komunikasi organisasi bergantung pada persepsi anggota organisasi mengenai 1 nilai hukum dan peraturan tersebut; yaitu, apakah hukum dan
peraturah harus selalu diterima dan ditaati ataukah beberapa hukum dan peraturan harus diabaikan? Dan 2 kegiatan-kegiatan yang dikenai hukum
dan perturan tersebut: peraturan mengenai penggunaan telepon dapat menghambat sedangkan peraturan mengenai kapan pekerjaan dimulai akan
melancarkan organisasi Pace Faules, 1998: 154. Iklim komunikasi organisasi merupakan fungsi kegiatan yang
terdapat dalam organisasi untuk menunjukkan kepada anggota organisasi bahwa organisasi tersebut mempercayai mereka dan memberi mereka
kebebasan dalam mengambil risiko; mendorong mereka dan memberi mereka tanggung jawab dalam mengerjakan tugas-tugas mereka;
menyediakan informasi yang terbuka dan cukup tentang organisasi; mendengarkan dengan penuh perhatian serta memperoleh informasi yang
dapat dipercayai dan terus terang dari anggota organisasi; secara akif memberi penyuluhan kepada para anggota organisasi sehingga mereka
dapat melihat bahwa keterlibatan mereka penting bagi keputusan- keputusan dalam organisasi; dan menaruh perhatian pada pekerjaan yang
bermutu tinggi dan memberi tantangan Redding, 1972.
5. Masa Kerja
Masa kerja, dalam hal ini adalah pengalaman kerja kelihatannya adalah sebuah prediktor yang baik untuk menyebabkan hubungan antara
iklim komunikasi organisasi dengan kepuasan komunikasi menjadi
berbeda. Seseorang dengan masa kerja yang lama biasanya sudah mampu memahami dan mengerti tentang seluk beluk yang ada perusahaan
tersebut, termasuk juga tentang komunikasi yang ada di perusahaan tersebut.
Masa kerja atau pengalaman kerja adalah kegiatan-kegiatan dalam hal sama yang telah dilalui. Menurut Lipsey 2001:122 produk total akan
berubah menurut banyak sedikitnya variabel yang digunakan. Semakin lama pengalaman kerja seseorang dalam melakukan kegiatan sejenis, maka
pengalaman-pengalaman pada kegagalan semakin menurun. Salah satu faktor variabel produksi jangka panjang yakni
pengalaman kerja. Semakin berpengalaman perusahaan dalam proses produksi tentunya proses produksi yang dilakukan semakin efektif dan
efisien. Kondisi ini dapat terjadi dikarenakan pengalaman kegagalan- kegagalan serta pemborosan dalam proses produksi sudah tentu mengalami
perbaikan-perbaikan. Robbins 2003: 40, menunjukkan bahwa masa kerja juga
merupakan variabel yang paling berpengaruh dalam menjelaskan pengunduran diri. Robbins, 2003: 40 juga menunjukkan bahwa riset-riset
terkait dengan masa kerja biasanya dihubungan dengan absensi karyawan. Studi secara konsisten memperlihatkan bahwa senioritas terkait negatif
dengan absensi. Faktanya, dalam hal baik frekuensi absensi, masa kerja adalah variabel penjelas yang paling penting.
Robbins 2003: 40, menegaskan bahwa semakin lama seseorang dalam pekerjaannya, maka semakin berkurang potensi mereka untuk
keluar dari pekerjaan. Selain itu, konsisten dengan riset yang menunjukkan perilaku masa lalu adalah prediktor terbaik dari perilaku masa depan.
Bukti menunjukkan bahwa masa kerja karyawan dari pekerjaan sebelumnya adalah prediktor yang kuat dari pengunduran diri karyawan di
masa depan. Bukti juga menunjukkan bahwa masa kerja dan kepuasan kerja positif terkait. Faktanya, ketika usia dan masa kerja diperlakukan
secara berbeda, masa kerja terlihat menjadi prediktor yang lebih konsisten dan stabil daripada usia.
Masa kerja juga merupakan variabel yang paling berpengaruh dalam menjelaskan pengunduran diri. Semakin lama seseorang dalam
pekerjaannya, maka semakin berkurang potensi mereka untuk keluar dari pekerjaan. Selain itu, konsisten dengan riset yang menunjukkan perilaku
masa lalu adalah prediktor terbaik dari perilaku masa depan. Bukti menunjukkan bahwa masa kerja karyawan dari pekerjaan sebelumnya
adalah prediktor yang kuat dari pengunduran diri karyawan di masa depan. Bukti juga menunjukkan bahwa masa kerja dan kepuasan kerja
positif terkait. Faktanya, ketika usia dan masa kerja diperlakukan secara berbeda, masa kerja terlihat menjadi prediktor yang lebih konsisten dan
stabil daripada usia. Robbins, 2003: 40. Banyak penelitian menyimpulkan bahwa semakin lama seseorang bekerja, semakin rendah
keinginan karyawan untuk meninggalkan pekerjaannya Sopiah, 2008: 14.
F. Kerangka Konsep
1. Kualitas komunikasi kepemimpinan Barret 2008:2 menjelaskan bahwa kepemimpinan yang efektif
tergantung pada komunikasi yang efektif. Komunikasi kepemimpinan merupakan suatu fungsi kontrol, dengan tujuan memberikan pesan dari pemimpin yang akan
berpengaruh pada seseorang, kelompok, organisasi atau suatu komunitas. Komunikasi kepemimpinan secara lengkap tersusun dari keterampilan komunikasi
dan merupakan sumber untuk mengatasi gangguan serta membuat dan penyampaian pesan untuk petunjuk, arahan, motivasi, atau inspirasi bagi orang
lain untuk bertindak Barret, 2008:5. Barret 2008:5 dalam bukunya menjelaskan bahwa komunikasi yang
harus dimiliki oleh pemimpin bersifat meluas atau berbentuk seperti lingkaran yang berputar dari yang paling kecil menengah sampai meluas keluar dan tidak
pernah putus lihat pada Gambar 1 “The Leadership Communication Framework”. Sesuai dengan gambar tersebut menunjukkan kualitas komunikasi
kepemimpinan dapat dilihat dari kemampuan yang paling dasar core yang seharusnya dimiliki oleh seorang pemimpin yakni strategy, writing, speaking.
Pengukuran core communication kepemimpinan terdiri dari strategi komunikasi communciation strategy, komunikasi secara tertulis written communications,
komunikasi lisan dan komunikasi visual oral communication and visual communication Barret, 2008:19.
The leadership communication framework tidak menyarankan sebuah kepemimpinan yang hierarki, oleh karena itulah digambarkan dengan bentuk