Analisis Pengaruh Tenaga Kerja dan Pengeluaran Pemerintah terhadap Pertumbuhan Ekonomi Sektor Industri Kab/Kota di Profinsi Jawa Tengah

(1)

Analisis Pengaruh Tenaga Kerja Dan Pengeluaran Pemerintah

Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Sektor Industri

Kab/Kota Di Provinsi Jawa Tengah

DISUSUN OLEH :

AVANDA FAHRI ATAHRIM

(108084000034)

JURUSAN ILMU EKONOMI STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Avanda Fahri Atahrim

Tempat, Tanggal Lahir : Depok, 11 Nopember 1990

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Laki-laki

Status : Belum menikah

Kebangsaan : Indonesia

Alamat : Jln. Margonda Raya KM 11 Kedondong RT 001/016 No.10 Beji Timur, Kelurahan Kemiri Muka, Depok.

Email : avandafahri@yahoo.co.id dan avandapetra11@gmail.com Latar Belakang Pendidikan :

1995-1996 TK aisyah

1996-2002 SDN Beji timur 2 Depok

2002-2005 SMPN 1 Depok

2005-2008 MAN 13 Jakarta Selatan

2008-2013 UIN Syarif Hidayatullah


(7)

v

ABSTRACT

Economic growth in the industrial sector is still the main goal and an important indicator of the success of regional economic development. Central Java provincial has fluctuated economic growth rate and still low if compared to other provinces in Java. The purpose of this study is to determine the progress of government expenditure allocation of industrial sector and examines its effect on economic growth in the industrial sector in Central Java province. In reviewing the effect of government spending, the analysis conducted with other related variables that is Labor.

Data that used are GDRP (Growth Domestic Regional Product), expendeture govermentand labor data in the industrial sector from 2001 to 2011. This data consists of the time series data (2001-2011) and cross section data (35 districts/cities) in Central Java Province published by BPS Central Java Province and Ministry of Finance. This research used panel data method with Random Effects Model approach.

Research results show that government expenditure and amount of labor in the industrial sector have significant positive impact on regional economic growth. Finally, the role of local government through government expenditure to stimulate labor absorption is expected to be able to increasing regional economic activity in order to achieve economic growth and increasing per capita income of people.

Keywords: industrial sector Economic Growth, industrial sector Government Expenditure, industrial sector Labor.


(8)

vi

ABSTRAK

Pertumbuhan ekonomi sektor industri masih merupakan tujuan utama dan indikator penting keberhasilan pembangunan ekonomi daerah. Provinsi Jawa Tengah mempunyai tingkat pertumbuhan ekonomi yang berfluktuatif dan masih rendah dibandingkan propinsi-propinsi lainnya di Jawa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perkembangan pengalokasian pengeluaran pemerintah sektor industri serta mengkaji pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi sektor industri di Provinsi Jawa Tengah. Dalam mengkaji pengaruh pengeluaran pemerintah analisis dilakukan bersama dengan variabel terkait lain yaitu Tenaga Kerja.

Data yang digunakan adalah Data PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) sektor industri dan jumlah tenaga kerja sektor industri dari tahun 2001-2011. Data ini terdiri atas data time series (2001-2011) dan data cross section (35 kabupaten/kota) di Provinsi Jawa Tengah yang diterbitkan oleh BPS Propinsi Jawa Tengah dan KEMENKEU. Metode penelitian yang digunakan Data panel dengan pendekatan Random Effect Model.

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah sektor industri dan tenaga kerja sektor industri berpengaruh postif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. Akhirnya, peran pemerintah daerah melalui pengeluaran pemerintah yang dapat merangsang penyerapan tenaga kerja diharapkan mampu meningkatkan kegiatan ekonomi daerah guna tercapainya pertumbuhan ekonomi dan peningkatan pendapatan masyarakat.

Kata Kunci : Pertumbuhan Ekonomi Sektor Industri, Pengeluaran Pemerintah Sektor Industri, Tenaga Kerja Sektor Industri.


(9)

vii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Dan Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Sektor Industri Di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah.

Terselesaikannya skripsi ini bukan semata-mata hasil dari penulis seorang tetapi juga berkat bantuan, dorongan, dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Allah SWT yang telah mengatur segalanya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Ibukuku tercinta Tasmiatun yang senantiasa memberikan kasih sayang, perhatian dan doa kepada penulis. Dan untuk Bapakku Suripto atas kerja keras, motivasi dan doanya. Terima kasih juga atas didikan serta nasihat-nasihat yang kalian berikan selama ini. 3. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

4. Dr. Lukman, M.Si selaku ketua jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan sekaligus dosen pembimbing I. Terima kasih telah memberikan bimbingan kepada penulis dalam pengerjaan skripsi.

5. Fitri Amalia, S.pd, M.Si selaku dosen pembimbing II. Terima kasih telah memberikan bimbingan dan support kepada penulis dalam pengerjaan skripsi.

6. Utami Baroroh, M.Si selaku sekertaris jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan yang telah memberikan arahan, motivasi dan petunjuk selama penulis berada di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Pheni Chalid, Phd selaku pembimbing akademik yang telah memberi motivasi, ide dan gagasan bagi penulis dan terima kasih atas kontribusinya selamanya.

8. Seluruh dosen, staf pengajar dan staf administrasi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis atas seluruh ilmu dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis.

9. Kedua kakakku, Meyika Kurniawan dan Anid Dwi Pratiwi serta kakak iparku Anny Andini dan Muh. Fajri tak lupa keponakan jagoan kecilku yang selalu memberi rasa damai di rumah yaitu Darren Galih yang selalu memberikan dukungan dan semangat kepada penulis di setiap saat.


(10)

viii

10. Anak-anak kosan : Fahri, Wanda, Arief, Sony, andhika danes, andika, Iqbal, Riza, Egy, Hasan, Uki, Syafran, Dimas, Adi, Fahdi, Feline, Wisnu, Angga, Huza, Hafiz Dan Para Member Ceban Lita, Fika Dan Devita. Terima kasih atas semua bantuan, petuah dan wejangan kepada penulis.

11. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran guna menjadikan skripsi ini lebih baik lagi dan dapat bermanfaat bagi orang banyak.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Jakarta, Juli 2013


(11)

ix

DAFTAR ISI

Cover

Cover Dalam

LEMBAR PENGESAHAN SKRPSI ... i

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... iii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v

ABSTRACT ... vi

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 11

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA……… ... 14

A. Landasan Teori ... 14

1. Pertumbuhan ekonomi ... 14

a. Teori pertumbuhan ekonomi ... 18

b. Faktor mempengaruhi pertumbuhan ekonomi ... 21


(12)

x

d. Peranan sektor industri terhadap pertumbuhan ... 24

e. Pembangunan daerah ... 25

f. Pendapatan Regional ... 26

2.Tenaga kerja ... 29

a) Definisi tenaga kerja ... 29

b) Teori tenaga kerja ... 29

c) Hubungan tenga kerja dengan pertumbuhan ekonomi ... 32

3.Pengeluaran pemerintah ... 32

a) Definisi pengeluaran pemerintah ... 32

b) Teori pengeluaran pemerintah ... 33

c) Hubungan pengeluaran pemerintah terhadap Pertumbuhan ekonomi ... 40

B. Penelitian terdahulu ... 40

C. Kerangka pemikiran ... 49

D. Hipotesis ... 53

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 55

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 55

B. Metode Penentuan Sampel ... 55

C. Metode Pengumpulan Data ... 56

D. Metode Analisis Data ... 57

1. Estimasi Model Regresi dengan Panel Data ... 59

2. Pemilihan Metode Data Panel ... 62

3. Pengujian Penyimpangan Asumsi Klasik ... 64


(13)

xi

1.Uji Signifikansi Parsial (Uji T) ... 66

2.Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ... 67

3.Koefisien Determinasi (Uji ) ... 68

F. Definisi Operasional Variabel………. 69

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 72

A. Gambaran kondisi Umum daerah ... 72

1. Aspek geografi ... 72

2. Kondisi perekonomian di Provinsi Jawa Tengah ... 73

3. Tenaga kerja sektor industri ... 75

4. Pengeluaran pemerintah sektor industri ... 77

B. Analisis dan Pembahasan ... 79

1. Memilih Metode Data Panel ... 79

a.Uji Chow ... 79

b.Uji hausman ... 80

2. Hasil estimasi data panel ... 81

3. Asumsi Klasik ... 81

a.Uji Normalitas ... 81

b.Uji Multikolineritas ... 82

c.Uji Autokorelasi ... 83

d.Uji Heterokedastis ... 84

4. Pengujian Statistik……… 84

a. Uji signifikasi parsial (Uji T) ... 84

b. Uji signifikasi Simultan (Uji F) ... 85

c. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2 ... 86


(14)

xii

D.Analisis Ekonomi ... 94

1. Tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi sektor industri ... 96

2. Pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan sektor industri . 99 BAB V Kesimpulan dan Implikasi ... 103

1. Kesimpulan ... 103

2. Implikasi ... 100

DAFTAR PUSTAKA

... 105


(15)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1

Distribusi Persentase PDB Atas Harga Konstan 2000

Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun 2007-2011

(Persen) ... 3

Tabel 1.2 Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Atas Harga Konstan Sektor Industri di Pulau JawaTahun 2008 – 2011 (Juta)... 4

Tabel 1.3 Distribusi Presentase Produk Domestik Regional Bruto Atas Harga konstan Menurut Lapangan Usaha di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2006–2011 (Persen) ... 5

Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu ... 46

Tabel 3.1 Operasional Variabel ... 71

Tabel 4.1 Produk domestik Regional Bruto atas harga konstan sektor industri kab/kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2001 – 2011 (Jutaan) ... 74

Tabel 4.2 Data Tenaga kerja sektor industri menurut kab/kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2001 – 2011 (Jiwa) ... 76

Tabel 4.3 Pengeluaran pemerintah sektor industri menurut Kab/kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2001 – 2011 (Jutaan) ... 77

Tabel 4.4 Hasil Uji Chow ... 80

Tabel 4.5 Hasil Uji Hausman ... 80

Tabel 4.6 Hasil Random effect model ... 81

Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas ... 81


(16)

xiv

Tabel 4.9 hasil uji heterokedastis ... 82 Tabel 4.10 Hasil Uji Signifikasi Parsial (Uji T) ... 84 Tabel 4.11 Hasil Perhitungan Data Panel ... 86


(17)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kurva Pertumbuhan Pengeluaran Pemerintah menurut Wagner ... 35

Gambar 2.2 kurva Teori Peacock dan Wiseman ... 37

Gambar 2.3 Kurva Perkembangan Pengeluaran Pemerintah ... 38

Gambar 2.4

Kerangka Berfikir ...

52


(18)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Data Laju Pertumbuhan sektor industri, 109 Pengeluaran Pemerintah sektor industri Dan

Tenaga Kerja sektor industri

Lampiran 2 Data Observasi 113

Lampiran 3 Uji Chow 124

Lampiran 4 Uji Hausman 125

Lampiran 5 Pooled Least Square 126

Lampiran 6 Fixed Effect Model 127

Lampiran 7 Random Effect Model 129

Lampiran 8 Uji Normalitas 131

Lampiran 9 Uji Autokorelasi 132

Lampiran 10 Uji Heterokedastis 133


(19)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Berdasarkan dari tesis berjudul Pengaruh Belanja Modal Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sumatera Barat yang diteliti Anasmen dan skripsi berjudul Analisis Pengaruh Tingkat Investasi, Aglomerasi, Tenaga Kerja Dan Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di Jawa Tengah yang diteliti oleh Dyke Susetyo.

Pembangunan ekonomi menjadi hal yang sangat penting karena ketika berbicara mengenai pembangunan ekonomi berarti di dalamnya terdapat sebuah proses pembangunan yang melibatkan pertumbuhan ekonomi yang diikuti dengan beberapa perubahan. Perubahan-perubahan itu antara lain mencakup perubahan struktur ekonomi (dari pertanian ke industri atau jasa) dan perubahan kelembagaan, baik melalui regulasi maupun reformasi kelembagaan itu sendiri (Mudrajad Kuncoro, 2006: 254).

Pertumbuhan ekonomi memilki kaitan yang erat dengan industri karena hampir semua negara–negara di dunia memajukan sektor industri demi memilki nilai efisiensi yang tinggi, nilai guna serta menciptakan daya saing tinggi terhadap negara–negara sekitarnya. Namun indonesia juga tidak mau ketinggalan begitu saja terbukti perkembangan industrialisasi di Indonesia dari tahun ke tahun meningkat yang dibarengi juga dengan pertumbuhan ekonomi ditambah indonesia merupakan salah satu negara yang memilki jumlah


(20)

2 penduduk yang besar sekaligus memiliki pasar domestik yang amat besar untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Dengan asumsi bahwa sektor industri dapat memimpin sektor-sektor perekonomian lainnya menuju pembangunan ekonomi. Oleh karena itu, di Indonesia sektor industri dipersiapkan agar mampu menjadi penggerak dan memimpin (the leading sector) terhadap perkembangan sektor perekonomian lainnya, selain akan mendorong perkembangan industri yang terkait dengan yang lainnya.

Industrialisasi memiliki peran strategis untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi secara berkelanjutan dan meningkatkan produksi fisik masyarakat melalui perluasan lapangan usaha dan memperluas kesempatan kerja. Pembangunan di sektor industri merupakan bagian dari usaha jangka panjang untuk memperbaiki struktur ekonomi yang tidak seimbang karena bercorak pertanian kearah ekonomi yang lebih kokoh dan seimbang antara pertanian dan industri (Kemenperin, 2012:7). Untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dibutuhkan kerjasama yang baik antar sektor perekonomian. Kerjasama yang baik antar sektor mengakibatkan setiap kegiatan sektor produksi memiliki daya menarik (backward linkage) dan daya mendorong (forward linkage) terhadap sektor lain.

Sektor industri pengolahan memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian Indonesia sebagai pembentukan dalam PDB yang memiliki kontribusi yang cukup tinggi dibandingkan dengan sektor-sektor lain hal ini perlu mendapat perhatian yang ekstra bagi para pelaku pemegang kebijakan yaitu pemerintah guna menciptakan perkembangan sektor industri yang


(21)

3 dinamis dan tepat sasaran. Perkembangan kontribusi PDB indonesia pada menurut lapangan kerja di Indonesia dapat dilihat dalam tabel 1.1 berikut ini.

Tabel 1.1 Distribusi Persentase PDB Atas Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha di Indonesia

Tahun 2007-2011 (Persen)

No Lapangan Usaha 2007 2008 2009 2010 2011 Rata-rata 1 Pertanian, Kehutanan Dan Perikanan

15.70 15.30 15.10 14.89 14.60 15,03 2 Pertambangan Dan Penggalian 11.20 10.90 10.60 11.16 11.95 10.97

3 Industri Pengolahan 27.10 27.90 26.40 24.80 24.33 26.09

4 Listrik, Gas Dan Air 0.90 0.80 0.80 0.76 0.77 0,81

5 Kontruksi 7.70 8.50 9.90 10.25 10.16 9.50

6 Perdagangan Besar, Eceran. Rumah

Makan Dan Hotel 14.90 14.0 13.30 13.69 13.80 13.94 7 Angkutan Dan Komunikasi 6.70 6.30 6.56 6.56 6.62 6.50 8 Keuangan, Asuransi, Persewaan, Dan

Jasa Perusahaan 7.70 7.40 7.20 7.24 7.21 7.35

9 Jasa – Jasa Lain 10.10 9.70 10.20 10.24 10.56 10.16

Total 100 100 100 100 100 100

Sumber : BPS Indonesia dalam angka, diolah

Dari Tabel 1.1 di atas menunjukan bahwa kontribusi tertinggi Indonesia masih berada di sektor industri pengolahan, hal ini hampir 26,09 % memiliki kontribusi terhadap PDB, Diikuti oleh sektor pertanian sebesar 14,70 % dan sektor Industri perdagangan sebesar 13,94 %. Dari tabel 1.1 pula kita dapat melihat sektor pertanian cenderung menurun dari tahun ke tahun, yaitu pada tahun 2007 sebesar 15,70 % turun menjadi 15,30 % pada 2008 dan mengalami penurunan pada tahun ke tahun sampai pada tahun 2011 sebesar 14,60 %. Sedangkan sektor industri pengolahan sempat mengalami penurunan pada tahun 2009 dan tahun 2010 namun kembali meningkat pada tahun 2011. Jika di pulau Jawa ditunjukkan dengan PDRB pada sektor industri pengolah dengan 6 Provinsi yang memiliki letak yang saling berdekatan satu sama lain. Berikut tabel PDRB


(22)

4 sektor industri pengolah di pulau Jawa tahun 2008–2011 dalam Jutaan dapat dilihat dibawah ini.

Tabel 1.2 : Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Atas Harga Konstan Sektor Industri di Pulau Jawa

Tahun 2008 – 2011 (Juta)

Propinsi 2008 2009 2010 2011 Rata- rata

DKI Jakarta 58.367.314 58.447.652 60.567.510 62.044.551 59.856.756 Jawa Barat 130.702.671 131.432.856 135.549.749 144.010.048 135.423.831 Jawa Tengah 53.158.962 57.444.185 61.390.101 65.528.810 59.380.514

Yogyakarta 540.334 545.867 549.574 594.845 557.655

Jawa Timur 81.033.880 83.299.893 86.900.779 92.171.191 85.851.435 Banten 41.496.752 43.432.000 44.911.000 47.034.000 34.113.463

Sumber : BPS Pusat,

Pada tabel 1.2 dilihat bahwa rata–rata pertumbuhan ekonomi di sektor industri mengalami peningkatan dari tahun ke tahun sebagaimana yang terlihat di tabel tersebut. adapun rata–rata tabel yang memilki pertumbuhan sektor industri tertinggi di Pulau Jawa berada di Provinsi Jawa Barat dengan rata–rata pertumbuhan sektor industri sebesar Rp. 135.423.831 (Juta), disusul di posisi kedua oleh Provinsi Jawa Timur dengan rata–rata pertumbuhan ekonomi sektor industri Rp. 85.851.435 (Juta) dan posisi ketiga ditempati oleh Provinsi DKI Jakarta sebesar Rp. 59.856.756 (Juta) setelah itu posisi berikutnya ditempati oleh Provinsi Jawa Tengah sebesar Rp. 59.380.514 (Juta), Provinsi Banten sebesar Rp. 34.113.463 (Juta) dan posisi terakhir ditempati oleh Provinsi yogyakarta dengan rata–rata pertumbuhan ekonomi sektor industri sebesar Rp. 557.655 (Juta).

Bila melihat dari tabel 1.2 posisi Provinsi Jawa Tengah menempati posisi ke empat berada di bawah Provinsi DKI Jakarta yang memiliki rata–rata pertumbuhan ekonomi sektor industri yang tidak jauh beda. hal ini yang agak mengherankan terlebih Provinsi DKI Jakarta yang sebagai ibukota negara tentu memilki kelebihan lain dibandingkan dengan provinsi – provinsi di pulau Jawa.


(23)

5 Bila melihat Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Jawa Timur menempati posisi pertama dan kedua hal ini bisa dikatakan juga karena pada tahun 2011 dengan jumlah penduduk provinsi itu menempati posisi pertama dan kedua terbanyak sebesar 43.053.732 (Jiwa) dan 34.476.757 (Jiwa) di pulau Jawa sehingga hal itu memilki keunggulan tersendiri bagi provinsi tersebut yang memilki pasar domestik amat besar untuk melayani kebutuhan setiap penduduknya, Namun yang sangat mengherankan dimana posisi Provinsi Jawa Tengah hanya menempati posisi keempat padahal bila diukur melalui jumlah penduduk Provinsi Jawa Tengah menempati posisi ketiga pada tahun 2011 yaitu sebesar 32.282.657 (jiwa) tapi pertumbuhan ekonomi sektor industri Provinsi Jawa Tengah sangat kecil dibandingkan Provinsi Jawa Timur yang memilki jumlah penduduk yang tidak terlalu jauh berbeda namun memilki jumlah pertumbuhan ekonomi industri yang besar hal ini memicu pertanyaan dalam penelitian ini. Adapun distribusi PDRB terhadap sektor yang ada yang di Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat tabel berikut

Tabel 1.3 : Distribusi Presentase Produk Domestik Regional Bruto Atas Harga kostan Menurut Lapangan Usaha di Provinsi

Jawa Tengah Tahun 2006 – 2011 (Persen)

No Lapangan usaha 2006 2007 2008 2009 2010 2011 1 Pertanian, peternakan,

kehutanan dan perikanan 20,57 20,03 19,57 19,30 18,69 17,87 2 Pertambangan dan penggalian 1,11 1,12 1,10 1,11 1,12 1,11

3 Industri Pengolahan 31,98 31,97 32,94 32,51 33,06 33,06

4 Listrik, Gas dan Air bersih 0,83 0,84 0,84 0,86 0,86 0,85

5 Bangunan 5,61 5,61 5,74 5,83 5,89 5,91

6 Perdagangan, Hotel dan

Restoran 21,11 21,30 20,96 21,38 21,42 21,73 7 Pengangkutan dan

komunikasi 4,95 5,06 5,11 5,20 5,24 5,37

8 Keuangan, persewaan dan

jasa perusahaan 3,58 3,62 3,70 3,79 3,76 3,79 9 Jasa –Jasa 10,25 10,36 10,04 10,03 10,18 10,32

Total 100 100 100 100 100 100

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah

Berdasarkan tabel 1.3 hal ini menunjukkan Di Provinsi Jawa Tengah, industri pengolahan mengalami kenaikan yang cukup signifikan pada tahun 2006


(24)

6 ke tahun 2011 industri pengolahan mengalami kenaikan sekitar (1,08 %) dan hal ini berpengaruh positif terhadap PDRB di tahun 2011. Kenaikan yang terjadi membuat pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Tengah menjadi baik dan berdampak pada pembangunan kabupaten/kota yang positif.

Pembangunan kabupaten/kota yang positif diraih oleh sektor industri karena memiliki tingkat kontribusi tertinggi di PDRB Provinsi Jawa Tengah maka mendorong pemerintah daerah untuk lebih meningkatkan sarana dan prasarana pendukung guna menunjang pertumbuhan sektor industri itu. Terlebih sektor industri dikenal juga sebagai sektor pemimpin yang bisa memilki hubungan dalam perekonomian dengan saling kait mengkaitkan dengan sektor – sektor lain seperti sektor pertanian sebagai bahan baku industri, sektor transportasi sebagai alat pengangkutan hasil industri, sektor jasa keuangan sebagai sarana permodalan dalam industri, dan lain-lain.

Menurut Sadono Sukirno (2011:120) pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Jadi pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode lainnya.

Pada tabel (Lampiran 1, hal 108) dapat dijelaskan bahwa laju pertumbuhan ekonomi sektor industri yang tertinggi di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2011 tertinggi ada di Kabupaten Brebes sebesar 9,61 (Persen) dan pertumbuhan ekonomi sektor industri terendah ada di Kabupaten Blora pada tahun 2011 sebesar 1,23 (Persen) Pertumbuhan jumlah penduduk yang disertai dengan pendidikan bisa menciptakan tenaga kerja yang berkualitas.

Pertumbuhan ekonomi sebaiknya dapat memperlihatkan trend yang meningkat dan berkelanjutan dari tahun ke tahun karena pertumbuhan ekonomi


(25)

7 yang tinggi diperlukan guna mempercepat perubahan struktur perekonomian daerah menuju perekonomian yang berimbang dan dinamis. Pertumbuhan ekonomi juga diperlukan untuk memacu pembangunan dibidang-bidang lainnya sekaligus sebagai kekuatan utama pembangunan dalam rangka meningkatkan pendapatan masyarakat dan mengatasi ketimpangan sosial ekonomi (BPS Provinsi Jawa Tengah, 2011:80).

Menurut todaro (2004:92) ada tiga faktor atau komponen utama yang berpengaruh dalam pertumbuhan ekonomi suatu daerah, ketiganya adalah akumulasi modal, pertumbuhan penduduk dan kemajuan teknologi. Akumulasi modal (capital accumulation) meliputi semua jenis investasi baru baik yang dilakukan oleh pemerintah ataupun swasta yang ditanamkan dengan bentuk tanah, peralatan fisik, dan modal sumber daya. Akumulasi modal akan terjadi apabila sebagian dari pendapatan ditabungkan (diinvestasikan) kembali dengan tujuan untuk memperbesar output atau pendapatan di kemudian hari.

Akumulasi modal yang dilakukan oleh pemerintah menggambarkan seberapa besar peran pemerintah dalam sistem perekonomian suatu daerah. Menurut Arsyad Lincolin (2010:150) bahwa perekonomian yang ideal adalah perekonomian yang menerapkan mekanisme pasar, artinya bahwa jalannya perekonomian sepenuhnya menjadi wewenang pasar karena hanya mekanisme pasar yang mampu mengalokasikan sumber daya secara efisien. Namun dalam hal-hal tertentu menunjukan bahwa mekanisme pasar memiliki kelemahan yaitu gagal mencapai alokasi yang efisien disebabkan oleh adanya common goods, unsur ketidaksempurnaan pasar, barang publik, ekternalitas, incomplete market, kegagalan informasi, unemployment dan uncertaint. Maka pemerintah daerah


(26)

8 selaku pengambilkebijakan di daerah selanjutnya akan lebih memilih mengadopsi kebijakan pembangunan yang disesuaikan dengan karakteristik potensi daerah itu sendiri, tentunya tuntutan pengenalan potensi daerah dapat dijadikan penggerak pertumbuhan ekonomi bagi pembangunan daerahnya.

Keberadaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang bersumber dari bantuan pusat dan Pendapatan Asli Daerah merupakan bentuk dari akumulasi modal pemerintah yang digunakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Peranan strategis dari investasi pemerintah ini sasaran penggunaannya untuk membiayai pembangunan di bidang sarana dan prasarana yang dapat menunjang kelancaran usaha swasta dan pemenuhan pelayanan masyarakat (Raharjo: 2006:6).

Keterbatasan-keterbatasan yang dihadapi oleh pemerintah daerah menuntut adanya suatu kebijakan yang tepat dari pemerintah. Upaya-upaya peningkatan pendapatan asli daerah dapat dilakukan pada kondisi dan item tertentu saja, karena secara umum upaya tersebut justru dapat meningkatkan beban yang harus ditanggung masyarakat.

Salah satu sudut pandang kebijakan yang dapat dilakukan adalah melalui kebijakan pengeluaran pemerintah. Kebijakan yang dituangkan dalam APBD memerlukan perhatian terutama dalam hal pendistribusian anggaran, sehingga dapat terciptanya sumber-sumber pendapatan baru bagi daerah. Kebijakan pengeluaran pemerintah yang secara efektif dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.

Perkembangan besarnya pengeluaran pemerintah sektor industri pada tahun 2008 -2011. Kabupaten/kota yang tertinggi berada di Kabupaten Banyumas pada


(27)

9 tahun 2011 sebesar Rp. 10.703 Jutaan dan yang terendah pada Kabupaten Magelang sebesar Rp. 1.169 Jutaan (Lampiran 1, hal 108). Dari data yang dijabarkan pengeluaran pemerintah sektor industri kecenderungan dari tahun ke tahun semakin meningkat sedangkan laju pertumbuhan ekonomi sektor industri selalu fluktuatif dari tahun ke tahun di semua kab/kota Provinsi Jawa Tengah. Mengutip teori Wagner adalah suatu perekonomian, Apabila pendapatan perkapita naik secara relatif maka pengeluaran pemerintah pun meningkat (Mangkoesubroto, 2008: 179).

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan Darma Rika Swaramarinda dan Susi Indriani (2011) yang meneliti peranan variabel pengeluaran konsumsi, pengeluaran investasi pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi. Dalam penelitian tersebut menunjukkan bahwa pengeluaran investasi pemerintah berkontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi hal ini karena pengeluaran investasi pemerintah memilki peran ekonomi dan mendorong berkembangnya kegiatan ekonomi masyarakat dan anggaran pembangunan dialokasikan terutama untuk membiayai proyek – proyek yang tidak dibiayai sendiri oleh masyarakat.

Salah satu faktor yang berpengaruh dalam pertumbuhan ekonomi adalah sumber daya manusia yang ada di suatu wilayah. Penduduk yang bertambah dari waktu ke waktu dapat menjadi pendorong maupun penghambat kepada pertumbuhan ekonomi. Penduduk yang bertambah akan memperbesar jumlah tenaga kerja dan penambahan tersebut memungkinkan suatu daerah untuk menambah produksi untuk memenuhi pasar domestik yang meningkat. Namun di sisi lain, Akibat buruk dari pertambahan penduduk kepada pertumbuhan ekonomi yang dihadapi oleh masyarakat yang tingkat pertumbuhan ekonominya masih


(28)

10 rendah. Hal ini berarti bahwa kelebihan jumlah penduduk tidak seimbang dengan faktor produksi lain yang tersedia dimana penambahan penggunaan tenaga kerja tidak akan menimbulkan penambahan dalam tingkat produksi.

Gambaran mengenai jumlah tenaga kerja di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2011 di capai tenaga kerja tertinggi berada di Kota Jepara dengan jumlah 227.589 (Jiwa) dan tenaga kerja terendah berada di Kota Magelang pada tahun 2011 sebesar 7.098 Jiwa (Lampiran 1, hal 108). Semakin banyak penduduk yang bekerja, berarti penduduk memiliki penghasilan. Dengan begitu kesejahteraan penduduk akan meningkat yang berarti akan memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Tengah. Menurut Hukum Okun menyatakan tingkat pengangguran berbanding terbalik dengan pertumbuhan ekonomi dengan asumsi laju pertumbuhan yang tinggi akan menyebabkan penurunan tingkat pengangguran sedangkan laju pertumbuhan yang rendah atau negatif akan diikuti oleh tingkat pengangguran yang meningkat (dornbuch, 2006: 13).

Di dalam peneltian dilakukan oleh Ramesh Chandra Paudel (2010) menunjukkan tenaga kerja memiliki hubungan yang positif dengan pertumbuhan ekonomi dan juga ditemukan bahwa ada hubungan kointegrasi antara pertumbuhan ekonomi dengan tenaga kerja. Hasilnya menunjukkan bahwa dalam jangka panjang, antara variabel itu, tenaga kerja memiliki kontribusi utama terhadap pertumbuhan ekonomi Sri Lanka.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis menarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ANALISIS PENGARUH TENAGA KERJA DAN PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP PERTUMBUHAN


(29)

11 EKONOMI SEKTOR INDUSTRI TAHUN 2002–2011 KABUPATEN/KOTA DI

PROVINSI JAWA TENGAH”

B. Rumusan Masalah

Pada akhirnya pertumbuhan ekonomi masih menjadi indikator untuk menilai keberhasilan suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi saat ini juga memberikan indikasi tentang sejauh mana aktivitas perekonomian telah berdampak pada peningkatan pendapatan bagi masyarakat. Tingkat pertumbuhan ekonomi sektor industri di Provinsi Jawa tengah berdasarkan laju PDRB sektor industri atas dasar harga konstan 2000 periode tahun 2008 -2011 ternyata menunjukan fluktuatif (lihat lampiran 1).

variabel yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi antara lain pertumbuhan tenaga kerja sektor industri, pengeluaran pemerintah sektor industri. Peranan pemerintah daerah dalam pertumbuhan ekonomi dimaksudkan agar dapat mempengaruhi jalannya perekonomian, dengan demikian dapat diusahakan terhindarnya perekonomian dari keadaan yang tidak diinginkan (Raharjo, 2006:11).

Peranan pemerintah daerah di dalam kegiatan ekonomi tercermin pada APBD (anggaran pendapatan dan belanja daerah), dimana variabel pengeluaran pemerintah sektor industri dapat diartikan sebagai besarnya investasi oleh pemerintah daerah yang digunakan untuk membangun sarana dan prasarana yang dapat menunjang kelancaran usaha swasta guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerahnya. Berdasarkan data yang ada ternyata Pengeluaran pemerintah sektor industri digunakan untuk investasi guna mencapai sasaran-sasaran program mendukung perkembangan


(30)

12 kegiatan industri yang telah ditetapkan dalam RKPD (Rencana Kerja Pemerintah Daerah). Variabel-variabel eksternal yang menunjang dan bersinergi demi meningkatkan pertumbuhan ekonomi sektor industri adalah Tenaga kerja sektor industri. Keadaan yang ada di Provinsi Jawa Tengah ternyata menunjukkan kontribusi dan kurang optimalnya variabel ini dalam menunjang pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Tengah.

Atas dasar permasalahan diatas maka rumusan masalah penelitiannya sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh secara parsial tenaga kerja sektor industri, pengeluaran pemerintah sektor industri terhadap pertumbuhan ekonomi sektor industri di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah ?.

2. Bagaimana pengaruh secara simultan tenaga kerja sektor industri, pengeluaran pemerintah sektor industri terhadap pertumbuhan ekonomi sektor industri di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah ?.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh secara parsial tenaga kerja sektor industri , pengeluaran pemerintah sektor industri terhadap pertumbuhan ekonomi sektor industri di kab/kota Provinsi Jawa tengah.

2. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh secara simultan tenaga kerja sektor industri, pengeluaran pemerintah sektor industri terhadap pertumbuhan ekonomi sektor industri di Kab/kota Propinsi Jawa tengah.


(31)

13 Adapun manfaat penelitian ini adalah :

1. Teoritis

Penelitian ini berguna untuk memberikan informasi dan kontribusi bagi para kalangan investor, praktisi, akademisi, institusi dan masyarakat pada umumnya yang ingin mengetahui lebih lanjut mengenai pengaruh tenaga kerja sektor industri, pengeluaran pemerintah sektor industri terhadap pertumbuhan ekonomi sektor industri kab/kota di Provinsi Jawa Tengah

2. Praktis

Penulisan ini diharapkan sebagai kontribusi sederhana terhadap pemerintah dan kalangan ekonom di Indonesia mengenai besarnya pengaruh tenaga kerja sektor industri , pengeluaran pemerintah sektor industri terhadap pertumbuhan ekonomi sektor industri kab/kota di Provinsi Jawa Tengah

3. Kebijakan

Penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi para kalangan yang terkait untuk memutuskan secara tepat dan menindak lanjuti hal-hal yang harus dilakukan. Sehingga dapat bermanfaat bagi masyarakat indonesia.


(32)

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Sadono Sukirno (2011:120) pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Jadi pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode lainnya. Kemampuan suatu negara untuk menghasilkan barang dan jasa akan meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan oleh pertambahan faktor-faktor produksi baik dalam jumlah dan kualitasnya. Investasi akan menambah barang modal dan teknologi yang digunakan juga makin berkembang. Di samping itu, tenaga kerja bertambah sebagai akibat perkembangan penduduk seiring dengan meningkatnya pendidikan dan keterampilan mereka.

Adapun penelitian yang mengkaitkan hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan tenaga kerja yaitu teori fungsi produksi Cobb Douglas dalam teori ini menjelaskan adanya pembagian pendapatan nasional diantara modal dan tenaga kerja tetap konstan selama periode yang jangka panjang. Dengan kata lain, ketika perekonomian mengalami pertumbuhan yang mengesankan, pendapatan total pekerja dan pendapatan total pemilik modal tumbuh pada tingkat yang nyaris sama. Jika pembagian faktor yang konstan maka ada


(33)

15 faktor-faktor selalu menikmati produk marjinalnya. Fungsi produksi tersebut harus mempunyai unsur dimana.

Pendapatan Modal = MPK x K = αY Dan

Pendapatan Tenaga Kerja = MPL x L = (1-α)Y

Dimana α adalah konstanta antara nol dadn satu yang mengukur bagian modal dari pendapatan. Yaitu α menentukan betapa bagian pendapatan yang masuk ke modal dan berapa yang masuk ke tenaga kerja. Cobb menunjukan fungsi dengan unsur ini adalah

F(K,L) = A KαL1-α

Dimana A adalah parameter yang lebih besar dari nol yang mengukur produktivitas yang ada. Fungsi ini dikenal sebagai fungsi produksi cobb-douglas. Bila lihat dari unsur dalam fungsi produksi ini. Pertama, fungsi produksi cobb-douglas memiliki skala konstan. Yaitu, jika modal dan tenaga kerja meningkat dalam propornsi yang sama, maka output meningkat menurut proporsi yang sama. Dinyatakan produk marjinal untuk fungsi produksi cobb-douglas. Produk marjinal tenaga kerja adalah

MPL = (1-α) k α L-α Dan

MPK = α K α-1

L1-α

dari persamaan ini, dengan mengetahui bahwa α berada antara nol, kita melihat apa yang menyebabkan produk marjinal dari kedua faktor berubah. Kenaikan dalam jumlah modal meningkat MPL dan mengurangi MPK. Demikian pula, kenaikan dalam jumlah tenaga kerja mengurangi MPL dan


(34)

16 meningkatkan MPK. Maka produk marjinal fungsi produksi cobb-douglas bisa ditulis sebagai:

MPL = (1-α) Y/L MPK = α Y/K

MPL proposional terhadap output per pekerja dan MPK proporsional terhadap output per unit modal. Y/L disebut produktivitas tenaga kerja rata-rata dan Y/K disebut produktivitas modal rata-rata-rata-rata. Jika fungsi produksi adalah cobb-douglas, maka produktivitas marjinal sebuah faktor proporsional terhadap produktivitas rata-rata. (Mankiw, 2007:55)

Teori diperkuat oleh jurnal penelitian yang diteliti oleh Rindang Bangun Prasetyo Dan Muhammad Firdaus berjudul Pengaruh Infrastruktur Pada Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Di Indonesia (2009) yang menegaskan hal yang sama di dalam penelitian elastisitas variabel tenaga kerja lebih besar dari modal. Hal ini mengindikasikan perekonomian di indonesia lebih banyak bersifat padat karya dibandingkan padat modal.

Sedangkan pengeluaran pemerintah, peneliti mengutip teori mengenai perkembangan pengeluaran pemerintah tersebut, teori Peacock & Wiseman dianggap sebagai teori sering disebut sebagai The Displacement Effect, dimana teori ini didasarkan pada suatu pandangan bahwa pemerintah senantiasa memperbesar pengeluaran sedangkan masyarakat tidak suka membayar pajak yang semakin besar untuk membiayai pengeluaran pemerintah yang semakin besar tersebut. Peacock dan Wiseman mendasarkan teori mereka pada suatu teori bahwa masyarakat mempunyai suatu tingkat toleransi pajak, suatu tingkat dimana masyarakat dapat


(35)

17 memahami besarnya pungutan pajak yang dibutuhkan oleh pemerintah untuk membiayai pengeluaran pemerintah. Tingkat toleransi ini merupakan kendala bagi pemerintah untuk menaikkan pungutan pajak. Teori Peacock dan Wiseman adalah sebagai berikut: pertumbuhan ekonomi menyebabkan pemungutan pajak semakin meningkat walaupun tarif pajak tidak berubah, dan meningkatnya penerimaan pajak menyebabkan pengeluaran pemerintah juga semakin meningkat. Peningkatan pada PDB dalam keadaan normal menyebabkan penerimaan penerimaan pemerintah yang semakin besar, begitu juga dengan pengeluaran pemerintah. Apabila keadaan normal tersebut terganggu, misalnya karena adanya perang, maka pemerintah harus memperbesar pengeluarannya untuk membiayai perang. Salah satu cara umtuk meningkatkan penerimaannya tersebut dengan menaikkan tarif pajak sehingga dana swasta untuk investasi dan konsumsi menjadi berkurang. Keadaan ini disebut efek pengalihan (Displacement effect) yaitu adanya gangguan sosial menyebabkan aktivitas swasta dialihkan pada aktivitas pemerintah.

Bird mengkritik hipotesa yang dikemukakan oleh Peacock dan Wiseman. Bird menyatakan bahwa selama terjadinya gangguan sosial memang terjadi pengalihan aktivitas pemerintah dari pengeluaran sebelum gangguan ke pengeluaran yang berhubungan dengan gangguan tersebut. Hal ini akan diikuti oleh peningkatan persentase pengeluaran pemerintah terhadap PDB. Akan tetapi setelah terjadinya gangguan, persentase pengeluaran pemerintah terhadap PDB akan menurun secara perlahan-lahan kembali ke keadaan semula. Jadi menurut Bird, efek pengalihan merupakan


(36)

18 gejala dalam jangka pendek, tetapi tidak terjadi dalam jangka panjang (Guritno Mangkoesoebroto, 2008: 176).

Adapun untuk menguatkan teori ini di dalam jurnal penelitian yang diteliti oleh Dwi Suryanti yang berjudul Analisis Pengaruh Tenaga Kerja, Tingkat Pendidikan, dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Subosukawonosraten (2010) menyimpulkan bahwa pengeluaran pemerintah digunakan sepenuhnya untuk kegiatan ekonomi yang memberikan dorongan bagi perkembangan bagi ekonomi terlebih bila belanja modal pemrintah daerah mengindikasikan besarnya pembangunan maupun perbaikan infrastruktur.

a. Teori Pertumbuhan Ekonomi

1) Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik

Adapun ekonomi klasik menurut Arsyad (2010:115) pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni dua faktor utama yakni pertumbuhan output total dan pertumbuhan penduduk . Unsur pokok dari sistem produksi suatu negara ada tiga:

a) Sumber daya alam yang tersedia merupakan wadah paling mendasar dari kegiatan produksi suatu masyarakat dimana jumlah sumber daya alam yang tersedia mempunyai batas maksimum bagi pertumbuhan suatu perekonomian.

b) Sumber daya insani (jumlah penduduk) merupakan peran pasif dalam proses pertumbuhan output, maksudnya jumlah penduduk akan menyesuaikan dengan kebutuhan akan tenaga kerja.

c) Stok modal merupakan unsur produksi yang sangat menentukan tingkat pertumbuhan output.


(37)

19 Laju pertumbuhan ekonomi sangat dipengaruhi oleh produktivitas sektor- sektor dalam menggunakan faktor-faktor produksinya. Produktivitas dapat ditingkatkan melalui berbagai sarana pendidikan, pelatihan dan manajemen yang lebih baik.

2) Teori Pertumbuhan Neo Klasik

Teori pertumbuhan neoklasik dikembangkan oleh Solow dan Swan . Model Solow-Swan menggunakan unsur pertumbuhan penduduk, akumulasi kapital, dan besarnya output yang saling berinteraksi. Perbedaan utama dengan model Harrod-Domar adalah dimasukkannya unsur kemajuan teknologi dalam modelnya. Selain itu, Solow, dan Swan menggunakan model fungsi produksi yang memungkinkan adanya substitusi antara kapital (K) dan tenaga kerja (L).

Adapun model pertumbuhan ekonomi Neo Klasik Solow (Solow Neo Classical Growth Model) maka fungsi produksi agregat standar adalahsama seperti yang digunakan dalam persamaan dibawah ini:

Yi = i (K, L)

Dalam kerangka ekonomi regional, menderivasikan rumus diatas menjadi sebagai berikut:

Yi = ai Ki + (1- ai )ni

Dimana:

Yi = besarnya output

ai = bagian yang dihasilkan dari faktor modal

Ki = tingkat pertumbuhan modal

(1- ai ) = bagian yang dihasilkan diluar faktor modal


(38)

20 Teori Neoklasik sebagai penerus dari teori klasik menganjurkan agar kondisi selalu diarahkan untuk menuju pasar sempurna. Dalam keadaan pasar sempurna, perekonomian bisa tumbuh maksimal. Hal khusus yang perlu dicatat adalah bahwa model neoklasik mengasumsikan I=S. Hal ini berarti kebiasaan masyarakat yang suka memegang uang tunai dalam jumlah besar dapat menghambat pertumbuhan ekonomi.

Analisis lanjutan dari paham neoklasik menunjukkan bahwa untuk terciptanya suatu pertumbuhan yang mantap (steady growth), diperlukan suatu tingkat saving yang tinggi dan seluruh keuntungan pengusaha diinvestasikan kembali.

3) Teori David Ricardo

Menurut Lincoln Arsyad (2010:100), proses pertumbuhan ekonomi masih memacu antara laju pertumbuhan penduduk dan laju pertumbuhan output. Selain itu Ricardo juga menganggap bahwa jumlah faktor produksi tanah (sumber daya alam) tidak bisa bertambah sehingga akhirnya faktor pembatas dalam proses pertumbuhan suatua masyarakat. Perekonomian yang diciri-cirikan Ricardo sebagai berikut:

a) Tanah terbatas

b) Tenaga kerja meningkat atau menurun sesuao tingkat upah diats atau dibawah tingkat uapah minimal.

c) Akumulasi modal terjadi apabila tingkat keuntungan yang diperoleh pemilik modal berada diatas tingkat keuntungan minimal yang diperlukan untuk menarik meraka melakukan investasi.


(39)

21 d) Sektor pertanian dominan

Dari faktor produksi tanah dan tenaga kerja, ada satu kekuatan dinamis yang selalu menarik perekonomian kearah tingkat upah minimum, yaitu bekerjanya the lawa of diminishing return. Pada akumulasi modal juga berlaku hukum tersebut.

Dimana The law od dimishing return yang kan menang. Keterbatasan faktor produksi tanah akan membatas pertumbuhan ekonomi suatu negara. Suatu negara hanya bisa tumbuh sampai batas yang dimungkinkan oleh sumber-sumber alamnya. Apabila sumber daya alam ini telah diekspolitasi secara penuh maka perekonomian berhenti tumbuh, masyarakat akan mencapai stationernya.

b. Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi Pertumnbuhan Ekonomi

1) Sumber Daya Alam

Faktor utama yang mempengaruhi perkembangan suatu perekonomian adalah sumber daya alam atau tanah, sebagaimana dipergunakan dalam ilmu ekonomi mencakup sumber alam

2) Akumulasi Modal

Akumulasi modal terjadi apabila sebgaian dari pendapatan ditabung dan diinvestasikan kembali dengan tujuan memprbesar output dan pendapatan dikemudian hari. Investasi produktif yang bersifat langsung harus dilengkapi berbagai investasi penunjang yang biasa disebut dengan investasi infraktruktur ekonomi dan sosial.


(40)

22 3) Pertumbuhan Penduduk dan Tenaga Kerja

Pertumbuhan dan angkatan kerja secara tradisional dianggap sebagai salah satu faktor positif yang memacu pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang berarti akan menambah jumlah tenaga kerja produktif, sedangkan pertumbuhan penduduk yang lebih besar berarti ukuran pasar domestik lebih besar.

4) Kemajuan Teknologi

Dalam pengertian sederhana, kemajuan teknologi digambarkan dengan ditemukannya cara–cara baru atau perbaikan atas cara–cara lama dalm menangani pekerjaan–pekerjaan (misalnya dalam proses produksi) yang lebih efisien dan efektif.

c. Industri

a. Pengertian Industri

Istilah industri sering diidentikkan dengan semua kegiatan ekonomi manusia yang mengolah barang mentah atau bahan baku menjadi barang setengah jadi atau barang jadi. Dari definisi tersebut, istilah industri sering disebut sebagai kegiatan manufaktur (manufacturing). Padahal, pengertian industri sangatlah luas, yaitu menyangkut semua kegiatan manusia dalam bidang ekonomi yang sifatnya produktif dan komersial. Disebabkan kegiatan ekonomi yang luas maka jumlah dan macam industri berbeda-beda untuk tiap negara atau daerah. Pada umumnya, makin maju tingkat perkembangan perindustrian di suatu negara atau daerah, makin banyak


(41)

23 jumlah dan macam industri, dan makin kompleks pula sifat kegiatan dan usaha tersebut.

Menurut Badan Pusat Statistik (2011:34) industri mempunyai dua pengertian:

1. Pengertian secara luas, industri mencakup semua usaha dan kegiatan di bidang ekonomi bersifat produktif.

2. Dalam pengertian secara sempit, industri hanyalah mencakup industri pengolahan yaitu suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah suatu barang dasar mekanis, kimia, atau dengan tangan barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih nilainya dan sifatnya lebih kepada pemakaian akhir.

Klasifikasi industri berdasarkan tenaga kerja (Siahaan, 2000:34), adalah sebagai berikut

1. Industri rumah tangga yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja kurang dari empat orang. Ciri industri ini memiliki modal yang sangat terbatas, tenaga kerja berasal dari anggota keluarga, dan pemilik atau pengelola industri biasanya kepala rumah tangga itu sendiri atau anggota keluarganya. Misalnya: industri anyaman, industri kerajinan, industri tempe/tahu, dan industri makanan ringan. 2. Industri kecil yaitu industri yang tenaga kerjanya berjumlah sekitar 5 sampai 19 orang, Ciri industri kecil adalah memiliki modal yang relatif kecil, tenaga kerjanya berasal dari lingkungan sekitar atau


(42)

24 masih ada hubungan saudara. Misalnya: industri genteng, industri batubata, dan industri pengolahan rotan.

3. Industri sedang yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja sekitar 20 sampai 99 orang. Ciri industri sedang adalah memiliki modal yang cukup besar, tenaga kerja memiliki keterampilan tertentu, dan pimpinan perusahaan memiliki kemapuan manajerial tertentu. Misalnya: industri konveksi, industri bordir, dan industri keramik. 4. Industri besaryaitu industri dengan jumlah tenaga kerja lebih dari 100

orang. Ciri industri besar adalah memiliki modal besar yang dihimpun secara kolektif dalam bentuk pemilikan saham, tenaga kerja harus memiliki keterampilan khusus, dan pimpinan perusahaan dipilih melalui uji kemampuan dan kelayakan (fit and profer test). Misalnya: industri tekstil, industri mobil, industri besi baja, dan industri pesawat terbang.

d. Peranan Sektor Industri dalam Pembangunan Ekonomi

Pembangunan industri merupakan suatu fungsi dari tujuan pokok kesejahteraan rakyat, bukan merupakan kegiatan yang mandiri untuk hanya sekedar mencapai fisik saja. Industrialisasi juga tidak terlepas dari usaha untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia dan kemampuannya memanfaatkan secara optimal sumber daya alam dan sumber daya lainya. Hal ini berarti pula sebagai suatu usaha untuk meningkatkan produktivitas tenaga manusia disertai usaha untuk meluaskan ruang lingkup kegiatan manusia.


(43)

25 Negara–negara maju maupun negara berkembang didunia sektor industri mempunyai peranan penting sebagai sektor pemimpin (leading sector). Sektor pemimpin ini maksudnya adalah dengan adanya pembangunan industri maka akan memacu dan mengangkat pembangunan sektor-sektor lainya seperti sektor pertanian dan sektor jasa. Pertumbuhan industri yang pesat akan merangsang pertumbuhan sektor pertanian untuk menyediakan bahan-bahan baku bagi industri. Sektor jasa pun berkembang dengan adanya industrialisasi tersebut, misalnya berdirinya lembaga-lembaga keuangan, lembaga-lembaga pemasaran/periklanan, dan sebagainya, yang kesemuanya itu nanti akan mendukung lajunya pertumbuhan industri. Seperti diungkapkan sebelumnya, berarti keadaan menyebabkan meluasnya peluang kerja yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan dan permintaan masyarakat (daya beli). Kenaikan pendapatan dan peningkatan permintaan (daya beli) tersebut menunjukkan bahwa perekonomian itu tumbuh sehat.

e. Pembangunan Ekonomi Daerah

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses yang mencakup pembentuka institusi-institusi baru, pembangunan industri-industri alternatif, perbaikan kapasitas kerja yang ada untuk menghasilkan produk dan jasa yang lebih baik, identifikasi pasar pasar baru, alih ilmu pengetahuan dan pengembangan perusahaan-perusahaan baru. Dimana kesemuanya ini mempunyai tujuan utama yaitu untuk meningkatkan


(44)

26 jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah (Arsyad, 2010:154).

f. Pengertian pendapatan regional

Menurut Tarigan (2005:96) pendapatan regional adalah tingkat pendapatan masyrakat pada suatu wilayah tertentu . Tingkat pendapatan regional dapat diukur dari total pendapatan wilayah ataupun pendapatan rata – rata masyarakat pada wilayah tersebut.

Beberapa istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan pendapatan regional, diantaranya adalah:

1) Produk domestik regional bruto (PDRB)

PDRB adalah jumlah nilai tambah bruto yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di suatu wilayah atau propinsi. Pengertian nilai tambah bruto adalah nilai produksi (output) dikurangi dengan biaya antara (intermiede cost). Komponen – komponen faktor pendapatan (upah, gaji, bunga, sewa tanah dan keutungan), penyusutan dan pajak tidak langsung netto. Jadi dengan menghitung niali tambah bruto dari masing – masing sektor dan kemudian menjumlahkan akan menghasilkan produk domestik regional bruto (PDRB).

Berikut tiga pendekatan yang dapat dilakukan untuk menghitung pendapatan regional dengan metode langsung :


(45)

27 1. Pendekatan pengeluaran

Pengeluaran adalah cara penentuan pendapatan regional dengan cara menjumlahkan seluruh nilai penggunaan akhir dari barang dan jasa yang diproduksi didalam negeri. Kalau dilihat dari segi penggunaan maka total penyediaan atau produksi barang dan jasa itu digunakan untuk: konsumsi rumah tangga, konsumsi swasta yang tidak mencari untung, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto (investasi) perubhan stok dan ekspor neto(total ekspor dikurangi dengan total impor).

Rumus pendekatan pengeluaran: Y= C + I + G (X –M)

Dimana;

Y = PDRB

I = Investasi

G = pengeluaran pemerintah (X-M) = ekspor dikurangi impor 2. Pendekatan produksi

PDRB merupakan jumlah Nilai Tambah Bruto (NTB) atau nilai barang akhir yang dihasilkan oleh unit produksi disuatu wilayah dalan suatu periode tertentu, biasanya satu tahun. Sedangkan NTB adalah nilai produksi bruto dari barang dan jasa tersebut dikurangi seluruh biaya antara yang digunakan dalam proses produksi. Metode ini yang digunakan dalam perhitungan pertumbuhan ekonomi di Indonesia dan negara-negara berkembang. Adapun perhitungan PDRB dengan metode produksi:


(46)

28 Y = P1Q1 + P2Q2 + .... + PnQn

Dimana:

Y = PDRB

P1,P2,...Pn = harga satuan produk pada satuan masing sektor ekonomi

Q1,q2,...Qn = jumlah produk pada satuam masing sector ekonomi

3. Pendekatan pendapatan

PDRB adalah jumlah seluruh balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi disuatu wilayah dalam jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun. Berdasarkan pengertian tersebut, maka NTB adalah jumlah dari gaji, sewa tanah, bunga modal, dan keuntungan dimana pajak penghasilan dan pajak langsung belum dipotong. Dalam pengertian PDRB ini termasuk pola komponen penyusutan dan pajak tidak langsung netto.

Rumus pendekatan pendapatan: Y = Yw +Yr + Yi + Yp

Dimana:

Y = pendapatan regional Yi = pendapatan bunga Yw = pendapatan upah/gaji Yp = pendapatan laba/profit Yr = pendapatan sewa


(47)

29

1. Tenaga Kerja

a. Definisi Tenaga Kerja

Tenaga Kerja Adalah penduduk usia kerja (berumur 15 tahun atau lebih) yang selama seminggu sebelum pencacahan bekerja atau punya pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja tetapi sedang mencari pekerjaan sedangkan yang termasuk bukan angkatan kerja, diantaranya adalah mereka yang selama seminggu yang lalu hanya bersekolah (pelajar dan mahasiswa), mengurus rumah tangga, dan mereka yang tidak melakukan kegiatan yang dapat dikategorikan sebagai pekerja, sementara tidak bekerja atau mencari pekerjaan (Disnaker, 2006:54).

1) Teori tenaga kerja

a) Teori fungsi produksi cobb douglas

Dalam teori ini menjelaskan adanya pembagian pendapatan nasional diantara modal dan tenaga kerja tetap konstan selama periode yang jangka panjang. Dengan kata lain, ketika perekonomian mengalami pertumbuhan yang mengesankan, pendapatan total pekerja dan pendapatan total pemilik modal tumbuh pada tingkat yang nyaris sama. Jika pembagian faktor yang konstan maka ada faktor-faktor selalu menikmati produk marjinalnya. Fungsi produksi tersebut harus mempunyai unsur dimana.

Pendapatan Modal = MPK x K = αY Dan

Pendapatan Tenaga Kerja = MPL x L = (1-α)Y

Dimana α adalah konstanta antara nol dadn satu yang mengukur bagian modal dari pendapatan. Yaitu α menentukan betapa bagian


(48)

30 pendapatan yang masuk ke modal dan berapa yang masuk ke tenaga kerja. Cobb menunjukan fungsi dengan unsur ini adalah

F(K,L) = A KαL1-α

Dimana A adalah parameter yang lebih besar dari nol yang mengukur produktivitas yang ada. Fungsi ini dikenal sebagai fungsi produksi cobb-douglas. Bila lihat dari unsur dalam fungsi produksi ini. Pertama, fungsi produksi cobb-douglas memiliki skala konstan. Yaitu, jika modal dan tenaga kerja meningkat dalam propornsi yang sama, maka output meningkat menurut proporsi yang sama. Dinyatakan produk marjinal untuk fungsi produksi cobb-douglas. Produk marjinal tenaga kerja adalah

MPL = (1-α) k α L-α Dan

MPK = α K α-1

L1-α

dari persamaan ini, dengan mengetahui bahwa α berada antara nol, kita melihat apa yang menyebabkan produk marjinal dari kedua faktor berubah. Kenaikan dalam jumlah modal meningkat MPL dan mengurangi MPK. Demikian pula, kenaikan dalam jumlah tenaga kerja mengurangi MPL dan meningkatkan MPK. Maka produk marjinal fungsi produksi cobb-douglas bisa ditulis sebagai:

MPL = (1-α) Y/L

MPK = α Y/K

MPL proposional terhadap output per pekerja dan MPK proporsional terhadap output per unit modal. Y/L disebut produktivitas tenaga kerja rata-rata dan Y/K disebut produktivitas modal rata-rata. Jika fungsi produksi adalah cobb-douglas, maka produktivitas marjinal sebuah


(49)

31 faktor proporsional terhadap produktivitas rata-rata. (Mankiw, 2007:55)

b) Hukum Okun

Salah satu teori yang menjelaskan hubungan tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi adalah Hukum Okun. Hukum okun menjelaskan antara output dan tingkat pekerja dengan asumsi bahwa output dan pekerja bergerak sama, jadi perubahan pada output akan menghasilkan perubahan yang sama pada tenaga kerja juga.

Persamaan Hukum Okun adalah sebagai berikut: Q∗−Q

Q =α U−U*

Dimana :

Q* = output potensial Q = output aktual

U = tingkat pengangguran

U* =Tingkat pengangguran pembanding α = koefisien Okun

Hukum Okun ini menerangkan mengenai hubungan output aktual dan potensial (GDP) dan pengangguran. Dimana Hukum Okun menyatakan bahwa untuk setiap penurunan 2% yang berhubungan dengan GDP potensial, angka pengangguran meningkat sekitar 1% dan Hukum Okun menyatakan hubungan yang sangat penting anatara pasar output dan pasar tenaga kerja yang menggambarkan antara pergerakan jangka pendek pada GDP nyata dan perubahan angka pengangguran (dornbush, 2006: 13).


(50)

32

b. Hubungan Tenaga Kerja Dengan Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Todaro (2004:93) pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan tenaga kerja secara tradisional dianggap sebagai salah satu faktor positif yang memacu pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar berarti akan menambah tingkat produksi, sedangkan pertumbuhan penduduk yang lebih besar berarti ukuran pasar domestiknya lebih besar. Meski demikian hal tersebut masih dipertanyakan apakah benar laju pertumbuhan penduduk yang benar–benar cepat akan memberikan dampak positif atau negatif dari pembangunan ekonominya. Selanjutnya dikatakan bahwa pengaruh positif atau negatif dari pertumbuhan penduduk tergantung pada kemampuan sistem perekonomian daerah tersebut dalam menyerap dan secara produktif memanfaatkan pertambahan tenaga kerja tersebut. Kemampuan tersebut dipengaruhi oleh tingkat dan jenis akumulasi modal dan tersedianya input dan faktor penunjang seperti kecakapan manajerial dan administrasi.

2. Pengeluaran Pemerintah

a. Definisi Pengeluaran Pemerintah

Menurut (Mangkoesubroto, 2008:169) pengeluaran pemerintah mencerminkan kebijakan pemerintah. Apabila pemerintah telah menetapkan suatu kebijakan untuk membeli barang dan jasa, pengeluaran pemerintah mencerminkan biaya yang harus dikeluarkan oleh pemerintah untuk melaksanakan kebijakan tersebut.

Pengeluaran pemerintah dalam arti riil dapat dipakai sebagai indikator besarnya kegiatan pemerintah yang dibiayai oleh pengeluaran


(51)

33 pemerintah itu. Semakin besar dan banyak kegiatan pemerintah, semakin besar pula pengeluaran pemerintah yang bersangkutan. Proporsi pengeluaran pemerintah terhadap penghasilan nasional (GNP) adalah suatu ukuran terhadap kegiatan pemerintah dalam suatu perekonomian.

1) Teori–teori pengeluaran pemerintah

a) Teori pengeluaran pemerintah Rostow

Model ini dikembangkan oleh Rostow dan Musgrave yang menghubungkan perkembangan pengeluaran pemerintah dengan tahap pembangunan ekonomi. Pada tahap awal perkembangan ekonomi, persentase investasi pemerintah terhadap total investasi besar sebab pada tahap ini pemerintah harus menyediakan prasarana. Pada tahap menengah investasi pemerintah tetap diperlukan untuk menghindari terjadinya kegagalan pasar yang disebabkan oleh investasi swasta yang sudah semakin besar pula. Pada tingkat ekonomi yang lebih lanjut, aktivitas pemerintah beralih pada bentuk pengeluaran pengeluaran untuk aktivitas-aktivitas sosial (Mangkoesoebroto, 2008:170).

b) Teori Hukum Wagner

Teori Hukum Wagner menyatakan bahwa dalam suatu perekonomian, apabila pendapatan perkapita meningkat, secara relatif pengeluaran pemerintah pun akan meningkat. Menurut Wagner mengapa peranan pemerintah semakin besar, disebabkan karena pemerintah harus mengatur hubungan yang timbul dalam


(52)

34 masyarakat, hukum, pendidikan, rekreasi kebudayaan dan sebagainya (Mangkoesubroto, 2008: 179).

Hukum Wagner dapat diformulasikan sebagai berikut :

�� ��>

�� �� −1>

�� −2

�� −2> ⋯>

�� − �� −

Keterangan:

Gpc = Pengeluaran pemerintah perkapita

YpC = Produk atau pendapatan nasional perkapita t = Indeks waktu

menurut Wagner ada lima hal yang menyebabkan pengeluaran pemerintah selalu meningkat yaitu tuntutan peningkatan perlindungan keamanan dan pertahanan, kenaikan tingkat pendapatan masyrakat, urbanisasi yang mengiringi pertumbuhan ekonomi serta perkembangan demokrasi dan ketidak efisienan birokrasi yang mengiringi pemerintah.

Hukum Wagner yang menjelaskan tentang perkembangan pengeluaran pemerintah ditunjukkan dalam gambar berikut ini, dimana kenaikan pengeluaran pemerintah mempunyai bentuk eksponensial dengan kurva berbentuk cembung dan bergerak naik dari kiri bawah menuju kanan atas, sebagaimana yang ditunjukkan Kurva 1, dan bukan seperti ditunjukkan oleh Kurva 2 yang memiliki bentuk linear.


(53)

35

Gambar 2.1

Kurva Pertumbuhan Pengeluaran Pemerintah menurut Wagner

Kurva 1

Gpc/Ypc

Kurva 2

0 Waktu

Sumber : Guritno Mangkoesoebroto (2008: 172)

c) Pengeluaran Pemerintah Versi Keynes

Teori ini menguraikan bahwa pendapatan total perekonomian dalam jangka pendek, sangat ditentukan oleh keinginan rumah tangga, perusahaan dan pemerintah untuk membelanjakan pendapatannya. Dengan demikian pengeluaran agregat dapat dibedakan kepada empat komponen: konsumsi rumah tangga, investasi swasta, pengeluaran pemerintah dan ekspor.

Keseimbangan pendapatan nasional akan dicapai pada keadaan Y=C+I+G. Dengan demikian pendapatan nasional adalah Y. Apabila perekonomian ini berubah menjadi terbuka maka akan timbul dua aliran pengeluaran baru, yaitu ekspor dan impor. Ekspor akan menambah pengeluaran agregat manakala impor akan mengurangi pengeluaran agregat. Apabila perekonomian menjadi tertutup ke ekonomi terbuka, pengeluaran agregat akan bertambah sebanyak ekspor neto yaitu, sebanyak (X-M). Maka pendapatan


(54)

36 nasional untuk perekonomian terbuka yaitu Y=C+I+G+(X-M). Dapat disimpulkan G dalam sebagai pengeluaran pemerintah memiliki peran terhadap pencapaian kegiatan perekonomian melalui kebijakan pemerintah guna mengatasi pengangguran dan pertumbuhan ekonomi yang lambat sehingga pemerintah perlu menambah pengeluaran untuk pembangunan infrakstruktur, pelabuhan dan mengembangkan pendidikan (Sadono Sukirno: 2007:211) .

d) Teori Peacock dan Wiseman

Teori mereka didasarkan pada suatu pandangan bahwa pemerintah senantiasa berusaha memperbesar pengeluaran, sedangkan masyarakat tidak suka membayar pajak yang semakin besar untuk membiayai pengeluaran pemerintah yang semakin besar tersebut. Peacock dan Wiseman menyebutkan bahwa perkembangan ekonomi menyebabkan pemungutan pajak yang semakin meningkat walaupun tarif pajak tidak berubah. Dan meningkatnya penerimaan pajak menyebabkan pengeluaran pemerintah juga semakin meningkat. Oleh karena itu dalam keadaan normal, meningkatnya GNP menyebabkan penerimaan pemerintah semakin besar. Begitu juga dengan pengeluaran pemerintah yang menjadi semakin besar (Guritno Mangkoesoebroto, 2008: 173).


(55)

37

Gambar 2.2

Teori Peacock dan Wiseman

Pengeluaran pemerintah/GDP C D F Pengeluaran pemerintah

A G B Pengeluaran swasta

0 t t+1 Tahun

Sumber : Guritno Mangkoesoebroto (2008: 174)

Dalam keadaan normal, dari tahun t ke t+1, pengeluaran pemerintah dalam persentase terhadap GNP meningkat sebagaimana yang ditunjukan garis AG. Apabila pada tahun t terjadi perang maka pengeluaran pemerintah meningkat sebesar AC dan kemudian meningkat seperti yang ditunjukan pada segmen CD. Setelah perang selesai pada tahun t+1, pengeluaran pemerintah tidak menurun ke G. Hal ini disebabkan setelah perang, pemerintah membutuhkan tambahan dana untuk mengembalikan pinjaman pemerintah yang digunakan dalam pembiayaan pembangunan. Kenaikan tarif pajak tersebut dimaklumi oleh masyarakat sehingga tingkat toleransi pajak meningkat dan pemerintah dapat memungut pajak yang lebih besar tanpa menimbulkan gangguan dalam masyarakat.

Secara grafik, perkembangan pengeluaran pemerintah versi Peacock dan Wiseman bukanlah berpola seperti kurva mulus berslope


(56)

38 positif sebagaimana tersirat dalam pendapat Rostow dan Musgrave. Melainkan berslope positif dengan bentuk patah-patah seperti tangga.

Gambar 2.3

Kurva Perkembangan Pengeluaran Pemerintah

Pengeluaran pemerintah/GDP Wagner, Solow, Musgrave

Peacock dan Wiseman

0 Tahun

Sumber : Guritno Mangkoesoebroto (2008: 175)

Bird mengkritik hipotesa yang dikemukakan oleh Peacock dan Wiseman. Bird menyatakan bahwa selama terjadinya gangguan sosial memang terjadi pengalihan aktivitas pemerintah dari pengeluaran sebelum gangguan ke pengeluaran yang berhubungan dengan gangguan tersebut. Hal ini akan diikuti oleh peningkatan persentase pengeluaran pemerintah terhadap PDB. Akan tetapi setelah terjadinya gangguan, persentase pengeluaran pemerintah terhadap PDB akan menurun secara perlahan-lahan kembali ke keadaan semula. Jadi menurut Bird, efek pengalihan merupakan gejala dalam jangka pendek, tetapi tidak terjadi dalam jangka panjang (Guritno Mangkoesoebroto, 2008: 176).

a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), adalah rencana keuangan tahunan pemerintah daerah di Indonesia yang


(57)

39 disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. APBD ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Tahun anggaran APBD meliputi masa satu tahun, mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember.

APBD terdiri atas:

1) Anggaran pendapatan, terdiri atas

a) Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang meliputi pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah, dan penerimaan lain-lain

b) Bagian dana perimbangan, yang meliputi Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus

c) Lain-lain pendapatan yang sah seperti dana hibah atau dana darurat.

2) Anggaran belanja, yang digunakan untuk keperluan penyelenggaraan tugas pemerintahan di daerah.

3) Pembiayaan, yaitu setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran.

b. Hubungan Antara Pengeluaran Pemerintah Dengan Pertumbuhan

Ekonomi

Pengeluaran pemerintah (goverment expenditure) adalah bagian dari kebijakan fiskal yakni suatu tindakan pemerintah untuk mengatur jalannya perekonomian dengan cara menentukan besarnya penerimaan dan pengeluaran pemerintah tiap tahunnya yang tercermin dalam dokumen APBN untuk nasional dan APBD untuk daerah/regional. Tujuan dari


(58)

40 kebijakan fiskal ini adalah dalam rangka menstabilkan harga, tingkat output maupun kesempatan kerja dan memacu pertumbuhan ekonomi (Sadono Sukirno, 2008:275).

B. Penelitian Terdahulu

Untuk mendukung penelitian ini digunakan beberapa penelitian sebelumnya sebagai bahan perbandingan, diantaranya adalah:

1. Ramesh Chandra Paude/ and Nelson Perera

Penelitian ini berjudul “Labor Force, Foreign Debt, Trade Openness, and Economic Growth from Sri Lanka” dalam penelitian ini variabel dependen adalah pertumbuhan ekonomi, sedangkan variabel independen ialah tenaga kerja., utang luar negeri, dan perdagangan (ekspor – impor) yaitu total perdagangan adalah jumlah dari total ekspor dan impor. Dengan menggunakan metode vector autoregressive model.

Dalam pendekatan regresi maka memilki hubungan kointegrasi yaitu :

LGDPR – 0.07LFD + 0.29LRTT + 1.3LLF

Hasil diatas membuktikan bahwa variabel-variabel ini memiliki hubungan positif dengan pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang. Elastisitas utang luar negeri adalah 0,07, yang menunjukkan bahwa pinjaman luar negeri tidak memberikan keuntungan . cara meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Sri Lanka, perdagangan memiliki kontribusi yang signifikan dalam pertumbuhan ekonomi, yang ditunjukkan oleh nya elastisitas 0,29. Diantara variabel-variabel ini, tenaga kerja memiliki hubungan yang positif tertinggi dengan pertumbuhan ekonomi. Tenaga kerja membuat kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan


(59)

41 ekonomi seperti yang ditunjukkan oleh nya dengan elastisitas sebesar 1.32.

2. Rindang Bangun Prasetyo dan Muhammad Firdaus

Penelitian ini berjudul “pengaruh infrakstruktur pada pertumbuhan ekonomi wilayah di indonesia” dalam penelitian variabel dependen adalah pertumbuhan ekonomi, sedangkan variabel independen ialah tenaga kerja, investasi, variabel listrik yang terjual, variabel panjang jalan, dan variabel dummy krisik. Dengan menggunakan metode data panel

Model penelitian sebagai berkut:

PDRBit =a0+a1MDLit+a2TNK+a3PDK+a4LST+a5JLNit+a6PAM+a7DKS+ uit

Hasil penelitian menunjukkan variabel tenaga kerja, investasi, variabel listrik yang terjual, variabel panjang jalan, dan variabel dummy krisis terhadap pertumbuhan ekonomi yaitu berpengaruh signfikan dan memilki nilai positif jika dibandingkan Elastisitas variabel tenaga kerja lebih besar dari pada modal, hal ini mengindikasikan bahwa perekonomian di Indonesia lebih banyak yang bersifat padat karya daripada padat modal.

3. Mehdi safdari

Penelitian berjudul “ importance of quality of labour force on economic growth in Iran. Dengan variabel independent adalah pertumbuhan ekonomi (GDP) dan variabel dependen ialah tenaga kerja (L), tingkat pendidikan universitas (HC), modal (K), ekspor migas(XOIL) , non ekspor migas(XNONOIL) , inflasi (NP), pengeluaran konsumsi pemerintah (GCO) dan biaya penelitian pemerintah (reseach). Dengan


(60)

42 metode vector autoreggresion.

Model yang digunakan adalah

GDP =F (L+HC+K+XOILR+LR+XNOILR+NP+GC) reseach)

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel Tenaga Kerja, Universitas lulusan bekerja modal, fisik, Ekspor Minyak, Non Migas Ekspor, Inflasi, konsumsi Pemerintah pengeluaran dan Biaya penelitian pemerintah memiliki positif berpengaruh pada tingkat pertumbuhan produk domestik bruto.

4. Ardyan wahyu sandhika dan mulyo herdarto

Penelitian berjudul “ analisis pengaruh aglomerasi, tenaga kerja, jumlah penduduk dan modal terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten kendal”. Dengan variabel dependen adalah pertumbuhan ekonomi dan variabel independent ialah aglomerasi, tenaga kerja, jumlah penduduk dan modal. Metode analisis yang digunakan ordinary least square (OLS). Bentuk regresi adalah sebagai berikut:

Y=βo+β1AGLOt+β2logLABt+β3logJP+β4KAP+ uit

Berdasarkan analisisi maka dapat disimpulkan antara lain sebagai berikut: Hasil analisis menunjukan hubungan signifikan dan berpengaruh positif antara variabel aglomerasi, tenaga kerja dan modal terhadap pertumbuhan ekonomi di kabupaten Kendal dan Hasil analisis menunjukan hubungan signifikan dan berpengaruh negatif antara variabel jumlah penduduk terhadap pertumbuhan ekonomi di kabupaten Kendal.


(61)

43

5. Darma Rika Swaramarinda dan Susi Indriani

Penelitian ini berjudul “pengaruh pengeluaran konsumsi dan

investasi pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi di indonesia dengan variabel dependent adalah pertumbuhan ekonomi dan variabel independen adalah pengeluaran konsumsi pemerintah dan pengeluaran investasi pemerintah. Metode yang digunakan OLS.

Model ekonometrikpenelitian ini diformulasikan sebagai berikut:

Yt

= β

0

tGct

2Git

t

Hasil menununjukan secara empiris maupun ekonomi mengenai hubungan antara pengeluaran konsumsi pemerintah dan pengeluaran investasi terhadap pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif. Hal ini dikarenakan pengeluaran konsumsi pemerintah berupa belanja pegawai konsumsi pegawai atau masyarakat terhadap barang-barang meningkat yang kemudian menaikkan fungsi konsumsi yang menyumbang kontribusi terhadap bruto nasional sedangkan Pengeluaran investasi pemerintah mendorong berkembangnya kegiatan ekonomi masyarakat sehingga anggaran pembangunan dialokasikan terutama untuk membiayai proyek-proyek yang tidak dapat dibiayai sendiri oleh masyarakat.

6. Ibrahem Mohamed Al Bataineh

Dalam penelitian “The impact of goverment expenditures on economic growth in Jordan for period 1990 - 2010”. Dengan variabel dependen adalah pertumbuhan ekonomi (GDP), dan variabel independen adalah pengeluaran rutin (re), belanja modal (cap), pembayaran transfer (tra) dan pembayaran bunga (int). Dengan metode OLS.


(62)

44 Model ekonometrik penelitian ini diformulasikan sebagai berikut:

GDP= a + β1re + β2cap + β3tra + β4int

Hasil penelitian menunjukan bahwa pengeluaran pemerintah pada tingkat agregat memilki dampak positif terhadap pertumbuhan GDP yang sesuai dengan teori keynesian serta juga menemukan pembayaran transfer dan pembayaran bunga tidak memilki pengaruh terhadap pertumbuhan GDP.

7. Dwi Suryanto

Penelitian ini berjudul “analisis Pengaruh Tenaga Kerja, Tingkat Pendidikan, dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Subosukawonosraten (Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri, Sragen, Klaten) Tahun 2004-2008”. Dengan variabel dependen adalah pertumbuhan ekonomi sedangkan variabel independen ialah tenaga kerja, pengeluaran pemerintah dan dummy. Metode yang digunakan data panel dengan metode Least Square Dummy Variabel.

persamaan panel data yang digunakan adalah Least Square Dummy Variabel (LSDV) dengan spesifiksi model sebagai berikut :

Yit = ao+a1Tkit +a2tpit + a3git + b1d1 + b2d2 + b3d3+ b4d4 + b5d5 + b6d6 + uit

Hasil penelitian menunjukan bahwa tenaga kerja dan tingkat pendidikan dan pengeluraan pemerintah berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Namun variabel dummy bernilai negatif hal ini menjelaskan perbedaan pertumbuhan antara pusat pertumbuhan dengan daerah pendukung bahwa pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Boyolali, Kabupaten Klaten, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Wonogiri, dan Kabupaten Sragen lebih kecil dibandingkan dengan pertumbuhan


(63)

45 ekonomi di Kota Surakarta. Sedangkan Kabupaten Karanganyar tidak berbeda dengan pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta sebagai pusat pertumbuhan.

8. Adrian sutawijaya zulfahmi

Penelitian ini berjudul “pengaruh ekspor dan investasi terhadap pertumbuhan ekonomi indonesia tahun 1980 – 2006”. Dengan variabel dependen ialah pertumbuhan ekonmi sedangkan variabel investasi pemerintah, investasi swasta, ekspor MIGAS dan ekspor non MIGAS. Metode yang digunakan adalah Ordinari least square (OLS).

Spesifikasi model diformulasikan dalam bentuk logaritma natural brikut:

LnYt = α + α1LnIPt + α2LnIGt + α3LnXMGt + α4LnXNMGt + uit

Hasil penelitian menunjukan Tiga dari empat variabel independen, yaitu investasi swasta, investasi pemerintah dan ekspor non migas berpengaruh positif terhadap variabel dependen, yaitu pertumbuhan ekonomi, yang secara statitistik sangat signifikan. Sedangkan variabel independen yang tidak berpengaruh berpengaruh secara statistik terhadap pertumbuhan ekonomi adalah variabel ekspor migas.


(64)

46

Tabel 2.1

Ringkasan Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul penelitian

Variabel Metode penelitian

Hasil

1. Ramesh Chandra Paudel (2009) Foreign Debt, Trade Openness, Labor Force and Economic Growth: Evidence from Sri Lanka Variabel dependen: pertumbuhan ekonomi (GDP), variabel

independen: utang asing, tenaga kerja, perdagangan ( ekspor – impor)

Vector Autoregress ivw Model (VAR). Dengan hubungan kointegrasi Hasil penelitian menunjukan bahwa utang asing, tenaga kerja dan perdagangan (ekspor – impor) memilki hubungan positif terhadap pertumbuhan ekonomi 2. Rin

dang Bangun Prasetyo dan Muhamad Firdaus (2009) “Pengaruh Infrakstruktu r Pada Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Di Indonesia”. Dependen: Pertumbuhan ekonomi. Independen: tenaga kerja , modal , variabel listrik yang terjual , variabel panjang jalan, dan variabel dummy krisis Metode Data panel Hasil penelitian menunjukkan variabel tenaga kerja, modal , variabel listrik yang terjual , variabel panjang jalan, dan variabel dummy krisis terhadap pertumbuhan ekonomi yaitu berpengaruh signfikan dan memilki nilai positif 3. Mehdi

Safdari (2012)

importance of quality of labour force on economic growth in Iran

variabel

dependen adalah pertumbuhan ekonomi (GDP) dan variabel independent ialah tenaga kerja (L), tingkat

pendidikan universitas (HC), modal (K), ekspor

migas(XOIL) ,

Metode Vector Autoreggre sion (VAR) Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel Tenaga Kerja, Universitas lulusan bekerja modal, fisik, Ekspor Minyak, Non Migas Ekspor, Inflasi,


(65)

47 non ekspor migas

(XNONOIL) , inflasi (NP), pengeluaran konsumsi pemerintah (GCO) dan biaya penelitian pemerintah (reseach) konsumsi Pemerintah pengeluaran dan Biaya penelitian pemerintah memiliki positif berpengaruh pada tingkat pertumbuhan produk domestik bruto.

4. Ardyan wahyu sandhika dan Mulyo Herdarto (2012)

analisis pengaruh aglomerasi, tenaga kerja, jumlah penduduk dan modal terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten kendal variabel

dependen adalah pertumbuhan ekonomi dan variabel

independent ialah aglomerasi, tenaga kerja, jumlah penduduk dan modal

Met ode

ordinary least square (OLS)

Hasil penetian menunjukan menunjukan hubungan

signifikan dan berpengaruh positif antara variabel

aglomerasi, tenaga kerja dan modal terhadap

pertumbuhan ekonomi di kabupaten Kendal sedangkan

variabel jumlah penduduk memilki hubungan

signifikan dan berpengaruh negatif. 5. Darma

Rika Swaramari nda dan Susi Indriani (2011) Pengaruh Pengeluaran Konsumsi Dan Investasi Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia tahun 1997 – 2007 Dependen: Pertumbuhan ekonomi Independen: pengeluaran pemerintah konsumsi dan pembamgunan

Metode OLS

hasil menunjukkan bahwa variabel pengeluaran konsumsi

pemerintah dan pengeluaran investasi pembangunan memilki signifikan dan berdampak positif terhadaap pertumbuhan ekonomi


(1)

129

LAMPIRAN 7

RANDOM EFFECT MODEL

Dependent Variable: P?

Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects) Date: 05/22/13 Time: 16:38

Sample: 2001 2011 Included observations: 11 Cross-sections included: 35

Total pool (balanced) observations: 385

Swamy and Arora estimator of component variances

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 1108161. 343312.9 3.227847 0.0014 TK? 1.084649 0.425195 2.550947 0.0111 PPI? 6.293698 2.532515 2.485158 0.0134 Random Effects

(Cross)

_CILA-C 9599598.

_BANY-C -698550.8

_PURB-C -1006502.

_BANJ-C -829434.1

_KEBU-C -990871.7

_PURW-C -941017.7

_WONO-C -980059.0

_MAGE-C -546853.7

_BOYO-C -608457.0

_KLAT-C -412759.7

_SUKO-C 8873.696

_WONGC -1058202.

_KARA-C 1063055.

_SRAG-C -650910.8

_GROB-C -1073901.

_BLOR-C -1036150.

_REMB-C -1080610.

_PATI-C -464812.2

_KUDU-C 5302590.

_JEPA-C -367758.7

_DEMA-C -981755.3

_SEMA-C 981041.5

_TEMA-C -772086.3


(2)

130 -517440.0

_PEMA-C -519653.1

_TEGA-C -419677.2

_BREB-C -652948.9

_KOMA-C -1091210.

_KOSU-C -89548.71

_KOSA-C -987503.6

_KOSE-C 3544323.

_KOPE-C -818752.9

_KOTG-C -905836.0

Effects Specification

S.D. Rho

Cross-section random 2022962. 0.9666

Idiosyncratic random 376213.7 0.0334

Weighted Statistics

R-squared 0.615950 Mean dependent var 68277.06 Adjusted R-squared 0.610798 S.D. dependent var 380028.9 S.E. of regression 377971.6 Sum squared resid 5.46E+13 F-statistic 3.095801 Durbin-Watson stat 0.147109 Prob(F-statistic) 0.046376

Unweighted Statistics

R-squared 0.018519 Mean dependent var 1219568. Sum squared resid 1.74E+13 Durbin-Watson stat 0.004601


(3)

131

LAMPIRAN 8

UJI NORMALITAS

0 10 20 30 40 50

-1000000 -500000 0 500000 1000000

Series: Standardized Residuals Sample 2001 2011

Observations 385 Mean -7.11e-10 Median 8214.553 Maximum 929988.7 Minimum -1193559. Std. Dev. 356508.8 Skewness 0.072084 Kurtosis 2.430461 Jarque-Bera 5.536930 Probability 0.062758


(4)

132

UJI AUTOKORELASI

Effects Specification

S.D. Rho

Cross-section random 2022962. 0.9666

Idiosyncratic random 376213.7 0.0334

R-squared 0.615950 Mean dependent var 68277.06 Adjusted R-squared 0.610798 S.D. dependent var 380028.9 S.E. of regression 377971.6 Sum squared resid 5.46E+13 F-statistic 3.095801 Durbin-Watson stat 0.147109 Prob(F-statistic) 0.046376


(5)

133

LAMPIRAN 10

UJI HETEROKEDASTIS

Effects Specification

S.D. Rho

Cross-section random 2022962. 0.9666

Idiosyncratic random 376213.7 0.0334

Weighted Statistics

R-squared 0.615950 Mean dependent var 68277.06 Adjusted R-squared 0.610798 S.D. dependent var 380028.9 S.E. of regression 377971.6 Sum squared resid 5.46E+13 F-statistic 3.095801 Durbin-Watson stat 0.147109 Prob(F-statistic) 0.046376

Unweighted Statistics

R-squared 0.018519 Mean dependent var 1219568. Sum squared resid 1.74E+15 Durbin-Watson stat 0.004601


(6)

134

Tabel Hasil Uji Multikolinieritas

Variabel

t-Statistik

Prob

Signifikansi

Tenaga kerja industri

2.550947

0.0111

Signifikan

Pengeluaran