RESPON FISIO-MORFOLOGI TANAMAN KACANG TUNGGAK (Vigna unguiculata L.) PADA BERBAGAI KADAR LENGAS TANAH

(1)

SKRIPSI

Oleh:

Siti Hanifah

20120210005

Program Studi Agroteknologi

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

YOGYAKARTA

2016


(2)

ii

SKRIPSI

Oleh:

Siti Hanifah

20120210005

Program Studi Agroteknologi

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

YOGYAKARTA

2016


(3)

iii

mendapatkan gelar akademik, baik di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta maupun di perguruan tinggi lainnya.

2. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan dan penilaian saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing

3. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan dan penilaian saya setelah mendapatkan arahan dari Tim Pembimbing. Oleh karena itu, saya menyetujui pemanfaatan karya tulis ini dalam berbagai forum ilmiah, maupun pengembangannya dalam bentuk karya ilmiah lain oleh Tim Pembimbing.

4. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

5. Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah saya peroleh karena karya tulis ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi ini

Yogyakarta, 2 September 2016 Yang membuat Pernyataan

Siti Hanifah 20120210005


(4)

iv

occasion with great humility, i would like thank you to all of those who have given me help and guidance so that this thesis can be finished. Completion of writing of this thesis, the author would like to thank to:

1. My best gratitude to Ir. Agus Nugroho Setiawan, M.P as my Supervisor in completing this thesis and gave helping during writing this thesis.

2. Ir. Sarjiyah, M.S as my supervisor in completing this thesis report through the guidence and direction as well as the encouragement that are very useful and helpful for the writing of this thesis.

3. All lecturers in Agrotechnology Department UMY for the teaching during this time.

4. Pak Sukir and Pak Rudi as laboratory assistent for helping during research. 5. All of Agro A 2012 members especially Dita, Ali, Rudi, Septian, Teguh, Afan,

Dondon, Rizky, Takaful, Sandri, Livi, Gumilang, Shinta, Dicky, Wikan, Ican, Fiah, Lia, Bangun, Salman, Bang Beni, Yaldi, Deli, Agus, for accompanying, helping, encouraging and given happiness so i can survive and spirit to finish the thesis.

6. All of Griya Rufaida members, HIMAGRO FP UMY, IMM FP UMY for helping and supporting me.

7. The biggest thanks especially to my lovely Bapak Koyim, Mamah Amah, my sisters Yunia and Hani, my brother in law Pery and my nephew Alpa for praying, encouraging, giving love and compassion, giving material, working hard, supporting me all the time and given smile and happines in my life.


(5)

v

memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Respon Fisio-Morfologi Tanaman Kacang Tunggak (Vigna unguiculata L.) Pada Berbagai Kadar Lengas Tanah” dapat diselesaikan.

Penyusunan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh derajat Sarjana Pertanian pada Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Kelancaran dalam mempersiapkan dan menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan semua pihak. Oleh karena itu penyusun mengucapkan terimakasih kepada :

1. Ir. Agus Nugroho Setiawan, M.P. selaku dosen pembimbing/penguji utama.

2. Ir. Sarjiyah, M.S. selaku dosen pembimbing/penguji pendamping. 3. Ir. Titiek Widyastuti, M.S. selaku anggota penguji.

4. Semua pihak yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam bentuk moril maupun materil.

Demi perbaikan di kemudian hari, penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Yogyakarta, 2 September 2016


(6)

vi

DAFTAR TABEL ... viiix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

INTISARI ... xiii

ABSTRACT ... xiv

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

A. Kacang Tunggak ... 4

B. Respon Fisio-Morfologi Tanaman Terhadap Kadar Lengas Tanah ... 7

C. Hipotesis ... 10

III. TATA CARA PENELITIAN ... 11

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 11

B. Bahan dan Alat Penelitian ... 11

C. Metode Penelitian... 11

D. Cara Penelitian ... 12

E. Parameter yang Diamati ... 16

F. Analisis Data ... 21

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 22

A. Tinggi Tanaman ... 22

B. Diameter Batang... 25

C. Jumlah Daun ... 27

D. Luas Daun ... 30

E. Umur Berbunga ... 34

F. Bobot Segar Tajuk... 35

G. Bobot Kering Tajuk... 37

H. Bobot Segar Akar ... 39

I. Bobot Kering Akar ... 41

J. Volume Akar ... 42

K. Laju Asimilasi Bersih (LAB) atau Net Assimilation Rate (NAR) ... 44

L. Laju Pertumbuh Relatif atau Relative Growth Rate (RGR)... 47

M. Nisbah Luas Daun atau Leaf Area Ratio (LAR) ... 50

N. Luas Daun Khas (LDK) atau Spesific Leaf Area (SLA) ... 51

O. Nisbah tajuk akar atau Shoot Root Ratio (SRR) ... 53

P. Jumlah Polong Per Tanaman, Jumlah Biji Per Tanaman dan Jumlah Biji Per Polong ... 54

Q. Bobot Polong Per Tanaman, Bobot Biji Per Tanaman, Bobot Biji Per Polong dan Hasil Per Hektar ... 56


(7)

vii

DAFTAR PUSTAKA ... 61 LAMPIRAN ... 65


(8)

viii

Tabel 2. Rerata tinggi tanaman pada berbagai kadar lengas tanah pada akhir stadia pertumbuhan vegetatif (5 mst), akhir stadia pembungaan (6 mst) dan akhir stadia pengisian polong (8 mst) ... 22 Tabel 3. Rerata diameter batang pada berbagai kadar lengas tanah pada akhir

stadia vegetatif (5 mst), akhir stadia pembungaan (6 mst), dan akhir stadia pengisian polong (8 mst) ... 25 Tabel 4. Rerata jumlah daun pada berbagai kadar lengas tanah pada akhir stadia

pertumbuhan vegetatif (5 mst), akhir stadia pembungaan (6 mst) dan akhir stadia pengisian polong (8 mst) ... 28 Tabel 5. Rerata luas daun pada berbagai kadar lengas tanah pada akhir stadia

pertumbuhan vegetatif (5 mst), akhir stadia pembungaan (6 mst) dan akhir stadia pengisian polong (8 mst) ... 31 Tabel 6. Rerata Umur Berbunga ... 35 Tabel 7. Rerata bobot segar tajuk pada berbagai kadar lengas tanah pada akhir

stadia pertumbuhan vegetatif (5 mst), akhir stadia pembungaan (6 mst) dan akhir stadia pengisian polong (8 mst) ... 35 Tabel 8. Rerata bobot kering tajuk pada berbagai kadar lengas tanah pada akhir

stadia pertumbuhan vegetatif (5 mst), akhir stadia pembungaan (6 mst) dan akhir stadia pengisian polong (8 mst) ... ...37 Tabel 9. Rerata bobot segar akar pada berbagai kadar lengas tanah pada akhir

stadia pertumbuhan vegetatif (5 mst), akhir stadia pembungaan (6 mst) dan akhir stadia pengisian polong (8 mst) ... 40 Tabel 10. Rerata bobot kering akar pada berbagai kadar lengas tanah pada akhir

stadia pertumbuhan vegetatif (5 mst), akhir stadia pembungaan (6 mst) dan akhir stadia pengisian polong (8 mst) ... 42 Tabel 11. Rerata volume akar pada berbagai kadar lengas tanah pada akhir stadia

pertumbuhan vegetatif (5 mst), akhir stadia pembungaan (6 mst) dan akhir stadia pengisian polong (8 mst) ... 43 Tabel 12. Rerata Laju Asimilasi Bersih pada berbagai kadar lengas tanah pada

akhir stadia vegetatif (5 mst), akhir stadia pembungaan (6 mst) dan akhir stadia pengisian polong (8 mst) ... 45 Tabel 13. Rerata Laju Pertumbuhan Relatif pada berbagai kadar lengas tanah pada

akhir stadia vegetatif (5 mst), akhir stadia pembungaan (6 mst) dan akhir stadia pengisian polong (8 mst) ... 47 Tabel 14. Rerata Nisbah Luas Daun pada berbagai kadar lengas tanah pada akhir

stadia vegetatif (5 mst), akhir stadia pembungaan (6 mst) dan akhir stadia pengisian polong (8 mst) ... 50 Tabel 15. Rerata luas daun khas pada berbagai kadar lengas tanah pada akhir

stadia vegetatif (5 mst), akhir stadia pembungaan (6 mst) dan akhir stadia pengisian polong (8 mst) ... 51


(9)

ix

Tabel 18. Rerata bobot polong per tanaman, bobot biji per tanaman dan bobot biji per polong ... 57


(10)

x

Gambar 3. Rerata Jumlah Daun ... 29

Gambar 4. Rerata Luas Daun ... 32

Gambar 5. Laju Asimilasi Bersih ... 46


(11)

xi

Lampiran 3. Penetapan Kadar Lengas Tanah ... 68

Lampiran 4. Kebutuhan Tanah Per Polybag ... 70

Lampiran 5. Kebutuhan Pupuk Per Polybag ... 71

Lampiran 6. Perhitungan Kebutuhan Air ... 72

Lampiran 7. Dokumentasi Pengukuran Tinggi Tanaman dan Diameter Batang 73 Lampiran 8. Tajuk Tanaman Kacang Tunggak... 74

Lampiran 9. Akar Tanaman Kacang Tunggak ... 75

Lampiran 10. Dokumentasi Polong Tanaman Kacang Tunggak ... 76

Lampiran 11. Dokumentasi Biji Tanaman Kacang Tunggak... 77


(12)

Yang dipersiapkan dan disusun oleh:

Siti Hanifah 20120210005

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pacla tanggal 23 Agustus 2016

Skripsi tersebut telah diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan guna memperoleh derajat SaIjana Pertanian

PembimbingIPenguji Utama Anggota Penguji

Ir. Titiek Widyastuti, M .S. セ pN@ 195805121986032001 PembimbingIPenguj i Pendamping

イイN ウセ AQN ウ@

NIP. 196109181991032001


(13)

Siti Hanifah

Ir. Agus Nugroho Setiawan, M.P. / Ir. Sarjiyah, M.S. Department Of Agrotechnology Faculty Of Agriculture

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

ABSTRACT

A research was carried out to know morphophysiologis character and soil moisture content tolerance of cowpea at various of growth stages. The research was conducted at Green House and Research Laboratory of Agriculture Faculty of Universitas Muhammadiyah Yogyakarta from January to April 2016.

The research was arranged in a field research method with one factor design in a Completely Randome Design. The traetment was consisted of soil moisture content i.e. 100%, 75%, 50%, 25% of water were each add in vegetatif stage, flowering stage and podding stage.

The result of the researh showed that soil moisture content at various of growth stages has non significant influence to physiomorphologis character of cowpea, except to flowering dates and relative growth rate in vegetatif stage. Soil moisture content at 25% of water was significant to accelerated of flowering dates and significant to decreased of relative growth rate. Cowpea has tolerance to soil moisture content until 25% of water at various of growth stages.


(14)

1

Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbanyak ke 4 di dunia. Pada tahun 2013 menurut Dickson (2013), jumlah penduduk sebanyak 251.160.124 jiwa dan naik menjadi 254.862.034 jiwa pada tahun 2014 (Batlolone, 2014). Populasi penduduk di Indonesia yang terus meningkat menyebabkan kebutuhan akan pangan juga semakin tinggi. Kebutuhan pangan nasional meningkat di atas 1,35% per tahun (Waris, 2015). Pemenuhan pangan membutuhkan lahan produktif untuk proses produksi, namun justru luas lahan produktif di Indonesia semakin menurun karena terjadi alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian misalnya untuk perumahan atau industri. Salah satu upaya untuk mengatasi masalah tersebut adalah memperluas area pertanaman tanaman pangan ke lahan marginal.

Lahan marginal adalah lahan yang memiliki tingkat kesuburan rendah. Salah satu lahan yang termasuk lahan marginal adalah lahan kering. Indonesia memiliki lahan kering seluas 63, 4 juta ha atau sekitar 33,7% dari total luas Indonesia (Wahyunto dan Rizantus, 2010). Selain itu, perubahan iklim mengakibatkan sebagian wilayah mengalami kekeringan. Sebanyak 86 kabupaten kota di 20 provinsi di Indonesia mengalami kekeringan pada tahun 2014 (Kompas, 2014). Lahan kering berpotensi untuk mendukung pengembangan produksi pertanian khususnya tanaman pangan, namun untuk sebagian wilayah yang memilki iklim kering dan potensi kekeringan tinggi harus memperhatikan penggunaan atau pemilihan tanaman yang tahan akan kekeringan.


(15)

Lahan kering beriklim kering memilki kendala yaitu ketersediaan air yang terbatas karena curah hujan yang rendah dan musim kemarau yang panjang. Lahan kering memiliki kandungan lengas yang selalu di bawah kandungan lengas tanah kapasitas lapangan sehingga kandungan air dalam tanah tidak dapat memenuhi kebutuhan tanaman. Besarnya kebutuhan air setiap fase pertumbuhan selama siklus hidupnya tidak sama. Hal ini berhubungan langsung dengan proses fisiologis, morfologis dan kombinasi kedua faktor di atas dengan faktor-faktor lingkungan. Kekurangan air pada tanaman berdampak pada aktivitas fisiologis dan morfologis tanaman bahkan menyebabkan pengaruh yang berbeda pada setiap stadia pertumbuhan tanaman. Akibatnya tanaman yang dibudidayakan di lahan kering haruslah yang memiliki tingkat toleran yang tinggi terhadap kekeringan misalnya yang berasal dari tanaman pangan.

Tanaman pangan yang tahan akan kekeringan salah satunya berasal dari keluarga kacang kacangan yakni kacang tunggak. Keunggulan kacang tunggak adalah memiliki kadar lemak yang lebih rendah sehingga dapat meminimalisasi efek negatif dari penggunaan produk pangan berlemak. Kacang tunggak juga memiliki kandungan vitamin B1 lebih tinggi dibandingkan kacang hijau. Menurut

Bean/Cowpea CRSP West Africa Mission, kacang tunggak dianggap lebih toleran

terhadap kekeringan dibandingkan dengan kedelai atau kacang hijau karena cenderung membentuk akar tunggang yang dalam. Kacang tunggak dapat tumbuh subur di lingkungan yang kering, bahkan pada curah hujan 300 mm kacang tunggak dapat menghasilkan (Gomez, 2004). Meskipun tanaman kacang tunggak toleran terhadap kekeringan, tanaman akan menunjukan respon fisio-morfologi


(16)

yang berbeda pada berbagai tingkat kadar lengas tanah dan pada setiap stadia pertumbuhan. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian dengan tujuan untum mengetahui respon fisio-morfologi dan tingkat ketahanan tanaman kacang tunggak akibat kadar lengas tanah pada berbagai stadia pertumbuhan.

B. Perumusan Masalah

1. Bagaimana respon fisio-morfologi tanaman kacang tunggak terhadap kadar lengas tanah pada berbagai stadia pertumbuhan?

2. Bagaimana ketahanan tanaman kacang tunggak terhadap kadar lengas tanah pada berbagai stadia pertumbuhan?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui karakter fisio-morfologi tanaman kacang tunggak terhadap kadar lengas tanah pada berbagai stadia pertumbuhan.

2. Mengetahui ketahanan tanaman kacang tunggak terhadap kadar lengas tanah pada berbagai stadia pertumbuhan.


(17)

1

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kacang Tunggak

Kacang tunggak (Vigna unguiculata L. Walp) termasuk keluarga Leguminoceae. Tanaman ini diperkirakan berasal dari Afrika Barat yang didasarkan atas keberadaan tetuanya, baik yang dibudidayakan maupun jenis liar. Kacang tunggak tergolong tanaman bahan pangan, pakan, dan bahan baku industri. Potensi hasil biji kacang tunggak cukup tinggi yaitu dapat mencapai 1,5 – 2 ton/ha tergantung varietas, lokasi, musim tanam, dan budidaya yang diterapkan (Sayekti dkk., 2011). Kacang tunggak umumnya dibudidayakan sebagai sumber makanan bergizi di Amerika Serikat bagian selatan, Timur Tengah, Afrika, Asia, dan seluruh daerah tropis dan subtropis. FAO tahun 2012 menyatakan bijinya mengandung 24% protein kasar, 53% karbohidrat, dan 2% lemak. Daun dan bunga juga dapat dikonsumsi (USDA NRCS, 2015).

Anonimousa (1979) menyatakan keunggulan kacang tunggak adalah memiliki kadar lemak yang lebih rendah sehingga dapat meminimalisasi efek negatif dari penggunaan produk pangan berlemak. Kacang tunggak juga memiliki kandungan vitamin B1 lebih tinggi dibandingkan kacang hijau. Asam amino yang penting dari protein kacang tunggak adalah kandungan asam amino lisin, asam aspartat dan glutamat (Rosida dkk., 2015). Vander Uesen & Somaatmodjo (1993) menyatakan biji kacang tunggak yang matang setiap 100 gram mengandung 10 g air, 22 g protein, 1,4 g lemak, 51 g karbohidrat , 3,7 g vitamin; 3,7 g karbon, 104 mg kalsium dan nutrisi lainnya serta energi yang dihasilkan sekitar 1420 kj/100 g. Biji yang masih muda setiap 100 g mengandung 88,3 g air, 3 g protein, 0,2 g


(18)

lemak, 7,9 g karbohidrat, 1,6 g vitamin, 0,6 g karbon dan energi yang dihasilkan sekitar 155 kj/100 g (Masauna dkk., 2013)

Pada taksonomi tumbuhan, kacang tunggak diklasifikasikan dalam Kingdom

Plantae, Subkingdom Tracheobionta, Super Divisi Spermatophyta, Divisi

Magnoliophyta, Kelas Magnoliopsida, Sub Kelas Rosidae, Ordo Fabales, Famili

Fabaceae, Genus Vigna, Spesies Vigna

unguiculata (L.) Walp (Plantamor, 2012). Trustinah (1998) menyatakan tanaman kacang tunggak memiliki batang, akar, daun, polong dan biji. Batang kacang tunggak terdiri dari beberapa buku, dimana tiap buku tersebut menghasilkan satu tangkai daun. Pada batang utama terdapat beberapa bunga yang biasanya muncul dari buku bagian bawah. Bunga terdapat pada batang utama ataupun pada cabang yang jumlahnya dapat mencapai 15 buku, dengan jumlah buku subur pada setiap tanaman dapat mencapai 5 sampai 10 buku subur. Rukmana dan Oesman (2000) menyebutkan bahwa akar tanaman kacang tunggak menyebar pada kedalaman tanah antara 30-60 cm. Sifat penting dari akar tanaman kacang tunggak adalah dapat bersimbiosis dengan bakteri Rhizobium sp., untuk mengikat nitrogen bebas (N2) dari udara, yang kemudian membentuk menjadi bintil-bintil akar (Adrian, 2014).


(19)

Trustinah (1998) menyatakan daun kacang tunggak terdiri atas tiga helaian daun (trifoliate) yang letaknya berseling. Daunnya berwarna hijau, berbentuk oval

(ovate) ataupun lanset (lanseolate) dengan panjang daun berkisar antara 6,5-16 cm dan lebar daun 4-10 cm, dengan panjang tangkai daun (ptiole) antara 5-15 cm. Bentuk daun tersebut ditentukan berdasarkan perbandingan panjang dan lebar daun berkisar antara 1,5-2 : 1 termasuk bentuk oval, dan bila perbandingannya 3-5 : 1 daunnya berbentuk lanset. Bentuk daun lanset pada kacang tunggak adalah dominan terhadap bentuk daun oval yang pewarisannya dikendalikan oleh gen dominan tunggal (Adrian, 2014).

Fachruddin (2000) menyatakan bahwa bunga kacang tunggak bertangkai panjang dengan 4-6 unit bunga, tersusun secara berseling dalam suksesi akropetal. Setiap unit bunga merupakan bunga sederhana yang tersusun dari 6-12 tunas bunga. Pembentukan bunga mulai dari tangkai bunga yang posisinya paling rendah dan secara berurutan berlanjut pada tangkai berikutnya dengan posisi yang lebih tinggi. Trustinah (1998) menyatakan bahwa buah (polong) kacang tunggak muda berwarna hijau muda atau hijau kelam dan setelah tua polong berwarna krem, coklat, atau hitam. Letak polong kacang tunggak bervariasi, polong dengan tangkai pendek sehingga polong-polong terletak di dalam tanaman dan polong dengan tangkai panjang sehingga polong terlihat di atas tanaman dengan posisi polong yang menghadap ke atas ataupun menghadap ke bawah. Biji kacang tunggak bervariasi dalam ukuran, bentuk, ataupun warna (krem, coklat, hitam, belang, dan merah) dengan berat 100 biji antara 10 hingga 25 gr. Panjang biji


(20)

berkisar antara 2-12 mm dan memiliki hilum berwarna putih yang dikelilingi oleh cincin berwarna hitam (Adrian, 2014).

Fase pertumbuhan kacang tunggak terdiri dari Fase Vegetatif dan Fase Reproduktif. Fase vegetatif kacang tunggak beragam antara 40-49 hari tergantung varietasnya. Pembungaan (R1) pada kacang tunggak dimulai pada hari ke 41-50 tergantung varietasnya, begitu pula periode pembungaan , jumlah hari berbunga, jumlah bunga yang dihasilkan serta jumlah polong yang terbentuk. Pada kacang tunggak rata-rata periode reproduktif tergolong singkat yakni sekitar 35 persen dari seluruh umurnya. Periode pembentukan polong (R3-R4) terjadi satu hari setelah pembungaan hingga 4 hari kemudian dan dilanjutkan dengan stadia pengisian biji (R5-R6) yang berlangsung hingga 10 hari setelah pembentukan polong. Pemasakan biji dimulai ketika polong telah terisi biji penuh hingga 10 hari kemudian. Dengan demikian total periode reproduktif hanya berkisar antara 33-36 khususnya untuk tanaman kacang tunggak yang tergolong determinit dan berumur genjah seperti varietas KT-1, KT-2, dan KT-4 (Trustinah, 1998).

B. Respon Fisio-Morfologi Tanaman Terhadap Kadar Lengas Tanah Morfologi tanaman adalah ilmu yang mempelajari bentuk luar tanaman dan organ-organnya sehingga memungkinkan suatu spesies atau varietas dapat dibedakan secara visual. Fisiologi tanaman adalah ilmu yang memepelajari proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Oleh karena jalannya proses fisiologi mempengaruhi bentuk organ tanaman sehingga ilmu yang mempelajari


(21)

keterkaitan tersebut dinamakan fisiomorfologi tanaman (Makarim dan Suhartatik, 2009).

Gardner, et al. (1991) dan Hong-Bo, et al. (1998) menyatakan kekurangan air pada tanaman yang diikuti berkurangnya air pada daerah perakaran berakibat pada aktivitas fisiologis tanaman. Mekanisme yang terjadi pada tanaman yang mengalami stres air adalah dengan mengembangkan mekanisme respon terhadap kekeringan. Pengaruh yang paling nyata adalah mengecilnya ukuran daun untuk meminimumkan kehilangan air. Mekanisme ini di satu pihak mempertahankan kelangsungan hidup tanaman tetapi dilain pihak mengurangi bobot kering tanaman. juga menyebutkan stres air akan menekan pertumbuhan sel, sehingga akan mengurangi pertumbuhan tanaman (Khaerana dkk., 2008).

Menurut Mansfield dan Atkinson (1990) bila tanaman dihadapkan pada kondisi kekeringan terdapat 2 macam tanggap yang dapat memperbaiki status air yaitu tanaman mengubah distribusi asimilat baru untuk mendukung pertumbuhan akar dengan mengorbankan tajuk, sehingga dapat meningkatkan kapasitas akar menyerap air serta menghambat pemekaran daun untuk mengurangi transpirasi dan tanaman akan mengatur derajat pembukaan stomata untuk menghambat kehilangan air lewat transpirasi (Efendi, 2008). Jumin (1992) menyatakan dalam siklus hidup tanaman, mulai dari perkecambahan sampai panen, tanaman selalu membutuhkan air. Tidak satupun proses metabolisme tanaman dapat berlangsung tanpa air. Besarnya kebutuhan air setiap fase pertumbuhan selama siklus hidupnya tidak sama. Hal ini berhubungan langsung dengan proses fisiologis, morfologis dan kombinasi kedua faktor di atas dengan faktor-faktor lingkungan. Kebutuhan


(22)

air pada tanaman dapat dipenuhi melalui penyerapan oleh akar. Besarnya air yang diserap oleh akar tanaman sangat bergantung pada kadar air dalam tanah yang ditentukan oleh kemampuan partikel tanah menahan air dan kemampuan akar untuk menyerapnya (Ai dkk., 2010).

Pertanaman kacang tunggak dalam tahapan perkembangan vegetatif dan awal reproduktif menghasilkan bahan-bahan kering pada laju yang dapat disamakan dengan yang dicatat untuk kedelai (Goldsworthy dan Fisher, 1992). Tanaman kacang tunggak selama pertumbuhan 66 hari memerlukan air sebanyak 140 mm dengan pemberian sebanyak dua kali pada saat tanam dan periode berbunga. Pada jenis tanah sedikit berkadar liat kacang tunggak dapat memberikan hasil sebanyak 1,20 t/ha. Walaupun tidak banyak memerlukan air akan tetapi diupayakan agar pada periode pembungaan atau pembentukan biji tidak mengalami cekaman kekeringan yang berkepanjangan (Adisarwanto dkk.,

1998).

Kedelai hitam ditanam pada kondisi pengairan 100% (optimal) dan 50% dari kapasitas lapang (cekaman kekeringan) menunjukan cekaman kekeringan tidak berpengaruh terhadap umur berbunga dan umur masak fisiologis, tetapi menurunkan tinggi tanaman, bobot kering tajuk dan akar, volume akar, jumlah cabang, buku subur, dan polong isi genotipe kedelai. Penurunan tertinggi terjadi pada bobot kering tajuk dan jumlah polong isi. Proporsi akar terhadap biomas tanaman lebih tinggi pada kondisi cekaman kekeringan (Taufiq dan Muchlish, 2012). Kondisi cekaman kekeringan pada stadia vegetatif kedelai dapat menurunkan tinggi tanaman dan luas daun, menunjukan pertumbuhan lambat dan


(23)

daun sempit serta buku batang yang pendek sehingga penampilan tanaman akan kerdil dengan daun kecil, cepat berbunga, defisiensi unsur hara baik makro maupun mikro dan potensi hasil yang rendah. Lebih lanjut, cekaman kekeringan pada waktu pembungaan menyebabkan kerontokan bunga, cekamam kekeringan pada stadia pembentukan polong akan menyebabkan jumlah polong yang terbentuk turun jumlahnya dan terjadi kerontokan, serta cekaman kekeringan pada stadia pengisian polong menyebabkan menurunnya jumlah polong isi dan ukuran biji (Purwanto dan Agustono, 2010).

Peningkatan intensitas cekaman kekeringan secara nyata menurunkan produksi biomasa, jumlah biji, bobot biji, jumlah polong, dan bobot polong per tanaman. Hasil kacang komak (Lablab purpureus, L sweet) pada cekaman kekeringan 33 % dan 67 % adalah lebih rendah dibandingkan tanpa cekaman kekeringan. Hasil masing-masing komponen berturut-turut berkurang pada biomasa 26.9 %, dan 60.3 %, pada jumlah biji 33.3 % dan 67.6 %, pada bobot biji 36.8 %, dan 74.6 %., pada jumlah polong 34.5 % dan 70.9 %, pada bobot polong 38 % dan 77.9 % (Suharjanto, 2008).

C. Hipotesis

Kadar lengas tanah yang berbeda pada setiap stadia pertumbuhan tanaman kacang tunggak akan memberikan respon fisio-morfologi dan ketahanan tanaman yang berbeda - beda.


(24)

11

III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian telah dilaksanakan di Green House Fakultas Pertanian UMY dan Laboratorium Penelitian pada bulan Januari sampai April 2016.

B. Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah benih kacang tunggak varietas KT-6 (Lampiran 1), tanah regosol, pupuk kompos, pupuk SP-36, KCl Urea dan air. Alat yang digunakan adalah polybag, gembor, saringan tanah, timbangan analitik, jangka sorong, oven, meteran, cetok, leaf area meter, petridish, kertas saring, gelas ukur, gunting, botol timbang, desikator, gelas piala, statis dan kain kassa.

C. Metode Penelitian

Penelitian dilakukan menggunakan metode percobaan lapangan dengan rancangan faktor tunggal yang disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) (Lampiran 2). Perlakuan yang diujikan adalah kadar lengas tanah yang terdiri dari kadar lengas tanah 100%, 75%, 50% dan 25% air tersedia yang masing-masing diberikan pada stadia vegetatif, stadia pembungaan dan stadia pengisian polong sehingga terdapat 12 perlakuan. Perlakuan yang diujikan adalah

A = kadar lengas tanah 100% air tersedia pada stadia vegetatif B = kadar lengas tanah 75% air tersedia pada stadia vegetatif C = kadar lengas tanah 50% air tersedia pada stadia vegetatif D = kadar lengas tanah 25% air tersedia pada stadia vegetatif


(25)

E = kadar lengas tanah 100% air tersedia pada stadia pembungaan F = kadar lengas tanah 75% air tersedia pada stadia pembungaan G = kadar lengas tanah 50% air tersedia pada stadia pembungaan H = kadar lengas tanah 25% air tersedia pada stadia pembungaan I = kadar lengas tanah 100% air tersedia pada stadia pengisian polong J = kadar lengas tanah 75% air tersedia pada stadia pengisian polong K = kadar lengas tanah 50% air tersedia pada stadia pengisian polong L = kadar lengas tanah 25% air tersedia pada stadia pengisian polong

Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Sehingga diperoleh 36 unit perlakuan. Setiap unit perlakuan terdapat 3 tanaman sampel dan 4 tanaman korban.

D. Cara Penelitian 1. Penetapan Kadar Lengas Tanah

Penetapan kadar lengas tanah kering udara (KL-KU) dengan cara menimbang botol timbang kosong dengan tutupnya (a gram), contoh tanah kering udara kira-kira separuh volume botol timbang dimasukan ke dalam botol timbang, kemudian beratnya ditimbang (b gram). Dengan tutup terbuka, botol timbang dimasukan ke dalam oven pada suhu 105-110°C selama minimal 4 jam berturut-turut. Setelah itu botol timbang dan isinya dimasukan ke dalam desikator (±10 menit), botol timbang ditutup kemudian ditimbang (c gram). Penetapan kadar lengas tanah kapasitas lapang (KL-KL) dengan cara mengambil sampel tanah secukupnya kemudian dibungkus menggunakan kain kassa. Bungkusan sampel tanah tersebut dicelupkan ke dalam gelas piala yang berisi air selama ±30 menit.


(26)

Kemudian bungkusan sampel tanah ditiriskan dengan cara digantung pada statis (± 24 jam). Sampel tanah yang sudah ditiriskan diambil pada bagian tengahnya dan dimasukan ke dalam botol timbang yang sebelumnya sudah ditimbang (a gram) kira-kira separuh botol timbang, kemudian ditimbang (b gram). Dengan tutup terbuka, botol timbang tersebut dimasukan ke dalam oven pada suhu 105-110°C selama minimal 4 jam berturut-turut. Botol timbang dan isinya dimasukan ke dalam desikator (±10 menit), botol timbang ditutup kemudian ditimbang (c gram).

Berdasarkan perhitungan, kadar lengas tanah kering udara (KL-KU) adalah 2,55% dan kadar lengas tanah kapasitas lapang (KL-KL) adalah 27,95% (Lampiran 3.)

2. Uji Daya Kecambah

Sebelum ditanam, benih terlebih dahulu diuji daya kecambahnya dengan cara menumbuhkan 100 benih kacang tunggak pada petridish yang dilapisi kertas saring dibasahi air selama satu minggu. Berdasarkan uji daya kecambah, daya kecambah benih kacang tunggak adalah 96%.

3. Penyiapan Media Tanam

Media tanam yang digunakan adalah tanah regosol. Tanah dibersihkan dari kotoran dan dikering angin selama kurang lebih 7 hari, kemudian diayak menggunakan saringan ukuran 2 mm, sehingga diperoleh tanah yang halus. Selanjutnya tanah regosol seberat 10 kg dicampur dengan pupuk kompos 5 ton/ha setara 12,82 gram/polybag, SP-36 100 kg/ha setara 0,26 gram/polybag dan KCl 50


(27)

kg/ha setara 0,13 gram/polybag (Adrianto dan Indarto, 2004) (Lampiran 4 dan Lampiran 5).

4. Penanaman

Benih kacang tunggak ditanam sebanyak 2 biji tiap polybag dengan kedalaman kurang lebih 2 cm dari permukaan tanah. Setelah berumur satu minggu dilakukan penjarangan sehingga tiap polybag hanya ada satu tanaman.

5. Pemeliharaan

Pada awal pertumbuhan (0-7 hari setelah tanam), penyiraman dilakukan sehari sekali setiap sore dengan volume air dipertahankan pada kadar lengas tanah 100% air tersedia. Hari ke 0 penambahan air sebanyak 2.540 ml/polybag. Hari berikutnya sampai hari ke 7, penambahan air menggunakan metode gravimetri yaitu menambahkan air sesuai dengan pengurangan bobot per polybag. Polybag yang ditimbang sebanyak 12 polybag dan diambil rata-rata bobotnya. Bobot per polybag dipertahankan pada 12,5 kg (Lampiran 6). Penyiraman selanjutnya dilakukan sesuai perlakuan.

Penyiangan dilakukan secara mekanis dengan mencabut ramput di sekitar tanaman kacang tunggak. Pengendalian hama dan penyakit, pengendalian hama dilakukan dengan penyemprotan insektisida.

Pemupukan susulan 1 dilakukan pada hari ke 14 dengan pupuk urea sebanyak 0,13 gram/polybag dengan cara membuat parit dangkal mengelilingi tanaman kemudian pupuk dimasukan dan ditimbun (ring placement). Pemupukan


(28)

susulan ke 2 dilakukan pada hari ke 28 dengan pupuk urea sebanyak 0,13 gram/polybag dengan cara ring placement (Lampiran 5).

6. Perlakuan

Perlakuan penyiraman dilakukan setiap 2 hari sekali pada sore hari. Tiga polybag per perlakuan setiap 2 hari sekali ditimbang bobotnya dan dirata - rata. Satu tanaman ditimbang bobot segarnya setiap 14 hari sekali sebagai faktor koreksi. Perlakuan kadar lengas tanah 100% air tersedia, bobot per polybag dipertahankan pada 12,5 kg. Perlakuan kadar lengas tanah 75% air tersedia, bobot per polybag dipertahankan pada 11,9 kg. Perlakuan kadar lengas tanah 50% air tersedia, bobot per polybag dipertahankan pada 11,3 kg. Perlakuan kadar lengas tanah 25% air tersedia, bobot per polybag dipertahankan pada 10,6 kg (Lampiran 6). Penambahan air yang diberikan dapat dihitung dengan cara bobot polybag (yang harus dipertahankan) ditambah bobot tanaman koreksi dikurangi bobot polybag (tertimbang). Perlakuan pada stadia vegetatif (hari ke 8-34), stadia pembungaan (hari ke 35-42) dan stadia pengisian polong (hari ke 43-57). Perlakuan pada setiap stadia disajikan pada tabel 1.

7. Panen

Kacang tunggak dipanen pada umur 65 hari setelah tanam dengan ciri-ciri polong sudah tua, kulit polong berwarna hijau kekuning-kuningan atau kecoklatan dan sebagian daunnya telah menguning atau bahkan rontok.


(29)

Tabel 1. Perlakuan pada stadia vegetatif, stadia pembungaan dan stadia pengisian polong

Perlakuan Vegetatif Pembungaan Pengisian Polong

A 100% 100% 100%

B 75% 100% 100%

C 50% 100% 100%

D 25% 100% 100%

E 100% 100% 100%

F 100% 75% 100%

G 100% 50% 100%

H 100% 25% 100%

I 100% 100% 100%

J 100% 100% 75%

K 100% 100% 50%

L 100% 100% 25%

E. Parameter yang Diamati 1. Tanaman Sampel

Pengamatan terhadap tanaman sampel meliputi: a. Tinggi tanaman

Pengamatan tinggi tanaman dilakukan setiap satu minggu sekali mulai umur satu minggu setelah tanam sampai akhir penelitian. Tinggi tanaman diukur menggunakan penggaris, bagian yang diukur mulai dari pangkal batang sampai titik tumbuh tanaman tertinggi, dan dinyatakan dalam satuan cm (Lampiran 7).

b. Diameter batang

Pengamatan diameter batang dilakukan setiap satu minggu sekali mulai umur satu minggu setelah tanam sampai akhir penelitian. Diameter batang diukur dengan menggunakan jangka sorong dengan mengukur besar diameter pangkal batang (2 cm diatas pangkal batang) (Lampiran 7)


(30)

c. Jumlah daun

Pengamatan jumlah daun dilakukan setiap satu minggu sekali mulai umur satu minggu setelah tanam sampai akhir penelitian. Jumlah daun dihitung seluruhnya terhadap daun yang sudah membuka penuh.

d. Umur berbunga

Pengamatan umur berbunga dilakukan waktu pertama kali bunga mulai muncul (4 dari 7 tanaman tiap unit sudah berbunga), dinyatakan dalam hari sejak tanam.

e. Jumlah polong per tanaman

Pengamatan jumlah polong pertanaman dilakukan saat panen dengan menghitung jumlah polong yang terbentuk tiap tanaman (Lampiran 10). f. Jumlah biji per tanaman

Pengamatan jumlah biji per tanaman dilakukan setelah panen dengan cara menghitung jumlah biji per tanaman (Lampiran 11).

g. Jumlah biji per polong

Pengamatan jumlah biji per polong dilakukan setelah panen dengan cara jumlah biji per tanaman dibagi jumlah polong per tanaman.

h. Bobot polong per tanaman

Pengamatan bobot polong per tanaman dilakukan pada saat panen tanpa dijemur atau dikeringkan dengan menimbang bobot segar polong tiap tanaman sampel menggunakan timbangan analitik dalam satuan gram


(31)

i. Bobot biji per tanaman

Pengamatan bobot biji per tanaman dilakukan setelah biji dikeringkan sampai batas kadar air biji 8-9% dengan menimbang bobot biji per tanaman menggunakan timbangan analitik dalam satuan gram.

j. Bobot biji per polong

Pengamatan bobot biji per polong dilakukan dengan cara bobot biji per tanaman dibagi bobot polong per tanaman.

2. Tanaman Korban

Pengamatan terhadap tanaman korban dilakukan pada umur 39 hst, 50 hst dan 65 hst meliputi:

a. Bobot segar tajuk

Pengamatan bobot segar tajuk dilakukan dengan mencabut tanaman selanjutnya dibersihkan dan dipotong pada bagian pangkal batang kemudian timbang dengan menggunakan timbangan analitik bagian tajuk sehingga diperoleh bobot segar tajuk (batang, daun, dan polong). Dinyatakan dalam satuan gram (Lampiran 8).

b. Bobot segar akar

Pengamatan bobot segar akat dilakukan dengan mencabut tanaman selanjutnya dibersihkan dan dipotong pada bagian akar kemudian timbang bagian akar dengan menggunakan timbangan analitik sehingga diperoleh bobot segar akar dan dinyatakan dalam satuan gram (Lampiran 9).


(32)

c. Volume akar

Akar dihitung volume akar nya dengan metode volumetrik, akar direndam ke dalam air selama 1 jam kemudian ditiriskan dan dimasukan ke dalam gelas ukur 1000 ml kosong (gelas ukur ke 1), gelas ukur ke 2 diisi air 1000 ml, kemudian dimasukan ke dalam gelas ukur ke 1 yang telah berisi akar hingga mencapai batas 1000 ml, sisa volume air dalam gelas ukur ke 2, sesuai dengan hukum fisika, sama dengan volume akar.

d. Luas daun

Daun dihitung luasnya, menghitung luas daun pada tanaman dengan menggunakan LAM (Leaf Area Meter). Daun yang diukur adalah daun yang sudah terbuka (tidak kuncup) dalam satuan cm2.

e. Bobot kering tajuk

Tajuk tanaman dimasukan kedalam oven dengan suhu 100oC, selama 24 jam atau sampai didapatkan berat kering konstan selanjutnya ditimbang menggunakan timbangan digital, dinyatakan dalam gram sehingga diperoleh bobot kering tajuk.

f. Bobot kering akar

Akar tanaman dimasukan kedalam oven dengan suhu 100oC, selama 24 jam atau sampai didapatkan berat kering konstan selanjutnya ditimbang menggunakan timbangan digital, dinyatakan dalam gram sehingga diperoleh bobot kering akar.


(33)

3. Analisis Pertumbuhan

Analisis pertumbuhan dilakukan mendasar pada hasil pengamatan tanaman sampel dan tanaman korban. Komponen yang diamati dalam analisis adalah:

a. Laju Pertumbuh Relatif atau Relative Growth Rate (RGR)

Laju pertumbuhan relatif menunjukan peningkatan bobot kering dalam suatu interval waktu, dalam hubungannya dengan bobot asal.

̅̅̅̅̅̅ (g/g/minggu)

b. Laju Asimilasi Bersih (LAB) atau Net Assimilation Rate (NAR)

Laju asimilasi bersih atau laju satuan daun adalah hasil bersih dari hasil asimilasi, kebanyakan hasil fotosintesis per satuan luas daun dan waktu.

̅̅̅̅̅̅

(g/cm

2

/minggu) c. Nisbah Luas Daun atau Leaf Area Ratio (LAR)

Nisbah luas daun menunjukan nisbah antara luas lamina daun atau jaringan yang melaksanakan fotosintesis dengan jaringan tanaman total yang melaksanakan respirasi atau biomassa total tanaman.

̅̅̅̅̅̅

(cm2/g)

d. Luas Daun Khas (LDK) atau Spesific Leaf Area (SLA)

Luas daun spesifik yaitu hasil bagi luas daun dengan berat daun. Indeks ini mengandung informasi ketebalan daun yang dapat mencerminkan unit organela fotosintesis. Nilai luas daun spesifik yang semakin besar mengindikasikan daun semakin tipis dan nilai luas daun spesifik.


(34)

(cm2/g)

e. Nisbah tajuk akar atau Shoot Root Ratio

Nisbah tajuk akar menggambarkan hubungan perbandingan pertumbuhan antara tajuk tanaman dengan akar.

Keterangan:

La = luas daun, Lw = bobot daun, W = bobot kering total, Wsh = bobot kering tajuk, Wrt = bobot kering akar, T = waktu,

F. Analisis Data

Data hasil pengamatan secara periodik disajikan dalam bentuk histogram dan grafik, sedangkan hasil akhir dianalisis menggunakan sidik ragam atau

analysis of variance (ANOVA) pada taraf 5%. Apabila ada pengaruh perlakuan yang berbeda nyata, untuk mengetahui pengaruh perlakuan yang berbeda diuji lebih lanjut dengan uji jarak berganda Duncan atau Duncan's Multiple Range Test


(35)

22

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Tinggi Tanaman

Hasil penelitian menunjukan berbagai kadar lengas tanah pada stadia pertumbuhan yang berbeda memberikan pengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman (Lampiran 12.a). Rerata tinggi tanaman pada berbagai kadar lengas tanah

pada stadia pertumbuhan yang berbeda disajikan pada tabel 2.

Tabel 1. Rerata tinggi tanaman pada berbagai kadar lengas tanah pada akhir stadia pertumbuhan vegetatif (5 mst), akhir stadia pembungaan (6 mst) dan akhir stadia pengisian polong (8 mst)

Perlakuan Tinggi Tanaman (cm)

5 mst 6 mst 8 mst KLT 100% air tersedia pada stadia vegetatif 47,22 a 47,39 a 47,44 a KLT 75% air tersedia pada stadia vegetatif 47,64 a 47,70 a 47,73 a KLT 50% air tersedia pada stadia vegetatif 43,78 a 46,29 a 46,33 a KLT 25% air tersedia pada stadia vegetatif 37,89 a 42,04 a 42,16 a KLT 100% air tersedia pada stadia pembungaan 49,18 a 49,18 a 49,21 a KLT 75% air tersedia pada stadia pembungaan 49,26 a 49,27 a 49,29 a KLT 50% air tersedia pada stadia pembungaan 46,83 a 46,89 a 46,92 a KLT 25% air tersedia pada stadia pembungaan 46,84 a 48,16 a 48,21 a KLT 100% air tersedia pada stadia pengisian polong 54,46 a 54,46 a 54,51 a KLT 75% air tersedia pada stadia pengisian polong 46,17 a 46,19 a 46,20 a KLT 50% air tersedia pada stadia pengisian polong 44,39 a 47,48 a 47,53 a KLT 25% air tersedia pada stadia pengisian polong 43,94 a 44,28 a 44,33 a Ket: angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasar sidik

ragam pada taraf kesalahan 5%. KLT = kadar lengas tanah, mst= minggu setelah tanam

Kadar lengas tanah pada stadia pertumbuhan kacang tunggak menunjukan pengaruh yang sama terhadap tinggi tanaman, diduga dengan perlakuan pada kadar lengas tanah 100%, 75%, 50% dan 25% air tesedia, proses metabolisme tanaman yang tercermin pada tinggi tanaman kacang tunggak tidak terpengaruh karena tanaman kacang tunggak memiliki karakter yang tahan


(36)

akan kekeringan. Selain itu, karakter tanaman kacang tunggak yang tahan terhadap kekeringan menyebabkan tanaman kacang tunggak lebih lama sampai pada tingkat kelayuan sehingga tinggi tanaman masih bisa maksimal sampai akhir stadia vegetatif. Perlakuan kadar lengas tanah 100%, 75%, 50% dan 25% air tersedia belum mencapai pada kadar air minimum untuk tanaman kacang tunggak yang dapat dicerminkan dengan pertumbuhan vegetatif berupa tinggi tanaman yang tidak terhambat.

Tanaman kacang tunggak pada kadar lengas tanah 100%, 75%, 50% dan 25% air tersedia, tanaman dapat menyerap unsur hara secara optimal dan proses fotosistesis berjalan dengan lancar sehingga dapat meningkatkan tinggi tanaman. Hal ini sejalan dengan pernyataan Basri (1996) menyatakan bahwa adanya air yang cukup berarti lebih banyak tersedia unsur hara dalam larutan tanah. Dengan adanya air yang cukup selama pertumbuhan tanaman, maka proses penyerapan unsur hara dan laju fotosintesis lancar, sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman (Evita, 2012). Selain itu, menurut Goldworthy dan Fisher (1992) pembagian asmilat pada fase vegetatif diarahkan ke batang, sehingga menunjang pertumbuhan tanaman, selain itu diarahkan ke daun dan akar.

Rerata peningkatan tinggi tanaman kacang tunggak dari minggu ke 1 setelah tanam sampai minggu ke 8 setelah tanam disajikan pada gambar 1. Gambar 1 menunjukan rerata tinggi tanaman kacang tunggak dari minggu ke 1 sampai minggu ke 5 setelah tanam mengalami kenaikan tinggi tanaman dan mulai minggu ke 5 setalah tanam sampai minggu ke 8 setelah tanam tinggi tanaman


(37)

hampir tidak mengalami kenaikan berarti. Tinggi tanaman pada minggu ke 4 terlihat adanya perbedaan yang sangat jauh antara perlakuaan dengan kadar lengas tanah 100% air tersedia pada stadia pengisian polong yang mencapai 50 cm dan 25% air tersedia pada stadia vegetatif yang mencapai 23 cm. Hal ini karena pada minggu ke 4 tanaman kacang tunggak sudah mulai memasuki akhir stadia vegetatif sehingga ketersediaan air bagi tanaman sudah berdampak pada tinggi tanaman.

Gambar 1. Rerata tinggi tanaman Ket:

A = KLT 100% air tersedia stadia vegetatif, B = KLT 75% air tersedia stadia vegetatif, C = KLT 50% air tersedia stadia vegetatif, D = KLT 25% air tersedia stadia vegetatif, E = KLT 100% air tersedia stadia pembungaan, F = KLT 75% air tersedia stadia pembungaan, G = KLT 50% air tersedia stadia pembungaan, H = KLT 25% air tersedia stadia pembungaan, I = KLT 100% air tersedia stadia pengisian polong, J = KLT 75% air tersedia stadia pengisian polong, K = KLT 50% air tersedia stadia pengisian polong, L = KLT 25% air tersedia pada stadia pengisian polong

Pada minggu ke 5 tanaman memasuki stadia pembungaan. Tanaman kacang tunggak termasuk tanaman determinate yakni tanaman yang masa vegetatifnya akan terhenti atau mengalami stagnasi ketika tanaman tersebut memasuki perkembangan generatifnya, biasanya ditandai dengan munculnya

0 10 20 30 40 50 60

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

tingg i tanam an (c m ) minggu ke A B C D E F G H I J K L


(38)

bunga. Tanaman kacang tunggak yang memiliki tinggi tanaman tertinggi di akhir stadia vegetatif adalah tanaman dengan perlakuan kadar lengas tanah 100% air tersedia pada stadia pengisian polong dan tinggi tanaman terendah adalah tanaman dengan perlakuan kadar lengas tanah 25% air tersedia pada stadia vegetatif.

B. Diameter Batang

Hasil penelitian menunjukan berbagai kadar lengas tanah pada stadia pertumbuhan yang berbeda memberikan pengaruh tidak nyata terhadap diameter batang (Lampiran 12.b). Rerata diameter batang pada berbagai kadar lengas tanah pada stadia pertumbuhan yang berbeda disajikan pada tabel 3.

Tabel 2. Rerata diameter batang pada berbagai kadar lengas tanah pada akhir stadia vegetatif (5 mst), akhir stadia pembungaan (6 mst), dan akhir stadia pengisian polong (8 mst)

Perlakuan Diameter Batang (cm)

5 mst 6 mst 8 mst KLT 100% air tersedia pada stadia vegetatif 0,3767 a 0,3833 a 0,3900 a KLT 75% air tersedia pada stadia vegetatif 0,3633 a 0,3700 a 0,3700 a KLT 50% air tersedia pada stadia vegetatif 0,3800 a 0,3900 a 0,3933 a KLT 25% air tersedia pada stadia vegetatif 0,3033 a 0,3167 a 0,3200 a KLT 100% air tersedia pada stadia pembungaan 0,5067 a 0,5067 a 0,5067 a KLT 75% air tersedia pada stadia pembungaan 0,3633 a 0,3233 a 0,3300 a KLT 50% air tersedia pada stadia pembungaan 0,4867 a 0,4900 a 0,4900 a KLT 25% air tersedia pada stadia pembungaan 0,3300 a 0,3433 a 0,3500 a KLT 100% air tersedia pada stadia pengisian polong 0,5133 a 0,5200 a 0,5233 a KLT 75% air tersedia pada stadia pengisian polong 0,3467 a 0,3267 a 0,3300 a KLT 50% air tersedia pada stadia pengisian polong 0,3867 a 0,3967 a 0,3967 a KLT 25% air tersedia pada stadia pengisian polong 0,4500 a 0,4567 a 0,4600 a

Ket: angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasar sidik ragam pada taraf kesalahan 5%. KLT = kadar lengas tanah, mst= minggu setelah tanam

Tanaman kacang tunggak dapat menyerap unsur hara secara optimal dan proses fotosistesis berjalan dengan lancar dengan perlakuan kadar lengas tanah


(39)

100%, 75%, 50% dan 25% air tesedia sehingga dapat meningkatkan diameter batang. Kandungan air dalam sel tanaman yang semakin banyak menyebabkan tanaman semakin mudah mengalami pembelahan yang menyebabkan diameter batang semakin besar. Pada tahap pertumbuhan vegetatif, air digunakan oleh tanaman untuk pembelahan dan pembesaran sel yang terwujud dalam pertambahan tinggi tanaman, pembesaran diameter, perbanyakan daun dan pertumbuhan akar (Kremer, 1969 dalam Jafar dkk, 2012). Selain itu, Sumani (2010) dalam Purba dkk. (2014) yang menyatakan bahwa air adalah esensil untuk menjaga turgiditas diantaranya dalam pembesaran sel, pembukaan stomata, dan menyangga bentuk (morfologi) daun, daun muda, atau struktur lainnya yang berlignin.

Pada akhir stadia pembungaan dan akhir stadia pengisian polong, pengaruh perlakuan tidak berbeda nyata. Hal ini karena setelah memasuki stadia pembungaan dan pengisian polong, hasil asimilat tidak lagi digunakan untuk proses pertumbuhan organ vegetatif seperti penambahan diameter batang melainkan digunakan untuk pertumbuhan organ generatif seperti pembentukan bungan dan biji.

Tanaman kacang tunggak menunjukan peningkatan diameter batang dari minggu ke-1 setelah tanam sampai minggu ke-5 setelah tanam, namun mengalami stagnasi dari minggu ke-5 sampai minggu ke-8 setelah tanam. Hal ini karena minggu ke-5 tanaman kacang tunggak telah memasuki stadia pembungaan. Tanaman kacang tunggak termasuk tanaman determinate yakni tanaman yang masa vegetatifnya akan terhenti atau mengalami stagnasi ketika tanaman tersebut


(40)

memasuki perkembangan generatifnya, biasanya ditandai dengan munculnya bunga. Rerata peningkatan tinggi tanaman kacang tunggak dari minggu ke-1 setelah tanam sampai minggu ke-8 setelah tanam disajikan pada gambar 2.

Gambar 2. Rerata Diameter Batang Ket:

A = KLT 100% air tersedia stadia vegetatif, B = KLT 75% air tersedia stadia vegetatif, C = KLT 50% air tersedia stadia vegetatif, D = KLT 25% air tersedia stadia vegetatif, E = KLT 100% air tersedia stadia pembungaan, F = KLT 75% air tersedia stadia pembungaan, G = KLT 50% air tersedia stadia pembungaan, H = KLT 25% air tersedia stadia pembungaan, I = KLT 100% air tersedia stadia pengisian polong, J = KLT 75% air tersedia stadia pengisian polong, K = KLT 50% air tersedia stadia pengisian polong, L = KLT 25% air tersedia pada stadia pengisian polong

C. Jumlah Daun

Hasil penelitian menunjukan berbagai kadar lengas tanah pada stadia pertumbuhan yang berbeda memberikan pengaruh tidak nyata terhadap jumlah (Lampiran 12.c). Rerata jumlah daun pada berbagai kadar lengas tanah pada stadia pertumbuhan yang berbeda disajikan pada tabel 4 . Selama stadia vegetatif, air tersedia di sekitar perakaran dapat dimanfaatkan optimal oleh tanaman kacang

0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

d iam ete r b at an g (c m ) minggu ke A B C D E F G H I J K L


(41)

tunggak untuk proses fotosintesis sehingga asimilat yang dihasilkan digunakan tanaman untuk menambah jumlah daun.

Tabel 3. Rerata jumlah daun pada berbagai kadar lengas tanah pada akhir stadia pertumbuhan vegetatif (5 mst), akhir stadia pembungaan (6 mst) dan akhir stadia pengisian polong (8 mst)

Perlakuan Jumlah Daun (helai)

5 mst 6 mst 8 mst KLT 100% air tersedia pada stadia vegetatif 29,11 a 24,11 a 15,11 a KLT 75% air tersedia pada stadia vegetatif 25,11 a 23,22 a 14,56 a KLT 50% air tersedia pada stadia vegetatif 23,56 a 22,44 a 14,33 a KLT 25% air tersedia pada stadia vegetatif 23,44 a 21,89 a 12,33 a KLT 100% air tersedia pada stadia pembungaan 26,89 a 24,67 a 20,44 a KLT 75% air tersedia pada stadia pembungaan 25,78 a 24,33 a 19,00 a KLT 50% air tersedia pada stadia pembungaan 26,44 a 23,67 a 16,00 a KLT 25% air tersedia pada stadia pembungaan 27,11 a 21,00 a 13,67 a KLT 100% air tersedia pada stadia pengisian polong 26,56 a 23,44 a 14,22 a KLT 75% air tersedia pada stadia pengisian polong 26,78 a 24,33 a 12,22 a KLT 50% air tersedia pada stadia pengisian polong 25,44 a 22,00 a 9,67 a KLT 25% air tersedia pada stadia pengisian polong 28,67 a 27,67 a 8,11 a Ket: angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasar sidik

ragam pada taraf kesalahan 5%. KLT = kadar lengas tanah, mst= minggu setelah tanam

Pada akhir stadia pembungaan dan akhir stadia pengisian polong, pengaruh perlakuan juga sama. Hal ini diduga selama stadia pembungaan dan stadia pengisian polong, hasil asimilat sebagian besar digunakan untuk pembentukan bunga dan pembentukan biji sehingga organ vegetatif seperti daun tidak lagi memperbanyak jumlahnya. Soemartono (1990) dalam Jafar dkk. (2012), menyatakan bahwa air sangat dibutuhkan oleh tanaman dalam semua proses fisiologis tanaman termasuk pembelahan sel dan proses pembentukan daun. Bagi tanaman air berfungsi sebagai pelarut, yaitu untuk melarutkan unsur – unsur hara yang diberikan maupun yang tersedia di dalam tanah, yang selanjutnya


(42)

digunakan untuk proses fotosintesis. Dengan cukupnya ketersediaan hara, maka fotosintesis berlangsung dengan baik dan fotosintat yang dihasilkan juga banyak dan diantara fotosintat tersebut selanjutnya digunakan untuk pembentukan daun.

Rerata jumlah daun dari minggu ke-1 setelah tanam sampai minggu ke-8 setelah tanam disajikan pada gambar 3 .

Gambar 3. Rerata Jumlah Daun Ket:

A = KLT 100% air tersedia stadia vegetatif, B = KLT 75% air tersedia stadia vegetatif, C = KLT 50% air tersedia stadia vegetatif, D = KLT 25% air tersedia stadia vegetatif, E = KLT 100% air tersedia stadia pembungaan, F = KLT 75% air tersedia stadia pembungaan, G = KLT 50% air tersedia stadia pembungaan, H = KLT 25% air tersedia stadia pembungaan, I = KLT 100% air tersedia stadia pengisian polong, J = KLT 75% air tersedia stadia pengisian polong, K = KLT 50% air tersedia stadia pengisian polong, L = KLT 25% air tersedia pada stadia pengisian polong

Jumlah daun pada tanaman kacang tunggak mengalami kenaikan selama stadia vegetatif yakni dari minggu ke-1 sampai minggu ke-5 setelah tanam kemudian dari minggu ke5 sampai minggu ke-8 setelah tanam kacang tunggak tanaman mengalami pengurangan jumlah daun. Terjadinya pengurangan jumlah daun diduga karena terjadi penuaan pada tanaman kacang tunggak. Gardner et. al.

0 5 10 15 20 25 30 35

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

h elai minggu ke A B C D E F G H I J K L


(43)

(1991) juga menyebutkan jumlah daun mencapai puncaknya dan kemudian tetap konstan sampai mulai terjadi proses penuaan umum. Setelah daun menjadi dewasa dan mulai menua, daun itu mungkin gagal memenuhi kebutuhan energinya sendiri karena usia atau penaungan atau kedua-duanya. Dalam kondisi seperti ini daun tidak mengekspor atau mengimpor hasil asimilasi. Sebagai gantinya, kebutuhan pemeliharaan sel (respirasi) seringkali sangat berkurang, sekedar memungkinkan daun itu tetap lestari. Sebelum mati, banyak senyawa anorganik maupun organik dalam daun dimobilisasi kembali dan ditranslokasikan ke bagian tanaman yang lain.

Pada akhir stadia vegetatif (5 mst), tanaman kacang tunggak yang memiliki jumlah daun paling banyak adalah kacang tunggak dengan perlakuan kadar lengas tanah 100% air tersedia pada stadia vegetatif, ini dikarenakan sepanjang masa pertumbuhan vegetatif, hasil asimilasi sebagian besar digunakan untuk membentuk daun baru. Terpenuhinya kebutuhan air tanaman menyebabkan tanaman dapat berfotosintesis secara optimal sehingga hasil fotosistesis dapat digunkan untuk menambah jumlah daun. Jumlah daun paling sedikit adalah kacang tunggak dengan perlakuan 25% air tersedia pada stadia vegetatif, ini dikarenakan terbatasnya air yang dapat digunakan untuk proses fotosintesis sehingga hasil akhir dari fotosintesis untuk membentuk daun baru tidak sebanyak pada kacang tunggak dengan kadar lengas tanah 100% air tersedia.

D. Luas Daun

Hasil penelitian menunjukan berbagai kadar lengas tanah pada stadia pertumbuhan yang berbeda memberikan pengaruh tidak nyata terhadap luas daun


(44)

(Lampiran 12.d). Rerata luas daun pada berbagai kadar lengas tanah pada stadia pertumbuhan yang berbeda disajikan pada tabel 5.

Tabel 4. Rerata luas daun pada berbagai kadar lengas tanah pada akhir stadia pertumbuhan vegetatif (5 mst), akhir stadia pembungaan (6 mst) dan akhir stadia pengisian polong (8 mst)

Perlakuan Luas Daun (cm

2 ) 5 mst 6 mst 8 mst KLT 100% air tersedia pada stadia vegetatif 1528,3 a 1296,3 a 980,0 a KLT 75% air tersedia pada stadia vegetatif 1195,3 a 1099,0 a 982,3 a KLT 50% air tersedia pada stadia vegetatif 1120,0 a 1069,7 a 969,3 a KLT 25% air tersedia pada stadia vegetatif 1082,7 a 1045,0 a 727,7 a KLT 100% air tersedia pada stadia pembungaan 2171,3 a 1883,7 a 1694,7 a KLT 75% air tersedia pada stadia pembungaan 1436,3 a 1289,3 a 893,7 a KLT 50% air tersedia pada stadia pembungaan 1702,7 a 809,3 a 777,7 a KLT 25% air tersedia pada stadia pembungaan 1459,0 a 751,0 a 640,7 a KLT 100% air tersedia pada stadia pengisian polong 1648,0 a 1616,7 a 1041,7 a KLT 75% air tersedia pada stadia pengisian polong 1299,3 a 1113,0 a 754,3 a KLT 50% air tersedia pada stadia pengisian polong 1322,7 a 1154,7 a 721,7 a KLT 25% air tersedia pada stadia pengisian polong 1341,3 a 1323,3 a 542,7 a Ket: angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasar sidik

ragam pada taraf kesalahan 5%. KLT = kadar lengas tanah, mst= minggu setelah tanam

Selama stadia vegetatif, perlakuan kadar lengas tanah dengan kadar lengas tanah 75%, 50% dan 25% air tersedia pada stadia vegetatif memilki luas daun yang cenderung lebih kecil dibandingkan dengan perlakuan lain, tetapi karena tingkat ketahanan tanaman kacang tunggak terhadap kadar lengas tanah menyebabkan tanaman kacang tunggak tetap bisa mempertahankan turgiditas sel-sel tanaman sehingga tanaman kacang tunggak dapat melakukan pembelahan sel-sel daun yang terlihat pada luas daun tanaman kacang tunggak yang tidak berbeda nyata.


(45)

Pada akhir stadia pembungaan dan akhir stadia pengisian polong, perlakuan kadar lengas tanah menyebabkan luas daun tanaman kacang tunggak tidak berbeda nyata. Hal ini karena tanaman kacang tunggak sudah tidak lagi memperbesar luas daun karena hasil asimilat dialihkan untuk perkembangan organ generatif dan terjadinya pengurangan jumlah daun yang menyebabkan luas daun juga berkurang.

Pada akhir stadia pembungaan (6 mst) dan akhir stadia pengisian polong (8 mst) rerata luas daun mengalami penurunan. Rerata peningkatan dan penurunan luas daun dari minggu ke 1 setelah tanam sampai minggu ke 8 setelah tanam disajikan pada gambar 4.

Gambar 4. Rerata Luas Daun Ket:

A = KLT 100% air tersedia stadia vegetatif, B = KLT 75% air tersedia stadia vegetatif, C = KLT 50% air tersedia stadia vegetatif, D = KLT 25% air tersedia stadia vegetatif, E = KLT 100% air tersedia stadia pembungaan, F = KLT 75% air tersedia stadia pembungaan, G = KLT 50% air tersedia stadia pembungaan, H = KLT 25% air tersedia stadia pembungaan, I = KLT 100% air tersedia stadia pengisian polong, J = KLT 75% air tersedia stadia pengisian polong, K = KLT 50% air tersedia stadia pengisian polong, L = KLT 25% air tersedia pada stadia pengisian polong 0 500 1000 1500 2000 2500

5 6 7 8

L u as Daun ( cm 2) Minggu ke A B C D E F G H I J K L


(46)

Pada gambar 4, penurunan luas daun diduga karena jumlah daun yang menurun akibat penuaan dan ketersediaan air yang berubah ubah dari setiap stadia membuat turgiditas sel daun menurun yang mengakibatkan luas daun juga menurun. Menurut Goldsworty dan Fisher (1992), penuaan daun adalah suatu kejadian progresif dan terprogram secara genetik yang sering kali berkaitan dengan translokasi zat hara mineral yang sebelumnya diasimilasikan dalam daun ke dalam buah buah dan biji biji yang sedang berkembang. Selain itu, ketersediaan air yang berubah ubah menyebabkan turgiditas sel daun mengalami penurunan dan menyebabkan luas daun menurun.

Barlow dan Boersma (1976) mengatakan bahwa kepekaan penurunan luas daun terhadap kondisi kadar lengas tanah terjadi karena penurunan tekanan turgor sel daun akibat terjadinya penurunan kadar air daun. Hal ini apabila berlanjut akan menghambat penyerapan CO2 oleh stomata, sehingga mengakibatkan laju fotosintesis menjadi turun. (Efendi, 2008). Tanaman kacang tunggak yang mengalami kenaikan luas daun pada minggu ke-8 diduga karena ada sebagian daun yang masih mengalami pembelahan sel.

Pada akhir stadia vegetatif, tanaman kacang tunggak yang memilki luas daun tertinggi adalah tanaman dengan kadar lengas tanah 100% air tersedia pada stadia pembungaan dan luas daun terendah adalah tanaman dengan kadar lengas tanah 25% air tersedia pada stadia vegetatif. Tanaman yang menderita cekaman air secara umum mempunyai ukuran daun yang lebih kecil dibandingkan dengan tanaman yang tumbuh normal. Kekurangan air mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman secara langsung. Berkurangnya pasokan air menyebabkan


(47)

turgiditas sel-sel tanaman menurun bahkan hilang. Hilangnya turgiditas akan menghentikan pertumbuhan sel (penggandaan dan pembesaran) dan mengakibatkan terhambatnya penambahan luas daun. Hal ini dapat diartikan bahwa pertumbuhan tanaman sengat peka terhadap defisit (cekaman) air karena dapat menghentikan pembelahan sel dan mengakibatkan tanaman lebih kecil. pengaruh cekaman kekurangan air pada pertumbuhan tanaman dicerminkan oleh daun-daun yang lebih kecil (Nugraha dkk., 2013).

E. Umur Berbunga

Hasil penelitian menunjukan berbagai kadar lengas tanah pada stadia pertumbuhan yang berbeda memberikan pengaruh nyata terhadap umur bebunga tanaman kacang tunggak (Lampiran 12.e). Rerata umur berbunga tanaman kacang tunggak disajikan pada tabel 6.

Umur berbunga pada perlakuan kadar lengas tanah 25% air tersedia pada stadia vegetatif nyata lebih cepat dibanding perlakuan lain dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan kadar lengas tanah 50% air tersedia pada stadia vegetatif. Hal ini diduga karena kekurangan air pada tanaman menyebabkan tanaman berbunga lebih cepat. Tanaman yang kekurangan air akan memproduksi hormone ABA yang tinggi. Hal ini sejalan dengan pernyataan Prawiranata, Harran dan Tjondronegoro (1994) dalam Evita (2012), kenaikan konsentrasi hormon ABA menyebabakan sel-sel penjaga kehilanganair dan stomata mulai menutup, dengan menutupnya stomata laju transpirasi berkurang dan tanaman dapat menghemat air yang ada di dalam tubuhnya, sehingga tanaman dapat mempertahankan hidupnya.


(48)

Tabel 5. Rerata Umur Berbunga

Perlakuan Umur Berbunga

(hst) KLT 100% air tersedia pada stadia vegetatif 38,00 a KLT 75% air tersedia pada stadia vegetatif 39,67 a KLT 50% air tersedia pada stadia vegetatif 37,33 ab KLT 25% air tersedia pada stadia vegetatif 35,33 b KLT 100% air tersedia pada stadia pembungaan 39,33 a KLT 75% air tersedia pada stadia pembungaan 39,33 a KLT 50% air tersedia pada stadia pembungaan 39,67 a KLT 25% air tersedia pada stadia pembungaan 39,00 a KLT 100% air tersedia pada stadia pengisian polong 39,33 a KLT 75% air tersedia pada stadia pengisian polong 38,67 a KLT 50% air tersedia pada stadia pengisian polong 39,67 a KLT 25% air tersedia pada stadia pengisian polong 39,00 a Ket: angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasar

DMRT pada taraf kesalahan 5%. KLT = kadar lengas tanah, mst= minggu setelah tanam

Selanjutnya dengan konsentrasi hormon ABA yang tinggi akan menghambat aktivitas auksin dan sitokinin sehingga pertumbuhan vegetatif akan terhambat. Dengan demikian hasil fotosintesis tidak dapat digunakan untuk perkembangan vegetatif, oleh sebab itu penggunaannya diarahkan untuk perkembangan organ-organ reproduktif seperti pembentukan bunga.

F. Bobot Segar Tajuk

Hasil penelitian menunjukan berbagai kadar lengas tanah pada stadia pertumbuhan yang berbeda memberikan pengaruh tidak nyata terhadap bobot segar tajuk (Lampiran 12.f). Rerata bobot segar tajuk pada berbagai kadar lengas tanah pada stadia pertumbuhan yang berbeda disajikan pada tabel 7.


(49)

Tabel 6. Rerata bobot segar tajuk pada berbagai kadar lengas tanah pada akhir stadia pertumbuhan vegetatif (5 mst), akhir stadia pembungaan (6 mst) dan akhir stadia pengisian polong (8 mst)

Perlakuan Bobot Segar Tajuk (gram)

5 mst 6 mst 8 mst KLT 100% air tersedia pada stadia vegetatif 79,63 a 59,58 a 52,14 a KLT 75% air tersedia pada stadia vegetatif 50,34 a 45,65 a 43,71 a KLT 50% air tersedia pada stadia vegetatif 48,10 a 46,96 a 39,00 a KLT 25% air tersedia pada stadia vegetatif 41,68 a 40,57 a 36,92 a KLT 100% air tersedia pada stadia pembungaan 97,35 a 91,28 a 77,08 a KLT 75% air tersedia pada stadia pembungaan 50,45 a 41,00 a 39,97 a KLT 50% air tersedia pada stadia pembungaan 74,54 a 69,77 a 40,89 a KLT 25% air tersedia pada stadia pembungaan 50,91 a 45,18 a 34,93 a KLT 100% air tersedia pada stadia pengisian polong 74,09 a 70,29 a 66,20 a KLT 75% air tersedia pada stadia pengisian polong 70,04 a 63,20 a 47,13 a KLT 50% air tersedia pada stadia pengisian polong 61,95 a 53,67 a 47,92 a KLT 25% air tersedia pada stadia pengisian polong 56,80 a 46,32 a 34,67 a Ket: angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasar sidik

ragam pada taraf kesalahan 5%. KLT = kadar lengas tanah, mst= minggu setelah tanam

Bobot segar tajuk pada setiap stadia pertumbuhan tanaman kacang tunggak tidak berbeda nyata karena tanaman kacang tunggak memilki ketahan terhadap kadar lengas tanah, hal ini menyebabkan air yang tersedia dapat dimanfaatkan tanaman kacang tunggak untuk pertumbuhan dan perkembangan. Selama stadia pembungaan dan pengisian polong air banyak ditranslokasikan untuk pembentukan bunga dan pengisian polong sehingga tidak berpengaruh terhadap bobot tajuk. Air tersedia menyebabkan protoplasma sel tanaman mengandung air yang lebih banyak sehingga dengan tersedianya air pada protoplasma akan membantu pertumbuhan dan perkembangan sel serta membentuk jaringan yang aktif membelah. Hal ini sesuai dengan Sumani (2010) dalam Ichsan dkk. (2014) yang menyatakan air merupakan bagian esensial bagi protoplasma dan membentuk 80-90% bobot segar jaringan tumbuh aktif.


(50)

G. Bobot Kering Tajuk

Hasil penelitian menunjukan berbagai kadar lengas tanah pada stadia pertumbuhan yang berbeda memberikan pengaruh tidak nyata terhadap bobot kering tajuk pada akhir (Lampiran 13.g). Rerata bobot kering tajuk pada berbagai kadar lengas tanah pada stadia pertumbuhan yang berbeda disajikan pada tabel 8.

Tabel 7. Rerata bobot kering tajuk pada berbagai kadar lengas tanah pada akhir stadia pertumbuhan vegetatif (5 mst), akhir stadia pembungaan (6 mst) dan akhir stadia pengisian polong (8 mst)

Perlakuan Bobot Kering Tajuk (gram) 5 mst 6 mst 8 mst KLT 100% air tersedia pada stadia vegetatif 10,87 a 10,84 a 8,02 a KLT 75% air tersedia pada stadia vegetatif 7,87 a 7,26 a 7,68 a KLT 50% air tersedia pada stadia vegetatif 7,87 a 6,20 a 5,52 a KLT 25% air tersedia pada stadia vegetatif 6,62 a 6,62 a 5,72 a KLT 100% air tersedia pada stadia pembungaan 13,73 a 13,71 a 12,55 a KLT 75% air tersedia pada stadia pembungaan 8,04 a 7,27 a 6,77 a KLT 50% air tersedia pada stadia pembungaan 12,70 a 6,73 a 6,03 a KLT 25% air tersedia pada stadia pembungaan 10,55 a 5,16 a 5,06 a KLT 100% air tersedia pada stadia pengisian polong 11,29 a 11,20 a 8,86 a KLT 75% air tersedia pada stadia pengisian polong 8,48 a 8,36 a 6,26 a KLT 50% air tersedia pada stadia pengisian polong 9,78 a 7,32 a 5,80 a KLT 25% air tersedia pada stadia pengisian polong 8,17 a 7,71 a 5,61 a Ket: angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasar sidik ragam pada taraf kesalahan 5%. KLT = kadar lengas tanah, mst= minggu setelah tanam

Bobot kering tanaman mencerminkan pola tanaman mengakumulasikan produk dari proses fotosintesis dan merupakan integrasi dengan faktor-faktor lingkungan lainnya. Bobot kering tanaman yang berupa biomassa total, dipandang sebagai manifestasi proses-proses metabolisme yang terjadi di dalam tubuh tumbuhan. Biomassa tumbuhan meliputi hasil fotosintesis, serapan unsur hara dan


(1)

pengisian polong akan menyebabkan sedikit biji yang terbentuk, biji yang dihasilkan kecil

kecil sehingga bobot dari biji berkurang.

Kadar lengas tanah 25% air tersedia pada stadia vegetatif, kadar lengas tanah 75%,

50%, 25% air tersedia pada stadia pembungaan, kadar lengas tanah 50%, 25% air tersedia

pada stadia pengisian polong cenderung menurunkan hasil tanaman kacang tunggak

dibandingkan dengan tanaman kacang tunggak pada kadar lengas tanah 100% air tersedia

pada semua stadia. Berdasar kecendrungan penurunan hasil tersebut, tanaman kacang

tunggak diupayakan harus berada pada kadar lengas tanah air tersdia diatas 25% selama

stadia vegetatif dan kadar lengas tanah air tersedia diatas 75% selama stadia pembungaan

dan pengisian polong. Hal ini juga diungkapkan oleh Adisarwanto dkk. (1998) bahwa

tanaman kacang tunggak walaupun tidak banyak memerlukan air akan tetapi diupayakan agar

pada periode pembungaan atau pembentukan biji tidak mengalami cekaman kekeringan yang

berkepanjangan.

KESIMPULAN

1.

Kadar lengas tanah pada berbagai stadia pertumbuhan tidak berpengaruh nyata terhadap

karakter fisio-morfologi tanaman kacang tunggak, kecuali pada umur berbunga dan laju

pertumbuhan relatif pada stadia vegetatif. Kadar lengas tanah 25% air tersedia pada

stadia vegetatif nyata mempercepat umur berbunga dan menurunkan laju pertumbuhan

relatif tanaman kacang tunggak.

2.

Tanaman kacang tunggak tahan terhadap kadar lengas tanah sampai kadar lengas 25% air

tersedia pada berbagai stadia pertumbuhan.

DAFTAR PUSTAKA

Adisarwanto, T., Riwanodja dan Suhartina. 1998. Budidaya Tanaman Kacang Tunggak. BALITKABI. Malang: 73-83

Andrianto, T. T. dan N. Indarto. 2004. Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Absolut. Yogyakarta: 123 hal

Batlolone, V. 2014. Mendagri Pastikan Jumlah Penduduk 254 Juta Data jumlah penduduk ini sudah dilengkapi data statistik. http://sinarharapan.co/news/read/140916057/mendagri-pastikan-jumlah-penduduk-254-juta-span-span-. Diakses tanggal 28 Mei 2015

Evita. 2012. Pertumbuhan Dan Hasil Kacang Tanah (Arachis Hypogaea L.) Pada Perbedaan

Tingkatan Kandungan Air.

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=11723&val=860. Diakses tanggal 22 April 2016.

Gardner, F. P., R. B. Pearce dan R. L. Mitchell. 1991. Physiology of Crop Plants. Trj. Susilo, Herawati. Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta. 428 ha

Gómez, C. 2004. COWPEA: Post Harvest Operations.

http://www.fao.org/fileadmin/user_upload/inpho/docs/Post_Harvest_Compendium_-_Cowpeas.pdf. Diakses tanggal 10 Mei 2015

Jafar, S. H., A, Thomas, J. I. Kalangi dan M. T. Lasut. 2012. Pengaruh Frekuensi Pemberian Air Terhadap Pertumbuhan Bibit Jabon Merah (Anthocephalus macrophyllus (Roxb.) Havil). http://download.portalgaruda.org/article.php?article=80925&val=1027. Diakses tanggal 29 April 2016.

Jasminarni. 2008. Pengaruh Jumlah Pemberian Air Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Selada (Lactuca sativa L) Di Polybag. Jurnal Agronomi Vol. 12 No. 1, Januari - Juni 2008. http://download.portalgaruda.org/article.php?article=11990&val=876. Diakses tanggal 29 Mei 2016

Kompas. 2014. 86 Kabupaten Kota di Indonesia Kekeringan

http://regional.kompas.com/read/2014/09/17/22552601/86.Kabupaten.Kota.di.Indonesia.Ke keringan. Diakses tanggal 7 Mei 2015


(2)

Nugraha, Y.S., T. Sumarni dan R. Sulistyono. 2014. Pengaruh Interval Waktu Dan Tingkat Pemberian Air Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine Max (L) Merril.). Jurnal Produksi Tanaman, Volume 2, Nomor 7, November 2014, Hlm. 552-559. https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8 &ved=0ahUKEwjO3eXAp5POAhVKqo8KHf7oAiUQFggeMA&url=http%3A%2F%2Fprot an.studentjournal.ub.ac.id%2Findex.php%2Fprotan%2Farticle%2Fdownload%2F143%2F13 9&usg=AFQjCNEc2lg6Y1JSlAWVLEeIzzV2KT3O4A&sig2=5CCSSPR7lY3RGURVHbet EQ. Diakses tanggal 29 April 2016

Purba, I. D., Irsal dan J Ginting. 2014. Tanggap Pertumbuhan Vegetatif Bibit Kakao (Theobroma Cacao L.) Dengan Pemberian Vermikompos Dan Air Pada Berbagai Kapasitas Lapang. Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597 Vol.2, No.2 : 561- 576. http://download.portalgaruda.org/article.php?article=294037&val=4122&title=Respon%20P ertumbuhan%20Bibit%20Kakao%20(Theobroma%20cacao%20L.)%20terhadapPemberian %20Pupuk%20Guano%20dan%20KCl. Diakses tanggal 22 April 2016

Sari, F.C.W. 2008. Analisis Pertumbuhan Ubi Jalar (Ipomoea Batatas L.) Dan Tanaman Nanas

(Ananas Comosus (L.) Merr) Dalam Sistem Tumpangsari.

https://core.ac.uk/download/files/478/12349492.pdf. Diakses tanggal 29 April 2016. Wahyunto dan Rizantus. 2010. Wilayah Potensial Lahan Kering Untuk Mendukung Pemenuhan

Kebutuhan Pangan di Indonesia. http://www.litbang.pertanian.go.id/buku/Lahan-Kering-Ketahan/BAB-V-2.pdf. Diakses tanggal 31 Mei 2015

Waris, G. 2015. Kebutuhan Pangan Nasional Meningkat di Atas 1,35% per Tahun.

http://berita2bahasa.com/berita/08/07191102-quot-kebutuhan-pangannasionalmeningkatdiatas135pertahunquot#sthash.8tTVZEcS.dpuf. Diakses tanggal 28 Mei 2015


(3)

Lampiran 1. Tabel Rerata Tinggi Tanaman, Diameter Batang, Jumlah Daun dan Luas Daun pada berbagai tingkat kekeringan pada akhir stadia

pertumbuhan vegetatif (5 mst), akhir stadia pembungaan (6 mst) dan akhir stadia pengisian polong (8 mst)

Ket: angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut sidik ragam pada taraf kesalahan 5%. KL = kadar lengas, mst=

minggu setelah tanam

Perlakuan Tinggi Tanaman (cm) Diameter Batang (cm) Jumlah Daun (helai) Luas Daun cm2)

5 mst 6 mst 8 mst 5 mst 6 mst 8 mst 5 mst 6 mst 8 mst 5 mst 6 mst 8 mst

KL 100% air tersedia pada

stadia vegetatif 47,22 a 47,39 a 47,44 a 0,3767 a 0,3833 a 0,3900 a 29,11 a 24,11 a 15,11 a 1528,3 a 1296,3 a 980,0 a KL 75% air tersedia pada

stadia vegetatif 47,64 a 47,70 a 47,73 a 0,3633 a 0,3700 a 0,3700 a 25,11 a 23,22 a 14,56 a 1195,3 a 1099,0 a 982,3 a KL 50% air tersedia pada

stadia vegetatif 43,78 a 46,29 a 46,33 a 0,3800 a 0,3900 a 0,3933 a 23,56 a 22,44 a 14,33 a 1120,0 a 1069,7 a 969,3 a KL 25% air tersedia pada

stadia vegetatif 37,89 a 42,04 a 42,16 a 0,3033 a 0,3167 a 0,3200 a 23,44 a 21,89 a 12,33 a 1082,7 a 1045,0 a 727,7 a KL 100% air tersedia pada

stadia pembungaan 49,18 a 49,18 a 49,21 a 0,5067 a 0,5067 a 0,5067 a 26,89 a 24,67 a 20,44 a 2171,3 a 1883,7 a 1694,7 a KL 75% air tersedia pada

stadia pembungaan 49,26 a 49,27 a 49,29 a 0,3633 a 0,3233 a 0,3300 a 25,78 a 24,33 a 19,00 a 1436,3 a 1289,3 a 893,7 a KL 50% air tersedia pada

stadia pembungaan 46,83 a 46,89 a 46,92 a 0,4867 a 0,4900 a 0,4900 a 26,44 a 23,67 a 16,00 a 1702,7 a 809,3 a 777,7 a KL 25% air tersedia pada

stadia pembungaan 46,84 a 48,16 a 48,21 a 0,3300 a 0,3433 a 0,3500 a 27,11 a 21,00 a 13,67 a 1459,0 a 751,0 a 640,7 a KL 100% air tersedia pada

stadia pengisian polong 54,46 a 54,46 a 54,51 a 0,5133 a 0,5200 a 0,5233 a 26,56 a 23,44 a 14,22 a 1648,0 a 1616,7 a 1041,7 a KL 75% air tersedia pada

stadia pengisian polong 46,17 a 46,19 a 46,20 a 0,3467 a 0,3267 a 0,3300 a 26,78 a 24,33 a 12,22 a 1299,3 a 1113,0 a 754,3 a KL 50% air tersedia pada

stadia pengisian polong 44,39 a 47,48 a 47,53 a 0,3867 a 0,3967 a 0,3967 a 25,44 a 22,00 a 9,67 a 1322,7 a 1154,7 a 721,7 a KL 25% air tersedia pada


(4)

Lampiran 2. Tabel Rerata Umur Berbunga, Bobot Segar Tajuk, Bobot Kering Tajuk, Bobot Segar Akar dan Bobot Kering Akar pada berbagai

tingkat kekeringan pada akhir stadia pertumbuhan vegetatif (5 mst), akhir stadia pembungaan (6 mst) dan akhir stadia pengisian

polong (8 mst)

Perlakuan Umur

Berbunga

Bobot Segar Tajuk (gram) Bobot Kering Tajuk (gram) Bobot Segar Akar (gram) Bobot Kering Akar (gram)

5 mst 6 mst 8 mst 5 mst 6 mst 8 mst 5 mst 6 mst 8 mst 5 mst 6 mst 8 mst

KL 100% air tersedia pada

stadia vegetatif 38,00 a 79,63 a 59,58 a 52,14 a 10,87 a 10,84 a 8,02 a 14,19 a 12,49 a 7,56 a 2,5133 a 2,2300 a 1,2433 a KL 75% air tersedia pada

stadia vegetatif 39,67 a 50,34 a 45,65 a 43,71 a 7,87 a 7,26 a 7,68 a 7,37 a 6,33 a 5,22 a 1,2067 a 1,1867 a 1,0867 a KL 50% air tersedia pada

stadia vegetatif 37,33 ab 48,10 a 46,96 a 39,00 a 7,87 a 6,20 a 5,52 a 7,15 a 6,22 a 5,84 a 1,1567 a 1,1033 a 1,0300 a KL 25% air tersedia pada

stadia vegetatif 35,33 b 41,68 a 40,57 a 36,92 a 6,62 a 6,62 a 5,72 a 6,30 a 4,96 a 4,21 a 1,1300 a 0,9967 a 0,9500 a KL 100% air tersedia pada

stadia pembungaan 39,33 a 97,35 a 91,28 a 77,08 a 13,73 a 13,71 a 12,55 a 20,67 a 13,80 a 12,75 a 2,8967 a 2,6133 a 2,3967 a KL 75% air tersedia pada

stadia pembungaan 39,33 a 50,45 a 41,00 a 39,97 a 8,04 a 7,27 a 6,77 a 13,11 a 8,76 a 7,26 a 2,6200 a 1,0033 a 0,9100 a KL 50% air tersedia pada

stadia pembungaan 39,67 a 74,54 a 69,77 a 40,89 a 12,70 a 6,73 a 6,03 a 9,18 a 8,29 a 8,67 a 1,9733 a 0,9433 a 0,9067 a KL 25% air tersedia pada

stadia pembungaan 39,00 a 50,91 a 45,18 a 34,93 a 10,55 a 5,16 a 5,06 a 8,00 a 7,93 a 6,63 a 1,3433 a 0,9300 a 0,9033 a KL 100% air tersedia pada

stadia pengisian polong 39,33 a 74,09 a 70,29 a 66,20 a 11,29 a 11,20 a 8,86 a 24,73 a 9,24 a 8,63 a 2,2500 a 1,9433 a 1,4200 a KL 75% air tersedia pada

stadia pengisian polong 38,67 a 70,04 a 63,20 a 47,13 a 8,48 a 8,36 a 6,26 a 7,77 a 6,64 a 5,77 a 1,4900 a 1,7367 a 1,2267 a KL 50% air tersedia pada

stadia pengisian polong 39,67 a 61,95 a 53,67 a 47,92 a 9,78 a 7,32 a 5,80 a 9,97 a 7,80 a 5,40 a 1,8200 a 1,3133 a 0,6567 a KL 25% air tersedia pada

stadia pengisian polong 39,00 a 56,80 a 46,32 a 34,67 a 8,17 a 7,71 a 5,61 a 8,34 a 7,59 a 3,93 a 1,3367 a 1,2233 a 0,6167 a

Ket: angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut sidik ragam pada taraf kesalahan 5%. KL = kadar lengas, mst=


(5)

Lampiran 3. Tabel Volume Akar, Laju Asimilasi Bersih (LAB), Laju Pertumbuhan Relatif (LPR), Nisbah luas Daun (RLD) pada berbagai

tingkat kekeringan pada akhir stadia pertumbuhan vegetatif (5 mst), akhir stadia pembungaan (6 mst) dan akhir stadia pengisian

polong (8 mst)

Perlakuan Volume Akar LAB (g/cm2/minggu) LPR (g/g/minggu) NLD (cm2/g)

5 mst 6 mst 8 mst 5 mst 6 mst 8 mst 5 mst 6 mst 8 mst 5 mst 6 mst 8 mst

KL 100% air tersedia

pada stadia vegetatif 60.33 a 46.67 a 17,33 a 0.08323 a 0.07470 a 0.06503 a 2.55 ab 2.54 a 2.16 a 171.74 a 142.11 a 136.45 a KL 75% air tersedia pada

stadia vegetatif 59.33 a 56.67 a 12,67 a 0.06400 a 0.06287 a 0.05390 a 2.19 bc 2.13 a 2.12 a 123.50 a 112.61 a 112.55 a KL 50% air tersedia pada

stadia vegetatif 64.00 a 50.00 a 25,33 a 0.06140 a 0.05660 a 0.04263 a 2.18 bc 2.10 a 2.02 a 117.21 a 111.12 a 109.83 a KL 25% air tersedia pada

stadia vegetatif 77.33 a 56.67 a 34,67 a 0.05677 a 0.05653 a 0.04927 a 2.03 c 1.97 a 1.83 a 112.07 a 103.32 a 92.76 a KL 100% air tersedia

pada stadia pembungaan 55.00 a 40.00 a 34,33 a 0.06803 a 0.06533 a 0.06263 a 2.79 a 2.79 a 2.68 a 205.38 a 138.57 a 127.14 a KL 75% air tersedia pada

stadia pembungaan 52.33 a 50.00 a 9,67 a 0.10103 a 0.06327 a 0.06220 a 2.37 abc 1.96 a 1.93 a 136.03 a 134.98 a 116.04 a KL 50% air tersedia pada

stadia pembungaan 67.00 a 60.00 a 17,00 a 0.14830 a 0.05467 a 0.05253 a 2.64 ab 1.81 a 1.81 a 149.57 a 132.08 a 115.96 a KL 25% air tersedia pada

stadia pembungaan 61.67 a 46.67 a 8,00 a 0.09757 a 0.05430 a 0.04743 a 2.45 abc 1.80 a 1.70 a 132.66 a 128.22 a 100.29 a KL 100% air tersedia

pada stadia pengisian polong

54.33 a 46.67 a 24,00 a 0.08033 a 0.07017 a 0.06790 a 2.56 ab 2.43 a 2.29 a 217.18 a 137.67 a 125.35 a KL 75% air tersedia pada

stadia pengisian polong 64.67 a 46.67 a 15,00 a 0.07377 a 0.06737 a 0.06053 a 2.43 abc 2.27 a 2.01 a 126.54 a 123.10 a 111.15 a KL 50% air tersedia pada

stadia pengisian polong 64.33 a 50.00 a 23,00 a 0.15493 a 0.10100 a 0.05723 a 2.25 bc 2.14 a 1.79 a 139.31 a 138.05 a 100.46 a KL 25% air tersedia pada

stadia pengisian polong 76.00 a 46.67 a 16,00 a 0.07347 a 0.06440 a 0.05210 a 2.30 bc 2.00 a 1.79 a 150.54 a 135.89 a 98.78 a

Ket: angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut sidik ragam dan DMRT pada taraf kesalahan 5%. KL = kadar


(6)

Lampiran 4. Tabel Luas Daun Khas (LDK), Nisbah Tajuk Akar (NTA), Jumlah Polong Per Tanaman, Jumlah Biji Per Tanaman, Jumlah Biji Per

Polong, Bobot Polong Per Tanaman, Bobot Biji Per Polong, Bobot Biji Pertanaman, Hasil pada berbagai tingkat kekeringan pada akhir stadia

pertumbuhan vegetatif (5 mst), akhir stadia pembungaan (6 mst) dan akhir stadia pengisian polong (8 mst)

Perlakuan

LDK (cm2/g) NTA Jumlah

Polong Per Tanaman

Jumlah Biji Per Tanaman

Jumlah Biji Per Polong

Bobot Polong

Per Tanaman

(gram)

Bobot Biji

Per Polong (gram)

Bobot Biji Per tanaman (gram)

Hasil (t/ha) 5 mst 6 mst 8 mst 5 mst 6 mst 8 mst

KL 100% air tersedia pada

stadia vegetatif 70,02 a 48,48 a 25,70 a 7,54 a 7,12 a 6,81 a 4,00 a 43,67 a 10,92 a 10,80 a 1,39 a 5,47 a 2,19 a KL 75% air tersedia pada

stadia vegetatif 137,92 a 57,40 a 44,83 a 7,24 a 7,00 a 6,46 a 5,00 a 54,00 a 10,53 a 10,88 a 1,39 a 5,47 a 2,19 a KL 50% air tersedia pada

stadia vegetatif 139,50 a 57,06 a 43,03 a 7,03 a 6,12 a 5,17 a 4,00 a 41,67 a 10,52 a 8,87 a 1,07 a 5,19 a 2,08 a KL 25% air tersedia pada

stadia vegetatif 282,40 a 68,69 a 47,38 a 6,74 a 6,09 a 5,60 a 2,67 a 25,67 a 9,22 a 8,07 a 1,19 a 3,10 a 1,24 a KL 100% air tersedia pada

stadia pembungaan 64,03 a 46,48 a 32,70 a 8,37 a 8,09 a 7,16 a 4,67 a 48,33 a 10,75 a 9,07 a 1,39 a 6,26 a 2,50 a KL 75% air tersedia pada

stadia pembungaan 77,00 a 50,17 a 38,38 a 7,60 a 6,37 a 6,29 a 4,33 a 34,67 a 8,44 a 7,30 a 1,32 a 4,53 a 1,81 a KL 50% air tersedia pada

stadia pembungaan 88,60 a 73,17 a 55,51 a 8,57 a 6,31 a 5,56 a 3,00 a 38,00 a 12,64 a 8,80 a 1,05 a 4,46 a 1,78 a KL 25% air tersedia pada

stadia pembungaan 117,70 a 93,28 a 66,51 a 8,36 a 5,91 a 4,37 a 4,33 a 40,33 a 9,67 a 6,77 a 0,92 a 3,69 a 1,48 a KL 100% air tersedia pada

stadia pengisian polong 97,23 a 45,69 a 23,40 a 8,29 a 7,36 a 5,54 a 3,67 a 38,33 a 12,00 a 10,64 a 1,96 a 5,57 a 2,23 a KL 75% air tersedia pada

stadia pengisian polong 66,55 a 54,01 a 40,80 a 11,74 a 8,78 a 5,46 a 3,67 a 34,00 a 9,22 a 15,67 a 1,37 a 4,93 a 1,97 a KL 50% air tersedia pada

stadia pengisian polong 57,85 a 63,59 a 42,30 a 9,15 a 7,06 a 5,40 a 3,67 a 34,33 a 9,44 a 11,33 a 1,37 a 4,71 a 1,88 a KL 25% air tersedia pada


Dokumen yang terkait

Uji Preferensi Kepik Hijau Nezara viridula L. (Hemiptera:Pentatomidae) Pada Tanaman Kacang Kedelai Dan Kacang Di Rumah Kasa

11 90 61

Respon Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap Fungisida Sistemik Pada Pengendalian Bercak Daun (Cercospora sp) di Lapangan.

1 46 86

Respon Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.)Terhadap Fungisida Sistemik Pada Pengendalian Bercak Daun (Cercospora sp) di Lapangan.

1 29 84

Respon pertumbuhan dan produksi tanaman kacang hijau (Phaseoius raditus L.) terhadap dosis dan waktu aplikasi kapur dolomit pada tanah ultisol

2 31 72

Pengaruh Pembenaman Tanaman Penutup Tanah terhadap Sifat Fisik Tanah dan Pertumbuhan Tanaman Kacang Tunggak (Vigna unguiculata) pada Lahan Kritis di Sukabumi

1 10 78

Penerapan Analisis Gerombol Pada Plasma Nutfah Kacang Tunggak (Vigna unguiculata)

0 10 33

KARAKTERISTIK SENSORIS, NILAI GIZI DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN TEMPE KACANG GUDE ( Cajanus cajan ( L. ) Millsp. ) DAN TEMPE KACANG TUNGGAK ( Vigna unguiculata ( L. ) Walp. ) DENGAN BERBAGAI VARIASI

2 31 63

UPAYA INDUKSI PEMBUNGAAN KACANG TUNGGAK (Vigna unguiculata L. Walp) DI LUAR MUSIM DENGAN BERBAGAI KERAPATAN TUMPANGSARI JAGUNG (Zea mays)

0 11 51

VARIASI CAMPURAN KACANG TUNGGAK (Vigna unguiculata) PADA PEMBUATAN TAHU DITINJAU DARI SIFAT FISIK, SIFAT ORGANOLEPTIK DAN KADAR KALSIUM

0 1 14

STUDI PENGARUH JENIS PELARUT TERHADAP HASIL ISOLASI DAN KADAR SENYAWA FENOLIK DALAM BIJI KACANG TUNGGAK (Vigna unguiculata (L.) Walp) SEBAGAI ANTIOKSIDAN

0 0 7