Bobot Segar Pertumbuhan Tanaman Padi

makanan dan pengolahan sel. Ketersediaan unsur hara merupakan faktor yang menentukan bobot segar tanaman, dengan tersedianya unsur hara yang kecukupan tanaman dapat melakukan proses pertumbuhannya dengan baik dan menghasilkan bobot segar tanaman relatif tinggi. Ketersedian unsur hara dalam penelitian ini relatif sama karena pemberian unsur hara pada masing-masing perlakuan adalah sama dan diduga kemampuan tanaman dalam menyerap unsur hara yang tersedia juga sama karena varietas digunakan sejenis. Bobot segar tanaman tanaman padi antar perlakuan menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Jadi dapat dikatakan bahwa pada tanaman tersebut kandungan air dan unsurnya sama. Hal ini karena pemberian larutan garam tidak menyebabkan perbedaan penyerapan air dan penimbunan hasil fotosintesis. Bobot basah dipengaruhi oleh kandungan air pada sel-sel tanaman yang kadarnya dipengaruhi oleh lingkungan seperti suhu dan kelembaban udara, sehingga bobot kering tanaman lebih menunjukkan status pertumbuhan tanaman Sitompul dan Guritno, 1995. 6. Bobot Kering Aplikasi larutan garam konsentrasi 10.000 ppm menghasilkan bobot kering tanaman tidak berbeda nyata dengan aplikasi kontrol tanpa larutan garam dan pestisida sintetis carbofuran 3. Hal ini dikarenakan bobot kering tanaman dipengaruhi oleh jumlah anakan, semangkin banyak jumlah anakan semangkin tinggi bobot kering yang dihasilkan tanaman dan dipengaruhi oleh kemampuan tanaman dalam mendapatkan asimilat dari proses fotosintsis. Hubungan bobot segar dan bobot kering tanaman dengan pertumbuhan yaitu jumlah kadar air yang dapat diserap oleh tanaman. Jika tanaman dapat menyerap secara optimal kadar air yang ada di dalam tanah tanah maka bobot segar dan bobot keringnya akan tinggi dibandingkan dengan tanaman yang menyerap air secara tidak optimal. Hal ini juga dipengaruh oleh intensitas cahaya terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman sejauh mana berhubungan erat dengan proses fotosintesis. Dalam proses ini energi cahaya diperlukan untuk berlangsungnya penyatuan CO2 dan air untuk membentuk karbohidrat. Semakin besar jumlah energi yang tersedia akan memperbesar jumlah hasil fotosintesis sampai dengan optimum maksimal. Untuk menghasilkan bobot kering yang maksimal, tanaman memerlukan intensitas cahaya penuh. Bobot kering tanaman yang tinggi menggambarkan kemampuan tanaman menghasilkan asimilat yang besar pula. Pada aplikasi larutan garam yang diujikan tidak berpengaruh terhadap bobot kering tanaman padi. Hal ini disebabkan berbagai konsentrasi larutan garam tidak mempunyai efek terhadap bobot kering tanaman. Beberapa proses fisiologis dan biokimia terlibat dalam mekanisme toleransi dan adaptasi tanaman terhadap salinitas. Sebagai contoh i cekaman garam menginduksi akumulasi senyawa organik spesifik di dalam sitosol sel yang dapat bertindak sebagai osmoregulator; ii tanaman juga dapat mencegah akumulasi Na dan Cl dalam sitoplasma melalui eksklusi Na dan Cl ke lingkungan eksternal media tumbuh; iii kompartementasi ke dalam vakuola atau mentranslokasi Na dan Cl ke jaringan-jaringan lain Marchner, 1998. Respon tanaman terhadap salinitas tinggi memiliki kemiripan dengan respon tanaman terhadap cekaman kekeringan. Perubahan bentuk morfologi dan anatomi tanaman, seperti ukuran daun lebih kecil, jumlah stomata lebih sedikit, penebalan kutikula, dan lignifikasi akar lebih awal. Bentuk mekanisme fisiologisnya yaitu kemampuan tanaman menyesuaikan diri terhadap tekanan osmotik yang mencakup penyerapan maupun akumulasi ion-ion dan sintesis senyawa organik, mengatur konsentrasi garam dalam sitoplasma melalui transport membran, dan ketahanan relatif membran dalam mengatur transfer ion dari sitoplasma dan vakuola serta organel lainnya Maas Hoffman 1998. 43

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Aplikasi larutan garam konsentrasi 4000 ppm sudah efektif meningkatkan tingkat mortalitas, efikasi dan kecepatan kematian hama keong mas. 2. Aplikasi larutan garam sampai pada konsentrasi 10000 ppm tidak memberikan pengaruh negatif terhadap pertumbuhan tanaman padi sampai umur 30 hst.

B. Saran

Untuk pengendalian hama keong mas pada tanaman padi dengan menggunakan larutan garam, sebaiknya petani menggunakan larutan garam konsentrasi 4.000 ppm. Kebutuhan garam untuk luasan 1 ha adalah 2 kg500 liter air konsentrasi 4.000 ppm. Aplikasi dilakukan pagi atau sore hari pada lahan keadaan macak- macak. DAFTAR PUSTAKA Ahmad M. 2011. Pengujian toleransi padi Oryza sativa terhadap salinitas pada fase perkecambahan. Skripsi. Fakultas Pertanian IPB. Badan Pusat Statistik. 2014. Konsumsi beras nasional 2014. http:www.bps.go.idlinkTabelStatisviewid958 . Diakses Januari 2015. Anonim. 2006. Panduan Budidaya Padi Hemat Air System of Rice Intensificaion. DPU. Jakarta. Anonim. 2007. Pedoman Teknis Pengembangan Usahatani Padi Sawah Metode System of Rice Intensification. Direktorat Jendral Pengelolaan Lahan dan Air. Departemen Pertanian. Jakarta Arifin, B. 2007. Diagnosis Ekonomi Politik Pangan dan Pertanian. Jakarta: PTRaja Grafindo Persada. Berkelaar, D. 2001. Sistem Intensifikasi Padi The System of Rice Intensification- SRI: Sedikit dapat Memberi Banyak. Bulletin ECNO. Bintoro, M. H. 1983. Pengaruh NaCl terhadap pertumbuhan beberapa kultivar tomat. Bul. Agron. XIV 1 : 13-29. Dony A. 2011. Pengujian toleransi genotipe padi Oryza sativa L terhadap salinitas paa stadia perkecambahan. Skripsi. Fakultas Pertanian IPB. Budiyono S. 2006. Teknik mengendalikan keong mas pada tanaman padi. Jurnal ilmu-ilmu pertanian, volume 2:2. Distan TPH. 2007. Petunjuk Teknis Pelaksanaan Peningkatan Produktivitas Padi. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura. Propinsi Sulawesi Selatan. FAO. 2005. 20 hal untuk diketahui tentang dampak air laut pada lahan di propinsi NAD. http:www.fao.org . Diakses pada bulan November 2014 Gardner, F. P, R. B. Pearce dan R. L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman. Budidaya. Rajawali. Jakarta. Haryanti, S. M.Suryana dan Nurrahmad, 2006. Uji Daya Insektisida Ekstrak Etanol 70 Biji Buah Mahkota Dewa Te-rhadap Ulat Grayak. Instar Dua. http:www.litbang.depkes.go.idrisbinkes . Diakses pada bulan November 2014 Kimball, J. W. 1983. Biologi. Erlangga, Jakarta.