penanaman nilai-nilai entrepreneurship di smpi mentari indonesia bekasi utara

(1)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh: CINDY PATIKA

1112018200070

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2016


(2)

Tanggal

c~

o 16

Tanda Tangan

:...

Mengetahui

PATIKA NIM:1112018200070, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam ujian munaqosah pada tanggal 8 November 2016 di hadapan dewan penguji. Karena itu penulis berhak memperoleh Gelar Sarjana SI (S.Pd) dalam bidang Manajemen Pendidikan.

Jakarta, 8 November 2016 Panitia Ujian Munaqosah

Ketua Panitia (Ketua Jurusan MP) Dr. Hasyim Asy'ari, M.Pd

NIP:19661009 199303 1 004 Penguji I

Drs. Rusydy Zakaria,M.Ed.M.Phili NIP:19570503 198503 1 002 Penguji II

Prof. Dr. H. Abuddin Nata, MA


(3)

Skripsi berjudul PENANAMAN NILAI-NILAJ ENTREPRENEURSHIP DI

S%IPI MENTARI INDONESIA BEKASI UTARA, Jurusan Manajemen

Pendidikan, Fakultas ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqosah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.

Jakarta, . Ok±Ober 2016

Yang mengesahkan Pern bi mb in

r. . anThninggor. M.Pd Drs. U'. Yefneltv Z, M.Pd


(4)

"PENANAMAN NILAI-NILAI ENTREPRENEURSHIP DI SMPI MENTARI INDONESIA BEKASI UTARA" yang disusun oleh Cindy Patika Nim 1112018200070 Program Studi Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, telah di uji kebenarannya oleh dosen pembimbing skripsi pada tanggal

Jakarta. zobec

Dosen Pembimbing Skripsi

anor,M.Pd Dra. Yefnelty Z,M.Pd NLP:19570710 197903 1 002 NIP: 195311011982032001


(5)

Bismillahirrohmannirrohiill

Saya yang bertanda tangan dibawah

mi:

Nama : Cindy Patika

Nim :1112018200070

Jurusan : Manajernen Pendidikan

Fakultas : Ilinu Tarbiyah clan Keguruan Dengan

mi

menyatakan bahwa:

1. Skripsi

mi

merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk mernperoleh gelar Strata Saru (S 1) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatul lah Jakarta

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penggunaan skripsi

mi

telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syari f Hidayatuhlah Jakarta

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya yang saya buat merupakan jiplakan karva orang lain. Saya bersedia menerima sanksi berdasarkan tJndang-undang yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif l-hidavatul!ah Jakarta.

Jakarta.

:tob€i ?of(o

METERAI T.IMPEL,

zW/

5494FABF15331517j

CAM )UZILT flUlIAH


(6)

ii

di SMPI Mentari Indonesia Bekasi Utara, Skripsi Program Strata 1 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2016

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, bertujuan untuk mengetahui bagaimana strategi yang digunakan dalam menanamkan nilai-nilai entrepreneurship dan untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat proses penanaman nilai-nilai tersebut. Target penelitian ini adalah kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang kurikulum, guru dan siswa-siswi SMPI Mentari Indonesia Bekasi Utara.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan penanaman nilai-nilai entrepreneurship di SMPI Mentari Indonesia berjalan dengan baik. Hal ini terlihat melalui proses penanaman nilai-nilai entrepreneurship yang dilakukan kepada siswa oleh guru dan civitas sekolah. Hasilnya ditunjukkan dengan karakter siswa yang sudah mencerminkan karakter seorang entrepreneur terlihat dari kreatifitas, percaya diri, komunikatif dan tanggung jawab. Penanaman nilai-nilai entrepreneurship diintegrasikan melalui strategi pada kegiatan-kegiatan yang diprogramkan seperti kegiatan pembelajaran normal disekolah dan juga diintegrasikan pada kegiatan ekstrakurikuler, praktik berwirausaha, pengembangan diri, muatan lokal dan budaya sekolah.

Faktor pendukung yang terdapat di SMPI Mentari Indonesia ini yaitu guru-guru yang aktif mengikuti pelatihan-pelatihan, TIM Kurikulum yang bagus, dan sarana prasarana yang memadai. Sedangkan faktor penghambat atau kendala yang dialami yaitu peserta didik yang berasal dari luar SD Mentari karena mereka belum mengetahui program sekolah yang terdapat muatan entrepreneurship yang menjadi unggulan disekolah ini. Namun sekolah dapat meminimalisir dari faktor kendala tersebut.


(7)

ii

SMPI Mentari Indonesia Bekasi Utara, Tarbiyah and Teaching Faculty of Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta in 2016

The method used in this research is qualitative descriptive, aims to understand how the strategies used in instilling the values of entrepreneurship and to determine the factors supporting and inhibiting the process of planting these values. The target of this research is the principal, vice-principal areas of curriculum, teachers and students SMPI Mentari Indonesia Bekasi Utara.

The results showed that the implementation of value investment of entrepreneurship in Indonesia Mentari SMPI going well. It is seen through the planting process values entrepreneurship is done to the students by the teachers and the school community. The results are shown with the character of the students who reflect the character of an entrepreneur looks of creativity, self-confident, communicative and responsibility. Planting the values of entrepreneurship is integrated with strategies at the programmed activities as normal learning activities in schools and is also integrated in extracurricular activities, the practice of entrepreneurship, self-development, local content and culture of the school.

The supporting factors contained in this SMPI Indonesia Mentari ie teachers who actively attend trainings, curriculum TIM nice and adequate infrastructure. While the inhibiting factors or constraints experienced that students who come from outside SD Mentari because they do not know that there is a charge school program entrepreneurship is a leading this school. However, schools can minimize the constraints of factors.


(8)

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam. Shalawat serta salam semoga terlimpah kepada nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya, serta orang-orang yang mengikuti jejaknya hingga akhir zaman.

ALHAMDULJLLAHIRABBIL 'ALAMIN, berkat pertolongan Allah SWT dan dengan izin serta kekuasaannya-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi yang merupakan salah saw persyaratan kelulusan studi Strata 1 (Si), Jurusan Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam penulisan dan penyusunan skripsi

mi

tentu tidak terlepas dan bantuan, bimbingan, petunjuk dan dorongan baik moril maupun materil dan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr Ahmad Thib Raya, MA, Dekan Fakultas ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Hasyim Asy'ari, M.Pd, Ketua Jurusan Manajemen Pendidikan Fakultas ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

3. Dra. Hj. Yefnelty Z, M.Pd dan Dr. H. Salman Tumanggor, M.Pd, Pembimbingan Skripsi, terima kasih yang tak terhingga atas saran, kritikan dan masukannya yang telah mengarahkan dan membenikan bimbingan kepada penulis, sehingga penulisan skripsi

mi

dapat diselesaikan.

4. Drs. Ali Nurdin, M.Pd, Dosen Penasehat Akademik yang telah membenikan arahan dan semangat kepada penulis.

5. Takiddin , M.Pd, Sekertanis Jurusan Manajemen pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

6. Yuyun Yuliana, Staf Jurusan Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah clan Keguruan, beserta seluruh Dosen dan Staf Manajemen


(9)

beserta staf, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian dan membantu penulis dalam memperoleh inforrnasi dan data dalam penyusunan skripsi

mi.

S. Kedua orang tua tercinta Ayahanda Wahirrudin Musa dan Ibunda Dedeh Nursa'adah, yang tak henti-hentinya memberikan dukungan, doa, motivasi dan limpahan kasih sayang yang tak terhingga, serta bantuan baik moril maupun materil hingga penulis dapat menyelesaikan studi

mi.

9. Kepada Kanda Abdul Jam' S.Pd.I Yang telah memberikan motivasi, semangat dan do'a yang tiada henti.

10. Sahabat-sahabat sepeijuangan Manajemen Pendidikan 2012, khususnya Dewi Purnama Sari dan Rika Rimawati, yang telah banyak membantu, memotivasi, dan memberikan masukan yang berkenaan dengan penulisan skripsi

mi.

Kehadiran kalian membuat warna dalam hidup

mi,

mengukir sejarah yang tak pernah terlupa, terima kasih untuk kecerian yang kalian berikan.

Akhirnya dengan segala keterbatasan penulis hanya dapat mengembalikan segalanya kepada Allah SWT, semoga semua bantuan, bimbingan, ilmu clan doa yang telah diberikan mendapatkan balsan darl Allah SWT. Semoga skripsi

mi

bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembanya umumnya.

Amin Yaa Rabbi 'Alamin.

Jakarta, 102016


(10)

LEMBAR PENGE.SAHAN PAN ITIA UJ1AN SKRIPSI LEMBAR PENGESAHAN UJI REFERENSI

SURATPERNYATAAN ...

ABSTRAK...ii

ABSTRACT...iii

KATAPENGANTAR... iv

DAFTARIS!... DAFTARTABEL ...vii

BAB I PtNDAJLUAN A. Latar Belakang Masalah ... B. Identifikasi Masalah... 7

C. Perumusan i\4asaiah ... 7

D. Pembatasan Masalah... 8

E. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN TEORI A. Nilai —nilai Entrepreneurship...9

1. Pengertian Entrepreneur...9

2. Karakteristik Entrepreneur. ... 10

3. Tujuan Entrepreneur ... 17

4. Nilai-nilai Dasar Entrepreneur ... 1 8 B. Urgensi Penanaman Nilai-ni lal Entrepreneurship dalam Dunia Pendidikan...19

1. Pengembangan Nilai Entrepreneurship dalam Pendidikan...19

2. Keberhasilan Penanaman Nilai Entrepreneurship ...21


(11)

C. Penelitian yang Relevan ... 35

D. Kerangka Berpikir...36

BAB III METODOLOGI PEN ELITIAN A. Tujuan Penelitian ... 38

B. Tempat dan Waktu Penelitian... 38

C. Metode Penelitian ... 39

D. Teknik Pengumpulan Data... 39

E. Instrumen Penelitian... 40

F. Teknik Analisis Data ... 42

I3AB TV BASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Sekolah ... .44

1. Vlsi dan Misi SMPI Mentari Indonesia ...44

2. Profil Guru SMPI Mentari Indonesia... 45

3. Data Siswa SMPI Mentari Indonesia...47

4. Sarana dan Prasarana SMPI Mentari Indonesia...48

B. Analisis dan Pembahasan Hasil Penelitian...49

BABV PENUTUP A. Kesimpulan... 64

B. Saran ...65

DAFTAR PUSTAXA LAMPllAN-LAMP1RAN BIODATA PENULIS


(12)

Tabel 3profil guru SMPI Mentari Indonesia...46

Tabel 4 daftar pendidik dan tenaga kependidikan...46

Tabel 5 datajumlah SMPI Mentari Indonesia...48


(13)

1

A. Latar Belakang Masalah

Setiap orang harus bekerja. Bekerja adalah sebuah kewajiban, tanpa bekerja orang tidak akan mungkin dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk bekerja orang bisa mendapatkannya dengan cara bekerja dengan orang lain atau pun bisa dengan menciptakan pekerjaan sendiri. Untuk mendapatkan pekerjaan dari orang lain kesempatannya tidak banyak, yang lebih luas adalah menciptakan lapangan kerja sendiri disitulah dibutuhkan jiwa entrepreneur. Dengan entrepreneur orang bisa berubah, yang tadinya hanya menjadi pekerja, namun sekarang menjadi pemilik para pekerja.

Masalah kemiskinan dan pengangguran di Indonesia merupakan masalah yang belum terselesaikan hingga saat ini. Menurut Biro Pusat Statistik, jumlah pengangguran pada agustus 2014 mencapai 7,2 juta orang, dengan tingkat pengangguran terbuka (TPT) cenderung meningkat, dimana TPT Agustus 2014 sebesar 5,94 persen naik dari TPT Februari 2014 sebesar (5,70 persen).

Pada Agustus 2014, TPT untuk pendidikan sekolah menengah kejuruan menempati posisi tertinggi yaitu sebesar 11,24 persen, disusul oleh TPT sekolah menengah atas sebesar 9,55 persen , sedangkan TPT terendah terdapat pada tingkat pendidikan SD ke bawah yaitu sebesar 3,04 persen. Jika dibandingkan keadaan Agustus 2013, TPT yang mengalami peningkatan yaitu pada tingkat pendidikan sekolah menengah kejuruan, Diploma, dan Universitas.1 Semakin membengkaknya lulusan perguruan

1

https://www.academia.edu/11386648/Berita_Resmi_BPS_2015, diakses 21:53 WIB, 09/11/2015 1


(14)

tinggi yang menganggur semakin menunjukkan bahwa ketersedian lapangan kerja yang sangat terbatas.

Kemiskinan menjadi jalan masuknya penjajahan abad baru karena bangsa yang miskin akan mudah dikendalikan dan dikuasai. Generasi masa kini dan yang akan datang harus dapat memperjuangkan dan mengelola sumber daya yang melimpah, dan pendidikan entrepreneur adalah salah satu jalan untuk keluar dari kemiskinan menuju kemakmuran.

Pendidikan entrepreneur merupakan konsep pendidikan yang memberikan semangat pada peserta didik untuk kreatif dan inovatif dalam mengerjakan sesuatu hal. Pola pendidikan sedemikian ini menuntut peserta didik untuk bisa produktif. Pendidikan entrepreneur adalah sebuah pendidikan yang mengarahkan dan membekali peserta didik untuk bisa cepat dalam merespon perubahan dan memahami kebutuhan sosial ekonomi masyarakat.

Pemerintah seyogyanya mau memberikan perhatian lebih dan menyediakan dana yang memadai supaya proses pendidikan entrepreneurship bisa berjalan dan dijalankan secara efektif. Orang tua harus membekali pendidikan entrepreneur sejak dini untuk anak-anaknya, guru harus mengajarkan spirit entrepreneur pada murid-muridnya, masyarakatpun harus lebih aktif dan intensif dalam memantau perkembangan pendidikan entrepreneur jika ingin bangsanya maju, tidak hanya menjadi bangsa kuli dengan mengirim TKI keluar negeri yang sebagian besar sebagai pembantu. Negara yang kaya raya akan sumber daya alam ini bila didukung sumber daya yang memiliki spirit entrepreneur yang tinggi akan menjadi negara yang makmur sehingga


(15)

dengan sendirinya kemiskinan akan berkurang bahkan menjadi sejarah dan tinggal kenangan yang hanya ada di museum.2

Persaingan dunia pendidikan semakin luas. Bukan hanya keahlian kognisi tapi juga keterampilan hidup menjadi kebutuhan dalam karakter. manusia dituntut mandiri dan kreatif dalam menjalani kehidupan, untuk itu dibutuhkan lembaga pendidikan yang dapat mengedepankan kreatifitas dan dapat mengembangkan lifeskill, sehingga menumbuhkan jiwa enterpreneurship pada peserta didik untuk dapat tahan uji di masa yang akan datang sekaligus untuk dapat menjadi seorang yang kuat imannya, kuat aqidahnya, berilmu dan berakhlak mulia. Diharapkan kedepannya mereka tidak hanya mapan kognisi dalam kerangka ilmiah tapi juga memiliki kecakapan dan keterampilan hidup melalui nilai-nilai enterpreneur. Namun, banyak sekolah dan guru yang belum sepenuhnya menanamkan nilai-nilai entrepreneurship baik itu dalam mata pelajaran ataupun kegiatan di luar mata pelajaran dikarenakan kurang beragamnya kegiatan entrepreneurship yang diberikan sekolah serta sekolah kurang mengembangkan startegi yang digunakan dalam menanamkan nilai entrepreneurship kepada siswa. Maka dari sekaranglah diperlukan lembaga pendidikan yang mengedepankan nilai-nilai entrepreneurship , salah satu sarana yang paling baik untuk menanamkan nilai-nilai entrepreneurship adalah sekolah.

Sekolah memiliki peran penting untuk menanamkan nilai-nilai entrepreneur, dan Sekolah harus memberikan support para guru dalam mengkreasikan ide entrepreneurship kepada anak melalui berbagai program. Program –program tersebut bisa melalui kurikulum pendidikan atau kegiatan-kegiatan kesiswaan yang mengarah kepada kewirausahaan. Support sekolah ini kunci dari keberhasilan guru karena bagaimana mungkin guru menanamkan jiwa entrepreneurship kepada anak jika

2

Nurseto, Tejo. “Pendidikan Berbasis Entrepreneur”, Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia.

Program Studi Pendidikan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta. Vol.VII No.2, 2010.


(16)

sekolah tempatnya mengajar tidak mempunyai kurikulum ataupun kegiatan kesiswaan yang berkaitan dengan entrepreneurship.

Masuknya nilai-nilai entrepreneurship pada kurikulum sekolah mewajibkan guru untuk selalu mengaitkan pelajaran yang diajarkan terlepas bidang studi apapun yang diajarkan untuk selalu dikaitkan dengan entrepreneurship. Hal ini yang akan membuat anak mempunyai banyak pengetahuan entrepreneurship. Kegiatan sekolah yang berkaitan dengan entrepreneurship merupakan penyeimbang bagi anak untuk menerapkan apa yang ia peroleh dari pelajaran yang diajarkan oleh guru tersebut.3 Tanggungjawab, kreativitas, dan mampu mengambil keputusan adalah sifat yang akan muncul pada anak jika nilai-nilai entrereneurship ditanamkan sejak dini, nilai tersebut merupakan modal bagi keberhasilan hidup anak saat ia dewasa.

Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 3. Menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Fungsi dan tujuan di atas, menunjukkan pendidikan di setiap satuan pendidikan harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut. 4

Pendidikan entrepreneurship menjadi bekal untuk para peserta didik kedepannya, jika tidak ada entrepreneur mungkin kedepannya bangsa ini menjadi bangsa pekerja, akibatnya mudah dijajah, mudah

3

Ibid.

4

Tim Pusat Kurikulum Pengembangan Entrepreneurship, Bahan Penelitian Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-nilai Budaya untuk Membentuk Daya Saing Dan Karakter Bangsa. (Jakarta:Balitbang Kemendiknas RI,2010) hal 1.


(17)

dibohongi dan mudah diatur, ini membahayakan bagi masa depan peserta didik dimasa mendatang. Kenyataan yang kita lihat sekarang ini, tidak banyak anak yang memiliki jiwa entrepreneur, buktinya yaitu jika mereka ditanya ingin menjadi apa, kebanyakan menjawab ingin menjadi dokter, guru, dsb. Jarang sekali yang ingin menjadi pengusaha, itu menunjukkan bahwa mereka memiliki jiwa pekerja bukan jiwa entrepreneur.

Masih banyak siswa yang belum menyadari bahwa entrepreneur itu penting dipelajari, banyak faktor yang mempengaruhi mereka yaitu faktor orang tua yang menginginkan anak menjadi yang mereka mau, lingkungan, sekolah yang hanya memberikan muatan-muatan akademis bukan membiasakan anak mempunyai jiwa entrepreneur contohnya disekolah biasanya ada tabungan untuk siswa, kenyataannya bukan anaknya yang menabung, melainkan orang tuanya. itu bukti bahwa orang tua pun belum menanamkan nilai-nilai entrepreneur dalam diri anaknya, karna jika anak tersebut sudah memiliki jiwa entrepreneur pastinya mereka bisa mengatur uang yang sudah di berikan oleh orang tuanya artinya bisa hemat. Contohnya lagi ketika ada anak yang berjualan di sekolah kebanyakan dicibir oleh siswa yang lain dan dianggap rendah oleh mereka, disitulah bisa kita lihat jiwa-jiwa entrepreneur pupus sejak dini karena anak terbiasa diberi oleh orang tua. Timbul pertanyaan, bagaimana cara mengatasinya? cara mengatasinya yaitu dengan pembiasaan dirumah, sekolah, dan lingkungan yang mendukung mereka. Kurangnya kegiatan-kegiatan entrepreneur yang menunjang kreatifitas para siswa sehingga siswa pun sulit untuk mengekspresikan ide-ide cemerlang mereka.

Salah satu dari beberapa sekolah yang menanamkan nilai-nilai entrepreneurship, salah satunya adalah SMPI Mentari Indonesia Bekasi Utara. Sekolah ini mempunyai jenjang dari mulai jenjang TK, SD,sampai SMP. Pada masing-masing jenjang memiliki program unggulan tersendiri yaitu pada sekolah TK diberikan program unggulan yaitu bahasa inggris dan kurikulum Islam, SD diberikan program unggulan IT dan


(18)

entrepreneurship namun diberikan hanya pada kelas 4, 5, dan 6 saja, dan pada SMP diberikan program unggulan entrepreneurship. Sebagaimana diketahui SMPI Mentari Indonesia memiliki visi: menjadi lembaga pendidikan islam berkarakter entrepreneur yang unggul dalam iman, ilmu, akhlaq. Dan memiliki misi : menjadikan Al-Quran dan As-Sunnah sebagai landasan kegiatan, menumbuh kembangkan jiwa entrepreneurship yang berlandaskan keislaman dengan mengembangkan kurikulum yang berbasis CTL (Contextual Teaching and Learning), memberikan hasil terbaik bagi para stakeholder (yayasan, pengguna jasa, dan civitas akademik), menggunakan multi kurikulum untuk mendukung implementasi kualitas peserta didik yang handal, mendukung pengembangan jalur informasi dan ilmu pengetahuan melalui koneksi internet, menjadikan sekolah sebagai laboratorium pendidikan yang menghasilkan hasil penelitian yang mutakhir, membangun kerjasama yang baik dengan dinas pendidikan serta sekolah menengah di dalam dan luar negeri.

Visi dan misi sekolah tersebut telah menggambarkan bahwa sekolah menginginkan siswa dan siswinya memiliki karakter entrepreneur didukung oleh misi yaitu dengan menumbuh kembangkan jiwa entrepreneurship melalui kurikulum yang berbasis CTL( Contextual Teaching and Learning). Oleh karena itu sekolah harus bisa mewujudkan poin-poin yang tertuang dalam misi tersebut.

Berdasarkan hasil wawancara untuk studi pendahuluan, dimana penanaman nilai-nilai entrepreneurship di SMPI Mentari Indonesia Bekasi Utara secara umum sudah cukup baik, karna sudah menanamkan nilai-nilai entrepreneurship baik berada di dalam kelas kaitannya dengan pembelajaran, maupun kegiatan diluar kelas. Akan tetapi pada pelaksanaannya disekolah banyak kendala-kendala yang dihadapi, terutama pada kreativitas siswa yang tidak merata, sehingga membuat mereka kesulitan dalam mengimplementasikan apa yang mereka dapat di


(19)

kelas ke dalam praktik. Bukan hanya itu saja, sekolah juga belum melakukan kerja sama secara terikat dengan perusahaan atau PT seperti halnya SMK sehingga kurangnya jaringan untuk bekerja sama. tentunya hal tersebut mempengaruhi proses berjalannya penanaman nilai-nilai entrepreneurship di SMPI Mentari Indonesia Bekasi Utara. Dan dalam hal ini pastinya perlu banyak strategi yang harus dikembangkan oleh sekolah ataupun guru dalam menanamkan nilai-nilai entrepreneurship. Meskipun sudah cukup baik dalam menanamankan nilai-nilai entrepreneurshipnya. Namun, tetap saja tidak luput dari masalah-masalah yang timbul dalam menanamkan nilai-nilai tersebut.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang penanaman nilai-nilai entrepreneurship di

sekolah tersebut. Dengan judul skripsi “Penanaman Nilai-nilai

Entrepreneurship di SMPI Mentari Indonesia Bekasi Utara”.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang diatas teridentifikasi beberapa masalah di bawah ini: 1. Kurang beragamnya bentuk kegiatan-kegiatan entrepreneurship dalam

menanaman nilai-nilai entrepreneurship

2. Banyak faktor baik itu faktor pendukung ataupun penghambat yang mempengaruhi proses berjalanannya kegiatan entrepreneurship

3. Masih banyak siswa yang kreativitasnya rendah

4. Belum terjadinya kerjasama antara sekolah dengan perusahaan / pihak luar

5. Belum optimalnya strategi yang di kembangkan oleh sekolah dalam menanamkan nilai-nilai entrepreneurship

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka penulis membatasi lingkup masalah dalam penelitian ini, yakni :


(20)

1. Strategi yang digunakan dalam menanamkan nilai-nilai entrepreneurship di SMPI Mentari Indonesia Bekasi Utara.

2. Faktor pendukung dan faktor penghambat apa saja yang terdapat dalam menanamkan nilai-nilai entrepeneurship di SMPI Mentari Indonesia Bekasi Utara.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas dan untuk lebih memperjelas permasalahan yang akan diteliti, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana strategi yang digunakan dalam menanaman nilai-nilai entrepreneurship di SMPI Mentari Indonesia Bekasi Utara?

2. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam menanamkan nilai-nilai entrepreneursip di SMPI Mentari Indonesia Bekasi Utara?

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat berupa:

1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan dan pengembangan keterampilan peserta didik, serta dapat menjadi acuan sekolah dalam menanamkan nilai-nilai entrepreneurship guna menumbuhkan karakter yang mencerminkan seorang entrepreneur.

2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam memberikan informasi dan pemahaman kepada tenaga pendidik, orang tua, masyarakat, dalam menanaman nilai-nilai entrepreneurship kepada peserta didik disekolah.


(21)

9

A. Nilai-nilai Entrepreneurship 1. Pengertian Entrepreneurship

Menurut Kementerian Pendidikan Nasional, kewirausahaan adalah suatu sikap, jiwa dan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru yang sangat bernilai dan berguna bagi dirinya dan orang lain. Kewirausahaan merupakan sikap mental dan jiwa yang selalu aktif atau aktif berdaya, bercipta, berkarya dan bersahaja dan berusaha dalam rangka meningkatkan pendapatan dalam kegiatan usahanya.5

Menurut Novan Ardy Wiyani, entrepreneurship atau kewirausahaan adalah suatu sikap mental, pandangan, wawasan serta pola pikir dan pola tindak seseorang terhadap tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya dan selalu berorientasi kepada costumers. Entrepreneurship dapat juga diartikan sebagai semua tindakan dari seseorang yang mampu memberi nilai terhadap tugas dan tanggung jawabnya. 6

Dalam intruksi Presiden (Inpres) Nomor 4 Tahun 1995 Tanggal 30 Juni tentang Gerakan Nasional Memasyarakatkan dan Membudayakan Kewirausahaan, di kemukakan bahwa: kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha dan atau kegiatan yang mengarah pada upaya

5

Tim Pusat Kurikulum Pengembangan Entrepreneurship, Bahan Penelitian Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-nilai Budaya untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa. (Jakarta:Balitbang Kemendiknas RI,2010) h. 15.

6


(22)

mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja, teknologi dan produksi baru dengan meningkatkan efesiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar. 7

Hisrich (2008:8) mendefinisikan bahwa entrepreneurship is process of creating something new dan assuming the risk and reward, dari definisi tersebut seorang entrepreneur harus memiliki perilaku antara lain :(1) memiliki inisiatif yang kuat untuk sukses (2) mengalokasikan sumberdaya yang memiliki menjadi output yang memiliki competitive advantage (3) berani mengambil risiko dari setiap kegiatan bisnis yang dilakukan.8

Dari beberapa pendapat dan definisi tentang kewirausahaan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan adalah suatu sikap yang mencerminkan karakter wirausaha dimana dapat menciptakan sesuatu yang bermanfaat baik untuk dirinya ataupun orang lain disekitarnya. Dan memiliki kemauan keras untuk mewujudkan kreatifitas, inovasi serta ide-ide baru dan merealisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian seorang wirausaha dapat memanfaatkan fasilitas ataupun sumber daya yang ada, dengan mengolahnya dan menghasilkan sesuatu yang berbeda dari orang lain. Sebab itulah masyarakat perlu menyadari bahwa entrepreneurship atau kewirausahaan itu penting kiranya dikembangkan, bukan hanya dikembangkan melainkan ditanamkan melalui nilai-nilai entrepreneurship sejak dini, baik itu dalam lingkungan keluarga, maupun lembaga pendidikan.

Dalam Islam pun entrepreneurship diajarakan oleh para Rosulullah, pada dasarnya nafkah terbaik adalah nafkah yang

7

Eman Suherman, Desain Pembelajaran Kewirausahaan, ( Bandung: Alfa Beta, 2010 ), h. 6.

8

Willy Arafah, Esensi Lingkungan Bisnis & Entrepreneurship, ( Jakarta:Universitas Trisakti,


(23)

didapatkan dari hasil usahanya sendiri. Nafkah yang halal dan baik, baik berupa makanan ataupun pakaian.

سو هي ع ه ى ص يبنلا نع ِ ركيدعم نب ادقملا نع

ناو ,هِدي لمع نم لكأي نا نم اريخ طق م عطدحا لكا م:ل ق

ه دي لمع نم لكأي ن ك اسلا هي ع دواد ه ِِيبن

.

Dari Miqdam bin Ma’dikariba Radhiyallahu 'anhu, dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa salam, ia berkata: “Tidaklah seseorang makan

makanan yang lebih baik daripada hasil usahanya sendiri, sedang Nabi

Daud Alaihissalam juga makan dari hasil usahanya sendiri”. [HR

Bukhari]

Islam telah memotivasi pengikutnya untuk bekerja, berkarya, dan berusaha dengan serius, dengan tetap memperhatikan ketentuan-ketentuan syariat Allah swt.

2. Karakteristik Entrepreneur

Karakter terdiri atas nilai-nilai operatif, nilai-nilai yang berfungsi dalam praktek. Karakter mengalami pertumbuhan yang membuat suatu nilai menjadi budi pekerti, sebuah watak batin yang dapat diandalkan dan digunakan untuk merespon berbagai situasi dengan cara yang bermoral. Ketika kita berfikir tentang jenis karakter yang kita inginkan bagi anak kita, jelas bahwa kita ingin agar mereka mampu menilai hal yang baik dan buruk, sangat peduli pada hal yang benar, dan melakukan apa yang menurut mereka benar bahkan di saat mereka dihadapkan pada tekanan dari luar dan godaan dari dalam. 9

Wirausaha adalah orang-orang yang memiliki kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis, mengumpulkan berbagai sumber daya yang dibutuhkan guna mengambil tindakan yang tepat, mengambil profit, serta memiliki karakter dan kemauan untuk mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia nyata secara kreatif meraih sukses. Intinya, seorang wirausaha adalah orang-orang yang

9

Thomas Lickona, Pendidikan Karakter Panduan Lengkap Mendidik Siswa Menjadi Pintar dan Baik, ( Bandung: Nusa Media, 2013), h 72.


(24)

memiliki karakter kewirausahaan dan mengaplikasikan hakikat kewirausahaan dalam hidupnya. Dengan kata lain, wirausaha adalah orang-orang yang memiliki jiwa kreatifitas dan inovasi yang tinggi dalam hidupnya.

Ada tujuh karakter seorang wirausaha yang merupakan sifat unggul, yakni: percaya diri, orisinalitas, berorientasi manusia, berorientasi pada hasil kerja, berorientasi pada masa depan, berorientasi pada prestasi, berani ambil risiko.

a. Percaya diri

Seorang wirausaha haruslah memiliki sifat percaya diri yang tercermin dari sikap yakin dan optimis, mandiri, kepemimpinan, dan dinamis.

b. Orisinalitas

Seorang wirausaha haruslah memiliki sifat-sifat orisinalitas yang tercermin dari sikap kreatif, inovatif, inisiatif/proaktif.

c. Berorientasi manusia

Sikap-sikap pada manusia tercermin dari sifat dan tindakan sifat suka bergaul dengan orang lain, komitmen, responsif terhadap saran dan kritik.

d. Berorientasi pada hasil kerja

Sikap-sikap berorientasi pada hasil kerja dapat dilihat dari sifat dan tindakan ingin berprestasi, berorientasi keuntungan, teguh, tekun, dan kerja keras, penuh semangat dan energi.

e. Berorientasi pada masa depan

Karakter ini terdiri dari sifat pandangan kedepan, ketajaman persepsi.oleh sebab itu seorang wirausaha harus memiiki visi dan tujuan yang jelas.

f. Berorientasi pada prestasi

Seorang wirausaha yang sukses selalu mengejar prestasi yang lebih baik daripada prestasi sebelumnya. Mutu produk,


(25)

pelayanan yang diberikan serta kepuasan pelanggan menjadi perhatian utama.

g. Berani mengambil resiko

Hal ini merupakan sifat yang harus dimiliki seorang wirausaha kapan pun dan di tempat mana pun, baik dalam bentuk uang, maupun waktu.10

Dari ketujuh karakter diatas mencerminkan sifat seorang entrepreneur, dimana karakter entrepreneur ini bisa kita ajarkan atauoun tanamkan kepada anak didik sejak dini agar mereka bisa percaya diri dalam menunjukkan keahlian mereka, kreatif dalam menciptakan ide baru, dapat berkomitmen dan bergaul baik dengan orang lain, penuh kerja keras, memiliki tujuan yang jelas, mengutamakan prestasi, dan berani mengambil resiko yang dihadapi.

Menurut M.Scarborough dan Thomas W. Zimmer terdapat 8 karakteristik kewirausahaan yang meliputi hal-hal sebagai berikut:

a. Rasa tanggung jawab ( desire for responsibility). Yaitu meliki rasa tanggung jawab atas usaha-usaha yang dilakukannya. Seseorang yang memiliki rasa tanggung jawab akan selalu berkomitmen dan wawas diri.

b. Memilih risiko yang moderat (preference for moderate risk) yaitu lebih memilih resiko yang moderat, artinya selalu menghindari resiko, baik yang terlalu rendah maupun terlalu tinggi.

c. Percaya diri terhadap kemampuan sendiri ( confidence in their ability to succes) yaitu memiliki kepercayaan diri atas kemampuan yang dimilikinya untuk memperoleh kesuksesan.

d. Menghendaki umpan balik segera(desire for immediate feedback) yaitu selalu menghendaki adanya umpan balik dengan segera, ingin cepat berhasil.

e. Semangat dan kerja keras ( high level of energy), yaitu memiliki semangat dan kerja keras untuk mewujudkan keinginannya demi masa depan yang lebih baik.

10


(26)

f. Berorientasi ke depan (future orientation), yaitu berorientasi masa depan dan memiliki perspektif dan wawasan jauh ke depan.

g. Memiliki keterampilan berorganisasi (skill at organizing), yaitu memiliki keterampilan dalam mengorganisasikan sumber daya untuk menciptakan nilai tambah.

h. Menghargai prestasi (value of achievement over money), yaitu lebih menghargai prestasi daripada uang.11

Dari 8 karakteristik tersebut kita dapat mengetahui karakteristik seperti apakah yang dimiliki seorang wirausaha dalam menjalankan kehidupan sehari-hainya.

Terdapat konsep 10 D dari Bygrave yaitu menggambarkan beberapa karaktereristik dari wirausahaan yang berhasil memiliki sifat-sifat yang dikenal dengan istilah 10 D Bygrave, 1994:5)

a. Dream, seorang wirausaha mempunyai visi bagaimana keinginannya terhadap masa depan pribadi dan bisnisnya yang paling penting adalah mempunyai kemampuan untuk mewujudkan impiannya tersebut. b. Decisiveness, seorang wirausaha adalah orang yang

tidak bekerja lambat. Mereka membuat keputusan secara cepat dengan penuh perhitungan.

c. Doers, begitu seorang wirausaha membuat keputusan maka dia langsung menindak lanjutinya.

d. Determination, seorang wirausaha melaksanakan kegiatannya dengan penuh perhatian. Rasa tanggung jawabannya tinggi dan tidak mau menyerah, walaupun dia dihadapkan pada halangan atau ringtangan yang tidak mungkin diatasi.

e. Dedication, dedikasi seorang wirausaha terhadap bisnisnya sangat tinggi, kadang-kadang dia mengorbankan hubungan kekeluargaan, melupakan hubungan dengan keluarganya untuk sementara.

f. Devotion, devotion berarti kegemaran atau kegila-gilaan. Demikian seorang wirausaha mencintai bisnisnya dia mencintai pekerjaan dan produk yang dihasilkannya.

11

Suryana, Kewirausahaan Kiat dan Proses Menuju Sukses, ( Jakarta: Salemba Empat, 2006), h.23.


(27)

g. Details, seorang wirausaha sangat memperhatikan faktor-faktor kritis secara rinci. Dia tidak mau mengabaikan faktor-faktor kecil tertentu yang dapat menghambat kegiatan usahanya.

h. Destinity, seorang wirausaha bertanggung jawab terhadap nasib dan tujuan yang hendak dicapainya. i. Dollars, wirausahaan tidak sangat mengutamakan

mencapai kekayaan. Motivasinya bukan memperoleh uang. Akan tetapi uang dianggap sebagai ukuran kesuksesan bisnisnya.

j. Distribute, seorang wirausaha bersedia

mendistribusikan kepemilikan bisnisnya terhadap orang-orang kepercayaannya.12

Terdapat pula ciri-ciri atau karakteristik seorang entrepreneur menurut penulis dapat terangkum dalam rumusan akronim EMAN SUHERMAN dan disebut dengan konsep Kang Eman yaitu:

a. Energik b. Modern c. Antisipatif d. Naturalitatif e. Smart f. Urgent g. Humanity h. Empaty i. Rasional j. Motivation k. Attention l. Need

Apabila konsep tersebut sudah tertanam dalam jiwa dan sudah dilakukan oleh seorang wirausaha, maka yang bersangkutan akan disiplin, aktif, kreatif, inovatif, dan produktif.

Jika telah terlaksana akan dapat menumbuhkan karakteristik utama yang harus dimiliki oleh seorang wirausaha, yang berdasarkan kajian dari berbagai sumber terdiri atas: mandiri dan jujur, mempunyai profesionalisme bisnis, disiplin, inisiatif, kreatif, dan inovatif, berorientasi pada prestasi dan masa depan, ulet, optimis dan

12


(28)

bertanggung jawab, enerjik dan mampu beradaptasi dengan lingkungan sosial, terampil dalam pengorganisasian, mempunyai perencanaan yang realistik dan objektif, berani mengambil risiko melalui integrasi pribadi yang antisipatif, senang dan mampu menghadapi tantangan, memiliki teknik produksi 13

Dari pendapat-pendapat di atas, terdapat beberapa kesamaan karakteristik wirausaha yang dikemukakan oleh para ahli yaitu seperti: percaya diri, berorientasi pada masa depan, bertanggung jawab, menghargai prestasi, berani mengambil risiko, umpan balik. Semua karakteristik ini yang tertanam dalam jiwa wirausaha dalam menjalankan usaha-usaha mereka, dengan mengetahui karakteristik seorang wirausaha kita dapat meniru ataupun mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Dan perlu kiranya lembaga pendidikan dapat membangun karakteristik wirausaha ini untuk bisa di tanamkan kepada peserta didik disekolah. Karakter wirausaha di awali dengan penanaman nilai-nilai terlebih dahulu, karna karakter tidak diwariskan tetapi sesuatu yang dibangun secara berkesinambungan hari demi hari melalui pikiran dan perbuatan, pikiran demi pikiran, tindakan demi tindakan. dan membangun karakter manusia itu merupakan suatu proses yang tiada pernah berhenti.

Karakteristik wirausahawan dapat ditumbuhkan melalui penerapan nilai-nilai kewirausahawan di lingkungan sekolah. Setiap warga sekolah mulai dari pimpinan, guru, karyawan dan peserta didik harus konsisten terhadap karakteristik wirausaha menjadi perilaku kehidupan sehari-hari. Sehingga dengan demikian pada akhirnya peserta didik akan terbiasa dengan pola kehidupan yang sesuai dengan karekteristik wirausaha.

13


(29)

Upaya yang bisa dilakukan untuk menumbuhkan jiwa wirausaha melalui budaya sekolah, yaitu dengan cara memasukkan nilai-nilai karakteristik wirausaha kedalam peraturan yang berlaku di sekolah. Peraturan yang dibuat harus melibatkan semua komponen yang ada di sekolah, serta mengkomodasi kepentingan stakeholder demi kemajuan sekolah, sehingga peraturan itu sudah mengalami uji materiil dari seluruh warga sekolah dan diakui keberadaanya. Peraturan tersebut meliputi (1) tata tertib peserta didik, (2) kode etik guru dan karyawan, dan (3) peraturan lain yang mengatur terhadap siapa saja yang pada saat itu berada di lingkungan sekolah.

Dalam upaya menerapkan peraturan yang berlaku di sekolah, maka perlu dilakukan langkah-langkah (1) sosialisasi peraturan, kegiatan ini dilakukan agar semua warga sekolah dan stakeholder mengetahui bahwa di sekolah telah diterapkan peraturan. Bentuk sosialisasinya bisa melalui ceramah, brosur, pemasangan di tempat strategis di lingkungan sekolah, (2) pelaksanaan, (3) pengawasan, dan (4) pemberian funishmen dan reward.14

3. Tujuan Entrepreneurship

Tujuan kewirausahaan ialah mencetak wirausaha yang kreatif dalam artian individu yang memiliki kreativitas yang tinggi dalam melaksanakan kegiatan hidupnya kelak, khususnya di dunia usaha atau profesi lainnya. pada dasarnya tujuan pembelajaran kewirausahaan diantaranya harus memuat hal-hal yang berhubungan dengan pemahaman terhadap konsep kewirausahaan, pembentukkan jiwa wirausaha, pengembangan diri, teknik-teknik berwirausaha, aspek manajemen bisnis, pemasaran, penjualan, dan teknik optimalisasi risiko, kreatifitas, inovasi, kepemimpinan, komunikasi,

14

Siti Fatimah, “Menumbuhkan Jiwa Wirausaha Muda Dalam Pembelajaran Ekonomi”,Jurnal Pendidikan dan Kajian Sejarah. Vol. 3 no 4 Agustus 2013. h. 15.


(30)

langkah memasuki dunia usaha, dasar-dasar ilmu ekonomi, pengembangan usaha, studi kelayakan, dan etika bisnis. 15

Berdasarkan dari tujuan pembelajaran kewirausahaan yang telah dikemukakan dapat diketahui bahwa tujuan tersebut pada dasarnya mengarah pada kewirausahaan, dilihat dari sisi bisnis atau usaha dalam arti sempit, yakni membuat, memasarkan dan menjual produk guna mendapatkan keuntungan finansial. Jadi, tujuan pembelajaran kewirausahaan hendaknya dapat memberikan bekal bagi peserta didik melalui tiga dimensi yaitu aspek managerial skill, production technical skill, dan personality develovmental skill. Dari ketiga hal utama tersebut intinya ialah menanamkan sikap dan semangat mandiri serta kemampuan kerjasama dan tertanamnya paradigma wirausaha.

Jadi berdasarkan paparan diatas tujuan dari kewirausahaan adalah mencetak, menciptakan individu yang memiliki kreativitas tinggi agar individu-individu tersebut mempunyai bekal kreatifitas untuk masa depan mereka. Kreativitas yang mereka dapat disekolah dapat mereka kembangkan dalam keseharian mereka, jadi, bukan hanya pengetahuan yang mereka dapat disekolah tetapi juga mendapatkan bekal ketika mereka sudah lulus nanti.

4. Nilai-nilai Dasar Entrepreneurship

Berdasarkan pengertian dan karakteristik wirausaha terdapat nilai-nilai entrepreneurship yang seharusnya dimiliki oleh peserta didik. Nilai-nilai yang dikembangkan di sekolah dan ditanamkan dalam diri peserta didik adalah nilai-nilai yang menunjukkan ciri-ciri seorang entrepreneur. Banyak para ahli yang memberikan masukan terkait dengan nilai-nilai sesuai dengan prioritas keutuhannya. Tetapi, sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik, ada tujuh belas

15


(31)

nilai pokok yang harus dikembangkan di sekolah. Nilai-nilai yang dimaksud ialah: mandiri, kreatif, berani mengambil risiko, berorientasi pada tindakan, kepemimpinan, kerja keras, jujur, disiplin, inovatif, tanggung jawab, kerja sama, pantang menyerah, komitmen, realistis, rasa ingin tahu, komunikatif, motivasi kuat untuk sukses.

Nilai-nilai tersebut dikembangkan secara bertahap. Tahap pertama, mengembangkan 6 (enam) nilai terlebih dahulu, yaitu: mandiri, kreatif, berani mengambil risiko, berorientasi pada tindakan, kepemimpinan, dan kerja keras. Setelah itu, baru dikembangkan nilai-nilai tersebut, sesuai dengan harapan guru, kepala sekolah, ataupun masyarakat. 16

Hal ini bukan berarti membatasi penanaman nilai-nilai bahwa semua sekolah secara seragam menginternalisasikan enam nilai-nilai kewirausahaan tersebut, namun setiap jenjang satuan pendidikan dapat menginternalisasikan nilai-nilai entrepreneurship yang lain secara mandiri sesuai dengan kebutuhan sekolah. Di samping enam nilai pokok entrepreneurship, pada jenjang pendidikan tertentu sekolah juga perlu diimplementasikan konsep dan keterampilan (skill) kewirausahaan yang akan diimplementasikan pada setiap jenjang pendidikan berbeda kedalaman dan keluasannya. Konsep dan keterampilan kewirausahaan yang akan diimplementasikan pada jenjang pendidikan menengah kejuruan.17

Jadi, nilai-nilai dasar entrepreneurship di tanamkan secara bertahap dan sesuai dengan jenjang pendidikannya serta kebutuhan sekolah tersebut dan tidak serta merta secara langsung dilaksanakan sekaligus oleh satuan pendidikan.

16

Barnawi & Mohammad Arifin, School Preneurship, (Jogjakarta: Ar-ruzz Media, 2012), h. 65. 17


(32)

B. Urgensi Penanaman Nilai-nilai Entrepreneurship dalam Dunia Pendidikan

1. Pengembangan Nilai Entrepreneurship dalam Pendidikan

Pengembangan nilai entrepreneurship dalam pendidikan merupakan sebuah inovasi yang harus dikembangkan oleh lembaga pendidikan dimana sekolah dapat membangun atmosfer entrepreneurship agar peserta didik menyukai tantangan, kreatif, inovatif, dan memiliki keberanian dalam mengambil atau mengelola risiko. Pengembangan nilai entrepreneurship dikembangkan di sekolah dan ditanamkan dalam diri peserta didik adalah nilai-nilai yang menunjukkan ciri seorang entrepreneur.

Peserta didik sangat membutuhkan rangsangan positif untuk mengembangkan prinsip-prinsip entrepreneurship yang sangat dibutuhkan di masa depannya. Sejak TK, hendaknya peserta didik mulai diajarkan kreativitas dan kemandirian. Pendidikan yang memiliki atmosfer entrepreneurship akan memunculkan peluang hidup yang lebih baik bagi para lulusannya. Lulusan sekolah akan memiliki karakter mandiri sehingga mampu mengelola diri sendiri untuk menghadapi lingkungan yang penuh kompetitif. Oleh karena itu, sudah saatnya semua sekolah di indonesia mentransformasi diri menjadi sekolah entrepreneurship agar harapan dan kebutuhan stakeholder terpenuhi.18

Pendidikan entrepreneurship (entrepreneurship education/EE ) adalah aktivitas yang bertujuan untuk membangun minsets, sikap dan keterampilan berentrepreneur dan mencakup aspek-aspek pemunculan ide, inovasi, pengembangan dan gagasan untuk memulai. Singkatnya, inti dari pendidikan entrepreneurship di dalam institusi pendidikan

18


(33)

adalah training entrepreneur. Entrepreneurship hanya dapat berkembang di sebuah masyarakat dengan norma-norma budaya yang membolehkan beragam hal pilihan hidup. Ini menjadi dasar dan prinsip utama untuk mengembangkan pendidikan entrepreneurship di dunia pendidikan. Jadi, pendidikan entrepreneurship hanya bisa berjalan apabila institusi tersebut memberikan peluang, memfasilitasi dan meng-guide peserta didik untuk memilih jalan hidupnya sendiri. Jika syarat ini tidak ada, maka mustahil pendidikan entrepreneurship bisa dilakukan di dunia pendidikan.19

Pengembangan metodologi pendidikan yang membangun manusia yang berjiwa kreatif, inovatif, sportif, dan wirausaha. Dalam mendukung pengembangan ekonomi kreatif (PEK) tahun 2010-2014, yakni pengembangan kegiatan ekonomi berdasarkan pada kreativitas, keterampilan, dan bakat individu untuk menciptakan daya kreasi dan daya cipta individu yang bernilai ekonomis dan berpengaruh pada kesejahteraan masyarakat indonesia perlu dirumuskan kebijakan pengintegrasian aspek yang menumbuhkan jiwa kreatif, inovatif, sportif dan wirausaha dalam metodologi pendidikan. Pengembangan metodologi pendidikan ini dilakukan melalui kebijakan-kebijakan sebagai berikut:

a. Melakukan kajian dan penyempurnaan kurikulum pendidikan dan pelatihan agar lebih berorientasi pada pembentukan kreativitas dan kewirausahaan peserta didik sedini mungkin.

b. Meningkatkan kualitas pendidikan nasional yang mendukung penciptaan kreativitas dan kewirausahaan pada peserta didik sedini mungkin.

c. Menciptakan akses pertukaran informasi dan pengetahuan ekonomi kreatif antar penyelenggara pendidikan.

d. Peningkatan jumlah dan perbaikan kualitas dan lembaga pendidikan dan pelatihan formal dan informal yang mendukung penciptaan insan kreatif dalam pengembangan ekonomi kreatif. e. Menciptakan keterhubungan dan keterpaduan antara lulusan

pendidikan tinggi dan sekolah menengah kejuruan yang terkait dengan kebutuhan pengembangan ekonomi kreatif.

f. Mendorong para wirausahawan sukses untuk berbagi pengalaman dan keahlian di institusi pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi dalam pengembangan ekonomi kreatif.

19

Herni Ali, dkk., Teologi Entrepreneurship, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,2010) , cet. I, h. 65.


(34)

g. Fasilitas pengembangan jejaring dan mendorong kerja sama antar insan kreatif indonesia di dalam dan luar negeri. 20

Jadi dengan mengembangkan nilai entrepreneurship ataupun mengembangkan pendidikan entrepreneursip akan memberikan nilai tambah bagi lembaga pendidikan yang mengembangkannya, karna dengan mengembangkan nilai entrepreneurship kepala sekolah dan guru dapat menanamkan nilai-nilai entrepreneurship yang jika di tanamkan kepada siswa akan membantu pembentukan karakter seorang entrepreneur dimana siswa menyukai tantangan, kreatif, inovatif, dan memiliki keberanian dalam mengambil atau mengelola risiko.

2. Keberhasilan Penanaman Nilai Entrepreneurship

Setiap saat, dunia pendidikan selalu menjadi sasaran tembak bagi ketidakpuasan masyarakat atas hasil prosesnya. Hal ini dapat kita temukan disetiap akhir pembelajaran ataupun setelah anak didik dinyatakan tamat pembelajaran dan lulus ujian. Anak-anak memasuki dunia kehidupan di masyrakat sehingga mereka dituntut untuk dapat menjaga eksistensi dirinya dengan kemampuan yang didapatkan dari proses pendidikan dan pembelajaran. Akan tetapi, yang dihadapi oleh masyarakat sungguh sangat berlainan dengan kenyataan. Anak-anak belum dapat memenuhi keinginan masyarakat, apalagi kebutuhan masyarakat atas sosok-sosok yang mampu berperan untuk peningkatan kualitas kehidupan masyarakat.

Seperti kita ketahui bersama, salah satu hal yang menjadi cerminan atas ketidakberhasilan proses pendidikan ini anggapan masyarakat adalah tidak terserapnya lulusan sekolah dalam dunia pekerjaan. Masyarakat melihat bahwa banyak anak-anak yang lulus

20

Najib Sulhan,Pengembangan Karakter Dan Budaya Bangsa, ( Surabaya: Jaring Pena, 2011) , h. 13.


(35)

dari sekolah tidak mampu melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya, apalagi untuk masyarakat. Akibatnya, banyak anak-anak yang menjadi pengangguran terdidik di masyarakat. Hal ini oleh masyarakat dianggap sebagai proses yang sia-sia. Proses pendidikan dijalani oleh anak didik, mulai dari sekolah dasar hingga sekolah lanjutan atas, ternyata belum mampu menjadikan anak-anak sebagai sosok yang mampu menangani kegiatan hidup secara ekonomis.

Tentunya, kita tidak menyalahkan masyarakat, tetapi juga tidak dapat menghakimi sekolah sebagai institusi pendidikan yang gagal menajalankan perannya. Dalam konteks ini, kita harus dapat berpikir dan bertindak bijak sebab proses pendidikan merupakan tanggung jawab dan kewajiban bersama. Dengan demikian, ketika proses pendidikan dan pembelajaran dianggap mengalami kegagalan, seharusnya bukan hanya guru dan sekolah yang menjadi kambing hitam kesalahan proses. Untuk itulah, kita perlu melakukan repersepsi dan rekonstruksi, bahkan reorientasi terhadap proses pendidikan terkait dengan kebutuhan masyarakat.

21

Jadi, keberhasilan pendidikan dalam pandangan masyarakat itu adalah ketika siswa telah menyelesaikan pendidikannya dan dapat mengimplementasikan ilmunya dimasyarakat sesuai dengan kebutuhan masyarakat tersebut. Sehingga proses pendidikan terlihat hasilnya setelah menyelesaikan pendidikannya.

Keberhasilan program pendidikan kewirausahaan dapat diketahui melalui pencapaian kriteria oleh peserta didik, guru, dan juga kepala sekolah yang antara lain meliputi:

a. Peserta didik

21

Mohammad Saroni, Mendidikan & Melatih Entrepreneur Muda, ( Jogjakarta: Ar-ruzz Media, 2012), h. 143.


(36)

Memiliki kemandirian yang tinggi, memiliki kreatifitas yang tinggi, berani mengambil resiko, berorientasi pada tindakan, memiliki karakter pekerja keras, memahami konsep-konsep kewirausahaan, memiliki keterampilan berwirausaha di sekolahnya, khususnya mengenai kompetensi kewirausahaan. b. Kelas

Lingkungan kelas yang dihiasi dengan hasil kreatifitas peserta didik, Pembelajaran kelas yang diwarnai dengan keaktifan peserta didik, lingkungan kelas yang mampu menciptakan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang sesuai dengan nilai-nilai kewirausahaan yang di implementasikan c. Sekolah

Guru mampu memberikan keteladanan terhadap penanaman nilai-nilai kewirausahaan kepada peserta didik terutama enam nilai pokok kewirausahaan, guru mampu merancang pembelajaran yang terintegrasi nilai-nilai kewirausahaan, Guru mampu memahami konsep-konsep kewirausahaan, Guru memiliki keterampilan kewirausahaan, kepala sekolah mampu menciptakan kreativitas dan inovasi yang bermanfaat bagi pengembangan sekolah/madrasah.22

Dari paparan diatas, di simpulkan bahwa kreteria keberhasilan program pendidikan kewirausahaan diketahui melalui peserta didik, kelas, sekolah, dan guru. Indikator keberhasilan lembaga non profit yakni pendidikan tidak dapat diukur seperti halnya organisasi profit melalui produk yang dihasilkannya. Organisasi non profit pendidikan tidak mudah di ukur. Indikator keberhasilan pendidikan terletak bagaimana stakeholder pendidikan puas atas produk yang dihasilkannya. Produk pendidikan berupa kompetensi lulusan atau out put yang berkualitas dan dibutuhkan masyarakat. 23

22

Tim Pusat Kurikulum Pengembangan Entrepreneurship, op. Cit., h. 12.

23Supriyoko, ki.” Mempersiapkan Generasi Indonesia Emas Melalui Madrasah” , Makalah Disampaikan Pada Seminar Nasional Bertema Profesional Learning Untuk Indonesia Emas. Auditorium Prof. Harun Nasution, Jakarta, 28 Mei 2015. h. 8.


(37)

3. Strategi Penanaman Nilai Entrepreneurship

Nilai-nilai entrepreneurship dapat di tanamkan ataupun diintegrasikan menggunakan beberapa strategi yang dapat dilakukan oleh masyarakat sekolah. Pengintegrasian diawali dengan mengkaji standar kompetensi lulusan dan standar isi pada satuan pendidikan dalam rangka pemetaan nilai-nilai dan kompetensi lulusan terkait dengan pendidikan entrepreneurship. Setelah mengetahui nilai-nilai entrepreneurship yang akan di integrasikan, kemudian diinfuskan kedalam mata pelajaran, proses pembelajaran, kegiatan ekstrakulikuler, pengembangan diri, kultur sekolah dan muatan lokal.

Pendidikan entrepreneurship bertujuan untuk membentuk insan indonesia yang secara utuh memiliki pemahaman dan keterampilan sebagai seorang entrepreneur. Pendidikan entrepreneurship harus diterapkan oleh seluruh warga sekolah, baik itu oleh kepala sekolah, guru, staf sekolah maupun oleh peserta didik. Nilai-nilai entrepreneurship perlu diintegrasikan ke dalam kurikulum dengan memperhatikan jenis-jenis kegiatan di sekolah yang dapat merealisasikan pendidikan entrepreneurship, pengintegrasian nilai-nilai entrepreneurship yaitu sebagai berikut:

a. Integrasi ke dalam mata pelajaran

Nilai-nilai entrepreneurship diinternalisasikan ke dalam pembelajaran sehingga diperoleh kesadaran, terbentuknya karakter entrepreneur, dan pembiasaan dalam tingkah laku sehari-hari. Semua mata pelajaran mempunyai peluang yang sama untuk menerima nilai-nilai tersebut.

Pelaksanaannya integrasi melewati tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran. Pada tahap perencanaan, dilakukan dengan cara mengadaptasi silabus dan


(38)

RPP dengan menambahkan pada materi, langkah-langkah, dan penilaian terhadap nilai-nilai entrepreneurship. Prinsip pembelajarannya ialah mengusahakan peserta didik dapat menerima, merespons, menilai pilihan, menentukan pendirian, dan menginternalisasikan nilai-nilai entrepreneurship menjadi karakter.

b. Integrasi ke dalam kegiatan ekstrakulikuler

Kegiatan ekstrakulikuler adalah kegiatan pendidikan yang berada di luar mata pelajaran dan pelayanan konseling. Tujuannya adalah untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan bakat, minat, dan potensi, serta tumbuhnya kemandirian yang berguna untuk diri sendiri, keluarga, dan masyarakat. Contoh kegiatan yang dapat diberi muatan entrepreneurship adalah seni budaya, pramuka, olahraga, koperasi, dan lain-lain. Dalam mengikuti kegiatan ekstrakuikuler kewirausahaan harus sudah mengikuti mata pelajaran kewirausahaan.

c. Pengembangan diri

Pengembangan diri merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran sebagai bagian integral dari kurikulum sekolah. Kegiatan pengembangan diri merupakan upaya pembentukan karakter atau kepribadian, termasuk karakter entrepreneur. Dilakukan melalui kegiatan bimbingan dan konseling berkenaan dengan masalah pribadi, sosial, belajar, pengembangan karier dan kegiatan ekstrakulikuler. Pengembangan diri secara khusus bertujuan untuk mengembangkan bakat, minat, potensi, kreativitas, kebiasaan, keagamaan, kemampuan belajar, kegiatan sosial, wawasan dan perencaaan karir, kemampuan pemecahan masalah dan kemandirian.


(39)

Kegiatan pengembangan diri dapat dibedakan menjadi kegiatan terprogram dan kegiatan tidak terprogram. Kegiatan terprogram adalah kegiatan yang direncanakan secara khusus dan diikuti oleh peserta didik sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pribadinya. Kegiatan tidak terprogram adalah kegiatan yang tidak rencanakan secara khusus dan dilaksanakan langsung oleh pendidikan dan tenaga pendidikan serta diikuti oleh seluruh peserta didik.

Dalam program pengembangan diri, perencanaan dan pelaksanaan pendidikan kewirausahaan dapat dilakukan memalui pengeintegrasian kedalam kegiatan sehari-hari disekolah misalnya kegiatan “business day” (bazar, karya peserta didik, dll).24

d. Perubahan pembelajaran dari teori ke praktik berwirausaha

Perubahan pembelajaran dari teori ke praktik berwirausaha diarahkan pada pencapaian tiga kompetensi yang meliputi penanaman karakter entrerpreneur, pemahaman konsep, dan skill. Bobot kompetensi karakter dan skill entrepreneur lebih besar dibandingkan dengan pemahaman konsep.

Pembelajaran entrepreneurship diharapkan mampu membentuk karakter entrepreneur yang mantap dalam diri peserta didik. Selain itu, pembelajaran entrepreneurship juga diharapkan dapat membentuk peserta didik yang terampil dalam mengimplementasikan ide-ide kreatif yang keluar dari karakter entrepreneur. Oleh karena itu, model pembelajaran entrepreneurship hendaknya dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk aktif dalam menginternalisasikan nilai-nilai entrepreneur melalui pelaksanaan tugas-tugas mendiri.

24


(40)

Salah satu model pembelajaran entrepreneurship yang dapat membentuk karakter dan perilaku entrepreneur ialah model project-based learning yaitu model pembelajaran yang berfokus pada konsep-konsep dan prinsip-prinsip utama (central) dari suatu disiplin, melibatkan peserta didik dalam kegiatan pemecahan masalah dan tugas-tugas bermakna lainnya, memberi peluang peserta didik bekerja secara otonom mengkonstruksi belajar mereka sendiri, dan puncaknya menghasilkan produk karya peserta didik bernilai dan realistik.25

e. Integrasi ke dalam buku ajar

Pendidikan entrepreneurship dapat diintegrasikan ke dalam buku ajar baik dalam pemaparan materi, tugas maupun dalam evaluasi. Jadi, guru harus kreatif memadukan nilai-nilai entrepreneurship ke dalam buku ajar.

f. Integrasi ke dalam kultur sekolah

Budaya sekolah/madrasah merupakan sesuatu yang dibangun dari hasil pertemuan antara nilai-nilai (value) yang dianut oleh kepala sekolah/madrasah sebagai pemimpin dengan nilai-nilai yang dianut oleh guru-guru dan para karyawan yang ada dalam sekolah/madrasah tersebut. Nilai-nilai tersebut dibangun oleh pikiran-pikiran manusia yang ada dalam sekolah/madrasah. Pertemuan pikiran-pikiran manusia tersebut kemudian

menghasilkan apa yang disebut dengan “pikiran organisasi” (

Kasali, 2006). Dari pikiran organisasi itulah kemudian muncul dalam bentuk nilai-nilai yang diyakini bersama, dan kemudian nilai-nilai tersebut akan menjadi bahan utama pembentukan budaya sekolah/madrasah. Dari budaya tersebut kemudian muncul dalam berbagai simbol dan tindakan yang kasat indra yang dapat diamati dan dirasakan dalam kehidupan sekolah/madrasah sehari-hari. 26

Ketika nilai-nilai entrepreneurship sudah menjadi kultur sekolah maka hal ini menjadi indikator keberhasilan pendidikan entrepreneurship. Kultur sekolah adalah suasana kehidupan sehari-hari di sekolah di mana ada interaksi antarwarga sekolah dengan masyarakat. Warga sekolah saling berinteraksi dengan

25

Barnawi & Mohammad Arifin, School Preneurship, (Jogjakarta: Ar-ruzz Media, 2012), h. 133.

26

Muhaimin dkk., Manajemen Pendidikan Aplikasinya Dalam Penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah, ( Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), h. 48.


(41)

menggunakan prinsip kejujuran, komitmen, tanggung jawab, optimis, kreatif, dan lain-lain.

Kemajuan suatu sekolah sangat ditentukan oleh budaya sekolah yang tertanam dalam setiap diri warga sekolah. Hal ini cukup beralasan karena budaya sekolah yang mengandung kekuatan yang dapat menggerakkan kehidupan sekolah. Budaya sekolah mengarahkan pikiran, ucapan, dan tindakan seluruh warga sekolah. Budaya sekolah yang terkonsep dengan baik sesuai dengan tujuan sekolah memiliki nilai strategis, daya ungkit untuk berprestasi sekaligus mengantarkan warga sekolah pada gerbang kesuksesan. Namun, apabila budaya sekolah tidak dikelola dengan baik, dibiarkan liar begitu saja justru membahayakan keberlangsungan hidup sekolah.27

Tidak mudah menumbuhkan budaya atau semangat entrepreneurship di dalam diri seseorang. Oleh sebab itu diperlukan strategi-strategi jitu di antaranya adalah:

1) Melalui komitmen pribadi

Jiwa entrepreneur ditandai dengan adanya komitmen pribadi untuk dapat mandiri, mencapai sesuatu yang diinginkan, menghindari ketergantungan pada orang lain, agar lebih produktif dan untuk memaksimalkan potensi diri.

2) Lingkungan dan pergaulan yang kondusif

Dorongan untuk menumbuhkan jiwa wirausaha dapat berasal dari lingkungan pergaulan teman, famili, sahabat, karena mereka dapat berdiskusi tentang ide wirausaha, masalah yang dihadapi dan cara–cara mengatasinya. Sehingga mempunyai semangat, kemampuan dan pikiran untuk menaklukan cara berpikir lamban dan malas.

27

Barnawi & Mohammad Arifin, Mengelola Sekolah Berbasis Entrepreneurship, ( Jogjakarta: Ar-ruzz Media, 2013), h. 67.


(42)

3) Pendidikan dan pelatihan

Keberanian untuk membentuk jiwa entrepreneur juga didorong oleh guru atau dosen disekolah atau lembaga pelatihan. Mereka memberikan mata pelajaran entrepreneurship yang praktis dan menarik sehingga membangkitkan minat siswa untuk berentrepreneurship (berwirausaha).

4) Keadaaan terpaksa

Banyak orang yang sukses karena dipaksa oleh keadaan. Mungkin pada awalnya tujuannya hanya untuk memenuhi kebutuhannya. Tetapi karena usahanya yang keras, tidak gampang menyerah dan berputus asa, sehingga akhirnya menjadi entrepreneur yang sukses.

5) Proses berkelanjutan

Menjadi entrepreneur tidaklah mudah seperti membalik telapak tangan. Ia membutuhkan proses yang panjang dan melelahkan. Maka setiap orang yang memutuskan untuk menjadi entrepreneur harus sadar bahwa ia sedang menempuh sebuah proses yang panjang dan berkelanjutan.

6) Otodidak

Melalui berbagai media seseorang bisa menumbuhkan semnagat berwirausaha. Misalnya melalui biografi pengusaha sukses (success story), media televisi, radio majalah koran dan

berbagai media yang dapat diakses untuk

menumbuhkembangkan jiwa wirausaha yang ada di diri seseorang. 28

Jadi, dalam menumbuhkan budaya entrepreneurship disekolah harus dimulai dengan komitmen antara orang yang berada dalam organisasi seperti sekolah, lingkungan pun harus mendukung seperti adanya pelatihan-pelatihan entrepreneur

28

Herni Ali, dkk, Teologi Entrepreneurship, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,2010) , cet. I, h. 72.


(43)

dan pembelajaran entrepreneur disekolah dan menumbuhkan budaya entrepreneurship pun harus berkelanjutan.

g. Integrasi kedalam muatan lokal

Mata pelajaran ini mememberikan peluang kepada peserta didik untuk mengembangkan kemampuannya yang diangap perlu oleh daerah yang bersangkutan. Mata pelajaran muatan lokal harus memuat karakteristik budaya lokal, nilai-nilai luhur setempat, keterampilan, mengangkat masalah sosial dan lingkungan. Dengan demikian pada akhirnya diharapkan peserta didik memiliki keterampilan hidup sebagai bekal dalam kehidupan untuk menciptakan lapangan kerja secara luas.29

Berdasarkan uraian yang dikemukakan diatas, startegi penanaman nila-nilai entrepreneurship itu melalui beberapa cara yaitu melalui mata pelajaran, ekstrakulikulier, pengembangan diri, praktik berwirausaha, buku ajar, kultur sekolah, muatan lokal yang secara bertahap yang implementasikan oleh sekolah sesuai dengan kebutuhannya dan jenjang pendidikannya.

4. Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat dalam melakukan Kegiatan Entrepreneurship di Sekolah

Proses pendidikan, khususnya yang menggarap aspek kewirausahaan bagi anak didik, memang merupakan sebuah program yang membutuhkan kerja sama banyak pihak. Program ini tidak mungkin hanya ditangani oleh pihak sekolah sebab untuk merealisasikan program, kita membutuhkan banyak pihak, terutama masyarakat. Seperti kita ketahui, program kewirausahaan ini bertujuan mempersiapkan anak didik agar pada saat memasuki dunia/terjun ke masyarakat, mereka sudah mempunyai kemampuan untuk bertahan hidup.

29


(44)

Sekolah diselenggarakan bukan untuk mencari pekerjaan. Sekolah bukan untuk menciptakan anak-anak yang siap bekerja secara langsung. Tetapi, kebutuhan di masyarakat memposisikan sekolah sebagai institusi yang sedemikian rupa sehingga mau tidak mau harus dapat mengkondisikan agar anak didik mempunyai kemampuan untuk melakukan pekerjaan. Tentunya hal ini menyebabkan sekolah harus menyusun program khusus yang mampu mengkontribusikan program tersebut, semua pihak harus ikut mendukung program sekolah, terutama dalam hal ini masyrakat industri yang ada di masyrakat.

a. Dukungan pemerintah. Pemerintah memang mempunyai kewajiban dan tanggung jawab besar untuk proses pendidikan dan pembelajaran bagi warga negaranya. Pemerintah harus menyelenggaraan proses pendidikan dan pembelajaran sedemikian rupa sehingga anak-anak mendapatkan proses yang dapat meningkatkan kompetensi anak didik. Pemerintah harus memfasilitasi kebutuhan proses sebaik-baiknya sehingga proses dapat berlangsung maksimal. Oleh karena itulah, pemerintah melalui berbagai program aplikatif bagi kehidupan. Terkait dengan kegiatan kewirausahaan ini, pemerintah dalam program direktorat pendidikan mencanangkan kegiatan yang menyertakan stakeholder terkait dalam dunia pendidikan dan pembelajaran sebagai bentuk kerja sama mutualisme. Stakeholder yang dimaksudkan adalah masyarakat, dunia usaha, dan dunia industri.

b. Dukungan Masyarakat. Dalam konteks kegiatan pendidikan, pembelajaran dan pelatihan kewirausahaan peranan masyarakat sangat menentukan dalam keberhasilan proses. Dengan adanya masyarakat ini, proses dapat dilaksanakan sebab mempunyai visi dan misi yang jelas,


(45)

untuk masyarakat. Dengan visi dan misi ini, jelaslah bagi kita bahwa hidup harus ada tujuan yang pasti, begitu juga halnya dengan proses pendidikan dan pembelajaran yang kita laksanakan untuk anak didik. Kita menyelenggarakan proses pendidikan sebab ingin agar anak-anak mengalami proses metamorphose dalam aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang ada dalam dirinya. Dengan demikian, anak dapat melakukan adaptasi terhadap segala hal yang terjadi dalam kehidupan di masyarakat. 30

Jadi, faktor pendukung dalam melakukan kegiatan kewirausahaan disekolah yaitu diantaranya dari pemerintah dan masyarakat karna pemerintah merupakan stakeholder penting dalam penyelenggaraan proses pendidikan dan pembelajaran. Dan pemerintah mempunyai tanggung jawab dan kewajiban atas penyelenggaraan proses pendidikan sebab terkait dengan kualitas SDM sebagai pelaku pembangunan bangsa dan negara ini.

Bukan hanya faktor pendukung dari pemerintah dan masyarakat namun, keberhasilan dalam kewirausahaan juga ditentukan oleh tiga faktor yaitu yang mencakup hal-hal berikut:

1) Kemampuan dan kemauan. Orang yang tidak memiliki kemampuan, tetapi banyak kemauan dan orang yang memiliki kemauan, tetapi tidak memiliki kemampuan, keduanya tidak akan menjadi wirausahawan yang sukses. 2) Tekad yang kuat dan kerja keras. Orang yang tidak

memiliki tekad yang kuat, tetapi memiliki kemauan untuk bekerja keras dan orang yang suka bekerja keras, tetapi tidak memiliki tekad yang kuat, keduanya tidak akan menjadi wirausahawan yang sukses.

3) Kesempatan dan peluang. Ada solusi ada peluang, sebaliknya tidak ada solusi tidak akan ada peluang. Peluang

30


(46)

ada jika kita menciptakan peluang itu sendiri bukan mencari-cari atau menunggu yang datang kepada kita.31 Tanpa adanya kemampuan, kemauan, tekad kuat, kerja keras, kesempatan dan peluang tidak akan mendorong seseorang melakukan kegiatan, seperti halnya kegiatan entrepreneurship disekolah, harus banyak pihak yang mendukung dan bukan hanya dari luar dukungannya melainkan dari diri sendiri juga harus mendukung. Karna dengan kemauan dan tekad kuat menjalankan dan melaksanakan kegiatan entrepreneurshipnya dapat berjalan dengan sungguh-sungguh.

Menurut zimmerer (1996:14-15) ada beberapa faktor yang menyebabkan wirausahawan gagal dalam menjalankan usaha barunya, yaitu sebagai berikut:

1) Tidak kompeten dalam hal manajerial. Tidak kompeten atau tidak memiliki kemampuan dan pengetahuan untuk mengelola usaha merupakan faktor penyebab utama yang membuat perusahaan kurang berhasil.

2) Kurang berpengalaman, baik dalam kemampuan teknik, memvisualisasikan usaha, mengoordinasikan, mengelola sumber daya manusia maupun mengintegrasikan operasi perusahaan.

3) Gagal dalam perencanaan. Perencanaan merupakan titik awal dari suatu kegiatan, sekali gagal dalam perencanaan, maka akan mengalami kesulitan dalam pelaksanaan.

4) Lokasi yang kurang memadai. Lokasi usaha yang strategis merupakan faktor yang menentukan keberhasilan usaha. Lokasi yang tidak strategis dapat mengakibatkan perusahaan sukar beroperasi karena kurang efesien.

5) Kurangnya pengawasan peralatan. Pengawasan erat kaitannya dengan efesiensi dan efektivitas. Kurangnya pengawasan dapat mengakibatkan penggunaan peralatan (fasilitas) perusahaan secara tidak efesien dan tidak efektif. 6) Sikap yang kurang sungguh-sungguh dalam berusaha. Sikap

yang setengah-setengah terhadap usaha akan mengakibatkan usaha yang dilakukan menjadi labil dan gagal. Dengan sikap setangah hati, kemungkinan terjadinya gagal menjadi besar. 7) Ketidakmampuan dalam melakukan peralihan/transisi

kewirausahaan. Wirausahawan yang kurang siap menghadapi

31


(47)

dan melakukan perubahan tidak akan menjadi wirausahawan hanya bisa diperoleh apabila berani mengadakan perubahan dan mampu membuat peralihan setiap waktu.32

Dari paparan diatas, menyebutkan bahwa yang menyebabkan seorang wirausaha gagal dalam menjalankan usahanya yaitu karna faktor penghambat yang menghalangi atau yang mempengaruhi berjalannya usaha mereka, begitu juga halnya kegitan entrepreneurship disekolah akan gagal atau tidak bisa berjalan jika banyak faktor yang menghambat berjalannya kegiatan tersebut, seperti halnya disebutkan diatas, tidak kompeten dalam hal manajerial yaitu jika dikaitkan kedalam bidang pendidikan yaitu sekolah dapat dibayangkan seorang kepala sekolah yang tidak kompeten atau tidak memiliki kemampuan dan pengetahuan dalam bidang entrepreneurship maka apa jadinya sekolah yang dikelolanya. Kurang berpengalaman, jika seorang kepala sekolah dan guru kurang berpengalaman dalam kegiatan entrepreneurship disekolah, apa pengalaman yang akan mereka berikan kepada siswa-siswi mereka. Begitu juga halnya jika gagal dalam perencanaan, dapat membuat bingung pekerjaan yang akan dilakukan dalam kegiatan entrepreneurship tersebut. Dalam kegiatan entreprenenurship disekolah, bukan hanya sekedar memberikan ilmu dan menanamkan nilai entrepreneurship melalui mata pelajaran di dalam kelas saja, melainkan juga perlunya ada praktik lapangan, jika lokasi yang kurang memadai itu akan menghambat berjalannya kegiatan. Dan pastinya harus ada pengawasan dan sikap yang sungguh-sungguh dalam berusaha, serta variasi kegiatan ataupun strategi yang dikembangkan disekolah guna menunjang kelancaran kepala sekolah serta para guru dalam

32


(48)

menjalankan tugasnya tarutama dalam menanamkan nilai entrepreneurship kepada siswa.

C. Penelitian Yang Relevan

Berbagai penelitian yang dilakukan mengenai penanaman nilai-nilai entrepreneurship. Penelitian yang dilakukan oleh Eva Hariyanto yang

berjudul “ Pengembangan Jiwa Kewirausahaan Melalui Pendidikan

Kecakapan Hidup di SMP Al-Fath Cirendeu” mengungkapkan bahwa

pelaksanaan pengembangan jiwa kewirausahaan melalui pendidikan kecakapan hidup di SMP Al-Fath berjalan dengan baik dan memberikan dampak positif kepada peserta didik. Namun demikian, dari hasil penelitian ditemukan beberapa masalah yang harus segera diperbaiki seperti: kurangnya variasi kegiatan yang diselenggarakan oleh sekolah, mengubah paradigma peserta didik terhadap pelajaran elektro dan menjahit, dukungan orang tua kepada peserta didik.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut disarankan kepada: pihak sekolah perlu memambahkan variasi kegiatan agar peserta didik bisa memilih kegiatan sesuai dengan minat dan bakat, sekolah diharapkan untuk memberikan pengertian kepada orang tua agar mereka mendukung peserta didik dengan cara mendorong untuk mengikuti kegiatan yang diselenggarakan oleh sekolah, dan guru diharapkan bisa mengubah cara pandang peserta didik mengenai pelajaran elektro dan menjahit agar mereka bisa menyukai pelajaran elektro dan menjahit.

Demikian juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Helmi Hermawan yang berjudul ”Pelaksanaan Pembelajaran Bernilai

Karakter Pada Mata Pelajaran Kewirausahaan Studi di SMK Negeri

16 Jakarta” mengungkapkan bahwa pelaksanaan pembelajaran bernilai

karakter pada mata pelajaran kewirausahaan di SMK Negeri 16 Jakarta belum berjalan secara optimal. Berdasarkan hasil penelitian tersebut disarankan kepada guru untuk mengikuti pelatihan khususnya berkaitan dengan bagaimana mengintegrasikan pembelajaran bernilai karakter


(49)

sehingga melalui pembelajaran di kelas diharapkan penerapan nilai karakter tersebut dapat berjalan lebih baik dan lebih efektif. Selain itu juga perlu mengembangkan pembelajaran berkarakter pada pembiasaan yang dilakukan dalam rangkaian rutinitas secara berkesinambungan dan selalu berkaitan.

Penelitian yang dilakukan oleh Eva Harianto memfokuskan pada pengembangan jiwa kewirausahaannya yaitu melalui pendidikan kecakapan hidup dan penelitian yang dilakukan oleh Helmi Hermawan memfokuskan pada pelaksanaan pembelajaran yang bernilai karakter pada mata pelajaran kewirausahaan.

Penelitian ini merupakan pelengkap dari penelitian-penelitian sebelumnya yang diharapkan dapat menambah khasanah dengan cara menanamkan nilai-nilai entrepreneurship. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti memfokuskan pada penanaman nilai-nilai entrepreneurship yang terintegrasi pada mata Pelajaran, ekstrakulikuler, pengembangan diri, muatan lokal, kultur sekolah, praktik berwirausaha, buku ajar.

D. Kerangka Berpikir

Penanaman nilai-nilai entrepreneurship sebagai salah satu bentuk nilai yang harus ditanamkan sekolah dengan baik. Sehingga siswa memiliki kepribadian yang mencerminkan nilai-nilai entrepreneurship dalam kehidupan sehari-harinya. Sebagaimana kita ketahui nilai-nilai entrepreneurship yaitu mandiri, kreatif, berani mengambil resiko berorientasi pada tindakan, kepemimpinan, kerja keras, konsep, skill/keterampilan.

Penanaman nilai-nilai entrepreneurship di sekolah dapat menggunakan strategi yang di integrasikan melalui mata pelajaran, perubahan pembelajaran, ekstrakulikuler, pengembangan diri, kultur sekolah, muatan lokal, dan pembelajaran aktif. Dengan adanya penanaman nilai-nilai entrepreneurship disekolah, diharapkan terjadi perubahan pada sikap


(50)

peserta didik yang mencerminkan karakter wirausahawan yang mereka dapat aplikasikan dalam kehidupan mereka.


(51)

39

A. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin di capai dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Untuk mengetahui strategi yang digunakan dalam menanaman

nilai-nilai entrepreneurship di SMPI Mentari Indonesia Bekasi Utara

b. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam menanamkan nilai-nilai entrepreneurship di SMPI Mentari Indonesia Bekasi Utara

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMPI Mentari Indonesia Bekasi Utara yang terletak di Jl. KH.Muhammad Musa No.59 Tanah Tinggi Setia Asih Tarumajaya Kab. Bekasi, Telp 021-91308975. Adapun waktu penelitian direncanakan mulai dari bulan September sampai dengan April 2016.

NO JENIS KEGIATAN BULAN

9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8

1. Penyusunan proposal 2 Perizinan

3 Pengumpulan data 4 Analisis data


(52)

C. Metode Penelitian

Dilihat dari tujuan penelitian dan sifat masalah yang ada, fokus penelitian ini adalah mendeskripsikan penanaman nilai-nilai entrepreneurship di SMPI Mentari Indonesia. Dengan demikian penelitian ini dapat dikatagorikan sebagai penelitian kualitatif dengan bentuk metode deskriptif kualitatif. Dengan pendekatan tersebut diharapkan dapat diperoleh pemahaman dan penafsiran mengenai makna, kenyataan, dan fakta yang relevan.

Untuk itu metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian kualitatif. Teknik observasi, wawancara dan studi dokumentasi akan digunakan untuk pengumpulan data penelitian

D. Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan sifat dan tujuan dalam penelitian ini, untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut.

1. Observasi

Observasi digunakan untuk memperoleh data tentang bentuk program atau kegiatan penanaman nilai-nilai entrepreneurship, mata pelajaran, kegiatan ekstrakurikuler, praktik berwirausaha dan budaya sekolah di SMPI Mentari Indonesia Bekasi Utara.

2. Wawancara

Wawancara digunakan untuk memperoleh data/informasi terkait strategi-strategi yang digunakan dalam menanamkan nilai-nilai entrepreneurship melalui pengintegrasian dalam mata pelajaran, buku ajar, ekstrakurikuler, praktik berwirausaha, pengembangan diri, muatan lokal, dan budaya sekolah di SMPI Mentari Indonesia serta faktor pendukung dan penghambat dalam melaksanakannya. Metode


(53)

wawancara.Wawancara dilakukan dengan Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, 10 guru, dan 15 siswa.

3. Studi Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan untuk mendapatkan data mengenai hal-hal berupa catatan. Studi dokumentasi digunakan untuk memperoleh data tetang profil, visi dan misi, data guru, data siswa, kurikulum, kegiatan ekstrakulrikuler yang ada di SMPI Mentari Indonesia dan lain sebagainya.dokumen-dokumen tersebut digunakan untuk melengkapi data penelitian sehingga dapat ditampilkan gambaran tentang objek penelitian.

E. Instrumen Penelitian

1. Definisi Konseptual

Penanaman nilai entrepreneurship adalah Penanaman nilai-nilai entrepreneurship sebagai salah satu bentuk nilai-nilai yang harus ditanamkan sekolah dengan baik. Sehingga siswa memiliki kepribadian yang mencerminkan nilai-nilai entrepreneurship dalam kehidupan sehari-harinya. Sebagaimana kita ketahui nilai-nilai entrepreneurship yaitu mandiri, kreatif, berani mengambil resiko berorientasi pada tindakan, kepemimpinan, kerja keras, jujur, disiplin, inovatif, tanggung jawab, kerja sama, pantang menyerah, komitmen, realistis, rasa ingin tahu, komunikatif, motivasi kuat untuk sukses. 2. Definisi Operasional

Secara operasonal penanaman nilai-nilai entreprneurship dilakukan melalui strategi yang meliputi: mata pelajaran, perubahan pembelajaran, ekstrakulikuler, pengembangan diri, kultur sekolah, muatan lokal, dan pembelajaran aktif. Dengan adanya penanaman nilai-nilai entrepreneurship disekolah, diharapkan terjadi perubahan pada sikap peserta didik yang mencerminkan karakter wirausahawan, yang mandiri, kreatif, berani mengambil resiko berorientasi pada tindakan, kepemimpinan, kerja keras, jujur, disiplin, inovatif, tanggung


(1)

(2)

(3)

(4)

145

PROFIL

SMP ISLAM MENTARI INDONESIA

Kurikulum

Kurikulum sekolah yang membedakan SMP Islam Mentari Indonesia dengan sekolah lain yang sejenis adalah:

1. Adanya Bidang Studi Enterpreneurship yang diajarkan dengan sistem yang berbasis CTL (Contekstual, Teaching, and Learning)

2. Media Pembelajaran berbasis ICT (Information Communication Technology)

3. Pembiasaan nilai-nilai keislaman (ta'widh) dan model pembelajaran ISLAMI (Interactive, Student Centre, Language Collaborate, Active, Modeling, ICT Based)

Ekstrakurikuler

Ekstrakurikuler pilihan :

a. Photography

b. Karya Ilmiah Remaja

c. Drum Band

d. Palang Merah Remaja

e. Pramuka

f. Paskibra g. Seni tari

h. Marawis

i. Nasyid

j. Paduan Suara

Ekstrakurikuler wajib :

 Pengembangan Enterpreneurship

 English Club

 Pramuka


(5)

146

Visi:

Menjadi Lembaga Pendidikan Islam Berkarakter Entrepreneur Yang Unggul

Dalam Iman, Ilmu, Akhlaq.

Misi :

Berikut misi SMP Islam Mentari Indonesia yang dirumuskan berdasarkan visi sekolah, sebagai berikut:

1. Menjadikan Al-Qur'an dan As-Sunnah sebagai landasan kegiatan.

2. Menumbuh kembangkan jiwa entrepreneurship yang berlandaskan

keislaman dengan mengembangkan kurikulum yang berbasis CTL

(Contextual Teaching and Learning)

3. Memberikan hasil terbaik bagi para stakeholder (Yayasan, Pengguna Jasa, dan Civitas Akademik).

4. Menggunakan multi kurikulum untuk mendukung implementasi kwalitas

peserta didik yang handal.

5. Mendukung pengembangan jalur informasi dan ilmu pengetahuan

melalui koneksi internet.

6. Menjadikan sekolah sebagai laboratorium pendidikan yang menghasilkan

hasil penelitian yang mutakhir.

7. Membangun kerjasama yang baik dengan Dinas Pendidikan, serta

sekolah menengah di dalam dan luar negeri.

Kedepannya, setiap lulusan SMP Islam Mentari Indonesia diharapkan akan memiliki:

1. Akhlak yang baik dan melandaskan hidup dengan semangat keislaman. 2. Unggul dalam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi terkini.

3. Mandiri, kreatif, serta memiliki semangat dan jiwa entrepreneurship sehingga mampu bermanfaat bagi agama, bangsa, dan negara.

Logo Sekolah


(6)

147

Bunga Matahari

dengan jumlah mahkota 11 berwarna kuning melambangkan jumlah Rukun Islam dan Rukun Iman

Lingkaran berwarna Merah dan Putih melambangkan Bendera Indonesia

Dua Bintang di kanan dan kiri melambangkan cita-cita yang tinggi

Bola Dunia berwarna hijau

melambangkan bumi Allah yang terhampar luas

Tulisan Iman-Ilmu-Akhlaq menandakan Visi Sekolah

Tulisan SMP Mentari Indonesia menunjukkan Identitas Sekolah

Program Unggulan

1. Pengembangan karakter entrepreneur siswa. 2. Pemanfaatan IT yang integral dalam pembelajaran.

3. Penerapan Cambridge Curriculum pada pelajaran Math, Science, dan English.

Sarana Prasarana

1. Kelas multimedia dengan koneksi internet (Kapasitas maksimal 20 orang).

2. Luas lahan yang proporsional untuk kegiatan belajar mengajar (KBM) 3. Bersekolah di lingkungan taman yang hijau dan indah.

4. Sarana peribadatan 5. Library e-book 6. Green school 7. Auditorium sekolah 8. Laboratorium IPA