultur alam dan kultur sosial yang kondusif sehingga terlahir ragam budaya. Wilayah yang strategis berakibat pada terjadinya berkembang dan adanya perubahan budaya yang merupakan dampak dari globalisasi yang ditandai dengan adanya revolusi dalam bidang informasi, komunikasi, dan transportasi. Hal tersebut memacu kita untuk mengambil langkah dan strategi secara bijak untuk menempatkan serta memposisikan citra seni budaya daerah untuk tetap hidup dan berkembang di tengah.

masyarakat. Tinggalan kebudayaan yang bernilai tinggi banyak tersebar di Kawasan Jawa Barat, baik yang hampir punah maupun yang masih berkembang hingga kini. Perkembangan kebudayaan berlangsung sepanjang masa sesuai dengan pasangsurutnya pola kehidupan. Dengan perkembangan tidak sedikit pengaruh budaya luar yang masuk. Hal ini disebabkan karena wilayah Jawa Barat pada posisi strategis dari berbagai aspek mobilitas penduduk yang cukup tinggi. Pengaruh budaya luar cenderung mempercepat proses kepunahan budaya asli Jawa Barat, maka pemerintah mengambil kebijakan untuk mendirikan Museum Negeri Jawa Barat .

Pembangunannya dimulai sejak tahun 1974 dengan lokasi


(40)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 26

Tegallega. Sebagian dari bangunan asli tersebut tetap dipelihara kelestariannya dan digunakan sebagai kantor administrasi.

Peresmian penggunaan Museum Negeri Jawa Barat baru dilaksanakan pada tanggal 5 Juni 1980 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI , Dr. Daud Joesoef didampingi oleh Gubernur Kepal;a Daerah Tingkat I Propinsi Jawa Barat H. Aang Kunaefi. Pada tanggal 1 April 1990, sepuluh tahun setelah peresmian digunakan nama "Sri Baduga" Raja yang memerintah di Pajajaran. Pada era Otonomi Daerah (OTDA) berdasarkan Perda No.5 Tahun 2002 sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) bergabung dengan Dinas Kebudayaan Propisi Jawa Barat dengan nama Balai Pengelolaan Museum Negeri Sri Baduga hingga sekarang.Tugas Pokok dan Fungsi : Melaksanakan pengunpulan, perawatan, penelitian, penyajian dan bimbingan edukatif Visi: Museum sebagai pusat dokumentasi, informasi dan media

pembelajaran serta objek wisata budaya unggulan Jawa Barat Misi:

1. Mengumpulkan, meneliti, melestarikan dan mengkomunikasikan benda tinggalan budaya Jawa Barat kepada masyarakat

2. Mengembangkan hasil penelitian untuk meningkatkan kualitas apresiasi masyarakat terhadap nilai-nilai luhur budaya daerah. 3. Meningkatkan fungsi museum sebagai laboratorium budaya daerah

dan filter terhadap pengaruh buruk budaya global 4. Menanamkan nilai-nilai luhur budaya daerah.


(41)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 27

2.8.2. Fasilitas 1. Tempat Parkir

Gambar 12. parkir.

Sumber : http://www.sribadugamuseum.com/a-profil.php?idp=6 (diakses pada tanggal 15 mei 2013)

Tempat Parkir Halaman museum yang dapat digunakan sebagai tempat parkir dengan daya tampung sampai dengan 20 buah bus 2. Ruang Perpustakaan

Gambar 13. perpustakaan.

Sumber : http://museumku.wordpress.com/2010/10/12/perpustakaan-dan-museum-biblika/(diakses pada tanggal 15 mei 2013)

Selain mengunjungi ruang pameran museum pengunjung dapat pula melihat koleksi buku perpustakaan. Perpustakaan dibuka pada hari Senin Sampai dengan jumat pukul 08.00 - 15.30 WIB

3.Ruang Auditorium

Digunakan sebagi ruang audio visual, dan pertunjukan berbagai kesenian Jawa Barat baik tradisional maupun yang sedang berkembang sekarang. Selain itu pada ruangan ini digunakan pula sebagai tempat untuk penerimaan rombongan pengunjung yang dating


(42)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 28

ke museum untuk mendapatkan informasi pendahuluan sebelum masuk ke ruang pameran

Gambar 14. Auditorium.

Sumber : http://museumku.wordpress.com/2011/12/08/workshop-gncm-bertema-museum-dan-masyarakat/(diakses pada tanggal 15 mei 2013)

4. Ruang Pameran Khusus

Digunakan sebagai tempat penyelenggaraan kegiata pameran khusus yang diselenggarakan oleh museum sendiri maupun untuk disewakan.

5.Ruang seminar

Digunakan sebagai tempat untuk pelaksanaan kegiatan seminar, saresehan ceramah dan kegiatan rapat yang diselenggarakan oleh museum maupun untuk disewakan.

Gambar 15. Ruang seminar.

Sumber : http://www.sribadugamuseum.com/a-galeri.php?ikj=8&ikg=5(diakses pada tanggal 15 mei 2013)


(43)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 29

6. Denah museum sri baduga

Gambar 16. Denah lantai 1. Sumber : Museum Sribaduga.

Gambar 17. Denah lantai 2. Sumber : museum sri baduga


(44)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 30

2.9. Museum Tekstile Nagara Malaysia.

National Textile Museum terletak di JKR 26, Lot 50 Seksyen 70, Jalan Sultan Hishamuddin, Kuala Lumpur, sebuah bangunan warisan yang sebelumnya ditempati oleh berbagai departemen dan lembaga. Bangunan yang selesai pada tahun 1896 adalah 2 ½ tingkat dengan luas 3259 m2 dan lantai 3145,3 m2.

Gambar 18. Tampak museum tekstil nagara.

Sumber : http://www.jmm.gov.my/en/museum/national-textiles-museum(diakses pada tanggal 17 mei 2013)

2.9.1. Pameran Galeri 1. Pohon Budi Galeri

Pohon Budi juga dikenal sebagai Pohon Hayat (Pohon Kehidupan) atau Pohon Beringin. Hal ini di sini bahwa teater kehidupan dimulai. Pohon Budi, sebuah pohon besar yang menawarkan tempat berlindung, menjadi simbol sejarah, siklus kehidupan dan peradaban seperti pohon yang berkecambah dari benih, tumbuh lebih besar, dan menghasilkan buah dalam bentuk bentuk yang berguna dan warna. The Pohon Budi Galeri menampilkan asal-usul tekstil dari pra-sejarah kali serta pertumbuhannya melalui perdagangan. Juga dipamerkan adalah alat, bahan dan teknik tradisional tekstil-keputusan melalui proses tenun, bordir, pembuatan batik, menyulam emas, merajut dan manik-manik bekerja dengan fokus khusus pada tekstil dominan


(45)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 31

negara seperti songket (sarung sutra dengan tenunan benang emas ke dalamnya), Pua kumbu (bercorak tradisional multi-warna kain katun seremonial yang digunakan oleh Iban di Sarawak), telepuk (katun halus atau kain sutra dengan motif floral dicetak menggunakan daun emas atau debu), tekatan (emas bordir yang dibuat oleh jahitan benang emas untuk membuat lega

dibesarkan dengan beludru),

keringkam (bordir tradisional

Sarawak Melayu biasanya

ditemukan pada jilbab wanita), linangkit (bordir dekoratif buatan tangan yang menghiasi selutut rok rakyat Lotud), kain pis (satu kaya bordir - meter sepotong dua potong kain menghadapi dipakai oleh kelompok Rungus / Kadazandusun sebagai kepala-gear), manik-manik dekoratif dan batik.

Gambar 19. Menenun. Sumber:http://lh5.ggpht.com/_fXOZpf7JcKs/TK7GHkYYbnI/AAAAAAAAGIk/hB7Wgv

Bg-xE/s1600-h/bgt5%5B4%5D.jpg (diakses pada tanggal 17 mei 2013) 2. Pelangi Gallery

Sebuah pelangi (pelangi) adalah cahaya cekung strip berbagai warna yang muncul di langit. Dalam pengelompokan tekstil tradisional, kain pelangi dikenal sebagai benang kerajaan multi-kain berwarna. Warna-warna lembut meliputi hijau, pink, kuning dan biru. Pelangi Galeri melambangkan warna-warni pelangi strip, yang dapat berhubungan dengan berbagai kelompok etnis Malaysia yang kaya dengan harta masing-masing tekstil. Galeri ini menunjukkan beberapa koleksi warisan yang dipilih seperti berbagai jenis batik dan pertumbuhan mereka selama bertahun-tahun, koleksi masyarakat


(46)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 32

Tionghoa, dan orang-orang dari Baba dan Nyonya, yang kaya dengan penggunaan sutra dan benang emas dan beadings, serta motif deras baik dan beragam etnis dan Sarawak tekstil Sabahan koleksi.

3. Teluk Berantai Galery

Teluk berantai (bays saling) merupakan motif dominan dalam pembuatan songket Melayu. Dari hamburan bunga individu, mereka menjadi desain pola-harmonis ketika dijahit bersama-sama seperti kotak, sehingga menghubungkan motif individu satu sama lain. Teluk berantai adalah simbol keintiman dan serempak orang Melayu dalam menghasilkan warisan seni kekal sampai hari ini. The Teluk Berantai Galeri pameran kekayaan, kemahiran dan keindahan koleksi warisan Melayu seperti tekatan (bordir emas yang dibuat oleh jahitan benang emas untuk membuat lega dibesarkan di beludru), kelingkan (sebuah bordir-applique '), kain tenun (kain tenun ) kain Limar (sepotong apron seperti terbuat dari sutra dan dikenakan di atas kain songket), kain songket Limar tenggarung (Limar kain dengan benang emas sangat

ditekankan), kain

telepuk (katun halus atau kain sutra dicetak biasanya dengan motif

floral menggunakan

emas daun atau debu emas), kain berayat (kain scripted), dan kostum lainnya.

Gambar 20. Display. Sumber :http://lh3.ggpht.com/_fXOZpf7JcKs/TK7HanKSRWI/AAAAAAAAGJc/hzEwofx9L8g/s


(47)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 33

4. Ratna Sari Gallery

Ratna adalah bermacam-macam berlian, emas dan perhiasan lainnya. Sari esensi dan inti dari sebuah bagian penting dan biasanya disebut saripati. Ratna Sari adalah istilah yang tepat mengacu pada koleksi yang dipilih perhiasan ditanggung dari kreativitas perajin yesteryears. The keahlian, pengrajin Melayu Cina dan India serta kreativitas Orang Asli dan kelompok pribumi Sabah dan Sarawak telah menghasilkan perhiasan yang dikenakan dan diwariskan selama bertahun-tahun oleh semua ras di negara ini. The Ratna Sari Gallery pameran barang-barang perhiasan dan perhiasan pribadi dari berbagai kelompok etnis di Malaysia yang terbuat dari emas, perak, tembaga, manik-manik dan tanaman, yang

dirancang untuk dikenakan di berbagai bagian tubuh, dari kepala sampai kaki. Di antara mereka adalah mahkota, pemeleh (anting-anting menjuntai), cucuk Sanggul (pin rambut), dokoh (kalung dengan liontin besar

cekung), pending (gesper

pinggang besar biasanya terbuat dari perak), gelang Tangan (gelang), caping (plate kesucian ) gelang kesemek (gelang kaki) dan berbagai orang lain.

Gambar 21. Area pamer .sumber : http://lh3.ggpht.com/_fXOZpf7JcKs/TK7GUj1-OMI/AAAAAAAAGI0/1mnfopDMx9M/s1600-h/bgt10%5B4%5D.jpg (diakses pada


(48)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 34

5. Galeri Pelangi

Galeri menampilkan koleksi busana dan aksesoris warisan dalam masyarakat Tionghoa, serta koleksi Baba dan Nyonya etnis Sarawak dan Sabah.

Gambar 22. Pamer kain Sumber :

http://lh6.ggpht.com/_fXOZpf7JcKs/TK7FhCQLTUI/AAAAAAAAGH8/8htOPBYbCvU/s 1600-h/bgt3%5B3%5D.jpg (diakses pada tanggal 17 mei 2013)

Gambar 23. Pamer kain Sumber :

http://lh6.ggpht.com/_fXOZpf7JcKs/TK7Fmao1HI/AAAAAAAAGIE/J3VifNugqls/s1600 -h/bgt2%5B4%5D.jpg (diakses pada tanggal 17 mei 2013)


(49)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 35

2.9.2. Kesimpulan studi banding.

Berdasarkan data-data, wawancara dan pengamatan yang dilakukan, kesimpulan dari masing-masing studi banding adalah sebagai berikut.

Table 4. Studi Banding

Nama museum Museum tekstil

jakarta. Museum sri baduga. Museum tekstil nagara.malaysi a Tipologi museum berdasarkan.

- Arsitektur

- Kawasan

- Orientasi pengunju ng - Cara

penyajian - Materi

koleksi

Bangunan Artdeco yang dulunya digunakan sebagai tempat tinggal dan bersejarah. Kota. Tebuka untuk umum. Bersejarah. Museum bersjarah. Bangunan tropis dan modern.perpad uan gaya barat dan tropis indonesia. Kota. Tebuka untuk umum. Bersejarah. Museum bersjarah Bangunan bersejarahyang dulu milik kerajaan. Kota. Tebuka untuk umum. Bersejarah. Museum bersjarah

Lokasi Jalan.ks.Tubun.pent

amboran. tanah abang. jakarta barat. Kawasan

perdagan.dekat dengan pasar tanah abang. Jalan. BKR. Berhadapan lansung dengan ruang terbuka tegallega. Berada dikawasan perkotaan dan bangunan bersejarah. Pemintakatan lahan dan sirkulasi Kelompok fasilitas berupa massa-massa yang terpisah.

Namun dari massa yang terpisah

dihubungkan dengan koridordan selasar. Akses pengunjung dan pengelola sama. Fasilitas operasional mampu mengjakau yang lain.

Kelompok fasilitas ada 3 massa yang saling terhubung satu sama lain. Pada gedung utama dan pendukung memilki jalur primer, dan pada pelengkap memilik jalur


(50)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 36 sekunder. Fasilitas operasional mampu mengjangkau yang lain.

Kegiatan Pameran utama,

kuratorial. Workshop batik. Operasional penunjang ( penyewaan adotorium, penyewaan daerah daerah tertentu yang dijadikan area pemotretan,model artis, Dan penjualan cendramata. Mengadakan event setiap bulan. Pameran utama, penyewaan audiotorium yang dijadikan acara pendikahan atau seminar. Event-event yang diadakan tiap bulan. Pameran utama, pameran busana.

Program ruang Ruang pamer tetap,

Ruang galeri batik tetap. Ruang workshop. Ruang perpustakaan. Audiotoriumung Kuratorial Retail Yayasan investor. Gedung pengelola. Wisma seniman ahli. Musholla Kantin. Taman interaktive. Parkir Gedung laborato Rium. Ruang pamer tetap, Ruang galeri batik tetap. Ruang workshop. Ruang perpustakaan. Audiotoriumung Kuratorial Retail Gedung pengelola. Wisma seniman ahli. Musholla Kantin. Taman interaktive. Parkir Gedung laborato Rium. Ruang audiovisual. Ruang pamer tetap, Ruang galeri batik tetap. Ruang workshop. Ruang perpustakaan. Audiotoriumun g Resturant. Taman interaktive. Parkir Gedung laborato Rium. Ruang audiovisual.


(51)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 37

berada dalam 3 gedung. berada dalam satu gedung. Pengkatagorian koleksi Berdasarkan wujud, sejarah, kain adat tiap wilayah, batik. Alat mengolah

bahan, alat menjahit,

Sejarah rakya jawa

barat,benda purbakala, kain adat, kerajinan kain khas jawa barat.

Busana modern, kain adat, kain khas daerah

malaysia

Manajemen pameran

Koleksi yang ada digedung utama dan geleri batik selalu ada perubahan koleksi, berganti-ganti setiap bulanya.

Koleksi ganti setiap 6 bulan sekali, atau pada saat ulang tahun museum diadakan acara. Pergantian koleksi. Penghawaan dan pencahayaan. Beberapa ruang menggunakan pencahayaan alami dan buatan. Ligthing. Penghawaan alami dan ac split.

Lebih banyak bukaan pada lantai 1, dan pada lantai 2 dan 3 menggunakan cahaya alami sedikit, dan lampu lebih banyak. Menggunakan ac split. . Jumlah pengunjung

150-200 orang/hari 200-300 orang/hari

200-250 orang/hari.

Berdasarkan kesimpulan dari atas maka didapat berupa hal tentang museum tekstil.

1. Lokasi didapat berdasarkan kebutuhan museum itu sendiri. Berada dikawasan pendidikan, pemerintahan, perdagangan, perkantoran, dan dekat pemukiman mayarakat. Museum harus mudah dijangkau dan selalu disosialisakan dan dipublikasikan, agar museum itu diketahui masyarakat luas.

2. Memberi pengetahuan tentang tekstil sandang untuk

dimensinya,supaya perletakan koleksi bisa bagus dan indah ( desain interior tiap posisi koleksi sandang terlihat menajubkan,


(52)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 38

4. Penghawaan dan pencahayaan buatan dan alami diatur sedemikan rupa agar terlihat indah dan nyaman.

5. Gedung penunjang saling berhubungan dengan gedung pelengkap dan gedung utama saling menunjang satu sama lain.

2.9.3. Pencahayaan dan Penghawaan

1.Pencahayaan dan penghawaan merupakan aspek teknis utama yang perlu diperhatikan untuk membantu memperlambat proses pelapukan dari koleksi.

2.Untuk museum dengan koleksi utama kelembaban yang disarankan adalah 50% dengan suhu 210C – 260C.

3. Intensitas cahaya yang disarankan sebesar 50 lux dengan meminimalisir radiasi ultra violet. Beberapa ketentuan dan contoh penggunaan cahaya alami pada museum sebagai berikut

Gambar 25. Pencahayan dan Penghawaan. Sumber : Data Arsitek

2.9.4. Ergonomi dan Tata Letak

Untuk memudahkan pengunjung dalam melihat, menikmati, dan mengapresiasi koleksi, maka perletakan peraga atau koleksi turut berperan. Berikut standar-standar perletakan koleksi di ruang pamer museum.


(53)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 39

Gambar 26. Tata letak. Sumber : Data Arsitek

2.9.5. Jalur Sirkulasi di Dalam Ruang Pamer

Jalur sirkulasi di dalam ruang pamer harus dapat

menyampaikan informasi, membantu pengunjung memahami koleksi yang dipamerkan. Penentuan jalur sirkulasi bergantung juga pada runtutan cerita yang ingin disampaikan dalam pameran.

Gambar 27. Tata letak Sumber : Data Arsitek


(54)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 40

2.9.6. Adapun persyaratan berdirinya sebuah museum 1. Lokasi museum.

Lokasi harus strategis dan sehat (tidak terpolusi, bukan daerah yang berlumpur/tanah rawa).

2. Bangunan museum.

Bangunan museum dapat berupa bangunan baru atau memanfaatkan gedung lama. Harus memenuhi prinsip-prinsip konservasi, agar koleksi museum tetap lestari. Bangunan museum minimal dapat dikelompok menjadi dua kelompok, yaitu angunan pokok (pameran tetap, pameran temporer, auditorium, kantor, laboratorium konservasi, perpustakaan, bengkel preparasi, dan ruang penyimpanan koleksi) dan bangunan penunjang (pos keamanan, museum shop, tiket box, toilet, lobby, dan tempat parker).

3. Koleksi.

Koleksi merupakan syarat mutlak dan merupakan rohnya sebuah museum, maka koleksi harus:

a.mempunyai nilai sejarah dan nilai-nilai ilmiah (termasuk nilai estetika)

b.harus diterangkan asal-usulnya secara historis, geografis dan fungsinya.

c. harus dapat dijadikan monumen jika benda tersebut berbentuk bangunan yang berarti juga mengandung nilai sejarah.

d.dapat diidentifikasikan mengenai bentuk, tipe, gaya, fungsi, makna, asal secara historis dan geografis, genus (untuk biologis), atau periodenya (dalam geologi, khususnya untuk benda alam)

e.harus dapat dijadikan dokumen, apabila benda itu berbentuk dokumen dan dapat dijadikan bukti bagi penelitian ilmiah. f. harus merupakan benda yang asli, bukan tiruan.


(55)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 41

g.harus merupakan benda yang memiliki nilai keindahan (master piece)

h.harus merupakan benda yang unik, yaitu tidak ada duanya. 4. Peralatan museum

Museum harus memiliki sarana dan prasarana museum berkaitan erat dengan kegiatan pelestarian, seperti vitrin, sarana perawatan koleksi (AC, dehumidifier, dll.), pengamanan (CCTV, alarm system, dll.), lampu, label, dan lain-lain.

5. Organisasi dan ketenagaan

Pendirian museum sebaiknya ditetapkan secara hukum. Museum harus memiliki organisasi dan ketenagaan di museum, yang sekurang-kurangnya terdiri dari kepala museum, bagian administrasi, pengelola koleksi (kurator), bagian konservasi (perawatan), bagian penyajian (preparasi), bagian pelayanan

masyarakat dan bimbingan edukasi, serta pengelola perpustakaan. 6. Sumber dana tetap

Museum harus memiliki sumber dana tetap dalam penyelenggaraan dan pengelolaan museum.

Sumber : Wawan Yogaswara Kepala Seksi Dokumentasi dan Publikasi Subdirektorat Registrasi dan Dokumentasi Direktorat Museum


(56)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 42

BAB III

ELABORASI TEMA

3.1. Ruang aktif.

3.1.1. Pengertian ruang aktif.

Ruang aktif adalah ruang yang memilki berbagai macam kegiatan, didalam ruangan tersebut adanya perubahan interior atau eksterior yang didesain secara berbeda-beda yang sesuai dengan pola kegiatan yang dilakukan didalam ruangan maupun di luar ruangan (ruang terbuka) yang telah ditetapkan, dilingkupi, dibentuk dan diorganisir oleh unsur-unsur massa. maka Ruang Aktif upaya menghidupkan ruang-ruang dalam rangka pengelolaan ruang yang efektif yang diarahkan pada tercapainya tujuan. secara leluasa mengembangkan kreativitasnya untuk menciptakan suasana yang kondusif yang memungkinkan pengunjung dapat berekspresi dengan leluasa, menyenangkan dan penuh antusiasme serta dapat menangkap esensi berbagai hal yang mereka pelajari.

Ruang dapat dibayangkan sebagai suatu kesatuan terbatas atau tak terbatas, keadaan kosong yang punya kapasitas dan siap diisi. sedangkan Aktif adalah giat (bekerja, berusaha), adanya

kegiatan.

3.2. Interpretasi tema

Gambar 28. Ruang luar (amphitheater). Sumber : Dokumentasi pribadi

Ampthiteater. Merupakan ruang terbuka, namun bisa difungsikan berbagai macam kegiatan, yaitu. Seminar, workshop, pertunjukan seni dan sebagai.


(57)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 43

1. Ruang aktif luar.

Ruang aktif luar yaitu ruang yang terdapat di luar bangunan. Definisi ruang publik umum dapat diuraikan sebagai berikut :

Bentuk dasar dari ruang publik umum selalu terletak di luar massa bangunan.Dapat dimanfatkan dan dipergunakan oleh setiap orang. Contoh ruang publik umum adalah jalan, pedestrian, taman lingkungan, plaza, taman kota, dan taman rekreasi

Gambar 29. Ruang luar (plaza). Sumber : Dokumentasi pribadi

2. Ruang Aktif dalam.

Adanya kegiatan didalam ruang yang berupa pertunjukan karya seni kain daerah dan koleksi tekstil.

Plaza, (ruang terbuka) digunakan

sebagai tempat berkumpulnya

pengunjung, sebelum memasuki museum tekstil bandung, namun bisa juga difungsikan sebagai area pertunjukan fashion show, pameran pakaian, bazzar, pertunjukan band, atau digukanan oleh komunitas tertentu.


(58)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 44

ruang aktif dalam memiliki unsur-unsur perubahan, yaitu warna, material, tekstur, bentuk display,arah (pentunjuk), pencahaayan, dan pengaturan suhu didalam ruang, hal ini akan memberikan suatu keunikan pagi pengunjung.

Ruang Aktif dalam, ruang yang

melakukan kegiatan

berupa melihat koleksi pakaian, belajar

menenun, mendekorasi interior dan sebagainya. Didalam museum tekstil adanya perubahan

ruangan,perubahan ruangan tersebut berupa, area

display,pencahayaan ,dekorasi

ruangan.Perubahan ruangan ditata sedemikian rupa supaya terlihat menarik dan pengunjung bisa berapresiasi secara aktif didalam ruang.


(59)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 45

3.3. Kajian Tema

Teori Gestalt tentang Ekspresi

Para psikolog Gestalt menduga bahwa terdapat sebuah pengalaman langsung dari kualitas ekspresi dalam persepsi terhadap garis-garis, bidang-bidang, volume ataupun massa. Mereka merumuskan bahwa pengalaman-pengalaman ini bukan hasil dari asosiasi intelektual melainkan hasil dari sebuah gaung antara proses neurologis (syaraf) dan pola-pola lingkungan. Jadi bangunan dikatakan hidup, tenang atau berat bukan karena asosiasi antara pola-pola yang ada sekarang dengan rujukan tetapi karena proses biologis dalam otak kita – Konsep Isomorphism Gestalt (lang, 1987).

Menurut interpretasi psikologi dan teori Gestalt tentang proses persepsi visual, menyatakan bahwa garis (line) dan bentuk (form) dari bangunan mengkomunikasikan makna-makna secara langsung melalui garis itu sendiri dan bidang (Lang, 1987). Contoh-contoh dari penerapan teori ini pada Chrisler Building, ekspresi menjulang tinggi (soaring) Sydney Opera House, ekspresi gelembung (billowing) dalam gambar menunjukan ekspresi statis. Ketiganya merupakan kualitas ekspresif dari konfigurasi-konfigurasi spesifik. Interpretasi alternatif dari teori Gestalt adalah bahwa ekekspresi-ekspresi ini adalah hasil dari asosiasi-asosiasi yang dipelajari (Lang, 1987)


(60)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 46 1. Ruang

Ruang selalu melingkupi keberadaan kita. melalui volume ruang kita bergerak, melihat bentuk-bentuk, mendengar suara-suara, merasakan angin bertiup, mencium bau semerbak bunga ditaman. Itulah ruang yang terdiri dari kayu atau batu, yang sebelumnya tidak memiliki bentuk. Bentuk ruang dimensi dan skalanya, kulitas cahayanya semua tergantung persepsi kita atas batas-batas ruang yang ditentukan oleh unsur-unsur pembentuknya. Jika ruang telah ditetapkan, dilingkupi, dibentuk dan diorganisir oleh unsur-unsur massa maka arsitektur menjadi kenyataan.

2. Garis

Garis merupakan kumpulan dari titik, dan garis merupakan unsur desain yang terbentuk dari adanya goresan yang nyata sehingga garis merupakan unsur yang paling utama. Karena dengan garis kita dapat membuat bidang, membuat bentuk – bentuk serta dapat menampilkan gerak, juga karena adanya perbedaan – perbedaan garislah maka suatu desain menjadi demikian bervariasi.

Nilai dari suatu garis banyak ditentukan oleh irama serta kemampuan mewujudkan bentuk atau massa dengan kemungkinan yang hampir tak terbatas dalam perpaduannya dengan unsur – unsur lain. Garis secara visual kehadirannya dapat di bedakan yaitu dapat berupa garis lurus, garis lengkung, garis patah – patah, garis bergelombang, garis tebal, garis tipis, garis vertikal, garis horizontal, dan sebagainya.

3. Bentuk

Bentuk adalah suatu permukaan yang dibatasi oleh garis dan mempunyai kesan adimensi yaitu dimensi yang memiliki panjang, lebar dan volume. Bentuk yang terdapat pada suatu desain terdiri dari bentuk yang terjadi atas perpaduan antara hubungan garis lurus seperti bentuk segitiga, segi empat, lingkaran dan elips. Bentuk tersebut bahkan dapat pula merupakan gabungan kedua jenis garis.


(61)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 47

Gambar 30. Macam – macam bentuk

4. Arah

Arah merupakan unsur rupa dan desain yang menghubungkan unsur rupa dan desain yang menghubungkan bentuk dengan ruang. Setiap bentuk dalam ruang pasti mempunyai arah terkecuali bentuk lingkaran dan bola. Macam – macam arah, yaitu vertikal, horizontal, diagonal, miring. Arah vertikal, horizontal dan miring akan membentuk ruang dua dimensi, dan arah menyerong yang membuat sudut akan lebih membentuk ruang maya karena arah serong menimbulkan kesan seolah membentuk perspektif.

5. Warna

Warna adalah salah satu unsur seni dan desain yang secara visual sangat menarik perhatian mata, karena dalam suatu benda yang pertama kali dilihat dan dinikmati adalah warnanya. Warna selalu dihubungkan dengan estetika karena selain dihayati dengan menggunakan kepekaaan perasaan manusia. Warna juga bisa merupakan representasi dari makna atau simbol tertentu.

Secara ilmiah dinyatakan bahwa warna merupakan gelombang - gelombang cahaya tertentu, kita dapat mengenali suatu warna apabila gelombang cahaya itu menyentuh retina mata, kemudian diolah jaringan syaraf, gelombang cahaya tadi disampaikan ke otak yang kemudian mencernanya sehingga kita dapat mengenal gelombang cahaya tersebut sebagai suatu warna.


(62)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 48

Secara emosional warna dianggap memiliki sifat – sifat yang sanggup menimbulkan kesan panas, dingin, cerah, murung dan sebagainya.

Seorang ahli warna, Brewster mengemukakan teorinya bahwa warna- warna merah, kuning dan biru merupakan unsur – unsur warna tersendiri yang tidak dapat dihasilkan oleh pencampuran dari warna apapun, karena warna – warna merah, kuning dan biru ini disebut warna primer ( the primary colours ). Percampuran dari sepasang warna primer tersebut akan menghasilkan warna sekunder ( the sekunder colours ). Yang disebut juga intermediate hues atau warna antara. Kemudian percampuran satu warna sekunder akan menghasilkan warna tersier.

Gambar. 31. Lingkaran Warna sumber

:https://www.google.com/search?um=1&hl=en&biw=1366&bih=667&tbm=isch&sa=(di akses pada tanggal 28 mei 2013)

Dari skema lingkaran warna tersebut dapat dilihat bagaimana terbentuknya warna sekunder dan warna tersier dari tiga warna primer. Dengan demikian berdasarkan teori Brewster ini kita dapat mengenal beberapa jenis warna yaitu :

a. Warna primer atau warna pokok merupakan warna utama dalam lingkaran warna, yang diperoleh bukan dari mencampur warna – warna yang ada. Warna primer terdiri dari : merah, biru dan kuning. b. Warna sekunder : warna hasil campuran yang seimbang antara warna primer dengan warna primer.

1. Warna ungu ( violet ) campuran merah dan biru.


(63)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 49

3. Warna hijau campuran warna kuning dan biru.

c. Warna tersier : merupakan hasil campuran warna sekunder dengan warna primer.

1. Warna merah ungu campuran warna merah dengan ungu

2. Warna ungu biru campuran warna ungu dengan biru 3. Warna hijau biru campuran warna hijau dengan biru 4. Warna kuning hijau campuran warna kuning dengan hijau 5. Warna orange kuning campuran warna orange dengan kuning

6. Warna merah orange campuran warna merah dengan orange

Louis Prang pada tahun 1876 menemukan sistem warna, yang kemudian dikenal dengan sistem warna Prang. Prang menyusun notasi pada tiga pembagian warna, yaitu :

1. Hue, adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan nama dari suatu warna, seperti merah, biru, hijau, dan sebagainya.

2. Value, adalah dimensi kedua atau mengenai terang gelapnya warna. Contohnya adalah tingkatan warna dari putih hingga hitam. Mengubah value menjadi terang dapat dengan cara menambah warna putih secara bertingkat disebut “Tint “ dan merubah value menjadi gelap adalah dengan menambah warna hitam secara bertingkat pula disebut “ shade “.

3. Intensity, seringkali disebut dengan chroma, adalah dimensi yang berhubungan dengan kekuatan pancaran intensitas / cerah atau suramnya warna.

6.Tekstur

Tekstur dapat di artikan sebagai tampang visual permukaan dari suatu benda, karena permukaan suatu benda memiliki sifat yang khas, misalnya polos atau bercorak, licin atau kasar, kusam, lunak, atau keras.

Tekstur adalah permukaan suatu benda/obyek yang berhubungan dengan aspek perabaan/pegangan serta penampilan permukaan/ tampilan visual permukaannya. Secara umum karakter tekstur dapat dikelompokkan menjadi tiga macam yaitu :


(64)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 50

1. Actual tekstur, atau tekstur nyata adalah suatu permukaan obyek/benda yang aspek pegangannya sesuai dengan penampilan permukaannya.

2. Simulated tekstur, atau tekstur semu adalah suatu kualitas dimana aspek perabaan berbeda dengan aspek visual permukaannya. 3. Invented tekstur, atau tekstur buatan adalah suatu pola dua dimensi

yang mengambil pola – pola permukaan bertestur untuk menampilkan/menghasilkan suatu karya yang sesuai, misalnya membuat suatu tekstur untuk background dari lukisan/sapuan kuas secara acak.

Gambar. 32. Berbagai macam Tekstur Sumber :

https://www.google.com/search?um=1&hl=en&biw=1366&bih= 667&tbm=isch&sa=1&q=lingkaran+warna&btnG=#um=1&hl=e n&tbm=isch&sa=1&q=berbagai+macam+tekstur&oq=berbagai +macam+tekstur&gs_l=img.3...3570095.3583180.0.3584401.3

6.30.0.6.6.0.501.5171.6j17j3j1j2j1.30.0...0.0...1c.1.7.img.G-(diakses pada tanggal 28 mei 2013)

7. Aktif

Pengertian aktif adalah giat (bekerja, berusaha), adanya kegiatan

Gambar 33. Kegiatan pengunjung melihat koleksi museum.. Sumber : dokumentasi pribadi.


(65)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 51

BAB IV

ANALISIS MUSEUM TEKSTIL BANDUNG

4.1. Analisis Tapak

Judul : Museum Tekstil Bandung Status Proyek : Fiktif

Lokasi : Jl. Jakarta Kelurahan Kebonwaru Batu Nunggal

wilyah Karees Bandung Luas Lahan : 11250 m2 Luas Bangunan : 6880m2 KDB : 50 % KLB : 1.5 GSB : 8 m

Batas-batas wilayah lokasi proyek.

Utara : lembaga permasyarakatan kebon waru, STT.Tekstil Barat : Kantor Pos Indonesia

Timur : Kantor Kejaksaan


(66)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 52

Gambar 34. Lokasi site pada lingkungan sekitar Sumber : Dokumentasi pribadi

Pada lingkungan sekitar merupaka daerah perkantoran,

pendidikan, pemukiman, karena lokasi berada di pusat kota (urban), maka lokasi proyek sangat berpotensi untuk dibangun sebuah museum berdasatkan letak geografisnya.

4.2. Analisis Pencapaian

Pencapaian Museum Tekstil Bandung

• Lokasi Museum Tekstil Bandung Di Jl. Jakarta Kel.Kebon Waru Kec.Batu Nunggal Bandung

• Kendaraan yang di jangkau. Karena jalan Jakarta.

• Kendaraan umum : Angkot Cicaheum – ciroyom Damri Cicaheum – Leuwi panjang


(67)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 53

Gambar 35. Akses Sumber : Dokumentasi pribadi

4.3. Pencahayaan, vegetasi dan kebisingan.

Gambar 36. Pencahayaan, vegetasi dan kebisingan. Sumber : Dokumentasi pribadi

1. Cahaya, dari timur atau dari barat, cahaya alami dapat masuk pada lokasi site, karena bangunan sekita tidak tinggi.


(68)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 54

2. vegetasi, pepohonan pada lingkungan sekitar kurang banyak, jadi kondisi sekitar bisa jadi panas, perlu penambahan pohon agar dapat sejuk.

3. kebisingan, pada bangian utara sangat bising karena berhadapan langsung dengan jalan raya, karena suara kendaraan begitu bising dan jumlah kendaraan sangat banyak dan ramai.

4.4. Analisis zona dalam tapak

Gambar 37. Pembagian ruang dengan warna. Sumber : Dokumentasi Pribadi

Keterangan dalam tapak dengan warna

Parkir Taman

Pedestrian Gedung

utama Gedung

pengelol

Gedung Pendukung

Sirkulasi kendaraan

Ruang terbuka


(69)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 55

4.5. Analisis Bangunan

Tabel 5. Sistem buble diagram

4.6. Hubungan Antar Ruang


(70)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 56

Tabel 7. Hubungan Fasilitas Pendidikan

Tabel 8. Hubungan Fasiltas Kuratorial


(71)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 57

Tabel 10. Hubungan Fasiltas Operasional

Tabel 11. Hubungan Fasiltas penunjang


(72)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 58

4.7. Program Ruang.

Tabel 13. Program Ruang 1. Fungsi Penerima.

No Aktivitas Nama Ruang Jumlah

Orang

Standard Ruang (m2/org)

Luas/Ruang(m2) Jumlah Ruang Luas Ruang I (m2) Sirkulasi 20% Jumlah luas m2

1 Menuju Plaza Area plaza 600 1,3 780 1 780 160 940

2 Dari plaza menuju lobi. Menunggu, pemberitahuan informasi, kegiatan jelajah ruang display, Pengawasan. Area lobby R.utama R.informasi R,pos satpam 150 3 2

1.3 195

12 12 1 1 1 195 12 12 50 2 2 245 14 14 3 Menuju Loket/

tiket

Loket 2 6 2 12 2.4 14.4

4 Penitipan barang pengunjung.

R.penitipan barang

2 12 2 24 4 28

5 Persiapan

pegawai

R.pegawai. 8 1.3 10.4 2 20.8 4.16 25.4

6 Sanitari Toilet. 4 2 12 2 24 4.8 28.8

Jumlah Keseluruhan ruang


(73)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 59

2. Fungsi Pamer.

No Aktivitas Nama Ruang Jumlah

Orang

Standard Ruang (m2/org)

Luas/Ruang(m2) Jumlah Ruang Luas Ruang I (m2) Sirkulasi 20% Jumlah luas m2

1 Melihat

pameran dan berapresiasi terhadap seni tenun sebagai budaya tenun masyarakat - Ruang pamer permanen - Ruang Pamer Temporer - Ruang Pamer Batik - Ruang pamer Komersil 200 150 150 150

3x2 = 6

3x2 = 6

3x2 = 6

3x2 = 6

1200 900 900 900 1 1 1 1 1200 900 900 900 30 20 30 20 1230 920 930 920 Jumlah keseluruhan ruang 4010

3. Ruang Kuratorial dan Konservasi

No Aktivitas Nama Ruang Jumlah

Orang

Standard Ruang (m2/org)

Luas/Ruang(m2) Jumlah Ruang Luas Ruang I (m2) Sirkulasi 20% Jumlah luas m2

1 Memasukkan

dan

Loading dock Ruang


(74)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 60

mengeluarkan koleksi dari museum.

karantina

2 18 1 18 4,5 22.5

2 Registrasi dokumentasi dan data

Ruang dokumentasi dan data

5 40 1 40 10 50

3 Perbaiki koleksi yang rusak

Ruang perawtan dan

laboratorium

5 8 120 1 120 30 150

4 Penyimpanan

koleksi

Ruang

penyimpanan koleksi

5 120 1 120 30 150

Jumlah keseluruhan ruang

420.5

4. Ruang pendidikan

No Aktivitas Nama Ruang Jumlah

Orang

Standard Ruang (m2/org)

Luas/Ruang(m2) Jumlah Ruang Luas Ruang I (m2) Sirkulasi 20% Jumlah luas m2

1 Praktek

membuat batik,menenun, menyulam, membuat warna dan sebagainya. Ruang workshop

20 - 40 350 1 350 50 350

2 Akses informasi dan media cetak

Ruang

perpustakaan


(75)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 61 Ruang rak buku Ruang baca Ruang penitipan barang Ruang pelayan Jumlah keseluruhan ruang 700

5. Ruang Operasional.

No Aktivitas Nama Ruang Jumlah

Orang

Standard Ruang (m2/org)

Luas/Ruang(m2) Jumlah

Ruang Luas Ruang I (m2) Sirkulasi 20% Jumlah luas m2

1 Runag Kontrol

pengelolaan museum

R. pimpinan 1 24 1 24 4.8 30

2 Ruang control pengelolaan museum

R. Wakil pimpinan

1 24 1 24 4.8 30

3 Pengelolaan

museum

R.divisi 12 4 48 8 384 74 458

4 Koordinasi

pengelola

R,rapat 16 4 64 1 64 12 76

5 Penerima Tamu R. Tamu 6 1.3 8 1 8 2 10

6 Kontrol

pengelolaan


(76)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 62 keuangan, adminstrasi dan kesekretariatan R.administrasi R.sekretariat R.Arsip 2 4 4 8 8 12 1 1 1 8 8 12 1.6 1.6 1.6 10 10 10

7 Sanitari toilet 4 1.8 12 2 24 4.8 30

Jumlah keseluruhan ruang

674

6. Ruang penunjang

No Aktivitas Nama Ruang Jumlah

Orang

Standard Ruang (m2/org)

Luas/Ruang(m2) Jumlah

Ruang Luas Ruang I (m2) Sirkulasi 25% Jumlah luas m2 1 Pertunjukan dan

penyimpana alat-alat R.Audiotorium Ruang Sound sistem, Ruang audio Visual 200 20 0.8 0.8

400 1 380 40 420

2 Melakukan

masak memasak, Persiapan hidangan Penyimpanan bahan makanan. Cafeteria Dapur Pantry Gudang Area makan Indoor Outdoor 6 2 40 20


(77)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 63

3 Jual beli bahan pakaian.

accesories

Retail -retail 24 8 192 45 237

4 sanitasi toilet 4 1.8 12 2 24 6 30

5 shalat mushola 20 24 1 24 6 30

6 Melakukan

kegitatan

seminar diruang luar.

Amphiteater 120 350 1 350 50 400

Jumlah keseluruhan ruang

1347

7. Ruang Keamanan

No Aktivitas Nama Ruang Jumlah

Orang

Standard Ruang (m2/org)

Luas/Ruang(m2) Jumlah Ruang Luas Ruang I (m2) Sirkulasi 25% Jumlah luas m2

1. Mengawasi

kegiatan

museum secara langsung

Pos Satpam 4 5 2 10 10

2. Mengawasi

kegiatan Museum kompleks melalui ruang Kontrol Ruang kontrol cctv


(78)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 64

Jumlah keseluruhan ruang

22

8. Ruang Service

No Aktivitas Nama Ruang Jumla

h Oran g Standard Ruang (m2/org)

Luas/Ruang(m2) Jumlah Ruang Luas Ruang I (m2) Sirkulasi 25% Jumlah luas m2

1. Penyediaaan makanan dan minuman ntuk pegawai

Dapur 2 12 1 3 15

2 Peyimpanan

peralatan dan perlengekapan pengelolaan museum Gudang perlengkapan dan peralatan

2 24 1 6 30

Jumlah keseluruhan ruang

45

9. R.utilitas

No Aktivitas Nama

Ruang Jumlah Orang Standard Ruang (m2/org)

Luas/Ruang(m2) Jumlah Ruang Luas Ruang I (m2) Sirkulasi 25% Jumlah luas m2


(79)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 65

1 Kontrol pencahayaan dan penghawaan R. mekanikal elektrikal, AHU, Chiller

2 48 1 12 60

2 Kontrol

penyediaan air

Tangki Air dan Pompa

2 48 1 12 60

Jumlah keseluruhan ruang

120

10. Area Parkir

No Aktivitas Nama

Ruang Jumlah kendara an Standard Ruang (m2/org)

Luas/Ruang(m2) Jumlah Ruang Luas Ruang I (m2) Sirkulasi 25% Jumlah luas m2 1 Penitipan dan

pengawasan kendaraan pengunjung dan pegawai Parkir mobil Parkir motor Parkir bus 52 120 5 12.5 1.8 36 650 216 180 1 1 1 650 216 180 125 40 36 750 256 216 Jumlah keseluruhan ruang 1222


(1)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 71 Fasad yang modern, dengan menambahkan kolom pakratis pada dinding dan mengunakan warna yang alami dan motif motif kain, sehingga menarik pengunjung dan pintu masuk mengunakan hiasan kaca dan kayu sehingga terlihat lebih menarik.

5.6. Utilitas. Tangki air dan pompa w c Tangki air atas. stp ME s h a f f Gense


(2)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 72

Gambar 41. utilitas

Pada gambar diatas menunjukan jalur peditribusian air bersih, pembuangan air kotor.

1. Pada lantai basement adanya ruang reservoir air bersih (warna biru ) yang disalurkan kelantai 3 melalui mesin pompa kemudian ditampung diresrvoir lantai 3 kemudian disalurkan pada setiap lantai, ( ruang WC).

2. Saluran air kotor disalurkan dari lantai 3 sampai ke basement yang kemudian ditampung septic tank.

3. Saluran air hujan ditampung dibawah basement, resapan air hujan.

4. Listrik ( genset ) berada dilantai basement yang di kontrol pada setiap lantai,(ruang kontrol ) ruang shaff bersampingan dengan ruang Kontrol ( shaff jalur pemipaan, kabel kabel linstrik dan sebagainya secara tipikal. yang nantinya disalurkan pada setiap ruangan.

basement Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3


(3)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 73

HASIL RANCANGAN

6.1. Hubungan antar museum di kota Bandung

Gambar 42. Museum museum dibandung

6.2. Gambar gambar rancangan.

Gambar 44. tampak dari arah barat.


(4)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 74

.

Gambar 46. tampak dari arah timur

Gambar 47. tampak dari arah utara

Gambar 48. Ekterior dari arah barat


(5)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 75

Gambar 50. Ekterior cafetaria

Gambar 51. Ekterior gedung penelola


(6)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 76 Gambar 53. Interior, suasana pergerakan orang dan area display yang ada dilantai 3.

Gambar 54. Interior, suasana pergerakan orang dan area display dilantai 2.