HUBUNGAN TINGKAT KETERGANTUNGAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI DUSUN NGRAME TAMANTIRTO, KASIHAN, BANTUL

(1)

TAMANTIRTO, KASIHAN, BANTUL

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

Derajat Sarjana Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh:

BAIQ LAELI FITRIANA

20120320045

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(2)

(3)

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Baiq Laeli Fitriana

NIM : 20120320045

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Fakultas : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang peneliti tulis ini benar-benar merupakan hasil karya peneliti sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka peneliti bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, 23 Juni 2016 Yang membuat pernyataan,


(4)

iv

KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil’alamin

Segala puji syukur bagi Allah SWT, shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul

“Hubungan Tingkat Ketergantungan dengan Tingkat Depresi pada Lanjut Usia di Dusun Ngrame Tamantirto, Kasihan, Bantul”. penelitian ini dilakukan untuk memberikan gambaran kepada tenaga kesehatan khususnya ilmu keperawatan tentang pengetahuan terkait tingkat ketergantungan terhadap tingkat depresi lanjut usia di Dusun Ngrame Tamantirto, Kasihan, Bantul.

Kelancaran penulisan penelitian ini dengan adanya bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak yang akhirnya penelitian ini dapat terselesaikan. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Kedua orang tua, Nurlaela dan Lalu Biur Teguh Wahyu Alam yang telah memberikan dukungan moril dan materil untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

2. Kedua adik saya, Lalu Muhammad Fathur Rizki dan Lalu Muhammad Syarif Rizki yang selalu memberikan dukungan moril untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

3. Sri Sumaryani, S.Kep., Ns.,M.Kep., Sp.Mat.,HNC. selaku ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.


(5)

4. Shanti Wardhaningsih, Ns.,M.Kep., Sp.Jiwa., Ph.D sebagai penanggung jawab penelitian keperawatan.

5. Puji Sutarjo, S.Kep.,Ns., MPH. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, saran dan motivasi.

6. Seluruh teman-teman mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan khususnya Tesasol Genk yaitu Ayu, Miranda, Alma, Ledys, Zuliyani, Izmi, Tiara, dan Rahma yang telah memberikan bantuan dan dukungannya.

7. Pihak-pihak lain yang telah membantu peneliti menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Dalam penyusunan dan penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis sangat menyadari masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna, oleh karena itu segala saran dan kritik yang membangun akan diterima dengan senang hati. Mudah-mudahan karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Yogyakarta, 23 Juni 2016 Penulis


(6)

vi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR SINGKATAN ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

INTISARI ... xiii

ABSTRACT ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Keaslian Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

A. Lanjut Usia ... 11

1. Definisi ... 11

2. Teori proses penuaan ... 12

3. Mitos-mitos dan realita pada lanjut usia ... 16

4. Karakteristik lanjut usia ... 18

5. Tipe lanjut usia ... 18

6. Tugas perkembangan lanjut usia ... 19

7. Klasifikasi lanjut usia ... 20

8. Perubahan yang terjadi pada lanjut usia ... 20

B. Konsep Ketergantungan ... 22


(7)

2. Tingkat ketergantungan ... 23

3. Faktor yang mempengaruhi ketergantungan ... 24

4. Gejala umum ketergantungan ... 25

5. Dampak ketergantungan ... 26

C. Depresi ... 27

1. Definisi depresi ... 27

2. Gejala depresi ... 28

3. Penyebab depresi ... 29

4. Alat ukur tingkat ketergantungan dan tingkat depresi ... 31

D. Kerangka Konsep ... 33

E. Hipotesis ... 33

BAB III METODE PENELITIAN... 34

A. Desain Penelitian ... 34

B. Populasi Dan Sampel Penelitian ... 34

C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 36

D. Variabel Penelitian ... 36

E. Definisi Oprasional ... 37

F. Alat dan Bahan Penelitian ... 38

G. Jalannya Penelitian ... 40

H. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 42

I. Analisis Data ... 42

J. Pengelolaan Data ... 44

K. Etik Penelitian ... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 47

A. Gambaran Umum Dusun Ngrame ... 47

B. Hasil Penelitian ... 47

1. Karakteristik responden ... 47

2. Tingkat ketergantungan ... 49

3. Tingkat depresi ... 49

4. Gambaran tingkat ketergantungan dan tingkat depresi berdasarkan usia, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan ... 50


(8)

viii

5. Analisis bivariat ... 51

C. Pembahasan ... 52

1. Usia ... 52

2. Jenis kelamin ... 54

3. Pendidikan ... 55

4. Pekerjaan ... 56

5. Tingkat ketergantungan ... 57

6. Tingkat depresi ... 59

6. Analisis bivariat ... 64

BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN ... 67

A. Kesimpulan ... 67

B. Saran ... 67


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi operasional ... 37 Tabel 3.2 Kisi-kisi pertanyaan Geriatric Depression Scale……… ... 38 Tabel 3.3 Kisi-kisi pertanyaan Indeks Barthel……… ... 39 Tabel 4.1 Karakteristik responden berdasarkan usia, jenis kelamin, pendidikan dan

pekerjaan ... 48 Tabel 4.2 Tingkat ketergantungan lanjut usia ... 49 Tabel 4.3 Tingkat depresi lanjut usia ... 49 Tabel 4.4 Gambaran tingkat ketergantungan dan tingkat depresi berdasarkan usia,

jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan ... 50 Tabel 4.5 Hubungan tingkat ketergantungan dengan tingkat depresi ... 51


(10)

x

DAFTAR GAMBAR


(11)

DAFTAR SINGKATAN

DEPKES : Departemen Kesehatan RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar

WHO : World Health Organization

KEMENKES RI : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

AHH : Angka Harapan Hidup

BAPPENAS : Badan Perancanaan Pembangunan Nasional

LKj : Laporan Kinerja

DNA : Deoxyribose Nucleic Acid


(12)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar permohonan menjadi responden

Lampiran 2 Lembar persetujuan menjadi responden penelitian

Lampiran 3 Kuesioner Geriatric Depression Scaledan Indeks Barthel Lampiran 4 Survey pendahuluan Kepala Puskesmas Kasihan I Bantul

Yogyakarta

Lampiran 5 Permohonan surat izin penelitian Kepala BAPPEDA Kabupaten Bantul Yogyakarta

Lampiran 6 Permohonan surat izin penelitian Kepala Dusun Ngrame Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta

Lampiran 7 Permohonan surat izin penelitian Ketua Kader Dusun Ngrame Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta

Lampiran 8 Permohonan surat izin penelitian Kepala Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Bantul Yogyakarta

Lampiran 9 Permohonan surat izin penelitian Ketua RT Ngrame Tamantirto Kasihan Bantul

Lampiran 10 Surat keterangan izin penelitian BAPPEDA Bantul Lampiran 11 Surat keterangan kelayakan etika penelitian


(13)

HUBUNGAN TINGKAT KETERGANTUNGAN DENGAN TINGKAT DEPRESI

PADA LANJUT USIA DI DUSUN NGRAME

TAMANTIRTO, KASIHAN, BANTUL

Baiq Laeli Fitriana, Puji Sutarjo

Fakultas Kedokteran Ilmu Keperawatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta e-mail : laelifitrianabaiq@yahoo.com

INTISARI

Latar Belakang: Pada tahun 2012 Indonesia merupakan negara ketiga di Asia yang memiliki jumlah lanjut usia di atas 60 tahun terbesar setelah Cina dan India. Daerah di Indonesia yang memiliki lanjut usia tertinggi pada tahun 2012 adalah Daerah Istimewa Yogyakarta. Lanjut usia yang jumlahnya terus meningkat berdampak pada timbulnya masalah meningkatnya rasio ketergantungan. Kemunduran pada lanjut usia akan berdampak pada kondisi fisik dan mental yang menurun, seperti kerusakan kognitif atau depresi.

Tujuan Penelitian: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tingkat ketergantungan dengan tingkat depresi pada lanjut usia di Dusun Ngrame Tamantirto, Kasihan, Bantul.

Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan metode cross sectional dengan pengambilan data menggunakan kuesioner. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner GDS) dan Indeks Barthel. Teknik pengambilan sampel menggunakan Purposive Sampling. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2016. Uji statistik penelitian ini menggunakan uji corelation spearman. Jumlah responden pada penelitian ini sebanyak 35 lanjut usia dengan ketergantungan.

Hasil Penelitian: Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa dari 35 lanjut usia yang menjadi responden, 31 (88.55%) orang mengalami ketergantungan sedang dan 29 orang (82.9%) mengalami depresi sedang. Dari hasil analisis diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,254 > ρ (0,05). Wawancara yang dilakukan peneliti pada responden yang memiliki tingkat ketergantungan berat namun mengalami depresi sedang hal itu terjadi kerena adanya dukungan keluarga, sedangkan pada responden yang memiliki ketergantungan sedang namun mengalami depresi berat karena mengalami masalah kesulitan ekonomi yang meningkatkan beban yang mereka rasakan.

Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat ketergantungan dengan tingkat depresi pada lanjut usia di Dusun Ngrame Tamantirto, Kasihan, Bantul.

Saran: Peneliti selanjutnya diharapkan melakukan penelitian tentang dukungan keluarga dan faktor ekonomi dengan tingkat depresi lanjut usia.


(14)

xiv

THE RELATION BETWEEN THE LEVEL OF DEPENDENCY WITH LEVEL OF

DEPRESSION IN THE ELDERLY PEOPLE IN NGRAME

TAMANTIRTO, KASIHAN, BANTUL

Baiq Laeli Fitriana, Puji Sutarjo

Fakultas Kedokteran Ilmu Keperawatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta e-mail : laelifitrianabaiq@yahoo.com

ABSTRACT

Background: In 2012, Indonesia is the third country in Asia which has a number of elderly people over 60 years the largest after China and India. Regions in Indonesia which has the highest elderly in 2012 is Yogyakarta. Elderly, which have increased impact on the emergence of the problem of rising dependency ratios. A decline in the elderly will have an impact on physical and mental decline, such as cognitive impairment or depression.

Objective: The objective of this study was to determine the relationship between the degree of dependence with the level of depression in the elderly in the village Ngrame, Tamantirto, Kasihan, Bantul.

Methods: This study used cross sectional data collection using the questionnaire. The questionnaire used is a GDS and Barthel index. The sampling technique used purposive sampling. This research was conducted in February 2016. The research statistical test using Spearman Correlation test. The number of respondents in this study were 35 elderly with dependence.

Results: Based on the results of the study showed that of the 35 elderly respondents, 31 (88.55%) of people experiencing moderate dependence and 29 (82.9%) had moderate depression. From the analysis results obtained significance value of 0.254> ρ (0.05). Interviews conducted by researchers at the respondents who have high levels of heavy dependence depressed but were it to happen because they support their families, while the respondents who have a dependency was however severely depressed because of problems of economic difficulties that increase the burden they feel.

Conclusion: There is no significant relationship between the level of dependence of the rate of depression in the elderly in the village Ngrame Tamantirto, Kasihan, Bantul.

Suggestion: Researchers further expected to conduct research on family support and economic factors to the level of depression elderly.


(15)

(16)

HUBUNGAN TINGKAT KETERGANTUNGAN DENGAN TINGKAT DEPRESI

PADA LANJUT USIA DI DUSUN NGRAME

TAMANTIRTO, KASIHAN, BANTUL

Baiq Laeli Fitriana, Puji Sutarjo

Fakultas Kedokteran Ilmu Keperawatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta e-mail : laelifitrianabaiq@yahoo.com

INTISARI

Latar Belakang: Pada tahun 2012 Indonesia merupakan negara ketiga di Asia yang memiliki jumlah lanjut usia di atas 60 tahun terbesar setelah Cina dan India. Daerah di Indonesia yang memiliki lanjut usia tertinggi pada tahun 2012 adalah Daerah Istimewa Yogyakarta. Lanjut usia yang jumlahnya terus meningkat berdampak pada timbulnya masalah meningkatnya rasio ketergantungan. Kemunduran pada lanjut usia akan berdampak pada kondisi fisik dan mental yang menurun, seperti kerusakan kognitif atau depresi.

Tujuan Penelitian: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tingkat ketergantungan dengan tingkat depresi pada lanjut usia di Dusun Ngrame Tamantirto, Kasihan, Bantul.

Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan metode cross sectional dengan pengambilan data menggunakan kuesioner. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner GDS) dan Indeks Barthel. Teknik pengambilan sampel menggunakan Purposive Sampling. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2016. Uji statistik penelitian ini menggunakan uji corelation spearman. Jumlah responden pada penelitian ini sebanyak 35 lanjut usia dengan ketergantungan.

Hasil Penelitian: Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa dari 35 lanjut usia yang menjadi responden, 31 (88.55%) orang mengalami ketergantungan sedang dan 29 orang (82.9%) mengalami depresi sedang. Dari hasil analisis diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,254 > ρ (0,05). Wawancara yang dilakukan peneliti pada responden yang memiliki tingkat ketergantungan berat namun mengalami depresi sedang hal itu terjadi kerena adanya dukungan keluarga, sedangkan pada responden yang memiliki ketergantungan sedang namun mengalami depresi berat karena mengalami masalah kesulitan ekonomi yang meningkatkan beban yang mereka rasakan.

Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat ketergantungan dengan tingkat depresi pada lanjut usia di Dusun Ngrame Tamantirto, Kasihan, Bantul.

Saran: Peneliti selanjutnya diharapkan melakukan penelitian tentang dukungan keluarga dan faktor ekonomi dengan tingkat depresi lanjut usia.


(17)

TAMANTIRTO, KASIHAN, BANTUL

Baiq Laeli Fitriana, Puji Sutarjo

Fakultas Kedokteran Ilmu Keperawatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta e-mail : laelifitrianabaiq@yahoo.com

ABSTRACT

Background: In 2012, Indonesia is the third country in Asia which has a number of elderly people over 60 years the largest after China and India. Regions in Indonesia which has the highest elderly in 2012 is Yogyakarta. Elderly, which have increased impact on the emergence of the problem of rising dependency ratios. A decline in the elderly will have an impact on physical and mental decline, such as cognitive impairment or depression.

Objective: The objective of this study was to determine the relationship between the degree of dependence with the level of depression in the elderly in the village Ngrame, Tamantirto, Kasihan, Bantul.

Methods: This study used cross sectional data collection using the questionnaire. The questionnaire used is a GDS and Barthel index. The sampling technique used purposive sampling. This research was conducted in February 2016. The research statistical test using Spearman Correlation test. The number of respondents in this study were 35 elderly with dependence.

Results: Based on the results of the study showed that of the 35 elderly respondents, 31 (88.55%) of people experiencing moderate dependence and 29 (82.9%) had moderate depression. From the analysis results obtained significance value of 0.254> ρ (0.05). Interviews conducted by researchers at the respondents who have high levels of heavy dependence depressed but were it to happen because they support their families, while the respondents who have a dependency was however severely depressed because of problems of economic difficulties that increase the burden they feel.

Conclusion: There is no significant relationship between the level of dependence of the rate of depression in the elderly in the village Ngrame Tamantirto, Kasihan, Bantul.

Suggestion: Researchers further expected to conduct research on family support and economic factors to the level of depression elderly.


(18)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Penuaan merupakan tahap akhir siklus kehidupan dari perkembangan normal yang akan dialami individu dan tidak dapat dihindari (Sutikno, 2011). Seseorang mulai memasuki tahap lanjut usia dimulai saat memasuki usia 60 tahun dan memiliki resiko rentan terhadap berbagai masalah kesehatan (Moniung, et al., 2015). Al-Qur’an surat Al-Mu’min ayat 67 menjelaskan tentang proses manusia dibentuk sampai dengan proses kematiannya, yaitu:

Artinya:“Dialah yang menciptakanmu dari tanah kemudian dari tetesan (nutfah), sesudah itu dari segumpal darah (alaqah); kemudian dilahirkan-Nya kamu tumbuh kepada masa (dewasa yang penuh kekuatan); kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua, diantara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu, Kami perbuat demikian supaya kamu sampai

kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahaminya”.

Erikson (1963) cit Prasetya, et al. (2010) menjelaskan bahwa teori perkembangan merupakan tahap integrity versus despair, dimana individu yang sukses melalui tahap ini maka akan dapat beradaptasi dengan baik, menerima berbagai perubahan yang terjadi dengan tulus, mampu beradaptasi dengan keterbatasan yang dimiliki, dan bertambah bijak dalam menyikapi proses kehidupan yang dialami, namun jika gagal maka akan mengalami stres,


(19)

rasa penolakan, marah dan putus asa terhadap kenyataan yang dihadapinya dan berdampak pada timbulnya masalah mental.

Data Badan Pusat Statistik Republik Indonesia pada tahun 2012 menunjukkan bahwa Indonesia merupakan negara ketiga di Asia yang memiliki jumlah lanjut usia di atas 60 tahun terbesar setelah Cina dengan penduduk lanjut usia 200 juta jiwa, India dengan jumlah penduduk lanjut usia 100 juta jiwa dan Indonesia dengan jumlah penduduk lanjut usia 25 juta jiwa. Tahun 2050 Indonesia diperkirakan akan memiliki lanjut usia berjumlah 100 juta jiwa. Provinsi di Indonesia yang memiliki jumlah lanjut usia tertinggi pada tahun 2012 adalah provinsi DIY berjumlah 13,04%, Jawa Timur berjumlah 10,40%, dan Jawa Tengah berjumlah 10,34% (KEMENKES RI, 2013).

Angka harapan hidup (AHH) merupakan cerminan dari tingkat usia rata–rata yang dicapai suatu penduduk dalam periode tertentu, dimana angka harapan hidup yang semakin baik menunjukkan kesehatan penduduk yang meningkat dan memiliki kualitas kesehatan yang baik. Angka harapan hidup di Yogyakarta merupakan angka harapan hidup yang tertinggi dimana tahun 2012 angka harapan hidupnya yaitu 73,33 tahun dan ditahun 2013 yaitu 73,62 tahun (BAPPENAS, 2015). Angka harapan hidup di Bantul tahun 2012 yaitu 77,23 tahun dan untuk tahun 2013 meningkat menjadi 77,70 tahun (Pemerintah DIY, 2015).


(20)

3

Lanjut usia yang jumlahnya terus meningkat berdampak pada timbulnya masalah yaitu meningkatnya rasio ketergantungan lanjut usia atau old age dependency ratio (Jumita, et al., 2012). Rasio ketergantungan lanjut usia pada tahun 2012 adalah sebesar 11,90% (KEMENKES RI, 2013). Rasio ketergantungan pada lanjut usia yang meningkat akan menyebabkan meningkatnya beban bagi keluarga, masyarakat, dan pemerintah (Jumita, et al., 2012). Masyarakat yang tinggal di kota besar memberikan stres tersendiri bagi lanjut usia, dimana lanjut usia digambarkan sebagai hal yang negatif seperti sakit-sakitan, lemah, membosankan, buruk rupa, dan julukan negatif lainnya dan menyebabkan menurunnya konsep diri pada lanjut usia (Romadlani, et al., 2013).

Lanjut usia yang meningkat dari tahun ke tahun menyebabkan meningkatnya rasio ketergantungan lanjut usia, sehingga meningkat pula beban bagi orang-orang yang berada disekitarnya, dan masyarakat yang tinggal di kota memberikan gambaran negatif bagi lanjut usia sehingga konsep diri lanjut usia menurun. Lanjut usia yang melakukan aktivitas, khususnya secara produktif akan mempunyai kualitas hidup yang lebih tinggi dibandingkan dengan lanjut usia yang tidak melakukan aktivitas (Pratikto, 2014). Lanjut usia yang mandiri dapat dilihat dari kualitas kesehatan mental dan kualitas hidup yang dinilai dari kemampuannya dalam melakukan aktivitas dasar sehari-hari. Derajat kesehatan dan kemampuan fisik yang menurun akan mengakibatkan lanjut usia secara perlahan menarik diri


(21)

sehingga hubungan sosialnya menurun. Hubungan sosial dan interpersonal merupakan bagian yang cukup penting untuk kesehatan fisik, mental dan emosional bagi lanjut usia (Koampa, et al., 2015).

Lanjut usia yang mengalami ketergantungan terus menerus akan berdampak pada psikisnya karena lanjut usia akan berpikir bahwa dirinya adalah orang cacat, sakit, dan hanya dapat menyusahkan orang lain sehingga menimbulkan perasaan cemas pada dirinya (Lestari, et al., 2013). Kemunduran pada lanjut usia akan berdampak pada kondisi fisik dan mental yang menurun dan dapat dipersulit oleh adanya kemiskinan, penolakan oleh teman dan keluarga, kemunduran juga berdampak pada psikologis lanjut usia seperti kerusakan kognitif atau depresi (Kusuma, 2010).

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013, prevalensi penduduk Indonesia yang mengalami gangguan mental emosional secara nasional adalah 6,0% atau sebanyak 37.728 orang dari subyek yang dianalisis sebanyak 703.946 orang. Provinsi yang memiliki prevalensi gangguan mental emosional tertinggi adalah Sulawesi Tengah 11,6%, Sulawesi Selatan 9,3%, Jawa Barat 9,3%, Yogyakarta 8,1%, dan yang terendah di Lampung 1,2% (KEMENKES RI, 2013). Gangguan mental emosional merupakan keadaan yang mengindikasikan seseorang sedang mengalami perubahan psikologis yang dapat dialami oleh semua orang pada keadaan tertentu, namun kondisi psikologisnya dapat pulih kembali.


(22)

5

Gangguan ini dapat berlanjut menjadi gangguan yang lebih serius apabila tidak berhasil ditanggulangi (KEMENKES RI, 2013).

Depresi merupakan masalah kesehatan mental yang paling sering ditemui pada lanjut usia (Prasetya, et al., 2010). Lanjut usia lebih sering mengalami depresi walaupun jarang dikenali dibandingkan dengan populasi umum (Kaplan, et al., 2010). Depresi adalah suatu respon maladaptif terhadap kehilangan berupa kematian pasangan dan orang yang berarti dalam hidupnya, perubahan status pekerjaan dan prestasi, dan menurunnya kemampuan fisik dan kesehatan yang dirasakan oleh lanjut usia. Ciri-ciri yang muncul pada lanjut usia yang mengalami depresi adalah gangguan nafsu makan dan tidur, hilangnya minat terhadap peristiwa luar, ucapan yang mencela diri sendiri dan pikiran bahwa hidup yang dijalani sudah tidak berguna, mudah lupa, sulit untuk berkonsentrasi dan mudah marah pada hal yang sepele (Kaplan, et al., 2010).

Depresi memiliki tanda dan gejala ditemukan kira-kira 25% pada lanjut usia yang berada pada komunitas maupun di rumah perawatan seperti perubahan pola tidur seperti sering bangun pada dini hari, penurunan nafsu makan yang akan menyebabkan penurunan berat badan, perasaan tidak berharga dan rasa berdosa, serta munculnya ide untuk bunuh diri (Kaplan, et al., 2010). Lanjut usia sebagian besar yang mengalami depresi bisa saja mengeluhkan mood yang menurun, namun kebanyakan mereka menyangkal adanya mood depresi, yang sering terlihat adalah kehilangan tenaga dan


(23)

hilangnya rasa senang (Titus, et al., 2012). Depresi yang diawali oleh stres seperti faktor kehilangan, penurunan kesehatan fisik, dan kurangnya dukungan dari keluarga, akan mempengaruhi koping pada lanjut usia tidak adekuat (Kristyaningsih, 2011).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan di Dusun Ngrame Tamantirto, Kasihan, Bantul pada tanggal 18 Desember 2015 bahwa dari 20 lanjut usia, 17 diantaranya mengaku merasa sepi, bosan, sedih, dan merasa tidak bersemangat jika tidak melakukan aktivitas produktif sehari-hari seperti biasa. Studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti dengan tehnik wawancara yang dilakukan pada lanjut usia. Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk meneliti tentang tingkat ketergantungan dengan tingkat depresi lanjut usia di Dusun Ngrame Tamantirto, Kasihan, Bantul.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian ini untuk mengetahui “Apakah ada hubungan tingkat ketergantungan dengan tingkat depresi pada lanjut usia di Dusun Ngrame Tamantirto, Kasihan, Bantul?”

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Diketahuinya hubungan tingkat ketergantungan dengan tingkat depresi pada lanjut usia di Dusun Ngrame Tamantirto, Kasihan, Bantul.


(24)

7

2. Tujuan khusus

a. Diketahuinya karakteristik demografi lanjut usia yang mengalami ketergantungan dan depresi di Dusun Ngrame Tamantirto, Kasihan, Bantul.

b. Diketahuinya tingkat ketergantungan lanjut usia di Dusun Ngrame Tamantirto, Kasihan, Bantul.

c. Diketahuinya tingkat depresi pada lanjut usia di Dusun Ngrame Tamantirto, Kasihan, Bantul.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai bahan pertimbangan untuk mengembangkan ilmu keperawatan jiwa pada lanjut usia. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wacana studi dalam

ilmu keperawatan jiwa tentang tingkat ketergantungan terhadap tingkat depresi pada lanjut usia.

2. Manfaat praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan penelitian ini dapat memberikan pengetahuan pada lanjut usia untuk tetap aktif dalam melakukan aktivitas sehari-hari agar terhindar dari resiko terkena depresi.

b. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan kepada keluarga untuk memberi dukungan pada lanjut usia yang mengalami depresi.


(25)

c. Diharapakan hasil penelitian ini dapat menjadi acuan perawat dalam merawat lanjut usia yang mengalami depresi.

d. Diharapakan hasil penelitian ini dapat dikembangkan lebih lanjut sebagai acuan bagi peneliti selanjutnya.

E. Keaslian Penelitian

Menurut pengetahuan penulis, penulis tidak menemukan penelitian dengan judul yang sama dengan judul penelitian yang akan penulis lakukan. Penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya yaitu:

1. Astuti (2012) dengan judul Hubungan Dukungan Sosial dengan Tingkat Depresi pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Yogyakarta. Jenis penelitian ini adalah penelitian non eksperimen yang bersifat deskriptif correlational dengan desain penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan sosial yang dirasakan lansia sebagian besar cukup (84,7%) sedangkan tingkat depresi lansia di PSTW budi luhur adalah sedang (51,4%). Berdasarkan hasil pengujian, dapat diketahui bahwa ada hubungan negatif signifikan antara dukungan sosial dengan tingkat depresi pada lansia. Persamaan penelitian ini terletak pada respondennya yaitu lanjut usia, variabel terikatnya yaitu tingkat depresi pada lanjut usia, kuesioner penelitian menggunakan GDS, jenis penelitiannya yaitu bersifat deskriptif correlational dengan desain penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Perbedaan penelitian ini adalah lokasi


(26)

9

penelitian, dan waktu penelitian, peneliti sebelumnya memiliki variabel bebas yaitu dukungan sosial, sedangkan peneliti saat ini memiliki variabel bebas yaitu tingkat ketergantungan.

2. Aprilianita (2013) dengan judul Hubungan Dukungan Sosial dengan Tingkat Depresi pada Lansia Di Hunian Tetap (Huntap) Dusun Petung, Cangkringan Yogyakrta. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan sosial yang dirasakan lansia sebagian besar cukup (54,2%) sedangkan tingkat depresi lansia di hunian tetap adalah sedang (52,5%) dan depresi berat (18,6%). Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa ada hubungan negatif signifikan antara dukungan sosial dengan tingkat depresi pada lansia. Persamaan penelitian ini terletak respondennya yaitu lanjut usia, variabel terikatnya yaitu tingkat depresi pada lanjut usia, kuesioner penelitian menggunakan GDS, jenis penelitiannya yaitu bersifat deskriptif correlational dengan desain penelitian dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Perbedaan penelitian ini adalah lokasi penelitian, dan waktu penelitian, peneliti sebelumnya memiliki variabel bebas yaitu dukungan sosial, sedangkan peneliti saat ini memiliki variabel bebas yaitu tingkat ketergantungan. 3. Lalitya (2012) dengan judul Perbedaan Tingkat Depresi pada Lansia yang

Tinggal Di Rumah dengan yang Tinggal Di Panti Sosial. Desain penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Hasil


(27)

penelitian menunjukkan bahwa tingkat depresi pada lansia yang tinggal di panti sosial terdapat pada kategori ringan sampai dengan sedang sebesar 76,7% dan nilai tertinggi tingkat depresi pada lansia yang tinggal di rumah terdapat pada kategori ringan sampai sedang sebesar 46,7%. Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui adanya hubungan anatara tempat tinggal dengan tingkat depresi pada lansia. Persamaan penelitian ini terletak respondennya yaitu lanjut usia dan pada variabel terikatnya yaitu tingkat depresi pada lanjut usia, kuesioner penelitiannya menggunakan GDS, dan desain penelitian dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Perbedaan penelitian ini adalah lokasi penelitian, dan waktu penelitian, peneliti sebelumnya memiliki variabel bebas yaitu tempat tinggal, sedangkan peneliti saat ini memiliki variabel bebas yaitu tingkat ketergantungan.


(28)

11 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Lanjut Usia 1. Definisi

Lanjut usia adalah seseorang yang berusia lebih dari 65 tahun yang memiliki berbagai masalah yang berkaitan dengan proses menua (Maramis, 2009). Lanjut usia mengalami perubahan peran dalam keluarga, sosial ekonomi maupun sosial masyarakat yang mengakibatkan kemunduran dalam beradaptasi dengan lingkungan baru dan berinteraksi dengan lingkungan sosialnya (Moniung, et al., 2015). Proses menua adalah proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri, dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap berbagai macam penyakit dan memperbaiki kerusakan yang terjadi (Puspitaningsih & Prasetyo, 2014).

Lanjut usia merupakan proses menua pada manusia yang tidak dapat dihindarkan. Salah satu tanda penurunan fungsi tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan dan merupakan tahap akhir dari siklus kehidupan manusia, sering ditandai dengan kondisi kehidupan yang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini merupakan beban berat bagi lanjut usia yang dapat menimbulkan depresi (Kristyaningsih, 2011).


(29)

2. Teori proses penuaan

Teori-teori yang menjelaskan bagaimana dan mengapa penuaan terjadi dikelompokkan menjadi teori biologis dan teori psikososial: a. Teori biologis

Perubahan-perubahan yang terjadi dalam sistem organ utama dan kemampuan tubuh untuk berfungsi dengan baik dan melawan penyakit.

1) Teori genetik

Penuaan yang terjadi akibat pengaruh dari pembentukan gen dan dampak dari lingkungan pada pembentukan kode genetik. Penuaan adalah proses yang secara tidak sadar diwariskan dari waktu kewaktu untuk mengubah sel atau struktur jaringan. Proses replikasi pada tingkatan seluler menjadi tidak teratur karena ada informasi yang diberikan dari inti sel sehingga molekul DNA menjadi bersilangan dengan unsur lain berakibat mengubah informasi genetik dan menyebabkan sistem dan organ tubuh gagal untuk berfungsi (Stanley & Beare, 2007).

2) Teori Wear and Tear (dipakai dan rusak)

Teori ini menjelaskan bahwa penimbunan sampah metabolik atau zat nutrisi merusak sintesis DNA sehingga menyebabkan malfungsi molekuler dan akhirnya malfungsi organ pada tubuh. Radikal bebas merupakan salah satu contoh produk sampah yang menyebabkan kerusakan ketika penimbunan terjadi. Radikal


(30)

13

bebas adalah molekul atau atom yang tidak memiliki pasangan. Beberapa radikal bebas yang seharusnya dalam keadaan normal akan dihancurkan oleh sistem enzim pelindung namun ada beberapa yang lolos sehingga menumpuk di dalam struktur biologis yang penting, dan saat itulah terjadi kerusakan organ (Stanley & Beare, 2007).

3) Teori riwayat lingkungan

Teori ini menjelaskan bahwa lingkungan berpengaruh terhadap proses penuaan. Cahaya matahari, trauma, dan infeksi merupakan contoh dari faktor lingkungan yang mempengaruhi proses penuaan. Namun hal ini bukan faktor utama dalam proses penuan melainkan sebagai faktor pendukung terjadinya proses penuaan (Stanley & Beare, 2007).

4) Teori imunitas

Bertambahnya usia seseorang akan mempengaruhi proses diferensiasi sel T dan menyebabkan tubuh untuk mengenali sel yang sudah tua dan tidak beraturan sebagai benda asing dan menyerangnya. Tubuh akan kehilangan kemampuan untuk meningkatkan responnya terhadap sel asing terutama bila terkena infeksi. Seiring dengan berkurangnya fungsi sistem imun maka terjadilah peningkatan dalam respon autoimun tubuh dan menyebabkan lanjut usia mungkin saja mengalami penyakit


(31)

autoimun seperti artritis reumatoid dan alergi terhadap makanan (Stanley & Beare, 2007).

5) Teori Genetik Clock

Setiap makhluk hidup memiliki program secara genetik di dalam inti selnya memiliki suatu jam genetik yang telah diputar, jika jam ini berhenti maka kita akan meninggal meskipun tanpa disertai suatu kecelakaan lingkungan maupun karena suatu penyakit. Jam ini perputarannya dapat diperpanjang apabila terdapat pengaruh dari luar seperti peningkatan kesehatan dan mengkonsumsi obat jika terkena suatu penyakit (Mubarak, et al., 2009).

b. Teori psikososial

Teori ini memusatkan perhatian pada perubahan sikap dan prilaku yang ikut terjadi pada peningkatan usia.

1) Teori tugas perkembangan

Teori ini menjelaskan bahwa seorang lanjut usia harus melakukan tugas perkembangannya agar mencapai proses penuaan yang sukses. Lanjut usia yang tidak mampu melakukan tugas perkembangannya dengan baik maka hidupnya akan dipenuhi oleh rasa penyesalan atau putus asa (Stanley & Beare, 2007).


(32)

15

2) Teori disengagement (teori pemutusan hubungan)

Teori ini menjelaskan proses penarikan diri oleh lanjut usia dari peran masyarakat dan tanggung jawabnya. Lanjut usia dikatakan bahagia apabila kontak sosialnya berkurang dan tanggung jawabnya sudah diambil oleh generasi yang lebih muda, dimana lanjut usia merasa memiliki waktu untuk merefleksikan pencapaian hidupnya dan untuk menghadapi harapan yang tidak terpenuhi (Stanley & Beare, 2007).

3) Teori aktivitas

Teori aktivitas menurut Havighurst dan Albrecht 1953 cit Setiawan, et al. (2014), lanjut usia yang sukses adalah lanjut usia yang tetap aktif secara sosial. Lanjut usia yang ingin mencapai kepuasan hidup maka mereka harus tetap melakukan aktivitas. Pentingnya aktivitas mental dan fisik yang berkesinambungan untuk memelihara dan mencegah kehilangan kesehatan sepanjang masa kehidupan.

Teori aktivitas menurut Thomae tahun 1970 cit Taurista & Sadewo (2015) seorang lanjut usia direkomendasikan untuk tetap melakukan aktivitasnya. Teori aktivitas ini menunjukkan bahwa sebenarnya lanjut usia mempunyai kebutuhan yang sama dengan para pemuda atau orang yang masih produktif. Teori aktivitas ini dikembangkan oleh Palmore dan Lemon pada tahun 1972, menyatakan bahwa penuaan yang sukses adalah tergantung dari


(33)

bagaimana seorang lansia merasakan kepuasan dalam melakukan dan mempertahankan aktivitasnya selama mungkin. Alasan lanjut usia untuk tetap melakukan berbagai aktivitas agar mereka merasa tetap dihargai oleh orang-orang yang berada di sekitar mereka (Taurista & Sadewo, 2015).

3. Mitos-mitos dan realita pada lanjut usia

Mitos-mitos yang berkaitan dengan lanjut usia menurut Mubarak, et al., (2009):

a. Mitos kedamaian dan ketenangan

Seseorang yang sudah berada pada masa lanjut usia dapat santai dan menikmati masa tuanya serta menikmati hasil jerih payahnya pada masa muda, serta semua cobaan kehidupan seakan-akan terlewati semua. Kenyataannya tidak seperti itu, dimana seseorang yang berada pada masa lanjut usia akan mengalami berbagai macam penyakit yang berdampak timbulnya stres, kemiskinan berbagai keluhan dan penderitaan lainnya.

b. Mitos konservatisme dan kemunduruan pandangan

Lanjut usia pada umumnya memang bersifat konservatis atau mempertahankan kebiasaan dan tradisi, tidak kreatif, selalu berorientasi pada masa silam sehingga dianggap ketinggalan zaman. Lanjut usia juga biasanya akan merindukan masa-masa kecil dan masa lalunya, sulit untuk berubah atau menerima perubahan baru, keras kepala dan suka mengulang-ulang permintaan. Kenyataannya


(34)

17

tidak semua lanjut usia seperti hal yang sudah dijelaskan sebelumnya, dimana sebagian lanjut usia akan tetap kreatif, berpandangan ke depan sesuai dengan zaman dan inovatif.

c. Mitos berpenyakitan

Lanjut usia kenyataannya akan mengalami proses degeneratif biologis dan akan menderita berbagai macam penyakit. Penurunan daya tahan tubuh dan metabolisme pada lanjut usia menyebabkan mereka mudah terkena penyakit, namun sekarang banyak penyakit yang dapat dikontrol seperti melalui pengobatan.

d. Mitos senilitas

Kerusakan pada bagian otak tertentu akan menyebabkan lanjut usia mengalami demensia atau pikun, namun kenyataannya tidak semua lanjut usia akan mengalami kerusakan otak yang berdampak pada demensia. Mereka masih tetap memiliki daya ingat yang baik, tetap sehat dan ada berbagai macam cara untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan daya ingat yang mereka alami.

e. Mitos ketidakproduktifan

Lanjut usia dipandang sebagai seseorang yang tidak produktif lagi, namun kenyataannya tidak semua lanjut usia tidak produktif. Lanjut usia banyak yang masih mencapai kematangan dari produktifitas mental dan memiliki material yang tinggi diusia tuanya.


(35)

4. Karakteristik lanjut usia

Keliat (1999) cit Maryam, et al.(2008) menjelaskan karakteristik lanjut usia adalah seseorang yang berusia lebih dari 60 tahun, kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai dengan sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai dengan spiritual, dan dari kondisi adaptif hingga ke kondisi maladaptif, dan lingkungan tempat tinggal yang bervariasi. Lanjut usia berada dalam tahap psikososial yang terakhir, yaitu integrity versus despair, yang biasanya dimulai saat individu memasuki masa pensiun. Tugas lanjut usia dalam tahap ini adalah integritas ego yang berarti menerima hidup, oleh karena itu juga berarti menerima akhir dari hidup itu sendiri, dan berupaya menghilangkan keputusasaan dan kekecewaan (Purwantini, 2014).

5. Tipe lanjut usia

Nugroho (2000) cit Dewi (2014) mengemukakan tipe-tipe lanjut usia dibagi menjadi lima:

a. Tipe arif bijaksana: lanjut usia pada tipe ini memiliki ciri-ciri seperti lebih memiliki banyak pengalaman sehingga saat terjadi perubahan zaman mereka akan mudah menyesuaikan diri. Lanjut usia pada tipe ini mempunyai kesibukan, memiliki sikap yang ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, dan bisa menjadi seorang panutan yang bisa dicontoh oleh orang-orang yang berada di sekitarnya.


(36)

19

b. Tipe mandiri: tipe lanjut usia ini memiliki ciri-ciri senang mengganti kegiatan yang yang sudah tidak mampu dilakukan dengan kegiatan yang baru. Ciri-ciri lain dari lanjut usia pada tipe ini adalah selektif dalam mencari pekerjaan maupun teman pergaulan.

c. Tipe tidak puas: lanjut usia ditipe ini adalah yang selalu mengalami penentangan terhadap proses penuaan, karena mereka berfikir menua akan menyebabkan kehilangan kecantikan, kehilangan daya tarik jasmani, kehilangan kekuasaan dan status, kehilangan teman yang disayangi, pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, dan seorang pengkritik.

d. Tipe pasrah: tipe lanjut usia ini memiliki ciri-ciri seperti selalu menerima dan menunggu nasib yang baik, tetap mengikuti kegiatan beribadat, dan melakukan berbagai jenis pekerjaan.

e. Tipe bingung: lanjut usia pada tipe ini ciri-cirinya sering kaget pada sesuatu hal, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, merasa minder, menyesal, pasif, dan acuh tak acuh.

6. Tugas perkembangan lanjut usia

Pembagian tugas perkembangan lanjut usia menurut Carter, et al., (1989) adalah mempertahankan suasana kehidupan rumah tangga yang menyenangkan pasangannya, adaptasi dengan perubahan yang akan terjadi seperti kehilangan pasangan, kekuatan fisik dan penghasilan keluarga, mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat,


(37)

serta melakukan life review masa lalu (Suprajitno, 2004). Tugas perkembangan lanjut usia adalah penyesuaian terhadap penurunan kekuatan dan kesehatan fisik, penyesuaian terhadap pensiun dan penurunan penghasilan, penyesuaian terhadap kematian pasangan atau orang terdekat, membangun suatu perkumpulan dengan kelompok seusia, dan membuat kegiatan fisik yang menyenangkan (Tamher & Noorkasiani, 2009)

7. Klasifikasi lanjut usia

Klasifikasikan lanjut usia menurut WHO (1999), lanjut usia dibedakan menjadi empat tahap yaitu usia pertengahan (middle age) berusia antara 45 tahun sampai 59 tahun tahun, lanjut usia (elderly) berusia antara 60 tahun sampai 74 tahun lanjut usia tua (old) berusia antara 75 tahun sampai 90 tahun, dan usia sangat tua (very old) berusia lebih dari 90 tahun (Kushariyadi, 2010). Lanjut usia dibagi menjadi 3 kategori yaitu lanjut usia awal berusia 46 sampai 55 tahun, lanjut usia akhir yaitu berusia 56 sampai dengan 65 tahun, dan manula berusia 65 tahun ke atas (Kemenkes RI, 2013).

8. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lanjut usia

Maryam, et al., (2008) menjelaskan perubahan-perubahan yang terjadi pada lanjut usia yaitu :

a. Perubahan fisik

Semakin bertambahnya usia seseorang maka akan terjadi perubahan sel-sel dalam tubuhnya seperti jumlahnya akan berkurang,


(38)

21

ukurannya yang membesar, dan jumlah cairan dalam tubuh menurun. Lanjut usia juga akan mengalami perubahan kesehatan pada sistem kardiovaskular seperti kemampuan jantung untuk memompa darah, katub jantung akan menebal, pembuluh darah elastisitasnya akan menurun, dan pembuluh darah perifer akan menebal sehingga akan menyebabkan meningkatnya tekanan darah.

Elastisitas paru-paru pada lanjut usia akan menurun sehingga akan menyebabkan otot-otot pernapasan menjadi kaku, kemampuan batuk pada lanjut usia akan menurun. Perubahan juga terjadi pada tulang dimana cairannya terjadi penurunan sehingga tulang mudah rapuh, serta lanjut usia akan mengalami tremor.

Otot-otot vesika urinaria akan melemah sehingga lanjut usia akan mengalami penurunan untuk mengontrol rasa buang air kecilnya, terjadi retensi urin, dan sekitar 75 % lanjut usia pria akan terjadi hipertropi pada prostat. Perubahan selanjutnya yang akan dialami oleh lanjut usia adalah perubahan pada penglihatannya, dimana lanjut usia akan mengalami penurunan respon terhadap sinar, lapang pandang dan akomodasi menurun, serta lanjut usia akan mengalami katarak yang mengganggu penglihatannya.

Membran timpani pada lanjut usia akan mengecil sehingga akan menyebabkan gangguan pendengaran pada lanjut usia. Kulit pada lanjut usia akan menjadi keriput, menipis dan kelembabannya menurun sehingga elastisitas kulit akan menurun.


(39)

b. Perubahan sosial

Perubahan pada lanjut usia yang mereka alami bukan hanya pada fisiknya saja, namun kehidupan sosial mereka juga akan mengalami perubahan seperti perubahan peran, dimana lanjut usia akan menjadi single women dan single parent karena pasangan hidup mereka sudah meninggal terlebih dahulu yang selanjutnya akan menyebabkan lanjut usia merasa kesepian dan kehampaan. Lanjut usia juga banyak yang mendapatkan kekerasan verbal seperti dibentak dan kekerasan nonverbal seperti dicubit atau bahkan tidak diberi makan.

c. Perubahan psikososial

Lanjut usia yang mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan dikehidupannya seperti yang sudah dijelaskan tentu akan berpengaruh pada psikososialnya seperti akan merasa frustasi, kesepian, takut kehilangan kebebasan, takut menghadapi kematian, kecemasan dan akan mengalami depresi.

B. Konsep Ketergantungan 1. Definisi ketergantungan

Ketergantungan adalah meletakkan kepercayaan kepada orang lain atau benda lain untuk bantuan yang terus menerus, penentraman serta pemenuhan kebutuhan. Ketergantungan adalah keadaan seseorang yang belum bisa memikul tanggung jawabnya sendiri untuk memenuhi kebetuhan hidupnya sehingga masih memerlukan bantuan orang lain


(40)

23

atau masyarakat (Kusuma, 2010). Ketergantungan pada lanjut usia adalah kondisi fisik dan psikis yang mengalami perubahan, dimana hal-hal tersebut merupakan perubahan ke arah yang negatif (Ayuni, 2014). 2. Tingkat ketergantungan

Tingkat ketergantungan menurut Pudjiastuti (2003) cit Kusuma, (2010):

a. Mandiri: lanjut usia mampu melakukan tugas tanpa bantuan orang lain

b. Bergantung sebagaian: lanjut usia mampu melakukan kegiatannya namun beberapa bagian perlu bantuan orang lain.

c. Bergantung total: lanjut usia tidak mampu melakukan tugasnya tanpa bantuan dari orang lain.

Menurut Kemenkes RI tahun 2003, nilai ketergantungan lanjut usia dapat dibagi dalam 4 kategori, yaitu:

a. Ketergantungan berat: lanjut usia tidak mampu mengurus diri sendiri seperti: makan, minum, dan mandi.

b. Ketergantungan sedang: lanjut usia mampu mengurus diri sendiri tetapi membutuhkan bantuan orang lain untuk kegiatan sehari-hari dalam rumah, seperti memasak dan membersihkan rumah.

c. Ketergantungan ringan: lanjut usia mampu mengurus diri sendiri dan melakukan kegiatan di dalam rumah tetapi memerlukan bantuan saat melakukan kegiatan di luar rumah seperti berbelanja, arisan, mengikuti kegiatan sosial di luar rumah, dan mengunjungi keluarga.


(41)

d. Mandiri: lanjut usia masih tetap melakukan aktivitasnya sendiri tanpa bantuan orang lain bahkan masih berdaya guna bagi keluarga dan masyarakat.

Kriteria ketergantungan menurut Watson (2002) cit Muhith (2010) berdasarkan hubungan sosial dan ada atau tidak adanya yang membantu klien:

a. Mandiri: hubungan sosial yang cukup memuaskan dan adekuat, sekurang-kurangnya satu orang akan merawat klien dalam waktu yang tidak terbatas.

b. Ringan: hubungan sosial yang tidak memuaskan, kurang kualitas dan sedikit, tapi sekurangnya satu orang akan merawat klien dalam waktu yang tidak terbatas.

c. Sedang: hubungan sosial tidak memuaskan, kurang kualitas dan sedikit, perawatan hanya diberikan dalam waktu singkat.

d. Berat: hubungan sosial yang tidak memuaskan, kurang berkualitas dan bantuan bersifat sementara.

e. Tidak mampu atau total: hubungan sosial tidak memuaskan,kurang berkualitas dan sedikit, tidak ada bantuan yang diperoleh.

3. Faktor yang mempengaruhi ketergantungan

Perubahan yang sering dijumpai pada lanjut usia yaitu daya ingat yang menurun, timbulnya kecemasan akibat merasa dirinya sudah tidak menarik lagi dan adanya kecenderungan penurunan untuk merawat diri sehingga timbulnya masalah emosional. Kemunduran kesehatan mental


(42)

25

dan kesehatan fisik yang menyebabkan aktivitas fisik menjadi terbatas akan berdampak pada penurun peran sosial yang dimiliki oleh lanjut usia sehingga lanjut usia tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup merupakan faktor yang berpengaruh terhadap meningkatkan ketergantungan yang dialami lanjut usia (Mubarak, et al., 2009).

Status gizi pada lanjut usia merupakan hal penting yang harus diperhatikan karena pada proses penuaan akan terjadi perubahan fisik dan organ tubuh yang akan mempengaruhi dalam proses penyerapan gizi dari makanan yang dikonsumsi. Defisiensi gizi termasuk zat besi pada lanjut usia berdampak pada kemampuan fisik dan penurunan kekebalan tubuh. Lanjut usia yang asupan gizinya baik tidak akan menjadi beban bagi orang lain karena masih dapat mengatasi masalah kehidupan sehari-harinya (Maryam, et al., 2008).

Pertambahan umur yang dialami oleh lanjut usia berakibat pada adanya penurunan kondisi fisik, psikologis dan sosial yang dialami oleh lanjut usia saling berhubungan satu sama lain. Penurunan kondisi fisik dan psikologis yang selanjutnya akan berpengaruh pada aktivitas ekonomi dan sosial dari lanjut usia, dengan demikian apabila lanjut usia sampai pada kondisi tersebut maka secara perlahan-lahan akan mengalami ketergantungan kepada orang lain (Kemenkes RI, 2013). 4. Gejala umum ketergantungan

Lanjut usia yang memiliki ketergantungan memiliki gejala-gejala seperti lanjut usia akan menolak untuk melakukan perawatan pada


(43)

dirinya sendiri. Lanjut usia yang berada di tempat perawatan akan terus menerus meminta staf perawat untuk melakukan apa yang masih sanggup dilakukan sendiri. Lanjut usia yang berada di komunitas akan meminta bantuan pada keluarga atau orang-orang di sekitarnya, terus menerus menyatakan baik secara verbal maupun bahasa tubuh bahwa ia tidak berdaya dan tidak mampu melakukan aktivitas sendiri. Lanjut usia yang berada di komunitas juga memiliki ciri-ciri ketergantungan seperti menolak untuk mempelajari cara-cara baru dalam merawat diri sendiri dan menolak atau tidak mampu mengambil keputusan untuk dirinya sendiri (Kusuma, 2010).

5. Dampak ketergantungan

Ketergantungan yang tidak segera diatasi akan menimbulkan beberapa akibat seperti menurunnya aktivitas sehari-hari atau Activity of Daily Living (ADL) dan timbulnya penyakit seperti, persendian yang kaku, pergerakan yang terbatas, keseimbangan tubuh yang jelek, gangguan peredaran darah, dan keadaan yang tidak stabil bila berjalan (Sari, 2009). Ketergantungan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari menyebabkan lansia tidak mampu melakukan aktivitas seperti biasanya. Beberapa kebutuhan dasar seperti kebutuhan mandi, toileting, makan, berpindah, berpakaian, kontinensia, dan bersosialisasi menjadi kebutuhan dasar dalam memberikan bantuan pemenuhan kebutuhan aktivitas kehidupan sehari-hari (Tamher & Noorkasiani, 2009).


(44)

27

C. Depresi

1. Definisi depresi

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2000 cit. Moniung, et al. (2015) menyatakan depresi berada pada urutan keempat penyakit di dunia penyebab kecacatan dan pada tahun 2020 depresi akan meningkat dan bisa saja menduduki peringkat kedua dalam masalah kesehatan dunia. Depresi merupakan gangguan mood berkepanjangan pada seluruh proses mental seseorang, dimana mood yang secara dominan muncul ialah perasaan tidak berdaya dan kehilangan harapan.

Depresi adalah suatu respon maladaptif terhadap kehilangan berupa kematian pasangan dan orang yang berarti dalam hidupnya, perubahan status pekerjaan dan prestasi, dan menurunnya kemampuan fisik dan kesehatan yang dirasakan oleh lanjut usia (Kaplan, et al., 2010). Depresi merupakan gangguan psikiatrik yang paling banyak terjadi pada lanjut usia tetapi untungnya masih bisa diobati. Hampir 80 % penderita depresi serius berhasil diobati dan kembali sehat. Lanjut usia yang mengalami depresi sering salah didiagnosis atau diabaikan. Lanjut usia yang mengalami depresi tersamarkan oleh gangguan fisik lainnya, isolasi sosial, penyangkalan, dan pengabaian terhadap proses penuaan normal menyebabkan tidak terdeteksinya dan tidak tertangani gangguan depresi yang dialami oleh lanjut usia (Stanley & Beare, 2007).


(45)

2. Gejala depresi

Gejala depresi yang diderita oleh induvidu menurut Yosep & Sutini (2014), antara lain individu akan kesulitan untuk berkonsentrasi dan daya ingat akan menurun, nafsu makan akan menurun sehingga menyebabkan berat badan menurun, individu akan mengalami gangguan tidur seperti kesulitan untuk tidur atau tidur yang berlebihan, dimana tidurnya akan disertai dengan mimpi buruk, mengalami gelisah, hilangnya perasaan senang dan semangat disertai hilangnya minat, akan meninggalkan hobi, kreativitas dan produktivitas menurun, dan timbulnya rasa ingin bunuh diri.

Pada lanjut usia gejala-gejala depresi dapat berupa perasaan sedih, tidak bahagia, sering menangis, merasa kesepian, tidur terganggu, pikiran dan gerakan tubuh lamban, cepat lelah dan menurunnya aktivitas. Tidak ada selera makan, berat badan berkurang, daya ingat menurun, sulit memusatkan pikiran dan perhatian, minat berkurang, kesenangan yang biasanya dinikmati menjadi hilang, merasa rendah diri, harga diri dan kepercayaan diri berkurang, muncul perasaan bersalah dan tidak berguna, tidak ingin hidup lagi dan bahkan ingin bunuh diri (Moniung, et al., 2015).

Gejala depresi yang sering terjadi pada lanjut usia yaitu seperti sering mengalami gangguan tidur atau sering terbangun sangat pagi yang bukan kebiasaan sehari-hari dari lanjut usia tersebut, sering merasa kelelahan, lemas, dan kurang menikmati kehidupan


(46)

sehari-29

harinya, kebersihan dan kerapian lanjut usia akan terabaikan, mudah marah dan tersinggung, konsentrasi menurun, lanjut usia akan menyatakan dirinya merasa putus asa dengan kehidupan yang dijalani saat ini, nafsu makan akan menurun sehingga berat badan akan menurun, serta timbulnya ide-ide untuk bunuh diri (Maryam, et al., 2008).

Gejala depresi yang sering terjadi pada lanjut usia menurut Kaplan, et al. (2010) adalah terjadinya gangguan nafsu makan dan tidur, tidak berenergi, hilangnya minta terhadap peristiwa yang terjadi di luar, ucapan mencela diri sendiri, berpikir bahwa hidupnya sudah tidak berguna lagi bagi dirinya sendiri maupun orang lain, menyalahkan diri sendiri, perasaan kesepian, putus asa, gangguan pada ingatan dan konsentrasi, tidak berdaya, mudah marah, dan berkeinginan untuk mengakhiri kehidupannya.

3. Penyebab depresi

Menurut Helgin & Whitbourne (2011) faktor penyebab depresi yang terjadi pada lanjut usia adalah:

a. Faktor biologis

1) Genetik: orang yang memiliki anggota keluarga dengan depresi mayor kemungkinan berisiko dua kali lebih besar mendapat gangguan depresi dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki riwayat keluarga dengan depresi. Hasil penelitian dari tiga generasi (anak-anak, orang tua, dan kakek-nenek) ditemukan


(47)

anak akan cendrung menunjukkan gangguan kecemasan yang nantinya diprediksi terjadinya gangguan depresi pada masa dewasa. Berdasarkan lima penelitian yang berskala besar ditemukan bahwa antara 31% sampai dengan 42% depresi mayor dapat diturunkan dari keluarga.

2) Biokimia: norepinefrin dan serotonin adalah monoamina yang diperkirakan sebagai faktor penting dalam gangguan depresi mayor. Depresi terjadi apabila norepinefrin berkurang, sebaliknya jika kelebihan norepinefrin akan menyebabkan mania. b. Faktor psikologis

1) Teori psikodinamika: gangguan mood mencerminkan adanya faktor kehilangan sesuatu yang penting dan perasaan ditolak yang diterima oleh seseorang.

2) Teori prilaku dan kognitif: seseorang yang tidak lagi mendapatkan dukungan positif maka akan beresiko untuk terkena depresi. Depresi bisa terjadi apabila seseorang mengalami kesulitan menyesuaikan diri dan bersosialisasi dengan lingkungan baru. Peristiwa yang tidak menyenangkan yang diterima oleh orang lain, berpadangan negatif mengenai dirinya, dunia, dan masa depan yang akan menyebabkan depresi karena orang tersebut terus menerus melihat sisi negatif dari kehidupannya meskipun sesuatu hal yang baik terjadi dalam hidupnya.


(48)

31

c. Faktor perspektif sosiokultur dan interpersonal

Seseorang yang depresi akan kesulitan untuk berinteraksi dengan orang lain dikehidupannya karena selalu sersikap mencela diri dan pesimisme sehingga membuat orang lain merasa tidak nyaman dengan hal tersebut. Orang lain akan memberikan respon tidak membantu dengan memberikan kritikan negatif dan penolakan sehingga itu akan memberikan penguatan cara pandang orang yang menderita depresi tersebut. Prilaku abnormal adalah fungsi dari hubungan interpersonal yang buruk termasuk kelemahan dalam berkomunikasi.

4. Alat ukur tingkat ketergantungan dan tingkat depresi a. Indeks barthel

Indeks barthel adalah skala pengukuran untuk mengukur aktivitas sehari-hari. Alat ukur ini digunakan untuk mengukur aktivitas sehari-hari pada lanjut usia. Indek barthel berisi 10 item pertanyaan yaitu makan, mandi, berhias, berpakaian, kontrol kandung kemih, kontrol anus, toileting, transfer kursi/tempat tidur, mobilitas dan naik tangga (Aspuah, 2013).

Interpretasi:

0-20 : Ketergantungan total 21-60: Ketergantungan berat 61-90: Ketergantungan sedang 91-99: Ketergantungan ringan


(49)

100 : Mandiri

Catatan: Nilai 0 diberikan jika klien tidak dapat melakukan kriteria yang telah ditentukan.

b. Depresi

Alat ukur yang digunakan untuk mengetahui tingkat depresi lanjut usia adalah dengan menggunakan Geriatric Depression Scale (GDS). Geriatric Depression Scale adalah kumpulan pertanyaan yang akan ditanyakan pada lanjut usia untuk mengetahui apakah klien mengalami depresi berat, sedang atau normal (Aspuah, 2013). Montorio & Izal (1996) cit Suardana (2011) menjelaskan Geriatric Depression Scale sangat tepat untuk dilakukan skrining depresi pada lanjut usia di komunitas. Geriatric Depression Scale terdiri dari 15 pertanyaan tentang kepuasan kehidupan, kegiatan yang ditinggalkan, kekosongan dalam kehidupan, bosan, semangat, takut, bahagia, tidak berdaya, aktivitas di dalam atau di luar rumah, ingatan, kehidupan yang menyenangkan, dan perasaan tidak berharga.

Interpretasi:

Skor 10-15 : Depresi berat Skor 5-9 : Depresi sedang Skor 0-4 : Normal


(50)

33

D. KerangkaKonsep

Gambar 2.1 Kerangka Konsep

Tidak Diteliti Diteliti

E. Hipotesis

Ho: Tidak ada hubungan antara tingkat ketergantungan dengan tingkat depresi pada lanjut usia di Dusun Ngrame Tamantirto, Kasihan, Bantul.

Lanjut Usia

Depresi:

a. Depresi berat b. Depresi sedang c. Normal

Ketergantungan: a. Ketergantungan

total

b. Ketergantungan berat

c. Ketergantungan sedang

d. Ketergantungan ringan


(51)

34 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuantitatif, jenis penelitian ini adalah deskriptif corelation yaitu penelitian hubungan antara dua variabel pada suatu situasi atau kelompok. Cara pengambilan data pada penelitian ini menggunakan cross sectional yaitu menekankan pada waktu pengukuran data variabel bebas dengan variabel terikat dalam satu waktu untuk mengetahui hubungan tingkat ketergantungan dengan tingkat depresi pada lanjut usia di Dusun Ngrame Tamantirto, Kasihan, Bantul.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2013). Populasi dalam penelitian ini adalah lanjut usia yang tinggal di Dusun Ngrame Tamantirto, Kasihan, Bantul. Populasi lanjut usia pada penelitian ini berjumlah 110 lanjut usia.

Sampel adalah proses menyeleksi porsi dari populasi yang ada (Nursalam, 2013). Teknik sampling yang digunakan peneliti yaitu purposive sampling. Purposive sampling adalah penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti sehingga


(52)

35

sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya (Nursalam, 2013).

Dalam penelitian ini untuk menentukan responden yang sesuai dengan kehendak peneliti, maka peneliti membuat kriteria inklusi. Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau dan yang diteliti (Nursalam, 2013). Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Mampu diajak komunikasi

b. Lanjut usia yang tidak mengalami gangguan jiwa berat

c. Dapat mengerti petunjuk dan perintah yang ada dalam kuesioner d. Bersedia menjadi responden

Jumlah sampel dalam penelitian yang memenuhi kriteria inklusi adalah sebanyak 35 orang lanjut usia.

Penentuan besar sampel dengan menggunakan rumus slovin:

n

Keterangan :

n = Besar Sampel N = Besar Populasi d = Tingkat Signifikan (p)

n


(53)

C. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian akan dilakukan di Dusun Ngrame Tamantirto, Kasihan, Bantul. Alasan peneliti mengambil di lokasi ini karena berdasarkan data dari Puskesmas Kasihan I jumlah lanjut usia yang berada di Tamantirto adalah 843 lanjut usia, 302 lanjut usia diantaranya mengalami ketergantungan dan 37 lanjut usia mengalami gangguan mental emosional, sedangkan di Dusun Ngrame jumlah lanjut usianya adalah 110 dan yang mengalami ketergantungan adalah 35 lanjut usia. 2. Waktu Penelitian

Penelitian mulai dilakukan pada bulan Februari 2016 sampai dengan Maret 2016.

D. Variabel Penelitian 1. Variabel bebas

Variabel bebas pada penelitian ini adalah tingkat ketergantungan pada lanjut usia di Dusun Ngrame Tamantirto, Kasihan, Bantul.

2. Variabel terikat

Variabel terikat pada penelitian ini adalah tingkat depresi lanjut usia di Dusun Ngrame Tamantirto, Kasihan, Bantul.


(54)

37

E. Definisi Operasional Tabel 3.1. Definisi Operasional

No Variabel Definisi operasional Alat ukur Hasil Ukur Skala

1. Tingkat

Ketergantungan

Keadaan lanjut usia apakah bisa melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri atau memerlukan bantuan orang lain atau bantuan alat.

Diukur dengan menggunakan kuesioner Indeks Barthel, seperti makan, mandi, berhias, berpakaian, kontrol BAK, kontrol BAK,

toileting, transfer kursi/tempat tidur, mobilitas dan naik tangga. 1.Ketergantungan total: 0-20 2.Ketergantungan berat: 21-60 3.Ketergantungan sedang: 61-90 4.Ketergantungan ringan: 91-99 5.Mandiri:100 Ordinal

2. Tingkat depresi Keadaan yang menyebabkan lanjut usia terjadi perubahan pola tidur, penurunan nafsu makan, perubahan mood

yang bervariasi dalam satu hari, kurang memiliki semangat, motivasi, rasa percaya diri, dan rasa kurang dihargai, dan terjadi perubahan interaksi sosial.

Geriatric

Depression Scale

(GDS):

Skor 0: Tidak setuju Skor 1: Setuju

1.Depresi berat: 10-15

2.Depresi sedang: 5-9

3.Normal: 0-4


(55)

F. Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah kuesioner yang meliputi :

Tabel 3.2. Kisi-kisi Geriatric Depression Scale

Aspek Favorable Unfavorable Jumlah

Semangat 5 1

Kepuasan hidup 1 dan 11 15 3

Keputusasaan 14 1

Kekosongan 3 1

Kebosanan 4 1

Ketakutan hal buruk 6 1

Lever energi 13 1

Kesenangan dan hobi 7 2 2

Isolasi sosial 9 1

Ingatan 10 1

Ketidakberdayaan 8 dan 12 2

Jumlah 5 10 15

Sumber: Aspuah (2013)

Cara pemberian nilai dengan menggunakan Geriatric Depression Scale ini dengan interpretasi skor berkisar antara 0-1. Pernyataan yang

memiliki jawaban “tidak” diberi skor 0, untuk pernyataan yang memiliki

jawaban “ya” diberi skor 1. Skor Tingkatan GDS: Depresi berat : 10-15


(56)

39

Depresi sedang : 5-9

Normal : 0-4

Tabel 3.3. Kisi-kisi Indeks Barthel

Aspek Favorable Unfavorable Jumlah

Makan 1 1

Berpindah 2,4,6,7 4

Personal Hygiene 3,5 2

Berpakaian 8 1

Toileting 9,10 2

Jumlah 10 10

Sumber: Aspuah (2013)

Skor Tingkatan Indeks Barthel: Ketergantungan total : 0-20 Ketergantungan berat : 21-60 Ketergantungan sedang : 61-90 Ketergantungan ringan : 91-99


(57)

G. Jalannya Penelitian

Peneliti dalam melakukan pengumpulan data dengan melakukan proses-proses sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan

Peneliti melakukan kegiatan studi pendahuluan untuk menentukan judul dan tempat penelitian sehingga didapatkan judul dan tempat penelitian yaitu Hubungan Tingkat Katergantungan Dengan Tingkat Depresi Pada Lanjut Usia Di Dusun Ngrame Tamantirto, Kasihan, Bantul. Studi pendahuluan dilakukan dengan teknik wawancara, selanjutnya peneliti melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing dan kontrak waktu untuk melaksanakan penelitian mulai dari menyusun proposal sampai laporan hasil penelitian. Kemudian peneliti memperbaiki proposal penelitian.

2. Tahap pelaksanaan

Peneliti melakukan uji etik penelitian, peneliti mengurus surat izin penelitian ke instansi terkait yaitu ke Puskesmas Kasihan 1, BAPPEDA Kabupaten Bantul, Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul, Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Bantul, Kantor Camat Kasihan, Lurah Desa Tamantirto Kecamatan Kasihan, dan Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UMY. Setelah itu peneliti menentukan satu orang asisten penelitian, dimana asisten penelitian ini adalah mahasiswa PSIK UMY.


(58)

41

Asisten peneliti bertugas untuk mengartikan Bahasa Jawa ke Bahasa Indonesia pada peneliti. Peneliti saat melakukan penelitian selalu didampingi oleh asisten penelitian. Saat melakukan penelitian, peneliti dan asisten penelitian memperkenalkan diri dan memberikan informed concent kepada lanjut usia apakah lanjut usia tersebut bersedia sebagai responden atau tidak. Peneliti dan asisten penelitian menjelaskan tujuan kepada responden sebelum mengisi kuesioner sehingga responden paham maksud dan tujuan dari penelitian ini. Peneliti memberikan dan membacakan kuesioner tersebut kepada responden. Kuesioner yang telah diisi dikumpulkan dan peneliti mengecek kelengkapan jawaban dari setiap pertanyaan yang berada di kuesioner yang telah diisi oleh responden. Peran kader dalam penelitian ini adalah memberikan informasi pada peneliti tentang nama dan alamat responden. Setelah semua data terkumpul peneliti melakukan analisis data seperti melakukan penilaian skor dan mengolah data menggunakan SPSS 16.

3. Tahap akhir

Pada tahap ini peneliti menyusun hasil penelitian dilanjutkan konsultasi untuk penulisan hasil penelitian, pembahasan, dan membuat kesimpulan dari hasil penelitian. Selanjutnya peneliti melakukan seminar hasil penelitian dan memperbaiki hasil seminar penelitian. Tahap akhir yaitu peneliti mengumpulkan hasil penelitian.


(59)

H. Uji Validitas dan Reliabilitas

Indeks Barthel sudah sangat handal, sangat sahih, dan cukup sensitif. Indeks barthel sudah diterima secara luas, kehandalan dan kesahihannya sangat baik (Setiahardja, 2005). Indeks Barthel merupakan salah satu alat ukur yang dijadikan sebagai indeks acuan di klinik dan untuk penelitian, serta digunakan secara luas hampir di seluruh dunia. Indeks barthel memiliki nilai reliabilitas 0,923 dan nilai validitasnya adalah 0,829 yang berarti indeks barthel memiliki keandalan dan kesahihan yang sangat baik (Agung, 2006). Geriatric Depression Scale (GDS) memiliki nilai reliabilitas 0,94 dan nilai validitasnya 0,82 (Mufatikah, 2014). Montorio & Izal (1996) cit Suardana (2011) menjelaskan Geriatric Depression Scale sangat tepat digunakan untuk melakukan skrening depresi pada lanjut usia yang berada di komunitas dan nursing home. Oleh sebab itu Geriatric Depression Scale (GDS) dan Indeks Barthel dapat digunakan dalam pengambilan data penelitian ini, tidak perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas lagi karena kuesioner ini sudah baku. I. Analisis Data

Setelah data terkumpul maka selanjutnya dilakukan analisis data. Analisis data diolah dengan menggunakan program statistik (SPSS 16) yang meliputi analisis univariat dan bivariat. Analisis data dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :


(60)

43

1. Analisis univariat

Tujuan dari analisis data adalah untuk menjelaskan atau mendeskripsikan data dengan sederhana. Data yang sudah didapatkan dihitung jumlah dan persentase tiap kelompok. Data yang sudah ada disusun dalam tabel kemudian diinterpretasikan. Data kategorik disajikan dalam bentuk persentase.

Cara penyajiannya dapat berupa persentase, dan tabel frekuensi. Rumus yang digunakan adalah:

P Keterangan:

P= Persentase jawaban yang diberikan responden (%) f= Frekuensi jumlah yang diperoleh

N= Jumlah total responden 2. Analisis bivariat

Analisis ini diperlukan untuk menjelaskan hubungan dua variabel yaitu variabel terikat dengan variabel bebas. Uji Normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji Shapiro-Wilk karena jumlah sampelnya kecil yaitu kurang dari 50 orang (Dahlan, 2013). Analisis bivariat penelitian ini menggunakan spearman rank correlation.Tujuan pengujian ini adalah untuk mencari hubungan yang signifikan dari hipotesis. Data


(61)

dianalisis dengan menggunakan fasilitas komputer dengan program SPSS 16.

J. Pengelolaan Data

Peneliti dalam melakukan analisis, data terlebih dahulu diolah dengan tujuan merubah data menjadi informasi. Statistik informasi data yang diperoleh digunakan untuk proses pengambilan keputusan, terutama dalam pengujian dan hipotesis (Hidayat, 2008). Setelah data terkumpul peneliti melakukan pengolahan data dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut : 1. Pemeriksaan Data (Editing)

Memeriksa kembali semua data yang telah dikumpulkan atau diperoleh. Data yang sudah dikumpulkan diperiksa satu persatu tentang kelengkapan pengisian dan kejelasan penelitian.

2. Pemberian kode (Coding)

Memberi kode numeric (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Hal ini dimaksudkan agar lebih mudah dalam melakukan pengelolaan dan analisis data menggunakan computer. Pemberian kode dalam penelitian ini adalah:

Geriatric Depression Scale (GDS): Tidak : Diberi kode 0


(62)

45

3. Entri data

Jawaban yang sudah diberi kode kategori selanjutnya dimasukkan dalam tabel dengan cara menghitung frekuensi data, dan data yang dimasukkan menggunakan pengelolan komputer dan manual.

K. Etik Penelitian

Etika penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam melaksanakan sebuah penelitian, dimana penelitian keperawatan berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan. Etika penelitian diproses dan didapatkan dari Komisi Etik dan Penelitian Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Masalah etik yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut (Hidayat, 2008) : 1. Lembar persetujuan (Informed Consent)

Lembar persetujuan merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian. Tujuan pemberiannya agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian dan mengetahui dampaknya. Semua responden setuju dan bersedia menandatangani lembar persetujuan.

2. Kerahasiaan nama (Anonymity)

Peneliti dalam penelitian ini merahasiakan identitas responden dengan tujuan untuk kepentingan kerahasiaan, hukum dan nama baik responden.


(63)

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Peneliti menjamin kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dari responden, dan hanya kelompok data tertentu yang dilaporkan dalam hasil penelitian.


(64)

47 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Dusun Ngrame

Penelitian ini dilakukan di Dusun Ngrame, Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul. Lokasi Dusun Ngrame terletak di selatan Dusun Ngebel. Luas dusun Ngrame sekitar 80 hektar . Dusun Ngrame terdiri dari 6 RT dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 678. Jumlah masyarakat di Dusun Ngrame berdasarkan hasil wawancara dengan kepala Dusun Ngrame berjumlah antara 1600 sampai dengan 2000 orang, dengan mayoritas penduduk beragama Islam. Visi dan misi dari dusun Ngrame adalah untuk kesejahteraan masyarakat dan mencegah terjadinya banjir dengan membuat saluran air hujan. Dusun Ngerame memiliki posyandu lanjut usia yang rutin dilakukan tiap bulan. Kegiatan yang dilakukan saat posyandu lanjut usia adalah senam, pemeriksaan kesehatan, penyuluhan kesehatan, dan makan bubur bersama.

B. Hasil Penelitian

1. Karakteristik responden

Karakteristik responden merupakan hasil pengelompokan responden penelitian yang dirinci menurut karakteristik usia, jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan.


(65)

Tabel 4.1 Karakteristik responden berdasarkan usia, jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan (2016) (n=35)

No Karakteristik Frekuensi (f) Prosentase (%)

1 Usia

60-74 tahun 75-90 tahun 21 14 60 40 2 Jenis kelamin

Laki-laki Perempuan 10 25 28.6 71.4 3 Pendidikan

Tidak sekolah SD SMP SMA Perguruan tinggi 17 9 2 6 1 48.6 25.7 5.7 17.1 2.9 4 Pekerjaan

Ibu rumah tangga Buruh Guru Pedagang Petani Satpam 16 9 3 2 4 1 45.7 25.7 8.6 5.7 11.4 2.9

Jumlah 35 100

Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat diketahui hasil 35 responden dalam penelitian ini sebagian besar berusia 60-74 tahun (60%), sebagian besar berjenis kelamin perempuan yaitu 25 orang (71.4%), sebagian besar tingkat pendidikan responden yang tidak sekolah yaitu 17 orang (48.6%), dan sebagian besar pekerjaan dari semua responden bekerja sebagai ibu rumah tangga. Minimal usia adalah 60 tahun, dan maksimal usia adalah 86 tahun.


(1)

besar lanjut usia mengalami ketergantungan sedang sebanyak 31 orang (88.55%). Tabel 2 Tingkat depresi lanjut usia di Dusun Ngrame, Tamantirto, Kasihan, Bantul (2016) (n=35).

Data tabel 2 tingkat depresi lanjut usia menunjukkan hasil bahwa sebagian besar lanjut usia mengalami depresi sedang yaitu sebanyak 29 orang (82.8%).

3. Analisa Bivariat

Tabel 3 Hubungan tingkat ketergantungan dengan tingkat depresi pada lanjut usia di Dusun Ngrame, Tamantirto, Kasihan, Bantul (2016) (n=35).

Depresi Berat

Depresi sedang

Normal Jumlah ρ Ketergantungan

berat

0 3 0 3

0.254 Ketergantungan

sedang

3 26 2 31

Ketergantungan ringan

0 0 1 1

Jumlah 3 29 3 35

Dari hasil perhitungan diperoleh nilai signifikansi

ρ

Ha ditolak. Artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat ketergantungan dengan tingkat depresi lanjut usia di Dusun Ngrame, Tamantirto, Kasihan, Bantul.

V. PEMBAHASAN

Pembahasan dilakukan dengan menganalisa dan membandingkan hasil penelitian dengan tinjauan pustaka.

1. Tingkat ketergantungan

Penurunan kekuatan dan tenaga berpengaruh pada lanjut usia lebih mudah lelah dan memerlukan waktu yang cukup lama untuk memulihkan diri dan hal ini merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi ketergantungan lanjut usia dalam beraktivitas9. Lanjut usia yang melakukan aktivitas khususnya Depresi Frekuensi (f) Prosentase

(%)

Normal 3 8.55

Sedang 29 82.9

Berat 3 8.55


(2)

secara produktif akan mempunyai kualitas hidup yang lebih tinggi dibandingkan dengan lanjut usia yang tidak melakukan aktivitas14. Derajat kesehatan dan kemampuan fisik

yang menurun akan

mengakibatkan lanjut usia secara perlahan menarik diri sehingga hubungan sosialnya menurun. Hubungan sosial dan interpersonal merupakan bagian yang cukup penting untuk kesehatan fisik, mental dan emosional bagi lanjut usia7. 2. Tingkat depresi

Usia merupakan salah satu faktor risiko terjadinya depresi, semakin meningkatnya usia maka risiko terjadinya depresi juga akan menjadi dua kali lipat karena pada masa tersebut banyak terjadi suatu perubahan

seperti perubahan fisik, psikologis, ekonomi, sosial dan spiritual yang mempengaruhi kualitas hidup lanjut usia. Faktor lain yang kemungkinan mempengaruhi depresi, seperti kematian pasangan hidup, perbedaan sosial dan budaya, dan kurangnya partisipasi dalam beraktivitas selama masa hidupnya. Selain itu perbedaan dalam teknik pengumpulan data penelitian kemungkinan juga mempengaruhi perbedaan hasil dari penelitian lainnya¹.

3. Hubungan antara tingkat ketergantungan dengan tingkat depresi pada lanjut usia di Dusun Ngrame Tamantirto, Kasihan, Bantul

Berdasarkan data yang didapatkan dari penelitian yang dilakukan di Dusun Ngrame


(3)

Tamantirto, Kasihan, Bantul sebanyak 35 orang responden dengan menggunakan uji korelasi Spearman dengan menggunakan program SPSS 16 didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,254 > ρ (0,05) maka Ha ditolak. Artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat ketergantungan dengan tingkat depresi lanjut usia. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Herawati (2009) berjudul hubungan kemandirian aktivitas dasar sehari-hari terhadap konsep diri lanjut usia di Desa Bangunjiwo Kasihan Bantul Yogyakarta dengan jumlah responden yaitu 93 lanjut usia menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara

kemandirian ADL (Activity Daily Living) dengan konsep diri lanjut usia di Desa Bangunjiwo Kasihan Bantul Yogyakarta dengan nilai signifikansi yaitu 0,45.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada responden yang memiliki tingkat ketergantungan berat namun mengalami depresi sedang, responden menyatakan bahwa walaupun kondisi tubuh mereka sudah melemah baik karena penyakit maupun karena proses penuaan namun karena adanya dukungan keluarga mereka merasa beban yang mereka miliki berkurang. Sedangkan responden yang mengalami ketergantungan sedang namun mengalami depresi berat hal itu terjadi karena mereka


(4)

mengalami kesulitan dimasalah ekonomi sehingga beban yang mereka rasakan semakin bertambah.

VI. KESIMPULAN

Berdasarkan analisa data dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Tingkat ketergantungan lanjut usia yang berada di Dusun Ngrame, Tamantirto, Kasihan, Bantul, dikategorikan dalam ketergantungan sedang sebanyak 31 orang.

2. Tingkat depresi lanjut usia yang berada di Dusun Ngrame, Tamantirto, Kasihan, Bantul, dikategorikan dalam depresi sedang sebanyak 29 orang. 3. Tidak ada hubungan yang

bermakna antara tingkat ketergantungan dengan tingkat depresi pada lanjut usia di

Dusun Ngrame Tamantirto, Kasihan, Bantul.

VII. DAFTAR PUSTAKA

1. Bhayu, A., Ratep, N., Westa, W. (2015). Gambaran Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Depresi Pada Lanjut Usia Di Wilayah Kerja Puskesmas Kubu II. e-journal Medika Udayana, Vol. 4, No. 1.

2. Dahlan, M.S. (2013). Statistik Untuk Kedokteran Dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.

3. Herawati, I. (2009). Hubungan Kemandirian Aktivitas Dasar Sehari-Hari Terhadap Konsep Diri Lanjut Usia Di Desa Bangunjiwo Kasihan Bantul Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

4. Jumita, R., Azrimaidaliza., Machmud, R. (2012). Kemandirian Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Lampasi Kota Payakumbuh.


(5)

Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol. 6, No. 2. 5. Kaplan, H.I., Sadock, B.J.,

Grebb, J.A. (2010). Sinopsis Psikiatri: Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Tanggerang: Binarupa Aksara.

6. Kementerian Kesehatan RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar: RISKESDAS. Jakarta: Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. 7. Koampa, M.M., Bidjuni,

H.,Onibala, F. (2015). Hubungan Antara Tingkat Stres Dengan Kemandirian Pada Orang Tua Lanjut Usia Di Desatombasian Atas Kecamatan Kawangkoan Barat. ejournal Keperawatan (e-Kp), Vol. 3, No. 2.

8. Kristyaningsih, D. (2011). Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Depresi Pada Lansia. Jurnal Keperawatan., Vol. 1, No. 1. 9. Kusuma, Y.L.H. (2010).

Tingkat Ketergantungan Lansia Dalam Aktivitas

Hidup Sehari-Hari Di Panti Sosial Tresna Wreda (PSTW) Jombang. Jurnal Ilmiah Kesehatan Politeknik Kesehatan Majapahit, Vol. 2, No. 1.

10. Moniung, I.F., Dundu, A.E., Munayang, H. (2015). Hubungan Lama Tinggal Dengan Tingkat Depresi Pada Lanjut Usia Di Panti Sosial Tresna Werdha ‘Agape’ Tondano. Jurnal e-Clinic (eCl), Vol. 3, No1.

11. Mubarak, W.I., Chayatin, N., Santoso, B.A. (2009). Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika.

12. Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan (3ʳd

ed.). Jakarta: Salemba Medika. 13. Prasetya, A.S., Hamid,

A.Y.S., Susanti, H. (2010). Penurunan Tingkat Depresi Klien Lansia Dengan Terapi Kognitif Dan Senam Latih Otak Di Panti Werdha. Jurnal Keperawatan Indonesia, Vol. 13, No. 1. Hal. 42-48.


(6)

14. Pratikto, N.M. (2014). Jurnal Tugas Akhir Optimisme Pada Lansia Ditinjau Dari Status Pekerjaan. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya., Vol. 3, No. 2. 15. Puspitaningsih, D.H.,

Prasetyo, D.A. (2014). Adaptasi Diri Pada Lansia Di Panti Werdha Mojopahit Mojokerto. Jurnal Ilmiah Kesehatan Politeknik Kesehatan Majapahit, Vol. 6, No. 2.

16. Stanley, M., Beare, P.G., (2007). Buku Ajar Keperawatan Gerontik (2nd ed.). Jakarta: ECG.


Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN PADA BALITA DI DUSUN NGEBEL TAMANTIRTO KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA

16 36 103

HUBUNGAN LATAR BELAKANG PROFESI ORANG TUA DENGAN MOTIVASI BELAJAR AGAMA REMAJA MUSLIM NGRAME TAMANTIRTO KASIHAN BANTUL

0 7 90

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KUALITAS HIDUP LANJUT USIA DI DESA GEDONGAN, Hubungan Antara Tingkat Depresi Dengan Kualitas Hidup Lanjut Usia Di Desa Gedongan, Kabupaten Sukoharjo.

0 1 14

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KUALITAS HIDUP LANJUT USIA DI DESA GEDONGAN, Hubungan Antara Tingkat Depresi Dengan Kualitas Hidup Lanjut Usia Di Desa Gedongan, Kabupaten Sukoharjo.

8 26 11

Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Difteri Berhubungan dengan Perilaku Pencegahan Penyakit Difteri di Dusun Ngrame Kasihan Bantul

0 0 5

HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN TINGKAT HIPERTENSI PADA LANJUT USIA DI DUSUN BABADAN MAGELANG TAHUN 2009 NASKAH PUBLIKASI - HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN TINGKAT HIPERTENSI PADA LANJUT USIA DI DUSUN BABADAN MAGELANG TAHUN 2009 - DIGILIB UNISAYOGYA

0 0 15

Hubungan Inkontinensia Urine dengan Tingkat Depresi pada Usia Lanjut di Posyandu Lansia "Flamboyan" Desa Onggobayan Ngestiharjo Kasihan Bantul - DIGILIB UNISAYOGYA

0 0 110

HUBUNGAN TINGKAT EKONOMI DENGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE PADA USIA LANJUT DI DUSUN TANGKILAN BAMBANGLIPURO BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Tingkat Ekonomi dengan Perilaku Personal Hygiene pada Usia Lanjut di Dusun Tangkilan Bambanglipuro Ba

0 0 18

HUBUNGAN ANTARA LINGKAR PINGGANG DENGAN KADAR KOLESTEROL DARAH PADA USIA DEWASA DI DUSUN IV NGRAME TAMANTIRTO KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA

0 1 11

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEJADIAN INSOMNIA PADA LANJUT USIA DI POSYANDU LANSIA FLAMBOYAN DUSUN JETIS TAMANTIRTO KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA

0 0 11