Persepsi kepala sekolah Dasar Tentang Efektivitas Manajemen Berbasis Sekolah di Kecamatan Tanah Sareal Bogor

SKRIPSI
PERSEPSI KEPALA SEKOLAH DASAR DI
KECAMATAN TANAH SAREAL KOTA BOGOR
TENTANG EFEKTIFITAS
MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH
Diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta

Disusun oleh :
HUSNUL KHOTIMAH
103018227368
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010

1


2

ABSTRAK
Husnul Khotimah, NIM : 103018227368, PERSEPSI KEPALA SEKOLAH
DASAR TENTANG EFEKTIVITAS MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH
DI KECAMATAN TANAH SAREAL BOGOR, skripsi program strata satu (SI)
Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta 2010.

Penelitian ini bertujuan mengetahui Persepsi Kepala Sekolah Dasar Tentang
Efektivitas Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di Kecamatan Tanah Sareal Bogor.
Metode yang digunakan adalah deskriptif analisis, dengan mengambil 20 orang
kepala sekolah sebagai sampel penelitian. Sampel diambil dengan teknik acak
sederhana (simple random sampling), bentuk instrumen yang digunakan adalah
kuesioner/angket dan wawancara. Teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah rumus persentase.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Persepsi Kepala Sekolah Dasar
Tentang Efektivitas Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di Kecamatan Tanah
Sareal Bogor sudah berjalan efektif. Hal ini terbukti dari lima indikator, empat
indikator berkategori sangat efektif. Adapun yang berkategori efektif, yaitu

pemanfaatan sumber dana yang meliputi penyediaan bea siswa untuk siswa
berprestasi, pembebanan biaya ekstrakurikuler kepada orang tua siswa, bea siswa
dari lembaga sosial/orang tua asuh, partisipasi orang tua siswa dalam KPHB,
pembebanan biaya pemeliharaan gedung sekolah, kepada orang tua siswa,
penyusunan anggaran untuk mendukung rencana sekolah dan kreatifitas guru dalam
mendisain program pendidikan.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan memperluas
wawasan dalam pengkajian tentang persepsi mengenai efektifitas MBS. Bagi kepala
sekolah dasar dapat memberikan manfaat untuk meningkatkan keleluasaan dalam
pengambilan keputusan tentang pengelolaan sumber daya, kurikulum, dan
peningkatan profesionalisme guru. Bagi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

3

khususnya hasil penelitian ini dapat menjadi bahan wacana dan diskusi hangat yang
turut memberi sumbangsih untuk memperkaya khazanah intelektual dan keilmuan
yang terkait tentang Persepsi Kepala Sekolah Dasar Tentang Efektivitas Manajemen
Berbasis Sekolah (MBS) bagi civitas akademika.


4

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah
menggenggam setiap kejadian, penyempurna setiap kebahagiaan, tempatku bersandar
dan bersyukur atas seluruh nikmat yang tanpa batas telah diberikan. Sholawat dan
salam senantiasa menyelimuti Rasulullah SAW tercinta beserta keluarga, sahabat dan
para pengikutnya hingga akhir zaman.
Skripsi yang berjudul “Persepsi Kepala Sekolah Dasar Tentang Efektifitas
MBS di kecamatan Tanah Sareal Bogor ” ini diajukan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar sarjana Strata Satu Pendidikan (S.Pd). Dalam penyusunan
skripsi ini, penulis banyak mendapat motivasi, do’a dan bantuan dari banyak pihak
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Kependidikan Islam Program Studi
Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Drs. H. Muarif Sam, M.Pd, pembimbing skripsi yang telah memberikan ilmu dan

arahan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Abdul Rozak, M.Si, dosen pembimbing akademik yang selalu memberikan kritik
dan saran.
5. Seluruh dosen dan Staff Jurusan Kependidikan Islam Program Studi Manajemen
Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan begitu banyak pengalaman
dan ilmu pengetahuan kepada penulis.
6. Staff Perpustakaan Utama dan Fakultas Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
7. Kepala Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Tanah Sareal Bogor, yang telah
memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut.
8. Drs. Cepi Saefulloh, M.Pd, Pengawas Dikdas Disdikpora Kota Bogor yang telah
Membantu penulis informasi sebagai bahan penelitian.
9. Kedua orang tua Ayahanda Usman Pian dan Aidah Asmawi yang sangat penulis
cintai, Karya ilmiah ini aku persembahkan untuk mereka. Abi, Ibu, Ayah, Bunda,
Bang Dede, Teh Iis dan adiku sayang yang telah memberikan perhatian, motivasi

5

dan doa, Semoga Allah yang membalas semuanya. Buat keponakan Tante yang

hebat K`khilda, Uda`Rafi, dan Nasywa. Kalian memberi senyum sempurna buat
tante.
10. Temen-temen KI-MP angkatan 2003, buat sahabat-sahabatku Ade Faizatul
Mutmainah, Himah Septania (Golin), Asih Sumiasih, Iis Umairoh, Chairunnisa,
Siti Hasanah, Ikrimah, dan Azis Uban. Love you all and always miss you..
11. Seseorang yang Special di Hati yang selalu mengobarkan motivasi. Kebersamaan
denganmu memberikan pengalaman-pengalaman yang baru bagiku. Terima kasih
Allah telah memperkenalkannya padaku.
Penulis menyadari bahwa karya ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan sarannya. Penulis berharap semoga
skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi orang lain. Amin

Jakarta, 27 Juli 2010
Penulis

6

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ....................................................... i

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................. iii
ABSTRAK............................................................................................................ iv
KATA PENGANTAR .......................................................................................... v
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xi

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................
B. Identifikasi Masalah ...................................................................
C. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah ...........................
D. Manfaat Penelitian .....................................................................

BAB II

KAJIAN TEORI
A. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

1. Pengertian MBS ..................................................................
2. Konsep MBS .......................................................................
3. Komponen MBS .................................................................
4. Tujuan MBS........................................................................
5. Manfaat MBS ......................................................................
6. Karakteristik MBS ..............................................................
7. Prinsip MBS........................................................................
8. Implementasi MBS..............................................................
9. Analisis Perlunya MBS .......................................................

7

B. Efektivitas MBS
1. Pengertian Efektivitas..........................................................
2. Strategi Efektivitas MBS .....................................................
3. Keterlibatan Masyarakat pada Efektivitas MBS ...................
4. Sistem Pendidikan Nasional yang Diperlukan Masyarakat
Masa Depan ........................................................................

C. Persepsi Tentang Efektivitas MBS

1. Pengertian Persepsi .............................................................
2. Faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Persepsi ..........

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian ......................................................................
B. Waktu dan Tempat Penelitian....................................................
C. Populasi dan Sampel .................................................................
D. Metodologi Penelitian ...............................................................
E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................
F. Instrumen Pengumpulan Data ...................................................
G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data .......................................

BAB VI

HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Pelaksanaan MBS ....................................................
B. Deskripsi Data ..........................................................................
C. Pembahasan Hasil Penelitian .....................................................


BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan ...............................................................................
B. Saran-saran ...............................................................................

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................
LAMPIRAN-LAMPIRAN

8

DAFTAR TABEL

Kisi-Kisi Angket .................................................................................................... 30
Kisi-Kisi Pedoman Wawancara .............................................................................. 30
Menjalin Hubungan Baik dengan Guru dalam melaksanakan Program Sekolah ...... 33
Penyelenggaraan Kegiatan Pendidikan dengan Baik............................................... 34
Pelibatan Guru dalam Menyusun Program Kerja .................................................... 34
Melalui Penerapan MBS Meningkatkan Mutu Pendidikan Sekolah ........................ 34

Tanggung JawabKepada Orang Tua, Masyarakat, dan Pemerintah ......................... 35
Keterbukaan Manajemen Meningkatkan Mutu Pendidikan ..................................... 35
Menyarankan Guru agar Meningkatkan Program Pengajaran di Sekolah ................ 35
Pelaksanaan Kepemimpinan Sekolah yang Demokratis .......................................... 36
Pelaksanaan Kegiatan Musyawarah Setiap Ajaran Baru ......................................... 36
Program Tahunan yang Telah Ditetapkan Sesuai Jadwal Pelaksanaan ................... 37
Jadwal Pelaksanaan Program Tahunan Sekolah .................................................... 37
Usulan dari Orang Tua SiswaTerhadap Penerapan Program Tahunan Sekolah ....... 37
Penyusunan Organisasi Sekolah Melibatkan Unsur Masyarakat ............................. 38
HUMAS Mempunyai Wewenang dan Tanggung Jawab yang Berbeda ................... 38
Pengadaan Kerjasama dengan Instansi Kesehatan .................................................. 38
Mengundang Orang Tua Siswa Menghadiri Rapat ................................................. 39
Pengadaan Bakti Sosial kepada Masyarakat Bersama Siswa .................................. 39
Antusiasme Masyarakat terhadap Program Hubungan Sekolah .............................. 39
Pelibatan Masyarakat dalam Pelaksanaan Kegiatan ................................................ 40
Tanggung Jawab Kepala Sekolah Terhadap Pelaksanaan HUMAS......................... 40
Sikap Kepala Sekolah Terhadap Pengawasan Masyarakat ...................................... 40
Pelibatan Guru dalam Pengambilan Keputusan ...................................................... 41
Optimalisasi Sumber Daya untuk Memajukan Sekolah .......................................... 41
Kemampuan TU dalam Menunjang KBM .............................................................. 42

Upaya Peningkatan Kedisiplinan Guru dalam Mengajar ......................................... 42
Tingkat Kedisiplinan Guru dalam Mengajar ........................................................... 42
Peningkatan Kesejahteraan Guru dan Staff ............................................................. 43

9

Kreatifitas Guru dalam Mendisain Program Pendidikan ......................................... 43
Penyediaan Bea Siswa untuk Siswa Berprestasi .................................................... 43
Pembebanan Biaya Ekstrakurikuler kepada Orang Tua Siswa ................................ 44
Bea Siswa dari Lembaga Sosial/Orang Tua Asuh ................................................... 44
Partisipasi Orang Tua Siswa dalam KPHB ............................................................. 44
Pembebanan Biaya Pemeliharaan Gedung Sekolah kepada Orang Tua Siswa ........ 45
Penyusunan Anggaran untuk Mendukung Rencana Sekolah ................................... 45
Penyusunan Laporan Akhir Pertanggungjawaban Pengelolaan Anggaran Dana
Operasional Sekolah pada Dewan Sekolah ............................................................. 45
Pengadaan Pelatihan dan Pengembangan Profesionalisme Guru ............................. 46
Penyediaan Media Pembelajaran Efektif ................................................................ 46
Pemenuhan Fasilitas yang Diperlukan oleh Guru dan Siswa ................................... 47
Mengarahkan Guru Untuk Memberikan Appersepsi ............................................... 47
Kelengkapan Buku Wajib bagi Siswa..................................................................... 47
Anjuran bagi Guru untuk Menggunakan Sumber lain ............................................. 48
Penyediaan Layanan BK ........................................................................................ 48
Penyediaan Bimbingan Belajar .............................................................................. 48
Nilai Rata-rata Skor Penelitian .............................................................................. 50

10

11

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Saat ini pendidikan di Indonesia belum banyak mengalami perbaikan. Dengan
demikian kelemahan proses dan hasil pendidikan dari sebuah jalur pendidikan akan
mempengaruhi indeks keberhasilan pendidikan secara keseluruhan. Hal ini tergambar
dengan prestasi pendidikan di Indonesia tertinggal jauh di bawah negara-negara Asia
lainnya, seperti Singapura, Jepang, dan Malaysia. Bahkan jika dilihat dari indeks
sumber daya manusia, yang salah satu indikatornya adalah sektor pendidikan, posisi
Indonesia kian menurun dari tahun ke tahun, padahal Indonesia kini sudah menjadi
bagian dari masyarakat dunia yang sudah tidak

bisa dihindari. Indonesia kini

menjadi bagian dari kompetisi masyarakat dunia. Jika tidak bisa menjadi pemenang,
maka akan menjadi yang kalah serta tertinggal dari masyarakat lainnya. Oleh sebab
itu, penyiapan sumber daya manusia yang berkualitas, kompetitif serta memiliki
berbagai keunggulan komparatif menjadi sebuah keharusan yang mesti menjadi
perhatian dalam sektor pendidikan. 1
Indikator lain yang menunjukkan betapa rendahnya mutu pendidikan di
Indonesia adalah masih rendahnya penghasilan per kapita masyarakat Indonesia, hal
ini dapat dilihat dari data UNESCO tahun 2000 tentang peringkat Indeks
Pengembangan Manusia (Human Development Index), yaitu komposisi dari
peringkat pencapaian pendidikan, kesehatan dan penghasilan per kepala yang
menunjukan bahwa indeks pengembangan manusia Indonesia makin menurun.
Akibat dari rendahnya mutu pendidikan, lulusan pendidikan di Indonesia
kurang kompetetif serta kalah bersaing negara-negara berkembang lainnya. Hal ini
sekaligus menunjukkan adanya kesenjangan kualitas pendidikan di Indonesia yang
sangat memprihatinkan bila dibandingkan dengan jumlah sekolah di Indonesia yang
sangat banyak. Indikator kesenjangan itu adalah: [1] Banyaknya sekolah . [2]
Minimnya pestasi. [3] Lulusan pendidikan terutama di sekolah berbasis Islam
1

Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis, (Jakarta: Kencana, 2004), Cet.I, h. 1.

12

sangatlah rendah sehingga kalah kompetetif, baik dari level regional maupun
nasional.
Kesenjangan yang serius itu sudah saatnya dibenahi dengan langkah
menerapkan manejemen pendidikan yang baik dan manejemen pendidikan yang
berdasarkan pada manajemen berbasis sekolah adalah upaya yang tepat untuk
mengatasi persoalan mutu pendidikan yang rendah itu, karena pada dasarnya
manajemen berbasis sekolah merupakan upaya sistematis yang menyangkut efisiensi
dan efektifitas dalam pemanfaatan serta pengelolaan sumber daya pendidikan agar
menghasilkan mutu pendidikan yang baik dan unggul.
Kemajuan suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh pendidikan, karena itu sudah
sepantasnya pemerintah lebih memperhatikan peningkatan kualitas pendidikan.
Kompleksitas permasalahan pendidikan di Indonesia sangat banyak dan hal tersebut
telah di identifikasi secara rinci oleh Bank Dunia baik dari aspek sistem yang
menyangkut keuangan, ketenangan, kurikulum, sarana dan prasarana serta tinggkat
partisipasi masyarakat yang masih rendah yang akan mempengaruhi efektifitas
manajemen berbasis sekolah.
Kualitas suatu pendidikan sangat dipengaruhi oleh sistem manajemen yang
diterapkan. Dalam manajemen pendidikan dikenal dengan dua mekanisme
pengaturan yaitu system sentralisasi dan sistem desentralisasi.

Pendidikan yang

selama ini dikelola secara terpusat (sentralisasi) harus diubah untuk mengikuti irama
yang sedang berkembang. Otonomi daerah sebagai kebijakan politik di tingkat makro
akan memberi impas terhadap otonomi sekolah sebagai subsistem pendidikan
nasional. Maka sudah sepantasnya pengelolaan pendidikan diserahkan sepenuhnya di
tingkat sekolah, dengan mempertimbangkan aspirasi masyarakat dan pemberdayaan
potensi lokal. Modal pengelolaan tersebut dikenal dengan Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS) atau School Based Managemen (SBM).
Model manajemen berbasis sekolah adalah model manajemen

yang

menyelelaraskan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) yang menyerahkan
sepenuhnya pengelolaan pendidikan pada sekolah sekolah, karena diyakini bahwa
untuk meningkatkan kualitas pendidikan sedapat mungkin keputusan saharusnya

13

dibuat oleh mereka yang berada di garis depan (Line Staf) yang bertanggung jawab
secara langsung terhadap pelaksanaan kebijaksanaan pendidikan.
Manajemen berbasis sekolah merupakan bentuk operasional dari sistem
desentralisasi yang di harapkan dengan sistem tersebut akan membuka peluang pada
masyarakat untuk berpartisipasi dalam dunia pendidikan dan meningkatkan kualitas
pendidikan serta pemberdayaan potensi lokal.
Kemudian semakin tingginya kehidupan sosial masyarakat sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, telah semakin meningkatkan
tuntutan kebutuhan kehidupan sosial masyarakat. Pada akhirnya tuntutan tersebut
bermuara kepada pendidikan, karena masyarakat menyakini bahwa pendidikan
mampu menjawab dan mengantisipasi berbagai tantangan tersebut. Pendidikan
merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh sekolah sebagai institusi
tempat masyarakat berharap tentang kehidupan yang lebih baik di masa yang akan
datang. Sesuai dengan tuntutan tersebut perlu adanya suatu upaya penting yang harus
dilakukan dalam peningkatan kualitas pendidikan, adalah dengan pemberdayaan
sekolah melalui manajemen berbasis sekolah.2
Pilihan ini didasari atas asumsi bahwa model School Based Management
memiliki karakteristik system pengelolaan sekolah sebagai lembaga yang memiliki
kewenangan otonomi dalam memenuhi kebutuhan siswanya dengan dukungan
stakeholders pendidikan di sekolah yang bersangkutan. Selain itu dalam Undangundang N0.25 Tahun 2000 tentang program pembangunan Nasional menyebutkan
bahwa salah satu tujuan pembinaan sekolah, mulai dari pra sekolah sampai dengan
sekolah menengah adalah terselenggaranya manajemen yang berbasis sekolah dan
masyarakat (School Community Based Education).
Dalam implementasinya, Manajemen berbasis Sekolah memerlukan pedomanpedoman sebagai pendukung keberhasilannya, atau dapat juga sebagai perangkat
implementasi MBS. Perangkat tersebut antara lain kesiapan SDM yang terkait
dengan pelaksanaan MBS, kategori sekolah dan daerah, peraturan/kebijakan,rencana

2

Nanang Fattah, Mohammad Ali, Materi Pokok Manajemen berbasis Sekolah (MBS), (Jakarta:
Universitas Terbuka, 2004), Cet. ke-3, h.1.3

14

sekolah, rencana pembiayaan, monitoring dan evaluasi internal, monitoring dan
evaluasi eksternal, serta laporan akhir.
Melalui perangkat MBS inilah konsep-konsep MBS dapat diimplementasikan.
Namun perangkat ini tidak akan dapat berjalan dan berfungsi dengan baik tanpa
adanya dukungan dari komponen sekolah. Komponen sekolah ini terdiri dari
kurikulum dan program pengajaran, tenaga pendidikan, kesiswaan, keuangan, sarana
dan prasarana pendidikan, pengelolaan husemas (hubungan sekolah dan masyarakat)
serta manajemen pelayanan khusus lembaga pendidikan.
Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi kabupaten Bogor khususnya
di kecamatan Tanah Sareal adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang
dan satuan pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah. Berbagai usaha
telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, misalnya
pengembangan kurikulum nasional dan lokal, peningkatan kompetensi guru melalui
pelatihan, pengadaan buku dan alat pelajaran, pengadaan dan perbaikan sarana dan
prasarana pendidikan, dan peningkatan mutu manajeman sekolah. Namun demikian,
berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang berarti.
Sebagian sekolah, terutama di kota-kota, menunjukkan peningkatan mutu pendidikan
yang cukup menggembirakan, namun sebagaian lainnya masih memprihatinkan.
Selain itu faktor yang menyebabkan mutu pendidikan tidak mengalami
peningkatan. Pertama, sekolah difungsikan sebagai pusat produksi dimana apabila
input pendidikan seperti pelatihan guru, pengadaan buku dan alat serta perbaikan
sarana pendidikan lainnya dipenuhi, maka dengan sendirinya mutu pendidikan akan
meningkat, ternyata anggapan ini tidak benar, di sebagaian besar sekolah mutu
pendidikan yang diharapkan tidak terjadi walaupun input pendidikan telah dipenuhi
selama bertahun-tahun.
Kedua, penyelenggaraan pendidikan dilakukan secara sentralistik, sehingga
sekolah-sekolah sangat tergantung pada keputusan birokrasi yang baku, mempunyai
jalur yang sangat panjang dan terkadang kebijaksanaan tidak sesuai dengan kondisi
sekolah setempat.
Ketiga, peranserta masyarakat, khususnya orang tua dalam membantu
penyelenggaraan pendidikan selama ini sangat kurang. Partisipasi masyarakat selama

15

ini pada umumnya lebih banyak bersifat dukungan dana, bukan dalam proses
pendidikan (pengambilan keputusan, monitoring, pengawasan dan akuntabilitas). 3
Akibatnya, sekolah tidak mempunyai beban untuk mempertanggungjawabkan hasil
pelaksanaan pendidikan kepada orang tua sebagai pihak yang dilayani dan
berkepentingan dengan pendidikan.
Sebagai sebuah model pengelolaan pendidikan yang masih dianggap baru,
MBS mulai diterapkan diberbagai lembaga pendidikan, walaupun hasilnya belum
sepenuhnya dapat diukur. Di sekolah-sekolah di Kecamatan Tanah Sareal, MBS juga
nampak sudah diterapkan, walaupun belum efektifitas secara keseluruhan. Namun
demikian, sekolah-sekolah tersebut sudah mampu mengambil keputusan yang sesuai
dengan kebutuhan, kemampuan dan kondisi sekolah, program sekolah disusun dan
dilaksanakan dengan mengutamakan kepentingan proses belajar mengajar, dan
adanya keterbukaan dalam pengelolaan pendidikan sekolah, baik menyangkut
program, anggaran, ketenagaan dan prestasi. Namun belum adanya keterlibatan
semua unsur terkait dalam perencanaan program sekolah, pelaksanan sampai dengan
evaluasi (kepala sekolah, guru, BP3, tokoh masyarakat dan lain-lain).4

Manajemen Berbasis Sekolah adalah suatu usaha untuk meningkatkan kualitas
pendidikan di Indonesia. Sistem ini muncul hasil adopsi dari negara-negara maju
setelah melihat perkembangan pendidikan di kita jauh ketinggalan. Sekalipun sistem
tidak memberikan jaminan pasti, namun perlu kita sikapi bahwa hal ini merupakan
terobosan yang perlu diterapkan di sekolah-sekolah. Apalagi sistem yang diterapkan
di Indonesia selama ini cenderung monoton dan secara umum tidak memperlihatkan
perkembangan.
Melihat kenyataan tersebut, tentu saja perlu dilakukan upaya perbaikanperbaikan, salah satunya adalah melakukan reorientasi penyelenggaraan pendidikan,
3
Wawan Kusmawan, ”Manajeman Madrasah Aliyah Menyongsong Masa Depan”, dalam Media
Pembinaan, No. 2/XXX, Mei 2003, h. 5
4
Wawancara dengan Bpk. Moh. Badri (Pengawas RA/SD/MI Tanah Sareal), Tanggal 6 November
2007

16

sehingga kepala sekolah yang mempunyai peran yang sangat sentral dalam
pengelolaan pendidikan tidak terkesan hanya ikut-ikutan peraturan atau kebijakan
pemerintah saja.
Berdasarkan penjabaran yang telah diuraikan diatas, peneliti menganggap
penting untuk melakukan kajian dan mengetahui lebih jauh hal tersebut melalui
penelitian yang berjudul ”Persepsi Kepala Sekolah Dasar di Kecamatan Tanah
Sareal tentang Efektifitas Manajemen Berbasis Sekolah”.

B. Identifikasi Masalah
MBS adalah program yang masih baru di Indonesia, tentu saja ketika
dilaksanakan pasti ada problemnya, untuk itu penulis dapat mengidentifikasikan
masalah-masalah sebagai berikut:
1. Sumber daya manusianya belum siap dalam pelaksanaan MBS
2. Minimnya sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam pelaksanaan MBS
3. Pengetahuan tentang MBS masih kurang, baik oleh kepala sekolah maupun
komponen-komponen sekolah yang lain.
4. Masih belum efektifnya pelaksanaan MBS di sekolah-sekolah.
5. Kultur manajemen yang masih kaku
6. Partisipasi masyarakat yang masih kurang.
7. Resistensi (penolakan) sebagaian masyarakat terhadap penerapan MBS

C. Pembatasan Masalah
Untuk lebih efektif dalam mengkaji permasalahan dalam pengelolaan sekolah
dan mengingat keterbatasan waktu, tenaga, biaya, dan kemampuan maka dalam
penelitian ini, peniliti memfokuskan pada masalah “Persepsi Kepala Sekolah Dasar
tentang Efektifitas MBS”
Persepsi Kepala Sekolah Dasar tentang Efektifitas MBS adalah suatu
tanggapan dan gambaran kepala sekolah dalam keefektifan implementasi
pengelolaan sekolah dasar dengan model “Manajemen Berbasis Sekolah”, karena
MBS merupakan model pengelolaan sekolah berdasarkan kekhasan, kemampuan,

17

kebutuhan sekolah dan menjamin adanya keberagaman dalam pengelolaan sekolah,
sehingga memiliki otonomi luas dalam mengelola sumber dayanya dengan
melibatkan partisipasi masyarakat serta tidak mengabaikan kebijakan pendidikan
nasional. Untuk dapat mengetahui persepsi kepala sekolah tentang efektifitas MBS
dapat diukur dengan penilaian kepala sekolah mengenai pelaksanaaan semua tugas
pokok sekolah, jalinan partisipasi masyarakat, serta memanfaatkan sumber daya,
sumber dana, dan sumber belajar untuk mewujudkan tujuan sekolah.

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka peniliti merumuskan sebagai
berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan MBS pada Sekolah Dasar di Kec. Tanah Sareal
Bogor?
2. Bagaimana persepsi Kepala Sekolah Dasar di Kec. Tanah Sareal dalam
pelaksanaan MBS?
3.Bagaimana Efektivitas MBS yang telah dilaksanakan Kepala Sekolah Dasar
di Kec. Tanah Sareal Bogor?

E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah:
1. Peneliti diharapkan dapat memperluas wawasan dalam pengkajian tentang
persepsi mengenai efektifitas MBS.
2. Bagi kepala sekolah diharapkan dapat meningkatkan keleluasaan dalam
pengambilan keputusan tentang pengelolaan sumber daya, kurikulum,

dan

peningkatan profesionalisme guru.
3.Bagi guru diharapkan dapat meningkatkan kepedulian guru dalam
menyelenggarakan

kegiatan

belajar

mengajar

(KBM)

dengan

pengelolaan komponen-komponen pengajaran secara efektif dan efisien.

cara

18

4.Bagi

siswa

diharapkan

dapat

meningkatkan motivasi,

minat,

dan

kekreatifitasan siswa dalam belajar dengan cara mengikuti langkah-langkah
belajar dengan sistem ”MBS”.

19

20

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
1. Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
School Based Management (SBM) sudah lama dipakai terutama di negaranegara Eropa dan Amerika Serikat dan negara-negara lainnya, seperti: di Inggris
disebut Local Management Of Schools, di Australia (Victiria) The School Of The
Future, di Amerika Serikat Charter School, atau Site Based Management dan
School-Based Leadership dan di Hongkong disebut School Management Intiative.
Sedangkan pengertian tentang SBM pada umumnya cukup beragam, namun secara
umum pengertian SBM disini dapat disimpulkan yaitu: keseimbangan kekuasaan dan
wewenang (Power&Authorities) antara sekolah, pemerintah Kabupaten/Kota,
Pemerintah Propinsi, Pemerintah Pusat dan masyarakat di dalam pengelolaan
pendidikan yang bermutu.5
School Based Management (SBM) atau Manajemen Berbasis Sekolah ini
diadopsi dan diangkat sebagai sebuah substitusi terhadap pola pengambilan berbagai
kebijakan pengembangan sekolah, dari mulai kurikulum, strategi, evaluasi serta
berbagai sarana pembelajaran lainnya, yang semua lebih banyak digagas oleh
sekolah bersama dengan stakeholder (pihak yang berkepentingan) dan bahkan usernya (siswa). Oleh karena itu pihak sekolah harus benar-benar memahami tentang
konsep MBS tersebut.
Dede Rosyada, mengutip pendapat Etheridge, menyatakan bahwa manajemen
berbasis sekolah adalah sebuah proses formal yang melibatkan kepala sekolah, guru,
orang tua siswa, siswa, dan masyarakat yang berada dekat dengan sekolah, dalam
6
proses pengambilan berbagai keputusan.
9

Nanang Fattah mendefinisikan manajemen berbasis sekolah adalah suatu
pendekatan yang bertujuan untuk merancang kembali pengelolaan sekolah dengan
memberikan kekuasaan kepada kepala sekolah dan meningkatkan partisipasi
5

Hikmat RJ Suganjar, “School Based Management (SBM): Format Madrasah Masa Depan dan Masa
Depan Madrasah”, dalam Media Pembinaan, Bandung, Mei 2003, hlm. 7.
6
Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis, (Jakarta: Kencana, 2004).Cet. I, .h. 267.

21

masyarakat dalam upaya perbaikan kinerja sekolah yang mencakup guru, kepala
sekolah, orang tua siswa, dan masyarakat.7
Dari dua pengertian di atas, Dede Rosyada menyatakan MBS adalah sebuah
proses formal yang melibatkan komponen-komponen sekolah. Sedangkan Nanang
Fattah menyatakan bahwa MBS merupakan pendekatan baru dan lebih kepada tata
akademiknya.
Berbeda dari dua pendapat di atas, Umaedi berpendapat bahwa manajemen
berbasis sekolah (School-Based Management) adalah sesuatu yang relatif,
keseimbangan kekuasaan dan kewenangan (power&authorities ) antar sekolah,
pemerintah Kabupaten/Kota. Pemerintah Propinsi, pemerintah Pusat dan masyarakat
di dalam pengelolaan pendidikan yang bermutu.8
Mulyasa mendefinisikan manajemen berbasis sekolah merupakan paradigma
baru manajemen pendidikan, yang memberikan otonomi luas pada sekolah, dan
perlibatan masyarakat dalam kerangka kebijakan pendidikan Nasional. 9
Sedangkan Depdiknas yang dikutip Ibtisam Abu-Duhou merumuskan
pengertian MBS sebagai model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar
kepada sekolah dan mendorong pengambilan keputusan partisipatif yang melibatkan
secara langsung warga sekolah (guru, siswa, kepala sekolah, karyawan, orang tua dan
masyarakat) untuk meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan
nasional.10
Disimpulkan bahwa dengan otonomi yang lebih besar, maka sekolah memiliki
kewenangan yang lebih besar dalam mengelola sekolahnya, sehingga sekolah lebih
mandiri dengan memberikan kekuasaan kepada kepala sekolah dengan melibatkan
masyarakat dalam upaya mencapai tujuan pendidikan.

7

Nanang Fattah, Mohammad Ali, Materi pokok Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), (Jakarta:
Universitas Terbuka, 2004), Cet. ke-3, h.1.3
8
Umaedi, ”Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) : Pengelolaan Pendidikan Dalam Era Masarakat
Berubah”, Departemen Agama, Dirjen Kelembagaan Agama Islam, Direktorat Madrasah dengan
Pendidikan Agama di Sekolah Umum, (Jakarta:2002), h. 9
9
E.Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), Cet.
IV, h.33
10
Ibtisam Abu-Duhou, School Based Management, Terjemahan, (Jakarta: Logos, 2002), Cet. I, h.
xvii

22

2. Konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam memahami konsep MBS adalah:
a) Pengkajian konsep MBS terutama yang menyangkut kekuatan desentralisasi,
kekuasaan atau wewenang di tingkat sekolah. Dalam sistem keputusan, hal ini
dikaitkan dengan program dan kemampuannya dalam peningkatan kinerja
sekolah.
b) Penelitian tentang program MBS berkenaan dengan desentralisasi kekuasaan dan
program peningkatan partisipasi local stakeholder. Pendelegasian otoritas
pengambilan keputusan dalam kaitannya dengan pemberdayaan sekolah, perlu
dihubungkan dengan efektifitas program.
c) Strategi MBS harus lebih menekankan kepada elemen manajemen partisipatif.
Pengalaman dalam implementasi strategi MBS yang menekankan pada
kekuasaan daripada kemampuan profesional (pengetahuan dan keahlian)
menyebabkan kegagalan dalan menerapkan konsep MBS. Menurut Nanang,
aspek kemampuan, informasi dan imbalan yang memadai merupakan elemenelemen yang sangat menentukan efektifitas program MBS dalam meningkatkan
kinerja sekolah. 11

3. Komponen Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Tujuan Program MBS adalah peningkatan mutu pembelajaran. Program ini
terdiri atas tiga komponen, yaitu:


Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)



Peran Serta Masyarakat (PSM), dan



Peningkatan Mutu Kegiatan Belajar Mengajar melalui Penginkatan Mutu
Pembelajaran yang disebut Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan
Menyenangkan (PAKEM) di SD-MI, dan Pembelajaran Kontekstual di
SLTP-MTs.

11

Nanang, h. 1.4

23

4. Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Sebagai salah satu konsep dan paradigma baru pendidikan di era otonomi,
MBS berupaya terwujudnya sistem pendidikan yang memberdayakan, demokratisasi
yang berorientasi pada kemandirian, kebebasan dan tanggung jawab sekolah. Dari
sinilah tujuan utama MBS diperoleh yaitu untuk membuat sekolah lebih independen
dan terus menerus meningkatkan kinerja sekolah terutama peningkatan out put
pendidikan melalui proses belajar mengajar yang bermutu.
Hal ini senada dengan ungkapan E. Mulyasa bahwa tujuan utama MBS adalah:
a. Meningkatkan efisiensi
b. mutu
c. pemerataan pendidikan
Peningkatan efisiensi diperoleh melalui keleluasaan mengelola sumber daya,
partisipasi masyarakat dan penyederhanaan birokrasi. Peningkatan mutu didapat
melalui partisipasi orang tua terhadap sekolah, fleksibilitas pengelolaan sekolah dan
kelas, peningkatan profesionalisme guru dan kepala sekolah, berlakunya sistem
insentif dan disentif. Sedangkan peningkatan pemerataan melalui peningkatan
partisipasi masyarakat yang memungkinkan pemerintah lebih berkonsentrasi pada
kelompok tertentu.12

12

E. Mulyasa, Manajeman Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi dan Implementasi, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2006) h. 25

24

5. Manfaat Manajeman Berbasis Sekolah (MBS)
Dengan adanya otonomi, sekolah dapat mengelola sumber daya yang
dimilikinya dengan pengembangan dan implementasi MBS sesuai dengan cultur,
kondisi, dan kebutuhan sekolah juga masyarakat setempat.
Keleluasaan dalam mengelola sumber daya yang dimaksud memberikan nilainilai positif bagi pengembangan pendidikan masa depan dan meningkatkan mutu
pendidikan secara makro. Nilai positif MBS banyak dirasakan oleh stakeholder
pendidikan seperti, birokrasi, kepala sekolah, guru, masyarakat, dan pelaksanaan
sistem.
Bagi guru dan masyarakat, nilai positif yang didapat seperti guru merasa
dihargai, sehingga tingkat kepuasan kerja dan motivasinya meningkatkan masyarakat
merasa puas, karena aspirasinya terakomodasi sehinga dukunganya lebih besar.
Sedangkan manfaat yang diperoleh oleh sekolah dan pelaksana sistem seperti,
kepala sekolah diberi kesempatan yang baik untuk menunjukkan kepemimpinannnya,
kedudukan kepala sekolah stabil, karena adanya dukungan dari berbagai pihak dan
organisasi penyelenggara pendidikan lebih efektif dan efisien.
Manfaat MBS dimunculkan karena adanya alasan-alasan MBS harus
diimplementasikan dan dikembangkan. Ametembun secara ringkas menyebut
keunggulan-keunggulan MBS, sebagai berikut:
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)
k)

Program-program bagi peserta didik lebih baik
Pemanfaatan sumber-sumber daya manusia secara penuh
Kualitas keputusan-keputusan meningkat
Meningkatkan loyalitas dan komitmen staf
Mengembangkan keterampilan-keterampilan staf
Tujuan-tujuan organisasi jelas
Meningkatkan ”morale” staf
Merangsang kreatifitas dan inovasi staf
Memperbesar konfidensi masyarakat
Menambah akuntabilitas finansial, dan
Restrukturisasi.13

Departemen Agama melalui Dirjen Kelembagaan Agama Islam, menjelaskan
manfaat MBS bagi madrasah/sekolah, yaitu:

13

Amtembun, School Based Management, (Bandung: Suri, 2001) h. 10

25

a) Madrasah dapat mengoptimalkan sumber-sumber daya yang tersedia untuk
memajukan madrasah, agar bisa mengetahui peta kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman yang mungkin dihadapi.
b) Madrasah lebih mengetahui kebutuhan lembaganya, khususnya input dan out
put pendidikan yang akan dikembangkan dan didayagunakan dalam proses
pendidikan sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik.
c) Pengambilan keputusan partisipatif yang dilakukan dapat memenuhi
kebutuhan madrasah, karena madrasah lebih mengetahui apa yang terbaik
bagi madrasahnya.
d) Penggunaan sumber daya pendidikan lebih efisien dan efektif apabila
masyarakat turut serta mengawasinya.
e) Keterlibatan warga madrasah dalam pengambilan keputusan menciptakan
transparansi dan demokrasi yang sehat.
f) Madrasah bertanggungjawab terhadap mutu pendidikan di madrasahnya
kepada pemerintah, orang tua, peserta didik dan masyarakat.
g) Madrasah dapat bersaing dengan sehat untuk meningkatkan mutu
pendidikan. 14
6. Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
MBS memiliki karakteristik yang mesti dipahami oleh penyelenggara
pendidikan pada era desentralisasi ini. Oleh karena itu, untuk menerapkan MBS
sekolah perlu memiliki sejumlah karakteristik dari MBS tersebut agar sekolah lebih
efektif.
Karakteristik MBS bisa diketahui antara lain dari bagaimana sekolah dapat
mengoptimalkan kinerja organisasi sekolah, proses belajar mengajar, pengelolaan
sumber daya dan administrasi.15
Untuk lebih jelasnya karakteristik MBS dapat diketahui melalui uraian
pendekatan sistem yaitu, (input), proses maupun hasil (output) pendidikan.
a. Masukan Pendidikan
14
Departemen Agama, Dirjen Kelembagaan Agama Islam, Direktorat Madrasah dengan Pendidikan
Agama di Sekolah Umum, Manajemen Berbasis Sekolah Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan Pada
Madrasah (Jakarta:2002), h. 6
15
E.Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah:Konsep, Strategi dan Implementasi h. 29

26

Masukan pendidikan adalah segala sesuatu yang diperlukan oleh sistem sekolah
untuk menghasilkan keluaran yang diharapkan. Masukan yang dimaksud dalam
implementasi MBS adalah:
1)
2)
3)
4)
5)
6)

Kebijakan, tujuan dan sasaran program jelas
Sumber daya tersedia dan siap
Staf yang kompeten dan berdedikasi tinggi
Memiliki harapan prestasi yang tinggi
Fokus pada pelanggan
Manajemen

b. Proses Pendidikan
Proses pendidikan adalah suatu kegiatan yang dilakukan sekolah, termasuk
segala proses yang terjadi di sekolah dalam rangka mengubah masukan untuk
menghasilkan keluaran. 16
c. Hasil Pendidikan
Hasil pendidikan yang diharapkan adalah prestasi sekolah yang dihasilkan oleh
proses pembelajaran dan manajemen sekolah.
Pada dasarnya, hasil pendidikan diklasifikasikan menjadi dua, yaitu hasil
berupa prestasi akademik dan non-akademik. Hasil berupa prestasi akademik
misalnya, Nilai Ebtanas Murni (NEM), lomba karya ilmiah remaja, lomba kinerja
siswa, lomba matematika/fisika dan lainnya. Hasil prestasi non-akademik, misalnya
kesenian olah raga, kejuruan, kerja sama yang baik, rasa kasih sayang yang tinggi
terhadap sesama, solidaritas yang tinggi, toleransi, kedisiplinan, dan kerajinan.

7. Prinsip Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Agar sukses, para pengelola patut mempedulikan prinsip-prinsip MBS,
sebagai berikut:
a) MBS berpendirian bahwa dalam lingkungan organisasi-organisasi yang
demokratik, power (kekuasan, kewenangan) perlu dibagi-bagikan secara arif,
karena menghargai abilitas dan motif-motif rekan sejawat dalam mencapai
tujuan-tujuan organisasi.

16

Soebagio Atmodiwirio, Manajemen Pendidikan Indonesia, (Jakarta: Ardadizya Jaya, 2002), Cet. I,
h.48

27

b) Implementasi MBS secara sukses menghendaki pemahaman dan penerimaan
semua pihak, bahwasanya missi persekolahan yang esensial – yaitu the
intructions of students – terjadi di kelas, dan bahwa semua aktifitas Kandep
Diknas/Kanwil

Depdiknas

hanyalah

sebagai

penunjang

pendidikan/pengajaran/pembelajaran bagi peserta didik.
c) Dalam lingkungan MBS tenaga-tenaga personil sekolah tidak disupervisi
sebagai bawahan, tetapi sebagai sejawat yang bekerja bersama.
d) Akuntabilitas tercapai melalui proses perumusan tujuan-tujuan dengan
kebebasan maksimum. Pemecahan masalah-masalah tercapai melalui kerja
kelompok dan evaluasi terfokus pada program-program, bukan pada individuindividu.
e) Perbedaan dan ketidaksepakatan pendapat diperkenankan dan dihargai
sebagai kesempatan-kesempatan belajar.
f) Kesuksesan MBS tetap memelihara relasi-relasi insani yang positif, dan
menghendaki anggota-anggota staf (baca: guru-guru) lebih berorientasi
kepada organisasi/institusi sekolah sebagai suatu keseluruhan.17

8. Implementasi Manajeman Berbasis Sekolah (MBS)
Dalam mengimplementasikan MBS di tingkat sekolah para pelaksana
pendidikan perlu mengetahui dan memahami prosedur dan mekanisme MBS, strategi
sukses MBS, langkah-langkah dan implementasi tantangannya.
Oleh karena itu, ada beberapa tahapan untuk mengimplementasikan model
MBS dalam manajeman sekolah. Tahapan tersebut secara jelas berkaitan dengan
aspek perumusan tujuan dan sasaran, pembuatan kebijakan, perencanaan kurikulum,
penetapan sumber daya, implementasi dan evaluasi serta pengkajian ulang. 18
Untuk mengimplementasikan MBS secara efektif dan efisien, semua komponen
sekolah harus meningkatkan kinerja dan profesionalisme kerja dalam upaya
peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Hal ini sangat diperlukan karena untuk

17
18

Ametembun, h. 13
Ibtisam Abu-Duhou, h. 131

28

mencapai tujuan pendidikan, output yang diperoleh dari proses pendidikan harus
memiliki kompetensi sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat. Dan itu
tidak terlepas dari peranan sekolah, seperti, kepala sekolah, guru, staf dan orang tua.
Dalam kaitan ini Ametembun merinci apa yang harus dilakukan penyelenggara
pendidikan dalam pelaksanaan konsep MBS secara sistematik.
a) Menyusun organisasi
b) Perumusan tujuan
c) Penyusunan anggaran
d) Alokasi Personil
e) Pengembangan kurikulum
f) Penyebaran informasi
g) Pembuatan keputusan19
Dari pemikiran tokoh tersebut, dapat disimpulkan bahwa implementasi MBS
akan berhasil apabila pelaksanaan MBS menerapkan strategi-strategi seperti:
1. Sekolah harus memiliki otonom yang menyangkut empat hal, yaitu kekuasaan
dan wewenang, pengembangan pengetahuan yang berkesinambungan, akses
informasi kesegala bagian dan pemberian penghargaan kepada setiap orang yang
berhasil.
2. Peran serta masyarakat secara aktif dalam hal pembiayaan, proses pengambilan
keputusan terhadap kurikulum dan instruksional serta non instruksional
3. Kepemimpinan kepala sekolah yang mampu menggerakan dan mendayagunakan
setiap sumber daya secara efektif.
4. Proses pengambilan keputusan yang demokratis dalam kinerja dewan sekolah
yang aktif
5. Semua pihak harus memahami peran dan tanggung jawabnya secara sungguhsungguh
6. Adanya pedoman dari departemen terkait dalam hal ini Depdiknas.
7. Adanya transparansi dan akuntabilitas
8. Peningkatan kinerja sekolah dalam kaitan ini output pendidikan yang berkualitas

19

Ametembun. h. 30

29

9. Sosialisasi konsep MBS melalui uji coba, seminar, work shop dan lain
sebagainya.
Dalam implementasi MBS akan sangat dipengaruhi oleh beberapa factor yang
sifatnya internal dilingkungan sekolah, ataupun faktor eksternal diluar sekolah.
Secara umum beberapa pendukung keberhasilan MBS tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Kepemimpinan dan manajemen sekolah yang profesional
MBS akan berhasil jika ditopang oleh kemampuan profesional kepala sekolah
dalam memimpim dan mengelola sekolah secara efektif dan efisien, serta mampu
menciptakan iklim organisasi di sekolah yang kondusifuntuk proses belajar dan
mengajar.
2. Kondisi sosial, ekonomi, dan apresiasi masyarakat terhadap pendidikan
Faktor eksternal yang turut menentukan keberhasilan MBS adalah kondisi tingkat
pendidikan orang tua siswa dan masyarakat. Kemapuan dalam membiayai
pendidikan, serta tingkat apresiasi dalam dorongan anak untuk terus belajar.
3. Dukungan pemerintah
Faktor ini sangat menentukan efektefitas implementasi MBS terutama bagi
sekolah yang kemampuan orang tua/masyarakatnya relatif belum siap
memberikan kontribusi terhadap penyelenggaraan pendidikan. Alokasi dana
pemerintah dan pemberian wewenang dalam pengelolaan sekolah kepada sekolah
menjadi penentu dalam keberhasilan.
4. Profesionalisme
Faktor ini sangat strategis dalam upaya menentukan mutu dan kinerja sekolah.
Tanpa profesionalisme kepala sekolah, guru, pengawas, dan tenaga pendidikan
yang lain akan sulit dicapai PBM yang bermutu serta prestasi siswa. 20
Selain merumuskan langkah-langkah di atas, implementasi MBS sedikitnya
mempunyai tiga tantangan yang akan dihadapi sekolah. Pertama, kemampuan
sekolah

20

untuk

melaksanakannya

(Capacity

building),

Kedua,

keterbukaan

Departemen Agama, Dirjen Kelembagaan Agama Islam, Direktorat Madrasah dengan Pendidikan
Agama di Sekolah Umum, Manajemen Berbasis Sekolah Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan Pada
Madrasah, (Jakarta:2002), h. 7

30

manajemen (Tranparancy), Ketiga, tanggung jawab kegiatan dan hasil pendidikan
(Accountability).21
Jadi, dalam implementasi MBS perlu memperhatikan prinsip dan karakteristik,
tujuan, dan manfaat yang dimiliki MBS agar tujuan yang ingin dicapai sekolah dalam
mengimplementasikannya dapat tercapai secara maksimal. Karena semua komponen
yang ada dalam MBS merupakan saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya.
Maka pelaksanaan MBS harus dilaksanakan sesuai dengan aturan yang telah dibuat.

9. Analisis Perlunya Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Peningkatan mutu pendidikan merupakan sasaran pembangunan bidang
pendidikan nasional dan merupakan bagian integral dari upaya peningkatan kualitas
manusia Indonesia secara kaffah. Pemerintah, dalam hal ini Menteri Pendidikan
Nasional telah merancangkan ”Gerakan Peningkatan Mutu Pendidikan” pada tanggal
2 Mei 2002. dan lebih terfokus lagi, setelah diamanatkan dalam Undang-Undang
Sisdiknas (2003) bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk ”mencerdaskan
kehidupan bangsa”.
Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa menjadi tanggung jawab pendidikan,
terutama dalam mempersiapkan peserta didik menjadi subjek yang bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, tangguh, kreatif, demokratis, dan profesional
pada bidangnya masing-masing. Kompetensi tersebut diperlukan, terutama untuk era
kesejagatan, khususnya globalisasi pasar bebas. Menyadari hal tersebut pemerintah
telah melakukan penyempurnaan sistem pendidikan. Untuk kepentingan tersebut
diperlukan paradigma baru dalam manajeman pendidikan. Dalam hal ini, berbagai
pihak menganalisis dan melihat perlu adanya diterapkan manajeman berbasis
sekolah.

21

Umaidi, Manajeman Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, Departemen Pendidikan Nasional Dirjen
Pendidikan Dasar Dan Menengah, 2000, h. 11

31

B. Efektifitas Manajeman Berbasis Sekolah (MBS)
1. Pengertian Efektifitas
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata efektifitas berasal dari bahasa Inggris,
yaitu effective yang bermakna ”1) ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya),
2) manjur atau mujarab (tentang obat), 3) dapat membawa hasil, berhasil guna
(tentang usaha atau tindakan).”22
Menurut Lipham dan Hoel (1987) yang dikutip E. Mulyasa meninjau efektifitas
suatu kegiatan dari faktor pencapaian tujuan, yang memandang bahwa ”efektifitas
berhubungan dengan pencapain tujuan bersama bukan pencapaian tujuan pribadi.
Suatu organisasi dan lembaga, termasuk sekolah dikatakan efektif jika tujuan
bersama dapat dicapai, dan belum bisa dikatakan efektif meskipun tujan individu
yang ada didalamnya dapat dipenuhi”. 23
Sementara itu, T. Hani Handoko berpendapat bahwa ”efektifitas merupakan
kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat untuk
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan”. 24 Dengan kata lain, seorang manajer
efektif dapat memilih pekerjaan yang harus dilakukan atau metoda (cara) yang tepat
untuk mencapai tujuan.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat dikemukakan bahwa efektifitas berkaitan
dengan terlaksananya tugas pokok, tercapainya tujuan, ketepatan waktu, dan adanya
partisipasi aktif dari anggota. Dengan demikian, efektifitas manajeman berbasis
sekolah

(MBS)

berarti

bagaimana

manajeman

berbasis

sekolah

berhasil

melaksanakan semua tugas pokok sekolah, menjalin partisipasi masyarakat,
mendapatkan serta memanfaatkan sumber daya, sumber dana, sumber belajar untuk
mewujudkan tujuan sekolah.

22

Tim Penyusun kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
2002), Cet. II, h. 284.
23
E.Mulyasa, , Manajemen Berbasis Sekolah:Konsep, Strategi dan Implementasi, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2006), h. 83
24
T.Hani Handoko, Manajeman Edisi 2, (Yogykarta: BPFE, 1995), Cet. 9, h. 7

32

2. Strategi Efektifitas manajeman Berbasis Sekolah (MBS)
Apa

yang

membuat

implementasi

sekarang

menjadi

efektif?

Dasarnya adalah - Manajemen implementasi yang bagus. Seperti semua inisiatif yang
lain, manajemen yang bagus adalah kunci untuk implementasi yang afektif. Bila
perubahan

sistemik dilaksanakan tanpa

perubahan

kebudayaan

organisasi,

implementasinya sering gagal dan kembali ke keadaan sebelumnya, seperti kita
sudah melihat dulu setelah kepala sekolah yang mendorong prosesnya dipindahkan
keseko