Analisis Perubahan Distribusi dan Luas Situ di Kabupaten Bogor

ANALISIS PERUBAHAN DISTRIBUSI DAN LUAS SITU
DI KABUPATEN BOGOR

IRHAM FAUZI

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

 

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Perubahan
Distribusi dan Luas Situ Di Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2013
Irham Fauzi
NIM E34070110

ABSTRAK
IRHAM FAUZI. Analisis Perubahan Distribusi dan Luas Situ di Kabupaten Bogor.
Dibimbing oleh AGUS PRIYONO dan LILIK BUDI PRASETYO.
Situ adalah genangan air dalam satu cekungan di permukaan tanah yang
berukuran relatif lebih kecil daripada danau. Saat ini, situ merupakan salah satu
kawasan lindung terancam keberadaaanya akibat konversi lahan. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui perubahan situ baik jumlah, luas, distribusi dan fungsi
situ serta kondisi tutupan di sempadan situ pada tahun 2002 sampai 2012. Peta
penutupan lahan dan jumlah situ tiap tahun diperoleh dengan menggunakan metode
klasifikasi terbimbing. Analisis perubahan penutupan lahan menggunakan metode
post classification comparison. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah situ
dari 99 situ pada tahun 2002 meningkat sebesar 20.20% menjadi 119 situ pada tahun
2012. Luas total situ mengalami pengurangan dari 531.67 Ha pada tahun 2002
sebesar 36.42 Ha menjadi 495.25 Ha pada tahun 2012. Distribusi situ sebagian

besar tersebar di wilayah Kabupaten Bogor bagian utara. Perubahan fungsi situ
didominasi oleh semak belukar dan sawah. Kondsi sempadan situ didominasi oleh
kebun campuran, semak belukar dan ladang. Hasil analisis menunjukkan luas lahan
terbangun, ladang, dan sawah cenderung meningkat tiap tahun. Hal ini
menunjukkan terjadi peningkatan kebutuhan pada lahan pertanian dan pemukiman
sehingga merubah fungsi situ.
Kata kunci: distribusi, kawasan lindung, konversi lahan, perubahan, situ (danau
kecil)

ABSTRACT
IRHAM FAUZI. Analysis of Situ (Small Lake) Distribution and Area Change in
Bogor Regency. Supervised by AGUS PRIYONO and LILIK BUDI PRASETYO.
Situ (small lake) is puddle in a basin in the surface soil that is relative smaller
than lake. Nowadays, situ considered as protected area are threatened due to land
cover conversion. The research was conducted to determinate dynamic change of
situ in term of number, size, distribution and its land cover, especially the condition
of riparian, between 2002 until 2012. Land cover map and the amount of the situ
each year was obtained by using a supervised classifications method. The analysis
of land cover change used post-classification comparison method. The result
showed the number of small lake was detected increased from 99 in 2002 by

20.20% to 119 there in 2012. It experienced a reduction in the total area of 531.67
hectares in 2002 by 36.42 hectares to 495.25 hectares in 2012. The situ distribution
between 2002 until 2012 is mostly in the northern part of the district of Bogor.
Change of function of the situ was dominated by scrub and farms. The condition of
riparian were dominated by shrubs and mixed plantation. The analysis showed the
built up areas, farms, and fields tend to increase each year. It shows a pressure of
agricultural and settlement expansion.
Keywords: distribution, land conversion, protected area, small lake

ANALISIS PERUBAHAN DISTRIBUSI DAN LUAS
SITU DI KABUPATEN BOGOR

IRHAM FAUZI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata


DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

 

Judul Skripsi: Analisis Perubahan Distribusi dan Luas Situ di Kabupaten Bogor
Nama
: Irham Fauzi
NIM
: E34070110

Disetujui oleh

Ir Agus Priyono, MS
Pembimbing I

Prof Dr Ir Lilik Budi Prasetyo, MSc

Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Sambas Basuni, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Agustus 2011 ini ialah
perubahan, dengan judul Analisis Perubahan Distribusi dan Luas Situ di Kabupaten
Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Ir Agus Priyono, MS dan Bapak
Prof Dr Ir Lilik Budi Prosetyo, MSc selaku pembimbing yang telah banyak
memberi saran dan bimbingan selama penyusunan skripsi ini. Terima kasih juga
kepada teman-teman Lab Spatial Database Analysis Facilities (SDAF) yang telah
banyak membantu selama penelitian. Teman-teman KSHE 44 atas kebersamaanya

selama ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh
keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini
bermanfaat.

Bogor, September 2013
Irham Fauzi

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vii

DAFTAR GAMBAR

vii

DAFTAR LAMPIRAN

vii


PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

1

Manfaat Penelitian

2

METODE

2


Lokasi dan Waktu Penelitian

2

Alat dan Bahan

2

Jenis Data

2

Metode Pengumpulan Data

3

Analisis Data

3


HASIL DAN PEMBAHASAN

4

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

4

Tipe Situ

4

Distribusi Situ

6

Kondisi Situ

8


Pemanfaatan Situ

13

Dampak Perubahan Situ

14

Implikasi Konservasi

15

SIMPULAN DAN SARAN

16

Simpulan

16


Saran

16

DAFTAR PUSTAKA

16

LAMPIRAN

19

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6

Jenis data yang diambil
Jumlah situ pada tiap tipe situ
Jumlah situ berdasarkan kondisi tiap 5 tahun
Perubahan luas situ antara tahun 2002 sampai 2012
Perubahan fungsi lahan situ
Jenis dan luas tutupan lahan pada sempadan situ tiap tahun

2
4
8
11
12
13

DAFTAR GAMBAR
1 Gambar 1 Situ berubah fungsi menjadi daratan: (a) tahun 2006, (b) tahun
2012.
2 Gambar 2 Situ baru hasil bentukan galian tambang: (a) tahun 2006, (b)
tahun 2009, (c) tahun 2012.
3 Gambar 3 Salah satu situ bekas galian tambang di Kecamatan Cileungsi.
4 Gambar 4 Peta distribusi situ di Kabupaten Bogor tahun 2002 - 2012.
5 Gambar 5 Grafik jumlah situ tahun 2002, 2007 dan 2012.
6 Gambar 6 Peta perubahan situ pada tahun 2002 sampai 2007.
7 Gambar 7 Peta perubahan situ tahun 2007 sampai 2012.
8 Gambar 8 Luas total situ pada tahun 2002, 2007 dan 2012.
9 Gambar 9 Kondisi fisik situ: (a) eceng gondok (b) pendangkalan dan
sampah.

5
5
6
7
8
9
10
11
12

DAFTAR LAMPIRAN
1 Akurasi peta penutupan lahan
2 Tabel distribusi situ di Kabupaten Bogor

19
20

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Situ adalah genangan air dalam satu cekungan di permukaan tanah yang
terbentuk secara alami maupun buatan yang airnya bersumber dari air permukaan
dan atau air tanah, berukuran relatif kecil daripada danau (Priyono 2012). Situ
merupakan salah satu sumber atau tempat penampungan air yang potensial.
Kawasan Bogor yang merupakan hulu dari DAS Cisadane memiliki potensi situ
yang tinggi. Berdasarkan data yang dilaporkan Dinas Pengelolaan Sumber Daya
Air Provinsi Jawa Barat pada tahun 2007, Kabupaten Bogor memiliki 95 situ
kemudian jumlahnya menurun pada tahun 2011 menjadi 83 situ. Situ menjadi
sangat penting untuk tetap dipertahankan baik keberadaan maupun fungsinya,
karena situ memiliki banyak peranan bagi lingkungan dan masyarakat. Namun saat
ini, situ yang merupakan salah satu kawasan lindung terancam keberadaaanya,
khususnya di daerah yang sedang berkembang, seperti daerah perkotaan.
Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah yang saat ini sedang
berkembang, hal ini ditandai dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk
Kabupaten Bogor pada tahun 2010 yang mencapai 4,771,932 jiwa. Pada sensus
penduduk (SP) tahun 2000, jumlah penduduk Kabupaten Bogor sebesar 3,562,183
jiwa atau meningkat sekitar 23% pada SP 2010. Perkembangan kota akan
mendorong terjadinya perubahan tata guna lahan, baik untuk memenuhi kebutuhan
pemukiman, perkantoran, industri dan kegiatan lainnya yang pada akhirnya akan
mengubah komposisi keberadaaan kawasan lindung (Permana 2003). Peningkatan
penggunaan lahan telah mendesak kawasan situ menjadi semakin menyempit.
Dampak yang terjadi ialah terganggunya fungsi situ sebagai sistem ekologi maupun
sebagai sistem tata air bagi wilayah Bogor sekitarnya, gangguan kemampuannya
sebagai daerah tampungan air yang memberi waktu bagi air untuk tetap tinggal
sebelum menjadi limpasan berkurang, bahkan dianggap sebagai kontributor banjir
daerah hilirnya.
Penelitian mengenai perubahan situ belum banyak dilakukan, oleh karena itu
perlu dilakukan penelitian tentang perubahan pada jumlah, luas dan distribusi situ.
Data penginderaan jauh dapat digunakan untuk melihat perubahan yang terjadi pada
situ-situ di Kabupaten Bogor. Pemetaan distribusi serta luasan situ dilakukan untuk
mengetahui perubahannya dalam kurun waktu tertentu. Hal tersebut bertujuan agar
didapatkan data-data dan informasi yang bermanfaat untuk masyarakat maupun
pemerintah daerah dalam melindungi keberadaan situ.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perubahan situ antara tahun 2002
sampai tahun 2012 berupa:
1. Perubahan jumlah dan luas situ di Kabupaten Bogor
2. Distribusi situ di Kabupaten Bogor
3. Perubahan fungsi situ di Kabupaten Bogor
4. Perubahan tutupan lahan di sempadan situ di Kabupaten Bogor.

2
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi kepada pemerintah
daerah dalam menentukan kebijakan tata ruang wilayah agar tetap memperhatikan
aspek lingkungan terutama keberadaan kawasan situ. Selain itu, penelitian ini dapat
memberikan informasi kepada masyarakat mengenai kondisi situ di Kabupaten
Bogor.

METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan selama 4 bulan, yaitu pada bulan Agustus - Desember
2011 di Kabupaten Bogor. Pengolahan dan analisis data dilakukan di Laboratorium
Analisis Lingkungan dan Permodelan Spasial, Departemen Konservasi
Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian yaitu kamera, GPS (Global Positioning
System) Garmin Oregon 550, Komputer, Software ArcGIS 9.3, Software Erdas
Imagine 9.1 dan Software Global Mapper 13. Sedangkan bahan yang digunakan
antara lain Citra satelit Landsat 7 ETM+ (tahun 2002, 2007 dan 2012), Peta
Administrasi Kabupaten Bogor dan Peta Jaringan Sungai.
Jenis Data
Data yang diambil berupa data primer dan data sekunder. Data primer dalam
penelitian ini merupakan data yang diperoleh secara langsung di lapangan melalui
metode observasi dan wawancara. Sedangkan data sekunder merupakan data yang
diperoleh dari hasil studi pustaka. Jenis data yang diambil dapat dilihat pada Tabel
1.
Tabel 1 Jenis data yang diambil
No Parameter
Sumber
Metode
1
Peta
a. Citra Landsat 7 ETM 122/64,65
a. Klasifikasi
Penutupan
tanggal 9 Desember 2002
Terbimbing
Lahan
b. Citra Landsat 7 ETM 122/64,65
b. Ground
tanggal 14 Juni 2007
check
c. Citra Landsat 7 ETM 122/64,65
tanggal 26 Mei 2012
d. Observasi lapang
2. Kondisi
a. BPDAS Ciliwung Cisadane,
a. Studi
Situ
PSDA Bogor.
Pustaka
b. Observasi lapang
b. Pengamatan
c. Wawancara

3
Metode Pengumpulan Data
Tahapan awal pengolahan peta Landsat 7 ETM+ ialah mengisi data pada
daerah yang tidak memiliki data (gap) dengan data dari citra pada bulan sebelum
dan atau sesudah citra utama pada tahun yang sama. Proses pengisian data
dilakukan dengan menggunakan software IDL 7.0 dari NASA. Resolusi citra
ditingkatkan dari 30 m menjadi 15 m dengan menggabungkan citra pankromatik
(band 8) dengan citra multispectral. Penggabungan ini dilakukan dengan
menggunakan teknik principal component di Erdas 9.1.
Peta penutupan lahan tiap tahun diperoleh dengan menggunakan metode
klasifikasi terbimbing (supervised classification). Kelas penutupan lahan dibagi
menjadi 8 kelas yaitu kebun campuran, semak belukar, ladang, sawah, lahan
terbuka, lahan terbangun, sungai dan situ. Kebun campuran merupakan tipe
penutupan lahan berupa hutan tanaman, lahan perkebunan, dan lahan yang memiliki
strata tajuk yang ditumbuhi oleh berbagai jenis tanaman berkayu non hutan.
Penutupan lahan yang didominasi oleh tanaman bawah, rumput, dan perdu
digolongkan kedalam tipe semak belukar. Ladang merupakan lahan pertanian
kering yang didalamnya ditanami jenis tanaman pertanian. Sawah ialah lahan
pertanian basah yang ditanami oleh padi. Lahan terbuka merupakan tanah kosong
yang tidak ditumbuhi oleh vegetasi apapun. Lahan terbangun merupakan daerah
yang digunakan secara intensif dan banyak lahan yang tertutup oleh struktur
bangunan. Sungai merupakan penampakan permukaan air yang membentuk aliran
air, berupa sungai. Sedangkan situ dalam penelitian ini merupakan genangan air
yang berukuran lebih dari 0.38 Ha.
Akurasi dari peta penutupan lahan diperoleh dengan melakukan uji akurasi
pada data penutupan lahan dengan menggunakan eror matriks. Nilai akurasi
minimal yang diterima adalah 85%. Apabila nilai akurasi kurang dari itu, maka
perlu dilakukan klasifikasi ulang.
Situ-situ yang terdeteksi melalui citra landsat kemudian dicek menggunakan
software Google Earth untuk memastikan keberadaannya. Pada penelitian ini situ
dibagi menjadi 4 tipe situ berdasarkan keberadaanya tiap tahun. Situ dalam
penelitian ini dibagi menjadi 4 tipe situ, yaitu:
1. Situ tetap ialah perairan situ yang terdetaksi melalui citra landsat pada tahun
2002, 2007 dan 2012.
2. Situ musiman ialah perairan situ yang terdeteksi melalui citra landsat pada
tahun 2002 kemudian tidak terdeteksi pada tahun 2007 dan terdeteksi kembali
pada tahun 2012.
3. Situ hilang ialah situ yang terdeteksi melalui citra landsat pada tahun 2002
kemudian pada tahun 2007 dan 2012 menghilang atau tidak terdeteksi.
4. Situ baru ialah situ yang tidak terdeteksi melalui citra landsat pada tahun 2002
kemudian terdeteksi pada tahun 2007 dan atau 2012.
Analisis Data
Hasil klasifikasi tutupan lahan di-overlay dengan peta administrasi
Kabupaten Bogor untuk menentukan sebaran situ tiap kecamatan. Analisis
perubahan penutupan lahan diperoleh dengan menggunakan metode post
classification comparison.

4

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Secara Geografis, Kabupaten Bogor terletak diantara 6°18’ - 6°47’10 LS dan
106°23’45 -107°13’30 BT. Kabupaten Bogor memiliki luas wilayah sebesar
298.828.304 Ha. Wilayah Kabupaten Bogor bagian utara berbatasan dengan Kab.
Tanggerang, Kab/Kota Bekasi, Kota Depok; bagian timur berbatasan dengan Kab.
Cianjur dan Kab. Karawang; bagian selatan berbatasan dengan Kab. Sukabumi dan
Kab. Cianjur; bagian barat berbatasan dengan Kab. Lebak (Provinsi Banten); dan
bagian tengah berbatasan dengan Kota Bogor. Kabupaten Bogor terdiri dari 40
kecamatan dan 428 desa/kelurahan, yang terdiri dari 411 desa dan 17 kelurahan,
3639 RW dan 14.403 RT. Jumlah penduduk Kabupaten Bogor pada tahun 2010
yang mencapai 4.771.932 jiwa.
Ketinggian rata-rata Kabupaten Bogor berkisar Antara 15 - 2.500 mdpl.
Dengan penyebaran sebagai berikut: daratan landai (15-100 mdpl) di bagian utara,
daratan bergelombang (100-500m) di bagian tengah, pegunungan (500-1000 m),
pegunungan tinggi dan daerah puncak (2000-2.500 mdpl). Karakteristik topografi
Kabupaten Bogor sebelah barat, timur dan selatan banyak dikelilingi oleh
pegunungan dengan kemiringan lereng yang curam terutama pada bagian Timur
dimana terdapat Gunung Salak dan Gunung Gede-Pangrango, sedangkan pada
bagian Utara sebagian besar wilayahnya merupakan daerah yang mempunyai
kemiringan lereng yang relatif landai. Umumnya struktur tanah di wilayah
Kabupaten Bogor terdiri dari tanah regosol dan tanah latosol.
Iklim di Kabupaten Bogor menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson,
termasuk Iklim Tropis tipe A (Sangat Basah) di bagian selatan dan tipe B ( Basah)
di bagian utara. Suhu berkisar rata-rata antara 20°C sampai 30°C. Curah hujan
tahunan antara 2.500 mm sampai lebih dari 5.000 mm/tahun.
Kabupaten Bogor termasuk ke dalam beberapa Daerah Aliran Sungai (DAS)
besar yang memiliki cabang-cabang yang sangat banyak hingga 339 cabang, yaitu
meliputi Daerah Aliran Sungai Cisadane, DAS Ciliwung, DAS Cidurian, DAS
Cimanceuri, DAS Angke dan DAS Citarum.
Tipe Situ
Berdasarkan hasil analisis citra, situ yang terdeteksi antara tahun 2002 sampai
2012 berjumlah 144 situ dan terdiri dari 4 tipe, yaitu: situ tetap (permanen), situ
musiman, situ baru, dan situ hilang (Tabel 2).
Tabel 2 Jumlah situ pada tiap tipe situ
No
1
2
3
4

Tipe Situ
Situ Tetap (Permanen)
Situ Musiman
Situ Hilang
Situ Baru
Total

Jumlah (Situ)
94
4
25
21
144

5
Tipe situ tetap ialah situ yang tergenang air sepanjang tahun baik pada musim
hujan maupun musim kemarau. Situ ini pada umumnya sudah dikelola oleh
pemerintah (dinas terkait). Sedangkan situ yang termasuk tipe situ musiman ialah
situ yang tergenang air hanya pada musim hujan dan mengering pada musim
kemarau. Pada tahun 2002 situ masih terdeteksi kemudian tidak terdeteksi pada
tahun 2007 dan terdeteksi kembali pada tahun 2012. Situ yang tidak terdeteksi pada
tahun 2007 kemungkinan besar mengering dan atau tertutup semak karena data situ
pada tahun tersebut diambil saat musim kemarau yaitu pada bulan Juni. Situ yang
termasuk kategori tipe situ hilang ialah situ terdeteksi pada tahun 2002 kemudian
pada tahun 2007 dan tahun 2012 menghilang atau tidak terdeteksi. Situ yang tidak
terdeteksi kemungkinan besar mengalami pendangkalan kemudian mengering dan
atau sudah berubah menjadi daratan (Gambar 1).

Sumber: Citra Satelit Google Earth, Lokasi: Kecamatan Gunung Putri

Gambar 1 Situ berubah fungsi menjadi daratan: (a) tahun 2006, (b) tahun 2012.
Adapun tipe situ baru ialah situ yang tidak terdeteksi pada tahun 2002
kemudian terdeteksi pada tahun 2007 dan atau tahun 2012. Hasil pengamatan
lapang dan penelusuran dengan menggunakan data citra resolusi tinggi dari Google
Earth menujukan situ-situ baru merupakan situ yang terbentuk dari bekas galian
tambang (Gambar 2).
Menurut Komite Nasional Pengelolaan Ekosistem Lahan Basah (2004) kolam
bekas galian tambang adalah perairan atau badan air yang terbentuk dari lahan
bekas penambangan bahan galian. Lahan bekas penambangan di daratan ini
berbentuk lubang atau cekungan di permukaan tanah yang kemudian diisi oleh air
permukaan (hujan, sungai, atau laut) sehingga menyerupai kolam atau danau besar.

Sumber: Citra Satelit Google Earth, Lokasi: Kecamatan Cileungsi.

Gambar 2 Situ baru hasil bentukan galian tambang: (a) tahun 2006, (b) tahun 2009,
(c) tahun 2012.

6
Distribusi Situ
Ditribusi situ pada tahun 2002, 2007, dan 2012 terdapat hampir di semua
wilayah, tapi sebagian besar tersebar di wilayah Kabupaten Bogor bagian utara.
Hasil analisis menunjukkan bahwa Kecamatan Rumpin dan Cileungsi memiliki
jumlah situ terbanyak antara tahun 2002 sampai 2012 dengan lebih dari 10 situ
(Lampiran 2). Sedangkan untuk luas situ, Kecamatan Cileungsi memiliki luas
paling besar yaitu 157.1 Ha pada tahun 2012. Tabel di bawah juga menunjukkan
pada tahun 2012 Kecamatan Rumpin memiliki jumlah situ paling banyak yaitu 28
situ dengan luas 86.4 Ha. Kecamatan Cileungsi ditahun yang sama memiliki 19 situ,
dengan luas lebih besar yaitu 157.1 Ha. Kondisi ini menunjukkan bertambahnya
jumlah situ di suatu kecamatan belum tentu disertai dengan meningkatnya luas situ.
Hal ini terjadi karena terdapat perbedaan luas pada masing-masing situ sehingga
mempengaruhi luasan total situ per kecamatan.
Perubahan fungsi lahan banyak terjadi di Kecamatan Rumpin, Cileungsi dan
Parung Panjang. Hal ini ditandai dengan kemunculan situ baru dan hilangnya situ
akibat perubahan fungsi lahan. Situ yang termasuk ke dalam kategori situ hilang
banyak terdapat di Kecamatan Rumpin dan Cileungsi. Sedangkan kategori situ baru
banyak terdapat di Kecamatan Cileungsi, Rumpin dan Parung Panjang
(Gambar 3). Berdasarkan Peta Kawasan Karst Wilayah Jabodetabek (Pusat
Penelitian Biologi- Lipi) Kecamatan yang berada di wilayah utara Kabupaten
Bogor seperti Cileungsi, Jonggol, Kalapanunggal, Lewisadeng, Gunung Sindur,
Rumpin, dan Citereup merupakan kawasan karst yang memiliki potensi tambang
yang cukup tinggi. Selain itu, pengamatan menunjukkan situ-situ di wilayah utara
Kabupaten Bogor sebagian besar merupakan situ hasil bentukan dari bekas galian
tambang tipe C (pasir, tanah merah, kapur, bauksit). Hasil berbeda diperoleh
dari data Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Ciliwung Cisadane dimana pada
tahun 2007 Kecamatan Rumpin dan Parung Panjang memiliki jumlah situ
terbanyak dengan 11 situ. Sedangkan hasil interpretasi citra tahun 2007,
Kecamatan Rumpin dan Kecamatan Cileungsi masing-masing memiliki jumlah
situ sebanyak 25 situ dan 17 situ. Perbedaaan ini kemungkinan disebabkan oleh
situ-situ hasil galian tambang yang masih baru tidak dimasukan kedalam data
invetarisasi situ oleh BBWS. Hasil wawancara menyatakan bahwa situ-situ baru
yang muncul dari bekas galian tambang tidak masuk ke dalan daftar inventaris
situ yang dikelola oleh pemerintah karena status situ pada umunya milik pribadi.
Peta distribusi situ di Kabupaten Bogor antara tahun 2002 sampai 2012
dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 3 Salah satu situ bekas galian tambang di Kecamatan Cileungsi.

Gambar 4 Peta distribusi situ di Kabupaten Bogor tahun 2002 - 2012.
7

8
Kondisi Situ
Jumlah Situ
Hasil interpretasi citra satelit pada tahun 2002 menunjukkan situ yang
terdeteksi di Kabupaten Bogor berjumlah 99 situ. Jumlah situ mengalami
peningkatan menjadi 106 situ pada tahun 2007. Jumlah situ pada tahun 2012 yang
terdeteksi melalui citra satelit bertambah menjadi 119 situ (Gambar 5).
Jumlah

130
119

120
110

106
99

100
90
2002

2007
Tahun

2012

Gambar 5 Grafik jumlah situ tahun 2002, 2007 dan 2012.
Grafik pada Gambar 3 juga menunjukkan bahwa jumlah situ pada tahun 2002
sampai 2007 mengalami peningkatan sebanyak 7 situ atau 7.07%. Akan tetapi,
selama kurun waktu tersebut terdapat 24 situ baru yang muncul dan 17 situ yang
hilang (lihat Tabel 3).

No
1
2
3
4

Tabel 3 Jumlah situ berdasarkan kondisi tiap 5 tahun
2002-2007
2007-2012
Kondisi Situ
(situ)
(situ)
Baru
24
21
Hilang
17
12
Luas Bertambah
20
61
Luas Berkurang
62
37
Total
123
131

Peningkatan jumlah situ juga terjadi antara tahun 2007 sampai 2012 yaitu
sebanyak 13 situ atau meningkat 12.26%. Peningkatan yang tinggi ini terjadi
karena hanya 12 situ yang hilang disertai penambahan 21 situ baru dan 4 situ
musiman. Meningkatnya aktivitas penambangan sepanjang tahun 2002 sampai
2012 di Kabupaten Bogor menyebabkan bertambahnya jumlah situ yang terbentuk
dari lubang bekas galian. Akan tetapi, dalam kurun waktu tersebut terjadi
pengurangan jumlah situ yang diakibatkan alih fungsi lahan. Peta perubahan situ
pada tahu 2002 sampai 2007 dapat dilihat pada Gambar 6 dan peta perubahan situ
pada 2007 sampai 2012 dapat dilihat pada Gambar 7. Hal ini menunjukkan dalam
kurun waktu 10 tahun Kabupaten Bogor mengalami peningkatan jumlah situ
dimana jumlah situ baru lebih tinggi daripada situ yang hilang. Hal berbeda
dilaporkan oleh Balai Pengelolan Sumberdaya Air Wilayah Sungai Ciliwung
Cisadane – Departemen Pekerjaan Umum diketahui bahwa pada tahun 2007 di
Kabupaten Bogor tercatat sebanyak 98 situ dimana 38 situ mengalami perubahan
fungsi dan 5 situ diantaranya berubah menjadi lahan terbangun, sawah dan ladang.

Gambar 6 Peta perubahan situ pada tahun 2002 sampai 2007.
9

10

Gambar 7 Peta perubahan situ tahun 2007 sampai 2012.

11
Perubahan Luas Situ
Hasil analisis citra menunjukkan total luas situ yang terdapat pada tahun 2002
di Kabupaten Bogor ialah sebesar 531.67 Ha (Gambar 8). Luas total situ mengalami
penurunan sebesar 25.43% atau 135.18 Ha pada tahun 2007 menjadi 396.49 Ha.
Total luas situ pada tahun 2012 jika dibandingkan tahun 2007 meningkat sebesar
24.91 % atau 98.76 Ha menjadi 495.25 Ha.
495.25

LUAS (HA)

600.00
531.67

396.49

400.00
200.00
0.00
2002

2007

2012

Gambar 8 Luas total situ pada tahun 2002, 2007 dan 2012.
Hasil analisis perubahan luasan situ yang terdapat dalam Tabel 4
menunjukkan pengurangan luas total situ dari tahun 2002 sampai tahun 2007
dipengaruhi oleh situ yang mengalami perubahan berupa pengurangan luas dan situ
yang hilang. Perubahan berupa pengurangan luas lebih tinggi dibandingkan
penambahan luas situ dan situ baru. Sedangkan total luas situ tahun 2007 sampai
tahun 2012 mengalami penambahan luas. Hal ini terjadi karena situ yang
mengalami perubahan berupa penambahan luas dan jumlah situ baru lebih tinggi
dibandingkan dengan perubahan berupa pengurangan luas dan situ yang hilang.
Tabel 4 Perubahan luas situ antara tahun 2002 sampai 2012
Perubahan 2002-2007
Perubahan 2007-2012
Luas
Total
Luas
Total
No Perubahan
Jumlah
Jumlah
Rata-rata Luas
Rata-rata Luas
Situ
Situ
(Ha/situ) (Ha)
(Ha/situ) (Ha)
1 Penambahan luas
20
0.95
19.05
61
1.14
70.01
62
-2.18 -135.11
37
-0.86
-31.89
2 Pengurangan luas
24
2.27
54.37
21
4.10
86.01
3 Baru
17
-4.32
-73.49
12
-2.11
-25.37
4 Hilang
Total Perubahan
-135.18
98.76
Catatan: Nilai minus (-) menunjukkan pengurangan luas.

Perubahan Fungsi Situ
Berkurangnya luas situ diakibatkan oleh perubahan fungsi lahan (Tabel 5).
Hasil analisis pada Tabel 5 menunjukkan perubahan fungsi situ menjadi fungsi lain
tahun 2002 sampai 2007 didominasi oleh sawah sebanyak 62.03 Ha (11.66%) dan
semak belukar sebanyak 55.64 Ha (10.46%). Hal ini mungkin terjadi karena situ
mengering kemudian berubah menjadi semak belukar dan atau dimanfaatkan
masyarakat menjadi sawah dan ladang. Sedangkan perubahan fungsi situ
menjadi fungsi lain antara tahun 2007 sampai 2012 didominasi oleh semak belukar
sebanyak 20.14 Ha (5.08%) dan sawah sebanyak 14.57 Ha (3.67%). Hal ini
menunjukkan kebutuhan penggunaan lahan oleh masyarakat di Kabupaten

12
Bogor meningkat sehingga merubah fungsi situ menjadi sawah, ladang dan lahan
terbangun. Menurut Roemantyo et al. (2003), jika dibandingkan dengan tahun
1922-1943 ada sekitar 42% lahan basah atau areal perairan tergenang yang
berupa situ dan rawa di Jabodetabek telah berubah fungsi menjadi daratan dan
digunakan sebagai lahan pemukiman dan industri pada tahun 2000.
Tabel 5 Perubahan fungsi lahan situ
No

Tutupan Lahan
1
2
3
4
5
6
7

Kebun Campuran
Semak Belukar
Ladang
Sawah
Lahan Terbuka
Lahan Terbangun
Situ

2002-2007
Situ - TLL
Luas (Ha)
%
30.61
5.75
55.64
10.46
19.51
3.67
62.03
11.66
37.71
7.09
17.33
3.26
309.11
58.11

Total

531.7

100.00

2007-2012
Situ - TLL
Luas (Ha)
%
6.62
1.67
20.14
5.08
4.66
1.17
14.57
3.67
8.75
2.21
8.24
2.08
333.60
84.12
396.10

100.00

Catatan: TLL = Tutupan Lahan Lain.

Kondisi Fisik dan Perubahan Tutupan Lahan Sempadan Situ
Hasil lapang menunjukkan hampir semua situ yang diamati mengalami
sedimentasi atau pendangkalan. Proses sedimentasi ini terjadi akibat masuknya
tanah hasil erosi (top soil) yang terbawa oleh air hujan masuk kedalam situ.
Perubahan fungsi lahan di sekitar situ juga semakin mempercepat proses
sedimentasi. Kondisi fisik tidak terawat di baik di bantaran maupun sekitar
sempadan situ. Penyempitan situ akibat alih fungsi lahan menjadi kawasan
budidaya (permukiman), juga sebagai tempat pembuangan limbah domestik oleh
penduduk sekitar situ sehingga situ menjadi tercemar dan memperburuk kondisi
situ. Selain itu, situ juga ditumbuhi tanaman liar (eceng gondok). Tumbuhan ini
memiliki sistem perakaran yang panjang sampai ke dasar situ kemudian mengikat
lumpur sehingga mempercepat proses sedimentasi (Rosnila 2004). Sunanisari et al.
(2007) menyebutkan masalah yang terjadi pada situ-situ di sekitar Jabodetabek
pada umumnya adalah penurunan kualitas perairan akibat kerusakan pada
(b)
(a)air serta adanya pencemaran dari kegiatan
sempadan dan pada daerah tangkapan
domestik, pertanian dan industri yang masuk ke dalam situ (Gambar 9).

Gambar 9 Kondisi fisik situ: (a) eceng gondok (b) pendangkalan dan sampah.

13
Selain itu, sebagian besar status kesuburan situ-situ di DAS Cisadane
tergolong ke dalam status eutrofik. Menurut laporan Dinas Binamarga dan Perairan
Kab. Bogor Tahun 2011, dari 95 situ yang masuk kedalam kondisi baik sebanyak
36%, kondisi sedang (23%), rusak ringan (16%) dan kondisi rusak berat (25%).
Berdasarkan hasil interpretasi citra, jenis penutupan lahan di sekitar
sempadan situ dengan radius 50 m dari batas terluar situ pada tahun 2002, 2007 dan
2012 didominasi oleh kebun campuran berturut-turut sebesar 291.4 Ha (18.2 %),
292.29 Ha (19.15%) dan 440.1 Ha (28.0%). (Tabel 6).
Tabel 6 Jenis dan luas tutupan lahan pada sempadan situ tiap tahun
No

Jenis Tutupan
Lahan

Thn 2002
Luas

%

Thn 2007
Luas

Perubahan
%
% 2002-2007

1 Kebun Campuran 291.4 18.2 386.8 25.3

95.3

13.8

-33.8 197.1 12.6

8.6

3 Ladang

145.9

9.1 208.8 13.7

62.9

4 Sawah

146.8

9.2 100.4

6.6

-46.4

-31.6

5 Lahan Terbuka

125.2

7.8 102.0

6.7

-23.2

7 Badan Air
8 Situ

1.6

9.9

66.4

0.1

0.1

-0.5

1.1

531.7 33.2 396.5 25.9

-135.2

Total 1602.0 100.0 1528.5 100.0
Catatan: Nilai minus (-) menunjukkan pengurangan luas.

Perubahan
%
2002-2012
15.5

-92.9

5.3 151.2

%

53.3

274.5 17.1 181.6 11.9

84.9

Luas

32.7 440.1 28.0

2 Semak Belukar

6 Lahan Terbangun

Thn 2012

6.7

-103.0

-49.3

69.3

4.4

-31.1

-31.0

-18.5 107.6

6.9

5.6

5.5

9.8

2.7

1.8

0.1

0.5

43.1

-25.4 495.3 31.5

98.8

24.9

43.1 105.8

78.2 153.9
-29.2

1.6

1570.8 100.0

Hasil analisis perubahan sempadan situ antara tahun 2002 sampai 2007
menunjukkan terjadi pengurangan luas pada semak belukar, sawah, lahan terbuka
dan perairan situ. Tutupan lahan tersebut sebagian besar berubah menjadi kebun
campuran, ladang dan lahan terbangun. Hal ini terlihat dari penambahan luas pada
tutupan lahan berupa kebun campuran sebesar 95.3 Ha, ladang 62.9 Ha dan lahan
terbangun 66.4 Ha. Sedangkan perubahan sempadan situ tahun 2007 sampai 2012
menunjukkan terjadi pengurangan luas pada sawah dan terjadi peningkatan pada
luas situ. Hal ini meunjukkan luas sawah berkurang karena kegiatan pertambangan
telah merubah areal sawah menjadi perairan situ. Luas lahan terbangun, ladang, dan
sawah cenderung mengalami peningkatan tiap tahun. Bahkan lahan terbangun
meningkat secara konstan tiap tahunnya. Hal ini menunjukkan kawasan lindung
untuk situ terus mengalami perubahan fungsi untuk memenuhi kebutuhan lahan
karena meningkatnya jumlah penduduk di Kabupaten Bogor. Perubahan ini
menyebabkan kualitas dan kuantitas situ menjadi berkurang.
Pemanfaatan Situ
Hasil pengamatan lapang pada beberapa situ di Kabupaten Bogor
menunjukkan situ pada umumnya dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sumber
air untuk irigasi, air baku untuk rumah tangga, perikanan darat, dan tempat wisata.
Situ-situ yang terbentuk dari lubang bekas galian tambang pada umumnya belum
banyak dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kehidupan sehari-hari karena air di
dalam situ pada awalnya belum dapat digunakan karena masih mengandung bahan
pencemar yang tinggi (Puspita et al. 2005).

14
Dampak Perubahan Situ
Perubahan penggunaan lahan dalam pelaksanaan pembangunan tidak dapat
dihindari. Perubahan fungsi lahan di sekitar situ menjadi sawah dan ladang akan
meningkatkan laju erosi dan sedimentasi. Erosi akan meningkatkan kekeruhan,
mempercepat proses sedimentasi dan meningkatkan kandungan nutrien dalam
perairan. Sunanisari et al. (2007) menyatakan bahwa apabila proses ini terus
berlangsung, maka keseimbangan ekologi akan terganggu diantaranya dengan
indikasi awal jenis-jenis tertentu pada komunitas fitoplankton, kemudian diikuti
dengan melimpahnya tumbuhan air, sedimentasi dan pendangkalan. Pengayaan
nutrien yang terus menerus tanpa terkendali akan merubah fungsi dari perairan situ
bahkan merubahnya menjadi daratan.
Situ memiliki fungsi ekologi dan ekonomi yang penting bagi kehidupan.
Menurut Puspita et al. (2005), fungsi ekologi situ diantaranya sebagai habitat bagi
berbagai jenis tumbuhan dan hewan serta pengatur fungsi hidrologis. Ekosistem
situ merupakan tempat hidup, mencari makan dan berkembang biak berbagai jenis
tumbuhan dan hewan. Hasil penelitian Wowor et al. (2010) menyebutkan pada situsitu DAS Ciliwung dan Cisadane terdapat 6 jenis krustacea, 31 jenis ikan, 8 jenis
amfibi dan 24 jenis reptil. Berkurangnnya jumlah situ dan meningkatnya konversi
lahan sempadan situ menjadi lahan pemukiman, ladang dan sawah menyebabkan
habitat bagi berbagai jenis hewan semakin berkurang. Selain itu, kepunahan
berbagai fauna air tersebut disebabkan karena adanya perubahan kualitas air situ
akibat buangan limbah rumah tangga. Penggunaan pestisida di lahan pertanian
sekitar situ juga menjadi salah satu penyebab yang mempengaruhi menurunnya
komunitas amfibi (Schmutzer et al. 2008). Hasil penelitian Wowor et al. (2010)
menyatakan bahwa beberapa jenis biota asli telah punah akibat alih fungsi situ yang
menjadi areal lahan terbangun, pencemaran dan perubahan lingkungan seperti
dibuangnya limbah rumah tangga dan pada tembok pinggiran situ pun turut
mempengaruhi keberadaan biota asli.
Secara alami situ merupakan cekungan yang dapat menampung air tanah dan
limpasan air permukaan. Dengan demikian keberadaan situ dapat mencegah
terjadinya bencana banjir pada musim penghujan dan mencegah terjadinya
kekeringan pada musim kemarau. Situ juga dapat mencegah meluasnya intrusi air
laut ke daratan karena situ merupakan pemasok air tanah. Lubang bekas
penambangan dapat menjadi sumber resapan air tawar dan penampung air
permukaan sehingga dapat mencegah banjir. Menurut Wardianto et al. (2003), situ
berperan sangat penting bagi penampungan sementara akan limpahan lebih air di
waktu hujan dan mempertahankannya diwaktu musim kemarau. Hal ini diperkuat
dengan penelitian yang dilakukan di Danau Sentarum Kalbar bahwa danau ini pada
musim penghujan menurunkan debit puncak sebesar 25% dan pada musim kemarau
meningkatkan aliran dasar sebesar 50% pada sungai Kapuas bagian hulu (Klepper
1994).
Kabupaten Bogor merupakan hulu dari DAS di wilayah Jabodetabek.
Menurunnya kualitas dan kuantitas situ di Kabupaten Bogor menyebabkan fungsi
hidrologi situ menjadi menurun. Hal ini akan meningkatkan resiko bencana banjir
di wilayah hilir (Jabodetabek) pada saat musim penghujan dimana intensitas curah
hujan tinggi dan air tidak dapat masuk ke dalam tanah dan mengalir ke sungai
kemudian melimpah keluar dan menggenangi daerah sekitarnya.

15
Implikasi Konservasi
Berbagai manfaat yang dimiliki oleh situ baik dari segi ekologis maupun
ekonomis menjadikan situ penting untuk terus dipertahankan keberadaanya.
Pemerintah baik pusat maupun daerah, sesungguhnya telah mengeluarkan berbagai
regulasi yang terkait pengelolaan situ dengan tujuan mempertahankan keberadaaan
situ. Beberapa peraturan seperti Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 32
Tahun 1990 Tentang Pengelolaan Kawasan Lindung, Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia No. 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air dan
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 8 Tahun 2005 tentang Sempadan Sumber
Air dibuat untuk pengamanan dan mempertahankan fungsi sumber air serta
prasarana sumber daya air, berupa penetapan batas sempadan sumber air antara
100-50 m dan penetapan pemanfaatan daerah sempadan sumber air. Akan tetapi,
peraturan diatas belum dapat berjalan secara optimal karena pengawasan dan
penegakan di lapang tidak berjalan dengan baik. Hal ini diperkuat oleh hasil
penelitian ini dimana terjadi perubahan fungsi perairan situ menjadi fungsi lain.
Beberapa situ bahkan telah hilang menjadi sawah, tegalan, perumahan dan jalan tol
(Wowor et al. 2010). Walaupun jumlah situ bertambah, tapi situ-situ yang masuk
ke dalam kategori situ tetap (permanen) perlu dijaga keberadaanya agar tidak
berubah menjadi fungsi lain. Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan terjadi
peningkatan luas lahan terbangun, ladang dan sawah di sempadan situ tiap tahunnya.
Sehingga diperlukan ketegasan pemerintah dalam menjalankan peraturan yang ada
agar perubahan di sempadan situ dapat dikendalikan sehingga situ dan sempadan
situ dapat terjaga kelestariannya.
Kualitas perairan situ yang buruk akibat konversi lahan dapat diperbaiki
dengan menanam bagian sempadan situ dengan tanaman riparian. Menurut
Sunanisari et al. (2007) menyatakan bahwa penanaman bagian sempadan dengan
tanaman riparian dapat memberikan kontribusi dalam pemeliharaan kualitas air
karena tanaman akan menyerap unsur hara yang masuk ke dalam situ. Selain itu,
vegetasi riparian juga berperan untuk menahan erosi, pengendalian masuknya
nutrien dan bahan-bahan toksik yang masuk ke perairan serta menyimpan air tanah
(Sulastri 2003). Disamping mengurangi laju sedimentasi penanaman tumbuhan
juga akan memperkaya habitat bagi fauna. Fardila dan Sjarmidi (2012) menemukan
bahwa kekayaan spesies burung akan semakin tinggi apabila habitat semakin
berhutan, begitu juga sebaliknya bahwa kekayaan spesies burung semakin rendah
apabila habitat semakin terbuka.
Munurut Wowor et al. (2010), apabila terjadi suatu penurunan atau hilangnya
biota di suatu situ akibat adanya kekeringan air, penimbunan areal atau degradasi
wilayah dapat dilakukan pemulihan biota melalui restocking dari daerah situ-situ
lainnya. Pada situ-situ baru bekas galian tambang yang berumur muda (kurang dari
5 tahun) memang masih belum dapat digunakan karena masih mengandung bahan
pencemar yang tinggi. Seiring dengan bertambahnya usia lubang bekas galian
tambang (5 – 10 tahun), kondisi biolimnologi kolam bekas galian tambang berubah
menjadi hampir menyerupai habitat alami seperti kolam atau danau tua sehingga
dapat digunakan bagi kehidupan sehari-hari. Proses ini dapat dipercepat dengan
menanam eceng gondok agar zat pencemar yang terdapat di dalam situ dapat
diserap dan memperbaiki kualitas air.

16

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Hasil penelitian menunjukkan jumlah situ yang terdeteksi pada tahun 2002
sebanyak 99 situ meningkat sebesar 20.20% menjadi 119 situ pada tahun 2012.
Total situ yang terdeteksi antara tahun 2002 sampai 2012 berjumlah 144 situ.
Sedangkan luas total situ mengalami pengurangan dari 531.67 Ha pada tahun
2002 sebesar 36.42 Ha menjadi 495.25 Ha pada tahun 2012.
2. Distribusi situ antara tahun 2002 sampai 2012 sebagian besar tersebar di
wilayah Kabupaten Bogor bagian utara. Kecamatan Rumpin dan Kecamatan
Cileungsi merupakan kecamatan dengan jumlah situ terbanyak.
3. Perubahan fungsi situ antara tahun 2002 sampai tahun 2007 didominasi oleh
sawah (11.66%) dan semak belukar (10.46%). Sedangkan tahun 2007 sampai
2012 didominasi oleh semak belukar (5.08%) sawah (3.67%).
4. Jenis tutupan lahan di sempadan situ antara tahun 2002 sampai 2012
didominasi oleh tutupan berupa kebun campuran, semak belukar dan ladang.
Luas lahan terbangun di sempadan situ terus bertambah tiap tahunnya. Luas
lahan terbangun di sempadan situ antara tahun 2002 sampai 2012 meningkat
sebanyak 60 ha. Hal ini menunjukkan kebutuhan penggunaan lahan oleh
masyarakat di Kabupaten Bogor meningkat sehingga merubah fungsi dan
kondisi sempadan situ menjadi fungsi lain. Menurunnya kualitas dan kuantitas
situ di Kabupaten Bogor yang diakibatkan oleh sedimentasi dan perubahan
fungsi perairan situ dan sempadan situ menjadi lahan terbangun, ladang dan
sawah yang menyebabkan fungsi ekologi dan ekonomi situ menurun.
Saran
1. Perlu dilakukan pengukuran kondisi fisik di masing-masing situ berupa
morfologi, kualitas air, dan tumbuhan air.
2. Diperlukan pengelolaan yang intensif terhadap perubahan yang terjadi di dalam
kawasan lindung situ agar kelestarian situ dan sempadan situ tetap terjaga.
3. Perlu dilakukan penanaman tumbuhan riparian di sekitar situ agar dapat
menyerap bahan pencemar yang terdapat di dalam situ.

DAFTAR PUSTAKA
[Keppres] Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1990 Tentang
Pengelolaan Kawasan Lindung, dan Kementrian Sekertaris Negara.
[PP] Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 42 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sumber Daya AirKementrian Dalam Negeri.
[Perda] Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 8 Tahun 2005 tentang Sempadan
Sumber Air Kementrian Hukum dan Ham.

17
BBWS Ciliwung Cisadane. 2009. Inventarisasi Situ-situ di Jabodetabek sampai
dengan 2008. Bogor (ID): Dirjen Sumber Daya Air Departemen Pekerjaan
Umum). Tidak diterbitkan.
Colman EA. 1953. Vegetation and Watershed Management. New York (US): The
Ronald Press Company.
Fakhrudin M. 2004. Kajian Peranan Situ dalam Pengendalian Banjir Sungai
Ciliwung. Di dalam Seminar Nasional Limnology: Peran Strategis Data dan
Informasi Sumberdaya Perairan Darat dalam Pembangunan Nasional. 2004
Juli 28; Bogor, Indonesia. Bogor (ID): LIPI.
Fardila D, Sjarmidi A. 2012. Bird distribution along environmental gradients in
North Bandung, West Java. Research Journal of Recent Sciences (1):23-32.
Klepper O. 1994. A Hydrological Model of the Upper Kapuas River and the Lake
Sentarum Wildlife Reserve. Bogor (ID): Asian Wetland Bureau (AWB)Indonesia, Directorate General of Forest Protection and Nature Concervation,
Departement of Forestry.
Permana AA. 2003. Peranan Situ Terhadap Tata Air Kota Depok [tesis]. Semarang
(ID): Universitas Diponegoro.
Priyono A. 2012. Mengenal Ekosistem Perairan Tawar (Freshwater Ecosystem).
Bahan kuliah Manajemen Jasa Lingkungan Perairan. Laboratorium Analisis
Lingkungan dan Pemodelan Spasial, Departemen Konservasi Sumberdaya
Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan IPB. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Puspita L, Ratnawati E, Suryadiputra INN, Meutia AA. 2005. Lahan Basah Buatan
di Indonesia. Bogor (ID): Wetlands International - Indonesia Programme.
Roemantyo, Noerdjito M, Prabandani D, Maryanto I. 2003. Perubahan Jumlah Situ
- Rawa di Jabodetabek Tahun 1922-1943 dan 2000. Di dalam: Rosichon
Ubaidillah dan Ibnu Maryanto, editor. Manajemen Bioregional Jabodetabek:
Profil dan Strategi Pengelolaan Situ, Rawa dan Danau; 2003 September;
Bogor, Indonesia. Bogor (ID): Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia. Hlm. 85100.
Rosnila. 2004. Perubahan Penggunaan Lahan dan Pengaruhnya Terhadap
Keberadaan Situ (Studi Kasus Kota Depok) [tesis]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Sulastri. 2003. Karakteristik Ekosistem Perairan Danau Dangkal. Di
dalam: Rosichon Ubaidillah dan Ibnu Maryanto, editor. Managemen
Bioregional Jabodetabek: Profil dan Strategi Pengelolaan Situ, Rawa dan
Danau; 2003 September; Bogor, Indonesia. Bogor (ID): Lembaga Ilmu
Penelitian Indonesia. Hal. 47-58.
Schmutzer AC, Gray MJ, Burton EC, Miller DL. 2008. Impacts of cattle on
amphibian larvae and the aquatic environment. Freshwater Biology 53:26132625.
Sunanisari S, Suryono T, Mulyana E. 2007. Tingkat Kesuburan Situ-situ pada
Daerah Aliran Sungai Cisadane. Limnotek. 14(2):81-87.

18
Wahyunto M. Abidin Z, Priyono A, Sunaryanto. 2001. Studi Perubahan
Penggunaan Lahan DAS, Jawa Barat dan DAS Garang, Jawa Timur. Makalah
Seminar Nasional Multifungsi Lahan Sawah. Bogor (ID): Asean Secretariate
Maff Japan dan Puslitbang Tanah dan Agroklimat.
Wardianto Y, Anggraeni I, Ubaidillah R, Maryanto I. 2003. Profil dan
Permasalahan Perairan Tergenang (Situ, Rawa dan Danau). Di
dalam: Rosichon Ubaidillah dan Ibnu Maryanto, editor. Managemen
Bioregional Jabodetabek: Profil dan Strategi Pengelolaan Situ, Rawa dan
Danau; 2003 September; Bogor, Indonesia. Bogor (ID): Lembaga Ilmu
Penelitian Indonesia. Hal. 101 - 324.
Wowor D, Hadiaty RK, dan Irvan. 2010. Studi Biota Perairan dan Herpetofauna di
Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung dan Cisadane: Kajian Hilangnya
Keanekaragaman Hayati [Laporan Akhir Intensif Peneliti dan Rekayasa Lipi].
Bogor (ID): Pusat Penelitian Biologi – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

19

Lampiran 1 Akurasi penutupan lahan
ACCURACY TOTALS
---------------Class
Reference Classified Number Producers Users
Name
Totals
Totals Correct
Accuracy Accuracy
------------------- ---------- --------------- ----Unclassified
0
0
0
----Kebun Campuran 17
16
15
88.24% 93.75%
Semak Belukar
11
9
8
72.73% 88.89%
Ladang
6
7
6
100.00% 85.71%
Sawah
7
6
6
85.71% 100.00%
Lahan Terbuka
10
8
7
70.00% 87.50%
Lahan Terbangun 12
18
12
100.00% 66.67%
Badan Air
5
4
4
80.00% 100.00%
Situ
11
11
11
100.00% 100.00%
Totals

79

79

Overall Classification Accuracy =

69
87.34%

----- End of Accuracy Totals -----

KAPPA (K^) STATISTICS
--------------------Overall Kappa Statistics = 0.8523
Conditional Kappa for each Category.
-----------------------------------Class Name
---------Unclassified
Kebun Campuran
Semak Belukar
Ladang
Sawah
Lahan Terbuka
Lahan Terbangun
Badan Air
Situ

Kappa
----0.0000
0.9204
0.8709
0.8454
1.0000
0.8569
0.6070
1.0000
1.0000

----- End of Kappa Statistics -----

Kecamatan
Rumpin
Cileungsi
Gunung Putri
Bojong Gede
Cibinong
Parung Panjang
Babakan Madang
Ciseeng
Citeureup
Klapanunggal
Gunung Sindur
Kemang
Parung
Dramaga
Rancabungur
Tajur Halang
Cariu
Cigombong
Cigudeg
Jasinga
Leuwiliang
Nanggung
Sukamakmur
Tamansari
Total

Tahun 2002
Luas
Jumlah
24
126.0
13
126.0
10
44.4
5
10.6
5
37.5
5
10.3
4
7.1
4
28.8
4
7.0
4
38.7
3
7.1
3
21.2
3
12.3
2
4.9
2
6.2
2
9.9
1
4.7
1
11.6
1
4.4
1
4.2
1
2.9
1
6.0
0
0.0
0
0.0
99
531.7

Tahun 2007
Jumlah
Luas
25
76.1
16
92.1
11
37.4
5
8.7
7
32.6
6
14.6
3
5.1
3
15.7
4
4.7
4
25.3
1
0.8
3
16.1
4
11.7
2
2.5
2
3.4
2
10.7
1
5.6
1
9.3
1
3.7
2
8.1
1
3.0
1
6.0
1
3.2
0
0.0
106
396.5

20

Lampiran 2 Tabel distribusi situ di Kabupaten Bogor
Tahun 2012
Jumlah
Luas
28
86.4
19
157.1
9
37.5
4
10.2
6
34.3
10
21.6
3
2.8
3
17.2
4
6.5
4
25.5
4
9.7
3
17.3
4
13.2
2
2.5
2
4.6
2
9.9
1
5.7
1
9.2
4
9.9
2
7.9
1
2.1
1
1.4
1
2.8
1
1.3
119
496.5

Baru
5
6
0
0
0
4
0
0
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
3
0
0
0
0
1
21

Tipe Situ
Hilang Musiman Permanen
10
2
21
7
0
13
2
0
9
1
0
4
1
0
6
0
0
6
1
0
3
1
0
3
2
0
3
0
0
4
0
2
1
0
0
3
0
0
4
0
0
2
0
0
2
0
0
2
0
0
1
0
0
1
0
0
2
0
0
1
0
0
1
0
0
1
0
0
1
0
0
0
25
4
94

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor, Jawa Barat tanggal 30 Agustus 1988 dan
merupakan anak ke tiga dari 4 bersaudara pasangan Abdul Rozak dan Encuh
Suhriah. Penulis menempuh Sekolah Menengah Pertama di SMP N 4 Bogor tahun
2001 – 2004, kemudian melanjutkan di SMA N 5 Bogor tahun 2004 – 2007. Pada
tahun 2007 penulis diterima sebagai mahasiswa di Departemen Konservasi
Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).
Penulis berorganisasi aktif di Himpunan Mahasiswa (Himpro) Konservasi
Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (Himakova) sebagai anggota Fotografi
Konservasi dan Kelompok Pemerhati Herpetofauna sejak tahun 2008. Kemudian
menjadi Ketua Fotografi Konservasi pada periode 2009/2010. Pada tahun 2011
sampai sekarang aktif memberikan materi praktikum GIS dan Remote Sensing pada
mata kuliah Analisis Spasial Lingkungan DKSHE IPB (S1) dan GIS – Lingkungan
Pasca PSL IPB.
Pengalaman lapang dari kegiatan yang diikuti penulis selama di IPB antara
lain: Ekspedisi Flora, Fauna dan Ekowisata Indonesia (Rafflesia) di Cagar Alam
Rawa Danau, Banten pada tahun 2008; Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan
(P2EH) di Sancang Timur dan Gunung Padandayan pada tahun 2009; Ekspedisi
Flora, Fauna dan Ekowisata Indonesia (Rafflesia) di Cagar Alam Burangrang,
Purwakarta pada tahun 2008; Ekspedisi Studi Konservasi Lingkungan (SURILI) di
Taman Nasional Sebangau tahun 2009; Praktek Pengelolaan Hutan (P2H) di Hutan
Pendidikan Gunung Walat (2010); Praktek Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Taman
Nasional Kayan Mentarang Kalimantan Timur pada tahun (2011); dan Penelitian
(Skripsi) Analisis Perubahan Distribusi dan Luas Situ di Kabupaten Bogor, Jawa
Barat (2011-2012).