Kajian taman rumah tinggal berbasis budaya Madura

KAJIAN
N TAMAN RUMAH TINGGAL
BERB
BASIS BUDAYA MADURA

ROSYIDAMAYANT
AYANTI TWINSARI MANINGTYAS

DEPARTEM
EMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FA
AKULTAS PERTANIAN
INSTIT
ITUT PERTANIAN BOGOR
2011

RINGKASAN
Rosyidamayanti Twinsari Maningtyas. A44063481. Kajian Taman Rumah
Tinggal Berbasis Budaya Madura. Dibimbing oleh ANDI GUNAWAN.
Indonesia merupakan bangsa yang memiliki keanekaragaman tinggi.
Keanekaragaman tersebut tidak hanya dalam bentuk seni dan adat istiadat, tetapi

juga dalam bentuk penataan ruang bentang alam. Dalam literatur dapat ditemukan
berbagai kajian mengenai pola penataan ruang dari berbagai suku bangsa. Pola–
pola keruangan tersebut merupakan salah satu bentuk kearifan lokal masyarakat
dalam beradaptasi dengan alamnya sehingga membentuk suatu lanskap budaya.
Pada umumnya pola keruangan dalam penataan lanskap berkaitan erat dengan
karakter masyarakat atau suku bangsa yang tinggal di dalamnya. Penataan lanskap
ini dapat tercermin dalam penataan ruang tinggal sebagai lingkungan terdekat bagi
individu masyarakat. Hal inilah yang kemudian menjadi bahan kajian dalam
penelitian desain taman rumah tinggal berbasis budaya ini.
Salah satu suku bangsa Indonesia yang memiliki karakter khas adalah Suku
Madura. Suku Madura mendiami pulau Madura dan sebagian Jawa Timur bagian
utara. Mata pencaharian masyarakat umumnya bercocok tanam palawija. Lanskap
yang tandus membentuk karakter masyarakat Madura sehingga dikenal sebagai
manusia yang ulet dan keras kepala. Karakter ini tampak dalam pembawaan
sehari–hari melalui interaksi dengan orang lain, sikap hidup, hingga pengaturan
teritorialnya.
Penelitian ini bertujuan mempelajari penataan elemen lanskap pada rumah
tinggal masyarakat Madura serta filosofi yang mendasarinya sehingga dapat
disusun suatu konsep taman rumah tinggal masyarakat Madura yang sesuai
dengan karakter budaya Madura.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif dengan teknik pengumpulan data berupa studi pendahuluan, studi
pustaka, dan wawancara. Wawancara dilakukan kepada narasumber dengan latar
belakang budaya Madura cukup kuat dan diutamakan berdarah asli Madura.
Selain itu, peneliti juga melakukan observasi lapang ke pulau Madura.
Pola pemukiman yang dikembangkan oleh masyarakat tradisional Madura
adalah pola taneyan lanjhang. Taneyan lanjhang (halaman panjang) terdiri atas
elemen–elemen bangunan yang disusun menurut pola tertentu. Pola ini bersifat
tetap sejak dahulu dan diwariskan secara turun-temurun. Elemen–elemen tersebut
adalah roma (rumah tinggal), langghar (musholla), dapor (dapur), kandang,
taneyan (halaman), dan pagar hidup.
Berdasarkan kondisi eksisting, dapat diketahui bahwa terdapat elemen–
elemen yang dianggap penting dan harus selalu ada dalam taneyan berdasarkan
posisinya dalam taneyan. Salah satu aturan yang harus diikuti dalam membuat
taneyan lanjhang adalah aturan modjur are (kayu bubung lurus dengan arah
timur–barat) sehingga rumah berada di utara dan menghadap ke selatan. Pusat
aktivitas taneyan berada di langghar sedangkan tempat paling dihormati adalah
rumah induk (roma tongghu). Dalam pemilihan vegetasi penghias taman hampir
tidak ada tujuan khusus selain fungsi yang mendasarinya. Tanaman seringkali
sengaja ditanam untuk memenuhi fungsi tertentu seperti sebagai tanaman pagar


dan tanaman obat. Sirkulasi dalam taneyan cenderung terbuka dan mengarahkan
pada langghar, namun tidak dilengkapi dengan jalur yang tegas sehingga perlu
adanya jalur yang jelas untuk mempertegas pola sirkulasi dalam taneyan.
Berdasarkan uraian tersebut disusun suatu konsep taman rumah tinggal yang
memiliki fungsi sesuai kebutuhan masyarakat tradisional Madura serta
mempertimbangkan estetika taman. Dalam konsep ini taneyan dibagi dalam lima
ruang utama yang meliputi ruang privat, servis, semi publik, publik dan
penyangga. Pola penataan ruang yang diajukan adalah ruang semi publik dan
ruang publik berada diantara ruang privat dan ruang servis. Keempat ruang ini
dikelilingi oleh ruang penyangga. Konsep vegetasi dibuat berdasarkan fungsi
vegetasi dalam taneyan lanjhang yaitu sebagai pelindung, produksi, dan
penambah estetika. Ketiga fungsi tersebut diterjemahkan dalam penggunaan
vegetasi sebagai pembentuk kesan arsitektural, pengontrol iklim mikro, penghasil
kebutuhan sehari-hari, dan pembentuk estetika melalui penataan vegetasi yang
sesuai dengan prinsip desain penanaman. Jenis vegetasi yang digunakan dalam
taneyan lanjhang adalah bambu dan tanaman produktif baik yang berupa tanaman
keras maupun herba. Konsep sirkulasi dalam taneyan lanjhang dibuat dalam pola
axis yang mengarahkan tamu dari pintu masuk langsung menuju focal point
berupa langghar. Pola axis ini diterapkan pada dari ruang publik dengan

ketentuan bahwa ruang ini harus terbuka sehingga tidak menghalangi pandangan.
Konsep taman yang diajukan sebagai konsep taman rumah tinggal
merupakan konsep dasar sehingga masih memungkinkan adanya pengembangan
desain. Pengembangan desain dapat diterapkan pada ruang-ruang dalam taneyan
lanjhang selama tidak bertentangan dengan konsep yang ada.

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Kajian Taman Rumah Tinggal
Berbasis Budaya Madura adalah benar-benar hasil karya sendiri di bawah
bimbingan dosen pembimbing skripsi. Karya tulis ini belum pernah digunakan
sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dan tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Maret 2011

Rosyidamayanti Twinsari Maningtyas
A44063481


Judul

: Kajian Taman Rumah Tinggal Berbasis Budaya kMadura

Nama

: Rosyidamayanti Twinsari Maningtyas

NIM

: A44063481

Disetujui,

Dr. Ir. Andi Gunawan, MAgr.Sc.
Pembimbing

Diketahui,


Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA
Ketua Departemen Arsitektur Lanskap

Tanggal Lulus :

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada 9 Januari 1988 di Jember, Jawa Timur, dari
pasangan Bapak Marga Mandala dan Ibu Idaningsih sebagai putri pertama.
Pendidikan resmi pertama diterima di Taman Kanak-Kanak Al Amieen Jember
pada tahun 1992. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar
Al–Furqon terhitung sejak tahun 1994 hingga 2000. Sejak itu hingga tahun 2003
pendidikan dilanjutkan ke SMP Negeri 2 Jember dan diteruskan di SMA Negeri 1
Jember hingga tahun 2006
Pada tahun 2006 pula penulis diterima sebagai mahasiswa Institut
Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan
tergabung sebagai mahasiswa Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas
Pertanian, sejak tahun 2007. Selama menjadi mahasiswa IPB, penulis pernah aktif
dalam beberapa organisasi diantaranya, Dewan Gedung A3 (2006/2007), Dewan
Perwakilan Mahasiswa Fakultas Pertanian (2007/2008), dan Senior Resident
Asrama TPB IPB (2008/2010). Selain itu, penulis juga terlibat aktif dalam

berbagai kepanitiaan diantaranya, L’Arch Day (2008) dan Let’s Fight Againts
Drugs (2009 dan 2010).
Aktivitas lain yang dijalani oleh penulis selama menjadi mahasiswa adalah
sebagai asisten praktikum Kimia TPB pada tahun 2008 dan Asisten Praktikum
Pendidikan Agama Islam pada tahun 2010. Penulis juga berkesempatan menerima
Beasiswa Bantuan Mahasiswa (BBM) pada tahun 2008/2009 dan beasiswa
Korean Exchange Bank (KEB) pada tahun 2009/2010.

KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah,
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul
“Kajian Taman Rumah Tinggal Berbasis Budaya Madura”. Kegiatan penelitian
dilakukan dalam rangka penulisan skripsi yang merupakan tugas akhir dari
Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian IPB. Penelitian ini didorong
oleh keinginan untuk memberikan gambaran tata letak elemen–elemen lanskap
secara spasial pada lanskap rumah tinggal suku Madura.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada orang–orang yang telah
banyak berjasa dalam proses pembuatan skripsi ini, yaitu :
1. Dr. Ir. Andi Gunawan, M.Agr.Sc. selaku pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan selama penulisan skripsi;

2. Prof. Dr. Ir. Wahju Qomara Mugnisjah, M.Agr. dan Dr. Ir. Indung Sitti
Fatimah, MS. selaku dosen penguji skripsi yang telah memberikan banyak
masukan bagi perbaikan skripsi ini;
3. Bapak Mien Rifai, Bapak Sulaiman Sadik, Bapak Lintu Tulistyantoro, dan
Bapak Latief Wiyata yang telah bersedia menjadi narasumber utama dalam
penelitian ini;
4. Papa, mama, dan adik–adikku yang terus memberikan semangat dan doa
selama ini;
5. Vina, Lipur, Yudha (satu bimbingan skripsi); Arifah R, Syafitri H dan Eva M
yang terus mendampingi dan menyemangati dalam penyelesaian skripsi ini
6. Saudara-saudara seperjuangan di Senior Resident Asrama TPB dan Arsitektur
Lanskap Angkatan 43 atas kehangatan persaudaraan selama ini;
Penulis juga menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk dapat memperbaiki kualitas penulisan pada karya berikutnya.

Bogor, Maret 2011

Rosyidamayanti Twinsari Maningtyas


DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ....................................................................................

x

DAFTAR GAMBAR ...............................................................................

x

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................

xii

PENDAHULUAN
Latar belakang..........................................................................................

1

Tujuan


...............................................................................................

3

Manfaat

...............................................................................................

3

Kerangka Pikir .........................................................................................

3

TINJAUAN PUSTAKA
Desain

...............................................................................................


5

Lanskap Vernakular ........................................................................

5

Rumah dan Halaman .......................................................................

6

Taman Rumah.................................................................................

6

Elemen Taman ................................................................................

7

Prinsip Desain Taman .....................................................................

20

Madura

...............................................................................................

25

Lanskap Pulau Madura ....................................................................

25

Kependudukan dan Mata Pencaharian .............................................

26

Upacara Tradisional Masyarakat Madura ........................................

29

Karakteristik Masyarakat Madura....................................................

30

Pemukiman Masyarakat Madura .....................................................

31

Taneyan lanjhang.....................................................................................

33

Aksesibilitas....................................................................................

33

Hierarki...........................................................................................

34

Zonasi dalam Taneyan lanjhang ......................................................

35

Tata Letak Elemen ..........................................................................

38

Material Penyusun...........................................................................

42

METODE
Tempat dan Waktu Penelitian..........................................................

44

Metode Penelitian............................................................................

44

HASIL DAN PEMBAHASAN
Elemen Utama dalam Pemukiman Madura ...............................................

50

Pola Pemukiman Masyarakat Madura..............................................

50

Elemen Penyusun Taneyan lanjhang ...............................................

52

Pemukiman Masyarakat Madura masa kini......................................

58

Tata Ruang dalam Taneyan lanjhang........................................................

59

Tata Letak Elemen dalam Taneyan lanjhang ............................................

62

Arsitektur Tradisional...............................................................................

64

Konsep Desain Taman..............................................................................

68

Konsep dasar...................................................................................

68

Konsep Ruang.................................................................................

68

Konsep Vegetasi .............................................................................

72

Konsep Sirkulasi .............................................................................

74

Konsep Utilitas................................................................................

76

Konsep desain taman.......................................................................

76

Rekomendasi Desain Taman Rumah Madura ...........................................

77

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan.........................................................................................

81

Saran ..............................................................................................

83

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................

xiii

LAMPIRAN.............................................................................................

84

RIWAYAT HIDUP..................................................................................

xvi

DAFTAR TABEL
Halaman
1. Jenis dan sumber data yang dikumpulkan pada tahap studi pustaka ......

46

2. Daftar Narasumber Penelitian ..............................................................

47

3. Jenis dan sumber data yang dikumpulkan saat observasi lapang ...........

48

4. Perbandingan komponen pada taneyan lanjhang dan kampung mejhi...

51

5. Jenis vegetasi yang biasa terdapat di halaman rumah masyarakat Madura 58
6. Rencana aktivitas dan fasilitas dalam taneyan ......................................

71

7. Rekomendasi desain taman rumah tinggal masyarakat Madura ............

79

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Kerangka penelitian .............................................................................

4

2. Fungsi topografi dalam lanskap............................................................

8

3. Sifat lahan datar ...................................................................................

8

4. Setting pada lahan datar .......................................................................

9

5. Fungsi lahan cembung .........................................................................

10

6. Penguatan Aksen pada lahan cembung.................................................

10

7. Pembagian DAS oleh punggung bukit..................................................

11

8. Kontrol visual pada lahan cekung ........................................................

12

9. Ilustrasi pemanfaatan lembah...............................................................

12

10. Macam Ruang yang dibentuk tanaman.................................................

13

11. Fungsi Arsitektural pada tanaman ........................................................

14

12. Ruang terbuka di tengah kelompok bangunan ......................................

15

13. Ruang terbuka memusat.......................................................................

16

14. Ruang linier menyalur..........................................................................

16

15. Ruang linier organik ............................................................................

16

16. Arah sirkulasi yang dibentuk pavemen.................................................

17

17. Penyatuan elemen oleh pavemen..........................................................

18

18. Fungsi pagar sebagai kontrol visual .....................................................

18

19. Fungsi air sebagai kontrol iklim ...........................................................

19

20. Bentuk tajuk pohon..............................................................................

21

21. Pola keseimbangan dalam desain .........................................................

23

22. Pola Pemukiman Madura .....................................................................

33

23. Aksesibilitas taneyan lanjhang ............................................................

34

24. Hierarki hunian dalam taneyan lanjhang..............................................

35

25. Pola pembangunan modjur'are.............................................................

36

26. Penempatan sumur dalam taneyan lanjhang.........................................

38

27. Tata letak rumah tinggal ......................................................................

39

28. Tata letak langghar..............................................................................

41

29. Posisi dapur dan kandang.....................................................................

41

30. Material bangunan taneyan lanjhang ...................................................

43

31. Peta Lokasi ..........................................................................................

44

32. Tahapan Penelitian...............................................................................

45

33. Pemukiman Masyarakat Madura ..........................................................

50

34. Pola Pemukiman Masyarakat Madura ..................................................

51

35. Tipe rumah tradisional Madura ............................................................

53

36. Langghar .............................................................................................

54

37. Dapur dan kandang ..............................................................................

55

38. Pemanfaatan taneyan ...........................................................................

56

39. Vegetasi yang digunakan sebagai pagar hidup......................................

57

40. Pola taneyan masa kini ........................................................................

60

41. Pembagian ruang pada taneyan lanjhang .............................................

61

42. Penataan berlapis pada taneyan............................................................

62

43. Arah pandang pemilik taneyan dari langghar.......................................

63

44. Pola asymmetrical balance pada taneyan lanjhang ..............................

64

45. Amper pada rumah tradisional madura.................................................

65

46. Ruang dalam pada rumah tradisional madura .......................................

65

47. Tipe rumah bangsal..............................................................................

66

48. Tipe rumah pegun ................................................................................

67

49. Tipe atap trompesan.............................................................................

67

50. Konsep ruang rumah tinggal ................................................................

69

51. Konsep ruang.......................................................................................

71

52. Screening oleh tanaman .......................................................................

73

53. Tanaman sebagai pengarah ..................................................................

73

54. Tanaman sebagai framing objek...........................................................

74

55. Konsep vegetasi...................................................................................

75

56. Konsep sirkulasi ..................................................................................

76

57. Rencana Konsep ..................................................................................

78

58. Rekomendasi desain ............................................................................

80

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Profil Narasumber ...............................................................................

85

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Indonesia merupakan bangsa yang memiliki keanekaragaman tinggi, baik
dari segi flora dan fauna hayati, suku bangsa, bentang alam, maupun budaya.
Keanekaragaman tersebut tidak hanya dalam bentuk seni dan adat istiadat, tetapi
juga dalam bentuk penataan bentang alam. Apabila ditinjau dari segi geografis,
Indonesia memang terletak di tengah–tengah antara dua benua dan dua samudera
sehingga merupakan wilayah dengan perpaduan dan peralihan dua tipe lanskap
yang berbeda. Hal ini menyebabkan Indonesia memiliki berbagai macam budaya
dan flora-fauna dengan karakter khas di tiap daerahnya.
Salah satu bentuk penataan lanskap yang dimiliki oleh Indonesia adalah
adanya pola perkampungan dan tatanan ruang tinggal. Pola penataan lanskap
sebagai ruang tinggal tiap suku bangsa berbeda-beda sesuai keadaan alam sebagai
bentuk adaptasi manusia (Fitri 2006). Sebagai contoh penataan lanskap suku
Baduy, Pola penataan lanskap masyarakat Jawa, dan pola penataan lanskap suku
Bali. Pada umumnya yang ditemukan adalah pola spasial secara makro mencakup
lanskap skala kota atau pola lanskap dalam tataran keraton, sedangkan untuk
rumah tinggal masyarakat belum banyak dikaji.
Kurangnya kajian terhadap desain lanskap rumah tinggal masyarakat
Indonesia ini dapat menjadi salah satu sebab mengapa Indonesia tidak memiliki
taman khas Indonesia. Seperti yang telah diketahui bersama, dunia mengenal
berbagai tipe taman yang berbasis pada budaya bangsa tertentu. Sebagai contoh,
kita mengenal taman Jepang, taman China, taman Amerika, dan taman Eropa
lengkap dengan elemen taman dan desain yang khas. Sementara, di sisi lain kita
belum mengenal apa itu yang disebut dengan taman Indonesia, walaupun saat ini
orang sudah mengenal taman Bali.
Pada umumnya pola keruangan dalam penataan lanskap berkaitan erat
dengan karakter masyarakat atau suku bangsa yang tinggal di dalamnya. Karakter
dapat terbentuk dari kondisi bentang alam suatu wilayah sehingga tercitrakan pada
produk budaya sebagai hasil interaksi dengan alam. Lanskap membentuk
masyarakat sehingga menghasilkan budaya seperti upacara adat, seni gerak,

2

peralatan, dan perhiasan. Bentuk–bentuk tersebut menghasilkan wujud fisik
berupa artifak yang diletakkan pada posisi tertentu menurut pemahaman dan
keyakinan masing-masing suku bangsa. Hal inilah yang menjadi bahan kajian
untuk melihat desain lanskap khususnya pada rumah tinggal masyarakat.
Salah satu suku bangsa Indonesia yang memiliki karakter khas adalah suku
bangsa Madura. Karakter ini tampak dalam pembawaan sehari–hari melalui
interaksi dengan orang lain, sikap hidup, hingga pengaturan teritorialnya. Dalam
keseharian seringkali kita temui orang Madura dengan segala ke khasannya
tersebut. Sejarah membuktikan bahwa suku bangsa Madura termasuk suku bangsa
yang kuat. Hal ini terlihat dari kemampuan adaptasi yang tinggi dan toleransi
terhadap perubahan. Selain itu, suku Madura juga dikenal memiliki keuletan kerja
yang tinggi dan keteguhan dalam memegang falsafah hidup (Rifai 2007).
Sebagai sebuah suku bangsa, suku Madura termasuk etnik yang memiliki
populasi cukup besar dan tersebar di berbagai daerah di Indonesia. De Jonge
(1989) menyebutkan bahwa pulau Madura termasuk pulau yang padat penduduk.
Sebuah jejaring berkala (2010) bahkan mempublikasikan bahwa jumlah suku
Madura saat ini telah mencapai 10 juta jiwa dan tersebar di seluruh Indonesia.
Namun, Rifai (2007) menyebutkan bahwa penduduk pulau Madura sendiri
berjumlah 3.250.000 jiwa yang terdiri dari suku Madura dan sejumlah kecil suku
Jawa, Bugis, Banjar, China, dan Arab.
Penelitian mengenai suku Madura belum terlalu banyak sehingga dapat
dikatakan orang yang mendalami karakteristik suku ini sangat langka. Beberapa
tulisan yang berkaitan dengan suku Madura seringkali berkaitan dengan aspek
antropologi atau desain dan fungsi ruang arsitektur, sementara aspek keruangan
secara lanskap jarang sekali dikaji. Padahal, adanya kajian tentang pola penataan
lanskap ruang tinggal akan memperkuat karakter yang dimiliki suku Madura. Oleh
karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengkaji desain penataan lanskap pada
rumah tinggal masyarakat Madura yaitu taneyan lanjhang untuk kemudian
memetakan elemen–elemen yang ada sehingga dapat dihasilkan suatu konsep
taman tradisional Madura yang fungsional dengan mempertimbangkan nilai-nilai
estetika taman.

3

Tujuan
Penelitian mengenai desain lanskap rumah tinggal suku Madura ini
memiliki beberapa tujuan sebagai berikut :
1. mengkaji tata ruang taman rumah tinggal suku Madura;
2. mengkaji elemen-elemen taman pada taman rumah tinggal masyarakat
tradisional Madura;
3. mempelajari filosofi/pemaknaan dalam pengaturan tata letak elemen lanskap
pada rumah tinggal suku Madura;
4. menyusun konsep taman rumah tinggal masyarakat Madura yang sesuai
dengan karakter budaya Madura.

Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan gambaran
tentang desain taman pada rumah tinggal suku Madura sehingga dapat menjadi
tolak ukur desain taman yang berbasis pada budaya masyarakat Madura demi
semakin memperkuat nilai budaya dan mengangkat nilai-nilai tradisional Madura
sebagai budaya nasional.

Kerangka Pikir
Masyarakat Madura merupakan masyarakat yang dinamis tetapi tetap
memegang nilai-nilai budaya yang dimilikinya. Hal ini menyebabkan masyarakat
Madura memiliki karakter budaya yang khas. Karakter budaya mereka
terimplementasi dalam sikap hidup, watak, serta tatanan kehidupannya sehingga
mampu mempengaruhi lanskap tempat tinggalnya. Oleh karenanya, melalui
pengkajian pustaka, wawancara dengan para tokoh budaya Madura, dan observasi
lapang terhadap masyarakat tradisional Madura diharapkan dapat diketahui pola
penataan lanskap tempat tinggal masyarakat Madura sehingga dapat diperoleh
data mengenai karakter taman Madura.
Pengetahuan mengenai karakter taman Madura ini dapat menjadi dasar
dalam mengkaji taman tradisional Madura. Proses pengkajian ditekankan pada
aspek elemen taman, tata ruang, tata letak, dan arsitektur tradisionalnya. Sehingga

TINJAUAN PUSTAKA
Desain
Lanskap Vernakular
Lanskap merupakan suatu bentangan alam dengan karakteristik tertentu
yang dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia. Semakin jelas harmoni dan
kesatuan antara seluruh elemen lanskap, maka semakin kuat karakter lanskap
tersebut (Simonds 2006). Karakter yang kuat tersebut kemudian melahirkan
bentuk – bentuk spesifik dalam konteks lingkungan sehingga menghasilkan suatu
lanskap budaya (cultural landscape). Setiap bentangan lanskap memiliki karakter
yang berbeda satu dengan lainnya sehingga menghasilkan budaya yang berbeda
pula. Rejeki, Nindya, dan Haryadi (2007) menyebutkan bahwa pertumbuhan
lanskap budaya cenderung mengarah pada sifat vernakular atau tradisional. Salah
satu contoh sifat vernakular dalam lanskap budaya adalah adanya pola
permukiman tradisional yang linier atau konsentris sebagai konsep ruang
permukiman (Fitri 2006).
Aspek vernakular tidak hanya tampak pada bentukan lanskap, namun juga
tampak pada produk–produk arsitektur. Saat ini tengah berkembang topik
mengenai arsitektur vernakular. Menurut Arboleda (2006) arsitektur vernakular
merupakan istilah untuk struktur yang dibuat oleh masyarakat tradisional tanpa
adanya intervensi dari arsitek profesional. Secara umum arsitektur vernakular
mengacu pada konsep arsitektur ekologis dimana pembangunan tempat tinggal
sebagai kebutuhan manusia dalam ekosistem tetap mengutamakan keselarasan
dengan alam (Frick dan Suskiyanto 2007). Menurut Rejeki et al. (2007)
perencanaan dan perancangan arsitektur harus menyesuaikan kondisi lingkungan
setempat, baik dalam hal penataan ruang, tipologi bangunan, maupun dalam
pemilihan bahan bangunan.Sebagai contoh adalah rumah masyarakat tradisional
yang memiliki kearifan lokal tertentu sesuai dengan keadaan alam masing–masing
(Sardjono 2010).

6

Rumah dan Halaman
Pengertian rumah tinggal bagi suatu keluarga adalah meliputi ruang yang
ada didalam dan ruang di luar rumah (halaman). Hubungan halaman dengan
rumah tinggal ini sangat erat kaitannya sebab didalamnya terdapat hubungan
timbal balik yang selaras bagi kehidupan pemilik tempat tinggal dan manusia pada
umumnya (Sardjono 2010). Adapun peran halaman berbeda–beda menurut
letaknya, yaitu :
1. Halaman depan
Halaman depan merupakan ruang pengenal yang memberikan informasi
secara umum tentang tampilan rumah. Halaman ini bersifat terbuka bagi orang
luar baik dari segi fungsi maupun visual
2. Halaman samping
Halaman samping bersifat lebih privat namun terkadang masih menyediakan
akses dari halaman depan. Pada halaman samping anggota keluarga dapat
beraktivitas tanpa terganggu oleh pihak luar.
3. Halaman belakang
Halaman belakang biasanya merupakan area servis untuk kegiatan pelayanan
dalam rumah seperti mencuci, menjemur, kamar mandi, kandang hewan
ternak, atau kebun rumah.

Taman Rumah
Taman dapat diartikan sebagai ruang luar dari tempat yang kita tinggali.
Menurut Arifin (2007) taman merupakan bagian integral dari sebuah rumah
tinggal yang dapat melengkapi fungsi rumah dalam memenuhi kebutuhan fisik
dan jiwa penghuni rumah. Secara umum, taman tidak hanya memberikan
keindahan visual namun juga memiliki fungsi baik secara fisik maupun ekologis.
Stevens dan Buchan (1994) menyebutkan bahwa di dalam taman manusia
dapat melakukan banyak hal seperti memanen tanaman pangan, membuang
sampah, menjemur benih, bermain bersama keluarga dan sebagainya. Oleh karena
itu taman dapat dilengkapi dengan fasilitas untuk mengakomodasi aktivitas–
aktivitas tersebut. Sulistyantara (2002) dan Arifin (2007) Fungsi taman antara lain
adalah :

7

1. Secara ekologis taman dapat membersihkan udara yang kotor karena polusi,
meresapkan air ke dalam tanah, mencegah erosi, bank plasma nutfah, dan
menjadi habitat berbagai macam satwa
2. Secara estetik taman berperan dalam menambah keindahan rumah dan
berkontribusi bagi kesehatan pemiliknya dari bahaya stres akibat aktivitas
yang melelahkan
3. Secara sosial taman berperan sebagai tempat bersosialisasi, bermain, dan
berekreasi bagi pemiliknya.
Fungsi dan peranan taman tersebut menjadi alasan kuat pentingnya keberadaan
taman bagi rumah tinggal.

Elemen Taman
Elemen taman merupakan unsur–unsur pembentuk taman yang berpengaruh
terhadap penampilan dan kualitas taman rumah (Sulistyantara 2002). Simonds
(2006) menyebutkan bahwa taman juga merupakan lanskap berskala mikro,
sehingga elemen pembentuk taman dapat disamakan dengan elemen pembentuk
lanskap. Secara umum terdapat 6 elemen dasar pembentuk desain lanskap (Booth
1988) :
1. Bentukan lahan (landform)
Lahan sebagai bidang dasar merupakan elemen penting dalam desain lanskap.
Bentukan lahan atau topografi dapat menciptakan kesatuan dalam lanskap dan
dapat pula menjadi pemisah antar lanskap yang berbeda (Gambar 2). Selain itu
keberadaan landform juga berfungsi dalam menciptakan sensasi ruang,
pegaturan iklim mikro, serta pemanfaatan secara fungsional.
Tipe landform dapat dibagi menjadi lima menurut bentuknya, yaitu :
a. Lahan datar (level landform)
Lahan datar cenderung bersifat stabil dan netral. Pada lahan dengan
bentukan datar biasanya pandangan akan meluas sebatas horizon sehingga
tidak tampak adanya ruang pribadi. Semua ruang terbuka dan tanpa
perlindungan. Oleh karenanya pembentukan ruang pada lahan datar perlu
menggunakan elemen lainnya (Gambar 3).

8

Gambar 2 Fungsi
si topografi dalam lanskap (Sumber: Booth 1988))

Gambar
ar 3 Sifat lahan datar (Sumber: Booth 1988)

Pembentukan settin
ting pada lahan datar dengan penekanan be
bentuk
horizontal dapat menciptakan
m
kesan harmonis antara elemen de
dengan
lingkungan sekitarn
arnya (Gambar 4a). Sebaliknya, penekanan be
bentuk
vertikal pada lahan datar
d
akan menciptakan kesan focal point (Gamba
bar 4b).
Pada setting netral,
l, lahan
l
datar memungkinkan adanya pergerakan ke dan
dari segala arah seh
ehingga elemen yang ada menjadi pusat dalam lahan
(Gambar 4c).

9

a

b

c

Gambar 4 Setting
S
pada lahan datar (Sumber: Booth 1988)

b. Lahan cembung (con
onvex landform)
Lahan dengan bent
ntuk cembung cenderung bersifat kuat, agresif
sif dan
dinamis. Bentuk lahan
lah yang cembung dapat memiliki berbagai ffungsi
diantaranya membata
atasi ruang dan pandangan ( Gambar 5).

10

Gambar 5 Fungsi
F
lahan cembung (Sumber: Booth 1988)

Lahan cembung yang
yan dipadukan dengan lahan datar akan membe
bentuk
aksen berupa focall point.
p
Kualitas focal point ini dapat diperkuat de
dengan
menempatakan elem
lemen lain untuk mempertinggi kecembunga
gannya
(Gambar 6).

Gambar 6 Penguatan
a
n aksen
pada lahan cembung (Sumber: Booth 1988)
8)

c. Punggung bukit (ridg
idge)
Punggung bukit mem
emiliki bentuk lahan yang mirip dengan lahan cemb
mbung,
namun terdiri atass beberapa titik yang terhubung secara linier.. S
Setiap
terminal dari titik tersebut berpotensi memberikan posisi visual
al yang
bervariasi.

11

Pemanfaatan punggu
ggung bukit sebagai tempat peletakan bangunann yang
mengarahkan panda
dangan ke luar tapak menjadi keuntungan uutama
nunjang
bentukan lahan sepe
eperti ini. Selain itu punggung bukit juga menun
embagi
drainase yang baik serta
s
mengatur arah aliran air hujan sehingga mem
area menjadi beberap
rapa daerah aliran sungai (Gambar 7).

Gambar 7 Pembagian
n DAS oleh punggung bukit (Sumber: Booth 1988)
8)

d. Lahan cekung (conca
cave landform)
Lahan cekung biasa
sanya terdapat diantara dua bukit atau lebih. Bent
entukan
lahan seperti ini biasanya
b
cenderung menghalangi pandangan kkearah
samping sehingga menciptakan
m
kesan terisolasi dan privat (Gamba
bar 8).
Selain itu bnetuk cekungan
ce
pada lahan juga mengarahkan pandanga
ngan ke
dalam sehingga dapat
da
pula dimanfaatkan sebagai panggung uuntuk
pertunjukan.

12

Gambar 8 Kontroll visual
v
pada lahan cekung (Sumber: Booth 1988))

e. Lembah (valley)
Bentuk
Lembah merupakan
an area yang terletak diantara beberapa bukit. Be
ng yang
lahan berupa lembah
ah umumnya sangat menguntungkan karena ruang
lakukan
terbentuk merupaka
kan ruang positif yang di dalamnya dapat dilak
berbagai aktivitas (Gambar
(Ga
9).

Gambar 9 Ilustrasi
asi pemanfaatan lembah (Sumber: Booth 1988).

2. Material Tanaman (Plan
ant material)
Tanaman berperan dalam
lam memberikan unsur kehidupan dalam lanskapp ddalam
satuan waktu yang teru
rus berubah. Selain itu tanaman juga memilikii ffungsi
Secara
secara arsitektural dan
n karakter visual yang memperindah lanskap. S

13

arsitektural, penggunaan
an material tanaman berpengaruh terhadap bidangg ttanah,
bidang vertikal, maupu
pun bidang atap. Sehingga penataan terhadap kketiga
ang luar
komponen tersebut dapa
pat membentuk berbagai macam ruang luar. Ruang
terbuka,
yang dapat dibentuk oleh
ole tanaman yaitu ruang terbuka, ruang semi-ter
vertikal
ruang berkanopi, penut
utupan ruang oleh kanopi pohon, dan ruang ve
(Gambar 10).

Gambar 10 Macam rua
uang yang dibentuk tanaman (Sumber: Booth 1988)
88)

Selain itu tanaman jugaa memiliki fungsi sebagai penghubung sequencee rruang,
gaksentuasi lanskap, membagi ruang, penutupan rruang,
meniadakan atau menga
ngunan, pemberi aksen dan elemen dominan ddalam
penghubung antar bang
ahaya matahari, pengarah menuju focal point, me
lanskap, menyaring cah
menjadi
focal point, pembentuk
k setting latar belakang objek, dan menyatukan el
elemen
(Gambar 11).

14

3. Bangunan (Building)
kap berperan sebagai salah satu elemen keras. Bang
ngunan
Bangunan dalam lanskap
bjek tunggal dalam taman atau dapat pula dis
disusun
seringkali menjadi obje
lanskap,
berkelompok sehinggaa terbentuk ruang antar bangunan. Dalam lan
alam membentuk ruang, kontrol visual, rekayasaa iklim
bangunan berfungsi dala
anisasi ruang.
mikro, dan kontrol organ

tektural pada material tanaman (Sumber: Booth 198
988)
Gambar 11 Fungsi arsitek

15

Kelompok bangunan dapat
da
membentuk berbagai jenis ruang menurut
ut pola
itengahpenataannya. Kelompok
ok bangunan dapat membentuk ruang terbuka diten
). Tipe
tengah ketika beberapa
pa bangunan diletakkan melingkar (Gambar 12).
ruang yang dibentuk biasanya
b
cenderung mengarahkan orientasi ke ddalam
ruang. Jenis ruang lain
n yang
y
dapat dibentuk oleh kelompok bangunan aadalah
ruang terbuka memusat
sat. Ruang ini terbentuk dari susunan bangunann yang
ehingga
melingkar/melingkupi ruang namun terbuka di satu sisinya sehi
memungkinkan pandang
ngan ke luar komplek bangunan (Gambar 13).

Gambar 12 Ruang terbuka
ka di
d tengah kelompok bangunan (Sumber: Booth 11988)

Kelompok bangunan yang
ya disusun secara linier juga dapat membentukk rruang
seperti saluran mema
manjang. Susunan bangunan yang demikian dapat
er yang
mengarahkan perhatian
an pada batas ruang (Gambar 14). Ruang linier
ersusun
berpola organik dapat
at terbentuk oleh kelompok bangunan yang ters
ergerak
saling tumpang tindih
ih sehingga perhatian selalu berubah setiap ber
ediakan
dalam ruang (Gambarr 15).
1 Pola ruang ini memungkinkan untuk menyed
surprise atau focal poin
oint di tiap sudut bangunan.
4. Pavemen (Pavement)
ehingga
Pavemen merupakan perkerasan
pe
yang diterapkan pada bidang tanah sehi
intensif.
dapat mengakomodasi
si penggunaan bidang lantai secara lebih inte

16

Pavemen berfungsi dala
lam mengarahkan sirkulasi, mempengaruhi skalaa ttapak,
menyatukan tapak, dan
n menciptakan
m
karakter khusus.

Gambar 13 Ruang
Ru
terbuka memusat (Sumber: Booth 1988)

Gambar 14 Ruang
R
linear menyalur (Sumber: Booth 1988)

Gambar 15 Ruang
R
linear organik (Sumber: Booth 1988)

17

Dalam

mengakomodas
dasi

arah

sirkulasi,

pavemen

dirancang

de
dengan

irkulasi
mempertimbangkan ara
rah masuk utama pada tapak sehingga jalur sirk
yang terbentuk merupak
pakan refleksi dari hubungan antar ruang dalam tapak
hi skala
(Gambar 16). Ukuran dari
d
suatu pavemen juga dapat mempengaruhi
en yang
tapak. Ruang luar yang
ng luas dapat terbentuk melalui ukuran pavemen
il.
besar, sementara ruang
g sempit
s
terbentuk dari ukuran pavemen yang kecil.

Gambar 16 Arah sirku
rkulasi yang dibentuk pavemen (Sumber: Booth 198
1988)
Elemen dalam lanskap
p seringkali tidak saling terhubung karena perbe
rbedaan
bentuk ataupun material
ial. Hal ini mengakibatkan keberadaan elemen ter
tersebut
menjadi tidak harmonis
is dengan lingkungan di sekitarnya. Adanya pav
avemen
yang menjadi dasar dal
alam penempatan elemen akan menyebabkan ele
elemenelemen yang ada berada
da pada
p
satu ruang yang sama sehingga tercipta kes
esatuan
dalam desain lanskap (Gambar
(Ga
17).
Pavemen merupakan elemen
e
yang paling mudah dilihat saat maanusia
melakukan pergerakan.
n. Oleh karena itu desain pavemen yang menarik
ik dapat
menjadi keindahan visua
ual tersendiri.
5. Struktur Tapak (Site stru
tructure)
Struktur dalam lanska
kap tersusun atas elemen yang berhubungan ddalam
memudahkan pengguna
una untuk menikmati lanskap secara optimal. Da
Dalam

18

jumlah massal, struk
uktur ini termasuk elemen keras dengan ku
kualitas
Contoh
arsitektural yang meng
nguatkan susunan spasial dan fungsi lanskap. Co
bangku
struktur dalam lanskap
p antara lain : tangga, ram, dinding, pagar, dan ba
taman.

8)
atuan elemen oleh pavemen (Sumber: Booth 1988)
Gambar 17 Penyat
embatas biasanya digunakan untuk membentukk rruang
Pagar dan dinding pem
vat dan
dinding yang tinggi bersifat lebih privat
pada lanskap. Pagar atau
a
dinding
visual ke arah luar, sebaliknya pagar/din
cenderung menutup akses
ak
uang semi privat dan memberikan akses visual ke arah
rendah membentuk rua
mbar 18).
luar lebih mudah (Gamb

8)
Gambar 18 Fungsi pagar
pag sebagai kontrol visual (Sumber: Booth 1988)

19

6. Elemen Air (Water)
up bagi
Air memiliki karakter khas
kh dalam lanskap yang memberikan daya hidup
ya. Air dapat menjadi elemen statis yang membe
berikan
lingkungan di sekitarnya
manan, atau menjadi elemen dinamis yang me
menarik
keteduhan dan kenyam
plastis dan berubah-ubah bentuk sehingga be
bentuk
perhatian. Air memilikii sifat
s
tuk penampungnya.
air ditentukan oleh bentu
at juga digunakan sebagai pengontrol iklim dann suara
Secara umum air dapat
ntrol iklim, air dimanfaatkan untuk mendinginkann uudara
bising. Sebagai pengontr
han darat disekitarnya (Gambar 19).
yang bertiup kearah laha

Gambar 19 Fungsii air
a sebagai kontrol iklim (Sumber: Booth 1988)
terial
Tanaman sebagai softmate
kan material lanskap yang hidup dan menga
Tanaman merupaka
ngalami
tu ke waktu. Dengan demikian, setiap pertumb
perkembangan dari waktu
mbuhan
ruhi kualitas dan kuantitas suatu ruang terbuka ssesuai
tanaman akan mempengaru
ebut. Menurut Carpenter et.al (1933) tanaman mem
karakteristik tanaman terseb
emiliki
ut :
ciri-ciri fisik sebagai berikut
1. Bentuk (Form)
bagai bentuk tajuk yang cenderung sesuai dengan kkontur
Tanaman memiliki berba
salnya pada lanskap pegunungan, pohon-pohonn yang
alami habitatnya. Misal
emiliki tajuk yang runcing, demikian pula sebali
tumbuh cenderung mem
aliknya
pada

lanskap yang konturnya
k

relatif

datar.

Carpenter et.al (1
(1933)

uk tajuk pohon dalam tipe oval, kolumnar, V, piram
mengelompokkan bentuk
ramida,
lat. Ilustrasi bentuk-bentuk tajuk dapat dilihat
menjurai, dan membula
at pada

20

gambar 20. Pola percabangan dan pertumbuhan pohon maupun semak akan
menentukan elemen bentuk.
2. Tekstur (Texture)
Tekstur merupakan karakteristik permukaan yang dapat dirasakan sebagai
halus atau kasar. Tekstur pada tanaman dihasilkan oleh bentuk dan ukuran
daun. Karakter yang dibuat oleh tekstur ini mampu membentuk kesan
kasar/halus, dekat/jauh, dan sebagainya.
3. Warna (Colour)
Tanaman memiliki berbagai macam warna. Warna-warna tersebut dapat
diklasifikasikan menjadi :
a. Warna hangat : kuning, oranye, dan merah;
b. Warna dingin : hijau, biru, ungu;
c. Warna analog : kuning-oranye;
d. Warna komplemen : ungu-oranye;
Ciri-ciri fisik tersebut perlu dirancang sehingga dapat menghasilkan desain
penanaman yang estetik menurut prinsip unity, simplicity, variety, repetition,
balance, dan emphasize.
Selain membentuk estetika, tanaman sebagai softmaterial juga memiliki
nilai fungsional sebagai kontrol visual, kontrol iklim, kontrol erosi, dan habitat
satwa liar. Booth (1988) mengemukakan bahwa tanaman dapat pula dimanfaatkan
dalam menimbulkan kesan arsitektural dalam pembentukan ruang, pentabiran, dan
kontrol ruang pribadi.
Prinsip Desain Taman
Taman memiliki bentuk dan fungsi yang spesifik. Bentuk dan fungsi ini
sangat berhubungan erat dengan ekspresi desainer, keinginan pemilik, dan
pemanfaatan bagi penggunanya (Arifin 2007). Nilai keindahan sebuah taman
sangat ditentukan oleh pemiliknya (Ingels 1997).
Desain taman memang sangat beraneka ragam, namun demikian setiap
desain yang ada hampir dapat dipastikan memiliki karakter yang umum. Dalam
desain taman dalam lanskap terdapat beberapa prinsip yang secara konstan
diterapkan (Motloch 1991 dan Crowe 1981). Vanderzanden dan Rodie (2008)
menyebutkan bahwa prinsip tersebut terdiri dari :

22

b. Mengkombinasikan bentuk dan fungsi (blending form and function), yaitu
mendahulukan pertimbangan fungsi suatu elemen pada taman dan
kemudian mengembangkan estetikanya.
c. Menampilkan

elemen

lokal

(reflecting

local

element),

yaitu

mengkombinasikan elemen arsitektural dan unsur kesejarahan pada tapak
dengan elemen lanskap alami disekitarnya sehingga memperkuat karakter
lokal tapak.
2. Prinsip Estetika (aesthetic principle)
Prinsip-prinsip

estetika

terdiri

dari

kerangka

desain

(order),

repetisi/pengulangan (repetition), irama (rhythm), kesatuan dalam desain
(unity), keseimbangan (balance), proporsi dan skala (proportion and scale),
serta penekanan (emphasize). Kerangka desain merupakan penataan elemenelemen dalam suatu lanskap menurut tema yang konsisten, misalnya tema
formal atau informal. Selain itu order dapat pula dicapai dengan
menghubungkan secara fisik kelompok elemen lunak dan elemen keras.
Repetisi atau pengulangan elemen harus dilakukan dengan hati-hati karena
berpotensi menimbulkan kemonotonan. Penataan elemen secara berulang
dalam desain dapat diterapkan pada elemen warna, bentuk, atau tekstur baik
secara individu maupun kelompok elemen.
Irama atau rhytm merupakan perubahan elemen dalam suatu pergerakan atau
waktu tertentu yang konstan. Penataan elemen yang berirama dapat dicapai
melalui perubahan elemen warna, bentuk, dan ukuran secara bertahap. Secara
visual, irama dapat dilihat secara vertikal dan horizontal. Irama vertikal dapat
muncul dari perbedaan strata tanaman yang di tata pada suatu lanskap,
sedangkan irama horizontal dapat pula dimunculkan melalui perubahan elemen
secara konstan.
Kesatuan dalam desain menciptakan keterikatan antara satu elemen dengan
elemen lainnya sehingga timbul keserasian dan keharmonisan dalam lanskap.
Unity atau kesatuan dalam desain dapat dicapai dengan mengkombinasikan
unsur-unsur pembentuk desain. Pemilihan elemen dan tata letak sangat
menentukan apakah suatu desain berada dalam kesatuan atau tidak. Apabila
desain menerapkan elemen dengan keragaman tinggi atau penekanan yang

24

sebaliknya pada skala yang lebih kecil, cenderung membuat manusia merasa
berkuasa atas suatu elemen. Emosi yang dapat ditimbulkan oleh perbedaan
skala ini menyebabkan proses lanskaping lebih banyak disesuaikan dengan
ukuran manusia.
Emphasis merupakan penekanan elemen yang penting dalam desain lanskap
yang bertujuan untuk menarik perhatian. Umumnya emphasis pada suatu
elemen menyebabkan elemen menjadi focal point dan menjadi kontras
terhadap elemen desain lainnya.
3. Aplikasi prinsip estetika (application of aesthetic principle)
Prinsip estetika memadukan setiap elemen dengan karakternya masing-masing
sehingga tercipta tatanan lanskap yang harmonis. Penerapan prinsip estetika
dalam desain lanskap bertujuan untuk :
a. Menghubungkan struktur/bangunan dengan lanskap disekitarnya sehingga
berkesan harmonis.
b. Membentuk ruang dengan menyusun elemen melingkupi suatu area.
c. Mengarahkan pengguna tapak pada lokasi tertentu
d. Merancang ruang luar yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan
pengguna.
4. Prinsip Fungsional (functional principle)
Selain

bersifat

estetik,

desain

juga

harus

mampu

menjawab

kebutuhan/permasalahan. Menurut Rutledge (1985) desain diciptakan untuk
memudahkan manusia sehingga desain haruslah fungsional. Prinsip fungsional
dalam desain dapat dicapai dengan :
a. Menyesuaikan dengan kondisi topografi tapak
b. Menciptakan ruang luar yang bermanfaat
c. Mempertimbangkan aspek pemeliharaan elemen
d. Menyediakan kebutuhan irigasi
e. Mempertimbangkan aspek keberlanjutan
f. Menyediakan habitat satwa liar

25

Madura
Lanskap Pulau Madura
Pulau Madura terletak di sebelah timur laut Pulau Jawa, tepatnya pada 7°
Lintang Selatan dan 113°-114° Bujur Timur. Pulau Madura dan Pulau Jawa di
pisahkan oleh Selat Madura dengan lebar ± 4 km. Secara umum, Pulau Madura
tergolong kecil. Panjangnya sekitar 160 km dan jarak terlebarnya 55 km sehingga
luas totalnya 5.304 km2. Pantai utara membentuk garis memanjang yang hampir
lurus dari barat ke timur. Pantai selatan bagian timur memiliki dua buah teluk
besar yang terlindung oleh pulau–pulau, gundukan pasir, dan batu karang. Selain
itu, di sebelah timur Pulau Madura terdapat gugusan Kepulauan Sapudi dan
Kepulauan Kangean yang juga termasuk dalam administrasi Madura. Keseluruhan
pulau itu terdiri dari hampir tujuh puluhan pulau yang berpenghuni dan yang tidak
berpenghuni.
Secara geologis, Madura merupakan kelanjutan sistem Pegunungan Kapur
Utara di dataran Jawa. Hal ini menyebabkan tulang punggung Pulau Madura
adalah perbukitan berkapur dengan puncak tertingginya Gunung Tembuku pada
ketinggian 471 meter di atas permukaan laut. Bagian terbesar dari pulau ini adalah
bukit–bukit cadas yang tinggi dan punggung–punggung kapur yang lebar diselingi
bukit–bukit bergelombang. Hamparan dataran rendah banyak dijumpai di bagian
selatan, sedangkan di sebelah timur laut dapat ditemukan formasi gundukan pasir
laut membukit dengan tinggi mencapai 15 meter yang membentang sejauh 50
kilometer. Bukit pasir ini merupakan objek alam yang unik dan langka karena
bentangannya termasuk yang terpanjang di dunia (de Jonge 1989; Rifai 2007).
Iklim Pulau Madura bercirikan dua musim, musim barat atau musim hujan
dan musim timur atau musim kemarau. Musim hujan selama 6 bulan biasanya
hanya terjadi di daerah pedalaman yang tinggi. Di lereng–lereng gunung yang
lebih rendah, musim hujan hanya berlaku selama 3–4 bulan saja. Sementara di
sepanjang pantai utara dan daerah paling selatan, hujan hanya turun saat masa
awal tahun. Suhu udara pulau ini tergolong tinggi. Suhu saat musim barat rata–
rata mencapai 27°C, sedangkan pada musim timur mencapai 35°C.
Komposisi tanah dan dan curah hujan yang tidak merata menyebabkan tanah
Madura relatif kurang subur. Sebagian besar tanah yang diolah merupakan tanah

26

tegalan, sedangkan lahan–lahan yang sama sekali tidak subur di bagian selatan
umumnya dimanfaatkan untuk pembuatan garam (de Jonge 1989).
Ketandusan tanah dan iklim yang gersang menyebabkan jenis vegetasi yang
ada di pulau ini hanya terdiri dari tumbuhan daerah beriklim kering saja sehingga
keanekaragamannya tidak terlampau tinggi. Akan tetapi pulau Madura masih
memiliki satu jenis tumbuhan gulma endemik, yaitu sejenis pacar air
(Semeiocardium arriensii–Balsaminaceae) yang tergolong langka dan unik (Rifai
2007).

Kependudukan dan Mata Pencaharian
Suku bangsa Madura mendiami Pulau Madura dan sebagian Jawa Timur
bagian utara. Menurut sebuah jejaring berkala 1 , saat ini populasi suku Madura
mencapai kisaran 10 juta jiwa yang tersebar di berbagai daerah. Bahasa yang
digunakan adalah bahasa Madura yang terdiri dari beberapa dialek, yaitu kangean,
sumenep, bangkalan, probolinggo, bondowoso, dan situbondo.
Mata pencahari