The Relationship Between Credibility of Information Source of The Family Planning with Attitude and The Decision of Adopting The Family Planning Programme (Case of Couples of Childbearing Age in Bojonggede, Bogor)

(1)

PROGRAM KELUARGA BERENCANA

(Kasus Pada Pasangan Usia Subur di Kecamatan Bojonggede Kabupaten Bogor)

WIWIEN WIRASATI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011


(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “Hubungan Kredibilitas Sumber Informasi Keluarga Berencana dengan Sikap dan Keputusan Mengadopsi Program Keluarga Berencana (Kasus Pada Pasangan Usia Subur di Kecamatan Bojonggede, Kabupaten Bogor), adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal dari atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, 30 September 2011

Wiwien Wirasati


(3)

ABSTRACT

WIWIEN WIRASATI. The Relationship Between Credibility of Information Source of The Family Planning with Attitude and The Decision of Adopting The Family Planning Programme (Case of Couples of Childbearing Age in Bojonggede, Bogor) Supervisors: DJUARA P. LUBIS and HADIYANTO.

The objectives of this research are : (1) to know the public assessment of the credibility of sources of information as a change agent to disseminate family planning; (2) to know public attitudes toward family planning programs; (3) to analyse the community's decision to adopt family planning services and contraceptives; (4) to analyse the relation of the public relations assessment factors to sources of information as an agent of change in family planning with the formation of public attitude and the decision to adopt family planning services and contraceptives. This study was designed as a study which is descriptive correlational survey, using questionnaires as the main data collection tool. The individual analysis unit is couples of childbearing age as many as 100 people, spread over five villages namely Bojongbaru, Pabuaran, Susukan, Rawa Panjang, and Bojonggede in the the sub district of Bojonggede.The research was done in September 2011 and it used purposive sampling method with the criterion of childbearing age men or women who have ever got or followed the socialization of family planning, from the five selected villages, 20 people from each village.The research results are: (1) Characteristics of the respondents have no real relationship to the credibility of family planning information sources, (2) The credibility of information sources of family planning had expertise, attractiveness, trustworthiness and empathy. (3) There is a real connection between attractiveness and cognitive, affective attitudes. The very real connection between trustworthiness and cognitive, affective attitude. The real connection between empathy and cognitive, affective attitude; (4) The very real connection between the respondents’cognitive, affective attitude and their adopting the family planning’s service and contraceptives.

Keywords: Credibility of sources of information, family planning, attitudes, adoption


(4)

RINGKASAN

Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Mengetahui penilaian kredibilitas sumber informasi sebagai agen perubahan untuk menyebarluaskan KB. (2) Mengetahui sikap masyarakat terhadap program KB. (3) Menganalisis keputusan masyarakat untuk mengadopsi layanan dan alat kontrasepsi KB. (4) Menganalisis hubungan faktor penilaian masyarakat terhadap kredibilitas sumber informasi sebagai agen perubahan KB dengan sikap dan keputusan masyarakat untuk mengadopsi layanan dan alat kontrasepsi KB.

Penelitian ini didesain sebagai suatu penelitian survai yang bersifat deskriptif korelasional, menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok. Penelitian ini selain mendiskripsikan peubah kredibilitas sumber informasi KB, sikap serta keputusan adopsi terhadap program KB.

Unit analisis individu masyarakat usia subur sebanyak 100 orang, yang tersebar di lima desa yakni Bojongbaru, Pabuaran, Susukan, Rawa Panjang, dan Bojonggede yang berada di Kecamatan Bojonggede. Waktu pelaksanaan adalah pada bulan September 2011 dengan metode purposive sampling (sampling bertujuan) dengan kriteria masyarakat usia subur laki-laki atau perempuan yang pernah mendapatkan/mengikuti sosialisasi KB, dari lima desa terpilih, masing-masing 20 orang.

Pengolahan Data dengan bantuan SPSS 16 dan analisa data dengan menggunakan analisis statistik deskriptif yang relevan. Misal, tabel distribusi frekuensi, persentase, rataan skor dan total rataan skor, serta untuk melihat hubungan antar peubah bebas dengan peubah terikat menggunakan metode tabulasi silang (cross tab) dan analisis matriks koefisien korelasi.

Hasil penelitian menunjukkan tidak adanya hubungan antara karakteristik responden dengan penilaian terhadap sumber informasi KB sebagai agen perubahan diduga karena karakteristik masyarakat yang homogen dan kecenderungan responden yang telah menerima informasi KB dari media massa televise. Akses terhadap layanan KB tidak menjadi masalah karena di setiap kecamatan terdapat Puskesmas, Pos KB dapat memberikan informasi jika diperlukan. Ada hubungan antara faktor keahlian. daya tarik, dapat dipercaya, dan kemampuan sumber dalam berempati dengan afektif sikap. Segi keahlian, sumber informasi telah memiliki keahlian. sumber informasi belum memiliki kesamaan lokasi, kesamaan suku bahasa dan agama. Namun kemampuan sumber informasi dalam berkomunikasi secara komunikatif dianggap sudah tinggi. petugas lapangan KB dapat dipercaya sebagai sumber informasi. Hasil penelitian tentang penilaian responden terhadap sumber informasi KB sebagai agen perubahan dapat disimpulkan bahwa petugas lapangan dinilai baik/kredibel dalam melakukan sosialisasi KB. Arah hubungan yang positif juga terlihat pada daya tarik, dapat dipercaya dan kemampuan sumber dalam berempati dengan kognitif sikap. Sementara tidak ada korelasi antara keahlian sumber dengan kognitif sikap. Kemampuan sumber dalam berkomunikasi dan beriteraksi secara personal dinilai lebih penting dibanding keahlian atau pengetahuan sumber sebagai agen perubahan KB. ada hubungan antara sikap dengan keputusan masyarakat untuk mengadopsi layanan dan alat kontrasepsi KB memiliki arah hubungan yang positif.


(5)

Kesimpulan penelitian adalah : (1) Sumber informasi KB dinilai kredibel oleh pasangan usia subur memiliki keahlian tinggi, menarik, dapat dipercaya dan memiliki empati. Penilaian kredibilitas sumber informasi KB tidak dipengaruhi oleh karakteristik responden. (2) Kognisi dan afeksi pasangan usia subur terhadap program Keluarga Berencana ternyata tinggi. (3) Keputusan pasangan usia subur untuk mengadopsi Keluarga Berencana ternyata tinggi. (4) Ranah afektif pasangan usia subur dipengaruhi oleh penilaiannya terhadap kredibilitas sumber informasi (keahlian, daya tarik, dapat dipercaya dan empati), sedangkan ranah kognisi tidak dipengaruhi oleh penilaian terhadap keahlian sumber informasi, namun dipengaruhi oleh tiga unsur krebilitas lainnya.(5) Ranah kognisi dan afeksi pasangan usia subur sangat mempengaruhi adopsi terhadap program Keluarga Berencana.


(6)

@ Hak Cipta milik IPB 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-undang

1. Dilarang mengutip Hak Cipta sebagian atau seluruh tesis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya.

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan masalah

b. Pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya


(7)

HUBUNGAN KREDIBILITAS SUMBER INFORMASI KELUARGA BERENCANA DENGAN SIKAP DAN KEPUTUSAN MENGADOPSI

PROGRAM KELUARGA BERENCANA

(Kasus Pada Pasangan Usia Subur di Kecamatan Bojonggede Kabupaten Bogor)

WIWIEN WIRASATI

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011


(8)

(9)

Judul Penelitian : Hubungan Kredibilitas Sumber Informasi Keluarga Berencana dengan Sikap dan Keputusan Mengadopsi Program Keluarga Berencana (Kasus Pada Pasangan Usia Subur di Kecamatan Bojonggede, Kabupaten Bogor)

Nama Mahasiswa : Wiwien Wirasati Nomor Induk : I353060171

Program Studi : Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS

Ketua Anggota Ir. Hadiyanto, MS

Diketahui

Koordinator Mayor Dekan Sekolah Pascasarjana Komunikasi Pembangunan Pertanian

dan Pedesaan

Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc. Agr


(10)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT hanya karena kehendak dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Hubungan Kredibilitas Sumber Informasi Keluarga Berencana dengan Sikap dan Keputusan Mengadopsi Program Keluarga Berencana (Kasus Pada Pasangan Usia Subur di Kecamatan Bojonggede, Kabupaten Bogor).

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada : Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS selaku Ketua Komisi Pembimbing serta Ir. Hadiyanto, MS selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis dalam proses penyusunan tesis ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada : Ir. Ilham Parsaulian Hutasuhut, MM selaku Ketua Yayasan Kampus Tercinta Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) Jakarta yang telah memberikan kesempatan dan membiayai studi lanjut kepada penulis. Dr. Ir. Maslina W. Hutasuhut, MM selaku Rektor Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) Jakarta yang telah memberikan kesempatan dan memberikan ijin untuk studi lanjut kepada penulis.

Terimakasih kepada Kedua orangtua penulis Alm Abdul Chalim dan Surasmi, suami penulis Bambang Budiyanto, anak-anakku Putri Nabilla Wiranti dan Annisa Salsabilla Ulfah yang tiada hentinya memberikan doa, cinta, kasih sayang, dukungan. Adik-adikku Dewi Yuli Widjayanti, Trias Wiriahadi, Susan Hayati dan Dimas Prayudi Hufron yang selalu memberi semangat untuk menyelesaikan tesis ini.

Rekan-rekan di Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) Jakarta yang selalu memberikan dukungan Dra. Cholifah, M.Si, Ir. Linda Rahmah Yuliati, M,Si, Ir. Harun Muhyiddin, MM, Abdul Fakor, S.Pd, Purwaningsih, seluruh staf administrasi Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan dan semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Terakhir penulis ucapkan semoga tesis ini bermanfaat bagi kegiatan sosialisasi KB dan dapat dijadikan rujukan bagi pengembangan ilmu komunikasi.

Bogor, September 2011

WIWIEN WIRASATI


(11)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 14 Mei 1966 sebagai anak pertama dari lima bersaudara dari pasangan Alm Abdul Chalim dan Surasmi. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SDN Depok Baru I, lulus tahun 1972. Selanjutnya penulis melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SMPN 98 Jakarta Selatan lulus tahun 1979. Kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas di SMAN 4 Semarang lulus tahun 1985.

Pada tahun 1985 penulis melanjutkan pendidikan tinggi ke Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) Jakarta di Jurusan Ilmu Hubungan Masyarakat lulus tahun 1990.

Bekerja di Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) Jakarta sejak 1990 sampai saat ini dan mengampu matakuliah Komunikasi Sosial Pembangunan dan Perkembangan Teknologi Media.

Tahun 2006 penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor pada Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan (KMP).


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL………. vii

DAFTAR GAMBAR……… viii

DAFTAR LAMPIRAN……….…… ix

I. PENDAHULUAN………..……..……….. 1 Latar Belakang Penelitian……… 1

Perumusan Masalah Penelitian……….. 4

Tujuan Penelitian……….……….. 4

Kegunaan Penelitian………. 5

II. TINJAUAN PUSTAKA………..………..………… 7

Proses Pengambilan Keputusan……….……… 7

Sikap……… 9

Peranan Sumber Informasi dalam Membentuk Sikap dan Keputusan ………… 12

Tugas-tugas Agen Pembaharu (Sumber Informasi KB) ……….… 14

Penerima / receiver ……….…. 20

KERANGKA PEMIKIRAN dan HIPOTESIS………. 23

Kerangka Pemikiran ………..… 24

Hipotesis ………. 25

III. METODE PENELITIAN ……… 27

Desain Penelitian ………... 27

Lokasi dan Waktu Penelitian ……… 27

Populasi dan Sampel Penelitian ………...……….. 27

Data dan Instrumentasi ……….…… 28

Definisi Operasional ………..… 29

Validitas dan Reliabilitas Instrumen……… 33

Pengolahan dan Analisis Data ……… 34

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………... 37

4.1. Kondisi Umum Daerah Penelitian………... 4.1.1.Kondisi Umum Kecamatan Bojonggede……….……. 37 37 4.1.2 Program KB di Kecamatan Bojonggede……….. 44

4.2. Karakteristik Responden………. 48

4.3. Penilaian Responden Terhadap Kredibilitas Sumber Informasi dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi……… 50


(13)

4.3.1. Penilaian Responden Terhadap Kredibilitas Sumber Informasi ………… 4.3.1.1. Keahlian Sumber Informasi………. …………. 4.3.1.2. Daya Tarik Sumber Informasi ………. 4.3.1.3. Dapat Dipercaya……… …………. 4.3.1.4. Empati………. …………. 4.3.2. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Penilaian Terhadap Kredibilitas

Sumber Informasi ……….… 4.3.2.1.Pengaruh faktor Penilaian Kredibilitas Sumber Informasi Terhadap Jenis Kelamin………. 4.3.2.2.Pengaruh faktor Penilaian Kredibilitas Sumber Informasi Terhadap Usia………….………. 4.3.2.3.Pengaruh faktor Penilaian Kredibilitas Sumber Informasi Terhadap Pendidikan….………. 4.3.2.4.Pengaruh faktor Penilaian Kredibilitas Sumber Informasi Terhadap Pekerjaan…..………. 4.3.2.5.Pengaruh faktor Penilaian Kredibilitas Sumber Informasi Terhadap Jumlah Anak….………. 4.3.2.6.Pengaruh faktor Penilaian Kredibilitas Sumber Informasi Terhadap Akses Layanan KB………

51 51 52 53 53 57 57 58 60 61 63 65 4.4. Sikap terhadap Program KB ………..

4.4.1. Aspek Kognitif Sikap Responden dan Faktor – faktor yang

Mempengaruhi ………... 4.4.1.1. Aspek Kognitif Sikap Responden Terhadap Program KB ………. 4.4.1. 2.Pengaruh Penilaian Kredibilitas Sumber Informasi Terhadap Aspek Kognitif Sikap Responden Tentang Program KB ………. 4.4.2. Aspek Afektif Sikap Responden dan Faktor – faktor yang

Mempengaruhi ………... 4.4.2.1. Aspek Afektif Sikap Responden Terhadap Program KB ………. 4.4.1. 2.Pengaruh Penilaian Kredibilitas Sumber Informasi Terhadap Aspek Afektif Sikap Responden Tentang Program KB ………. 4.5. Adopsi Program KB dan Faktor – faktor yang Mempengaruhi ………. 4.5. 1. Pengaruh Aspek Kognitif Sikap Terhadap Program KB………. ….……. 4.5. 2. Pengaruh Aspek Afektif Sikap Terhadap Program KB ……….

67 67 67 67 68 68 69 70 71 71

V. KESIMPULAN DAN SARAN………..……….. 75 Kesimpulan……….………

Saran………

75 75 DAFTAR PUSTAKA……… 77


(14)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman 1 Model Lima Tahap Proses Pengambilan Keputusan

(Rogers, 2003)………... 7

2 Tingkat Kepentingan Relatif Berbagai Tipe Sumber Informasi

dalam Proses Pemakaian (Schiffman dan Kanuk, 2004)…… 13 3 Kerangka Pemikiran Penelitian……..……… 24


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1 Kuesioner penelitian..……….…..…. 83

2 Denah lokasi penelitian di Kecamatan Bojonggede………. 88


(16)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

1

Operasionalisasi variabel menurut variabel indikator

parameter dan skala penelitian

……….……….…. 29 2 Koefisien cronbach alpha hasil uji coba kuesioner………..…. 34 3 Luas desa – desa di Kecamatan Bojonggede tahun 2010………….… 37 4 Luas lahan menurut pemanfaatan lahan di Kecamatan Bojonggede tahun 2010………...…. 38 5 Jumlah penduduk menurut desa di Kecamatan Bojonggede

tahun 2010………..……….………….………. 40 6 Jumlah penduduk menurut kelompok umur di Kecamatan Bojonggede tahun 2010.……….…..… 40 7 Jumlah layanan kesehatan menurut jenis pelayanan kesehatan

di Kecamatan Bojonggede tahun 2009………...…. 43 8 Jumlah peserta KB baru tiap desa menurut alat kontrasepsi KB

di Kecamatan Bojonggede tahun 2011……….….…. 46 9 Jumlah peserta KB aktif tiap desa menurut alat kontrasepsi KB

di Kecamatan Bojonggede tahun 2011……… 47 10 Jumlah dan persentase responden menurut karakteristik responden

terhadap jenis kelamin di Kecamatan Bojonggede tahun 2011.……… 48 11 Jumlah dan persentase responden menurut akses terhadap layanan KB terhadap jenis kelamin di Kecamatan Bojonggede tahun 2011.…. 49 12 Jumlah dan persentase responden menurut penilaian terhadap

kredibilitas sumber informasi di Kecamatan Bojonggede tahun 2011 51 13 Jumlah dan persentase responden menurut jenis kelamin dan

penilaiannya terhadap kredibilitas sumber informasi KB di Kecamatan Bojonggede tahun 2011………. 57 14 Jumlah dan persentase responden menurut usia responden dan

penilaian terhadap kredibilitas sumber informasi KB di Kecamatan Bojonggede tahun 2011………. 58


(17)

15 Jumlah dan persentase responden menurut pendidikan responden dan penilaiannya terhadap kredibilitas sumber informasi KB di

Kecamatan Bojonggede tahun 2011………. 61 16 Jumlah dan persentase responden menurut pekerjaan responden

dan penilaian terhadap kredibilitas sumber informasi KB di

Kecamatan Bojonggede tahun 2011………. 62 17 Jumlah dan persentase responden menurut jumlah anak responden dan penilaian terhadap kredibilitas sumber informasi KB di

Kecamatan Bojonggede tahun 2011………. 64 18 Jumlah dan persentase responden menurut akses layanan KB

dan penilaian terhadap kredibilitas sumber informasi KB di

Kecamatan Bojonggede tahun 2011……….……. 65 19 Hubungan penilaian responden terhadap kredibilitas sumber informasi KB dengan aspek kognitif sikap di Kecamatan Bojonggede

tahun 2011……….... 68

20 Hubungan penilaian responden terhadap kredibilitas sumber informasi

KB dengan aspek afektif sikap di Kecamatan Bojonggede

tahun 2011……….... 69

21 Jumlah dan persentase responden menurut aspek kognitif sikap

terhadap adopsi di Kecamatan Bojonggede tahun 2011……….……. 71 22 Jumlah dan persentase responden menurut aspek afektif sikap

terhadap adopsi di Kecamatan Bojonggede tahun 2011……….……. 71 23 Hubungan sikap responden dengan adopsi di Kecamatan


(18)

I. PENDAHULUAN

Latar Belakang Penelitian

Dalam pidato kenegaraan tanggal 16 Agustus 2010, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menjelaskan, “jumlah penduduk Indonesia tahun 2010 mencapai 237,6 juta jiwa atau bertambah 32,5 juta jiwa sejak tahun 2000. Pertambahan penduduk sebagian besar disebabkan oleh kelahiran. Laju pertambahan penduduk Indonesia tahun 2000 – 2010 sebesar 1,48 persen per tahun, sehingga jumlah penduduk menduduki posisi keempat setelah RRC, India dan Amerika Serikat” (Kontan, 2010).

Mengingat laju pertumbuhan penduduk Indonesia cukup tinggi, yakni 2,6 juta jiwa per tahun (1,49 persen) maka Indonesia harus segera mengerem laju pertumbuhan penduduk. Tanpa Keluarga Berencana (KB), 11 tahun lagi atau pada 2020, penduduk Indonesia akan mencapai 261 juta manusia. Jika KB berhasil menekan angka laju pertumbuhan menjadi 0,5 persen per tahun, maka jumlah penduduk 2020 hanya naik menjadi sekitar 246 juta jiwa. Ini berarti KB bisa menekan angka kelahiran sebanyak 15 juta jiwa dalam 11 tahun, atau 1,3 juta jiwa dalam setahun.

Rencana induk atau grand design pembangunan kependudukan sangat diperlukan. Ada lima rencana induk pembangunan kependudukan: pertama, pengendalian kuantitas penduduk seperti pengendalian kelahiran, kematian yang ditangani Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Kedua, peningkatan kualitas penduduk yang saat ini angkatan kerja Indonesia terbanyak 53 persen lulusan SD. Melalui rencana induk, ke depan angkatan kerja minimal lulusan SMP. Ketiga, pembangunan keluarga sebagai salah satu kunci pembangunan bangsa melalui peningkatan kesejahteraan, pemberdayaan perempuan, pengetasan kemiskinan serta penguatan keluarga sebagai basis pendidikan. Keempat, data base kependudukan melalui penertiban catatan sipil seperti Kartu Tanda Penduduk (KTP). Kelima, mobilitas untuk pemerataan penduduk.

Salah satu grand design untuk menekan laju pertambahan penduduk adalah pengendalian angka kelahiran yang saat ini ditangani oleh BKKBN.


(19)

Bukan hanya angka pertumbuhan penduduk saja yang coba dikendalikan namun pembangunan keluarga yang berkualitas untuk mengentaskan kemiskinan juga menjadi komponen dalam pembangunan bangsa secara menyeluruh.

BKKBN sebagai motor penggerak Program KB di Indonesia, berupaya menekan angka kelahiran sampai 1,3 juta jiwa setahun, BKKBN menargetkan tahun ini peserta KB baru dari keluarga pra sejahtera dan keluarga sejahtera turun menjadi 12,9 juta keluarga.

Dalam upaya mewujudkan keluarga sejahtera, terdapat empat aspek yang menjadi bidang garapan pokok dalam KB sebagaimana tercantum dalam pengertian KB menurut Undang Undang Nomor 10 Tahun 1992 Bab I Pasal 1 Ayat 12, yakni Pendewasaan Usia Perkawinan, Pengaturan Kelahiran, Pembinaan Ketahanan Keluarga dan Peningkatan Kesejahteraan Keluarga. Pelaksanaan Progam KB kini tidak seperti era Orde Baru. Selain itu, BKKBN juga kekurangan petugas lapangan. Saat ini program KB didukung oleh 22.000 petugas, masih dibutuhkan 13.000 penyuluh.

Kecamatan Bojong Gede merupakan salah satu kecamatan dengan jumlah akseptor tinggi. Kecamatan yang berpenduduk cukup padat ini, terus berinovasi dengan menggalakkan program KB, termasuk menambah Kampung KB. Program Kampung KB berada di bawah koordinasi petugas KB di bawah tanggungjawab Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB) Kabupaten Bogor. Kampung KB merupakan sebuah kampung di desa yang memiliki jumlah akseptor KB tinggi dan tingkat kesadaran KB nya pun tinggi, terdapat di Desa Susukan, Desa Pabuaran, dan Desa Cimanggis. Kampung KB yang belum ada yakni di Desa Rawa Panjang, Desa Waringin Jaya, dan Desa Kedung Waringin. Badan Pemberdayaaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB) kembali menggencarkan program KB di wilayah tersebut dengan menargetkan 156.683 orang peserta baru” (Koran Bogor, 2011).

Kecamatan Bojonggede memiliki 37.569 pasangan usia subur (PUS), peserta KB baru 6.897 pasangan (18,36 persen), peserta KB aktif 24.509 pasangan (65,20 persen). Tenaga medis lima orang, perawat & bidan 10 orang. Target menuju Indonesia Sehat 2010 peserta KB aktif ditargetkan 70 persen. Untuk mencapai target tersebut telah dilakukan kegiatan-kegiatan yang mendukung salah satunya meningkatkan frekuensi penyuluhan untuk ber-KB


(20)

kepada masyarakat, penyediaan alat kontrasepsi yang cukup, Bina Keluarga Balita (BKB), Bina Keluarga Remaja (BKR), dan Bina Keluarga Lansia (BKL).

Dalam upaya mewujudkan target tersebut, BKKBN mengubah slogan “dua anak cukup” menjadi “dua anak lebih baik”. Perubahan slogan menunjukkan bahwa terdapat perubahan pendekatan komunikasi dari pendekatan yang bersifat memaksa menjadi pendekatan persuasif. Johnston (1994) mengatakan persuasi adalah proses transaksional di antara dua orang atau lebih dimana terjadi upaya merekonstruksi realitas melalui pertukaran makna simbolis yang kemudian menghasilkan perubahan kepercayaan sikap dan atau perilaku secara sukarela.

Penelitian ini hanya terbatas pada pemilihan alat kontrasepsi KB. Dalam upaya untuk merealisasikan pencapaian target, komunikasi memegang peranan sentral. Untuk mencapai komunikasi yang efektif, masyarakat perlu diajak, dibimbing, diarahkan agar menjadi masyarakat yang secara aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga dapat menjadi masyarakat yang mandiri dalam menentukan masa depannya sendiri. Namun demikian, kegiatan komunikasi tidak akan berjalan sebagaimana yang diharapkan apabila tidak terdapat interaksi dinamis dan harmonis antara masyarakat dengan sumber informasi. Interaksi yang dinamis dan harmonis akan terjadi apabila di antara masyarakat dan sumber informasi. terbangun rasa saling percaya.

Menurut Ostergaard dalam Antar Venus (2004) dalam kampanye, masyarakat diarahkan pada ranah kognitif untuk memunculkan kesadaran, menarik perhatian dan memberi informasi yang akhirnya memunculkan simpati, rasa suka kepedulian atau keberpihakan khalayak pada isu-isu yang menjadi tema kampanye. Kemampuan sumber informasi KB sebagai agen perubahan diharapkan mampu mempengaruhi sikap dan keputusan masyarakat untuk mengadopsi layanan dan alat kontrasepsi KB sebagaimana isu utama yang disampaikan dalam sosialisasi KB. Apabila sumber informasi dinilai kredibel (ahli, dipercaya, disukai) oleh masyarakat maka sumber informasi tersebut akan mudah diterima masyarakat. Rogers (2001) menyatakan bahwa perilaku merupakan suatu tindakan nyata yang dapat dilihat atau diamati. Perilaku tersebut terjadi akibat adanya proses penyampaian pengetahuan suatu stimulus sampai ada penentuan sikap untuk bertindak atau tidak bertindak, dan hal ini dapat dilihat dengan menggunakan panca indera.


(21)

Perumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan penjelasan di atas muncul beberapa pertanyaan :

1. Bagaimana penilaian masyarakat terhadap kredibilitas sumber informasi agen perubahan KB?

2. Bagaimana karakteristik individu dan akses terhadap layanan program KB terhadap kredibilitas sumber informasi ?

3. Bagaimana sikap masyarakat terhadap program KB ?

4. Bagaimana keputusan masyarakat untuk mengadopsi layanan dan alat kontrasepsi KB?

5. Bagaimana hubungan penilaian masyarakat terhadap kredibilitas sumber informasi sebagai agen perubahan KB dengan sikap dan keputusan untuk mengadopsi layanan dan alat kontrasepsi KB?

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui penilaian masyarakat terhadap kredibilitas sumber informasi sebagai agen perubahan untuk menyebarluaskan KB.

2. Mengetahui sikap masyarakat terhadap program KB.

3. Menganalisis keputusan masyarakat untuk mengadopsi layanan dan alat kontrasepsi KB.

4.

Menganalisis hubungan faktor penilaian masyarakat terhadap kredibilitas sumber informasi sebagai agen perubahan KB dengan sikap dan keputusan masyarakat untuk mengadopsi layanan dan alat kontrasepsi KB.


(22)

Kegunaan Penelitian

1. Secara akademis, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi dan gambaran tentang peran sumber informasi dalam proses pengambilan sikap dan keputusan dalam kegiatan komunikasi

2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukkan bagi BKKBN dalam upaya untuk mengevaluasi penggunaan sumber informasi dalam menyebarluaskan gagasan tentang program KB. Bagi masyarakat pembaca, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai sumber pengetahuan dan acuan dalam melakukan aktivitas komunikasi.

3. Bagi petugas kesehatan dan petugas lapangan keluarga berencana, hasil evaluasi diharapkan dapat dijadikan acuan dalam berkomunikasi sehingga dapat mempengaruhi sikap dan keputusan pasangan usia subur untuk mengadopsi KB.


(23)

(24)

II. TINJAUAN PUSTAKA

Proses Pengambilan Keputusan

Proses pengambilan keputusan merupakan efek atau konsekuensi dari kegiatan komunikasi. Komunikasi secara umum adalah suatu proses penyampaian pesan dari sumber kepada penerima Berlo (1960) menyebutnya dengan model linear atau searah. Dalam model linear, komunikasi dikatakan efektif, jika penerima mampu menerima pesan sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh sumber. Model komunikasi linear masih dianggap relevan, namun seringkali berujung dengan ketidakpuasan dan ketimpangan. Model komunikasi linear disebut juga dengan model SMCRE (source, message, channel, receiver dan effect). DeVito (1997) tidak sependapat dengan model tersebut. Ia menambahkan elemen gangguan (noise) pada pesan, konteks tertentu, serta umpan balik. Dengan demikian, proses komunikasi tidak lagi linear, tetapi berkesinambungan.

Teori difusi inovasi sebagaimana dikemukakan Rogers (2003) seperti terlihat dalam model lima tahap proses pengambilan keputusan merupakan salah satu teori yang menggambarkan proses komunikasi yang berkesinambungan. Rogers menjelaskan tahapan yang terjadi dalam sebuah proses penyebarluasan gagasan atau ide baru terdiri atas: pengetahuan, persuasi, keputusan, implementasi dan konfirmasi sebagaimana tampak pada Gambar 1.

Gambar 1. Model Lima Tahap Proses Pengambilan Keputusan (Rogers, 2003)

PRIOR CONDITIONS 1. Previous practice 2. Felt needs/problems 3. Innovativeness 4. Norms of the social systems

Characteristics of the Decision-Making Unit 1. Socioeconomic

characteristics 2. Personality variables 3. Communication

behavior

Perceived Characteristics of the Innovation 1. Relative advantage 2. Compatibility 3. Complexity 4. Trialability 5. Observability 1. Adoption 2. Rejection Continued Later Adoption Discontinueance Continued COMMUNICATION CHANNELS V. CONFIRMATION IV. IMPLEMENTATION III. DECISION II. PERSUASION I. KNOWLEDGE


(25)

Rogers mengingatkan bahwa istilah tahapan dapat berguna sebagai alat untuk menyederhanakan realitas yang kompleks, sehingga memudahkan pemahaman mengenai perubahan perilaku manusia, khususnya dalam memperkenalkan inovasi. Selain memperlihatkan tahapan, model di atas juga mengindikasikan suatu tingkatan efek. Gagasan dasar hirarki efek komunikasi adalah bahwa seorang individu biasanya harus melalui perubahan pengetahuan hingga perubahan perilaku yang terbuka dalam rangkaian tahapan kumulatif yang umumnya sejajar dengan tahapan dalam proses keputusan-inovasi.

Rogers menjelaskan bahwa tingkat pertama yang terjadi dalam proses penyebarluasan gagasan adalah pengetahuan. Pada tingkatan ini, terjadi proses (1) mengingat informasi, (2) memahami pesan, dan (3) pengetahuan atau ketrampilan mengadopsi inovasi secara efektif. Setelah pengetahuan, tahapan dilanjutkan dengan tahap persuasi. Menurut Rogers persuasi terjadi ketika individu atau unit pengambil keputusan membentuk sikap setuju atau tidak setuju terhadap inovasi. Pada tingkatan ini terjadi proses (1) menyukai inovasi, (2) membahas perilaku baru dengan orang lain, (3) menerima pesan mengenai inovasi, (4) membentuk citra positif mengenai pesan dan inovasi, dan (5) dukungan bagi perilaku inovatif dari sistem.

Keputusan untuk mengadopsi inovasi merupakan tahap ketiga yang terjadi setelah melewati tahap persuasi. Keputusan terjadi ketika individu terlibat secara aktif untuk memilih mengadopsi atau menolak mengadopsi inovasi . Pada tingkatan ini muncul (1) niat mencari informasi tambahan tentang inovasi dan (2) niat untuk mencoba inovasi.

Menurut Rogers, proses keputusan untuk mengadopsi inovasi merupakan proses mental dimana individu melangkah dari pengetahuan awal mengenai inovasi menuju suatu keputusan untuk mengadopsi atau menolak dan untuk mengkonfirmasi atas keputusan yang diambilnya. Proses ini bersifat individual, sehingga berbeda dengan difusi. Difusi merupakan proses dimana inovasi dikomunikasikan kepada para anggota sistem sosial.

Pada tiap tahap atau tingkatan perubahan terjadi interaksi dengan saluran komunikasi, yang berarti juga interaksi dengan sumber-sumber (komunikator) yang beragam. Dalam penelitian ini, sumber difokuskan pada individu perorangan. Selain itu, penelitian ini juga membatasi interaksi pada tahap perubahan sikap dan keputusan.


(26)

Model difusi-inovasi dalam penelitian ini menjadi rujukan dalam membangun proposisi hirarki efek dari penyampaian pesan oleh tipe komunikator yang berbeda-beda. Jika dikembalikan pada model SMCRE, maka model difusi inovasi memberikan rincian tentang efek proses komunikasi.

Sikap

Sikap merupakan kecendrungan individu untuk merespons dengan cara yang khusus terhadap stimulus yang ada dalam lingkungan sosial. Sikap merupakan suatu kecendrungan untuk mendekat atau menghindar, positif atau negatif terhadap berbagai keadaan sosial, apakah itu institusi, pribadi, situasi, ide, konsep dan sebagainya (Gerungan 2004). Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo 1992).

Komponen-komponen sikap

1) Kognitif. Komponen kognitif merupakan aspek sikap yang berkenaan dengan penilaian individu terhadap objek atau subjek. Informasi yang masuk ke dalam otak manusia, melalui proses analisis, sintesis dan evaluasi akan menghasilkan nilai baru yang akan diakomodasikan atau diasimilasikan dengan pengetahuan yang telah ada didalam otak manusia.

2) Afektif, yaitu nilai-nilai baru yang diyakini benar, indah dan sebagainya pada akhirnya akan mempengaruhi emosi atau komponen afektif dari sikap individu. Oleh karena itu, komponen afektif dapat dikatakan sebagi perasaan (emosi) individu terhadap objek atau subjek, yang sejalan dengan hasil penilaiannya.

3) Perilaku. Komponen perilaku merupakan sikap yang terbentuk dari tingkah laku seseorang dan perilakunya. Komponen kognitif, afektif dan kecenderungan bertindak merupakan suatu kesatuan sistem, sehingga tidak dapat dilepas satu dengan yang lainnya. Ketiga komponen tersebut secara bersama-sama membentuk sikap pribadi.

Komponen sikap berdasarkan teori di atas meliputi kognitif, afektif dan konatif tetapi dalam penelitian ini yang akan diteliti hanya dari dimensi kognitif dan afektif.


(27)

pokok, yaitu:

1) Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek 2) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. 3) Kecendrungan untuk bertindak.

Ketiga komponen itu secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Sikap dapat pula diklasifikasikan menjadi sikap individu dan sikap sosial (Gerungan 2004):

1) Sikap individu, yaitu sikap yang dimiliki dan dinyatakan oleh seseorang. Sikap seseorang pada akhirnya dapat membentuk sikap sosial, manakala ada keseragaman sikap terhadap suatu objek.

2) Sikap sosial, sikap sosial dinyatakan oleh cara-cara kegiatan yang sama dan berulang-ulang terhadap objek sosial dan biasanya dinyatakan oleh sekelompok orang atau masyarakat.

Sejalan dengan pengertian sikap yang dijelaskan di atas, dapat dipahami bahwa:

1) Sikap ditumbuhkan dan dipelajari sepanjang perkembangan orang yang bersangkutan dalam kaitannya dengan objek tertentu.

2) Sikap merupakan hasil belajar manusia, sehingga sikap dapat ditumbuhkan dan dikembangkan melalui proses belajar.

3) Sikap selalu berhubungan dengan satu objek, sehingga berdiri sendiri.

4) Sikap dapat berhubungan dengan satu objek, tetapi dapat pula berhubungan dengan sederet objek sejenis.

5) Sikap memiliki hubungan dengan aspek motivasi dan perasaan atau emosi. Notoatmodjo (2003) membagi tingkatan sikap menjadi empat bagian utama, yaitu:

1) Menerima (receiving), menerima diartikan sebagai kesediaan untuk menerima perkataan orang lain.

2) Merespon (responding), merespon menunjukkan partisipasi aktif dengan mendengarkan dan memberi reaksi secara verbal maupun non verbal serta merasakan kepuasan dalam merespon.

3) Menghargai (valuing), Menghargai berarti memberikan penghargaan pada suatu objek atau tingkah laku dimana seseorang termotivasi untuk menunjukkan sikapnya.


(28)

4) Bertanggung jawab (responsible), tanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.

Menurut Azwar (2005) pembentukan sikap dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

1) Pengalaman pribadi.

Pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat, karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.

2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting.

Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu di antara komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap. Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut. 3) Pengaruh kebudayaan

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap serta memiliki pola sikap dan perilaku tertentu dikarenakan mendapat reinforcement (penguatan, ganjaran) dari masyarakat untuk sikap dan perilaku tersebut, bukan untuk sikap dan perilaku lain.

4) Media massa.

Pengaruh media massa tidaklah sebesar pengaruh interaksi individual secara langsung.

5) Lembaga pendidikan dan lembaga agama.

Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Konsep moral dan ajaran agama sangat menentukan sistem kepercayaan maka tidak mengherankan jika konsep tersebut berperan dalam menentukan sikap individu terhadap sesuatu hal.

6) Pengaruh faktor emosional, merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai penyaluran frustasi atau mempertahankan


(29)

ego.

Peranan Sumber Informasi dalam Membentuk Sikap dan Keputusan

Sebagaimana terlihat dalam model Difusi Inovasi yang telah digambarkan sebelumnya, bahwa sumber-sumber informasi berperan penting dalam setiap tahap dalam proses penyebarluasan inovasi. Saluran komunikasi yang berbeda memainkan peran yang berbeda yang mengakibatkan efek yang berbeda.

Rogers membedakan saluran komunikasi ke dalam (1) interpersonal versusmass media dan (2) localite versus cosmopolite. Saluran komunikasi ini memiliki peran yang berbeda dalam menciptakan pengetahuan dan mempersuasi individu dalam mengubah sikap terhadap inovasi. Menurut Rogers (2003) saluran komunikasi interpersonal dinilai efektif dalam mengubah sikap karena dua alasan yaitu:

1) provide a two way exchange of information. one individual can scure clarification or additional information about an innovation from another individual this characteristic of interpersonal networks often allow them to overcome the social psychological barriers of selective exposure, selective perception, and selective retention

2) persuade an individual to form or to change a strongly held attitude. this role of interpersonal channels is especially important in persuading an individual to adopt a new idea

Saluran komunikasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah saluran komunikasi interpersonal. Proses difusi inovasi dikenal dengan agent of change (agen pembaharu atau opinion leader). Agen pembaharu adalah orang yang aktif berusaha menyebarkan inovasi ke dalam suatu sistem sosial. Agen pembaharu adalah petugas kesehatan, guru, petugas lapangan, pekerja sosial, juru da'wah, missionaris, penjaja dagang, kader partai di lingkungan, juru penerang, konsultan asing, atau siapa saja yang berusaha menawarkan gagasan-gagasan baru, barang-barang baru, dan tindakan-tindakan baru (inovasi) kepada anggota masyarakat dan berusaha agar orang-orang itu mengadopsi inovasi yang ditawarkan. Agen pembaharu adalah orang yang mempengaruhi putusan inovasi dalam sistem sosial menurut arah yang diinginkan oleh lembaga pembaharu.


(30)

Fungsi utama agen pembaharu adalah menjadi mata rantai penghubung antara dua sistem sosial atau lebih. Agen pembaharu adalah Petugas Kesehatan dan Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) sebagai mata rantai yang menghubungkan masyarakat dengan puskesmas sebagai lembaga pembaharuan.

Menurut Schiffman dan Kanuk (2004) kepemimpinan pendapat atau agen perubahan merupakan kekuatan konsumen yang sangat dinamis dan berpengaruh. Sebagai sumber informasi informal, para pemimpin pendapat dinilai sangat efektif mempengaruhi para konsumen dalam keputusan mereka yang berhubungan dengan produk. Para pemimpin pendapat merupakan sumber informasi yang sangat dipercaya karena biasanya dianggap obyektif memberikan informasi atau nasihat yang menyangkut produk atau jasa yang mereka berikan.

Gambar 2. Tingkat kepentingan relatif berbagai tipe sumber informasi dalam proses pemakaian (Schiffman & Kanuk, 2004)

Sumber Personal dan Interpersonal

Sumber Mass Media Impersonal Tinggi

Tingkat Kepentingan

Rendah


(31)

Tugas-Tugas Agen Pembaharu (Sumber Informasi KB)

Menurut Rogers ada tujuh tugas utama yang harus ditempuh oleh seorang agen pembaharu (Sumber Informasi KB) dalam menyebarkan inovasi kepada masyarakat yaitu:

1) menumbuhkan keinginan masyarakat untuk melakukan perubahan 2) membina suatu hubungan dalam rangka perubahan.

3) mendiagnosa permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat 4) menciptakan keinginan perubahan di kalangan klien.

5) menerjemahkan keinginan perubahan tersebut menjadi tindakan yang nyata

6) menjaga kestabilan perubahan dan mencegah terjadinya drop out 7) mencapai suatu terminal hubungan.

Tahap awal yang harus dilakukan oleh agen perubahan (petugas kesehatan dan PLKB) dalam upaya untuk mendorong khalayak mengadopsi program KB, petugas KB harus berusaha membangkitkan keinginan di anggota sistem sosial untuk melakukan perubahan dalam kehidupan mereka. Perubahan yang dimaksud terutama berkaitan dengan sikap dan keputusan target khalayak untuk mengadopsi program KB. Untuk itu, Petugas KB perlu membina hubungan baik, melakukan kontak, menumbuhkan sikap saling percaya mempercayai dan mampu berempati. Empati adalah kemampuan petugas KB untuk menempatkan diri pada situasi kliennya, kemampuan untuk memahami dan menghayati sikap, kepercayaan, perasaan dan tindakan kliennya (Soekidjo 1992).

Dalam proses adopsi, Petugas KB harus diterima oleh anggota sistem sosial. Tanpa penerimaan yang baik, inovasi sulit diadopsi oleh anggota sistem sosial. Langkah selanjutnya adalah petugas KB melakukan diagnosa atas permasalahan yang dihadapai dan mampu menterjemahkan keinginan atau kepentingan target sasaran. Petugas kesehatan harus selalu berupaya membentuk pendapat yang positif pada diri sasarannya (pasangan usia subur, ibu-ibu balita), yaitu dengan memberikan rangsangan atau stimulus. Mendorong pasangan usia subur, ibu-ibu pemilik balita untuk ikut serta dalam program KB. Keikutsertaan masyarakat akan merangsang terjadinya


(32)

perubahan sikap. Bila perubahan sikap telah terjadi, maka pembinaan perlu dilakukan agar masyarakat memutuskan untuk mengadopsi program KB.

Kebanyakan agen perubahan berkonsentrasi pada penciptaan kesadaran akan pengetahuan, yang sebenarnya lebih efisien jika dilakukan oleh media massa. Peran agen perubahan lebih dituntut untuk menjelaskan how-to knowledge sedangkan principles-knowledge diserahkan pada pendidikan formal. Jika hal terakhir itu diserahkan pada agen perubahan, maka tugasnya makin sulit. Karena itu, dibutuhkan agen perubahan yang dipandang ahli dan dapat dipercaya oleh khalayaknya.

Agen perubahan sebagai sumber informasi berperan penting dalam proses pembentukan sikap dan keputusan target sasaran untuk mengadopsi inovasi (ide, gagasan) . Rakhmat (2001) menjelaskan bahwa ketika komunikator berkomunikasi, yang berpengaruh bukan saja apa yang dikatakan, tetapi juga keadaan sendiri. He doesn't communicate what he says, he communicates what he is. la tidak dapat menyuruh pendengar hanya memperhatikan apa yang ia katakan. Pendengar juga akan memperhatikan siapa yang mengatakan. Kadang-kadang siapa lebih penting dari apa. Fatwa keagamaan dari seorang Kiai, petunjuk kesehatan dari seorang dokter, penjelasan perkembangan mode dari seorang perancang, atau uraian teknik belajar dari seorang psikolog akan lebih kita dengar daripada yang dikemukakan oleh orang lain. Sebaliknya, kita sukar mempercayai petunjuk bertani dari diplomat, bimbingan penggunaan alat-alat kosmetik dari ahli matematika, atau cara-cara berumah tangga dari seorang bujangan.

Rakhmat (2001) mengutip Aristoteles:

Persuasi tercapai karena karakteristik personal pembicara, yang ketika ia menyampaikan pembicaraannya, kita menganggapnya dapat dipercaya. Kita lebih penuh dan lebih cepat percaya pada orang-orang baik daripada orang lain: Ini berlaku umumnya pada masalah apa saja dan secara mutlak berlaku ketika tidak mungkin ada kepastian dan pendapat terbagi.

Aristoteles menyebut karakter komunikator ini sebagai ethos. Ethos terdiri diri dari pikiran baik, akhlak yang baik, dan maksud yang baik (good sense, good moral character, good will). Pendapat Aristoteles ini diuji secara ilmiah 2300 tahun kemudian oleh Hovland dan Weiss (1951). Hovland dan Weiss menyebut ethos ini credibility yang terdiri dari dua unsur: Expertise (keahlian) dan trustworthiness (dapat dipercaya). Kedua komponen ini telah disebut dengan


(33)

istilah-istilah lain oleh ahli komunikasi yang berbeda. Untuk expertness, Mc Croskey (1968) menyebutnya authoritativeness; Markham (1968) menamainya faktor reliable-logical; Berlo et al., (1969) menggunakan qualification. Untuk trusworthinees, peneliti lain menggunakan istilah safety, character, atau evaluative factor. Dalam penelitian ini tidak akan dipersoalkan mana istilah yang benar, tapi yang akan digunakan di sini adalah istilah kredibilitas, sebagai faktor yang mempengaruhi efektivitas sumber.

Unsur lainnya yang juga mempengaruhi efektivitas sumber adalah: atraksi komunikator (source attractiveness) dan kekuasaan (source power). Seluruhnya kredibilitas, atraksi dan kekuasaan oleh Jalaludin Rakhmat disebut sebagai ethos (sebagai penghormatan pada Aristoteles, psikolog komunikasi yang pertama). Ethos adalah nilai diri seseorang yang merupakan paduan dan aspek kognisi, afeksi, dan konasi. Seorang komunikator yang memiliki ethos tinggi, dicirikan oleh kesiapan, kesungguhan, ketulusan, kepercayaan, ketenangan, keramahan, dan kesederhanaan. Jika komunikasi persuasif ingin berhasil seorang komunikator harus memiliki sikap reseptif, selektif, digestif, asimilatif, dan transitif.

Kredibilitas adalah seperangkat persepsi komunikate tentang sifat-sifat komunikator. Kredibilitas itu masalah persepsi, kredibilitas berubah bergantung pada pelaku persepsi (komunikate), topik yang dibahas, dan situasi. (Rakhmat 2001). Kredibilitas tidak ada pada diri komunikator, tetapi terletak pada persepsi komunikate. Dapat terjadi atau dijadikan. Sebagai contoh: Kita dapat menghadirkan "the man-on-the-street" di ruangan kuliah dan mengumumkan pada mahasiswa bahwa orang itu adalah doktor dalam sosiologi. Pembentukan persepsi orang lain dengan deskripsi verbal. Tentu saja dapat menurunkan kredibilitas komunikator dengan memberinya pakaian-pakaian yang lusuh atau menyuruhnya berperilaku yang menyebalkan. Pemanipulasian persepsi orang lain dengan petunjuk nonverbal. (Rakhmat 2005).

Hal-hal yang mempengaruhi persepsi komunikate tentang komunikator sebelum ia melakukan komunikasi disebut prior ethos (Andersen 1972). Sumber komunikasi memperoleh prior ethos karena berbagai hal membentuk gambaran tentang diri komunikator dari pengalaman langsung dengan komunikator itu atau dari pengalaman wakilan (vicarious experiences); misalnya, karena sudah lama bergaul dengan dia dan sudah mengenal integritas kepribadiannya atau karena


(34)

sudah sering melihat atau mendengarnya dalam media massa. Boleh jadi membentuk prior ethos komunikator dengan menghubungkannya pada kelompok rujukan orang itu; kita meletakkannya dalam kategori pada skema kognitif, misalnya melalui gelar-gelar (seperti, haji, ustad, doktor, dokter, artis) yang melahirkan persepsi tentang kelompok yang mendalami bidang tertentu. Mungkin juga prior ethos terbentuk karena sponsor atau pihak-pihak yang mendukung komunikator. Bila organisasi yang berstatus tinggi memperkenalkan kepada orang banyak, bila ahli yang terkenal membawa Anda pada suatu pertemuan, memiliki prior ethos karena sponsor (by sponsorship and endorsement). Boleh jadi prior ethos juga timbul seperti dikatakan di atas oleh petunjuk-petunjuk nonverbal yang ada pada diri komunikator. Kebanyakan penelitian kredibilitas berkenaan dengan prior ethos.

Menurut Rubin, et al., (1994) source credibility (SC/ kredibilitas sumber) mengacu pada kedapatdipercayaan (believability) sumber informasi. Selanjutnya, Berlo, et al., (1974) berpendapat bahwa kredibilitas sumber ethos, prestige, or image mulanya dipandang sebagai sikap dimensi penerima mengenai sumber. Namun, pandangan ini berubah pada pertengahan 1960-an ketika dua bidang riset mulai memperkenalkannya sebagai sikap yang multidimensional. Pertama, Berlo et al., (1974) yang menawarkan dua dimensi kredibilitas: persepsi mengenai keahlian (Perceived Expertness) dan persepsi mengenai kepercayaan (Perceived Trustworthiness).

Trustworthiness atau dapat dipercaya adalah kesan penerima (persuade) tentang sumber komunikasi persuasif (persuader) yang berkaitan dengan wataknya, seperti kejujuran, ketulusan, kebermoralan, bersifat adil, bersikap sopan, berperilaku etis atau sebaliknya. Berkaitan dengan aspek kepercayaan ini, sebuah pertanyaan yang perlu dipertimbangkan adalah apakah penerima percaya bahwa posisi persuader itu benar-benar murni sebagai pembicara, tidak bertujuan lain, seperti untuk mendapatkan popularitas, untuk memperoleh suara terbanyak atau untuk sejumlah uang. Dalam hal ini, Mar'at (1982) menjelaskan bahwa agar mendapatkan kepercayaan maka persuader dalam menyampaikan pesannya harus mampu mengolah pesannya agar tampak bahwa pesan itu tidak menguntungkan bagi dirinya. Berkaitan dengan hal tersebut, penelitian Walster dan Davis (1966) membuktikan hal tersebut. Yang diteliti mereka adalah efek


(35)

komunikasi seorang pelaku kriminal yang mengusulkan untuk memberi lebih banyak kebebasan terhadap individu dan menentang polisi, apa yang dia sampaikan ternyata tidak memberikan perubahan (sikap pendapat dan perilaku) objek penelitian. Sebaliknya manakala pelaku kriminal itu mengusulkan agar kekuasan polisi ditambah, justru hal itu menyebabkan perubahan yang cukup besar.

Persuader yang berprestasi rendah serta diragukan integritasnya dapat memberikan pengaruh yang cukup besar jika ia berbicara tentang aspek-aspek yang kelihatannya tidak menguntungkan dirinya, apalagi jika hal itu merugikan dirinya. Kondisi yang sama dapat terjadi apabila penerima (persuade) mengira bahwa komunikasi yang terjadi tersebut tidak seharusnya dilakukan dan bukan ditujukan pada dirinya (Mar’at 1982). Orang cenderung akan lebih mudah terpengaruh apabila mereka “secara tidak sengaja” mendengar komunikasi persuasif, daripada apabila komunikasi itu secara langsung ditujukan pada dirinya (Walster dan Festinger, 1962; Brock dan Becher, 1965 dalam Mar'at 1982).

Persepsi terhadap “tujuan untuk mempengaruhi” merupakan aspek yang menentukan untuk diterima dan atau ditolaknya komunikasi persuasif. Jika penerima (persuade) menganggap sumber (persuader) sedang berusaha untuk mengubah dirinya (sikap, pendapat dan perilaku) maka mungkin ia akan curiga, dan hal itu dapat mengurangi perubahan tersebut. Namun demikian, hal ini bukan berarti setiap persuader selalu akan dicurigai. Manakala persuader merupakan orang yang berkredibilitas tinggi, dan atau disenangi penerima maka pesan-pesan yang disampaikan persuader akan diterima persuade dengan senang hati, dan ia rela mengubah dirinya, sesuai dengan yang dikehendaki persuader. Oleh karena itu, dalam kondisi demikian aspek kejelasan pesan sangat diperlukan.

Skala orisinil McCroskey (1966) telah digunakan untuk mengkonfirmasi bahwa kredibilitas pembicara secara aktual dipersepsi sebagai kredibilitas tinggi dan kredibilitas rendah. (Carbone, 1975 Mehrley & McCroskey 1970); untuk menilai kredibilitas para saksi persidangan/trial witnesses (Kaminski & Miller, 1984 Pryor & Buchanan 1984) dan superiors langsung dalam organisasi (Falcione 1974).


(36)

Kredibilitas pembicara (McCroskey, 1968 Riggio, 1972) memiliki 3 aspek utama kompetensi mengacu kepada pengetahuan dan kepakaran yang menurut khalayak dimiliki pembicara. Karakter mengacu pada itikad dan perhatian pembicara kepada khalayak. Karisma mengacu pada kepribadian dan kedinamisan. Skala penilaian untuk mengevaluasi kredibilitas pembicara yakni kompetensi : knowledgeable, experienced, confident, informed. Karakter meliputi: fair, concerned, consistent, similar. Karisma meliputi : positive, assertive, enthusiastic, active.

Kredibilitas adalah persepsi persuadee tentang diri persuader yang berkaitan dengan tingkat keahlian, dapat dipercaya, kompetensi, dinamisme, sosiabilitas, dan karismatik. Secara garis besar, komponen kredibilitas terdiri atas keahlian dan dapat dipercaya. Namun demikian ada beberapa komponen lain yang masih terkait, yakni rasa aman, kualifikasi, dinamisme, dan sosiabilitas.

Keahlian merupakan kesan yang dibentuk persuadee tentang sumber komunikasi persuasif berkaitan dengan topik yang dibicarakan. Dapat dipercaya adalah kesan yang dibentuk persuadee tentang sumber komunikasi persuasif berkaitan dengan wataknya, seperti kejujuran, ketulusan, kebermoralan, bersifat adil, bersikap sopan, berperilaku etis, atau sebaliknya.

Untuk memprediksi penilaian persuadee terhadap tingkat dapat dipercaya si persuader, dapat dilakukan dengan analisis atribusional, yakni penilaian yang didasarkan pada pertalian dengan alasan pernyataan persuader. Dalam analisis atribusional terdapat tiga pertalian, yakni, apa yang dikemukakan merefleksikan kebenaran, bias pengetahuan, dan bias pernyataan.

Kredibilitas sumber komunikasi persuasif dapat diukur dengan mengembangkan konstruk semantic differential (perbedaan semantik). Sifat bipolar dalam semantic differential mencakup tiga sifat, yakni evaluasi, potensi, dan kegiatan.

Pengaruh kredibilitas sumber pada penerima, dalam jangka waktu yang lama akan memudar. Keadaan demikian disebut dengan sleeper effect. Saluran komunikasi yang dirancang dengan baik dan disajikan dengan tepat, ternyata dapat meningkatkan kredibilitas sumber.

Faktor-faktor vokalik, seperti nilai pembicaraan, variasi titinada, kualitas vokal, dan artikulasi dapat berpengaruh terhadap kredibilitas sumber. Hal ini akan dilihat dari nonfluencies yang terdiri atas vocalized pause, repetition,


(37)

sentence corrections, stuttering, dan slip-tongue correction. Self reference dan prestige reference merupakan dua aspek yang berkaitan dengan artistic proof. Kedua aspek tersebut sangat penting untuk meningkatkan kredibilitas.

Penerima/Receiver

DeFleur (1989) memodifikasi teori respons dengan teorinya yang dikenal sebagai perbedaan individu dalam komunikasi (individual differences). Diasumsikan, bahwa pesan-pesan media berisi stimulus tertentu berinteraksi secara berbeda-beda dengan karakteristik pribadi dari para anggota audiens. Teori DeFleur secara eksplisit mengakui adanya intervensi peubah-peubah psikologis yang berinteraksi dengan terpaan media massa dalam menghasilkan efek. Berangkat dari teori perbedaan individu, DeFleur (1989) mengembangkan model psikodinamik yang didasarkan pada keyakinan bahwa kunci dari persuasi yang efektif terletak pada modifikasi struktur psikologis internal dan individu. Melalui modifikasi inilah respons tertentu yang diharapkan muncul dalam perilaku individu akan tercapai. Pandangan Defleur fokus pada peubah-peubah yang berhubungan dengan individu sebagai penerima pesan, suatu kelanjutan dari asumsi sebab akibat dan berdasarkan pada perubahan sikap sebagai ukuran perubahan perilaku.

Menurut Nelly (1988) karakteristik personal adalah ciri-ciri atau sifat-sifat yang dimiliki oleh seseorang (individu) atau masyarakat, yang ditampilkan melalui pola pikir, pola sikap dan pola tindak terhadap lingkungannya. Ia sering kali digunakan untuk membedakan seseorang atau suatu kelompok masyarakat dengan yang lainnya.

McQuail dan Windahl (1981) menyatakan bahwa orang berbeda akan memberikan respons yang berlainan, karena individu-individu memiliki tingkat predisposisi motivasional yang berbeda dalam memberikan respon. Umur, jenis kelamin, pendapatan, pekerjaan, pendidikan, suku dan agama diasumsikan turut menentukan seleksivitas seseorang individu terhadap komunikasi. Setiawan (2006) menyatakan bahwa karakteristik personal yang meliputi umur, pendidikan, gender, kesehatan, suku, agama dan faktor komunitas, serta karakteristik sumber informasi sangat mempengaruhi kemampuan seseorang atau masyarakat dalam menerima dan menerapkan suatu informasi atau inovasi.


(38)

Lionberger dan Gwin (1982) menyatakan bahwa karakteristik personal yang perlu diperhatikan adalah umur, pendidikan dan karakteristik psikologis. Termasuk karakteristik psikologis adalah rasionalitas, fleksibilitas mental, dogmatism, orientasi usaha dan kemudahan menerima inovasi. Lebih jelas Lionberger dan Gwin (1982) menyatakan bahwa pendidikan, tempat tinggal, kedudukan atau status sosial, kemampuan manajemen, kesehatan, umur dan sikap mempengaruhi penerimaan individu atas suatu perubahan. Sedangkan menurut Sumardjo (1999) karakteristik personal yang patut diperhatikan adalah umur, pendidikan, pengalaman, kekosmopolitan, keterampilan, persepsi, gender, motivasi, kesehatan dan fasilitas informasi. Banyak penelitian lain membuktikan bahwa beberapa karakteristik personal (tingkat pendidikan) sangat mempengaruhi tingkat pemahaman, perubahan sikap dan perubahan perilaku sumber informasi terhadap informasi-informasi yang diperoleh, baik secara langsung maupun melalui media massa.

McLeod dan O’Keefe (1972) menyatakan bahwa peubah demografi seperti jenis kelamin, umur dan status sosial merupakan indikator yang digunakan untuk menerangkan perilaku seseorang.

Menurut Kotler (1980) dan Anwar (1982) karakteristik personal meliputi juga pendidikan formal, sikap terhadap inovasi, agama, ras, status sosial dan kebangsaan. Susanto (1997) menegaskan bahwa perilaku komunikasi seseorang sangat dipengaruhi oleh karakteristik yang dimilikinya. (Schramm,1973). Lerner (1978) mengungkapkan bahwa kedudukan seseorang dalam lapisan atau struktur sosial juga mempengaruhi perilaku komunikasinya. Karakteristik personal juga mempengaruhi penggunaan saluran komunikasi yang dipilih sebagai sumber informasi.

Selanjutnya Rogers (2003) mengungkapkan bahwa karakteristik personal turut mempengaruhi persepsi orang tersebut dan persepsi akan mempengaruhi perilakunya. Rakhmat (2005) menegaskan bahwa seseorang akan mendengar, membaca apa yang diinginkannya dan menolak apa yang tidak dikehendakinya sesuai dengan persepsinya.

Menurut Slamet (1981) tumbuh dan berkembangnya partisipasi seseorang dalam suatu aktivitas sangat dipengaruhi oleh tiga unsur pokok, yaitu: (1) adanya kesempatan yang diberikan, (2) adanya kemauan untuk


(39)

berpartisipasi, (3) adanya kemampuan untuk berpatisipasi. Partisipasi hakekatnya merupakan bentuk keterlibatan aktif dan sukarela, baik karena motivasi instrinsik maupun motivasi ekstrinsik dalam keseluruhan proses kegiatan yang bersangkutan, yang mencakup pengambilan keputusan dalam perencanaan, pelaksanaan, pengendalian (pemantauan, evaluasi dan pengawasan) serta pemanfaatan hasil-hasil kegiatan yang dicapai.

Secara umum, karakteristik personal seseorang mempengaruhi keberhasilan dari kegiatan komunikasi. Keberagaman karakteristik-karakteristik personal sebagai fakta yang mempengaruhi tingkat efektivitas individu sebagai pribadi maupun sebagai mahluk sosial, jelas tidak dapat dipisahkan dari faktor eksternalnya.


(40)

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

Kerangka Pemikiran

Sumber-sumber informasi berperan penting dalam setiap tahap dalam proses penyebarluasan inovasi. Dalam proses komunikasi, saluran komunikasi yang berbeda memainkan peran yang berbeda yang mengakibatkan efek yang berbeda baik melalui saluran komunikasi interpersonal maupun melalui komunikasi massa.

Menurut Rogers (2003) saluran komunikasi interpersonal dinilai efektif dalam mengubah sikap. Rogers melalui model proses innovation-decision, menyebutkan lima tahap yang harus dilalui dalam proses adopsi yaitu, pengetahuan, persuasi, keputusan, implementasi dan konfirmasi

Karakteristik personal, kredibilitas sumber informasi serta keberhasilan komunikator dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat memiliki peranan penting dalam proses pembentukan sikap. Rubin et al., (1994) berpendapat bahwa kredibilitas sumber ethos, prestige, or image mulanya dipandang sebagai sikap satu dimensi penerima mengenai sumber. Berlo et al., (1969) menawarkan dua dimensi kredibilitas yaitu diperhatikan karena keahliannya (Perceived Expertness) dan diperhatikan karena kepercayaan (Perceived Trustworthiness). McCroskey (1968) mengungkapkan kredibilitas pembicara meliputi kompetensi : knowledgeable, experienced, confident, informed, dan karakter meliputi : fair, concerned, consistent, similar.

Menurut Schiffman dan Kanuk (2004) kepemimpinan pendapat atau agen perubahan merupakan kekuatan konsumen yang sangat dinamis dan berpengaruh. Sebagai sumber informasi informal, para pemimpin pendapat dinilai sangat efektif mempengaruhi para konsumen dalam keputusan mereka yang berhubungan dengan produk. Dengan demikian, kemampuan PLKB sebagai sumber informasi KB menyampaikan informasi tentang KB dan alat KB termasuk kelebihan dan kekurangan masing-masing alat KB akan mempengaruhi keyakinan masyarakat akan alat KB yang akan digunakan

Sikap merupakan kecenderungan individu untuk merespon secara khusus terhadap stimulus yang ada dalam lingkungan sosial. Sikap dalam hal ini dilihat dalam aspek kognitif yang berhubungan dengan program KB, tujuan KB, alat


(41)

kontrasepsi dan keuntungan KB. Aspek afektif berhubungan dengan keyakinan tentang keuntungan mengikuti program KB, keserasian dengan pandangan hidup, kesederhanaan prosedur, dan dapat dilihat kebehasilannya. Sikap masyarakat usia subur dapat mempengaruhi keputusan untuk mengadopsi program keluarga berencana.

Gambaran kerangka berfikir seperti pada Gambar 3.

Gambar 3. Kerangka pemikiran penelitian

X 1: Karakteristik Individu X1.1.. JenisKelamin X1.2.. Umur X1.3. Tingkat Pendidikan X1.4. Pekerjaan X1.5. Jumlah Anak

X 2: Akses terhadap Layanan KB

X3 : Kredibilitas Sumber informasi

X3.1. Expertise (keahlian) X3.2. Daya Tarik

X3.3. Trustworthiness (dapat dipercaya) X3.4. Empati Y1. Sikap terhadap Program KB Y1.1. Kognitif

• Program KB

• Tujuan KB

• Alat kontrasepsi

• Keuntungan KB

Y1.2. Afektif

• Keuntungan KB

• Keserasian

• Sederhana

• Dapat dicoba

• Dapat dilihat hasilnya

Y2. Adopsi program KB


(42)

Hipotesis

1. Ada hubungan nyata antara karakteristik responden dengan penilaiannya terhadap kredibilitas sumber informasi KB sebagai agen perubahan.

2. Ada hubungan nyata antara akses masyarakat terhadap layanan KB dengan penilaian masyarakat terhadap kredibilitas sumber informasi KB sebagai agen perubahan.

3. Ada hubungan nyata antara penilaian masyarakat terhadap kredibilitas sumber informasi KB sebagai agen perubahan dengan sikap terhadap KB.

4. Ada hubungan nyata antara sikap terhadap program KB dengan keputusan masyarakat untuk mengadopsi layanan dan alat kontrasepsi KB.


(43)

(44)

III. METODE PENELITIAN

Desain Penelitian

Penelitian ini didesain sebagai suatu penelitian survai yang bersifat deskriptif korelasional. Penelitian Survai menurut Singarimbun dan Effendi (2006) adalah penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok.

Penelitian ini selain mendiskripsikan peubah yang ada juga berupaya menjelaskan hubungan di antara peubah karakteristik individu, kredibilitas sumber informasi KB sebagai agen perubahan, akses masyarakat terhadap layanan KB, sikap terhadap program KB, dan peubah terikat adalah keputusan masyarakat untuk mengadopsi layanan dan alat kontrasepsi KB.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di lima desa yakni Bojonggede, Bojong Baru, Pabuaran, Rawa Panjang dan Susukan yang berada di Kecamatan Bojonggede. Penelitian terhadap kelima desa tersebut dilaksanakan pada September 2011.

Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah kumpulan objek penelitian (Rakhmat, 2005). Populasi penelitian ini adalah masyarakat usia subur sebanyak 37.569 orang, tersebar di lima desa. Teknik sampling Purposive sampling (sampling bertujuan) dengan kriteria masyarakat usia subur laki-laki atau perempuan yang pernah mendapatkan/mengikuti sosialisasi KB. Jumlah sampel penelitian 100 orang, diambil dari lima desa terpilih, masing-masing 20 orang.

Purposive sampling juga disebut jugmental sampling, karena peneliti menggunakan pertimbangan-pertimbangan dengan memasukkan unsur-unsur tertentu yang dianggap (sudah diketahui) bahwa dengan cara demikian dapat memperoleh informasi yang benar atau individu yang disampel itu yang mencerminkan populasinya (Sigit 1999)


(45)

Data dan Instrumentasi

Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari data atau informasi yang diperoleh dari responden dengan memberikan kuesioner dan melakukan wawancara langsung kepada responden. Observasi lapangan dilakukan dengan mengamati langsung kegiatan penyampaian program KB di Bojonggede. Data sekunder diperoleh dari sumber : data/dokumen dari Kecamatan Bojonggede, Puskesmas Bojonggede yang berkaitan dengan program KB.

Instrumentasi

Data primer yang dikumpulkan dalam penelitian ini dibangun dalam bentuk instrumentasi berupa kuesioner. Kuesioner dikelompokkan dalam empat bagian yaitu : karakteristik responden, sumber informasi dimensi keahlian, daya tarik, dapat dipercaya dan empati, sikap dan adopsi terhadap program KB. Kuesioner diuji coba dari hasil uji coba dilakukan perubahan-perubahan kemudian diuji coba kembali sampai kuesioner tersebut valid.

Data primer diperoleh dari responden dengan menggunakan kuesioner. Menggunakan skala Likert 1 – 5 untuk mengukur penilaian responden terhadap sumber informasi sebagai agen perubahan, sikap dan keputusan untuk mengadopsi layanan dan alat kontrasepsi KB. Data sekunder berasal dari Badan Pembinaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB), laporan tahunan kegiatan BPPKB, laporan tahunan Kecamatan Bojonggede, hasil-hasil penelitian atau catatan-catatan lainnya yang berhubungan dengan variabel penelitian.


(46)

Definisi Operasional

Berdasarkan variabel karakteristik individu, akses terhadap layanan KB, Sikap dan keputusan mengadopsi program KB maka dibuatlah definisi operasional seperti pada Tabel 1.

Tabel 1 Operasionalisasi variabel menurut variabel indikator parameter

dan skala penelitian

Variabel Indikator Parameter Skala

X 1:

Karakteristik Individu

X1.1.

JenisKelamin

1. Laki-laki 2. Perempuan

Nominal

X1.2.. Umur 1. < 20 tahun 2. 20 - 25 tahun 3. 26 - 31 tahun 4. > 31 tahun X1.3. Tingkat

Pendidikan

1. SD 2. SMP 3. SMA/SMK 4. Diploma 5. Sarjana 6. Pasca Sarjana

Nominal

X1.4. Pekerjaan

1. Bekerja 2. Tidak Bekerja

3. Wiraswata

Nominal

X1.5. Jumlah Anak

1. Belum Memiliki Anak 2. Satu

3. Dua 4. Tiga

5. Lebih dari tiga

Nominal

X 2: Akses terhadap Layanan KB

Tingkat kemudahan masyarakat untuk

mendapatkan layanan KB 1. Sangat mudah, Skor 3 2. Mudah, Skor 2

3. Sulit, Skor 1


(47)

Variabel Indikator Parameter Skala X3 : Kredibilitas Sumber informasi X3.1. Keahlian

• Pengetahuan

• Pengalaman

• Percaya Diri

• Memiliki informasi yang cukup Masing – masing item diberi skor : STS = Sangat Tidak Setuju (skor 1)

TS = Tidak Setuju (skor 2) R = Ragu (skor 3)

S = Setuju (skor 4)

SS = Sangat Setuju (skor 5)

Interval

X.3.2. Daya Tarik

• Kesamaan

• Keakraban Dikenal baik

• Disukai

• Fisik

Masing – masing item diberi skor : STS = Sangat Tidak Setuju (skor 1)

TS = Tidak Setuju (skor 2) R = Ragu (skor 3)

S = Setuju (skor 4)

SS = Sangat Setuju (skor 5)

Interval

X.3.3. Dapat dipercaya

• Jujur

• Bermoral

• Konsisten

• Konsekwen

Masing – masing item diberi skor : STS = Sangat Tidak Setuju (skor 1)

TS = Tidak Setuju (skor 2) R = Ragu (skor 3)

S = Setuju (skor 4)

SS = Sangat Setuju (skor 5)


(48)

Variabel Indikator Parameter Skala

X.3.4.Empati Kemampuan untuk memahami keinginan target

Diberi skor :

STS = Sangat Tidak Setuju (skor 1)

TS = Tidak Setuju (skor 2) R = Ragu (skor 3)

S = Setuju (skor 4) SS = Sangat Setuju (skor 5)

interval

Y1.Sikap terhadap program Keluarga Berencana

Y1.1. Kognitif Kognitif : merupakan aspek pengetahuan yang berkenaan dengan KB.

Pernyataan meliputi :

• Program KB

• Tujuan KB

• Alat kontrasepsi

• Keuntungan KB

• Kelemahan KB

Masing – masing item diberi skor:

STS = Sangat Tidak Setuju (skor 1)

TS = Tidak Setuju (skor 2) R = Ragu (skor 3)

S = Setuju (skor 4)

SS = Sangat Setuju (skor 5)


(49)

Variabel Indikator Parameter Skala

Y1.2. Afektif Afektif : nilai-nilai yang diyakini benar yang akan

mempengaruhi emosi atau komponen afektif dari sikap individu, tentang KB. Pernyataan meliputi :

• Keuntungan KB

• Keserasian

• Sederhana

• Dapat dicoba

• Dapat dilihat hasilnya Masing – masing item diberi skor:

STS = Sangat Tidak Setuju (skor 1)

TS = Tidak Setuju (skor 2) R = Ragu (skor 3)

S = Setuju (skor 4)

SS = Sangat Setuju (skor 5)

Interval

Y2.

Keputusan mengadopsi

Keputusan Masyarakat untuk mengadopsi program KB

• Bersedia ikut KB

• Menggunakan alat kontrasepsi

• Menjalankan petunjuk petugas kesehatan KB

• Mendatangi tempat layanan KB

Masing – masing item diberi skor :

STS = Sangat Tidak Setuju (skor 1)

TS = Tidak Setuju (skor 2) R = Ragu (skor 3)

S = Setuju (skor 4)

SS = Sangat Setuju (skor 5)


(50)

Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Validitas instrumen

Pengukuran validitas kuesioner

Validitas adalah ukuran kecermatan suatu test dalam melakukan fungsi ukurnya. Uji validitas adalah prosedur pengujian untuk melihat apakah alat ukur atau pertanyaan yang dipakai dalam kuesioner dapat mengukur dengan cermat apa yang hendak diukur. Dalam penelitian uji validitas akan dapat dipakai untuk memilih item-item pernyataan yang relevan untuk dianalisa.

Uji validitas konstruk dilakukan dengan melihat korelasi antara skor dari masing-masing item pertanyaan dibanding skor total. Perhitungan dilakukan dengan rumus teknik korelasi Product Moment Pearson.

Hasil pengukuran validitas menunjukkan bahwa korelasi nilai masing-masing item pernyataan dengan nilai total setiap variabel menunjukkan angka yang signifikan (≤ 0,05) maka setiap item pernyataan pada kuesioner penelitian dapat dikatakan valid atau mampu mengukur apa yang hendak diukur.

Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan analisa butir (item) yaitu dengan mengkorelasikan skor item dengan skor total per konstruk (contract); dan skor benar seluruh item.

Kemudian, untuk menguji signifikan hasil korelasi digunakan uji-t. Adapun kriteria untuk menentukan signifikan dengan membandingkan nilai t-hitung dan t-tabel. Jika t-hitung > t-tabel, maka dapat disimpulkan bahwa butir item tersebut valid. Rumus mencari t-hitung yang digunakan adalah :

Reliabilitas Instrumen

Pengukuran reliabilitas kuesioner adalah kestabilan alat ukur. Suatu alat ukur dapat dikatakan reliabel apabila dapat memberikan hasil yang sama. Pada saat dipakai untuk mengukur ulang obyek yang sama. Uji reliabilitas adalah suatu cara untuk melihat apakah alat ukur akan memberikan hasil yang sama apabila pengukuran dilakukan secara berulang-ulang.

Pengukuran peubah menggunakan one shot atau pengukuran sekali saja. Pengukuran hanya sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan


(51)

pertanyaan lain atau mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan. Pengukuran reliabilitas menggunakan uji statistik Cronbach Alpha. Suatu konstruk atau peubah dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,60

Dari hasil analisis terhadap instrumen ini maka dapat disimpulkan kuesioner ini reliable atau layak untuk digunakan dalam penelitian.

Tabel 2 Koefisien Cronbach alpha hasil uji coba kuesioner

Peubah Penelitian Koefisien Cronbach alpha

Keahlian 0,741

Daya Tarik 0,756

Dapat Dipercaya 0,651

Empati 0,748

Sikap 0,681

Adopsi Program KB 0,900

Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah dengan menggunakan SPSS 16. Adapun tahap-tahap pengolahan data adalah sebagai berikut :

a. Editing adalah langkah yang dilakukan untuk memeriksa kelengkapan konsistensi maupun kesalahan jawaban pada kuesioner.

b. Koding dilakukan untuk memudahkan dalam proses pengolahan data. c. Tabulasi untuk mengelompokkan data ke dalam suatu data tertentu

menurut sifat yang sesuai dengan tujuan penelitian.

d. Penyajian data, dilakukan dengan menggunakan tabel dan narasi.

Analisa Data

Data dianalisis dengan menggunakan analisis statistik deskriptif yang relevan misal, tabel distribusi frekuensi, persentase, rataan skor dan total rataan skor, serta untuk melihat hubungan antar peubah bebas dengan peubah terikat menggunakan metode tabulasi silang (cross tab) dan analisis matriks koefisien korelasi.

Jika peubah bebas X1, X2, …,Xk cukup banyak terlibat dalam model,

penyelesaian persamaan normal tersebut cukup merepotkan. Salah satu usaha mengatasi hal ini dilakukan menggunakan aljabar matriks. Untuk menentukan


(52)

koefisen-koefisien korelasi rij antara Xi dan Xj, dan koefisien-koefisien korelasi

dengan rumus ryi antara Y dan Xi, dapat dibantu dengan jalan memanfaatkan

jasa computer. Untuk variabel Xi(i=1,2, …, k) dan Y diubah menjadi bilangan

baku Zx dan Zy seperti berikut :

Zx = dan Zy =

Kemudian menggunakan bilangan-bilangan baku ini, koefisien-koefisien korelasi sederhana rij antara Xi dan Xj, dan ryi antara Y dan Xi secara umum


(53)

(54)

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Kondisi Umum Daerah Penelitian

4.1.1. Keadaan Umum Kecamatan Bojonggede

Kecamatan Bojonggede definitif sejak tanggal 17 Juli 1982, secara geografis terletak pada bagian selatan garis khatulistiwa dengan kondisi morfologi lahan mayoritas dataran sampai berombak 90 persen, dan berombak sampai berbukit 5 persen, bentangan lahan lereng di sepanjang aliran sungai Ciliwung, ketinggian 107 sampai 146 meter di atas permukaan laut dengan curah hujan rata 19 hari hujan dan suhu antara 27 sampai 32 derajat Selsius, rata-rata tekanan udara 984 mb, rata-rata-rata-rata kelembaban udara 80 persen dan rata-rata-rata-rata kecepatan angin 3,1 knot.

Luas wilayah kecamatan Bojonggede 2.724,991 ha terdiri dari sembilan desa yaitu :

Tabel 3 Luas desa – desa di Kecamatan Bojonggede tahun 2010

NO. NAMA DESA LUAS GEOGRAFIS (ha)

1. Bojonggede 433,328

2. Bojongbaru 248,480

3. Kedungwaringin 520,488

4. Waringinjaya 181,256

5. Cimanggis 275,449

6. Susukan 340,000

7. Ragajaya 237,900

8. Pabuaran 315,000

9. Rawapanjang 173,000

Jumlah 2.724,991

Sumber : Monografi Kecamatan Bojonggede Semester II Tahun 2010

Kecamatan Bojonggede berbatasan langsung dengan ibukota Kabupaten Bogor dan Kota Bogor atau Kota Depok. Kecamatan ini termasuk dalam wilayah dengan struktur tata ruang Wilayah Pengembangan Tengah Hierarki I, dengan pola ruang berpotensi sebagai kawasan pemukiman perkotaan. Batas administrasi pemerintahan adalah:


(55)

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Sukaraja dan Kota Bogor,

c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Tajurhalang, dan d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Cibinong.

Sebaran pemanfaatan lahan secara garis besar terlihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Luas lahan menurut pemanfaatannya di Kecamatan Bojonggede tahun 2010

NO. PEMANFAATAN LAHAN LUAS (dalam ha) Persen

1. Tanah Sawah

Irigasi Teknis 707,8 25,97

Irigasi ½ teknis 80,79 2,96

Irigasi sederhana 25 0,92

Tadah Hujan 13,5 0,50

2. Lahan Kering

Permukiman 1.143,86 41,98

Pekarangan 100,1 3,67

Tegalan 317,7 11,66

Ladang 257,06 9,43

3. Lahan Basah

Rawa/Setu 18,2 0,67

Kolam/Empang 28,4 1,04

4. Fasilitas Umum

Lapangan OR 6,13 0,22

5. Pemakaman

Wakaf 9,22 0,34

Makam Keluarga 4,7 0,17

Makam Umum 12,53 0,46

Jumlah 2724,99 100

Sumber : Monografi Kecamatan Bojonggede Semester II Tahun 2010

Apabila menganalisa perbandingan pemanfaatan lahan tersebut di atas, maka dapat diketahui bahwa potensi wilayah Kecamatan Bojonggede adalah sebagai daerah perkotaan. Kondisi saat ini sekitar 45,43 persen dari luas wilayah merupakan lingkungan pemukiman. Oleh karena itu, wilayah Bojong Gede akan mengalami perubahan dan pertumbuhan seiring dengan perkembangan kewilayahan, karena orbitrase wilayah Kecamatan dengan pusat-pusat


(56)

pertumbuhan wilayah mudah dijangkau, dengan kondisi jalan yang cukup baik dengan waktu tempuh yang tidak terlalu lama.

Jarak Kecamatan dengan pusat pertumbuhan wilayah, yaitu : a. Desa terjauh : 12 km

b. Dengan ibukota Kabupaten : 2 km c. Dengan ibukota Propinsi : 145 km d. Dengan ibukota Negara : 49 km

Dengan kondisi tersebut, di masa mendatang sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bogor maka sistem pusat permukiman perdesaan wilayah Kecamatan Bojonggede akan diarahkan di desa Susukan sebagai Desa Pusat Pertumbuhan (DPP), yang merupakan pusat pelayanan lingkungan permukiman pedesaan dengan jangkauan layanan lokal. Jenis kegiatan yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan seperti fasilitas perdagangan, pendidikan, kesehatan, peribadatan, rekreasi dan olahraga untuk pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya masyarakat dengan titik berat pengembangan adalah pembangunan pertanian.

Kecamatan Bojonggede menjadi bagian dari pengembangan kawasan Cibinong Raya, yaitu diarahkan pengembangannya pada Desa Bojonggede, Bojongbaru, Kedungwaringin, Waringinjaya, Pabuaran dan Rawapanjang, sedangkan desa lainnya sebagai pendukung pertumbuhan wilayah.

Jumlah penduduk Kecamatan Bojonggede setiap tahun mengalami peningkatan. Hal ini dipengaruhi karena pesatnya pertumbuhan wilayah sebagai daerah permukiman dan jasa sehingga banyak penduduk pendatang yang tinggal menetap di Kecamatan Bojonggede, khususnya pada kompleks-kompleks perumahan yang banyak didirikan oleh pengembang. Kompleks perumahan mencapai 33 buah, yang mayoritas didiami oleh penduduk pendatang yang bekerja di Jakarta, Depok, Bogor dan di luar wilayah Kecamatan.

Jumlah penduduk berdasarkan hasil Sensus Penduduk Tahun 2010 sejumlah 237.376 jiwa. Berikut tanel yang memuat ata tentang jumlah penduduk


(1)

(2)

Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian

Kuesioner Penelitian

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2 0 1 1

Selamat pagi / siang, Ibu-ibu.

Saya Wiwien Wirasati mahasiswa “Program Pasca Sarjana IPB” yang sedang melakukan

penelitian untuk mengetahui “HUBUNGAN KREDIBILITAS SUMBER

INFORMASI KELUARGA BERENCANA DENGAN PEMBENTUKAN SIKAP DAN KEPUTUSAN MENGADOPSI PROGRAM KELUARGA

BERENCANA“Kasus Pada Pasangan Usia Subur di Kecamatan Bojonggede

Kabupaten Bogor)

Kami mohon kesediaan Saudara untuk memberikan informasi yang sebenar-benarnya. Terimakasih.

Tanggal :

……… No. Responden


(3)

Identitas Responden :

Lingkari jawaban yang anda pilih : 1. Nama Lengkap :

2. Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2; Perempuan 3. Alamat : RT…./RW….

Desa /Kelurahan……… Kecamatan Bojong Gede

Kabupaten/Kota Bogor 4. Usia : 1. < 20 tahun

2. 20 - 25 tahun 3. 26 - 31 tahun 4. > 31 tahun

5. Pendidikan

6. Pekerjaan :

:

1. Tidak tamat SD 5. Diploma 2. SD 6. Sarjana (S1)

3. SMP 7. Magister (S2) 4. SMA/SMK 8. Doktor (S3)

1. Karyawan swasta

2. Wiraswata

3. PNS/Anggota TNI-Polri 4. Karyawan BUMN

5. Ibu Rumah Tangga

6. Lainnya  Sebutkan: ... 7. Jumlah Anak : 1. Satu

2. Dua 3. Tiga 4. Lebih dari Tiga

5. Belum memiliki anak

8. Kemudahan mendapatkan tempat layanan KB : 1. Sangat Mudah 2. Mudah


(4)

9. Darimana Saudara mendapatkan informasi tentang KB ? (Jawaban boleh lebih dari 1):

1. Dokter

2. Bidan

3. Petugas KB

4. Kader Posyandu

10.Apa jenis media yang paling sering digunakan untuk mendapatkan informasi tentang KB ? (Jawaban hanya boleh 1):

1. Radio 5. Papan besar di jalan

2. Televisi 6. Selebaran

3. Suratkabar 7. Poster

4. Internet

11.Apakah Saudara pernah mengikuti Sosialisasi program KB ? 1. Ya 2. Tidak

Jika jawaban Saudara “tidak” stop sampai disini.

12.Jika jawaban Saudara “ya”, masalah apa saja yang pernah ditanyakan saat sosialisasi KB?

1……….. 2……….. 3……….. 4……….. 13.Seberapa sering Saudara mengikuti Sosialisasi program KB ?

1. Satu kali dalam seminggu 2. Dua kali dalam 1 bulan 3. Satu kali dalam sebulan

14.Bagaimana cara Saudara mengikuti Sosialisasi program KB ? 1. Selalu mengikuti kegiatan sampai selesai 2. Tidak mengikuti kegiatan sampai selesai


(5)

Berilah tanda √ (contreng) hanya 1 jawaban sesuai penilaian anda. No Sangat Tidak Setuju Tidak

Ragu Setuju Sangat

Setuju

Pernyataan Setuju

STS TS R S SS

A1

1 Petugas KB memiliki pengetahuan

mengenai program KB

2 Petugas KB menginformasikan tentang

pentingnya program KB

3 Menurut saya petugas KB memiliki

kepercayaan diri

A2

1 Petugas KB memiliki kesamaan tempat

tinggal dengan saya

2 Petugas KB memiliki bahasa yang sama

dengan bahasa yang saya gunakan

3 Petugas KB memiliki agama yang sama

dengan agama yang saya anut

4 Petugas KB berasal dari suku bangsa yang

sama dengan suku bangsa saya

5 Petugas KB dikenal oleh masyarakat di

lingkungannya

6 Petugas KB disukai oleh masyarakat di

lingkungannya

7 Penampilan petugas KB sangat menarik

A3

1 Petugas KB memberikan penjelasan

dengan benar

2 Petugas KB memiliki perilaku yang baik

3 Informasi yang diberikan petugas KB tidak

berubah-ubah

4 Jawaban yang diberikan petugas KB sesuai

dengan masalah saya A4

1 Petugas KB memahami alasan saya dalam

memilih alat KB yang akan saya gunakan 2

Petugas KB mampu menenangkan rasa cemas saya terhadap efek samping alat KB


(6)

No Pernyataan

Sangat Tidak Setuju

Tidak

Setuju Ragu Setuju

Sangat Setuju

STS TS R S SS

3

Petugas KB dapat memahami kecemasan saya tentang penggunaan alat KB yang akan saya pilih

4

Petugas KB dapat merasakan kecemasan tentang alat KB yang saya pilih

B1

1 Saya tahu singkatan KB adalah Keluarga

Berencana

2 IUD salah satu alat KB yang aman

3 Pil adalah alat KB yang harus diminum

secara teratur 4

Salah satu efek samping penggunaan alat KB adalah kenaikan berat badan

penggunanya B2

5 Saya yakin mengikuti program KB

sejalan dengan pandangan hidup saya

6 Saya yakin mudah mengikuti prosedur KB

7 Saya yakin dapat mengganti alat KB jika

tidak cocok 8

Saya yakin terhadap bukti-bukti yang menunjukkan bahwa program KB dapat menjadikan keluarga lebih sejahtera C

1 Saya bersedia ikut program KB

2 Menurut saya alat KB yang akan digunakan

sesuai dengan keinginan saya

3 Saya akan mengikuti petunjuk penggunaan

alat KB