UPAYA INDUKSI PEMBUNGAAN KACANG TUNGGAK (Vigna unguiculata L. Walp) DI LUAR MUSIM DENGAN BERBAGAI KERAPATAN TUMPANGSARI JAGUNG (Zea mays)

(1)

commit to user

UPAYA INDUKSI PEMBUNGAAN KACANG TUNGGAK (Vigna unguiculata L. Walp) DI LUAR MUSIM DENGAN BERBAGAI

KERAPATAN TUMPANGSARI JAGUNG (Zea mays) SKRIPSI

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta

Jurusan/Program Studi Agronomi

Oleh :

Ratna Wahyu Noviani H 0107076

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(2)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

UPAYA INDUKSI PEMBUNGAAN KACANG TUNGGAK (Vigna unguiculata L. Walp) DI LUAR MUSIM DENGAN BERBAGAI

KERAPATAN TUMPANGSARI JAGUNG (Zea mays)

Yang dipersiapkan dan disusun oleh: Ratna Wahyu Noviani

H 0107076

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal :... dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Tim Penguji

Ketua

Prof. Dr. Ir. Supriyono, MS NIP. 19590711 198403 1 002

Anggota I

Ir. Suharto Pr, MP NIP. 19491010 197611 1 001

Anggota II

Prof. Dr. Ir. Edi Purwanto, MSc NIP. 19601008 198503 1 001

Surakarta, April 2011 Mengetahui

Universitas Sebelas Maret Fakultas Pertanian

Dekan

Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS NIP. 19551217 198203 1 003


(3)

commit to user

iii

KATA PENGANTAR

Puji bagi Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Upaya Induksi Pembungaan

Kacang Tunggak (Vigna unguiculata L. Walp) Di Luar Musim Dengan Berbagai

Kerapatan Tumpangsari jagung (Zea mays)”. Skripsi ini disusun dan diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian UNS.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis bermaksud mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian UNS. 2. Ir. Wartoyo S. P., MS selaku Ketua Jurusan Agronomi FP UNS.

3. Salim Widono, SP. MP selaku Pembimbing Akademik.

4. Prof. Dr. Ir Supriyono, MS selaku Pembimbing Utama.

5. Ir. Suharto Pr, MP selaku Pembimbing Pendamping.

6. Prof. Dr. Ir. Edi Purwanto, MSc selaku Pembahas.

7. Keluarga tercinta : bapak, ibu, kakak, serta keponakan atas doa dan motivasinya.

8. Teman-teman Kentrung dan Agronomi 2007 yang telah membantu.

9. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan kesalahan, tetapi penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua.

Surakarta, Juni 2011

Penulis


(4)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR. ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

RINGKASAN ... x

SUMMARY ... xii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 2

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Hipotesis... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

A. Botani Umum Kacang Tunggak ... 4

B. Pembungaan ... 5

C. Jarak Tanam. ... 6

D. Tumpangsari... 9

E. Jagung ... 10

III. METODE PENELITIAN ... 12

A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 12

B. Bahan dan Alat Penelitian ... 12

C. Cara Kerja Penelitian ... 13

1. Rancangan Penelitian ... 13

2. Pelaksanaan Penelitian ... 14

3. Variabel Pengamatan ... 15


(5)

commit to user

v

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 18

A. Kacang Tunggak ... 18

1. Saat muncul Bunga ... 18

2. Jumlah bunga/Tanaman... 20

3. Jumlah Polong/Tanaman... 22

4. Jumlah Biji/Polong... 24

5. Berat 1000 Biji... 25

6. Hasil Biji/Tanaman ... 27

7. Berat segar brangkasan ... 28

8. Berat kering brangkasan ... 29

9. Diameter batang... 31

10. Jumlah daun... . 32

B. Jagung ... 33

1. Hasil biji/Tanaman ... 33

2. Berat segar brangkasan ... 34

3. Berat kering brangkasan ... 35

4. Diameter batang... 36

5. Jumlah daun... 37

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 39

A. Kesimpulan. ... 39

B. Saran... 39

DAFTAR PUSTAKA ... 40


(6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

1. Rerata Saat Muncul Bunga Tanaman Kacang Tunggak. ... 18

2. Jumlah Bunga/Tanaman Kacang Tunggak ... 20

3. Jumlah polong/Tanaman Kacang Tunggak... 22

4. Jumlah Biji/Polong Kacang Tunggak ... 24

5. Berat 1000 Biji Tanaman Kacang Tunggak ... 25

6. Hasil Biji/Tanaman Kacang Tunggak ... 27

7. Berat Segar Brangkasan Tanaman Kacang Tunggak ... 28

8. Berat Kering Brangkasan Tanaman Kacang Tunggak ... 29

9. Hasil Biji/Tanaman Jagung ... 33

10. Berat Segar Brangkasan Jagung ... 34


(7)

commit to user

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

1. Purata Diameter Batang Kacang Tunggak... ... 31

2. Purata Jumlah Daun Kacang Tunggak ... . 32

3. Purata Diameter Batang Jagung... . 36


(8)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Halaman

Lampiran 1.1 Tabel analisis ragam saat muncul bunga tanaman kacang tunggak...

44

Lampiran 1.2 Tabel analisis ragam jumlah bunga/tanaman... 44

Lampiran 1.3 Tabel analisis ragam jumlah polong/tanaman kacang tunggak 44 Lampiran 1.4 Tabel analisis ragam jumlah biji/polong kacang tunggak... 45

Lampiran 1.5 Tabel analisis ragam berat 1000 biji kacang tunggak... 45

Lampiran 1.6 Tabel analisis ragam hasil biji/tanaman kacang tunggak... 45

Lampiran 1.7 Tabel analisis ragam berat segar brangkasan kacang tunggak. 46 Lampiran 1.8 Tabel analisis ragam berat kering brangkasan kacang tunggak... 46 Lampiran 1.9 Tabel analisis ragam hasil biji/tanaman jagung... 46

Lampiran 1.10 Tabel analisis ragam berat segar brangkasan jagung... 47

Lampiran 1.11 Tabel analisis ragam berat kering brangkasan jagung... 47

Lampiran 2. Tabel curah hujan wilayah Jumantono bulan Januari 2010 - Januari 2011 (mm)... 48 Lampiran 3. Kondisi lingkungan penelitian... 49

Lampiran 4.1. Pola pengambilan sampel tanaman tumpangsari... 50

Lampiran 4.2. Pola pengambilan sampel tanaman monokultur... 50


(9)

commit to user

ix

UPAYA INDUKSI PEMBUNGAAN KACANG TUNGGAK (Vigna unguiculata L. Walp) DI LUAR MUSIM DENGAN BERBAGAI

KERAPATAN TUMPANG SARI JAGUNG (Zea mays) RATNA WAHYU NOVIANI

H0107076 RINGKASAN

Kacang tunggak merupakan tanaman yang mempunyai daya adaptasi luas, berumur genjah, toleran terhadap kekeringan dan tahan terhadap hama penting terutama kutu thrips. Selain menghasilkan biji yang mengandung sekitar 21-23% protein, menghasilkan biomassa dalam jumlah yang cukup banyak namun juga mampu bersimbiosis dengan bakteri penambat N. Selain digunakan untuk bahan pangan, kacang tunggak juga digunakan untuk pakan. Dengan pengelolaan yang baik, kacang tunggak mampu memberi hasil 2 ton/ha. Karena potensial untuk dikembangkan sebagai bahan pangan khususnya kedelai, diharapkan petani mampu meningkatkan hasil panen kacang tunggak dengan cara menanam di luar musim. Kacang tunggak mampu berbunga dengan baik pada bulan Mei sampai dengan Juni. Permasalahannya, kacang tunggak yang ditanam di luar musim tidak mampu untuk berbunga karena merupakan tanaman hari pendek yang hanya mampu berbunga bila panjang siang lebih pendek dibanding panjang malam.

Untuk mengatasi hal tersebut dilakukan penanaman kacang tunggak secara tumpangsari dengan jagung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kerapatan tumpangsari jagung serta mendapatkan kerapatan yang sesuai dalam menginduksi pembungaan kacang tunggak di luar musim. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2010 sampai bulan Januari 2011 bertempat di Pusat Penelitian Lahan Kering Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta, Kecamatan Jumantono, Kabupaten Karanganyar. Rancangan penelitian yang digunakan adalah menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) dengan perlakuan jarak tanam jagung : 20 cm x 50 cm, 20 cm x 60 cm, 20 cm x 100 cm, 25 cm x 50 cm, 25 cm x 60 cm, 25 cm x 100 cm, 40 cm x 50 cm, 40 cm x 60 cm, 40 cm x 100 cm. Data hasil penelitian dianalisis menggunakan analisis ragam, dan jika terdapat beda nyata dilanjutkan dengan uji DMRT.


(10)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

Variabel penelitian meliputi, kacang tunggak : Jumlah bunga per tanaman, jumlah polong per tanaman, jumlah biji per polong, berat 1000 biji, hasil biji per tanaman, berat segar brangkasan, berat kering brangkasan, jagung : Hasil biji per tanaman, berat segar brangkasan serta berat kering brangkasan per tanaman.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan kerapatan tumpangsari jagung memberikan pengaruh dalam menginduksi pembungaan kacang tunggak. Kerapatan 25 cm x 60 cm memberikan hasil saat muncul bunga. Selain itu tumpangsari jagung pada kacang tunggak secara additive series tidak menurunkan hasil kacang tunggak namun memberikan tambahan hasil jagung sebanyak 0,37 kg/m2.


(11)

commit to user

xii

The result showed that intercropping maize density treatments give effect to induce flowering in cowpea yet. Density of 25 cm x 60 cm gave result emerged when the fastest rate. In addition, intercropping maize on cowpea in additive series does not reduce the cowpea but provides an additional yield of corn as much as 0,37kg/m2.


(12)

UPAYA INDUKSI PEMBUNGAAN KACANG TUNGGAK

(Vigna unguiculata L. Walp) DI LUAR MUSIM DENGAN

BERBAGAI KERAPATAN TUMPANGSARI JAGUNG

(Zea mays)*)

RATNA WAHYU NOVIANI1), Prof. Dr. Ir. Supriyono, MS.

2)

; Ir. Suharto Pr, MP. 2)

ABSTRAK

Kacang tunggak merupakan tanaman yang mempunyai daya adaptasi luas, berumur genjah, toleran terhadap kekeringan dan tahan terhadap kutu thrips. Kacang tunggak mampu berbunga dengan baik pada bulan Mei sampai dengan Juni. Kacang tunggak yang ditanam di luar musim tidak mampu untuk berbunga. Untuk mengatasi hal tersebut dicoba penanaman kacang tunggak secara tumpangsari dengan jagung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kerapatan tumpangsari jagung serta mendapatkan kerapatan yang sesuai dalam menginduksi pembungaan kacang tunggak di luar musim. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2010 sampai bulan Januari 2011 bertempat di Pusat Penelitian Lahan Kering Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta, Kecamatan Jumantono, Kabupaten Karanganyar. Rancangan penelitian yang digunakan adalah menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) dengan perlakuan jarak tanam jagung yang ditanam secara additive series. Data hasil penelitian dianalisis menggunakan analisis ragam 5% dilanjutkan uji DMRT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tumpangsari jagung berpengaruh nyata dalam menginduksi pembungaan kacang tunggak, tumpangsari jagung tidak menurunkan kuantitas hasil kacang tunggak secara nyata, serta ada kecenderungan kombinasi terbaik pada kerapatan 25 cm x 60 cm.

Kata kunci : Kacang Tunggak, jarak tanam, tumpang sari

*) Disampaikan pada seminar hasil penelitian tingkat sarjana Program Studi Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta

1) Peneliti adalah mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta 2) Staf pengajar Fakultas Pertanian


(13)

commit to user I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kacang tunggak (Vigna unguiculata L. Walp) berasal dari Afrika dan tersebar luas di seluruh wilayah tropik dan subtropik. Kacang tunggak juga tumbuh di Asia terutama India, Australia, Karibia, Amerika Serikat bagian selatan dan daerah dataran rendah dan pesisir Amerika Selatan serta Amerika Tengah. Kacang tunggak dikenal di India jauh sebelum masehi. Diperkirakan tanaman ini mencapai Asia Barat Laut sekitar 2300 SM. Kacang tunggak telah lama dibudidayakan di Indonesia dan dikenal dengan nama kacang tolo (Anonim, 2010).

Induksi pembungaan merupakan proses pembentukan bunga yang dipicu oleh energi cahaya matahari. Implikasi dari energi radiasi sinar matahari dapat merubah tampilan tanaman yang dibudidayakan. Tetapi hal tersebut bergantung dengan lama penyinaran dan panjang hari serta jenis tanaman yang akan dibudidayakan. Hasil penelitian Indrastianingrum (2009) dan Putri (2009) menunjukkan bahwa tanaman kacang tunggak yang ditanam diluar musim yakni bulan Oktober, hingga umur 3 bulan tanaman tidak menghasilkan polong dan biji. Hal tersebut dapat diartikan bahwa pembungaan tidak berhasil. Dari hasil tersebut disinyalir bahwa tanaman kacang tunggak merupakan tanaman hari pendek. Tanaman hari pendek merupakan tanaman yang proses pembungaannya memerlukan penyinaran tidak melebihi titik kritis.

Perlakuan tumpangsari dengan berbagai kerapatan jagung diharapkan dapat membantu dalam menginduksi pembungaan diluar musim karena dengan berbagai kerapatan tumpangsari membuat intensitas penyinaran matahari berkurang, tanaman komoditas akan ternaungi sehingga intensitas penyinaran rendah, dan secara akumulatif dapat memotong lama penyinaran serta panjang hari kurang dari titik kritis.

Hasil kacang tunggak di Indonesia yang telah dicapai petani umumnya masih rendah. Hal tersebut disebabkan cara bercocok tanam yang kurang


(14)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

tepat. Selain itu petani di Indonesia masih menerapkan penanaman kacang tunggak hanya pada musimnya, sehingga saat permintaan kacang tunggak menigkat diluar musim petani tidak mampu memenuhi kebutuhan tersebut yang mengakibatkan harga kacang tunggak semakin melambung (Anonim, 1977 cit Sanyoto, 1989).

Salah satu teknik budidaya yang perlu diterapkan untuk menginduksi pembungaan kacang tunggak di luar musim yaitu dengan penanaman tumpang sari jagung. Melalui berbagai kerapatan tumpangsari jagung diharapkan intensitas penyinaran dalam sehari dapat berkurang sehingga pembungaan tanaman kacang tunggak dapat terinduksi dengan baik serta memberikan dampak positif pada hasil tanaman.

B. Perumusan Masalah

Kacang tunggak merupakan salah satu tanaman potensial untuk dikembangkan sebagai bahan pangan. Komoditas ini mempunyai daya adaptasi yang luas, berumur genjah, toleran terhadap kekeringan dan tahan terhadap hama penting terutama kutu thrips. Selain menghasilkan biji, kacang tunggak menghasilkan biomassa dalam jumlah yang cukup banyak dan mampu bersimbiosis dengan bakteri penambat N. Selain digunakan untuk bahan pangan, kacang tunggak juga digunakan untuk pakan. Biji komoditas ini mengandung sekitar 21-23% protein dan dengan pengelolaan yang baik, kacang tunggak mampu memberikan hasil 2 ton/ha (Trustinah dan Kasno, 1997).

Kebutuhan kedelai di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2009 produksi kedelai dalam skala nasional sebesar 974.512 ton/ha dan turun menjadi 908.111 ton/ha pada tahun 2010. Padahal diketahui bahwa permintaan kedelai mencapai 2,4 juta ton. Karena hal itu Indonesia merupakan salah satu importir kedelai dari negara Amerika. Semakin berjalannya waktu, jumlah ekspor kedelai dari Amerika ke Indonesia semakin berkurang karena kedelai di Amerika lebih difungsikan sebagai bahan bakar. Untuk mengatasi hal tersebut tanaman kacang tunggak disinyalir dapat


(15)

commit to user

digunakan untuk mensubtitusi kebutuhan kedelai. Dan untuk memenuhi kebutuhan nasional, petani diharapkan tidak hanya memproduksi kacang tunggak pada musimnya saja melainkan di luar musim.

Permasalahannya petani umumnya menanam kacang tunggak pada bulan Mei s/d Juni, karena dalam jangka waktu tersebut dikatakan bahwa pembungaan kacang tunggak berjalan dengan baik. Namun dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Indrastianingrum dan Putri (2009) dinyatakan bahwa tanaman kacang tunggak yang ditanam diluar musim pada bulan Oktober hingga Januari tidak menghasilkan polong dan biji. Untuk mengatasi hal tersebut pada penelitian kali ini akan diaplikasikan perlakuan tumpangsari jagung dengan berbagai kerapatan. Melalui penelitian ini akan dikaji lebih dalam mengenai hubungan berbagai kerapatan tumpang sari jagung dengan induksi pembungaan kacang tunggak. Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah kerapatan tumpangsari jagung akan membantu dalam

menginduksi pembungaan kacang tunggak ?

2. Pada kerapatan berapakah jagung akan menginduksi pembungaan kacang tunggak dengan baik ?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengkaji pengaruh perlakuan kerapatan tumpangsari jagung dalam

menginduksi pembungaan kacang tunggak di luar musim.

2. Mendapatkan kerapatan tumpangsari jagung yang tepat dalam

menginduksi pembungaan tanaman kacang tunggak di luar musim.

D. Hipotesis

Diduga pada kerapatan tumpangsari jagung 25 cm x 60 cm mampu menginduksi pembungaan kacang tunggak di luar musim dengan baik.


(16)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Botani Umum Kacang Tunggak

Kacang Tunggak termasuk tanaman dalam keluarga Leguminosa, bijinya mempunyai kandungan protein sebesar 25%. Tanaman ini diperkirakan berasal dari Afrika Barat. Disamping toleran terhadap kekeringan kacang tunggak juga mampu mengikat nitrogen dari udara. Daun dan polongnya yang masih muda cukup nikmat bila dikonsumsi sebagai sayuran (Anonim, 2010b).

Tanaman kacang tunggak dalam tata nama (taksonomi) tumbuhan adalah sebagai berikut :

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dikotiledon

Ordo : Leguminales

Familia : Leguminoceae

Subfamili : Papilionaceae

Genus : Vigna

Spesies : Vigna unguiculata L. Walp

(Anonim, 2010c).

Di beberapa daerah, kacang tunggak lebih dikenal dengan nama kacang tolo atau kacang dadap. Kacang tunggak memiliki ciri polong yang tegak ke atas dan kaku. Penampilan visual tanaman kacang tunggak hampir sama dengan tanaman kacang panjang, namun tidak merambat. Batangnya pendek dan berbuku-buku. Daunnya agak kasar, melekat pada tangkai daun yang agak panjang, dengan posisi daun bersusun tiga. Bunga berbentuk seperti kupu-kupu, terletak pada ujung tangkai yang panjang. Buah kacang tunggak berukuran kurang lebih 10 cm, berbentuk polong, berwarna hijau, dan kaku. Biji kacang tunggak berbentuk bulat panjang, agak pipih dengan ukuran 4 mm – 6 mm x 7 mm – 8 mm, dan berwarna kuning kecoklatan.

Akar tanaman kacang tunggak menyebar pada kedalaman tanah antara 30 cm – 60 cm. Sifat penting dari akar tanaman kacang tunggak adalah dapat


(17)

commit to user

bersimbiosis dengan bakteri Rhizobium sp., untuk mengikat nitrogen bebas dari udara yang kemudian dibentuk menjadi nodula-nodula (bintil) akar (Rukmana dan Oesman, 2000).

Tanaman kacang tunggak ditanam dari bijinya. Sekitar 3-4 hari setelah tanam biji sudah berkecambah. Dalam waktu 5 hari kotiledonnya telah mengkerut, mungkin sudah habis cadangan makanannya. Waktu berbunga tergantung varietasnya. Pada umumnya berkisar antara 30 sampai 90 hari setelah tanam. Sedangkan polong sudah masak setelah tanaman berumur 90-150 hari. Pada umumnya bunga kacang tunggak menyerbuk sendiri, namun dapat terjadi penyerbukan silang, terutama didaerah lembab. Kacang tunggak umumnya ditanam secara tumangsari dengan tanaman lain seperti jagung, ubi kayu, kapas dan cabai atau dapat pula monokultur (Ashari, 2006).

Kacang tunggak mempunyai kandungan protein 22,9%, lemak 1,4%, dan 331 kalori sedangkan kedelai mempunyai kandungan protein 34,9%, lemak 18,1% dan 342 kalori (Anonim, 2010a). Kacang tunggak merupakan komoditas yang secara alamiah dapat beradaptasi dengan baik pada lahan kering atau marginal. Dengan demikian tanaman ini memiliki harapan yang baik untuk dikembangkan pada lahan kering untuk membantu peningkatan produktivitas lahan. Perbanyakan tanaman ini dilakukan dengan biji. Secara tradisional, tanaman ini biasa ditumpangsarikan dengan serealia seperti jagung dan sorgum (Trustinah et al, 2001).

B. Pembungaan

Terdapat tiga tipe pertumbuhan kacang tunggak, yaitu keatas (upright),

semi-upright, dan mendatar (trailing). Pada tipe tumbuh keatas (upright),

bunga dan buah dibentuk secara luas pada tunas primer dan pembungaan terjadi dalam jangka waktu yang singkat. Pada tipe semi-upright, bunga dan buah akan terbentuk secara luas pada cabang-cabang sekunder dan jangka waktu berbunga lebih panjang. Pada tipe mendatar (trailing), memiliki kebiasaan berbunga dengan jangka waktu sedang (intermediate).


(18)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

Bunga kacang tunggak bertangkai panjang dengan 4-6 unit bunga, tersusun secara berseling dalam suksesi akropetal. Setiap unit bunga, merupakan sebuah tangkai sederhana yang tersusun dari 6-12 tunas bunga. Pembentukan bunga dimulai dari tangkai bunga yang posisinya paling rendah dan secara berurutan berlanjut pada tangkai berikutnya dengan posisi yang lebih tinggi (Gardner et al, 1991). Tunas bunga yang berada pada simpul atas membutuhkan hari pendek untuk berkembang menjadi bunga dibandingkan dengan tunas yang berada pada simpul yang berada di bawah (Lush dan Evans, 1980).

Pembungaan kacang tunggak terjadi pada saat tanaman berumur kurang lebih 30 hari. Kacang tunggak merupakan tanaman hari pendek, dalam satu hari hanya membutuhkan penyinaran kurang dari titik periode kritis. Indrastianingrum (2009) dan Putri (2009) menunjukkan bahwa tanaman kacang tunggak yang ditanam diluar musim yakni bulan Oktober, hingga umur 3 bulan tanaman tidak menghasilkan polong dan biji. Hal tersebut dapat diartikan bahwa pembungaan tidak berhasil. Jika kacang tunggak dibudidayakan diluar musim yang dalam satu hari lama penyinaran lebih dari titik periode kritis. Agar dapat menghasilkan produksi tanaman kacang tunggak harus berhasil dalam proses pembungaan untuk itu agar induksi pembungaan berhasil maka diperlukan suatu perlakuan yang dapat mengurangi panjang penyinaran tersebut antara lain dengan tumpangsari. Perlakuan tersebut fungsinya agar tanaman kacang tunggak ternaungi, jika kacang tunggak ternaungi dengan baik dapat dimungkinkan lama penyinaran cahaya dalam sehari diserap secara efisien oleh tanaman kacang tunggak sehingga tidak berlebih dan dapat menginduksi pembungaan dengan baik.

C. Jarak Tanam

Jarak tanam yang tepat sangat penting dalam pemanfaatan sinar secara optimum untuk proses fotosintesis tanaman sehingga akan menyebabkan pertumbuhan dan hasil tanaman maksimum. Jarak tanam yang semakin sempit atau tajuk tanaman satu dengan tanaman yang lain saling menaungi,


(19)

commit to user

menyebabkan pemanfaatan sinar matahari untuk fotosintesis tidak maksimum dan terjadi persaingan satu tanaman dengan tanaman lain dalam penyerapan unsur hara dan air dalam tanah, tetapi hasil per satuan luasnya banyak. (Mimbar, 1990).

Semakin rapat jarak tanam, maka semakin tinggi tanaman tersebut dan secara nyata berpengaruh pada jumlah cabang serta luas daun. Tanaman yang diusahakan pada musim kering dengan jarak tanam rapat akan berakibat pada pemanjangan ruas. Oleh karena itu jumlah cahaya yang dapat mengenai tubuh tanaman berkurang. Akibat lebih jauh terjadi peningkatan aktifitas auksin sehingga sel-sel tumbuh memanjang (Budiastuti, 2000).

Jarak tanam yang terlalu rapat akan menghambat cahaya yang diterima tanaman sehingga terjadi etiolasi, tanaman kurus, pucat, lemah, ringan, bentuknya tidak menarik, dan cepat layu. Agar distribusi cahaya matahari optimal, lebensraum (ruang tumbuh) tanaman harus diperhatikan (Sutiyoso cit

Erina, 2007). Semakin banyak populasi tanaman menunjukan semakin

menurunnya jumlah polong pertanaman dan jumlah buku pada batang utama. Tetapi, populasi yang semakin banyak mengakibatkan makin tinggi tanamannya. Sedangkan untuk bobot 100 biji tidak ada perbedaan yang berarti pada berbagai populasi (Sumadi et al, 1989).

Jarak tanam yang rapat akan menyebabkan jumlah tanaman per petak meningkat sehingga akan menurunkan berat per tanaman, meningkatkan berat tanaman segar per petak serta hasil biji per petak. Hal tersebut memberikan indikasi bahwa jarak tanam rapat yang dicobakan belum melampaui populasi optimumnya (Supriyono, 2000).

Jarak tanam mempengaruhi populasi tanaman dan efisiensi penggunaan cahaya tanaman dengan demikian akan mempengaruhi hasil. Pada umumnya produksi per satuan luas yang tinggi tercapai dengan penggunaan cahaya secara maksimum di awal pertumbuhan, tetapi pada akhirnya penampilan masing-masing tanaman menurun karena persaingan dalam penggunaan cahaya, unsur hara dan air (Dermawan, 2006).


(20)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

Pada tingkat populasi rendah, hasil menurun disebabkan karena kurangnya jumlah tanaman, namun pada populasi tinggi hasil menurun karena kompetisi yang ekstrim antar tanaman. Peningkatan populasi tanaman atau kerapatan akan menyebabkan tanaman lebih panjang dan polong paling bawah juga memanjang. Peningkatan kerapatan berpengaruh pada jumlah buku per tanaman, jumlah biji per tanaman dan ukuran biji. Pengaruh peningkatan populasi menyebabkan tanaman memanjang, menghasilkan batang lunak dan tanaman mudah roboh. Akibat roboh yaitu hasil fotosintat rendah, kualitas biji rendah dan sulit dipanen (Whigham, 1983 cit. Supriono, 2000).

Tingkat kelembaban berpengaruh terhadap evapotranspirasi, yaitu tenaga penghisap untuk mengangkat air dan hara dari akar ke tajuk tanaman. Bila kelembaban udara terlalu tinggi maka evapotranspirasi akan kecil. Kelembaban yang tinggi dapat disebabkan oleh jarak tanam yang terlalu rapat dan tajuk tanaman yang terlalu rimbun (Sutiyoso cit Erina, 2007). Jarak tanam yang terlalu rapat menurut Swanti et al cit Erina (2007) akan banyak mengalami serangan penyakit, kemungkinan hal ini sebagai akibat dari kelembaban yang cukup tinggi.

Jarak tanam yang tepat sangat penting dalam pemanfaatan sinar matahari secara optimum untuk proses fotosintesis tanaman sehingga akan menyebabkan pertumbuhan dan hasil tanaman maksimum. Jarak tanam yang semakin sempit atau tajuk tanaman satu dengan tanaman yang lain saling menaungi, menyebabkan pemanfaatan sinar matahari untuk fotosintesis tidak maksimum dan terjadi persaingan satu tanaman dengan tanaman lain dalam penyerapan unsur hara dan air dalam tanah, tetapi hasil per satuan luasnya banyak. Saat penanaman, penentuan jarak tanam yang tepat merupakan faktor yang penting dalam pemanfaatan sinar secara optimum untuk proses fotosintesis. (Marzuki dan Soeprapto, 2001). Menurut Effendi dan Nur Sulistiati (1991), untuk mendapatkan jumlah tanaman per satuan luas yang optimum ditentukan oleh : 1) Varietas tanaman, 2) Umur tanaman, 3) Tingkat kesuburan tanah, dan 4) Keadaan air tanah.


(21)

commit to user D. Tumpangsari

Tumpangsari merupakan pola penanaman ganda (Multiple cropping) yang dapat diartikan menumbuhkan lebih dari satu tanaman pada lahan yang sama dalam kurun waktu yang hampir bersamaan. Menurut Andrews dan Kassam (1976), multiple cropping dapat dibedakan menjadi :

1. Pola tanam bergilir

Pola tanam bergilir yaitu pola menanam dua atau lebih jenis tanaman secara bergilir pada waktu tertentu (umumnya dalam waktu setahun). Tanaman berikutnya ditanam setelah tanaman sebelumnya dipanen.

2. Pola tumpangsari

Pola tumpangsari yaitu pola menanam dua atau lebih jenis tanaman secara bersamaan pada lahan yang sama.

Thahir (1985) mengungkapkan bahwa bentuk-bentuk tumpangsari gilir meliputi :

a. Tanaman campuran (Mixed cropping)

Tanaman campuran merupakan dua atau lebih jenis tanaman yang ditanam serentak dan tercampur dengan tidak membentuk barisan tanaman yang lurus.

b. Tumpangsari seumur (Inter cropping)

Tumpangsari seumur merupakan dua atau lebih jenis tanaman seumur yang ditanam serentak dengan membentuk barisan-barisan yang lurus atau tiap jenis tanaman yang ditanam berselang seling pada tanah yang sama. c. Tanaman beruntun (Sequential planting)

Tanaman beruntun merupakan menanam atau menumbuhkan tanaman berikut sesegera mungkin setelah tanaman terdahulu dipanen pada sebidang tanah yang sama.

d. Tanaman sisipan (Relay planting)

Tanaman sisipan merupakan penyisipan tanaman berikut kepada tanaman yang lebih dahulu pada sebidang tanah yang sama, sebelum tanaman yang lebih dahulu dipungut hasilnya.


(22)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

Menanam secara tumpangsari juga memiliki beberapa persyaratan yang perlu diperhatikan, antara lain jenis tanaman yang sebaiknya berbeda familinya, sistem perakaran yang dipilih tidak menimbulkan kompetisi hara, dan tinggi tanaman dapat diatur agar tidak terjadi kompetisi dalam mendapatkan cahaya matahari.

Dalam sistem tumpangsari telah banyak diketahui bahwa produksi tanaman secara keseluruhan dapat memberikan hasil yang lebih tinggi daripada sistem penanaman tunggal. Hal tersebut dapat terjadi apabila tepat dalam memilih kombinasi tanaman yang ditumpangsarikan.

E. Jagung

Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif. Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya berketinggian antara 1m sampai 3m, ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6m. Akar jagung tergolong akar serabut dan pada tanaman yang sudah cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman. Batang jagung tegak dan mudah terlihat, batang beruas-ruas dan terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku. Batang jagung cukup kokoh namun tidak banyak mengandung lignin.

Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang. Antara pelepah dan helai daun terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut. Stoma pada daun jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki familia Poaceae. Setiap stoma dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun.

Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam satu tanaman (monoecious). Bunga jantan tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning


(23)

commit to user

dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun. Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga betina. Beberapa varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai varietas prolifik. Bunga jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada bunga betinanya (protandri).

Tanaman jagung merupakan tanaman dengan sistem perakaran dalam sedangkan kacang tunggak termasuk tanaman dengan sistem perakaran dangkal, sehingga pada pola tumpangsari antara jagung dengan kacang tunggak dalam memperoleh unsur hara dan air di dalam tanah kecil. Persaingan antara tanaman lebih banyak terjadi pada sistem penyebaran akarnya sejenis. Sifat morfologi lain yang berpengaruh adalah tajuk tanaman, sehingga untuk memperkecil terjadinya kompetisi dalam memperoleh cahaya matahari bagi tanaman yang ditumpangsarikan dipilih dua jenis tanaman yang memiliki tajuk berbeda. Tanaman yang paling baik ditumpangsarikan dengan jagung adalah jenis kacang-kacangan seperti kacang hijau, kedelai, dan kacang tanah. Beberapa keuntungannya adalah menekan serangan hama jagung, memberi tambahan gizi, memelihara kesuburan tanah, dapat memberikan tambahan pendapatan (Anonim, 2010d).


(24)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

III.METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2010 sampai Januari 2011 di Pusat Penelitian Lahan Kering Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta, Kecamatan Jumantono, Kabupaten Karanganyar, yang terletak pada 7°30’ LS dan 110°50’ BT dan ketinggian tempat 180 m dpl dengan jenis tanah latosol.

B. Bahan dan Alat Penelitian 1. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : a. Benih kacang tunggak varietas lokal jumantono

b. Benih jagung varietas lokal jumantono c. Pupuk P dan K sesuai keperluan 2. Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : a. Cangkul

b. Tugal c. Papan nama

d. Rol meter/penggaris e. Sprayer

f. Ember g. Rafia h. Timbangan i. Oven j. Alat Tulis k. kamera


(25)

commit to user C. Cara Kerja Penelitian

1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok lengkap (RAKL) dengan satu faktor perlakuan. Perlakuan diulang dua kali. Perlakuan kerapatan jagung di tanam secara additive series pada kacang tunggak. Sebagai kontrol ditambah 2 petak per blok berupa tanaman monokultur jagung 1 petak dan kacang tunggak 1 petak. Pada tiap blok masing-masing perlakuan diletakan secara acak, petak perlakuan adalah sebagai berikut :

J0a : Kontrol/ tanaman monokultur kacang tunggak. J0b : Kontrol/ tanaman monukultur jagung.

J1 : Kerapatan tumpangsari jagung 20 cm x 50 cm. J2 : Kerapatan tumpangsari jagung 20 cm x 60 cm. J3 : Kerapatan tumpangsari jagung 20 cm x 100 cm. J4 : Kerapatan tumpangsari jagung 25 cm x 50 cm. J5 : Kerapatan tumpangsari jagung 25 cm x 60 cm. J6 : Kerapatan tumpangsari jagung 25 cm x 100 cm. J7 : Kerapatan tumpangsari jagung 40 cm x 50 cm. J8 : Kerapatan tumpangsari jagung 40 cm x 60 cm. J9 : Kerapatan tumpangsari jagung 40 cm x 100 cm. 2. Pelaksanaan Penelitian

a. Persiapan lahan

Pengolahan lahan dilakukan dengan cara pengukuran lahan yang akan digunakan terlebih dahulu sesuai dengan kebutuhan penelitian. Setelah itu lahan dibersihkan dari sisa tanaman, barulah pengolahan tanah dilakukan dua minggu sebelum tanam. Pengolahan tanah dilakukan dengan menggunakan cangkul. Pencangkulan dilakukan dua kali dengan interval satu minggu, kemudian digemburkan dan diratakan. Hal tersebut dilakukan agar tanah menjadi gembur, mudah untuk ditanami serta remah sehingga perakaran dapat mudah untuk menembus tanah. Tanah dicangkul sedalam 25-30 cm, kemudian


(26)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

dibuat blok sebanyak 3 buah serta membuat petakan sebanyak 33 petak dengan ukuran petak 200 cm x 300 cm. Jarak antar petak 30 cm dan jarak antar blok 50 cm serta tinggi petak atau guludan ±20 cm.

b. Penanaman

Sebelum dilakukan penanaman, benih diuji daya dan kecepatan berkecambahnya. Pengujian dilakukan menggunakan metode pada kertas. Pengujian ini dilaksanakan dengan menyiapkan petridish yang telah dilapisi kertas buram dan sedikit dibasahi sehingga kertas buram tersebut menjadi lembab. Letakan 100 butir benih ke dalam petridish kemudian dilakukan pengamatan sampai hari ketujuh dan dihitung banyaknya biji yang berkecambah.

Penanaman kacang tunggak dilakukan bersamaan dengan penanaman jagung yaitu pada awal bulan bulan oktober. Dalam satu petakan terdapat dua komoditas tersebut dengan kerapatan tumpangsari sesuai perlakuan serta jarak tanam kacang tunggak sebesar 40 cm x 20 cm. Penanaman dilakukan menggunakan tugal. Jumlah lubang kacang tunggak sebanyak 75 lubang sedangkan jumlah lubang jagung dalam satu petak berbeda-beda tergantung dengan perlakuan. Satu lubang ditanami sebanyak tiga benih dari masing-masing komoditas.

c. Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman meliputi :

1) Pemupukan diberikan saat awal tanam dengan dosis 100 kg SP-36

+ 50 kg KCl per ha atau sebanyak 60 gram SP-36 dan 30 gram KCl per petak .

2) Pengairan dilakukan jika tidak terjadi hujan dalam waktu yang cukup lama, apabila terjadi hujan tidak dilakukan penyiraman. Penyiraman dilakuakan dengan cara memasukan air ke dalam saluran diantara petakan-petakan. Penyiraman yang dilakukan bisa menggunakan gembor ataupun selang. Pengairan harus


(27)

commit to user

disesuaikan dengan kondisi kelembaban tanahnya. Pengairan dilakukan pada sore hari secara merata.

3) Penyulaman dilakukan apabila terdapat tanaman yang mati atau tidak tumbuh pada umur satu minggu setelah tanam, dengan cara mengambil tanaman tepi secara putaran. Penjarangan dilakukan pada saat yang sama dengan penyulaman, dengan menyisakan satu tanaman yang sehat untuk setiap lubangnya.

4) Penyiangan yang dilakukan ketika terdapat gulma yang

mengganggu tanaman pokok sehingga menimbulakan kompetisi hara dengan tanaman pokok tersebut.

5) Hama yang menyerang kacang tunggak dan jagung yaitu wereng

dan ulat daun. Pengendalian hama dan penyakit yang dilakukan seminggu sekali dengan menyemprot pestisida saat tanaman telah berumur 3MST. Pestisida yang digunakan yaitu Arivo.

d. Pemanenan

Pemanenan atau pemungutan hasil dilakukan saat tanaman telah memasuki fase generatif ketika polong sudah tua, dengan tanda-tanda warna polong berwarna coklat tua dengan kondisi hampir merata pada semua polong dalam satu tanaman. Selain itu daun-daunnya sudah menguning atau gugur.

3. Variabel Pengamatan a. Kacang tunggak

1) Saat muncul bunga

Pengamatan saat muncul bunga mulai dilaksanakan pada tanaman umur 4 MST karena pada umumnya tanaman kacang tunggak berbunga pada umur 30 sampai 90 hari setelah tanam.

2) Jumlah bunga per tanaman

Penghitungan jumlah bunga per tanaman dilakukan secara manual dengan mengambil tanaman yang telah ditetapkan sebagai sampel. Perhitungan dilakukan saat tanaman mulai berbunga.


(28)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

3) Jumlah polong per tanaman

Jumlah polong per tanaman dihitung secara manual. Perhitungan dilakukan setelah tanaman dipanen pada tanaman sampel yang telah ditentukan.

4) Jumlah biji per polong

Jumlah biji per polong dihitung secara manual. Perhitungan dilakukan setelah tanaman dipanen pada sampel yang telah ditentukan.

5) Berat 1000 biji

Berat 1000 biji yang dihitung menggunakan timbangan. Penimbangan tersebut dilakukan setelah tanaman panen pada sampel yang telah ditentukan.

6) Hasil biji per tanaman

Hasil biji pertanaman dilakukan dengan cara menimbang biji yang dihasilkan tiap tanaman sampel. Penimbangan dimulai setelah tanaman panen.

7) Berat segar brangkasan per tanaman

Hasil brangkasan per tanaman dihitung dengan cara menimbang tanaman sampel yang telah dipanen dan dibersihkan terlebih dahulu.

8) Berat kering brangkasan per tanaman

Hasil brangkasan per tanaman dihitung dengan cara mengoven terlebih dahulu kemudian menimbang tanaman sampel yang telah dipanen dan dibersihkan.

b. Jagung

1) Hasil biji per tanaman

Hasil tongkol per tanaman dihitung secara manual pada sampel yang telah ditentukan. Perhitungan dimulai setelah jagung dipanen.


(29)

commit to user 2) Berat segar brangkasan per tanaman

Hasil brangkasan per tanaman dihitung dengan cara menimbang tanaman sampel yang telah dipanen dan dibersihkan. 3) Berat kering brangkasan per tanaman

Hasil brangkasan per tanaman dihitung dengan cara mengoven terlebih dahulu kemudian menimbang tanaman sampel yang telah dipanen dan dibersihkan.

4. Analisis Data

Analisis hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan analisis ragam berdasarkan uji F taraf 5% dan apabila terdapat beda nyata dilanjutkan dengan uji DMRT taraf 5%.


(30)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kacang Tunggak (Vigna unguiculata L. Walp) 1. Saat Muncul Bunga (HST)

Faktor yang dapat merangsang perkembangan reproduksi suatu tanaman antara lain suhu, cahaya, persediaan makanan dalam tubuh tanaman serta unsur hara. Budiarti (1999) menyatakan bahwa umur berbunga merupakan sifat yang penting dalam program pemuliaan karena dapat digunakan untuk menentukan waktu persilangan. Tumbuhan akan tetap aktif dan berbunga sepanjang tahun asalkan faktor-faktor lainnya dalam hal ini suhu, air, dan nutrisi tidak merupakan faktor pembatas.

Tabel 1. Rerata Saat Muncul Bunga Tanaman Kacang Tunggak/

Vigna unguiculata L. Walp (HST)

Perlakuan Rata-rata

J0a (monukultur kacang tunggak/ kontrol) 259,00 c

J1 (jarak tanam jagung 20 cm x 50 cm) 78,67 a

J2 (jarak tanam jagung 20 cm x 60 cm) 172,67 bc

J3 (jarak tanam jagung 20 cm x 100 cm) 82,17 a

J4 (jarak tanam jagung 25 cm x 50 cm) 89,17 ab

J5 (jarak tanam jagung 25 cm x 60 cm) 65,00 a

J6 (jarak tanam jagung 25 cm x 100 cm) 78,67 a

J7 (jarak tanam jagung 40 cm x 50 cm) 92,50 ab

J8 (jarak tanam jagung 40 cm x 60 cm) 78,00 a

J9 (jarak tanam jagung 40 cm x 100 cm) 81,00 a

Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf tidak sama pada kolom rata-rata menunjukkan beda nyata pada uji ragam 5%

Berdasarkan Tabel 1, dapat di ketahui bahwa pada berbagai kerapatan tumpangsari jagung menunjukkan hasil berbeda nyata. Hal tersebut dapat diartikan bahwa perlakuan tumpangsari jagung dapat mempercepat umur berbunga kacang tunggak di luar musim. Saat berbunga paling cepat yaitu pada tanaman kacang tunggak yang ditumpangsarikan dengan jagung menggunakan jarak tanam 25 cm x 60 cm yaitu pada 65 HST. Sedangkan tanaman kacang tunggak yang


(31)

commit to user

ditanam secara monokultur tidak memunculkan bunga dan diasumsikan bahwa tanaman kacang tunggak monokultur dapat berbunga ketika tanaman berumur 259 HST yaitu pada saat musim kacang tunggak.

Semakin lebar jarak tanam maka populasi tanaman jagung akan semakin sedikit, maka kanopi jagung kurang maksimal sebagai penaung. Kondisi lapang yang sering terguyur hujan membantu dalam pengurangan lama penyinaran karena matahari tertutup awan sehingga cahaya yang yang diterima kacang tunggak lebih kecil. Lama penyinaran menentukan jumlah energi radiasi surya, sehingga mempengaruhi pertumbuhan tanaman melalui proses fotosintesis. Sedangkan panjang hari menentukan proses perkembangan tanaman melalui respon fotoperiodisme, namun tidak bergantung pada intensitas energi radiasi surya melainkan periode pencahayaan mulai matahari terbit hingga terbenam. Panjang hari mengontrol perubahan fase-fase perkembangan tanaman yang pada akhirnya menentukan tidak saja produktivitas melainkan juga kualitas hasil tanaman. Karamoy (2009) menuliskan bahwa proses pembungan terjadi karena adanya pigmen yang tanggap rangsangan cahaya. Pigmen tersebut merupakan protein yang mudah larut dan dikenal dengan istilah fitokrom. Cahaya dengan panjang gelombang 660 nm dapat mempengaruhi pigmen menjadi bentuk yang mengawali kejadian ke arah terbentuknya bunga.

Hal tersebut berpengaruh dalam menginduksi pembungaan karena semakin besar radiasi surya yang diserap maka akan merusak enzim yang dapat menganggu metabolisme tanaman terutama kemampuan di dalam mensisntesis protein. Elisa cit Nasution (2011) menyatakan bahwa Induksi bunga (evokasi) adalah tahap awal dari proses pembungaan, yaitu suatu tahap ketika meristem vegetatif diprogram untuk mulai berubah menjadi meristem reproduktif yang terjadi di dalam sel. Hal tersebut dapat dideteksi secara kimiawi dari peningkatan sintesis asam nukleat dan protein, yang dibutuhkan dalam pembelahan dan diferensiasi sel. Madina dan Hall (2003) menyatakan bahwa untuk pembungaan awal


(32)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

tidak dipengaruhi oleh panjang hari pada temperatur yang rendah tapi tertunda karena panjang hari pada temperatur yang tinggi.

2. Jumlah Bunga Per Tanaman

Bunga merupakan organ generatif tanaman. Proses pembungaan mengandung sejumlah tahap penting, yang semuanya harus berhasil dilangsungkan untuk memperoleh hasil akhir yaitu biji. Mimbar, (1991) juga menyatakan bahwa pembungaan tipe determinit berlangsung secara serempak dari bagian atas ke pangkal.

Tabel 2. Rerata Jumlah bunga per tanaman kacang tunggak/

Vigna unguiculata L. Walp

Perlakuan Rata-rata

J0a (monukultur kacang tunggak/ kontrol) 0,00 a

J1 (jarak tanam jagung 20 cm x 50 cm) 2,67 bc

J2 (jarak tanam jagung 20 cm x 60 cm) 0,67 ab

J3 (jarak tanam jagung 20 cm x 100 cm) 1,00 abc

J4 (jarak tanam jagung 25 cm x 50 cm) 0,67 ab

J5 (jarak tanam jagung 25 cm x 60 cm) 1,33 abc

J6 (jarak tanam jagung 25 cm x 100 cm) 1,83 abc

J7 (jarak tanam jagung 40 cm x 50 cm) 0,50 a

J8 (jarak tanam jagung 40 cm x 60 cm) 1,00 abc

J9 (jarak tanam jagung 40 cm x 100 cm) 2,83 c

Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf tidak sama pada kolom rata-rata menunjukkan beda nyata pada uji ragam 5%.

Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa perlakuan kerapatan tumpangsari jagung menunjukan hasil berbeda nyata terhadap banyaknya bunga yang muncul pada kacang tunggak. Beberapa tanaman kacang tunggak yang mampu berbunga menghasilkan bunga yang cukup banyak, namun banyak pula yang gugur akibat terpaan angin serta hujan.

Pada tabel ditunjukan pula bahwa perlakuan yang menghasilkan jumlah bunga tertinggi terdapat pada perlakuan kerapatan tumpangsari jagung dengan jarak tanam 40 cm x 100 cm yaitu sebanyak 2,83. Sedangkan perlakuan yang menghasilkan jumlah bunga terendah


(33)

commit to user

terdapat pada perlakuan monokultur kacang tunggak. Pada tabel menunjukan bahwa dengan perlakuan tumpangsari mampu untuk mengahsilkan bunga serta menentukan banyaknya bunga yang muncul. Dengan perlakuan kerapatan tumpangsari jagung dapat membantu dalam mengurangi aktivitas fotorespirasi pada siang hari, disebabkan kanopi tanaman jagung yang menaungi kacang tunggak. Hal tersebut mempengaruhi banyaknya bunga yang diproduksi. Wilkins cit Wuryan (2008) menyatakan berkurangnya intensitas cahaya pada tengah hari diduga mengurangi aktivitas fotorespirasi sehingga hasil fotosintesis bersih lebih tinggi. Dengan meningkatnya hasil fotosintesis memacu pertumbuhan generatif yaitu pembentukkan primordia bunga lebih cepat dan jumlah yang lebih banyak.


(34)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

3. Jumlah Polong Per Tanaman

Jumlah polong pada tiap tanaman merupakan komponen hasil pokok bagi suatu tanaman. Jumlah polong yang terbentuk menunjukkan kemampuan menyerap unsur hara yang tersedia di dalam tanah. Hal tersebut disebabkan karena polong merupakan tempat untuk menyimpan cadangan makanan.

Tabel 3. Rerata Jumlah polong per tanaman kacang tunggak/

Vigna unguiculata L. Walp

Perlakuan Rata-rata

J0a (monukultur kacang tunggak/ kontrol) 0,00

J1 (jarak tanam jagung 20 cm x 50 cm) 0,50

J2 (jarak tanam jagung 20 cm x 60 cm) 0,33

J3 (jarak tanam jagung 20 cm x 100 cm) 0,33

J4 (jarak tanam jagung 25 cm x 50 cm) 0,17

J5 (jarak tanam jagung 25 cm x 60 cm) 0,33

J6 (jarak tanam jagung 25 cm x 100 cm) 0,33

J7 (jarak tanam jagung 40 cm x 50 cm) 0,17

J8 (jarak tanam jagung 40 cm x 60 cm) 0,67

J9 (jarak tanam jagung 40 cm x 100 cm) 0,50

Keterangan : Angka yang tidak diikuti dengan huruf (notasi) pada kolom rata-rata menunjukkan tidak beda nyata pada uji ragam 5%.

Tabel 3 serta analisis ragam (Lampiran 1.3) menunjukan bahwa perlakuan kerapatan tumpangsari jagung tidak berbeda nyata terhadap banyaknya jumlah polong per tanaman. Hal ini terjadi karena banyaknya variasi, namun ada kecenderungan perlakuan tumpangsari jagung membantu dalam menginduksi pembungaan kacang tunggak. Selain itu kondisi di lapang menunjukan bahwa sebagian tanaman tidak menghasilkan polong, dan tidak semua bunga dapat berubah menjadi polong. Berdasarkan Tabel 3, di ketahui bahwa jumlah polong per tanaman paling banyak yaitu pada perlakuan kerapatan tumpangsari jagung 40 cm x 60 cm. Jumlah polong per tanaman paling sedikit yaitu pada perlakuan monokultur kacang tunggak karena tidak menghasilkan polong.


(35)

commit to user

Kebutuhan penyinaran saat pembentukan polong kacang tunggak berbeda dibanding saat pembentukan bunga. Kacang tunggak dapat mengahsilkan polong yang maksimal apabila mendapatkan penyinaran yang optimum agar dapat menghasilkan hasil fotosintesis yang baik. Kondisi lapang saat tanaman berbunga sampai membentuk polong sering terguyur hujan sehingga dapat menghambat pembentukan polong karena dapat menyebabkan kebusukan. Perlakuan kerapatan tumpangsari jagung mempengaruhi dalam penyerapan cahaya oleh tanaman. Semakin lebar jarak tanam maka intensitas cahaya yang diteruskan dan diserap akan semakin besar, begitu pula sebaliknya. Cahaya sangat besar pengaruhnya dalam proses fisiologis, seperti fotosintesis, pernafasan, pertumbuhan perkembangan, pembukaan dan penutupan stomata, pergerakan tanaman dan perkecambahan. Penyinaran matahari mempengaruhi pertumbuhan produksi dan hasil tanaman melalui proses fotosintesis dan fotoperodisitas. Orgen cit Karamoy (2009) menyatakan bahwa intensitas cahaya yang rendah saat awal pengisisan polong, maka jumlah polong dan hasil biji lebih rendah dibandingkan dengan tanaman tanpa naungan. Hal ini disebabkan turunnya kadar karbohidrat daun yang disebabkan oleh turunnya proses fotosintesis dan terganggunya keseimbangan dalam sistem tanaman.

Seperti halnya yang dituliskan Rusmiati et al (2005), bahwa persentase polong per tanaman dipengaruhi oleh sifat genetik tanaman itu sendiri, karena sifat genetik suatu tanaman lebih besar peranannya dalam mengendalikan bentuk biji (ukuran polong). Irdiawan dan Rahmi (2002) juga menyatakan bahwa untuk pembentukan polong diperlukan kadar kelembaban tanah yang rendah selama beberapa waktu dan banyaknya air di dalam tanah dapat mengganggu proses pembentukan polong.


(36)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

4. Jumlah Biji Per Polong

Biji merupakan cadangan makanan serta dapat diperankan sebagai benih yang dapat dijadikan bahan tanam pada musim berikutnya. Faktor yang menentukan kualitas biji adalah jumlah substrat karbohidrat yang tersedia bagi metabolisme yang mendukung pertumbuhan awal tanaman. Hal ini menjadikan ukuran atau bobot biji sering dipakai sebagai tolok ukur untuk mendapatkan bahan tanam yang seragam (Sitompul dan Guritno cit Dermawan, 2006)

Tabel 4. Rerata Jumlah biji per polong kacang tunggak/

Vigna unguiculata L. Walp

Perlakuan Rata-rata

J0a (monukultur kacang tunggak/ kontrol) 0,00

J1 (jarak tanam jagung 20 cm x 50 cm) 14,50

J2 (jarak tanam jagung 20 cm x 60 cm) 7,50

J3 (jarak tanam jagung 20 cm x 100 cm) 14,00

J4 (jarak tanam jagung 25 cm x 50 cm) 7,00

J5 (jarak tanam jagung 25 cm x 60 cm) 14,50

J6 (jarak tanam jagung 25 cm x 100 cm) 11,00

J7 (jarak tanam jagung 40 cm x 50 cm) 15,00

J8 (jarak tanam jagung 40 cm x 60 cm) 13,75

J9 (jarak tanam jagung 40 cm x 100 cm) 14,50

Keterangan : Angka yang tidak diikuti dengan huruf (notasi) pada kolom rata-rata menunjukkan tidak beda nyata pada uji ragam 5%.

Tabel 4 menunjukan bahwa perlakuan kerapatan tumpangsari jagung tidak berbeda nyata terhadap jumlah biji per polong, hal tersebut dikarenakan banyaknya variasi pada perlakuan tumpangsari jagung. Pada hasil diatas membuktikan bahwa perlakuan tumpangsari jagung mampu dalam menginduksi pembungaan tanaman kacang tunggak serta dapat mempengaruhi banyaknya biji yang terbentuk tiap polong. Perubahan cuaca yang fluktuatif serta perlakuan kerapatan tumpangsari jagung menyebabkan keadaan tanah cenderung lembab. Hal tersebut menyebabkan cahaya yang diserap rendah, cahaya yang rendah menyebabkan proses fotosintesis tanaman terganggu sehingga dapat


(37)

commit to user

menyebabkan kadar karbohidrat yang dihasilkan tidak maksimal. Jika kadar karbohidrat yang dihasilkan tidak maksimal maka akan menurunkan kuantitas serta kualitas polong, karena karbohidrat merupakan salah satu bahan untuk pembentukan polong. Selain itu genetik juga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya jumlah biji yang dihasilkan. Baharsja cit Karamoy (2009) menyatakan bahwa penurunan intensitas cahaya sejak perkecambahan mengakibatkan penurunan jumlah buku, cabang, diameter batang, jumlah polong dan jumlah biji. Seperti yang dinyatakan oleh Mimbar (1991) bahwa jumlah dan ukuran biji maksimum ditentukan oleh faktor genetik serta kondisi yang dialami biji selama periode pengisian biji.

5. Berat 1000 Biji (gram)

Peubah pengamatan berupa berat 1000 biji merupakan salah satu peubah yang berkaitan erat dengan hasil produksi suatu tanaman. Berat 1000 biji yang semakin berat akan berakibat semakin banyak produksi yang didapat dan semakin baik jika biji dijadikan benih.

Tabel 5. Rerata berat 1000 biji tanaman kacang tunggak/

Vigna unguiculata L. Walp (gram)

Perlakuan Rata-rata

J0a (monukultur kacang tunggak/ kontrol) 0,00

J1 (jarak tanam jagung 20 cm x 50 cm) 43,93

J2 (jarak tanam jagung 20 cm x 60 cm) 39,33

J3 (jarak tanam jagung 20 cm x 100 cm) 42,27

J4 (jarak tanam jagung 25 cm x 50 cm) 20,24

J5 (jarak tanam jagung 25 cm x 60 cm) 39,79

J6 (jarak tanam jagung 25 cm x 100 cm) 40,33

J7 (jarak tanam jagung 40 cm x 50 cm) 18,67

J8 (jarak tanam jagung 40 cm x 60 cm) 59,94

J9 (jarak tanam jagung 40 cm x 100 cm) 41,28

Keterangan : Angka yang tidak diikuti dengan huruf (notasi) pada kolom rata-rata menunjukkan tidak beda nyata pada uji ragam 5%.


(38)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

Tabel 5 menunjukkan bahwa perlakuan kerapatan tumpangsari tidak berbeda nyata terhadap berat 1000 biji. Dari hasil tersebut diketahui bahwa banyaknya variasi pada perlakuan tidak menurunkan kualitas dan kuantitas biji. Selain itu hasil pada tabel diatas menunjukan bahwa perlakuan tumpangsari jagung mampu untuk membantu kacang tunggak dalam menginduksi pembungaan serta menghasilkan polong dan biji. Pada tabel 5 ditunjukkan bahwa berat 1000 biji tanaman kacang tunggak lebih rendah dibanding dengan berat 1000 biji kacang tunggak pada umumnya yang mencapai 120 - 150 gram. Selain itu biji yang dihasilkan sangat bervariasi yang sebagian besar berukuran kecil. Perlakuan kerapatan tumpangsari jagung mengakibatkan intensitas cahaya yang diterima oleh kacang tunggak menjadi terbatas serta kelembaban lingkungan yang fluktuatif. Hal tersebut mengakibatkan ruang kacang tunggak untuk melakukan fotosintesis terganggu sehingga produksi karbohidrat rendah dan menghasilkan biji yang rendah pula. Goldsworthy dan Fisher cit Wicaksana (2006) menyatakan bahwa berat 1000 biji dipengaruhi oleh ukuran biji. Ukuran biji tergantung pada faktor-faktor yang mengendalikan penyediaan asimilasi untuk pengisisan biji, jumlah biji yang tumbuh dan batas-batas pertumbuhan biji individual yang ditentukan secara genetik.

Berat 1000 biji tertinggi terdapat pada kombinasi perlakuan tumpangsari kacang tunggak dengan jagung yang berjarak tanam 40 cm x 60 cm yaitu sebesar 59,94 gram. Pada jarak tanam tersebut kompetisi antara jagung dengan kacang tunggak tidak terlalu tinggi sehingga dalam penyerapan hara dapat tercukupi dengan baik. Buckman dan Brady cit Wicaksana (2006) menyebutkan bahwa tanaman akan berproduksi dengan baik apabila unsur hara yang dibutuhkan tersedia dalam jumlah yang cukup. Hal ini didukung oleh Supriono cit Widodo (2000), yang mengatakan bahwa memang ada kecenderungan merenggangnya jarak tanam meningkatkan hasil biji pertanaman. Berat 1000 biji terendah


(39)

commit to user

terdapat pada monokultur kacang tunggak, hal ini disebabkan karena pada monokultur proses pembungan kacang tunggak tidak terjadi.

6. Hasil Biji Per Tanaman (gram)

Hasil biji per tanaman ditentukan dengan menimbang beratnya. Berat biji per tanaman merupakan berat keseluruhan biji yang di hasilkan oleh tanaman. Dengan diketahuinya hasil biji pertanaman, maka dapat diprediksikan hasil panen per satuan luas yang akan diperoleh dengan mengetahui populasi tanaman di lapang.

Tabel 6. Rerata hasil biji per tanaman kacang tunggak/

Vigna unguiculata L. Walp (gram)

Perlakuan Rata-rata

J0a (monukultur kacang tunggak/ kontrol) 0,00

J1 (jarak tanam jagung 20 cm x 50 cm) 2,46

J2 (jarak tanam jagung 20 cm x 60 cm) 1,80

J3 (jarak tanam jagung 20 cm x 100 cm) 1,82

J4 (jarak tanam jagung 25 cm x 50 cm) 0,95

J5 (jarak tanam jagung 25 cm x 60 cm) 0,93

J6 (jarak tanam jagung 25 cm x 100 cm) 1,53

J7 (jarak tanam jagung 40 cm x 50 cm) 1,02

J8 (jarak tanam jagung 40 cm x 60 cm) 3,29

J9 (jarak tanam jagung 40 cm x 100 cm) 0,60

Keterangan : Angka yang tidak diikuti dengan huruf (notasi) pada kolom rata-rata menunjukkan tidak beda nyata pada uji ragam 5%.

Pada rerata yang disajikan pada tabel 6 menyebutkan bahwa perlakuan kerapatan tumpangsari jagung tidak berbeda nyata dengan hasil biji pertanaman. Banyaknya variasi pada perlakuan mengakibatkan tidak berbeda nyata terhadap hasil biji per tanaman, namun adanya hasil tersebut menunjukan bahwa perlakuan tumpangsari jagung terbukti membantu dalam menginduksi pembungaan kacang tunggak. Hal ini disebabkan karena tanaman kacang tunggak tidak menghasilkan polong yang banyak sehingga jumlah biji per tanaman akan rendah pula. Hasil yang sedikit ini diakibatkan oleh kerapatan tanaman sehingga memicu


(40)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

persaingan dalam penyerapan hara antar tanaman. Selain itu faktor genetik juga ikut berperan dalam proses pembentukan biji. Sutopo (1998) menyatakan bahwa proses pembentukan biji pada berbagai jenis tanaman tidak sama, baik disebabkan oleh faktor lingkungan maupun faktor genetik. Ketidak sempurnaan dalam proses pembuahan bakal biji akan menyebabkan terbentuknya biji yang tidak sama pula.

7. Berat Segar Brangkasan Per Tanaman (gram)

Berat segar brangkasan menunjukkan tingkat serapan air dan unsur hara oleh tanaman untuk metabolisme.

Tabel 7. Rerata berat segar brangkasan kacang tunggak/

Vigna unguiculata L.Walp

Perlakuan Rata-rata

J0a (monukultur kacang tunggak/ kontrol) 183,33

J1 (jarak tanam jagung 20 cm x 50 cm) 143,33

J2 (jarak tanam jagung 20 cm x 60 cm) 168,33

J3 (jarak tanam jagung 20 cm x 100 cm) 156,67

J4 (jarak tanam jagung 25 cm x 50 cm) 155,00

J5 (jarak tanam jagung 25 cm x 60 cm) 133,33

J6 (jarak tanam jagung 25 cm x 100 cm) 130,00

J7 (jarak tanam jagung 40 cm x 50 cm) 153,33

J8 (jarak tanam jagung 40 cm x 60 cm) 186,67

J9 (jarak tanam jagung 40 cm x 100 cm) 155,00

Keterangan : Angka yang tidak diikuti dengan huruf (notasi) pada kolom rata-rata menunjukkan tidak beda nyata pada uji ragam 5%.

Berdasarkan tabel 7, dapat di ketahui bahwa perlakuan kerapatan tumpangsari jagung menunjukkan hasil tidak berbeda nyata terhadap berat segar brangkasan. Hal ini berarti bahwa kebutuhan air tanaman kacang tunggak terpenuhi meskipun ditanam secara tumpangsari. Pada hasil di atas juga dapat diketahui bahwa kacang tunggak monokultur dan kacang tunggak yang ditumpangsarikan dengan jagung menunjukan hasil segar brangkasan yang tak berbeda jauh. Seperti yang dinyatakan oleh Prawinata et al cit Dewi (2004) bahwa berat segar brangkasan hampir


(41)

commit to user

seluruhnya disebabkan pengambilan air oleh tanaman. Dengan kata lain efektivitas penyerapan air oleh tanaman serta peranannya dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman dicerminkan oleh berat segar brangkasan.

Dari tabel 7 dapat terlihat bahwa rerata berat segar brangkasan tertinggi terdapat pada perlakuan monokultur kacang tunggak yaitu sebesar 183,33 gram, sedangkan rerata berat segar brangkasan terendah terdapat pada perlakuan kerapatan tumpangsari jagung 25 cm x 100 cm yaitu sebesar 130 gram.

8. Berat Kering Brangkasan Per Tanaman (gram)

Berat kering brangkasan merupakan salah satu indikator pertumbuhan tanaman, karena berat kering tanaman merupakan hasil akumulasi asimilat tanaman yang diperoleh dari total pertumbuhan dan perkembangan tanaman selama hidupnya.

Tabel 8. Rerata berat kering brangkasan tanaman kacang tunggak/

Vigna unguiculata L.Walp

Perlakuan Rata-rata

J0a (monukultur kacang tunggak/ kontrol) 24,42

J1 (jarak tanam jagung 20 cm x 50 cm) 23,55

J2 (jarak tanam jagung 20 cm x 60 cm) 23,36

J3 (jarak tanam jagung 20 cm x 100 cm) 22,78

J4 (jarak tanam jagung 25 cm x 50 cm) 22,75

J5 (jarak tanam jagung 25 cm x 60 cm) 19,39

J6 (jarak tanam jagung 25 cm x 100 cm) 19,32

J7 (jarak tanam jagung 40 cm x 50 cm) 22,63

J8 (jarak tanam jagung 40 cm x 60 cm) 30,92

J9 (jarak tanam jagung 40 cm x 100 cm) 22,60

Keterangan : Angka yang tidak diikuti dengan huruf (notasi) pada kolom rata-ratamenunjukkan tidak beda nyata pada uji ragam 5%.

Berdasarkan tabel 8 dapat diketahui bahwa perlakuan berbagai kerapatan tumpangsari jagung tidak berpengaruh nyata terhadap berat kering brangkasan. Meskipun kebutuhan air tercukupi, namun pada hasil


(42)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

di atas terlihat jelas bahwa populasi dalam suatu lahan sangat menentukan pertumbuhan suatu tanaman. Meskipun ditanam secara monokultur maupun ditumpangsarikan dengan jagung, hasil pada tabel di atas menunjukan bahwa hasil fotosintesis tanaman kacang tunggak sedikit. Hal ini disebabkan persaingan cahaya karena kanopi setiap tanaman yang saling menutupi. Pada tabel 8 dapat terlihat bahwa berat kering brangkasan kacang tunggak tertinggi terdapat pada perlakuan kerapatan tumpangsari jagung 40 cm x 60 cm yaitu sebesar 30,92 gram, sedangkan berat kering brangkasan terdapat pada perlakuan kerapatan tumpangsari jagung 25 cm x 100 cm yaitu sebesar 19,32 gram.

Kartasapoetra (1988) menyatakan bahwa persaingan antar tanaman dalam mendapatkan air maupun cahaya matahari berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif, sehingga jarak tanaman yang lebih lebar akan lebih memacu pertumbuhan tanaman dan semakin besar berat kering brangkasan berarti semakin baik pertumbuhan dan perkembangan tersebut. Blackman cit Quye et al (2011) menyatakan bahwa pada masa juvenil tanaman akan tumbuh dengan kuat. Indeks luas daun yang meningkat akan menyebabkan intersepsi cahaya daun akan meningkatkan fotosintesis sehingga meningkatkan bahan kering tanaman. Selain itu Sumijati (2003) menegaskan bahwa meningkatnya kompetisi antar kanopi karena peningkatan populasi tanaman dapat menurunkan berat kering dan total luas daun tanaman.


(43)

commit to user 9. Diameter Batang (cm)

Diameter batang merupakan salah satu indikator untuk mengetahui pertumbuhan suatu tanaman. Semakin besar diameter batang suatu tanaman maka tanaman telah menunjukan pertumbuhannya.

Gambar 1. Purata diameter batang kacang tunggak/Vigna unguiculata L. Walp Keterangan : J0a : Kacang Tunggak Monokultur/ kontrol, J1 : jarak tanam tumpangsari jagung 20 cm x 50 cm, J2 : jarak tanam tumpangsari jagung 20 cm x 60 cm, J3 : jarak tanam tumpangsari jagung 20 cm x 100 cm, J4 : jarak tanam tumpangsari jagung 25 cm x 50 cm, J5 : jarak tanam tumpangsari jagung 25 cm x 60 cm, J6 : jarak tanam tumpangsari jagung 25 cm x 100 cm, J7 : jarak tanam tumpangsari jagung 40 cm x 50 cm, J8 : jarak tanam tumpangsari jagung 40 cm x 60 cm, J9 : jarak tanam tumpangsari jagung 40 cm x 100 cm

Berdasarkan gambar 1, terlihat bahwa pertumbuhan kacang tunggak terus menunjukan peningkatan. Dari awal tanam hingga 8 MST kacang tunggak masih menunjukan pertumbuhan vegetatifnya, namun pertumbuhan kacang tunggak cenderung tetap dan tidak mengalami peningkatan yang signifikan pada minggu berikutnya. Setelah pertumbuhan vegetatif terhenti, tanaman kacang tunggak mengawali masa generatifnya. 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9

2 MST 4 MST 6 MST 8 MST 10 MST 12 MST

Dia m e te r b a ta n g ( c m ) J0a J1 J2 J3 J4 J5 J6 J7 J8 J9


(44)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

10. Jumlah Daun

Jumlah daun juga merupakan salah satu indikator pertumbuhan tanaman. Daun kacang tunggak berbentuk daun majemuk. Semakin banyak cabang yang terbentuk maka akan semakin banyak pula daunnya.

Gambar 2. Purata jumlah daun kacang tunggak/ Vigna unguiculata L. Walp Keterangan : J0a : Kacang Tunggak Monokultur/ kontrol, J1 : jarak tanam tumpangsari jagung 20 cm x 50 cm, J2 : jarak tanam tumpangsari jagung 20 cm x 60 cm, J3 : jarak tanam tumpangsari jagung 20 cm x 100 cm, J4 : jarak tanam tumpangsari jagung 25 cm x 50 cm, J5 : jarak tanam tumpangsari jagung 25 cm x 60 cm, J6 : jarak tanam tumpangsari jagung 25 cm x 100 cm, J7 : jarak tanam tumpangsari jagung 40 cm x 50 cm, J8 : jarak tanam tumpangsari jagung 40 cm x 60 cm, J9 : jarak tanam tumpangsari jagung 40 cm x 100 cm

Pembelahan sel akan meningkatkan laju pertumbuhan diikuti dengan pertambahan cabang serta daun. Pada gambar terlihat bahwa saat awal tanam sampai 8 MST menunjukan peningkatan jumlah daun sampai pada titik optimal pertumbuhan pada masa vegetatif. Kemudian pada minggu berikutnya terjadi penurunan karena daun berguguran. Daun yang berguguran menunjukan bahwa tanaman kacang tunggak telah memasuki masa generatif.

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50

2 MST 4 MST 6 MST 8 MST 10 MST 12 MST

ju m la h d a u n J0a J1 J2 J3 J4 J5 J6 J7 J8 J9


(45)

commit to user B. Jagung (Zea mays)

1. Hasil Biji Per Tanaman (gram)

Buah jagung terdiri atas tongkol, biji dan daun pembungkus. Biji jagung mempunyai bentuk, warna dan kandungan endosperm yang bervariasi tergantung jenisnya. Pada umumnya biji jagung tersusun dalam barisan yang melekat secara lurus atau berkelok-kelok. Susunan biji pada buah jagung bergantung pada genetik dari jagung.

Tabel 9. Rerata hasil biji per tanaman jagung/ Zea mayz (gram)

Perlakuan Rata-rata

J0b (monukultur jagung/ kontrol) 76,84 c

J1 (jarak tanam jagung 20 cm x 50 cm) 47,49 bc

J2 (jarak tanam jagung 20 cm x 60 cm) 17,83 a

J3 (jarak tanam jagung 20 cm x 100 cm) 23,06 ab

J4 (jarak tanam jagung 25 cm x 50 cm) 28,34 ab

J5 (jarak tanam jagung 25 cm x 60 cm) 35,07 ab

J6 (jarak tanam jagung 25 cm x 100 cm) 26,03 ab

J7 (jarak tanam jagung 40 cm x 50 cm) 27,48 ab

J8 (jarak tanam jagung 40 cm x 60 cm) 23,82 ab

J9 (jarak tanam jagung 40 cm x 100 cm) 21,66 ab

Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf tidak sama pada kolom rata-rata menunjukkan tidak beda nyata pada uji ragam 5%.

Pada tabel 9 menunjukkan bahwa perlakuan tumpangsari jagung dengan berbagai kerapatan menunjukan berbeda nyata terhadap hasil biji

jagung per tanaman. Dibandingkan dengan jagung yang

ditumpangsarikan, jagung dengan perlakuan monokultur menghasilkan biji lebih banyak. Hal tersebut menunjukan bahwa terjadi adanya persaingan antar tanaman jagung dengan kacang tunggak. Tanaman jagung yang ditanam secara monokultur lebih banyak mendapat ruang dalam penyerapan unsur hara, air serta cahaya yang optimal sehingga

membantu dalam pertumbuhan tanaman dengan baik. Supriono cit

Widodo (2010) menyatakan bahwa memang ada kecenderungan merenggangnya jarak tanam meningkatkan hasil biji pertanaman.


(46)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

2. Berat Segar Brangkasan Per Tanaman (gram)

Berat segar brangkasan merupakan salah satu indikator yang menunjukkan tingkat serapan air dan unsur hara oleh tanaman untuk metabolisme.

Tabel 10. Rerata berat brangksan segar per tanaman jagung/ Zea mays Perlakuan Rata-rata

J0b (monukultur jagung/ kontrol) 436,67

J1 (jarak tanam jagung 20 cm x 50 cm) 260,00

J2 (jarak tanam jagung 20 cm x 60 cm) 190,00

J3 (jarak tanam jagung 20 cm x 100 cm) 240,00

J4 (jarak tanam jagung 25 cm x 50 cm) 253,33

J5 (jarak tanam jagung 25 cm x 60 cm) 276,67

J6 (jarak tanam jagung 25 cm x 100 cm) 190,00

J7 (jarak tanam jagung 40 cm x 50 cm) 226,67

J8 (jarak tanam jagung 40 cm x 60 cm) 250,00

J9 (jarak tanam jagung 40 cm x 100 cm) 200,00

Keterangan : Angka yang tidak diikuti dengan huruf (notasi) pada kolom rata-rata menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji ragam 5%.

Berdasarkan tabel 10 serta analisis ragam yang terlampir menunjukan bahwa perlakuan berbagai kerapatan tumpangsari jagung menunjukan tidak berbeda nyata. Jika dilihat akan diketahui bahwa jagung yang ditanam secara monokultur menghasilkan berat segar brangkasan yang tertinggi dibandingkan dengan berat segar brangkasan jagung yang ditumpangsarikan dengan kacang tunggak. Hal ini berarti, bahwa jagung yang ditanam secara tumpangsari dengan kacang tunggak menunjukan adanya persaingan air. Persaingan tersebut sangat berimbas terhadap berat segar brangkasan tanaman jagung. Berbeda dengan jagung monokultur yang memiliki ruang lebih lebar, sehingga dapat optimal dalam menyerap air. Supriono (2000) menyatakan bahwa serapan air dan unsur hara yang tinggi mengakibatkan berat segar brangkasan tanaman juga semakin meningkat.


(47)

commit to user

3. Berat Kering Brangkasan Per Tanaman (gram)

Berat brangkasan kering tanaman dipengaruhi oleh berat segar brangkasan tanaman. Apabila berat segar tanaman rendah maka berat kering tanaman yang dihasilkan semakin rendah. Menurut Sitompul dan Guritno cit Supriono (2000), pengeringan bahan bertujuan untuk menghilangkan semua kandungan air bahan, dilakukan pada suhu yang relatif tinggi selama jangka waktu tertentu sampai mencapai berat kering yang konstan.

Tabel 11. Rerata berat brangkasan kering tanaman jagung/ Zea mays

Perlakuan Rata-rata

J0b (monukultur jagung/ kontrol) 66,36 b

J1 (jarak tanam jagung 20 cm x 50 cm) 40,15 ab

J2 (jarak tanam jagung 20 cm x 60 cm) 21,48 a

J3 (jarak tanam jagung 20 cm x 100 cm) 26,28 a

J4 (jarak tanam jagung 25 cm x 50 cm) 39,28 ab

J5 (jarak tanam jagung 25 cm x 60 cm) 36,79 a

J6 (jarak tanam jagung 25 cm x 100 cm) 21,82 a

J7 (jarak tanam jagung 40 cm x 50 cm) 29,72 a

J8 (jarak tanam jagung 40 cm x 60 cm) 32,47 a

J9 (jarak tanam jagung 40 cm x 100 cm) 28,34 a

Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf tidak sama pada kolom rata-rata menunjukkan berbeda nyata pada uji ragam 5%.

Berdasarkan hasil analisis ragam yang terlampir serta tabel 14, dapat diketahui bahwa perlakuan berbagai kerapatan tumpangsari berbeda nyata terhadap berat kering brangkasan. Dapat dilihat bahwa berat kering brangkasan jagung monokultur lebih besar dibanding dengan jagung yang ditumpangsarikan dengan kacang tunggak. Jagung monokultur mendapatkan berat kering brangksan tertinggi karena persaingan antar tanaman yang rendah sehingga dalam memperoleh cahaya, air dan hara dapat tercukupi secara optimal yang mengakibatkan proses fotosintesis berjalan dengan lancar. Fitter dan Hay cit Supriono (2000) menyatakan bahwa 90% berat kering tanaman adalah hasil


(48)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

fotosintesis. Proses fotosintesis yang terhambat akan menyebabkan rendahnya berat kering tanaman.

4. Diameter Batang (cm)

Pertumbuhan suatu tanaman dapat diketahui melalui perpanjangan dan pembesaran sel, salah satu parameter untuk mengetahui hal tersebut adalah dengan mengetahui diameter batang.

Gambar 3. Purata diameter batang jagung/ Zea mays

Keterangan : J0b : Jagung Monokultur/ kontrol, J1 : jarak tanam jagung 20 cm x 50 cm, J2 : jarak tanam jagung 20 cm x 60 cm, J3 : jarak tanam jagung 20 cm x 100 cm, J4 : jarak tanam jagung 25 cm x 50 cm, J5 : jarak tanam jagung 25 cm x 60 cm, J6 : jarak tanam jagung 25 cm x 100 cm, J7 : jarak tanam jagung 40 cm x 50 cm, J8 : jarak tanam jagung 40 cm x 60 cm, J9 : jarak tanam jagung 40 cm x 100 cm

Berdasarkan gambar 3 dapat diketahui bahwa perpanjangan dan pembelahan sel terjadi dari awal tanam sampai dengan 10 MST. Dari grafik terlihat pula perbedaan antara jagung monokultur dengan jagung yang ditumpangsarikan dengan kacang tunggak. Jagung monokultur menunjukan pertumbuhan yang lebih baik dibanding dengan jagung yang ditumpangsarikan. Hal ini disebabkan penyerapan cahaya, air dan hara yang optimal oleh jagung yang ditanam secara monokultur.

0 0.5 1 1.5 2 2.5

2MST 4MST 6 MST 8 MST 10 MST 12 MST

Dia m e te r b a ta n g ( c m ) J0b J1 J2 J3 J4 J5 J6 J7 J8 J9


(49)

commit to user 5. Jumlah Daun

Daun merup digunakan sebagai cahaya matahari m makanan yang di menghasilkan baha diketahui bahwa da tanaman.

Gamba Keterangan : J0b 20 cm x 50 cm, J2 jagung 20 cm x 100 jarak tanam jagung cm, J7 : jarak tana cm x 60 cm, J9 : ja

Berdasarkan dengan pertumbuha antara jagung m monokultur menda sehingga pertumbuha jagung yang ditum

upakan pabrik karbohidrat bagi tanaman budiday gai tempat untuk penyerapan dan pengubahan i melalui proses fotosintesis sebagai sumber p digunakan untuk pertumbuhan, perkembanga bahan panen (Suryaningsih, 2004). Dari hal tersebut

daun merupakan salah satu indikator pertumbuha

bar 4. Purata jumlah daun jagung/ Zea mays : Jagung Monokultur/ kontrol, J1 : jarak tanam , J2 : jarak tanam jagung 20 cm x 60 cm, J3 : jara

100 cm, J4 : jarak tanam jagung 25 cm x 50 ung 25 cm x 60 cm, J6 : jarak tanam jagung 25 c anam jagung 40 cm x 50 cm, J8 : jarak tanam ja

arak tanam jagung 40 cm x 100 cm.

an gambar terlihat bahwa daun terus meningka buhannya. Pada grafik tertera dengan jelas pe

monokultur dengan jagung tumpangsari. ndapatkan cahaya, unsur hara serta air yang umbuhan jagung monokultur jauh lebih baik da

umpangsarikan dengan kacang tunggak karena m

daya. Daun han energi penghasil ngan dan sebut dapat buhan suatu

nam jagung arak tanam 50 cm, J5 : 25 cm x 100 jagung 40

kat seiring perbedaan i. Jagung g optimal, k daripada mendapat


(50)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

persaingan antar tanaman yang lebih rendah. Budiastuti (2000) menyatakan bahwa pengaturan populasi tanaman pada hakekatnya adalah pengaturan jarak tanam yang berpengaruh pada persaingan dan penyerapan hara, air dan cahaya matahari sehingga bila tidak diatur dengan baik akan mempengaruhi hasil tanaman. Jarak tanaman mengakibatkan kompetisi yang utama dalam memperoleh cahaya, unsur hara dan air.


(1)

commit to user

2. Berat Segar Brangkasan Per Tanaman (gram)

Berat segar brangkasan merupakan salah satu indikator yang menunjukkan tingkat serapan air dan unsur hara oleh tanaman untuk metabolisme.

Tabel 10. Rerata berat brangksan segar per tanaman jagung/ Zea mays

Perlakuan Rata-rata J0b (monukultur jagung/ kontrol) 436,67 J1 (jarak tanam jagung 20 cm x 50 cm) 260,00 J2 (jarak tanam jagung 20 cm x 60 cm) 190,00 J3 (jarak tanam jagung 20 cm x 100 cm) 240,00 J4 (jarak tanam jagung 25 cm x 50 cm) 253,33 J5 (jarak tanam jagung 25 cm x 60 cm) 276,67 J6 (jarak tanam jagung 25 cm x 100 cm) 190,00 J7 (jarak tanam jagung 40 cm x 50 cm) 226,67 J8 (jarak tanam jagung 40 cm x 60 cm) 250,00 J9 (jarak tanam jagung 40 cm x 100 cm) 200,00 Keterangan : Angka yang tidak diikuti dengan huruf (notasi) pada kolom rata-rata menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji ragam 5%.

Berdasarkan tabel 10 serta analisis ragam yang terlampir menunjukan bahwa perlakuan berbagai kerapatan tumpangsari jagung menunjukan tidak berbeda nyata. Jika dilihat akan diketahui bahwa jagung yang ditanam secara monokultur menghasilkan berat segar brangkasan yang tertinggi dibandingkan dengan berat segar brangkasan jagung yang ditumpangsarikan dengan kacang tunggak. Hal ini berarti, bahwa jagung yang ditanam secara tumpangsari dengan kacang tunggak menunjukan adanya persaingan air. Persaingan tersebut sangat berimbas terhadap berat segar brangkasan tanaman jagung. Berbeda dengan jagung monokultur yang memiliki ruang lebih lebar, sehingga dapat optimal dalam menyerap air. Supriono (2000) menyatakan bahwa serapan air dan unsur hara yang tinggi mengakibatkan berat segar brangkasan tanaman juga semakin meningkat.


(2)

commit to user

3. Berat Kering Brangkasan Per Tanaman (gram)

Berat brangkasan kering tanaman dipengaruhi oleh berat segar brangkasan tanaman. Apabila berat segar tanaman rendah maka berat kering tanaman yang dihasilkan semakin rendah. Menurut Sitompul dan Guritno cit Supriono (2000), pengeringan bahan bertujuan untuk menghilangkan semua kandungan air bahan, dilakukan pada suhu yang relatif tinggi selama jangka waktu tertentu sampai mencapai berat kering yang konstan.

Tabel 11. Rerata berat brangkasan kering tanaman jagung/ Zea mays

Perlakuan Rata-rata J0b (monukultur jagung/ kontrol) 66,36 b J1 (jarak tanam jagung 20 cm x 50 cm) 40,15 ab J2 (jarak tanam jagung 20 cm x 60 cm) 21,48 a J3 (jarak tanam jagung 20 cm x 100 cm) 26,28 a J4 (jarak tanam jagung 25 cm x 50 cm) 39,28 ab J5 (jarak tanam jagung 25 cm x 60 cm) 36,79 a J6 (jarak tanam jagung 25 cm x 100 cm) 21,82 a J7 (jarak tanam jagung 40 cm x 50 cm) 29,72 a J8 (jarak tanam jagung 40 cm x 60 cm) 32,47 a J9 (jarak tanam jagung 40 cm x 100 cm) 28,34 a Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf tidak sama pada kolom rata-rata menunjukkan berbeda nyata pada uji ragam 5%.

Berdasarkan hasil analisis ragam yang terlampir serta tabel 14, dapat diketahui bahwa perlakuan berbagai kerapatan tumpangsari berbeda nyata terhadap berat kering brangkasan. Dapat dilihat bahwa berat kering brangkasan jagung monokultur lebih besar dibanding dengan jagung yang ditumpangsarikan dengan kacang tunggak. Jagung monokultur mendapatkan berat kering brangksan tertinggi karena persaingan antar tanaman yang rendah sehingga dalam memperoleh cahaya, air dan hara dapat tercukupi secara optimal yang mengakibatkan proses fotosintesis berjalan dengan lancar. Fitter dan Hay cit Supriono (2000) menyatakan bahwa 90% berat kering tanaman adalah hasil


(3)

commit to user

fotosintesis. Proses fotosintesis yang terhambat akan menyebabkan rendahnya berat kering tanaman.

4. Diameter Batang (cm)

Pertumbuhan suatu tanaman dapat diketahui melalui perpanjangan dan pembesaran sel, salah satu parameter untuk mengetahui hal tersebut adalah dengan mengetahui diameter batang.

Gambar 3. Purata diameter batang jagung/ Zea mays

Keterangan : J0b : Jagung Monokultur/ kontrol, J1 : jarak tanam jagung 20 cm x 50 cm, J2 : jarak tanam jagung 20 cm x 60 cm, J3 : jarak tanam jagung 20 cm x 100 cm, J4 : jarak tanam jagung 25 cm x 50 cm, J5 : jarak tanam jagung 25 cm x 60 cm, J6 : jarak tanam jagung 25 cm x 100 cm, J7 : jarak tanam jagung 40 cm x 50 cm, J8 : jarak tanam jagung 40 cm x 60 cm, J9 : jarak tanam jagung 40 cm x 100 cm

Berdasarkan gambar 3 dapat diketahui bahwa perpanjangan dan pembelahan sel terjadi dari awal tanam sampai dengan 10 MST. Dari grafik terlihat pula perbedaan antara jagung monokultur dengan jagung yang ditumpangsarikan dengan kacang tunggak. Jagung monokultur menunjukan pertumbuhan yang lebih baik dibanding dengan jagung yang ditumpangsarikan. Hal ini disebabkan penyerapan cahaya, air dan hara yang optimal oleh jagung yang ditanam secara monokultur.

0 0.5 1 1.5 2 2.5

2MST 4MST 6 MST 8 MST 10 MST 12 MST

Dia m e te r b a ta n g ( c m ) J0b J1 J2 J3 J4 J5 J6 J7 J8 J9


(4)

commit to user

5. Jumlah Daun

Daun merup digunakan sebagai cahaya matahari m makanan yang di menghasilkan baha diketahui bahwa da tanaman.

Gamba Keterangan : J0b 20 cm x 50 cm, J2 jagung 20 cm x 100 jarak tanam jagung cm, J7 : jarak tana cm x 60 cm, J9 : ja

Berdasarkan dengan pertumbuha antara jagung m monokultur menda sehingga pertumbuha jagung yang ditum

upakan pabrik karbohidrat bagi tanaman budiday gai tempat untuk penyerapan dan pengubahan i melalui proses fotosintesis sebagai sumber p digunakan untuk pertumbuhan, perkembanga bahan panen (Suryaningsih, 2004). Dari hal tersebut

daun merupakan salah satu indikator pertumbuha

bar 4. Purata jumlah daun jagung/ Zea mays

: Jagung Monokultur/ kontrol, J1 : jarak tanam , J2 : jarak tanam jagung 20 cm x 60 cm, J3 : jara

100 cm, J4 : jarak tanam jagung 25 cm x 50 ung 25 cm x 60 cm, J6 : jarak tanam jagung 25 c anam jagung 40 cm x 50 cm, J8 : jarak tanam ja

arak tanam jagung 40 cm x 100 cm.

an gambar terlihat bahwa daun terus meningka buhannya. Pada grafik tertera dengan jelas pe

monokultur dengan jagung tumpangsari. ndapatkan cahaya, unsur hara serta air yang umbuhan jagung monokultur jauh lebih baik da

umpangsarikan dengan kacang tunggak karena m

daya. Daun han energi penghasil ngan dan sebut dapat buhan suatu

nam jagung arak tanam 50 cm, J5 : 25 cm x 100 jagung 40

kat seiring perbedaan i. Jagung g optimal, k daripada mendapat


(5)

commit to user

persaingan antar tanaman yang lebih rendah. Budiastuti (2000) menyatakan bahwa pengaturan populasi tanaman pada hakekatnya adalah pengaturan jarak tanam yang berpengaruh pada persaingan dan penyerapan hara, air dan cahaya matahari sehingga bila tidak diatur dengan baik akan mempengaruhi hasil tanaman. Jarak tanaman mengakibatkan kompetisi yang utama dalam memperoleh cahaya, unsur hara dan air.


(6)

commit to user

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan diatas yaitu:

1. Tumpangsari jagung mampu menginduksi pembungaan kacang tunggak di luar musim. Pembungaan tercepat terjadi pada jarak tanam 25 cm x 60 cm, sedangkan jumlah biji tertinggi terjadi pada jarak tanam 40 cm x 100 cm. 2. Tumpangsari jagung tidak menurunkan kuantitas hasil kacang tunggak

secara nyata.

3. Ada kecenderungan hasil biji terbaik terjadi pada jarak tanam tumpangsari jagung 40 cm x 60 cm, disebabkan tingginya hasil berat 1000 biji.

B. Saran

1. Perlu penelitian lebih lanjut dengan penanaman jagung 2 minggu sebelum kacang tunggak, sehingga dapat mengurangi kompetisi pada fase vegetatif serta dapat menaungi kacang tunggak dengan baik.

2. Perlu penelitian lebih lanjut dengan penanaman kacang tunggak menggunakan jarak tanam yang cukup lebar sehingga pertumbuhan lebih maksimal serta mempermudah peneliti saat pengamatan dan mempermudah saat panen.