The Relationship Between Communication Activities and Level Capacity of Family Empowerment Post (Posdaya) Cadre in Bogor City and Bogor Regency

HUBUNGAN AKTIVITAS KOMUNIKASI DENGAN
TINGKAT KEBERDAYAAN KADER POSDAYA
DI KOTA DAN KABUPATEN BOGOR

SIGIT PAMUNGKAS

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Hubungan Aktivitas
Komunikasi dengan Tingkat Keberdayaan Kader Posdaya di Kota dan Kabupaten
Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2013
Sigit Pamungkas
NIM I352090011

RINGKASAN
SIGIT PAMUNGKAS. Hubungan Aktivitas Komunikasi dengan Tingkat
Keberdayaan Kader Posdaya di Kota dan Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh
AMIRUDDIN SALEH dan PUDJI MULJONO.
Keberadaan Posdaya di Kota dan Kabupaten Bogor yang sudah dirintis dan
difasilitasi oleh Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia-Lembaga Penelitian
dan Pengabdian Kepada Masyarakat Institut Pertanian Bogor (P2SDM-LPPM
IPB) sejak tahun 2006 bekerjasama dengan Yayasan Dana Sejahtera Mandiri
(Yayasan Damandiri) dan beberapa pihak lainnya saat ini telah berjumlah 50
Posdaya. Perkembangan yang makin meluas, pada tahun 2012 telah ditentukan
kriteria dan ukuran penentuan keberhasilan Posdaya sebagai suatu wadah terpadu
pemberdayaan masyarakat. Sebuah ukuran yang dikembangkan oleh Yayasan
Damandiri menggambarkan pertumbuhan Posdaya dalam empat fase yaitu: fase 1
(Posdaya pemula), fase 2 (Posdaya semi mandiri), fase 3 (Posdaya mandiri) dan
fase 4 (Posdaya mandiri inti).

Secara keseluruhan dari Posdaya yang sudah terbentuk, belum ada satu pun
Posdaya yang terkategori pada fase Posdaya mandiri inti. Belum terdapatnya
Posdaya pada fase mandiri inti di Kota maupun di Kabupaten Bogor
dimungkinkan karena pada pelaksanaan program Posdaya masih menghadapi
berbagai kesulitan atau kendala untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan Posdaya dibagi menjadi dua yaitu
kendala fisik dan kendala nonfisik. Kendala fisik cenderung lebih kecil terungkap
dibanding masalah nonfisik.
Penelitian ini mengidentifikasi karakteristik individu sebagai kader Posdaya
dan faktor lingkungan yang berkaitan dengan aktivitas komunikasi. Penelitian ini
juga mengidentifikasi tentang keberdayaan kader Posdaya. Adapun tujuan
penelitian yang berkaitan dengan hubungan aktivitas komunikasi dengan tingkat
keberdayaan kader Posdaya adalah mendeskripsikan perbedaan aktivitas
komunikasi kader Posdaya di Kota dan Kabupaten Bogor, mendeskripsikan
perbedaan tingkat keberdayaan kader Posdaya di Kota dan Kabupaten Bogor,
menganalisis karakteristik individu dan faktor lingkungan yang berhubungan
dengan aktivitas komunikasi kader Posdaya di Kota dan Kabupaten Bogor,
menganalisis karakteristik individu dan faktor lingkungan yang berhubungan
dengan tingkat keberdayaan kader Posdaya di Kota dan Kabupaten Bogor, dan
menganalisis hubungan antara aktivitas komunikasi dengan tingkat keberdayaan

kader Posdaya di Kota dan Kabupaten Bogor.
Penelitian ini dilakukan di Kota dan Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi
penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan waktu penelitian selama
lima bulan, yaitu dari bulan Januari 2013 sampai dengan bulan Mei 2013.
Penelitian ini dirancang sebagai metode penelitian survei yang bersifat deskriptif
korelasional, karena selain mendeskripsikan aktivitas komunikasi dalam
pelaksanaan program Posdaya juga berupaya menjelaskan hubungan antara
peubah yang diamati. Sampel penelitian berjumlah 92 orang kader Posdaya.
Teknik pengambilan sampel menggunakan rumus Slovin dengan toleransi
kelonggaran 5 pesen, kemudian dilakukan pengambilan sampel dengan teknik
proportional stratified random sampling dari fase pertumbuhan Posdaya. Analisis

data pada pendekatan penelitian kuantitatif ini, menggunakan: (1) analisis statistik
deskriptif berupa frekuensi, persentase, rataan skor, rataan total skor, tabulasi
silang, dan (2) analisis statistik inferensial berupa uji korelasi rank Spearman (rs),
dan analisis uji beda (uji t) dengan bantuan program komputer IBM SPSS statistics
20.0.
Hasil penelitian menunjukkan lebih dari separuh responden kader Posdaya
baik di Kota maupun Kabupaten Bogor menyatakan bahwa selama satu bulan
terakhir sering melakukan aktivitas komunikasi interpersonal dengan tenaga

pendamping, penyuluh pertanian atau kesehatan, sesama kader Posdaya, anggota
Posdaya dan tokoh masyarakat setempat. Waktu yang dibutuhkan kader Posdaya
untuk melakukan komunikasi interpersonal yang berlokasi di dua lokasi penelitian
memiliki perbedaan. Rata-rata kader Posdaya di perkotaan hanya memerlukan
waktu sekitar 6.59 jam per bulan (setara dengan 6 jam 35 menit per bulan atau 13
menit per hari) masih lebih rendah dibanding rata-rata waktu yang dibutuhkan
kader Posdaya dari Kabupaten Bogor sekitar 7.66 jam per bulan (setara dengan 7
jam 40 menit per bulan atau 15 menit per hari). Terdapat perbedaan yang nyata
antara kader Posdaya di Kota dengan di Kabupaten Bogor dalam frekuensi dan
intensitas penggunaan media elektronik (radio dan televisi). Rata-rata frekuensi
kader Posdaya di Kota Bogor dalam mendengarkan siaran radio dan menonton
televisi adalah 193.50 kali per bulan (setara dengan enam kali per hari) lebih
tinggi dibandingkan dengan frekuensi kader Posdaya di Kabupaten Bogor (ratarata 160.30 kali perbulan(setara dengan lima kali per hari). Begitu pula dengan
lamanya kader Posdaya di Kota Bogor dalam mendengarkan siaran radio dan
menonton televisi lebih lama yaitu sekitar 133.76 jam per bulan (setara dengan 4
jam 28 menit per hari) lebih lama dibandingkan dengan kader Posdaya dari
Kabupaten Bogor yaitu sekitar 107.64 jam per bulan (setara dengan 3 jam 35
menit per hari). Tidak terdapat perbedaan secara nyata (p>0.05) antara kader
Posdaya di Kota dengan di Kabupaten Bogor dalam hal frekuensi, intensitas dan
partisipasi di dalam forum kelompok atau kegiatan Posdaya.

Dibandingkan tingkat keberdayaan kader Posdaya di Kota Bogor dengan
kader Posdaya di Kabupaten Bogor, maka ke dua lokasi penelitian memiliki
persamaan tingkat keberdayaan baik pada aspek kognitif, afektif, maupun konatif.
Karakteristik kader Posdaya yang berhubungan nyata positif dengan aktivitas
komunikasi di antaranya pendidikan nonformal, pengalaman menjadi kader
Posdaya, tingkat kekosmopolitan, tingkat pendapatan, motivasi, dan kepemilikan
media. Pada faktor lingkungan yang berhubungan nyata positif dengan aktivitas
komunikasi adalah dinamika kelompok dan peran pendamping.
Karakteristik kader Posdaya di Kota Bogor yang berhubungan nyata positif
dengan tingkat keberdayaan, di antaranya umur, pendidikan nonformal, tingkat
kekosmopolitan, motivasi, dan kepemilikan media massa. Pada faktor lingkungan
yang berhubungan nyata positif dengan tingkat keberdayaan yaitu dinamika
kelompok dan peran pendamping. Aktivitas komunikasi interpersonal dan
komunikasi dalam kelompok berhubungan nyata dengan tingkat keberdayaan
kader Posdaya pada aspek kognitif, afektif dan konatif. Sementara aktivitas
komunikasi termediasi hanya memiliki hubungan dengan tingkat keberdayaan
pada aspek kognitif.
Kata kunci: aktivitas komunikasi, kader Posdaya, keberdayaan

SUMMARY

SIGIT PAMUNGKAS. The Relationship Between Communication Activities and
Level Capacity of Family Empowerment Post (Posdaya) Cadre in Bogor City and
Bogor Regency. Supervised by AMIRUDDIN SALEH and PUDJI MULJONO.
The Posdaya existence in Bogor City and Bogor Regency has been initiated
and facilitated by the Center for Human Resource Development-Research and
Community Services Institution, Bogor Agricultural University (P2SDM-RCSI
IPB) since 2006. This program collaboration with Yayasan Dana Sejahtera
Mandiri (Damandiri Foundation) and some parties other currently has totaled 50
Posdaya. Since 2012 Posdaya Program developed and determined the criteria and
size of Posdaya success as an integrated container empowerment. Posdaya
developed by the Damandiri Foundation and there are four phases: phase 1
(Posdaya beginner), phase 2 (Posdaya semi independent), phase 3 (Posdaya
independent) and phase 4 (Posdaya core of independent).
Overall from Posdaya that has been formed, there are no independent
Posdaya because implementation of the Posdaya programe have many difficulties
to achieve the goal. The implementation of Posdaya divided two, such physical
problems and non physical problems. Physical problems are easier to be exposed
than non physical problems.
The research identified the characteristics of the individual as Posdaya cadres and
surrounding factors related to communication activities. The research also

identified capacity of Posdaya cadres. The purposes of this research were: to
describe difference the communication activities of Posdaya cadres in Bogor City
and Bogor Regency; to describe difference the level capacity of Posdaya cadres in
Bogor City and Bogor Regency; to analyze the individual characteristics and
environmental factors associated with communication activities of Posdaya cadres
in Bogor City and Bogor Regency; to analyze the individual characteristics and
environmental factors associated with the level capacity of Posdaya cadres in
Bogor City and Bogor Regency; and to analyze the relationship between the
communication activities and level capacity of Posdaya cadres in Bogor City and
Bogor Regency.
The research was conducted in Bogor City and Bogor Regency. The
selection of location done by purposive with research period through a five month,
that were started January 2013 until May 2013. The method research design with
survey descriptive correlational. The goal of this method are descripted of
Posdaya communication activities and explain the relationship between variables.
This research use 92 Posdaya cadres. The sampling technique using Slovin
formula with 5 percentage of change. The sampling done by the proportional
stratified random sampling technique of Posdaya group. The data analysis by
quantitative, using: (1) descriptive statistical analysis of frequency, percentage,
mean score, the average total score, cross tabulation, and (2) inferential statistical

analysis by rank Spearman correlation (rs), and difference test analysis (t test).
The data are solve with IBM SPSS statistics 20.0.
The research showed that more than half of Posdaya cadres respondent in Bogor
City and Bogor Regency are done interpersonal communication activities with
assistants, agricultural staff or health workers and other in the last of month. The

time required for Posdaya cadres in Bogor City and Bogor Regency are different.
The Average of Bogor city Posdaya cadres takes about 6.59 hours per month
(equivalent to 6 hours 35 minutes per month, or 13 minutes per day). The Bogor
Regency of Posdaya cadres is lower, about 7.66 hours per month (equivalent to 7
hours 40 minutes per month or 15 minutes per day). There were real difference
between Posdaya cadres in Bogor City and Bogor Regency. Bogor regency in the
frequency and intensity of electronic media (radio and television) use. The
average frequency Posdaya cadre in city of for listening radio and watching
television is 193.50 times per month (equivalent to six times per day). This is
higher than the frequency of Posdaya cadres in Bogor Regency (an average of
160.30 times per month (equivalent to five times per day). Posdaya cadres in the
city of Bogor in listening to the radio and watch television for longer which is
about 133.76 hours per month (equivalent to 4 hours 28 minutes per day) for
longer than Posdaya cadres of Bogor regency which is about 107.64 hours per

month (equivalent to 3 hours 35 minutes per day). There were no differences (p>
0.05) between Posdaya cadres in Bogor City and Bogor Regency for frequency,
intensity and participation in the activities of Posdaya forum group.
The two of location research have similar empowerment level for the
cognitive, affective, and conative. Posdaya cadres characteristics associated with
positive real communication activities including non-formal education, the
experience, level of kosmopolity income level, motivation, and media ownership.
For environmental factors significantly correlated positively with the activity of
group dynamics and communication is the role of escort.
Characteristics Posdaya cadres in Bogor significantly correlated positively
with the level of empowerment, including age, education, nonformal, cosmopolite
level, motivation, and ownership of the mass media. For environmental factors
significantly correlated positively with the level of empowerment group dynamics
and the role of escort. Interpersonal communication activities and communication
within groups significantly correlated with the level of empowerment Posdaya
cadres on cognitive, affective and conative. While activity mediated
communication only has a relationship with the level of empowerment on the
cognitive aspects.
Keywords: communication activities, Posdaya cadres, capacity


© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

HUBUNGAN AKTIVITAS KOMUNIKASI DENGAN
TINGKAT KEBERDAYAAN KADER POSDAYA
DI KOTA DAN KABUPATEN BOGOR

SIGIT PAMUNGKAS

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada

Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Ir. Basita Ginting Sugihen, MA

Judul Tesis : Hubungan Aktivitas Komunikasi dengan Tingkat Keberdayaan
Kader Posdaya di Kota dan Kabupaten Bogor
Nama
: Sigit Pamungkas
NIM
: I352090011

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Amiruddin Saleh, MS
Ketua

Dr. Ir. Pudji Muljono, MSi
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Komunikasi Pembangunan
Pertanian dan Pedesaan

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS

Dr. Ir. Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian: 18 Juni 2013

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2013 ini ialah
komunikasi dan keberdayaan, dengan judul Hubungan Aktivitas Komunikasi
dengan Tingkat Keberdayaan Kader Posdaya di Kota dan Kabupaten Bogor.
Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya penulis
haturkan kehadapan Dr. Ir. Amiruddin Saleh, MS sebagai ketua komisi
pembimbing dan Dr. Ir. Pudji Muljono, MSi selaku anggota komisi pembimbing
atas segala kesabaran dan bimbingan, kritik, saran, serta dukungan yang tidak
terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
Dalam kesempatan ini pula penulis menyampaikan terima kasih kepada Dr.
Ir. Basita Ginting Sugihen, MA sebagai penguji luar komisi pada ujian tesis,
beserta Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS sebagai Ketua Program Studi/Mayor
Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan (KMP) beserta dosen dan staf
administrasi yang dengan keramahan dan ketulusannya telah memberikan
pelayanan administrasi pendidikan selama penulis menempuh pendidikan S2.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Kepala P2SDM LPPM-IPB
yang telah memberikan izin kepada penulis untuk meneliti Posdaya yang
dibinanya. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada tim P2SDM LPPM-IPB
yang telah banyak membantu penulis dalam penyusunan tesis.
Rasa hormat dan terima kasih yang tak terhingga penulis persembahkan
kepada ayah (alm), ibunda tercinta Ibu Ponirah yang telah memelihara, merawat,
dan membesarkan penulis dengan tulus dan ikhlas tanpa mengeluh serta tiada
hentinya untuk berdoa bagi keberhasilan penulis. Terima kasih penulis haturkan
kepada keluarga besar Bapak Untung Subagyo dan Ibu Asiyah yang telah
mendoakan dan memberikan dorongan moral selama penulis mengikuti
pendidikan S2 di IPB. Secara khusus, penulis mengucapkan terima kasih kepada
istri tercinta Yuli Astuningsari, AMKeb dan putriku Hanin Rafifah Nurussofiah
yang dengan penuh kesabaran, ketabahan, ketulusan, pengertian, kasih sayangnya,
dan segala perhatian, dukungan, pemberian semangat, dan doa-doanya selalu
selama penulis mengikuti pendidikan S2. Semoga amal baik mereka mendapat
pahala dari Allah SWT. Amin
Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada seluruh kader Posdaya di
Kota dan Kabupaten Bogor yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk
wawancara dan berdiskusi di sela-sela kesibukan mengelola kegiatan Posdaya dan
aktivitas rutin pekerjaannya sehari-hari. Tak lupa penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada teman-teman di KMP SPs IPB angkatan 2009 atas perhatian,
bantuan, dan pemberian semangatnya dalam penyelesaian tesis ini serta kepada
seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu atas segala
dukungannya. Harapan penulis semoga tesis ini dapat bermanfaat. Amin.
Bogor, Juni 2013
Sigit Pamungkas

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL

xi

DAFTAR GAMBAR

xii

DAFTAR LAMPIRAN

xii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian

1
4
5
5

TINJAUAN PUSTAKA

7

Pengertian Komunikasi dan Proses Komunikasi
Komunikasi dan Pembangunan
Pengertian Komunikasi Pembangunan
Komunikasi Penunjang Pembangunan
Komunikasi Penunjang Pembangunan dalam Pemberdayaan
Masyarakat
Karakteristik Individu sebagai Pelaku Komunikasi
Lingkungan Pendukung Aktivitas Komunikasi
Aktivitas Komunikasi

7
9
10
11

Program Pos Pemberdayaan Keluarga
Kader Posdaya
Tingkat Keberdayaan
Penelitian Terdahulu yang Mendukung
Kerangka Pemikiran
Hipotesis Penelitian

27
29
30
33
34
37

METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Desain Penelitian
Populasi dan Sampel Penelitian
Data dan Instrumentasi
Definisi Operasional
Validitas dan Reliabilitas Instrumentasi
Pengumpulan Data
Teknik Pengolahan dan Analisis Data

39
39
39
39
41
42
45
48
48

ix

13
14
20
22

HASIL DAN PEMBAHASAN

51

Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Deskripsi Posdaya di Kota dan Kabupaten Bogor
Karakteristik Kader Posdaya sebagai Pelaku Komunikasi
Lingkungan Pendukung Aktivitas Komunikasi dalam Posdaya
Aktivitas Komunikasi Kader Posdaya
Tingkat Keberdayaan Kader Posdaya
Hubungan Karakteristik Kader Posdaya dengan Aktivitas
Komunikasi
Hubungan Faktor Lingkungan dengan Aktivitas Komunikasi
Hubungan Karakteristik Kader Posdaya dengan Tingkat
Keberdayaan
Hubungan Faktor Lingkungan dengan Tingkat Keberdayaan
Hubungan Aktivitas Komunikasi dengan Tingkat Keberdayaan

51
53
55
64
67
78
84
88
89
92
93

SIMPULAN DAN SARAN

97

DAFTAR PUSTAKA

99

LAMPIRAN

105

RIWAYAT HIDUP

119

x

DAFTAR TABEL
Halaman
1 Perbedaan komunikasi pembangunan dan komunikasi penunjang
pembangunan
2 Ciri-ciri keberdayaan kader Posdaya dilihat dari aspek
pengetahuan, sikap dan tindakan
3 Jumlah populasi berdasarkan fase pertumbuhan Posdaya di Kota
dan Kabupaten Bogor
4 Kerangka sampel penelitian
5 Nilai uji validitas instrumen penelitian
6 Nilai uji reliabilitas instrumen peneltian
7 Jumlah kader Posdaya dan uji beda rata-rata berdasarkan
karakteristik individu di Kota dan Kabupaten Bogor Tahun 2013
8 Jumlah kader Posdaya dan uji beda rata-rata berdasarkan kategori
peubah lingkungan pendukung aktivitas komunikasi di Kota dan
Kabupaten Bogor Tahun 2013
9 Jumlah kader Posdaya dan uji beda rata-rata berdasarkan
frekuensi dan intensitas komunikasi di Kota dan Kabupaten
Bogor Tahun 2013
10 Jumlah kader Posdaya dan uji beda rata-rata berdasarkan
frekuensi komunikasi termediasi di Kota dan Kabupaten Bogor
Tahun 2013
11 Jumlah kader Posdaya dan uji beda rata-rata berdasarkan
intensitas komunikasi termediasi di Kota dan Kabupaten Bogor
Tahun 2013
12 Jumlah kader Posdaya dan uji beda rata-rata berdasarkan
frekuensi, intensitas kehadiran dan partisipasi mengikuti forum
pertemuan kelompok di Kota dan Kabupaten Bogor Tahun 2013
13 Jumlah kader Posdaya dan uji beda rata-rata berdasarkan tingkat
keberdayaan kognitif, afektif, konatif di Kota dan Kabupaten
Bogor Tahun 2013
14 Hubungan karakteristik kader Posdaya dengan aktivitas
komunikasi
15 Hubungan faktor lingkungan dengan aktivitas komunikasi
16 Hubungan karakteristik kader Posdaya dengan tingkat
keberdayaan
17 Hubungan faktor lingkungan dengan tingkat keberdayaan kader
Posdaya
18 Hubungan aktivitas komunikasi dengan tingkat keberdayaan
kader Posdaya

xi

12
33
40
41
47
48
56

64

68

70

73

76

78
84
88
90
93
94

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Hubungan komunikasi dengan pembangunan

10

2 Model komunikasi penunjang pembangunan untuk pemberdayaan

14

3 Kerangka berpikir hubungan antarpeubah dalam penelitian

36

4 Rata-rata kekosmopolitan kader Posdaya di Kota dan Kabupaten
Bogor per tiga bulan

60

5 Rata-rata total skor motivasi menggunakan media, motivasi
intrinsik dan ekstrinsik kader Posdaya di Kota dan Kabupaten
Bogor

62

6 Rata-rata total skor dinamika kelompok pada Posdaya di Kota dan
Kabupaten Bogor

65

7 Rata-rata total skor penilaian peran pendamping oleh kader Posdaya di
Kota dan Kabupaten Bogor

66

8 Rata-rata total skor tingkat keberdayaan kognitif kader Posdaya di
Kota dan Kabupaten Bogor

80

9 Rata-rata total skor tingkat keberdayaan afektif kader Posdaya di
Kota dan Kabupaten Bogor

81

10 Rata-rata total skor tingkat keberdayaan konatif kader Posdaya di
Kota dan Kabupaten Bogor

84

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Daftar Posdaya terkategori berdasarkan fase pertumbuhannya di
Kota dan Kabupaten Bogor per tahun 2012

107

2 Peta lokasi penelitian

109

3 Hasil perhitungan uji beda peubah penelitian

111

4 Hubungan antara peubah penelitian

115

xii

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) merupakan sebuah wadah aktivitas
pemberdayaan masyarakat secara swadaya yang dilakukan dari, oleh dan untuk
masyarakat dengan ciri khas “bottom up programme,“ kemandirian, dan
pemanfaatan sumber daya serta potensi lokal sebagai sumber segala solusi.
Posdaya juga merupakan forum silaturahim, komunikasi, advokasi, dan wadah
kegiatan penguatan fungsi-fungsi keluarga secara terpadu yang menitikberatkan
pada empat bidang di antaranya bidang pendidikan, kesehatan, kewirausahaan,
dan lingkungan. Menurut Masduki (2009), dalam hal-hal tertentu Posdaya bisa
juga menjadi wadah pelayanan keluarga secara terpadu, yaitu pelayanan
pengembangan keluarga secara berkelanjutan dalam berbagai bidang, utamanya
pendidikan, kesehatan, ekonomi (wirausaha), dan lingkungan agar keluarga
tersebut bisa tumbuh mandiri di desanya.
Keberadaan Posdaya di Kota dan Kabupaten Bogor yang sudah dirintis dan
difasilitasi oleh Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia-Lembaga Penelitian
dan Pengabdian Kepada Masyarakat Institut Pertanian Bogor (P2SDM-LPPM
IPB) sejak tahun 2006 bekerjasama dengan Yayasan Dana Sejahtera Mandiri
(Yayasan Damandiri) dan beberapa pihak lainnya. Sampai tahun 2012, jumlah
Posdaya di Bogor yang dikembangkan oleh perguruan tinggi (IPB dan UIKA)
mencapai 120 Posdaya yang tersebar di Kota dan Kabupaten Bogor. Jumlah
Posdaya di Kota Bogor mencapai 42 Posdaya dan di Kabupaten Bogor berjumlah
78 Posdaya. Diharapkan seluruh Posdaya tersebut dapat terus berkembang dan
mampu mengisi kegiatannya masing-masing dalam rangka pengembangan sumber
daya manusia (SDM) terutama bagi para penduduk yang termasuk kategori
kurang mampu atau keluarga miskin. Dengan makin banyaknya Posdaya, maka
kajian dan penelitian terhadap program Posdaya juga akan berkontribusi sebagai
bahan evaluasi dan menjadi umpan balik secara terus-menerus terhadap upaya
pemberdayaan masyarakat dan pengentasan kemiskinan melalui wadah Posdaya.
Keluarga miskin sebagai anggota Posdaya diberikan perhatian dan dukungan
untuk merubah cara berpikir dan cara hidupnya mendorong pengembangan
keluarga sejahtera. Pemberdayaan merupakan proses pembudayaan keluarga
miskin untuk merubah cara berpikir dalam menjalani hidupnya, diberikan
semangat dan diajak bekerja keras, agar mampu menjalani kehidupan yang makin
berdaya atau mandiri.
Perkembangan yang makin meluas, pada tahun 2012 telah ditentukan
kriteria dan ukuran penentuan keberhasilan Posdaya sebagai suatu wadah terpadu
pemberdayaan masyarakat. Sebuah ukuran yang dikembangkan oleh Yayasan
Damandiri menggambarkan pertumbuhan Posdaya dalam empat fase yaitu: fase 1
(Posdaya pemula), fase 2 (Posdaya semi mandiri), fase 3 (Posdaya mandiri) dan
fase 4 (Posdaya mandiri inti). Penentuan fase Posdaya ini didasarkan pada
penilaian data atau informasi tentang: kelengkapan manajemen Posdaya,
pembiayaan Posdaya, kegiatan Posdaya, kualitas Posdaya, cakupan sasaran, dan
pengembangan Posdaya. Dengan diketahuinya fase pertumbuhan Posdaya akan
sangat bermanfaat bagi Posdaya untuk menentukan prioritas-prioritas kegiatan

2

lebih lanjut dan memperkuat sumber daya yang berkaitan dengan upaya
peningkatan program untuk mencapai perkembangan lebih lanjut yang berkaitan
langsung dengan aktivitas keseharian masyarakat serta berkaitan dengan upaya
pencapaian target Millennium Development Goals (MDGs).
Pada tahun 2012, di Kota dan Kabupaten Bogor telah ter-update 17 Posdaya
yang menggambarkan fase pertumbuhan Posdaya dengan delapan Posdaya
berlokasi di Kota Bogor dengan satu Posdaya terkategori pemula dan tujuh
Posdaya terkategori semi mandiri, serta sembilan Posdaya berlokasi di Kabupaten
Bogor dengan tujuh Posdaya terkategori semi mandiri dan dua Posdaya
terkategori mandiri. Dari ke-17 Posdaya tersebut, belum ada satu pun Posdaya
yang terkategori pada fase Posdaya mandiri inti. Belum terdapatnya Posdaya pada
fase mandiri inti di Kota maupun di Kabupaten Bogor dimungkinkan karena pada
pelaksanaan program Posdaya masih menghadapi berbagai macam kesulitan atau
kendala untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Muljono (2010),
kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan Posdaya dibagi menjadi dua yaitu
kendala fisik dan kendala nonfisik. Kendala tersebut tidak hanya berlaku di
Posdaya lingkar kampus IPB, melainkan di beberapa Posdaya lain di Kota dan
Kabupaten Bogor. Kendala fisik cenderung lebih kecil terungkap dibanding
masalah nonfisik. Kendala fisik meliputi keberadaan Posdaya yang belum
mempunyai tempat khusus, tempat kegiatan usaha produktif (misalnya aula atau
workshop), dan ruang belajar masyarakat yang belum tersedia. Sekretariat
Posdaya umumnya menumpang pada bangunan lain yang biasa digunakan oleh
masyarakat atau lembaga lainnya di masyarakat, misalnya di majelis ta’lim,
mushola, rumah pengurus, atau di saung kelompok tani. Kendala nonfisik
meliputi masih banyaknya pemahaman masyarakat bahwa Posdaya dianggap
sebagai program pemerintah yang akan membagi-bagikan materi tertentu atau
membawa proyek tertentu dan masyarakat menjadi sasaran proyek itu sebagai
tenaga kerja pelaksana proyek yang dapat berpengaruh pada pelemahan semangat
pengurus Posdaya. Bagi Posdaya yang kondisi perkembangannya belum baik,
sebagian pengurus Posdaya disibukkan dengan aktivitas rutin harian yang
menyebabkan sulitnya mereka mencurahkan waktu untuk kegiatan Posdaya.
Beberapa pengurus atau kader Posdaya merasa jenuh mengelola kegiatan-kegiatan
Posdaya dengan aktivitas yang monoton dan kejenuhan anggota atau kader
Posdaya yang terlalu sering menjadi obyek kunjungan pihak luar dan sebagian
pengurus atau kader menaruh harapan adanya honor dari Posdaya.
Kendala Posdaya lainnya yaitu rendahnya dukungan dari pihak luar dan
kualitas SDM yang juga dirasakan oleh sebagian Posdaya dengan kurangnya ideide pengembangan kegiatan yang muncul dari pengurus dan kurangnya inisiatif
untuk melakukan konsultasi dan komunikasi dengan pihak luar Posdaya untuk
menjaring ide-ide dan dukungan pengembangan Posdaya (Muljono, 2010).
Sebagian pihak luar belum memberikan dukungan sebagaimana yang diharapkan.
Sebagai contoh, sebagian ketua rukun tetangga (RT) belum menunjukkan
perhatian untuk mendorong dan membantu perkembangan Posdaya, bahkan
sebagian mereka belum memahami program Posdaya. Aparat pemerintahan desa
hanya memantau Posdaya dari jauh serta hanya memperhatikan apa yang
dilakukan Posdaya dan belum mendukung sepenuhnya dalam bentuk kehadiran
dalam kegiatan Posdaya, minimnya koordinasi antara aparat pemerintahan desa
untuk menyemangati warga dan belum menyinergikan berbagai program

3

pembangunan desa dengan potensi Posdaya. Hal ini bisa jadi karena tidak
tepatnya strategi dan aktivitas komunikasi yang dijalankan oleh semua pihak
(pendamping, koordinator, kader masing-masing bidang Posdaya, anggota
Posdaya, dan pemerintah setempat atau pihak luar) yang terlibat di dalam program
Posdaya yang menyebabkan kurang sampainya pesan atau kurang dipahaminya
berbagai informasi dalam pelaksanaan berbagai macam kegiatan-kegiatan
Posdaya.
Komunikasi dalam konteks penunjang pembangunan (Communication
Supporting Development) berperan dalam membantu menciptakan lingkungan
manusiawi yang diperlukan untuk berhasilnya program pembangunan. Pada masa
mendatang kemajuan pelaksanaan kegiatan Posdaya sangat dipengaruhi oleh
tersedianya informasi dan aktivitas komunikasi dari kader Posdaya sebagai salah
satu syarat mutlak dalam penyelenggaraan dan pelaksanaan berbagai macam
kegiatan Posdaya. Oleh karena itu, pelaksanaan program Posdaya sangat
memerlukan adanya dukungan komunikasi yang efektif. Keefektivan komunikasi
mampu menggambarkan kemampuan untuk mencapai sasaran-sasaran dan tujuan
akhir melalui komunikasi yaitu perubahan perilaku dan tingkat kepuasan serta
tingkat keberdayaan kader Posdaya. Sebagai contoh dapat diberi gambaran bahwa
sebagai kader yang berdaya, adalah kader Posdaya yang memiliki: (1)
pengetahuan yang luas tentang potensi yang dimiliki, pengetahuan tentang
wawasan atau pandangan yang jauh ke depan, dapat membedakan baik tidaknya
atau untung ruginya potensi dan kebutuhan Posdaya, dan pengetahuan terkait
manajemen atau pengelolaan Posdaya yang meliputi empat bidang yaitu bidang
pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan lingkungan; (2) memiliki sikap kesadaran
diri yang positif dengan tumbuhnya motivasi diri untuk memperoleh penghidupan
yang lebih baik. Dengan bekal tambahan pengetahuan yang mereka miliki, tentu
saja sikap yang demikian akan dapat tumbuh dan berkembang dalam diri mereka,
sehingga produktivitas kerja mereka dapat ditingkatkan pada masing-masing
bidang Posdaya (pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan lingkungan); dan (3)
kemampuan melakukan tindakan yang baik dalam bekerja sama atau dalam
memanfaatkan fasilitas yang mereka miliki, seperti mampu mengidentifikasi
potensi yang dimiliki Posdaya, mampu menerapkan manajamen dan
kepemimpinan baik dalam Posdaya maupun kehidupan sehari-hari, mampu
mencari dan memanfaatkan informasi serta mencari peluang baru terkait empat
bidang Posdaya (pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan lingkungan).
Aktivitas komunikasi sangat ditentukan oleh seberapa besar kesamaan
persepsi yang terjadi antara komunikator (pendamping/pengelola Posdaya) dan
komunikan (kader Posdaya) terhadap pesan yang disampaikan. Semakin besar
kesamaan persepsi, maka semakin berhasil proses komunikasi mencapai
sasarannya. Aktivitas komunikasi yang sering terjadi dalam ruang lingkup
organisasi atau kelompok adalah bentuk komunikasi interpersonal, komunikasi
termediasi dan komunikasi kelompok. Dalam penelitiannya Astuti (2007)
menyebutkan bahwa aktivitas komunikasi yang dilakukan seseorang atau
kelompok akan menentukan efektivitas komunikasi. Efektivitas komunikasi
ditandai dengan serangkain perubahan yang terjadi pada diri khalayak komunikasi
penerima informasi dan perubahan perilaku (behavioral) yang terdiri dari
perubahan kognitif, afektif, dan konatif. Dukungan melalui aktivitas komunikasi
dapat mengubah segala ketidakpedulian masyarakat terhadap kepentingan dan

4

komitmen, ketidakacuhan akan pengetahuan, dan mengubah sikap mental atau
kebiasaan yang sebelumnya menentang perubahan pengetahuan, sikap dan
tindakan.
Berdasarkan kondisi tersebut di atas, maka perlu pengkajian yang lebih
mendalam tentang hubungan aktivitas komunikasi dengan tingkat keberdayaan
kader Posdaya, sehingga aktivitas komunikasi yang dilakukan kader Posdaya
diharapkan dapat memberikan kontribusi yang baik antara kader Posdaya dan
masyarakat dalam berperilaku untuk mendukung dan mengembangkan programprogram Posdaya yang selanjutnya dapat memberikan peningkatan keharmonisan,
keselarasan, dan keberlangsungan program Posdaya serta keberdayaan kader
dalam pelaksanaan kegiatan Posdaya yang mencakup bidang pendidikan,
kesehatan, ekonomi, dan lingkungan.

Perumusan Masalah
Komunikasi merupakan salah satu esensi keberlangsungan hidup manusia.
Dengan komunikasi, manusia dapat belajar dan mengembangkan kemampuan
serta potensi yang ada pada dirinya. Setiap manusia yang hidup di muka bumi ini
selalu berusaha melakukan sesuatu yang baik untuk hidupnya, manusia cenderung
melaksanakan semua aktivitas komunikasi yang berkaitan dengan hidupnya
sepanjang itu menguntungkan dirinya. Kader Posdaya di Kota dan Kabupaten
Bogor selalu melakukan aktivitas komunikasi sehari-hari yang berkaitan dengan
penyelenggaraan dan pelaksanaan Posdaya seperti aktivitas komunikasi dalam
kegiatan di bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan bidang lingkungan.
Aktivitas komunikasi tidak terlepas dari karakteristik individu sebagai kader
Posdaya dan faktor lingkungan yang mempengaruhi aktivitas komunikasi kader
Posdaya sebagai pelaku komunikasi.
Penelitian Murtadha (2009) menyebutkan bahwa dalam aktivitas
komunikasi dapat terjadi melalui dialog interaktif, pertemuan rapat rutin,
mengadakan pengumpulan massa, dan mengundang wartawan dari masingmasing media. Menurut tim P2SDM-IPB sebagai pendamping, pembina,
pendorong, dan pengelola Posdaya di Kota dan Kabupaten Bogor, aktivitas
komunikasi yang terjadi pada Posdaya seperti dalam kegiatan pelatihan, rapat
koordinasi (rapat rutin kader dan anggota Posdaya, rapat bulanan, rapat khusus
atau temu kader, penyuluhan, dan pendampingan atau pembinaan. Melalui
aktivitas komunikasi diharapkan terjadi perubahan perilaku kader Posdaya pada
aspek pengetahuan, sikap dan tindakan. Aktivitas komunikasi juga
memungkinkan setiap kader bisa hidup secara mandiri maupun secara
berkelompok dengan dukungan fasilitas yang memadai dari semua keluarga kader
Posdaya. Aktivitas komunikasi ini memberikan kesempatan kepada semua kader
Posdaya untuk memberikan penilaian dan penghargaan melalui persepsinya
terhadap penyelenggaraan program Posdaya yang mendorong pada keberdayaan
kader Posdaya itu sendiri.
Dengan aktivitas komunikasi yang baik diduga dapat meningkatkan
keberdayaan kader Posdaya. Slamet (2003) menyimpulkan bahwa masyarakat
dapat dikatakan berdaya jika memiliki pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan
tindakan (konatif). Mengacu pada kondisi berbagai program Posdaya yang

5

dijalankan selama ini terutama masih terbatasnya kader Posdaya dalam
melaksanakan fungsi Posdaya sesuai dengan yang diharapkan, banyaknya kendala
yang dihadapi Posdaya untuk meningkatkan keberdayaan kader Posdaya, maka
penelitian ini dimaksudkan untuk mengkaji mengenai hubungan antara aktivitas
komunikasi dengan tingkat keberdayaan kader Posdaya. Oleh karena itu, dapat
dirumuskan permasalahan yang menarik untuk diteliti sebagai berikut:
1. Seperti apakah perbedaan aktivitas komunikasi kader Posdaya di Kota dan
Kabupaten Bogor?
2. Seperti apakah perbedaan tingkat keberdayaan kader Posdaya di Kota dan
Kabupaten Bogor?
3. Karakteristik kader Posdaya dan faktor lingkungan apa saja yang
berhubungan dengan aktivitas komunikasi kader Posdaya di Kota dan
Kabupaten Bogor?
4. Karakteristik kader Posdaya dan faktor lingkungan apa saja yang
berhubungan dengan tingkat keberdayaan kader Posdaya di Kota dan
Kabupaten Bogor?
5. Apakah ada hubungan antara aktivitas komunikasi dengan tingkat
keberdayaan kader Posdaya di Kota dan Kabupaten Bogor?

Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini mengidentifikasi karakteristik
individu sebagai kader Posdaya dan faktor lingkungan yang berkaitan dengan
aktivitas komunikasi. Selain itu, penelitian ini juga mengidentifikasi tentang
keberdayaan kader Posdaya. Oleh karena itu, salah satu hakekat dari tujuan
Posdaya adalah mewujudkan keberdayaan dan kemandirian kader dalam upaya
pembangunan sosial dan ekonomi keluarga untuk pengentasan kemiskinan warga
masyarakat secara sistematis. Adapun tujuan penelitian yang berkaitan dengan
hubungan aktivitas komunikasi dengan tingkat keberdayaan kader Posdaya
meliputi:
1. Mendeskripsikan perbedaan aktivitas komunikasi kader Posdaya di Kota dan
Kabupaten Bogor.
2. Mendeskripsikan perbedaan tingkat keberdayaan kader Posdaya di Kota dan
Kabupaten Bogor.
3. Menganalisis karakteristik individu dan faktor lingkungan yang berhubungan
dengan aktivitas komunikasi kader Posdaya di Kota dan Kabupaten Bogor.
4. Menganalisis karakteristik individu dan faktor lingkungan yang berhubungan
dengan tingkat keberdayaan kader Posdaya di Kota dan Kabupaten Bogor.
5. Menganalisis hubungan antara aktivitas komunikasi dengan tingkat
keberdayaan kader Posdaya di Kota dan Kabupaten Bogor.

Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah mengidentifikasi dan analisis permasalahan
hubungan aktivitas komunikasi dengan tingkat keberdayaan kader Posdaya. Hasil
penelitian dapat dikontribusikan untuk pengembangan dan penyelenggaraan

6

program pemberdayaan masyarakat secara berkelanjutan di Kota dan Kabupaten
Bogor tempat penelitian ini dilaksanakan. Selain itu, hasil penelitian ini sebagai
bahan masukan bagi daerah-daerah lain yang akan melaksanakan program
pemberdayaan dan pengembangan masyarakat serta upaya pengentasan
kemiskinan dengan pendekatan Posdaya. Secara spesifik manfaat yang diharapkan
dari penelitian ini adalah:
Manfaat dalam lingkungan akademis/keilmuan
1.
2.

Memperkaya khazanah keilmuan tentang hubungan aktivitas komunikasi
dengan tingkat keberdayaan kader Posdaya.
Memberikan informasi bagi peneliti selanjutnya yang ingin mendalami
tentang hubungan aktivitas komunikasi dengan tingkat keberdayaan pada
penyelenggaraan program pemberdayaan dan pengembangan masyarakat.

Manfaat dalam lingkungan instansi
1.

2.

Sebagai bahan masukan bagi pelaksana program Posdaya dalam hal ini
P2SDM LPPM IPB dan Yayasan Damandiri sebagai penyandang dana
sekaligus sebagai yayasan yang telah mendarmabaktikan diri dalam
pemberdayaan masyarakat dan yang telah berjasa mengembangkan model
Posdaya.
Memberikan informasi dan acuan pemikiran yang bermanfaat bagi
pemerintah Kota dan Kabupaten Bogor untuk membuat kebijakan dalam
pengentasan kemiskinan dan pengembangan SDM melalui program
pemberdayaan masyarakat dengan model Posdaya.

Manfaat dalam lingkungan praktis
1.

2.

Hasil penelitian diharapkan dapat dimanfaatkan untuk tambahan informasi
dan bahan masukan bagi para praktisi terkait hubungan aktivitas komunikasi
dengan keberdayaan masyarakat.
Hasil penelitian diharapkan menjadi tambahan informasi bagi semua
pemangku kepentingan atau stakeholders untuk bahan masukan dalam
menyusun rencana kegiatan pemberdayaan masyarakat yang melibatkan
aktivitas komunikasi.

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Komunikasi dan Proses Komunikasi
Manusia tercipta sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa
adanya bantuan dari orang lain, bantuan itu didapatkan melalui sebuah
komunikasi antara manusia yang satu dengan lainnya. Dengan adanya
komunikasi, maka terciptalah sebuah kehidupan yang saling melengkapi satu
sama lain. Istilah komunikasi merupakan terjemahan yang diambil dari bahasa
Inggris “communication” yang berasal dari bahasa latin ”communicare” yang
berarti berpartisipasi atau memberitahukan dan perkataan ini bersumber pada kata
communis yang berarti “sama,” yaitu sama makna mengenai suatu hal. Jadi
komunikasi berlangsung apabila antara orang-orang yang terlibat terdapat
kesamaan makna mengenai sesuatu hal yang dikomunikasikan (Mulyana, 2005).
Merujuk pada proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada
orang lain, maka yang terlibat di dalam komunikasi adalah manusia. Merujuk
pada pengertian Ruben dan Steward (2005) mengenai komunikasi manusia yaitu:
“Human communication is the process through which individuals in
relationships, groups, organizations, and societies respond to and
create messages to adapt to the environment and one another.”
Komunikasi manusia adalah proses yang melibatkan individu-individu
dalam suatu hubungan, kelompok, organisasi dan masyarakat yang merespons dan
menciptakan pesan untuk beradaptasi dengan lingkungan satu sama lain.
Komunikasi dalam hal ini dapat berupa tindakan satu arah, bisa pula sebagai
interaksi dan komunikasi sebagai transaksi. Sebagai tindakan satu arah,
komunikasi mengisyaratkan penyampaian pesan searah dari seseorang (atau suatu
lembaga) kepada seseorang (sekelompok orang) lainnya, baik secara langsung
(tatap muka) ataupun melalui media, seperti surat (selebaran), surat kabar,
majalah, radio, atau televisi.
Sementara itu, Rogers dan Shoemaker (1995), mengartikan komunikasi
sebagai suatu proses di mana semua partisipan atau pihak-pihak yang
berkomunikasi saling menciptakan, membagi, menyampaikan dan bertukar
informasi antara satu dengan lainnya dalam rangka mencapai suatu pengertian
bersama. Selain itu, Shannon dan Weaver (1949) dalam Wiryanto (2006)
menyebutkan bahwa komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling
mempengaruhi satu sama lain, sengaja atau tidak disengaja dan tidak terbatas pada
bentuk komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi wajah muka, lukisan,
seni, dan teknologi.
Setiap komunikasi yang dilakukan pasti memiliki tujuan. Oleh karena itu
tujuan komunikasi menurut Effendy (2006) ada empat yaitu : (1) mengubah sikap,
(2) mengubah opini pendapat atau pandangan, (3) mengubah perilaku, dan (4)
mengubah masyarakat. Levis (1996) dalam Wiryanto (2006) merumuskan tujuan
komunikasi meliputi: (1) informasi, yaitu untuk memberikan informasi yang
menggunakan pendekatan dengan pemikiran, (2) persuasif, yaitu untuk
menggugah perasaan penerima, (3) mengubah perilaku, yaitu perubahan sikap
terhadap pelaku pembangunan, (4) meningkatkan kemampuan untuk
mengembangkan usaha secara efisien di bidang usaha yang dapat memberi

8

manfaat dalam batas waktu yang tidak tertentu, dan (5) mewujudkan partisipasi
aktif masyarakat dalam pembangunan.
Liliweri (2004) menyatakan bahwa komunikasi secara otomatis mempunyai
fungsi sosial karena proses komunikasi beroperasi dalam konteks sosial yang
orang-orangnya berinteraksi satu sama lain. Dengan demikian fungsi komunikasi
mengandung aspek:
a. Manusia berkomunikasi untuk mempertemukan kebutuhan biologis (makan
dan minum) dan psikologis (rasa aman dan kepastian). Kedua kebutuhan
tersebut harus seimbang dan melalui komunikasi antarpribadi (interaksi
sosial), maka manusia berusaha mencari dan melengkapi kebutuhannya.
b. Manusia berkomunikasi untuk memenuhi kewajiban sosial. Setiap orang
terikat dalam suatu sistem sosial dan norma yang berlaku dalam
masyarakatnya. Misalnya nilai dan norma yang telah mengatur kewajibankewajiban tertentu secara sosial dalam berkomunikasi sebagai suatu
keharusan yang tidak dapat dielakkan.
c. Manusia berkomunikasi untuk mengembangkan hubungan timbal-balik. Kali
pertama ketika berkenalan dengan orang lain bentuk tindakan sosial yang
terjadi biasanya adalah interaksi biasa yang terjadi akibat basa-basi pergaulan,
baru kemudian meningkat dalam suatu relasi sosial, ekonomi, bisnis di antara
mereka, sehingga menghasilkan transaksi yang saling menguntungkan di
antara keduanya. Terjadi pertukaran kepentingan tertentu dalam hubungan
timbal-balik.
d. Manusia berkomunikasi untuk meningkatkan dan merawat mutu komunikas
sendiri. Dengan berkomunikasi manusia mampu menilai, melihat mutu
komunikasi orang lain dan kemudian mengubah diri sendiri, sehingga dapat
berdampak pada usaha untuk merawat kesehatan jiwa.
e. Manusia berkomunikasi untuk mengatasi konflik antarmanusia yang tidak
dapat dielakkan lagi. Melalui komunikasi konflik dapat dihindari, karena
telah terjadi pertukaran pesan dan mungkin saja kesamaan makna mengenai
sesuatu makna tertentu.
Bagian terpenting dalam komunikasi menurut Rakhmat (2005) ialah
bagaimana cara agar suatu pesan yang disampaikan komunikator itu menimbulkan
dampak atau efek tertentu pada komunikan. Dampak yang ditimbulkan dapat
diklasifikasikan menjadi:
a. Dampak kognitif yaitu dampak yang timbul yang menyebabkan menjadi tahu
atau meningkatkan intelektualitasnya.
b. Dampak afektif yaitu supaya komunikan tergerak hatinya dan menimbulkan
perasaan tertentu.
c. Dampak konatif yaitu dampak yang timbul dalam bentuk perilaku, tindakan
atau kegiatan.
Dari pengertian komunikasi yang dikemukakan para ahli di atas dapat
dilihat juga proses terjadinya komunikasi. Oleh karena itu, apakah suatu
komunikasi dapat berlangsung dengan baik atau tidak tergantung dari proses yang
berlangsung. Menurut Rusady (2003), proses komunikasi diartikan sebagai
“transfer informasi” atau pesan (message) dari pengirim pesan sebagai
komunikator dan kepada penerima pesan sebagai komunikan untuk mencapai
saling pengertian (mutual understanding) antara kedua belah pihak.

9

Menurut Effendy (2000) dalam Budiman (2009), proses komunikasi terbagi
dua tahap, yaitu :
1. Proses komunikasi secara primer
Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau
perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (simbol)
sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi
adalah bahasa, gerakan tangan, atau badan (kial), isyarat, gambar, warna dan
lain sebagainya yang secara langsung mampu menerjemahkan pikiran dan atau
perasaan komunikator kepada komunikan.
2. Proses komunikasi secara sekunder
Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh
seorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media
kedua setelah menggunakan lambang sebagai media pertama. Seorang
komunikator menggunakan media kedua (sekunder) dalam melancarkan
komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya berada di tempat yang
relatif jauh atau jumlahnya banyak. Surat, telepon rumah, handphone, teleks,
radio, film, televisi, dan media internet yang sering digunakan dalam
komunikasi secara sekunder.
Berdasarkan pernyataan dan definisi tersebut dapat dikemukakan secara
umum bahwa komunikasi adalah proses pernyataan antara manusia mengenai isi
pikiran dan perasaannya untuk memperoleh persamaan makna. Mengungkapkan
isi pikiran dan perasaan tersebut apabila diaplikasikan secara benar dengan etika
yang tepat akan memberikan manfaat terhadap individu maupun kelompok.
Komunikasi memiliki peranan penting dalam membentuk sikap dan perilaku
seseorang. Dengan kata lain, komunikasi menentukan baik buruknya sikap dan
perilaku seseorang.
Demikian pula komunikasi yang terjadi dalam Posdaya. Dalam Posdaya,
komunikasi dilakukan melalui berbagai macam proses komunikasi baik proses
komunikasi secara primer maupun sekunder dapat membentuk sikap dan perilaku
masyarakat sebagai kader Posdaya. Jika proses komunikasi yang dilakukan efektif
maka akan mempengaruhi rasa kepuasan yang kemudian berpengaruh terhadap
tingkat keberdayaan kader Posdaya. Jika masyarakat puas, maka dapat
meningkatkan kredibilitas pendamping atau pengelola Posdaya.

Komunikasi dan Pembangunan
Menurut Schramm (1976) dalam Nasution (2002), bahwa untuk
meningkatkan kehidupan masyarakat perlu pembangunan. Pembangunan
memerlukan keaktifan masyarakat. Supaya masyarakat berpartisipasi, maka
pembangunan harus diinformasikan. Oleh karena itu, perlu adanya sarana atau
saluran informasi dan pembangunan komunikasi. Pembangunan komunikasi dapat
dilakukan melalui suatu perencanaan komunikasi yang dapat mengaktualisasikan
pesan pembangunan dengan cara-cara yang dapat mendorong tercapainya tujuan
pembangunan (Nasution, 2002).
Dalam penelitiannya, Mahmud (2007) menginterpretasikan bahwa dalam
konteks pembangunan prasarana pedesaan dan pembangunan wilayah kota, dapat
dibuat sebuah model hubungan komunikasi dengan pembagunan sebagai berikut:

10

Kesejahteraan
Masyarakat

Pembangunan
Wilayah/Kota

Pembangunan
Pedesaan

Penyedia
Prasarana

Informasi
Pembangunan

Partisipasi
Masyarakat

Saluran
Komunikasi

Teknik
Komunikasi

Komunikasi
Pembangunan

Gambar 1 Hubungan komunikasi dengan pembangunan
(Mahmud, 2007)
Dengan demikian komunikasi memiliki peran penting dalam pembangunan
yang berorientasi pada rakyat yang dapat mendorong warga terhadap
pembangunan. Dengan komunikasi, informasi atau pesan-pesan pembangunan
dapat disampaikan melalui komunikasi pembagunan. Komunikasi pembangunan
harus selalu diselaraskan dengan keadaan karakteristik komunikasi masyarakat
yang melibatkan unsur-unsur komunikasi (komunikator, isi pesan, saluran
komunikasi, dan sasaran komunikasi), teknik komunikasi dan saluran komunikasi.
Hasil akhir dari komunikasi pembangunan adalah untuk menciptakan partisipasi
masyarakat dalam mengisi pembangunan pedesaan atau perkotaan agar dapat
meningkatkan kesejahteraan atau taraf hidupnya dengan mengoptimalkan sumber
daya manusia dan sumber daya alam sebaik mungkin.

Pengertian Komunikasi Pembangunan
Effendy (2006) mendefinisikan komunikasi pembangunan (KP) sebagai
proses penyebaran pesan oleh seseorang atau sekelompok orang kepada khalayak
guna mengubah sikap, pendapat, dan perilakunya dalam rangka meningkatkan
kemajuan lahiriah dan kepuasan batiniah. Pada komunikasi pembangunan proses
interaksi seluruh warga masyarakat (aparat pemerintah, penyuluh, tokoh
masyarakat, LSM, individu atau kelompok/organisasi sosial) ditujukan untuk
menumbuhkan kesadaran dan menggerakkan partisipasi melalui p