Latar Belakang PENDAHULUAN Analisis Pengaruh Produktivitas Tenaga Kerja, Upah Minimum, Dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja(Di 35 Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah Padatahun 2010-2014).

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 secara tegas menyebutkan bahwa negara Indonesia dibentuk untuk melindungi segenap bangsa, memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional RPJMN tahun 2010–2014 menyatakan bahwa pembangunan di bidang ekonomi ditujukan untuk menjawab berbagai permasalahan dan tantangan dengan tujuan akhir adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pada tataran global, ”Deklarasi Millennium ” yang ditandatangani di New York tahun 2000 juga bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, yaitu berisi komitmen untuk mempercepat pembangunan manusia dan pemberantasan kemiskinan. Komitmen tersebut diterjemahkan menjadi beberapa tujuan dan target yang dikenal sebagai Millennium Development GoalsMDGs Bappenas,2007. Sebelum tahun 1970-an, pembangunan semata-mata dipandang sebagai fenomena ekonomi saja. Tinggi rendahnya kemajuan pembangunan di suatu negara hanya diukur berdasarkan capaian pertumbuhan Gross National Product GNP baik secara keseluruhan maupun per kapita, yang diyakini akan menetes sendiri trickle down effect terhadap lapangan pekerjaan dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat demi terciptanya distribusi pendapatan. Fakta yang terjadi adalah beberapa negara berkembang berhasil mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi, namun gagal memperbaiki taraf hidup masyarakatnya Todaro, 2000: 18. Pembangunan merupakan suatu upaya untuk mencapai pertumbuhan kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf hidup masyarakat Arsyad, 2003. Oleh karena itu, pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kwalitas sumber daya manusia dan masyarakat yang dilakukan secara berkelanjutan, berlandaskan kemampuan nasional, dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memperhatikan tantangan perkembangan global. Membangun kesejahteraan rakyat adalah meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat yang layak dan bermartabat dengan memberi perhatian utama pada tercukupinya kebutuhan dasar yaitu pangan, sandang, papan, kesehatan, pendidikan dan lapangan kerja Propenas, 2005. Pembangunan ekonomi suatu daerah atau suatu negara pada dasarnya merupakan interaksi dari berbagai kelompok variabel antara lain sumber daya manusia, sumber daya alam, modal, teknologi dan lain-lain. Pembangunan ekonomi tidak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi, pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya pertumbuhan ekonomi memperlancar proses pembangunan ekonomi. Dalam konteks ekonomi, pembangunan sendiri dapat diartikan sebagai upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan Produk Domestik Bruto PDB di tingkat nasional atau Produk Domestik Regional Bruto PDRB di tingkat daerah Priambodo, 2014. Salah satu tolak ukur dalam menentukan keberhasilan pembangunan ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi, yang menggambarkan suatu dampak nyata dari kebijakan pembangunan. Pertumbuhan ekonomi berkaitan erat dengan proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat. Menurut Schumpeter dalam Boediono 1992 pertumbuhan ekonomi diartikan juga sebagai peningkatan output masyarakat yang disebabkan oleh semakin banyaknya faktor produksi yang dipergunakan dalam proses produksi tanpa ada perubahan cara-cara atau teknologi itu sendiri. Indikator pertumbuhanekonomi tidak hanya mengukur tingkat pertumbuhan output dalam suatu perekonomian, namun sesungguhnya juga memberikan indikasi tentang sejauh mana aktifitas perekonomian yang terjadi pada suatu periode tertentu telah menghasilkan pendapatan bagi masyarakat. Ketenagakerjaan merupakan aspek yang amat mendasar dalam kehidupan manusia karena mencakup dimensi sosial dan ekonomi. Salah satu tujuan penting dalam pembangunan ekonomi adalah penyediaan lapangan kerja yang cukup untuk mengejar pertumbuhan angkatan kerja, yang pertumbuhannya lebih cepat dari pertumbuhan kesempatan kerja.Dalam masalah ketenagakerjaan menunjukkan bahwa semakin tinggi angka pengangguran maka akan meningkatkan probabilitas kemiskinan, kriminalitas,dan fenomena-fenomena sosial-ekonomi di masyarakat. Pembangunan merupakan upaya perubahan struktural yang dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas dan menciptakan kesempatan kerja yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan penduduk. Tujuan pembangunan itu sendiri adalah untuk menciptakan kehidupan masyarakat yang adil, makmur, serta meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak. Beberapa upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam mencapai tujuan pembangunan adalah dengan pengentasan kemiskinan, pemerataan pendapatan serta penyediaan lapangan kerja baru bagi masyarakat. Namun demikian tidak semua penduduk memiliki kesempatan untuk terlibat dalam proses dan kegiatan pembangunan, sehingga masih ada yang tertinggal dan tidak terangkat dari kemiskinan. Ketenagakerjaan masih menjadi salah satu prioritas perhatian pemerintah, hal ini dapat tercermin pada : 1. Ketenagakerjaan merupakan salah satu sasaran pembangunan pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional RPJMN 2010- 2014, sesuai triple track strategy pro poor, pro growth, pro job. 2. Begitu pula pada RPJMN 2015-2019, sasaran pemerintah pada bidang ketenagakerjaan yaitu : a. Menurunkan Tingkat Pengangguran Terbuka menjadi 4-5 persen. b. Menyelesaikan masalah ketenagakerjaan seperti, 1 Terbatasnya kesempatan untuk memperoleh Pekerjaan yang layak, 2 Kualitas angkatan kerja yang rendah, 3 Tingkat Pengangguran Terbuka TPT usia muda yang tinggi, 4 TPT terdidik di atas SMA masih tinggi. Untuk memberikan gambaran mengenai kondisi ketenagakerjaan negara Indonesia berdasarkan jenjang kelulusandapat dilihat dari Tabel 1.1. Tabel 1.1 Pengangguran Terbuka Indonesia Menurut Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan Tahun 2010-2014 Pendidikan tertinggi ditamatkan 2010 2011 2012 2013 2014 Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus Belum sekolah 59.066 157.586 93.956 205.388 126.972 85.374 112.435 81.432 134.040 74.898 Tidak tamat SD 547.164 600.221 559.661 737.610 601.753 512.041 523.400 489.152 610.574 389.550 SD 1.522.465 1.402.858 1.291.733 1.241.882 1.418.683 1.452.047 1.421.873 1.347.555 1.374.822 1.229.622 SMP 1.657.452 1.661.449 1.834.632 2.138.864 1.736.670 1.714.776 1.821.429 1.689.643 1.693.209 1.566.8388 SMA 2.111.256 2.149.123 2.385.938 2.376.254 2.043.697 1.867.755 1.874.799 1.925.660 1.893.505 1.962.7866 SMK 1.336.881 1.195.192 1.109.511 1.161.362 1.018.465 1.067.009 864.649 1.258.201 847.368 1.332.5211 Diploma 538.186 443.222 469.009 276.816 258.385 200.028 197.270 185.103 195.258 193.5177 Universitas 820.020 710.128 635.442 543.216 553.206 445.836 425.042 434.185 398.298 495.143 Total 8.592.490 8.319.779 8.379.882 8.681.392 7.757.831 7.344.866 7.240.897 7.410.931 7.147.069 7.244.905 Sumber :Badan Pusat Statistik Indonesiatahun 2010-2014 Berdasarkan Tabel 1.1 terlihat bahwa secara total persentase Tingkat Pengangguran Terbuka TPT Indonesia sampai denganperiode Agustus 2014sebesar 7.244.905 orang menurun 2,2. Apabila dibandingkan dengan target RPJMN 2015-2019 yang ingin dicapai maka dapat dikatakan bahwa TPT Indonesia masih jauh dari angka yang diharapkan dimana TPT terdidik di atas SMA masih tinggi. Dalam Tabel 1.2 menjelaskan bahwa di Indonesia persentase pencari kerja tertinggi terdapat di provinsi Jawa Barat dengan jumlah 764.059 orang, provinsi Jawa Tengah dengan jumlah 504.028 orang, provinsi Jawa Timur dengan jumlah 329.209 orang, dan provinsi Banten dengan jumlah 279.526orang. Provinsi Jawa Tengah menempati urutan kedua setelah Provinsi Jawa Barat sebesar 504.028 orang. Tabel 1.2 Jumlah Angkatan Kerja Berdasarkan Provinsi di Indonesia Tahun 2010 Provinsi Angkatan kerja Bekerja Pengangguran Terbuka Jumlah Aceh 1.776.254 162.262 1.938.516 Sumatera Utara 6.125.571 491.809 6.617.377 Sumatera Barat 2.041.454 152.586 2.194.040 Riau 2.170.247 207.247 2.377.494 Kepuluan Riau 769,486 57.049 826.535 Jambi 1.462.405 83.278 1.545.683 Sumatera Selatan 3.421.193 243.851 3.665.044 Kepulauan Bangka Belitung 585.136 34.927 620.063 Bengkulu 815.741 39.285 855.026 Lampung 3.737.078 220.619 3.957.697 DKI Jakarta 4.689.761 582.843 5.272.604 Jawa Barat 16.942.444 1.951.391 18.893.835 Banten 4.583.085 726.377 5.309.462 Jawa Tengah 15.809.447 1.046.883 16.856.330 DI Yogyakarta 1.775.148 107.148 1.882.296 Jawa Timur 18.698.108 828.943 19.527.051 Bali 2.177.358 68.791 2.246.149 NTB 2.132.933 119.143 2.252.076 NTT 2.061.229 71.152 2.132.381 Kalimantan Barat 2.095.705 101.62 2.197.325 Kalimantan Tengah 1.022.580 44.153 1.066.733 Kalimantan Selatan 1.743.622 96.674 1.840.296 Kalimantan Timur 1.481.898 166.557 1.648.455 Sulawesi Utara 936.939 99.635 1.036.574 Gorontalo 432.926 23.573 456.499 Sulawesi Tengah 1.164.226 56.228 1.220.454 Sulawesi Selatan 3.272.365 298.952 3.571.317 Sulawesi Barat 514.867 17.304 532.171 Sulawesi Tenggara 997.678 48.221 1.045.899 Maluku 586.43 64.909 651.339 Maluku Utara 411.361 26.397 437.758 Papua 1.456.545 53.631 1.510.176 Papua Barat 316.547 26.341 342.888 Jumlah 108.207.767 8.319.779 116.526.546 Sumber: Badan Pusat Statistik Indonesia Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang memiliki sumbangan potensi cukup besar bagi perekonomian nasional. Provinsi ini memiliki potensi sumber daya yang cukup besar. Namun, sektor andalan provinsi Jawa Tengah belum terlaksana secara optimal. Pembangunan di Provinsi Jawa Tengah yang berlangsung secaramenyeluruh dan berkesinambungan telah meningkatkan PDRB. Pencapaian hasil-hasil pembangunan yang sangat dirasakan masyarakat merupakan agregat pembangunan dari 35 KabupatenKota di Jawa Tengah yang tidak terlepas dari peran pemerintah dan masyarakat. Namun disisi lain berbagai kendala dalam memaksimalkan potensi sumber daya manusia dan sumber modal masih dihadapi oleh penentu kebijakan di tingkat provinsimaupun di kabupatenkota. Salah satu masalah yang perlu disikapi secara tegas dan bijak adalah masalah ketenagakerjaan. Tabel 1.3 Jumlah Angkatan Kerja Provinsi Jawa Tengah Jiwa Tahun Jumlah Angkatan Kerja Bekerja Pengangguran Total Angkatan Kerja Jiwa Pertum Jiwa Pertum Jiwa Pertum 2009 15.835.382 - 1.252.267 - 17.087.648 - 2010 15.809.447 -0,16 1.046.883 -16,40 16.856.330 -1,35 2011 15.822.765 0,08 1.203.342 14,94 17.026.107 1,01 2012 16.531.395 4,47 982.093 -18,38 17.513.488 2,86 2013 16.469.960 -0,37 1.054.062 7,32 17.524.022 0,06 2014 16.550.682 0,49 996.344 -5,47 17.547.026 0,13 Sumber: Badan Pusat Statistik, Jawa Tengah Dari Tabel 1.3 dapat dilihat bahwa terjadi perubahan jumlah angkatan kerja yang cenderung meningkat yakni sebanyak 16.856.330 orang pada tahun 2010, kemudian meningkatmenjadi 17.026.107 orang pada tahun 2011.Pada tahun 2012 meningkat kembali menjadi 17.513.488 orang, masih kembali meningkat menjadi 17.524.022 orangpada tahun 2013, dan kembali meningkatpada tahun 2014 menjadi 17.547.026 orang. Jumlah angkatan kerja menunjukkan besarnya jumlah penduduk yang harus diikutsertakan dalam proses pembangunan Jawa Tengah yang berarti bahwa angkatan kerja merupakan bagian dari penduduk yang mampumenggerakkan proses ekonomi. Ini menggambarkan bahwa dinamika proses pembangunan harus mampu melibatkan seluruh angkatan kerja maka pengangguran terbuka yang besar itu dapat menjadi beban bagi pembangunan ekonomi. Banyaknya tenaga kerja yang terserap oleh suatu sektor perekonomian, dapat digunakan untuk menggambarkan daya serap sektor perekonomian tersebut terhadap angkatan kerja. Jumlahnyapengangguran terbuka yang berfluaktasi menunjukkan bahwa angkatan kerja belum mampu diberdayakan secara optimal oleh berbagai kegiatan ekonomi yang ada. Pengangguran merupakan salah satu indikator penting dalam pembangunan karena dampaknya yang besar baik ke perekonomian maupun sosial. Dampak adanya pengangguran adalah output lossyang hilang karena tidak bekerjanya para penganggur dan semakin tingginya beban mereka yang bekerja untuk menanggung hidup para penganggur ini. Bergeraknya aktivitas perekonomian di berbagai sektor di Jawa Tengah seharusnya juga diikuti oleh kemampuan masing-masing sektor untuk menyerap tenaga kerja yang tersedia di pasar kerja di Jawa Tengah. Berdasarkan Tabel 1.3 tercatat dari tahun 2010sampai dengan tahun 2014, pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi penurunan kapasitas produksi dan proses ekonomi di Jawa Tengah. Penurunan jumlah produk barang dan jasa ini berarti juga bahwa terjadi penurunan jumlah faktor produksi yang digunakan dan salah satunya adalah tenaga kerja. Hal ini sesuai dengan sifat permintaan tenaga kerja yang derrived demand yang berarti bahwa permintaan terhadap tenaga kerja merupakan gambaran permintaan terhadap barang dan jasa.Namun dari data di atas dapat dilihat bahwa penurunan jumlah produk barang dan jasa yang ada di Jawa Tengah belum diikuti oleh permintaan jumlah tenaga kerja . Pada tahun 2010perekonomian tumbuh sebesar 5,84 ternyata pengangguran terbuka mengalami penurunancukup besar yaitu 16,4. Tahun 2011 pertumbuhan ekonomi meningkatmenjadi 6,01 denganpengangguran terbuka mengalami peningkatan sebesar 14,94.Tahun 2012 pertumbuhan ekonomi kembali meningkat menjadi 6,29 dengan penurunanpengangguran terbuka sebesar 18,38.Tahun 2013 pertumbuhan ekonomi menurun menjadi 5,81 dengan peningkatan pengangguran terbuka sebesar 7,32. Kemudian pada tahun 2014, pertumbuhan ekonomi menurun menjadi 5,43 dengan peningkatan terbuka mengalami peningkatan sebesar 5,47Tabel 1.3 dan Tabel 1.4. Tabel 1.4 Produk Domestik Regional Bruto Jawa Tengah Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2010-2014 Jutaan Rupiah Tahun PDRB Per Kapita Pertumbuhan Ekonomi 2010 579.553.545,83 5,84 2011 613.372.403,20 6,01 2012 691.090.764,33 6,29 2013 731.241.041,54 5,81 2014 770.932.186,65 5,43 Sumber: Badan Pusat Statistik, Jawa Tengah Pada Tabel 1.5 dapat dilihat bahwa Upah minimum regional Jawa Tengah dan produktivitas tenaga kerja setiap tahun mengalami peningkatan. Pada tahun 2010 tingkat upah sebesar Rp 660.000,00 dan produktivitas tenaga kerja sebesar 8.959,7. Tahun 2011 upah dan produktivtas tenaga kerja meningkat sebesar Rp 675.000,00 dan 9.711,1. Tahun 2012 terjadi peningkatan lagi pada upah dan produktivitas tenga kerja menjadi sebesar Rp 765.000,00 dan 11.925,2. Tahun 2013 terjadi peningkatan lagi pada upah dan produktivitas tenga kerja menjadi sebesar Rp 830.000,00 dan 16.027,6. Dan padatahun 2014 terjadi peningkatan lagi pada upah dan produktivitas tenga kerja menjadi sebesar Rp 910.000,00 dan 21.715,7. Maka, secara garis besar dapat disimpulkan bahwa peningkatan upah di Jawa Tengahakan selalu meningkatkan produktivitas tenaga kerja. Tabel 1.5 Upah Minimum Regional Dan Produktivitas Tenaga Kerja Jawa Tengah Tahun 2010-2014 Tahun Tingkat Upah Rp Produktivitas Tenaga Kerja Rporg 2010 660.000 8.959,7 2011 675.000 9.711,1 2012 765.000 11.925,2 2013 830.000 16.027,6 2014 910.000 21.715,7 Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah. Diolah Tahun 2010-2014 Hal ini dapat dilihat pada tahun 2010-2014 bahwa produktivitas tenaga kerja meningkat sementara jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah pada tahun 2010-2014 juga mengalami peningkatan dimana seharusnya peningkatanproduktivitas tenaga kerja harus mengurangi penyerapan tenaga kerja. Tabel 1.3 dan Tabel 1.5. Peningkatan upah pada setiap tahunnnya juga belum mampu menyerap tenaga kerja. Dimana pada tahun 2011 upah meningkat tetapi justru menyebabkan peningkatan jumlah pengangguran terbuka sebesar 14,94 dan tingkat upah sebesar Rp 675.000,00. Kemudian di tahun 2013 upah mengalami peningkatan tetapi justru pengangguran terbuka mengalami peningkatan sebesar 7,32 dan tingkat upah sebesar Rp 830.000,00Tabel 1.3 dan Tabel 1.5.

B. Rumusan Masalah