PENGARUH PERSEPSIPENGARUH PERSEPSI Pengaruh Persepsi Guru Tentang Peran Kepala Sekolah Dan Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah Terhadap Peningkatan Mutu Pendidikan Sekolah Dasar Di SD Negeri Trimulyo Kecamatan Juwana Kabupaten Pati Tahun 2011/ 2012.

PENGARUH
PENG
PERSEPSI
PERSEP GURU
G
TENT
ENTANG PERA
PERAN KEPAL
EPALA SEKO
KOLAH DAN
IMPLEM
MPLEMENTASI
TASI MANAJEM
NAJEMEN BER
BERBASIS
S SEK
SEKOLAH
H
TERHADAP
TERH DAP PENINGK
PENINGKATAN MUTU

UTU P
PENDI
DIDIKAN
SEKOLAH
LAH DASAR DI
D SD NEGE
NEGERI TRIM
MULYO
KECAM
ECAMATAN
TAN JUWANA
JUW
K
KABUPATEN
UPATEN
PATI TAH
AHUN
UN 2011/ 2012

NASKAH

AH PUBLIK
PUBLIKASI
Untuk Memenuhi
nuhi Sebagian
an Pe
Persyaratan
atan
Guna
una Memperoleh
M
oleh Gelar
G
Sar
Sarjana Strata
ata-1
Program
am Studi
St
Pendi
ndidikan Guru

uru S
Sekolah
ah Das
Dasar

Oleh:
YUNI SETIYO
SETI
UTO
UTOMO
A 510 080 288
FAKULTAS
FAK
S KEGURUAN
K
UAN DAN
N ILM
ILMU PENDI
DIDIKAN
UNIVERSITAS

UNI ERSITAS MUHAM
MUHAMMADIYAH
ADIYAH SURAK
AKARTA
2012

2

3

1

ABSTRAK
PENGARUH PERSEPSI GURU TENTANG PERAN KEPALA SEKOLAH DAN
IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH TERHADAP PENINGKATAN
MUTU PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR DI SD NEGERI TRIMULYO KECAMATAN
JUWANA KABUPATEN PATI TAHUN 2011/ 2012
Yuni Setiyo Utomo , A510080288. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan : 1) pengaruh persepsi guru rentang

peran kepala sekolah terhadap peningkatan mutu pendidikan; 2) pengaruh implementasi manajemen
berbasis sekolah terhadap peningkatan mutu pendidikan; 3) pengaruh persepsi guru rentang peran
kepala sekolah dan implementasi manajemen berbasis sekolah terhadap peningkatan mutu pendidikan
Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif dengan penarikan kesimpulan melalui analisis
statistik. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru SD Negeri Trimulyo. Seluruh populasi
diteliti sehingga disebut penelitian populasi, sehingga tidak menggunakan teknik sampling. Angket
sebelumnya diujicobakan dan diuji validitas serta diuji reliabilitas. Teknik analisis data yang
digunakan adalah analisis regresi linier berganda, uji F, uji t, uji R 2, dan sumbangan relatif dan
efektif. Hasil analisis regresi ganda memperoleh persamaan garis regresi: Y = 17,742+ 0,495X1 +
0,577X2. Persamaan menunjukkan bahwa mutu pendidikan dipengaruhi oleh persepsi guru tentang
peran kepala sekolah dan implementasi MBS. Berdasarkan hasil analisis data dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut: 1) Ada pengaruh yang signifikan persepsi guru tentang peran kepala
sekolah terhadap peningkatan mutu pendidikan SD Negeri Trimulyo. Hal ini berdasarkan analisis
regresi linier ganda (uji t) diperoleh thitung > ttabel, yaitu 2,115> 2,093 dan nilai signifikansi < 0,05,
yaitu 0,008. dengan sumbangan relatif sebesar 38,7% dan sumbangan efektif 18,537%.2) Ada
pengaruh yang signifikan implimentasi manajemen berbasis sekolah terhadap peningkatan mutu
pendidikan SD Negeri Trimulyo. Hal ini berdasarkan analisis regresi linier ganda (uji t) diperoleh
thitung > ttabel, yaitu 2,748 > 2,093 dan nilai signifikansi < 0,05, yaitu 0,013, dengan sumbangan relatif
sebesar 61,3 % dan sumbangan efektif 29,363 %; 3) Ada pengaruh yang signifikan persepi guru
tentang peran kepala sekolah dan implementasi manajemen berbasis sekolah terhadap peningkatan

mutu pendidikan . Hal ini berdasarkan analisis regresi linier ganda (uji F) diperoleh Fhitung > Ftabel,
yaitu 8,738 > 3,522 dan nilai signifikansi < 0,05, yaitu 0,002. Dengan koefisien determinasi yang
diperoleh sebesar 0,479. 4) Hasil uji koefisien determinasi (R2) sebesar 0,479 menunjukkan bahwa
besarnya pengaruh antara persepsi guru tentang peran kepala sekolah dan implementasi manajemen
berbasis sekolah terhadap mutu pendidikan adalah sebesar 47,9% sedangkan 52,1%, sisanya
dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti.
Kata Kunci: Persepsi Guru, Implementasi MBS, Mutu Pendidikan

2

A. PENDAHULUAN
Sistem pendidikan national bertujuan untuk mewujudkan manusia Indonesia
seutuhnya. Merujuk dari tujuan Sisdiknas tersebut maka tujuan pendidikan sekolah dasar
adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta
ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Pendidikan
merupakan salah satu kebutuhan yang harus dipenuhi serta ditingkatkan, khususnya kualitas
sumber daya pendidik dan peserta didik. Usaha peningkatan mutu pendidikan merupakan
tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat, dan orang tua. Semua usaha ini
akan berhasil jika pihak yang terkait dengan pendidikan akan bekerja sama dan menyatukan
visi dan misi yang sama untuk peningkatan mutu pendidikan.

Manajemen Berbasis Sekolah merupakan suatu penawaran bagi sekolah untuk
menyediakan pendidikan yang lebih baik dan lebih memadai bagi peserta didik karena MBS
memberi peluang bagi kepala sekolah, guru, dan peserta didik untuk melakukan inovasi dan
improvisasi di sekolah, berkaitan dengan masalah kurikulum, pembelajaran manajerial dan
lain sebagainya yang tumbuh dari aktivitas, kreativitas, dan profesionalisme yang dimiliki
dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.
Sekolah merupakan wahana penting dalam pembentukan sumber daya manusia.
Kesuksesan untuk memperoleh mutu pendidikan yang baik tergantung kepada kepemimpinan
yang kuat dari masing-masing kepala sekolah. Hal ini sesuai dengan pndapat Crawfond
(2005:18) yang mengemukakan bahwa “pemimpin yang sukses adalah mereka-mereka yang
organisasinya telah berhasil dalam mencapai tujuan.” Keberhasilan atau kesuksesan
pelaksanaan kepemimpinan kepala sekolah dalam mengelola sekolah dipengaruhi oleh
kemampuan

untuk

melakukan

kegiatan


perencanaan

(planning),

pengorganisasian

(organizing), pengarahan (actuating) dan pengawasan (controling) terhadap semua
operasional sekolah.
Keberhasilan sekolah dalam meraih mutu pendidikan banyak ditentukan oleh peran
kepemimpinan kepala sekolah karena peran kepala sekolah sangat kuat mempengaruhi
perilaku guru dan sumber-sumber daya pendukung lainnya.
Pengelolaan sekolah di beberapa sekolah telah mengembangkan MBS sebagai
penerapan kebijakan kemandirian sekolah. Namun sepertinya MBS belum dapat
dilaksanakan secara maksimal oleh kepala sekolah karena persepsi pemahaman kemandirian

3

sekolah pada tingkat guru ada perbedaan. Hal ini karena tingkat pemahaman yang berbeda
dari masing-masing guru dan kepala sekolah. Karena itu diperlukan sosok kepala sekolah
yang berkompeten, memiliki sifat kepemimpinan yang baik, dan terampil dalam mengelola

sekolah.
SD Negeri Trimulyo sebagai sebuah lembaga pendidikan dikelola dan dikembangkan di
bawah naungan Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Sebagai sebuah
lembaga pendidikan yang di bawah naungan pemerintah, maka kebijakan yang dilakukan
tentu saja didasarkan pada peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah, baik dalam
bidang administrasi, proses pendidikan, proses pengelolaan dan lain sebagainya. Karena
orientasi kurikulum sekarang mengacu pada peningkatan kualitas manajemen yang berbasis
sekolah, maka penekanan pengembangan yang semula berorientasi pada kuantitas berubah
menjadi kualitas, mandiri, dan disentralisasi. Namun realitasnya pihak SD Negeri Trimulyo
blum sepenuhnya mampu melaksanakan manajemen berbasis sekolah (MBS) dengan
optimal.
Persepsi guru tentang peran kepala sekolah adalah pandangan atau pendapat guru
tentang

tugas dan peran

yang harus dilaksanakan kepala sekolah kaitannya dengan

peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Seorang guru hendaknya memiliki persepsi yang
baik tentang peran kepala sekolah yang memimpinnya agar terjadi kerjasama yang baik

antara guru dengan kepala sekolah. Tetapi kadang ada sebagian guru ada yang kurang
mempercayai tentang peran kepala sekolah bagi instansi yang dipimpinnya. Baik atau
buruknya persepsi guru tentang peran kepala sekolah tergantung dari tindakan nyata yang
telah dilaksanakan kepala sekolah guna melaksanakan tugas- tugas tang semestinya
dilakukan seorang kepala sekolah.
Istilah Manajemen berbasis Sekolah merupakan terjemahan dari ”School Based
Management”. Istilah ini pertama kali muncul di Amerika Serikat ketika masyarakat mulai
mempertanyakan relevansi pendidikan dengan tuntutan dan perkembangan masyarakat
setempat. Menurut Mulyasa (2004: 24): ”MBS merupakan salah satu wujud dari reformasi
pendidikan yang menawarkan kepada sekolah untuk menyediakan pendidikan yang lebih
baik dan memadai bagi para peserta didik.” Otonomi dalam manajemen merupakan potensi
bagi sekolah untuk meningkatkan kinerja para staff, menawarkan partisipasi langsung

4

kelompok-kelompok yang terkait, dan meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap
pendidikan.
Menurut Sagala (2004: 133)
Manajemen berbasis sekolah merupakan model manajemen yang memberikan
otonomi atau kemandirian yang lebih besar kepada sekolah. Keputusan sekolah yang

diambil harus melibatkan secara langsung semua warga sekolah, yaitu guru, siswa,
kepala sekolah, karyawan, orang tua siswa, dan masyarakat yang berhubungan dengan
program sekolah.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dinyatakan bahwa MBS merupakan sebuah strategi
untuk memajukan pendidikan dengan mentransfer keputusan penting memberikan otoritas
dari negara dan pemerintah daerah kepada individu pelaksana di sekolah. MBS menyediakan
kepala sekolah, guru, siswa, dan orang tua kontrol yang sangat besar dalam proses
pendidikan dengan memberi mereka tanggung jawab untuk memutuskan anggaran, personil,
serta kurikulum.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia-KBBI (1999: 677), ”Mutu adalah ukuran
baik buruk suatu benda, keadaan, taraf atau derajad (kepandaian, kecerdasan, dan
sebagainya)”. Menurut Hamalik (1990: 33), Pengertian mutu dapat dilihat dari dua sisi,
yaitu segi normatif dan segi deskriptif, dalam artian normatif, mutu ditentukan
berdasarkan pertimbangan (kriteria) intrinsik dan ekstrinsik. Berdasarkan kritria intrisik,
mutu pendidikan merupakan produk pendidikan yakni” manusia yang terdidik” sesuai
dengan standar ideal. Berdasarkan kriteria ekstrinsik, pendidikan merupakan instrumen
untuk mendidik” tenaga kerja” yang terlatih. Dalam artian deskriptif, mutu ditentukan
berdasarkan keadaan senyatanya, misalkan hasil tes prestasi belajar
Sekolah sebagai wahana penting dalam pembentukan sumber daya manusia berkualitas
akan dapat diwujudkan melalui tingkat satuan pendidikan. Kesuksesan untuk memperoleh
mutu pendidikan yang baik tergantung kepada kepemimpinan yang kuat dari masing-masing
kepala sekolah. Pemimpin yang sukses adalah mereka-mereka yang organisasinya telah
berhasil dalam mencapai tujuan. Keberhasilan atau kesuksesan pelaksanaan kepemimpinan
kepala sekolah dalam mengelola organisasi pendidikan dipengaruhi oleh kemampuan untuk
melakukan kegiatan perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengarahan
(actuating) dan pengawasan (controling) terhadap semua operasional tingkat satuan

5

pendidikan. Keberhasilan sekolah dalam meraih mutu pendidikan yang baik banyak
ditentukan melalui peran kepemimpinan kepala sekolah.
Selanjutnya dalam rangka pelaksanaan manajemen berbasis sekolah sejalan dengan
keluarnya UU No. 22 tahun 1999 tentang pemerintah daerah dan PP No. 25 tahun 2000
tentang kewenangan pemerintah dan kewenangan propinsi sebagai Daerah Otonomi, UU
No.25 Tahun 2000 tentang Propenas, dan Kepmemdiknas No. 122/U/2001 tentang Rencana
Strategis Pembangunan Pendidikan, Pemuda, dan olah raga tahun 2000-2004, serta UU
Sisdiknas Tahun 2003 memberikan landasan hukum yang kuat untuk diterapkannya
Manajemen Berbasis Sekolah sebagai sebuah inovasi pendidikan untuk mencapai
pendidikan yang lebih sempurna dalam meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.
Keberhasilan penerapan MBS di sekolah tidak lepas dari kondisi objektif yang
mendukung pada saat yang tepat. Elemen-elemen yang mendukung tersebut antara lain:
iklim perubahan pemerintahan yang menghendaki transparansi, demokratisasi dan
akuntabilitas, desentralisasi dan pemberdayaan potensi masyarakat dalam rangka
meningkatkan mutu pendidikan

B. Metode Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif. Menurut Sugiyono (2004: 13-14)
penelitian kuantitatif adalah penelitian dengan maksud memperoleh data yang berbentuk
angka atau data kualitatif yang diangkakan dan penarikan kesimpulannya didasarkan pada
angka yang diolah secara statistik. Tempat yang digunakan sebagai penelitian adalah SD
Negeri 01 Trimulyo dan SD Negeri 02 Trimulyo . Peneliti mengadakan penelitian ini
dengan pertimbangan ketiga sekolah belum pernah dilakukan penelitian dengan judul yang
sama dengan peneliti. Kedua SD Negeri tersebut memiliki guru rata-rata 10 guru, terdiri dari
6 guru kelas dan 4 guru mata pelajaran. Jumlah siswa setiap kelas rata- rata sekita 30 sampai
40 siswa.Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006: 97). Dalam
penelitian ini populasi yang diambil adalah guru di seluruh SD Negeri Timulyo Kecamatan
Juwana Kabupaten Pati yang berjumlah 25 orang (12 orang di SD Negeri 01 Trimulyo, dan
13 orang di SD Negeri 02 Trimulyo. Sampel adalah sebagian dari populasi yang hendak
diteliti (Arikunto, 2006: 98). Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh guru di seluruh SD
Negeri Trimulyo Kecamatan Juwana Kabupaten Pati yang berjumlah 25 orang (12 orang di

6

SD Negeri 01 Trimulyo, dan 13 orang di SD Negeri 02 Trimulyo). Menurut Arikunto (2006:
86) menyatakan “Jika subyeknya lebih dari 100, maka sampel penelitian dapat diambil
sebanyak 10%-15% dan 20%-25% atau lebih”. Berdasarkan pendapat tersebut karena
jumlah populasi kurang dari 100, maka seluruh populasi diambil sebagai sampel. Dalam
penelitian ini tidak digunakan teknik sampling karena seluruh populasi diambil sebagai
sampel, atau dapat disebut penelitian populasi.
Untuk mengetahui dan menganalisis masalah yang sedang diteliti, maka diperlukan
berbagai data yang berkaitan dengan masalah penelitian. Adapun data yang akan digunakan
dalam penelitian ini adalah data primer dan data skunder. Sumber data primer diperoleh dari
kuesioner yang diberikan secara langsung kepada responden, yaitu untuk mengumpulkan
data persepsi guru tentang peran kepala sekolah, penerapan konsep MBS, dan peningkatan
mutu pendidikan. Sumber data sekunder diperoleh melalui teknik dokumentasi dan studi
pustaka dari buku referensi, jurnal ilmiah, dan arsip sekolah.

C. Pembahasan Dan Kesimpulan
1. Hubungan Antara Persepsi Guru Tentang Peran Kepala Sekolah Dengan Peningkatan
Mutu Pendidikan
Dari perhitungan analisis regresi linear berganda diketahui bahwa hasil uji hipotesis
pertama diketahui bahwa koefisien arah regresi dari variabel Persepsi guru tentang peran
kepala sekolah (b1) adalah sebesar 0,495 atau positif, sehingga dapat dikatakan bahwa
variabel persepsi guru tentang peran kepala sekolah berpengaruh positif terhadap
peningkatan mutu pendidikan. Berdasarkan uji keberartian koefisien regesi linear ganda
untuk variabel persepsi guru tentang peran kepala sekolah (b1) diperoleh thitung > ttabel, yaitu
2,115> 2,093 dan nilai signifikansi < 0,05, yaitu 0,008, dengan sumbangan relatif sebesar
38,7% dan sumbangan efektif 18,537%. Berdasarkan kesimpulan tersebut dapat dikatakan
bahwa semakin baik persepsi guru tentang peran kepala sekolah akan semakin tinggi
Peningkatan Mutu Pendidikan. Sebaliknya semakin rendah persepsi guru tentang peran
kepala sekolah, maka semakin rendah pula peningkatan mutu pendidikan.
2. Hubungan Antara Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah Dengan Peningkatan
Mutu Pendidikan
Dari perhitungan analisis regresi linear berganda diketahui bahwa hasil uji hipotesis
kedua diketahui bahwa koefisien regresi dari variabel implementasi manajemen berbasis

7

sekolah (b2) adalah sebesar 0,577 atau bernilai positif, sehingga dapat dikatakan bahwa
variabel implementasi manajemen berbasis sekolah berpengaruh positif terhadap
Peningkatan Mutu Pendidikan. Berdasarkan uji t untuk variabel implementasi manajemen
berbasis sekolah (b2) diperoleh thitung > ttabel, yaitu 2,748 > 2,093 dan nilai signifikansi <
0,05, yaitu 0,013, dengan sumbangan relatif sebesar 61,3 % dan sumbangan efektif 29,363
%. Berdasarkan kesimpulan tersebut dapat dikatakan bahwa semakin tinggi implementasi
manajemen berbasis sekolah akan semakin tinggi peningkatan mutu pendidikan, demikian
pula sebaliknya semakin rendah implementasi manajemen berbasis sekolah akan semakin
rendah peningkatan mutu pendidikan.
3. Hubungan Antara Persepsi Guru Tentang Peran Kepala Sekolah Dan Implementasi
Manajemen Berbasis Sekolah Dengan Peningkatan Mutu Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi guru tentang peran kepala
sekolah dan implementasi manajemen berbasis sekolah berpengaruh terhadap peningkatan
mutu pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari persamaan regresi linier sebagai berikut Y =
17,742+ 0,495X1 + 0,577X2, berdasarkan persamaan tersebut terlihat bahwa koefisien
regresi dari masing-masing variabel independen bernilai positif, artinya variabel persepsi
guru tentang peran kepala sekolah dan implementasi manajemen berbasis sekolah secara
bersama-sama berpengaruh positif terhadap peningkatan mutu pendidikan.
Pengujian hipotesis ketiga yaitu uji keberartian regresi linear ganda atau uji F
diketahui bahwa nilai Fhitung > Ftabel, yaitu 8,738 > 3,522 dan nilai signifikansi < 0,05, yaitu
0,002. Hal ini berarti persepsi guru tentang peran kepala sekolah dan implementasi
manajemen berbasis sekolah secara bersama-sama berpengaruh positif. Berdasarkan
kesimpulan tersebut dapat dikatakan bahwa kecenderungan peningkatan kombinasi persepsi
guru tentang peran kepala sekolah dan implementasi manajemen berbasis sekolah akan
diikuti Peningkatan Mutu Pendidikan, sebaliknya kecenderungan penurunan kombinasi
variabel persepsi guru tentang peran kepala sekolah dan implementasi manajemen berbasis
sekolah akan diikuti penurunan peningkatan mutu pendidikan.
Hasil uji koefisien determinasi memperoleh nilai R2 sebesar 0,479, arti dari koefisien
ini adalah bahwa pengaruh yang diberikan oleh kombinasi variabel persepsi guru tentang
peran kepala sekolah dan implementasi manajemen berbasis sekolah terhadap peningkatan
mutu pendidikan adalah sebesar 47,9% sedangkan 52,1% dipengaruhi oleh variabel lain.

8

Dari hasil perhitungan diketahui bahwa variabel persepsi guru tentang peran kepala sekolah
memberikan sumbangan relatif sebesar 38,7% dan sumbangan efektif 18,537 %. Variabel
implementasi manajemen berbasis sekolah memberikan sumbangan relatif sebesar 61,3% dan
sumbangan efektif 29,363%. Dengan membandingkan nilai sumbangan relatif dan efektif
nampak bahwa variabel implementasi manajemen berbasis sekolah.memiliki pengaruh yang
lebih dominan terhadap peningkatan mutu pendidikan dibandingkan variabel persepsi guru
tentang peran kepala sekolah
Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya,
maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Persepsi guru tentang peran kepala sekolah berpengaruh positif terhadap peningkatan
mutu pendidikan dapat diterima. Hal ini berdasarkan analisis regresi linier ganda (uji t)
diperoleh thitung > ttabel, yaitu 2,115> 2,093 dan nilai signifikansi < 0,05, yaitu 0,008,
dengan sumbangan relatif sebesar 38,7% dan sumbangan efektif 18,537%.
2. Implementasi manajemen berbasis sekolah berpengaruh positif terhadap peningkatan
mutu pendidikan, dapat diterima. Hal ini berdasarkan analisis regresi linier ganda (uji t)
diperoleh thitung > ttabel, yaitu 2,748 > 2,093 dan nilai signifikansi < 0,05, yaitu 0,013,
dengan sumbangan relatif sebesar 61,3 % dan sumbangan efektif 29,363 %.
3. Persepsi guru tentang peran kepala sekolah dan implementasi manajemen berbasis
sekolah berpengaruh positif terhadap peningkatan mutu pendidikan , dapat diterima. Hal
ini berdasarkan analisis variansi regresi linier ganda (uji F) diperoleh Fhitung > Ftabel, yaitu
8,738 > 3,522 dan nilai signifikansi < 0,05, yaitu 0,002.
4. Hasil uji koefisien determinasi (R2) sebesar 0,479 menunjukkan bahwa besarnya
pengaruh persepsi guru tentang peran kepala sekolah dan implementasi manajemen
berbasis sekolah terhadap peningkatan mutu pendidikan, adalah sebesar 47,9%
sedangkan 52,1% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti.

9

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka
Cipta, Cet ke-12.
Crawford, Megan, Lesley Kydd and Colin Riches, Leadership and Teams in Educational
Management, Terjemahan Erick Dibyo Wibowo, Philadelpia: Open University Press.
(http://blog.pasca.gunadarma.ac.id/2012/08/04/budaya-kerja-organisasi/)
Depdiknas. 2001. MPMBS, Konsep & Pelaksanaan, Jakarta: Dirjen Dikdasmen
Hamalik, Oemar. 1990. Evaluasi Kurikulum, Bandung: Remaja Rosdakarya
Mulyasa, Enco. 2004. Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung: Remaja Rosda Karya.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1999. kamus besar bahasa Indonesia, Jakarta:
Balai Pustaka ,1999.
Sagala, saiful. 2004. Manajemen Berbesis Sekolah dan Masyarakat: Manajemen Menenangkan
Persaingan Mutu. Jakarta PT Nimas Mutlima
Sugiyono .2006. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D. Bandung: CV.Alfabeta.