Sekolah Lapang Wirakoperasi: Edukasi Penanaman Nilai-Nilai Koperasi Sebagai Dasar Pembentukan Kelembagaan Pertanian

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

JUDUL PROGRAM
SEKOLAH LAPANG WIRAKOPERASI: EDUKASI PENANAMAN
NILAI-NILAI KOPERASI SEBAGAI DASAR PEMBENTUKAN
KELEMBAGAAN PERTANIAN

BIDANG KEGIATAN :
PKM-GT

Diusulkan oleh :
Ketua Kelompok : Rendi Seftian

H34080105 (2008)

Anggota

H34080004 (2008)

: Ni Putu Ayuning WPM
Herawati


INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

H34080037 (2008)

HALAMAN PENGESAHAN
USUL PKM-GT
: “Sekolah Lapang Wirakoperasi Pertanian: Edukasi
Penanaman Nilai-Nilai Koperasi sebagai Dasar
Pembentukan Kelembagaan Pertanian”
2. Bidang Kegiatan
: ( ) PKM-AI
( ) PKM-GT
3. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap
: Rendi Seftian
b. NIM
: H34080105

c. Jurusan
: Agribisnis
d. Institut
: Institut Pertanian Bogor
e. Alamat Rumah dan No.Tel/HP : Kampung Citeko No. 57 RT. 02-09 Desa
Cisarua Bogor, 16750
087872339456
f. Alamat email
: rendi.seftian@y7mail.com
1. Judul Kegiatan

4. Anggota Pelaksana Kegiatan
: 2 orang
5. Dosen pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar
: Rahmat Yanuar, SP, MSi
b. NIP
: 197601012006041010
c. Alamat Rumah dan No Tel./HP : Jl. Kapten Yusuf Gg. Oding No.34
RT 04/04 Desa Sirnagalih, Kec. Taman

Sari Bogor.
Telp/HP. 0812-8207185
Bogor, 28 Februari 2011
Menyetujui
Ketua Departemen

Ketua Pelaksana Kegiatan

(Dr. Ir. Nunung Kusnadi, M.S.)
NIP. 19580908 198403 1 002

(Rendi Seftian)
NIM. H34080105

Wakil Rektor Bidang
Akademik dan Kemahasiswaan

Dosen Pendamping

(Prof. Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, MS.)

NIP. 19581228 198503 1 003

(Rahmat Yanuar, SP, M.Si)
NIP.19760101 200604 1 010

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami, penulis dapat menyusun dan
menyalurkan opini dan pendapat yang kami rangkum dalam penulisan yang
bertema “ Sekolah Lapang Wirakoperasi Pertanian: Edukasi Penanaman NilaiNilai Koperasi sebagai Dasar Pembentukan Kelembagaan Pertanian” yang
diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen
Pendidikan Nasional.
Karya Tulis ini merupakan hasil pemikiran (original) yang belum pernah
dipublikasikan sebelumnya dan mudah-mudahan dapat dijadikan rujukan atau
acuan adanya suatu perubahan dalam kelembagaan pertanian di negara kita.
Disamping itu, dengan adanya penerapan sekolah lapang wirakoperasi ini
diharapakan dapat menciptakan kelembagaan pertanian yang menerapkan nilainilai koperasi.
Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Rahmat Yanuar selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya

dalam menyelesaikan penulisan karya tulis ini. Tak ada gading yang tak retak,
penulis menyadari bahwa karya tulis ini belumlah sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang bersifat membangun, sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan karya tulis ini. Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi
kemajuan pertanian Indonesia.
Bogor, 26 Februari 2011

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman Judul

i

Lembar Pengesahan

ii

Kata Pengantar


iii

Daftar Isi

iv

Daftar Tabel

v

Ringkasan

vi

A. Pendahuluan

1

B. Gagasan


3

C. Kesimpulan

9

Daftar Pustaka

10

Daftar Riwayat Hidup

11

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Nilai PDB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2008-2010

3


Tabel 2 Negara berdasarkan luas wilayah dan lahan yang dapat ditanami
(Arable Lands) untuk pertanian dan kehutanan

4

RINGKASAN

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2010 adalah 6,1 persen. Hal
ini menunjukan kondisi yang cukup baik jika dibandingkan dengan pertumbuhan
pada tahun sebelumnya. Akan tetapi tidak demikian halnya dengan pertumbuhan
pertanian. Pertanian menunjukkan kondisi yang sangat memprihatinkan
(pertumbuhan terkecil dibandingkan sektor lain) dan hanya tumbuh sebesar 2,9
persen. (BPS,2011). Hal tersebut harus menjadi perhatian, mengingat pertanian
merupakan mata pencarian hampir setengah dari penduduk Indonesia.kehidupan
petani dihadapkan pada keadaan sulit didalam melakukan kegiatan agribisnisnya.
Kendala tersebut meliputi sulitnya akses terhadap modal, jumlah lahan yang
terbatas, dan pendidikan petani yang rendah sehingga memposisikan sebagian
besar petani Indonesia pada posisi yang lemah apabila berhadapan dengan
lembaga lain. Koperasi merupakan salah satu alternatif pembangunan ekonomi

kerakyatan yang cocok diterapkan pada kelembagaan pertanian. Akan tetapi, pada
perjalannya koperasi dipandang negatif oleh sebagian besar penduduk. Hal
tersebut disebabkan salahnya pengelolaan dimasa lalu. Solusi akan pembangunan
pertanian melalui kebangkitan koperasi dapat dimulai melalui Sekolah Lapang
Wirakoperasi Pertanian. Diharapkan pelaksanaanya mampu menanamkan nilainilai koperasi dan melahirkan lembaga koperasi pertanian yang idealis dalam
membangun perekonomian bersama.

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Sebagian besar penduduk Indonesia menggantungkan kehidupannya pada
sektor pertanian secara arti luas. Sekitar 41.492.941 penduduk Indonesia bekerja
pada sektor pertanian dan menjadi mata pencarian utama masyarakat Indonesia
(BPS,2010). Selain itu, diperkirakan bahwa pertanian di Indonesia terkonsentrasi
di pedesaan. Pedesaan merupakan salah satu kantong kemiskinan di Indonesia.
Sehingga dapat disimpulkan pula bahwa kemiskinan sebagian besar adalah
petani.(Krisnamurthi,2010).
Fenomena yang menunjukan bahwa para petani merupakan golongan
penduduk miskin, mengakibatkan menurunnya minat masyarakat walau sejauh ini
pertanian dalam arti luas merupakan mata pencarian terbesar penduduk Indonesia.

Sebagian masyarakat Indonesia menjadikan bidang pertanian sebagai mata
pencarian disebabkan sebagai takdir alam dan tidak adanya alternatif pekerjaan
lain bagi para petani, mengingat hampir keseluruhan petani Indonesia
berpendidikan rendah.
Kegiatan pertanian merupakan aktifitas yang memberikan prospek yang
baik apabila dikelola dengan baik sebagai suatu bisnis. Agribisnis dapat
dipandang sebagai kegiatan bisnis yang tidak akan lekang oleh zaman (never
ending business). Bahkan, pertanian (pangan pada khususnya) merupakan penentu
hidup matinya suatu bangsa. (Soekarno,1955).
Namun pada proses pelaksanaannya, pengembangan usaha di bidang
agribisnis menghadapi kendala yang tidak mudah dihadapi oleh sebagian besar
petani. Kendala tersebut meliputi : (1) sulitnya eksesbilitas terhadap modal, (2)
jumlah lahan petani terbatas, (3) pendidikan petani yang rendah. Permasalahan
tersebut membuat posisi tawar (Bergaining position) petani sangat lemah terhadap
lembaga luar. (Deptan,2006).
Kendala-kendala yang dihadapi tersebut, membutuhkan suatu metode yang
mampu meningkatkan pengetahuan petani dan meningkatkan posisi tawar. Hal
tersebut dapat dilakukan dengan cara membentuk kumpulan petani yang tidak
hanya melakukan aktifitas pertukaran informasi di dalam kegiatan usahatani,
melainkan merupakan kumpulan yang juga mengonsentrasikan pada

pembangunan ekonomi secara masif dari para anggotanya. Jawaban kebutuhan
akan kelompok tersebut dapat dijawab dengan pembentukan Koperasi Pertanian
yang mendasarkan pada pembangunan sosial ekonomi dari anggotanya.
Koperasi adalah badan hukum yang beranggotakan orang seorang dengan
melandaskan kegiatan berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan
ekonomi rakyat, yang berdasarkan asas kekeluargaan (UU No 25/1992). Nilai
kekeluargaan yang mendasari pembangunan ekonomi koperasi dipercaya mampu
memberikan solusi pada pembangunan ekonomi masal, terutama bagi petani yang
merupakan kumpulan profesi mayoritas masyarakat Indonesia. Semangat koperasi
yang optimis, diharapkan mampu menjawab permasalahan posisi tawar yang
rendah dari petani maupun peningkatan informasi dan pengetahuan bagi petani.
Akan tetapi pada perjalanan koperasi dimata masyarakat, menunjukan
perspektif negatif terhadap keberadaan koperasi. Koperasi dianggap sama seperti

pergerakan ekonomi lainnya dan tidak terlalu memberikan manfaat bagi
anggotanya. Hal tersebut lebih disebabkan pengelolaan yang salah pada masa lalu
akan koperasi sehingga meninggalkan citra yang buruk dimata masyarakat
ataupun pengetahuan yang terbatas akan nilai-nilai koperasi di masyarakat. Oleh
karena itu, tulisan ini diharapkan mampu memberi rekomendasi di dalam langkah
merubah paradigma masyarakat akan koperasi dan kembali membudayakan
koperasi sebagai kekuatan ekonomi kerakyatan di bidang pertanian.
Permasalahan
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan yang menjadi
topik pembahasan kajia utama gagasan tertulis ini adalah “Penanaman nilai-nilai
koperasi pada masyarakat sebagai pembangunan ekonomi didalam pembangunan
pertanian”.
Dalam menganalisis permasalahan ini, penulis mengkaji mengenai :
1. Bagaimana meningkatkan posisi tawar ekonomi para petani didalam
menghadapi lembaga lain?
2. Bagaimana meningkatkan pengetahuan masyarakat petani akan nilainilai koperasi, dan selanjutnya mampu menjadi landasan pembangunan
ekonomi para petani?
3. Bagaimana cara merubah paradigma negatif akan koperasi, terutama di
kalangan petani yang memiliki keterbatasan didalam mengakses
informasi?
Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut, maka tujuan
penulisan ini adalah mengkaji dan menberikan rekomendasi kepada pemerintah di
dalam implementasi peningkatan ekonomi petani melalui koperasi sehingga dapat
meningkatkan posisi tawar ekonomi petani, meningkatkan pengetahuan petani,
dan merubah paradigma negatif petani terhadap koperasi.
Manfaat
Tulisan ini diharapkan akan memberikan manfaat bagi berbagai pihak,
antara lain sebagai berikut :
1. Bagi Penulis
Penulisan karya tulis ini menjadi sarana bagi penulis untuk
mengasah kemampuan menulis sebuah gagasan, mengkritisi kondisi di
masyarakat, dan memberikan rekomendasi permasalahan yang ada
ditengah masyarakat.
2. Bagi Pemerintah
Memberikan rekomendasi penanaman nilai-nilai koperasi di
masyarakat dan cara merubah persepsinya.
3. Bagi Masyarakat
Membuka wawasan masyarakat mengenai langkah pembangunan
ekonomi petani dengan cara penanaman nilai-nilai koperasi.

GAGASAN

Kondisi Petani dan Koperasi Saat Ini (Analisis)
Penduduk Indonesia diperkirakan akan terus tumbuh dan memiliki potensi
sumber daya manusia yang mencapai 230 juta jiwa (BPS,2008). Dari jumlah
tersebut, mata pencarian utama dari masyarakat Indonesia adalah pertanian.
Sebesar 34 persen masyarakat Indonesia menggatungkan diri dibidang pertanian,
akan tetapi hanya mampu menyumbang 15,3 persen bagi PDB Indonesia
(BPS,2011). Tidak dapat dipungkiri bahwa petani Indonesis sebagian besar jauh
dari kesejahteraan. Mengingat skala usaha sebagian masyarakat tani Indonesia
hanya berkisar pada luas lahan 0,3 ha (Kementan, 2006), yang tentunya sangat
jauh dari economic of scale usahanya.
Tabel 1 Nilai PDB Menurut lapangan Usaha Tahun 2008-2010

Sumber : BPS,2011
Posisi tawar sebagian besar petani Indonesia berada pada posisi yang
sangat lemah apabila berhadapan dengan para pedagang ataupun pengumpul di
dalam proses jual beli hasil pertaniannya. Sebagai contoh, harga cabai yang
menembus hingga tingkat harga Rp 120.000,- tidak terdistribusi dengan baik
karena harga pembelian ditingkat petani hanya mencapai Rp 25.000,(kompas,2011). Hal tersebut pun terjadi pada komoditas lainnya. Hal tersebut
terjadi karena disebabkan beberapa hal. Diantaranya adalah tingkat pendidikan
para petani yang relatif rendah, luas lahan usahatani per petani yang cenderung
sempit, dan adanya permainan dari para tengkulak hingga mafia yang
mempermainkan para petani.

Profesi utama menjadi petani bagi sebagian besar petani Indonesia di
ilhami sebagai takdir dan tradisi yang diturunkan oleh leluhur kepada dirinya.
Kegiatan pertanian yang dilakukan berdasarkan pola tradisional, dan merupakan
ilmu yang diturunkan dari orang tua kepada anaknya. Oleh karena itu, sebagian
besar petani di Indonesia berpendidikan rendah, bahkan segaian besar diantaranya
tidak menamatkan pendidikan sekolah dasarnya.
Salah satu dampak dari rendahnya pendidikan para petani adalah nilai
tambah rendah yang dihasilkan oleh para petani Indonesia secara agregat
dibandingkan dengan petani di negara lainnya. Nilai tambah yang dinikmati oleh
petani Indonesia pada rentang tahun 2003-2005, rata-rata hanya mencapai US$
583 per tahun atau setara dengan Rp 5,83 juta per tahun ( dengan kurs dolar Rp
10.000) ataupun hanya Rp 486 ribu perbulan. Hal tersebut sangat jauh berbeda
apabila dibandingkan dengan nilai tambah para petani di Brasil yang mencapai
US$ 3.126 per tahun atau lima kali pencapaian petani Indonesia (IGN,2008). Hal
tersebut disebabkan oleh inefisiensi yang dilakukan oleh sebagian besar petani
Indonesia yang dilatarbelakangi oleh tingkat pendidikan yang rendah.
Luas lahan pertanian di Indonesia berada pada posisi ke sepuluh apabila
diurutkan berdasarkan luas lahan yang dapat ditanami. Secara keseluruhan, luas
lahan yang dapat ditananami pertanian di Indonesia mencapai 241.880 km2.
Sedangkan luas lahan yang diusahakan sebagian besar petani Indonesia hanya
berkisar dibawah 5.000 m2 (BPS,2005).
Tabel 2 Negara berdasarkan luas wilayah dan lahan yang dapat ditanami
(Arable Lands) untuk pertanian dan kehutanan
No

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Negara

USA
India
Rusia
China
Brasil
Canada
Australia
Argentina
Mexico
Indonesia

Luas Wilayah
(Km2)
9.632.030
3.287.260
17.098.240
9.589.088
8.514.880
9.984.670
7.741.220
2.780.400
1.964.380
1.904.570

Lahan yang dapat
ditanami
(Km2)
1.830.086
1.765.259
1.265.270
1.065.388
596.042
499.234
495.438
283.601
255.369
241.880

Lahan kehutanan
(Km2)
3.188.202
749.495
8.446.531
2.034.795
4.810.907
3.404.772
1.648.880
336.428
661.996
929.430

Sumber : World Development Report 2009, World Bank (diolah)
Luas lahan yang sempit yang dimiliki oleh sebagian besar petani Indonesia
mengakibatkan rendahnya produktivitas para petani di Indonesia. Hal tersebut
tentunya mengakibatkan rendahnya pendapatan dan berbanding lurus dengan
semakin jauhnya kesejahteraan.
Permainan oleh para tengkulak bahkan mafia merupakan salah satu yang
dihadapi oleh petani Indonesia. Sistem ijon yang diberlakukan, permainan harga
ditingkat pengumpul bahkan mafia di pasar Induk merupakan salah satu bentuk
lemahnya posisi petani di Indonesia. Harga tinggi di konsumen, tidak menjamin
pula harga yang layak di tangan petani.

Terlepas dari masalah yang dihadapi petani diatas, sesungguhnya terdapat
masalah lain yang tentunya harus diperhatikan guna meningkatkan daya saing dari
masyarakat petani. Masalah yang dihadapi petani di negara berkembang pada saat
ini juga dihadapkan pada tekanan pemenuhan akan stadarisasi ataupun grading
yang semakin kompleks (Maertens dan Swinnen,2007) terutama dengan
meningkatnya kesadaran masyarakat akan keamanan pangan. Biaya standarisasi
dan grading yang tinggi, menyebabkan petani secara individu tidak akan mampu
memenuhi persyaratan tersebut, sehingga mengarah pada rendahnya daya saing
produk pertanian masyarakat tani Indonesia. Hal tersebut hanya mampu dijawab
dengan melembagakan petani sebagai suatu satuan, dan salah satu alternatifnya
melalui koperasi ataupun gabungan kelompok tani (Chagwiza,2010).
Pelembagaan petani dengan mengoptimalkan peran koperasi telah
dilaksanakan pada masa orde baru dibawah kepemimpinan Presiden Soeharto.
Akibat dari pengelolaan yang salah, pelaksanaanya cukup banyak meninggalkan
pandangan negatif terhadap koperasi ditengah masyarakat. Pandangan Negatif
masyarakat terhadap koperasi telah terjadi setelah kegagalan pengelolaan koperasi
pada masa lalu. Hal tersebut tentunya memberikan trauma dan pandangan negatif
terhadap koperasi yang merupakan fondasi pembangunan ekonomi rakyat. Contoh
koperasi yang menimbulkan paradigma negatif yaitu Koperasi Unit Desa (KUD),
sehingga muncullah istilah “Ketua Untung Duluan”. KUD merupakan salah satu
bentuk koperasi yang jika dipandang seharusnya dapat memberikan andil yang
cukup besar dalam membantu peningkatan perekonomian masyarakat desa yang
bergantung pada sektor pertanian. Salah satu penyebab mengapa citra negatif
terhadap KUD terjadi karena kurangnya kemampuan manajemen dan pengetahuan
mengenai nilai – nilai koperasi dalam menjalankan fungsi koperasi dan akhirnya
berujung pada penyimpangan – penyimpangan yang mengakibatkan kerugian
kepada para anggotanya. Hal ini tentunya melenceng dari asas kekeluargaan yang
selama ini dijunjung oleh koperasi, serta tujuan koperasi yang berusaha untuk
mensejahterakan anggotanya. Hal inilah yang menyebabkan koperasi ditinggalkan
oleh para anggotanya. Padahal keberadaan anggota sangatlah penting tidak hanya
sebagai pengguna jasa koperasi namun juga sebagai aset dalam menggerakkan
serta meningkatkan peran koperasi.
Salah satu contoh pengelolaan koperasi oleh orang-orang yang tidak
mengetahui koperasi memberikan banyak cerita pada perkembangan Indonesia.
Salah satu contohnya adalah kasus komoditas cengkeh yang pada masa orde baru
yang dikelola oleh BPPC (Badan Penyangga Pemasaran Cengkeh). Badan tersebut
mengendalikan kegiatan usahanya melalui INKUD yang dilanjutkan ketingkat
KUD di masing-masing desa penghasil cengkeh. Pada kenyataannya, kegiatan ini
tidak menguntungkan petani, tapi hanya menguntungkan KUD dan Koperasi
Sekunder. Diperkirakan bahwa 90 persen omset INKUD berasal dari usaha usaha
cengkeh ini (Soedjono,dkk 1996). Dengan kekuatannya, BPPC bahkan melakukan
kebijakan tebang cengkeh pada saat kelebihan suplai. Hal tersebut pada
perjalannya tentu sangat merugikan petani dan memberikan citra buruk koperasi.
Akhirnya, kegiatan tersebut dihentikan oleh IMF.(Koperasi dan Kelembagaan
Agribisnis dengan beberapa perubahan, 2011).

Implementasi Nilai Koperasi Malalui Sekolah Lapang Wirakoperasi
Kewirakoperasiaan adalah suatu sikap mental positif dalam berusaha
secara koperasi, dengan mengambil prakarsa inovatif serta keberanian mengambil
risiko dan berpegang teguh pada prinsip identitas koperasi, dalam mewujudkan
terpenuhnya kebutuhan nyata serta peningkatan kesejahteraan bersama (Seminar
Nasional
kurikulum
kewirakoperasiaan,1993).
Selanjutnya,
Soejono
menambahkan bahwa idealnya wirakoperasi adalah orang gerakan koperasi
sehingga mampu mengembangkan koperasi secara konsisten baik koperasinya
sendiri maupun sistem koperasinya.
Pergerakan petani pada saat ini lebih ditekankan pada pengelompokan
sebagai kelompok tani (poktan) ataupun gabungan kelompok tani (gapoktan) yang
pada pelaksanaannya lebih bertujuan meningkatkan produktivitas usahataninya
(Kementan,2006). Pada pelaksanaannya gapoktan dan poktan kadang dapat
memerankan dirinya sebagai lembaga sosial ekonomi seperti yang diperankan
oleh koperasi, walaupun masih terdapat kekurangan dan keterbatasan.
Solusi dari pembangunan kesejahteraan petani melalui kelembagaan dapat
ditempuh dalam bentuk pendidikan. Solusi yang ditawarkan adalah dengan
peningkatan pendidikan petani melalui Sekolah Lapang Wirakoperasi
Pertanian. Bentuk sekolah lapang dipilih sebagai salah satu bentuk lembaga
pendidikan yang dekat dengan para petani, sehingga memberikan efek psikologis
yang baik bagi para petani. Eksistensi dari sekolah lapang pun menunjukan nilai
positif bagi melahirkan kader petani yang memiliki visi jangka panjang dan
idealis dalam mengusahakan usahataninya. Sejauh ini sekolah lapang pertanian
lebih menekankan kepada pendidikan pertanian secara teknis pertanian.
Sekolah Lapang Wirakoperasi Pertanian merupakan alternatif lembaga
pendidikan koperasi dengan pendekatan peningkatan ekonomi petani. Melalui
lembaga ini, diharapkan menjawab permasalahan rendahnya pendidikan mayoritas
petani Indonesia. Sekolah lapang koperasi harus mampu memberikan pembekalan
upaya peningkatan ekonomi petani melalui koperasi. Materi yang diberikan harus
disesuaikan dengan kondisi petani Indonesia, sehingga mudah diserap. Hal ini
harus dicapai dengan belajar kepada sekolah lapang pertanian yang sudah ada dan
berhasil mampu memberikan pengetahuan kepada pasertanya.
Sekolah Lapang Wirakoperasi Pertanian diharapkan mampu menjawab
permasalahan lemahnya posisi tawar ekonomi petani. Sekolah Lapang
Wirakoperasi Pertanian diharapkan mampu melahirkan dan mengarahkan
kelompok tani (Poktan) ataupun gabungan kelompok tani (Gapoktan) untuk
mampu menjadi lembaga sosial ekonomi secara utuh yang menginplementasikan
nilai koperasi. Diharapkan melalui nilai koperasi yang ditanamkan melalui
Sekolah Lapang Wirakoperasi pertanian dimiliki oleh seluruh gapoktan ataupun
poktan sehingga mampu meningkatkan posisi tawar petani maupun kesejahteraan
keseluruhan anggotanya. Selain itu, lembaga tersebut diharapkan mampu
melayani anggotanya didalam menjalankan aktifitas usatani maupun di aktivitas
sosial para anggota.
Sekolah Lapang Wirakoperasi Pertanian ditujukan pula untuk menjawab
paradigma negatif masyarakat akan koperasi. Pandangan negatif terhadap koperasi
diawali oleh pengelolaan yang salah pada masa lalu, sehingga menimbulkan
trauma bagi masyarakat. Salah kelola lebih disebabkan pula akibat pengetahuan

akan koperasi yang tidak sempurna oleh pengurus aktif. Tidak sempurna atau
bahkan ilmu yang tidak dimiliki oleh pengelola yang mengakibatkan
menyimpangnya tujuan koperasi yang didirikan. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa akar masalah dari salah kelola adalah pendidikan yang kurang
intensif ataupun pelaku koperasi yang masih jauh dari idealisme dalam
membangun koperasi.
Sekolah Lapang Wirakoperasi Pertanian diharapkan mampu melahirkan
kader koperasi pertanian yang idealis dalam membangun ekonomi petani dengan
berdasarkan nilai-nilai koperasi. Pendidikan yang dilakukan oleh Sekolah Lapang
Wirakoperasi Pertanian harus mampu menanamkan secara menyeluruh nilai
koperasi yang benar dan selanjutnya mampu merubah paradigma para peserta
tentang koperasi. Selanjutnya para kader lulusan Sekolah Lapang Wirakoperasi
Pertanian harus pula menyebarkan nilai–nilai positif dan optimis yang ada di
koperasi kepada anggota dari gapoktan ataupun poktan ketika telah menyelesaikan
pendidikannya. Sejauh ini, sekolah lapang pertanian yang ada mampu melahirkan
petani idealis didalam pelaksanaan usahataninya. Diharapkan Sekolah Lapang
Wirakoperasi Pertanian mampu mengadopsi langkah sukses yang dilakukan oleh
sekolah lapang pertanian pada umumnya.

Pelaksanaan Sekolah Lapang Wirakoperasi Pertanian
Penulis menggagaskan pelaksanaan Sekolah Lapang Wirakoperasi
Pertanian merupakan program peningkatan Sumberdaya manusia yang ditangani
oleh Kementrian Pertanian melalui Lembaga Penyuluhan dan Penyuluhan
Sumberdaya Manusia Pertanian dan Kementrian Koperasi dan UKM melalui
Deputi V bidang Pengembangan SDM. Hal tersebut digagaskan mengingat kedua
lembaga tersebut adalah lembaga yang memiliki tanggung jawab dan telah
memiliki kurikulum yang baik dalam peningkatan sumberdaya manusia dibidang
pertanian dan koperasi.
Program dilakukan dengan melibatkan gapoktan dan poktan yang telah
ada di masyarakat. Sekolah Lapang Wirakoperasi Pertanian dilakukan sesuai
dengan kurikulum yang dimiliki Kementrian Koperasi dan UKM dengan
pendekatan pertanian yang biasa dilakukan oleh Kementrian Pertanian.
Pelaksanaan bisa dilakukan di tingkat Kabupaten diseluruh Indonesia secara
fleksibel sesuai kebutuhan yang ada di masyarakat. Melihat potensi yang ada,
Koperasi Pertanian akan mampu menjadi kekuatan ekonomi kerakyatan yang baru
apabila mampu diimplementasikan secara baik diseluruh Indonesia. Apabila hal
tersebut dapat dicapai, kesejahteraan secara masif dapat dicapai oleh seluruh
petani di Indonesia.
Pendidikan kewirakoperasiaan tidak hanya berhenti pada pendidikan yang
dilakukan oleh Sekolah Lapang Kewirakoperasian Pertanian, melainkan harus
dilanjutkan kepada pembinaan di lembaga yang dikelolan oleh lulusan Sekolang
tersebut. Pembinaan dapat dilakukan dapat dilakukan dengan melalui tiga tahap,
yaitu ofisialisasi, deofisialisasi, dan otonomi (Roesminingsih, 2007). Bagi
Lembaga yang belum berkembang ke arah koperasi atau berada pada tahap
perkembangan, pendekatan pembinaan yang dapat dilakukan adalah ofisialisasi,
artinya pendampingan, dan bagi Lembaga yang sudah memasuki tahap

pengembangan menjadi Koperasi lebih lanjut, menggunakan pendekatan
deofisialisasi, artinya sudah mulai dilepas namun kadang–kadang masih harus
didampingi. Dan bagi Lembaga yang sudah siap mandiri dengan nilai-nilai
koperasi, maka Lembaga tersebut memiliki pilihan untuk tetap menjadi lembaga
seperti sebelumnya (gapoktan atau Poktan) ataupun secara utuh berubah menjadi
Koperasi yang dapat didaftarkan ke Kementerian Koperasi dan UKM.

KESIMPULAN

Pelembagaan petani dengan mengoptimalkan peran koperasi telah
dilaksanakan sejak masa pemerintahan orde baru dibawah kepemimpinan
Presiden Soeharto. Namun, dalam perjalanannya telah terjadi pengelolaan yang
salah di dalam pelaksanaan koperasi. Sehingga memunculkan pandangan negatif
masyarakat khususnya petani terhadap koperasi. Hal tersebut tentunya
memberikan trauma dan pandangan negatif terhadap koperasi yang merupakan
fondasi pembangunan ekonomi rakyat.
Adapun gagasan yang kami ajukan sebagai upaya membangun dan
meningkatkan kesejahteraan ekonomi petani melalui bentuk pendidikan. Solusi
yang ditawarkan adalah melalui Sekolah Lapang Wirakoperasi Pertanian. Sekolah
lapang dipilih karena dinilai sebagai salah satu bentuk lembaga pendidikan yang
dekat dengan petani. Pembekalan kepada petani disesuaikan dengan kondisi
masyarakat setempat sehingga tujuan dari sekolah lapang ini dapat diterima
dengan baik oleh para petani.
Dalam pelaksanaannya, program ini melibatkan kelompok tani (poktan)
ataupun gabungan kelompok tani (gapoktan) yang telah terbentuk. Sekolah
Lapang Wirakoperasi Pertanian dilakukan sesuai dengan kurikulum yang dimiliki
Kementrian Koperasi dan UKM dengan pendekatan pertanian yang biasa
dilakukan oleh Kementrian Pertanian. Pendidikan kewirakoperasian ini tidak
hanya berhenti sampai pendidikan Sekolah Lapang Kewirakoperasian Pertanian
saja. Namun, tetap dilakukan pembinaan serta pendampingan pada lembaga yang
dikelola oleh lulusan sekolah tersebut. Bagi lembaga yang belum berkembang ke
arah koperasi dilakukan pendekatan ofisialisasi yaitu pendampingan, bagi
lembaga yang telah memasuki tahap pengembangan menjadi koperasi sudah
mulai dilepas namun tetap harus didampingi (deofisialisasi), dan bagi lembaga
yang sudah mandiri dan siap dengan nilai-nilai koperasi, maka terdapat pilihan
untuk tatap menjadi lembaga sebelumnya ataupun berubah menjadi operasi secara
utuh.
Melalui program Sekolah Lapang Wirakoperasi Pertanian ini diharapkan
dapat menjawab permasalahan yang ada. Sekolah Lapang Wirakoperasi Pertanian
diharapkan mampu mengarahkan dan melahirkan lembaga pertanian (Poktan atau
Gapoktan) yang mengimplementasikan nilai koperasi dan melahirkan lulusan
yang optimis dan dapat menyebarkan nilai-nilai koperasi. Dengan demikian dapat
merubah pandangan negatif masyarakat terhadap koperasi, meningkatkan
bergaining power petani serta peningkatan perekonomian petani.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2011.Berita Resmi Statistik Badan Pusat Statisitik.Jakarta :BPS
Anonim.2011.BI:Pertumbuhan
Pertanian
Masih
Rendah.
http://www.waspada.co.id/ [21 Februari 2011]
Anonim.2011. Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan
Pekerjaan Utama. http://www.bps.go.id/ [21 Februari 2011]
Arief Sritua.2002.Bung Hatta Bapak Ekonomi Kerakyatan Indonesia.Surakarta:
Muhammadiyah University Press.
Arifin Bustanil.1993.Koperasi dan Agroindustri.Jakarta: Cides
Ariffin Ramudi.2002.Manfaat Harga Koperasi.Bandung: Laboratorium
Manajemen Koperasi IKOPIN
Baga Lukman M,et.al.2009.Diktat Kuliah :Koperasi dan Kelembagaan
Agribisnis. Bogor : Departemen Agribisnis FEM IPB.
Chagwiza.2010.Integration Of Smallholder and Emerging Farmer in Global
Value Chain Through Better Product Quality and Governance:
Citrus Fruit From South Africa.Nijmegen : University Nijmegen
Sitio Arifin dan Halomoan Tamba.2001.Koperasi: Teori dan Praktik.Jakarta:
Penerbit Erlangga
Subianto Prabowo, et.al.2009.Membangun Kembali Indonesia Raya.Jakarta: IGN
Widjanarko, Bambang. Membangun Citra Koperasi Menuju Badan Usaha yang
Tangguh
dan
Mandiri.
http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/5307343351.pdf
[27
Februari 2011]

Lampiran 1
NAMA DAN BIODATA KETUA SERTA ANGGOTA KELOMPOK
Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap
: Rendi Seftian
b. NIM
: H34080105
c. Fakultas/ Departemen
: Ekonomi dan Manajemen/Agribisnis
d. Perguruan Tinggi
: Institut Pertanian Bogor
e. Tempat dan Tanggal Lahir
: Bogor, 1 September 1989
f. Karya Ilmiah
:
 Green Ranger : Model Pembinaan Lingkungan Melalui Kegiatan
Ekstrakulikuler di Sekolah Menengah Atas dalam Program Kreativitas
Mahasiswa 2010
g. Penghargaan Ilmiah
:
 Program Kreatifitas Mahasiswa Bidang Pemberdayaan Masyarakat
didanai DIKTI Tahun 2010
Anggota Pelaksana
1. a. Nama Lengkap
b. NIM
c. Fakultas/ Departemen
d. Perguruan Tinggi
e. Tempat dan Tanggal Lahir
f. Karya Ilmiah
g. Penghargaan Ilmiah

: Ni Putu Ayuning WPM
: H34080004
: Ekonomi dan Manajemen/Agribisnis
: Institut Pertanian Bogor
: Denpasar, 4 April 1990
::-

2. a. Nama Lengkap
: Herawati
b. NIM
: H34080037
c. Fakultas/Departemen
: Ekonomi dan Manajemen/Agribisnis
d. Perguruan Tinggi
: Institut Pertanian Bogor
e. Tempat Tanggal Lahir
: Palembang, 13 Oktober 1990
f. Karya Ilmiah
 Nidji vege rice: Nasi Berserat Tinggi dalam Program Kreativitas
Mahasiswa 2009
 Usaha Pembuatan Payung Kreatif Sebagai Souvenir Unik dari Sampah
Plastik dalam Program Kreatifitas Mahasiswa 2010
g. Penghargaan Ilmiah



:

Program Kreatifitas Mahasiswa bidang Kewirausahaan dinanai DIKTI
Tahun 2009
Program Kreatifitas Mahasiswa bidang Kewirausahaan didanai DIKTI
Tahun 2010

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

JUDUL PROGRAM
SEKOLAH LAPANG WIRAKOPERASI: EDUKASI PENANAMAN
NILAI-NILAI KOPERASI SEBAGAI DASAR PEMBENTUKAN
KELEMBAGAAN PERTANIAN

BIDANG KEGIATAN :
PKM-GT

Diusulkan oleh :
Ketua Kelompok : Rendi Seftian

H34080105 (2008)

Anggota

H34080004 (2008)

: Ni Putu Ayuning WPM
Herawati

H34080037 (2008)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

i

HALAMAN PENGESAHAN
USUL PKM-GT
: “Sekolah Lapang Wirakoperasi Pertanian: Edukasi
Penanaman Nilai-Nilai Koperasi sebagai Dasar
Pembentukan Kelembagaan Pertanian”
2. Bidang Kegiatan
: ( ) PKM-AI
( ) PKM-GT
3. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap
: Rendi Seftian
b. NIM
: H34080105
c. Jurusan
: Agribisnis
d. Institut
: Institut Pertanian Bogor
e. Alamat Rumah dan No.Tel/HP : Kampung Citeko No. 57 RT. 02-09 Desa
Cisarua Bogor, 16750
087872339456
f. Alamat email
: rendi.seftian@y7mail.com

1. Judul Kegiatan

4. Anggota Pelaksana Kegiatan
: 2 orang
5. Dosen pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar
: Rahmat Yanuar, SP, MSi
b. NIP
: 197601012006041010
c. Alamat Rumah dan No Tel./HP : Jl. Kapten Yusuf Gg. Oding No.34
RT 04/04 Desa Sirnagalih, Kec. Taman
Sari Bogor.
Telp/HP. 0812-8207185
Bogor, 28 Februari 2011
Menyetujui
Ketua Departemen

Ketua Pelaksana Kegiatan

(Dr. Ir. Nunung Kusnadi, M.S.)
NIP. 19580908 198403 1 002

(Rendi Seftian)
NIM. H34080105

Wakil Rektor Bidang
Akademik dan Kemahasiswaan

Dosen Pendamping

(Prof. Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, MS.)
NIP. 19581228 198503 1 003

(Rahmat Yanuar, SP, M.Si)
NIP.19760101 200604 1 010

ii

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami, penulis dapat menyusun dan
menyalurkan opini dan pendapat yang kami rangkum dalam penulisan yang
bertema “ Sekolah Lapang Wirakoperasi Pertanian: Edukasi Penanaman NilaiNilai Koperasi sebagai Dasar Pembentukan Kelembagaan Pertanian” yang
diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen
Pendidikan Nasional.
Karya Tulis ini merupakan hasil pemikiran (original) yang belum pernah
dipublikasikan sebelumnya dan mudah-mudahan dapat dijadikan rujukan atau
acuan adanya suatu perubahan dalam kelembagaan pertanian di negara kita.
Disamping itu, dengan adanya penerapan sekolah lapang wirakoperasi ini
diharapakan dapat menciptakan kelembagaan pertanian yang menerapkan nilainilai koperasi.
Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Rahmat Yanuar selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya
dalam menyelesaikan penulisan karya tulis ini. Tak ada gading yang tak retak,
penulis menyadari bahwa karya tulis ini belumlah sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang bersifat membangun, sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan karya tulis ini. Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi
kemajuan pertanian Indonesia.
Bogor, 26 Februari 2011

Penulis

iii

DAFTAR ISI

Halaman Judul

i

Lembar Pengesahan

ii

Kata Pengantar

iii

Daftar Isi

iv

Daftar Tabel

v

Ringkasan

vi

A. Pendahuluan

1

B. Gagasan

3

C. Kesimpulan

9

Daftar Pustaka

10

Daftar Riwayat Hidup

11

iv

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Nilai PDB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2008-2010

3

Tabel 2 Negara berdasarkan luas wilayah dan lahan yang dapat ditanami
(Arable Lands) untuk pertanian dan kehutanan

4

v

RINGKASAN

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2010 adalah 6,1 persen. Hal
ini menunjukan kondisi yang cukup baik jika dibandingkan dengan pertumbuhan
pada tahun sebelumnya. Akan tetapi tidak demikian halnya dengan pertumbuhan
pertanian. Pertanian menunjukkan kondisi yang sangat memprihatinkan
(pertumbuhan terkecil dibandingkan sektor lain) dan hanya tumbuh sebesar 2,9
persen. (BPS,2011). Hal tersebut harus menjadi perhatian, mengingat pertanian
merupakan mata pencarian hampir setengah dari penduduk Indonesia.kehidupan
petani dihadapkan pada keadaan sulit didalam melakukan kegiatan agribisnisnya.
Kendala tersebut meliputi sulitnya akses terhadap modal, jumlah lahan yang
terbatas, dan pendidikan petani yang rendah sehingga memposisikan sebagian
besar petani Indonesia pada posisi yang lemah apabila berhadapan dengan
lembaga lain. Koperasi merupakan salah satu alternatif pembangunan ekonomi
kerakyatan yang cocok diterapkan pada kelembagaan pertanian. Akan tetapi, pada
perjalannya koperasi dipandang negatif oleh sebagian besar penduduk. Hal
tersebut disebabkan salahnya pengelolaan dimasa lalu. Solusi akan pembangunan
pertanian melalui kebangkitan koperasi dapat dimulai melalui Sekolah Lapang
Wirakoperasi Pertanian. Diharapkan pelaksanaanya mampu menanamkan nilainilai koperasi dan melahirkan lembaga koperasi pertanian yang idealis dalam
membangun perekonomian bersama.

vi